Gender Dan Pendidikan Dalam Kaca Mata Is (1)

Gender Dan Pendidikan Dalam Kaca Mata Islamic Studies
Ulfah Damayanti
Sekolah Tinggi Agama Islam Jurai Siwo Metro
E-mail : ulfahdamayanti11@gmail.com

Abstrak
Pendidikan adalah suatu bentuk proses perubahan mendasar yang berlaku penting dalam
gerakan suatu pembangunan, namun apada buktinya, pendidikan di Negara tercinta kita sekarang ini
masih memberikan adar atau derajat yang buruk dan tidak sama atau merata. Pendidikan yang tidak
membeda-bedakan dan tidak memihak antar laki-laki maupun perempuan. Permasalahan gender ini
terdapat di semua daerah desa yang terpencil yang belum tersedia listrik maupun daerah ibu kota
sekalipun yang sudah memiliki fasilitas umum yang baik. Masyrakat beranggapan ger itu sex atau
jenis kelamin. Gender dapat berubah-ubah dengan seiringnya waktu berjalan dan berpengaruh besar
dalam gender itu sendiri.
Kata kunci : gander dan pendidikan
Abstrak
Education is a fundamental change process form applicable in motion an important
development, but apada proof, education in our beloved country today still gives degrees Adar or
poor and unequal or uneven. Education does not discriminate and does not take sides between men
and women. There are gender issues in all areas outlying villages that have not been provided
electricity and capital area despite that already have a good public facilities. Ger society thinks that

sex or gender. Gender may change with time, as the seiringnya big impact on gender itself
Keywords: gander and education

A. Pendahuluan
Suatu bentuk kesepakataan global tentang menghargai laki-laki dan perempuan dalam bentuk
hak asasi manusia mencakup beragai aspek kahidupan bermasyrakat di Indonesia sendiri. Sekarang
ini gender dianggap sangat penting, dikarenakan banyak munculnya permasalah yang meluap di
masyrakat sekitar.
1

Pendidikan sangat penting untuk masyrakat dengan jaman yang semakin maju ini. Pendidikan
juga sangat penting dalam kehidupan sosila dengan bukti tingkah laku atau etitut, cara berfikir yang
dilakukan masyrakat

B. Pengertian Gender dan Pendidikan
Gender seringkali diartikan sebagai sex atau jenis kelamin 1, masyarakat sering mengartikan
gender itu dnegna jenis kelamin karena masyrakat tidak memhami pengertian gender itu sendiri,
tetapi lebih tepatnya gender itu sendiri adalah perihal laki-laki dan perempuan yang ditunjukkan atau
dilakukan oleh manusia. Sebgai suatu proses sosila budaya contohnya, seorang laki-laki, laki-laki itu
kuat,bisa melindungi dari hal-hal kejahatan, gagah, berkarisma, mencari nafkah dan sebagainya.

Sedangkan perempuan itu feminism, lembah lembut, sosok keibuan, rajin, rapih dan sebagainya.
Dapat dikatakan kesenjangan gender itu terjadi dikarenakan status kedudukan, baik dalam seseorang
perempuan atau wanita tidak lebih tinggi dari seorang laki-lak. Untuk memahami gender terdapat
kata pembagian, yang dibedakan pada dua sifat

yaiu pembagian yang sifatnya kodrati dan

pembagian yang bersifatnya berubah-rubah sehingga dapat dipertukarkan.2 Ada pula yang
mengartikan gender adalah perbedaan peran antar laki-laki dan perempuan yang dibentuk, dibuat
dan dikontruksi oleh masyarakat dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan zaman.3
Semua ini adalah titik tolak pembahasan analisis gender, sex dan gender, seperti sisi mata uang,
kita berbicara biologis dan secara tidak langsung kita juga berbicara antara fungsi, peran dan
tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan.4
Ada pula yang mengartikan gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis
sebagai perempuan dan laki-laki dan memproses pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan,
apabila gender lebih diartikan secara sosial budaya maka sex lebih diartikan secara biologis semata.
Sex atau jenis kelamin dapat diartikan sebagai kondisi biologis seseorang, apakah dia secara
anatomi perempuan atau laki-laki. Perbedaan jenis kelamin atau sex dan gender yakni sebagai
berikut jenis kelmin dan gender.5


1 DARYATI, “Integrasi Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas”, Jurnal Sosialitas, vol. 2,
no. 1.
2 esti zaquisty, “Sereotipe Peran Gender Bgai Pendidikan Anak”, muwazah, vol. 1, no. 1.
3 DINA AMPERA, “Kajian kesejahteraan gender dalam pendidikan disekolah dasar mitra PPL PGSD”, JURNAL
TABULARASA PPS UNIMED, vol. 9, no. 1.
4 mursidah, “Pendidikan Berbasis Kesataraan dan Keadilan Gender”, muwazah, vol. 5, no. 2.
5 Daryati, “intergritas perspekktif adil gender dalam pendidikan disekolah menengah keatas”, Jurnal Sosialitas, vol. :
Vol. 2, no. No. 1.

2

1. Jenis kelamin (sex)sebagai berikut : (a)Perbedaan biologis laki-laki dan perempuan yakni ciri
reproduksi (b)Secara umum perempuan hamil atau mengandung sementara laki-laki tidak (c)
Dari dulu sampai sekarang hanya perempuan saja yang bisa mengalami menstruasi dan bisa
hamil, sedangkan laki-laki tidak bisa
2. Gender sebagai berikt : (a) Perbedaan sosial budaya yakni hak, kewajiban, peran kesempatan
dalam bersosialisasi atau masyrakat. (b) Gender tidak umum karena kembali lagi kepada
budaya dan perkembangan yang ada di wilayah(local) jadi daerah berbeda-beda. (c) Berbanding
terbalik dengan sex gender berubah-ubah Setiap pristiwa dapat merubah hubungan antar lakilaki dan perempuan
Pada hakikatnya perbedaan gender itu tidak menjadi persoalan ketika memunculkan masalah. 6

Yang memunculkan masalah adalah perbedaan itu sendiri yaitu ketidak adilan dalam gender.
Ketidak adilan itu muncul karena masalah yang tidak imbang antara laki-laki dan perempuan dan
salah satu dari mereka merasa tidak diuntungkan oleh perbedaan yang sedang dialami mereka.
Terjadinya ketimpangan menurut gender yang tercermin dalam proporsi jumlah peserta didik
yang tidak seimbang. Menurut jurusan-jurusan dan program-program pembelajaran yang ada pada
pendidikan menengah atau tinggi diakibatkan oleh tidak samanya kecerdasan,kemampuan laki-laki
dan perempuan, yang disebabkan karena peserta didik tersebut kurang informasi untuk bisa memilih
jurusan atau program pembelajaran dan besarnya peran keluarga juga yang ada bias gender. Dalam
memilih jurusan untuk masuk sekolah menengah sudah akan dipikirkan kearah pekerjaan, untuk
contoh sekolah menengah atas mengambil jurusan IPA maka pekerjaannya bisa menjadi dokter.
Dalam memlih pekeraan terdapat juga kesenjangan gender. Untuk siswa perempuan biasanya
mengambil jurusan yang cenderung ke managemend, tari atau seni bisa juga kerjinan gerabah,
keguruan, dan sedangkan laki-laki itu biasanya mengambil militer, teknik dan lain-lain, contoh lakilaki besekolah untuk menjadi tentara angkatan laut, darat maupun udara, jika teknik mengambil
teknik sipil, teknik mesin dan lain-lain.
Untuk masalah pendidikan ini terletak pada kurikulum sebagai contohnya menerapkan eskul
Peringatan Hari Besar Islam dalam hal ini guru laki-laki lebih mendominasi dan guru perempuan
tidak mendominasi untuk memberikan mauidah untuk masalah keberhasilan atau untuk munculnya
didepan lebih banyak laki-laki dari pada perempuan. Contoh lainnya suatu sekolah membuka
lowongan pekerjaan untuk seorang guru, sekolah telah menetapkan apa saja syarat untu bisa menajdi
guru di sekolah ini tetapi yayasan menetukan sendiri jenis kelamin guru yang akan menjadi anggota

6 MARDLIYAH, “Isu gender dalam pendidikan islam”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, vol. 25, no. 2.

3

baru dan sekolahnya harus berlatar belakang NU dan sebgainya. Gender mainstreaming tidak
menajdikan pertimbangan, dalam sekolah islam terdapat sosok yang disegani dipanuti serta
dijadikan pengambil putusan untuk yayasan yaitu seorang wanita. Seorang wanita itu adalah istri
dari pendiri yayasan tersebut. Jadi kata-kata atau kalimat yang dikeluarkan oelh beliau sangat di
segani atau cepet dilakukan karena sebagai perintah. Bisa kta atrik kesimpulan bahwa dari hal ini
bukan derajat perempuan disini disegani tetapi ingat dia disini disegani dikarenakan oleh
“suaminya”, dikareanakn suaminya pendiri yayasan tersebut.
Dalam pemahaman pengertian gender yang salah maka akan memunculkan perlakuan yang
salah juga.Prilaku guru terhadap anak muritnya 7contoh mata pelajaran jasmani siswa laki-laki
berada di luar kelas sedangkan siswa perempuan berada di kelas sedang bersantai-santai saja dan
guru memberikan izin tidak mengikuti pelajaran olahraga dikarena siswa perempuan dalam keadaan
tidak kuat. Dalam kejadiin ini dapat kita lihat bahwa guru olaharag ini tidak memiliki pemahan yang
jelas tentang gender. Ada seorang guru yang memiliki pemahaman yang jelas tentang gender ini
sendiri yakni memerikan suatu pertayaan kpada semua siswa baik laki-laki maupun perempuan. Jika
masyrakat tidak dapat memahami gender ini dengan tepat akan menimbulkan kekacauan pada
makna gender ini sendiri.

Kata kunci untuk memahami gender ada pada kata pembagian, 8 untuk mempermudah
mamahami atau mengartikan gender dengna kata pembagian, dari kata mebagian dapt dibagi
mennjadi 2 yaitu: (1) bersifat hukum alam atau kekuasaan allah dan (2) bersifat tidak tepat atau
berubag-ubah sehingga data dipertukarkan.
Pendidikan nasional Indonesia sebagai wahana dan wadah pengembangan kualitas sumber daya
manusia9Maka dari itu masyrakat Indonesia harus berfikir gender itu artinya tidak diperbolehkan
membeda-bedakan jenis kelamin tertentu dari gender, perbuatan atau prilaku yang adil, memiliki
perasaan toleransi dan keseimbangan gender, tiga hal ini harus melekat melekat dalam masyrakat
Indnesia.
Diskriminasi yang terjadi pada masyarakat, terlebih perempuan yang selalu mendapat perlakuan
diskriminatif. Harus dimusnahkan dikarenakan tak sesuai dengang rancangan kesamaan dan
keadilan dan berlawanan pula dengan hak asasi manusia. Pada dasarnya atau awalnya laki-laki dan
7 DARYATI, “Intergritas Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas”, jurnal Sosialitas, vol.
2, no. 2.
8 Esti Zaquisty, “Sereotipe Peran Gender Bgai Pendidikan Anak”, Muwazah, vol. 1, no. 1.
9 ISMANTO, “Menyoal kesetaraan gender dalam evaluasi pembelajaran”, Palastren, vol. 5, no. 2.

4

perempuan itu seimbang atau derajatnya sama tidak ada bedanya ,tidak ada yang lebih sempurna

dimata Tuhan kecuali ketaatannya.
Suatu pekerjaan rumah tangga sesungguhnya untuk laki-laki dan perempuan tetapi keyatannya
dilakukan oleh perempuan saja. Dalam fisik sesorang wanita diperbolehkan meminta uang jika
memberikan anaknya asi, terkecuali hari pertama karena sebuha kewajiban seorang ibu memberikan
asi dan untuk perkembangan anaknya. Didalam islam memang tidak secara langsung member air asi
harus di beru gaji, ini menandakan suatu uasaha ibu agar anaknya bisa hidup jadi harus diberu upah
atau gaji. Gender ini juga berlaku dalam perkerjaan yang lebih tertarik terhadap laki-laki dari pada
perempuan untuk menjadikan karyawan dan kesempatan menjadi seorang pemimpin. Untu menjadi
pemimpin laki-laki lebih besar peluangnya contoh menjadi kepala sekolah, kepala cabang kantor,
direktr dan lainnya.
Seorang yang melakukan aktivitas dengna orang lain yang berhubungna dengan dunia
pengetahuan, kepercayaan dan bakat masyrakat disebut pendidikan. Pendidikan formal adaah
pendidikan yang dilandasi oleh sebuah aturan yang disebut kurikulum, mata pelajaran, pendidikan
formal mengajarkan cara untuk belajar memberikan dorongan dan bakatdapat menyesuaikan dengan
masyrakat. Pendidikan juga usaha yang dilakukan dengan sadar yang diterapkan di dalam kehidupan
dan masyrakat, bisa dengna orang yang ada disekitar kita, bisa dengna organisasi atau kelompokkelompok, lemabaga, ada juga acara yang formal dan tidak formal dengna tujuan untuk mengubah
hal-hal yang buruk emnajdi hal-hal yang baik memperbaiki ahlaq kita contohnya, dan dapat
menjalani tantang di masa mendatang dalam aspek apa saja contohnya pengetahuan, kepercayaan,
bakat dan lain-lain.
Perempuan dalam al-Quran dan al-Hadits memiliki kesempatan yang sama dalam mencari ilmu

dan berpendidikan Didalam Al-qur’an dan Al-hadis sendiri sudah menyatakan seperti itu maka kita
harus mewujutkan nilai-nilai kemanusiaan dalam sebuah perbuatan atau pendirian dan dengan
adanya proses memeratakan yang tidak bias gender. Tidak dipungkiri kesempatan perempuan untuk
bersekolah lebih tinggi dari laki-laki, contohnya sudah banayak sekarang seorang suami dan istri,
suaminya hanya bersekolah sampai SMA sederajat sedangkan istriny abersekolah sampai S1 dan
seorang suami tamatan SD dan seorang istri tamatan SMA.
Menurut Athiyah Al-Abrasyi bahwa islam memberitaukan adanya kebebasan, persamaan,
kesempatan kepada orang kaya atau orang kurang mampu di dalam permukaan yang rata,

5

mengharuskan setiap umat islam laki-laki maupun perempuan untuk menuntut ilmu dan
mempermudah jalan untuk belajar.
Kesetaraan gender diajarkan dalam Islam dijelaskan dalam surat QS. An-Nisâ’/4: 124 dan AlNahl/16: 97:10

       
     
  
124. Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang
yang beriman, Maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun.


        
    
     
97.

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan

beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan
Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang
Telah mereka kerjakan.
Ditekankan dalam ayat Ini bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama
dan bahwa amal saleh harus disertai iman.
Kegiatan yang sudah biasa dilakukan manusia dalam suatu hubungan bermasyrakat dengan
mengarahkan untuk dijadikan manusia disebut pendidikan. Memberdayakan manusia pengiringan
yang sangat penting terutama bagi manusia yang memiliki batasan-batasan. Kunci agar keadilan
gender dapat terwujud adalah pendidikan, karena dalam

pendidikan terdapat aturan-aturan


masyrakat, kepandaian dan kekuatan masyrakat dan juga alat untuk memepelajari dan memberikan
rancangan-rancangan dan poin baru. Jadi lembaga pendidikan sebagai sarana untuk bersosialisai. 11

1.

10 Mahasri Shobahiya, “Pembelajaran Berperspektif Gender dalam Islam Untuk Anak Usia Dini”, Suhuf, vol. 24, no.
11 EVI MUAFIAH, “Pendidikan islam berperspektif gender”, TADRIS, vol. 5, no. 2.

6

Memaknai ketidakadilan gender terjadi pada kaum perempuan di bidang pendidikan akibat
budaya patriarki Bali 12. Karena disini lebih mementingkan pendidikan untuk anak laki-laki yang
sebagai penerus keturunan keluarga dan beranggapan tidaj berguna memasukkan kesekolah untuk
anak perempuan bersekolah lebih tinggi (universitas), karena mereka beranggapan nanti pasti akan
ikut dengan suami kelak atau keluarga suaminya. Semua anak laki-laki diutamakan dikarenakan
suatu hari nanti anak laki-laki ini dapat mambantu perekeonomian rumah atau bapak dan ibunya
ketika sudah bisa mencari uang sendiri. Kamudian untuk perempuan di no duakan karena nantinya
akan ikut dengan suaminya. Perempuan memiliki kebutuhan dan kepentingan untuk bisa
mandapatkan pendidikan dan semuannya adil untuk mendapatkan itu semua. Berbeda dengan orang
Bali, jika orang Bali perempuan diperlakukan berbeda dengan laki-laki dan yang mendapatkan

kesempatan besar adalah laki-laki dikarenakan nilai laki-laki lebih tinggi dari pada kaum wanita.
Diantara aspek yang menunjukkan adanya bias gender dalam pendidikan dapat dilihat pada
perumusan kurikulum dan juga rendahnya kualitas pendidikan.

13

Dalam kurikulim pendidikan

sekarang untuk sekolah agama ataupun negri masih dominan laki-laki sedangkan pada aspek umum
perempuan dalam lingkup tidak umum bisa dikatakan juga laki-laki sebagai peran utama dan
perempuan hanya peran pembantu. Dapat disimpulkan bahwa kurikulum belum bernuansa bebas
atau tidak terikat baik gambar atau lukisan ataupun kalimat yang menjelaskan bahan ajar. Tidak
samanya tingkah laku gender dalam dunia pendidikan mengakibatkan tidak samanya kualitas
pendidikan. Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan ada empat aspek tentang masalah
gender dalam lingkup pendidikan yakni: (1) jalanatau aspek. (2) keikut sertaan. (3) proses belajar
anak. (4) pengertian. Maksutnya dari jalanatau akses disini adalah sulitnya sarana untuk dijangkau.
Oleh sebab itu banyak anak perempuan yang terpaksa tinggal dirumah, belum lagi ada beban
pekerjaan rumah tangga yang diberikan kepada anak perempuan, seperti memasak, membersihkan
rumah belum lagi jika yang memiliki seorang adik maka mereka (anak perempuan) membantu
mengurusi adik dan salah satu faktor yang membuat mereka (anak perempuan) sulit untuk
meninggalkan rumah. Hal ini membuat anak perempuan meninggalkan bangku sekolah mereka
sejak dini. Pekerjaan yang diperuntukkan bagi laki-laki umumnya yang dianggap sesuai dengan
kapasitas.14
12 SRI HARTATI, “Kesetaraan dan keadilan dalam pandangna perempuan bali study fenomotologi terhadap penulis
perempuan bali”, Jurnal Psikologi Undip, vol. 13, no. 2.
13 Dina Ampera, “Kajian kesejahteraan gender dalam pendidikan disekolah dasar mitra PPL PGSD”, Jurnal
Tabularasa PPS Unimed, vol. 9, no. 1.
14 khusnul khotimah, “Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan”, pusat studi gender stain
purwokerto, vol. 4, no. 1.

7

biologis, psikologis, dan sosial sebagai laki-laki
Pendekatan ini memandang bahwa yang menciptakan ketidakadilan antara laki-laki dan
perempuan adalah struktur dan proses sosial politik. 15Ketidak samaan laki-laki dan perempuan
dapat dilihat pada jalan dan pengendalian terhadap sumber daya, waktu dan manfaat. Dalam proses
keputusan untuk dekat dengan GAD dengan cara masyrakat dengan berbagai latar belkang
mengubah pola piier dan praktek untuk mendorong persamaan, waktu, pilihan dan kesamaan. Denga
cara ini pendekatan yang digunakan adalah Gender dan Development (GAD), yang menekankan
kepada asas-asas hubungan kerjasama dan kehormatan perempuan dan laki-laki. Dan bisa dikatan
juga ketak adilan hubunga politik dan sosial dikarenakan ketertinggalan perempuan dan hanya
berpusat pada hubunga bukan kepada perempuannya. Pada redistribusi kekuasan untuk kesanggupan
laki-laki didalam lingkup ekonomi,sosial dan buaday.
Anda kadang pernah atau pernah mendengar sosialisasi gender. Apa sih yang dimaksut
sosialisasi gender tersebut? Sosialisasi gender adalah suatu proses menuntut ilmu untuk mejadi
seorang pribadi yang sesuai dengan peran dan keinginan masyarakatnya.
Skema gender adalah susunan kognitif yang digunakan sebagai salah satu cara untuk
menyatukan atau dikumpulkam informasi berdasarkan katagori gender Ada 3 teori yang
menjelaskan tentang sosialisasi gender, (1)social learning theoty. (2) social/cognitive development
theory. (3) gender schema theory.

16

(1) Social learning theory. Peran lingkungan dalam agambar

tingkah laku anak yang didapat dari peninjauan dan penguatan(penghargaan/penghormatan dan
hukum). (2) social/cognitive development theory. peran seorang yang giat dalam memberikan infoinfo yang baru dari daerah untuk diberikan dalam dirinya dengan keadaan gendernya. (3) Gender
schema theory. Menggabungkan teori satu Social learning theory dengan teori dua social/cognitive
development theory yang menjelaskan bagaimana seseorang untuk belajar dan menuju bagian atau
peran bagan gender saat membuat informasi baru
Ditunjukkan bahwa usia remaja berhubungan dengan sosialisasi gender

17

. Sejalan dengan

bertambahnya usia remaja, remaja yang bertanggapan sosialisasi gender dilaksanakan oleh orang tua
yang kian menjadi tidak tradisional. Temuan tentang hubungan timbale balik dan sosialisasi gender
oleh orang tua juga diertajam dengan adanya temuan bahwa kadar sosialisasi gender oleh orang tua
15 Ismanto, “Menyoal kesetaraan gender dalam evaluasi pembelajaran”, Palastren, vol. 5, no. 2.
16 OKSIANA JATININGSIH, “Pengarusutamaan gender disekolah menengah atas:kebijakan sekolah dalam
menumbuhkan kesadaran gender dan kemitrasejateraan laki-laki dan perempuan”, Lentera, Jurnal Studi Perempuan,
vol. 9, no. 1.
17 dewi ashoru itouli siregar, “Sosialisasi Gender oleh Orang tua dan prasangka gender pada remaja.”, jurnal
psikologi, vol. 3, no. 2.

8

kebanyakan tradisional dan untuk remaja yang ada pada ukuran pendidikan yang lebih dewasa.
Dengan adanya penilaian kepada sosial terdapat tanda-tanda yang menarik terayata semakin
umurnya bertambah dewasa anak terdapat perubahan dalam segi hak, waktu dan tanggung jawab
yang anak itu miliki, itu sudah terikat dengan peran gender itu sendiri. Tidak dengan sosialisasi
gender, ukuran suatu pendidikan juga terikat dengan peandapat gender terhadap remaja. Para ilmuan
menyatakan ukuran pendidikan saling berhubungan dengan pendapat gender. Dan penemuan yang
berada di daerah Spayol juga mengandung makan bahwa semakin bawahnya pendidikan atau
kurangnya pendidikan seseoragn makan tinggi pula penilaian jelek tentang gender.
Umur dan ukuran pendidikan ditemukan hubungan timbale balik yang negative terhadap
sosialisasi gender untuk remaja perempuan. Semakin bertambahnya umur dan pendidikan semakin
berkurang pula sosialisasi gender yang tradisional yang dilakukan oleh orang tua. Perihal yang
diatas adanya petunjuk pndahnya pandangna tentang stereotype tentang anak perempuan. Pra ahli
menyatkan terdapat kecondongan untuk budaya agar lebih melindungi anak perempuannya. Anak
perempuan masih terus menurus dibawah pengintayaan masyrakat walau sudah bisa dibilang cukup
dewasa. Dapat dikatakan orang tua mengurangi sifat yang bertradisional ini untuk anak mereka yang
mulai beralih dari masa kanak-kanak. Ada peneliian atau temuan yag menuliskan terdapat hubungan
yang bagus yang diartikan penting wakt sosialisasi gender oleh orang tua dengan tidak maunnya
gender pada remaja laki-laki. Dari temuan diatas menyebutkan bahwa orang tua sangat sering
mengutamakan laki-laki berdasarkan pandangan tradisional termasuk juga sosialisasi gender. Anak
laki-laki memandang bahwa lebih cakap untuk menjadi pemimpin dari pada anak perempuan
dengan sosialisasi gender dan aertinya muncul penolakan gender yang menyakini perempuan lebih
rendah dar laki-laki. Hal ini berhubungan dengan jenis kelamin pribadidengan anggapan itu, tidak
adanya perbedaan pendapat gender antar remaja laki-laki dari perempuan. Tidak dengan demikian
untuk hasil tanggapan ini menyatakan remaja laki-laki untuk kadarm ketidaksukaan gender lebih
tinggi dari ramaja perempuan. Dan perempuan untuk kadar penerimaan lebih tinggi ketimbang lakilaki. Dapat disimpulkan bahwa tingginya ketidak sukaan gender pada responden laki-laki leih tinggi
dari pada responden perempuan yang terbukti penerimaan gender perempuan lebih tinggi dari pada
laki-laki..
Pendidikan yang adil gender adalah pendidikan yang mengintegrasikan perspektif adil gender
dalam pembelajaran. 18pendidikan yang adil gender merupakan suatu usaha parubahan ilmu yang
18 Daryati, “Intergritas Perspektif Adil Gender Dalam Pendidikan Di Sekolah Menengah Atas”, Jurnal Sosialitas, vol.
2, no. 2.

9

diajarikan di dalam sekolah yang di jelaskan dengan guru-guruyang yang menjelaskan kesamaan
anatr laki-laki dan perempuan dalam lingkup (jalan), kerjasama,peluang menyerahkan keputusan
serta manfaat.

C. Paradigma Stereotipe Peran Gender
Stereotype melekat pada masyarakat peran gender tidak lepas dari berbagai cara berfikir yang
memandang dibeda-bedakan dan dipengaruhi beberapa faktor sebagian memandang biologis, sosial
dan kognitif dapat dibagi menjadi dua teori. 19
1. Pandangan Biologis
Sepasang suami istri menentukan janin akan menjadi janin perempuan atau janin laki-laki.
Ketidak samaan genetic,anggota tubuh dan jeniskelamin dan bakimia disebutkan oleh Santrock. Para
pakar genderpun menyatakan wanita dan laki-laki memperlukan perbedaan anggota tubuh dan peran
saat proses reproduksi. Yang menjadi masalah disini yakni pengaruh dari faktor biologis dan
lingkungan. Dimisalkan hormon sek yang banyak terdapat didalam diri pria, hormon sek ini sangat
berpengaruh terhadap cara kerja otak yang anak menaikan, bebrapa tingkah laku yang agresi dan ini
bersifat langsung. Hormon sek yang tidak lemah akan menghasilkan otak yang tidak lemah dan
menyebabkan orang tua berharap kepada anaknya untuk menjadi atlet dan anak tersebut mengusai
olahraga dan ini yang tidak bersifat langsung. Biologis dapat memudahkan untuk membedakan lakilaki dan perempuan secara hukum alam atau ketentuan yang diberikan oleh allah. Fungsi biologis
tidak meiliki terlalu besar untuk menentukan tingkah laku dan kesopanan gender tetapi pengalamn
bersosialisasi yang memiliki banyak penaruhnya.
2. Pandangan Sosial.
Pandangan sosial Ada dua teori dalam pandangan ini, yang pertama adalah teori psikoanalitik
gender dan yang kedua adalah teori kognisi sosial. gender Dari pandangan sosial terdapat dua teori
yaitu (1) teori psikoanalitik gender dan, (2) teori kognitif sosial
1. Teori psikoanalitik gender, Sigmund freund menurutnya yang mengalami ketertarikan seksual
terhadap ibu atau bapaknya yang berlawan jenis dengna dia biasanya anak-anak pria pra sekolah.
Kemudian untuk umur lima atau enam tahun mereka mengurang keterkaitan tersebut dikarenakan
perasaan gelisa. Selanjutnya anak-anak tersebut menganalisis dirinya dengan orang tua yang jenis
kelaminnya sama, secara tidak langsung mereka meniru sifat orang tua yang sama jenis kelaminnya
19 Ibid.

10

dengan mereka. Pada tahapan dewasa para pakar gender sulit percaya terhadap perkembangan
stereoyup peran gender.
2. Teori kognitif sosial. Terjadinya observasi dan peniruan prilaku gender dan mulai penguatan dan
hukum, salah satu terjadi perkembangan strereotipe. Salah satu cara orang tua untuk membuat atau
mengajari anak-anak mereka agar menjadi feminism dan maskulin dengan cara memberikan barang
yang mereka sukai atau memberikan akibat agar mereka tidak mengulangi orang tua mengajak
bermain dengan anaknya laki-laki dan perempuan berbeda juga. Untuk anak perempuan condong
untuk menjaga, merawat anak-anak dari pada laki-laki. Dan orang tua lebih membebaskan anak
putra remajanya dari pada anak putrid remajanya. Seorang ayah lebih sering bermain yang
menyenangkan atau lebih memiliki tantangan kepada anak laki-laki dari pada anak perempuan.
3. Pandangan kognitif
Terdapat dua teori dalam pandangan kognitif yang melihat bahwa stereotype peran gender lebih
menguasai dikarenakan keadaan yang berkaitan dengan seseorang yang dipandang sebagai susunan
dari jaringan sosial yang disusun dan diakhiri menimbulkan tanggapan yang pada ujungnnya
berkesinambungan dan terbentuknya. Stereotype peran gender terdapat teori perkembangan kognitif
dan teori skema gender adalah dua teorinya.

D. Pendidikan berbasis gender
Pendidikan berbasis gender jangan diterjemahkan sebagai upaya perempuan melawan laki-laki.
Bukan demikian. Namun, bagaimana perempuan dapat mendapatkan kesetaraan nonkodrati. 20Untuk
jangka panjang dapat menaikkan pejagaan, pelayanan dan kemakmuran para perempuan. Dimata
hukum seorang perempuan dan seorang laki-laki mamiliki hak kesemapatan dan kewajibab yang
sama untuk memperoleh pendidikan dari sekolah dasar sampai yang tertinggi Sekalipun. Tidak ada
teori yang menyatakan seorang lelaki memiliki kemampuan yang lebih dari pada perempuan. Tidak
ada penemuan ilmiah yang menyatakan seorang perempuan itu terlahir lebih tidak pintar dari pada
seorang lelaki. Jadi perempuan dan lelaki memiliki kemapuan yang sama yang ditunjukkan dengan
tes intelegens, widarmanto menyatakan : (1)Konsep pendidikan ditanampakan dari awal maksutnya
pendidikan yang berada di rumah, oran tua tidak menyadar bahwa hanya mengajarkan seorang
peran hanya melakukan tugas kerumah tanggan seperti halnya memasak, menyapu, hal yang
menyamkut membersihkan rumah dan sebagainnya. (2) Pada pendidikan formallah terjadinya
ketidak adilan gender. Untuk contoh seorang guru kelas memberikan tanggung jawab dan beran
untuk siswa laki-laki lebih besar dari pada seorang perempuan . (3) Sejarah perempuan indonesia
20 esti Zaquisty, “Sereotipe Peran Gender Bgai Pendidikan Anak”, Muwazah, vol. 1, no. 1.

11

tidak terlalu menonjol untuk dibahas secara mendalam. Sehingga anak-anak atau masyarakat kurang
mengetahui bahwa Negara Aceh memiliki seorang sejarawan wanita atau perempuan yang
menjadikan seorang pemimpin sakaligus dalam emepat kali berturur-turut.
Menurut sntrock sering terjadinya gender di dalam lingkungan sekolah dan didalam ruangan belajar
sebagai berikut: (1) Tidak melanggar tata tertib sekolah, berpakaian yang rapih lebih sangat di
segani dan sangat disenangi. Hal ini sering kali disosialisasikan oleh perempuan ketimbang laki-laki.
(2) Mendominan guru adalah seorang wanita atau perempuan, dan untuk sekolah SD guru wanita
banyak mendominasi dari pada guru laki-laki, hal ini dapat mensusahkan anak laki-laki untuk
mengikuti prilaku guru yang berlawanan jenis dengannya dan sebaliknya dengan anak perempuan.
(3) Staff sekolah sering kali tidak memeperdulikan anak laki-laki yang memiliki masalah terutama
masalah bahasa dan masalah belajar anak laki itu sendiri. (4) Untuk didalam ruangan belajar nak
laki-laki sulit untuk diatur, sedangkan anak perempuan tidak kata lainnya nakal atau bandel.
Sosialisasi kepekaan gender melalui jalur struktural yang dipandang lebih efektif adalah melalui
pendidikan, 21yakni Aturan pendidikan yang bersifat menanggapi gender, pembelajaran inklusif dan
bisa pula mendorong kepandaian pendidikan yang bersifat gender. Pendidikan inklusif adalah suatu
pembelajaran yang mengintergrasikan gender dalam suatu bahan ajar yang sama dan keadilan
gender dengan menggunakan cara pembelajaran yang menghindari agar tidak terjadinta perbedaan
prilaku gender.

E. Kesetaraan Gender Dalam Evaluasi Pembelajaran dan
Ketidaksetaraan/ ketidakadilan Gender
Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa
salah satu prinsip penilaian adalah adanya unsur keadilan.

22

Pendidikan , penilaian ini pun

memepunyai unsure keadilan dalam arti bahwa pendidikan tersebut tidak merugikan peserta didik
tidak pula mengenal suku agama dan buadaya yang kita punya. Sarana penilitian penilaian bebas
dari kelompok-kelompok bias item atau butiran tes yang diakibatkan dengan differential item ini
yang disebut penilaian yang adil. Terdapatnya kelompok-kelompok yang tidak sesuai dengan
kemampuannya terhadap kelompok yang tidak sama, jauh dari kenyataan bahwa kedua kelompok
ini memiliki kekuatan yang sama. Menurut childs, dia nyatakan bahwa jenis kelamin mempunyai
tiga sumber yang pertama adalah tentang materi yang dimiliki laki-laki atau perempuan . yang kedua
21 Ismanto, “Menyoal kesetaraan gender dalam evaluasi pembelajaran”, palastren, vol. 5, no. 2.
22 ISMANTO, PALASTREN, vol. 5, no. 2.

12

laki-laki dan wanita memiliki segi pandang yang berbeda atau acra penilaian yang berbeda dan
sebaliknya. Yang ketiga laki-laki dan wanita mempunyai sifat stereotype dalam aerti penyampaian
yangbersifat sendiri dan laki-laki ,serta wanita memiliki respon terhadap soal diantaranya (1) tes
biasa (2) pilihan ganda (3) peluangmenebak dan (4) keterbatasan waktu.
Manifestasi ketidaksetaraan gender telah terjadi di berbagai tingkatan, bidang dan keyakinan. 23
Ini sudah tertanam dalam diri orang tua, keluarga sampai pada negara yang bersifat menyeluruh.
Ketidaksetaraan gender makin meluas dalam masyrakat terdapat pada bidang pendidikan. Terdapat
asumsi wanita yang baik merupakan uapaya untuk menarik lawan jenisnya, dan setiap ada kasusu
tentang pelecehan sering dikaitkan dengna asumsi ini. Sering terjadi kasusu pemerkosaan di
wilayah-wilayah tertentu dan masyrakat malah menyelahkan wanita yang menjadi korban yang tidak
ada niatian,sedangkan bukan laki-laki yang memerkosa dan laki-laki ini yang mempunyai niatan dan
membuat rencana.

Faktor Penyebab Kesenjangan antara lain yaini: (1) Cara pandang masyarakat yang
menganggap perempuan hanya mengurusi tugas rumah tangga (2) Kesadaran masyarakat yang
kurang akan Pentingnya pendidikan (3)Keselamatan kaum perempuan jika jauh dari pengawasan
orang tua (4)Ekonomi masyarakat yang lemah (5) Kurangnya fasilitas pendidikan yang memadai di
Desa Tugurejo. 24
Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Akibat Diskriminasi Gender

antara lain adalah : (1)

Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan gender. Proses marginalisasi
(peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan.(2) Subordinasi adalah keyakinan
bahwa salah satu jenis kelamin dianggap lebih penting atau lebih utama dibandingkan jenis kelamin
yang lainnya. (3) Pandangan stereotype, stereotype adalah cinta tentang individu atau kelompok
yang tidak sesuai dengan kenyataan empiris yang ada.(4) Kekerasan. Bebagai bentuk tidak
kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan, muncul dalam berbagai bentuk. (5) Beban
ganda, bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang harus
dilakukan oleh salah satu jenis kelamin tertentu secara berlebihan.25

F. Simpulan

23 rahmi fitriani habibullah, “Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan”, Sosiokonsepsia, vol. 17, no. 1.
24 Willy Tri Hardianto Sugeng Rusmiwari, “Kesenjanga gender(perempuan) dalam mendapatkan pendidikan pada
masyarakat perdesaan”, JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, vol. 2, no. 1.
25 ARIEFA EFIANINGRUM, “Pendidikan dan pemajuan perempuan menuju keadilan gender”, FONDASIA, vol. 1, no.
9.

13

Gender adalah keadaan dimana individu yang lahir secara biologis sebagai perempuan dan lakilaki dan memproses pencirian sosial sebagai laki-laki dan perempuan. Gender dan sex itu berbeda
kalau gender itu Perbedaan sosial budaya yakni hak, kewajiban sedangakan sex itu Perbedaan
biologis laki-laki dan perempuan yakni ciri reproduksiKetidak adilan itu muncul karena masalah
yang tidak imbang antara laki-laki dan perempuan dan salah satu dari mereka merasa tidak
diuntungkan oleh perbedaan yang sedang dialami mereka. Seorang yang melakukan aktivitas
dengna orang lain yang berhubungna dengan dunia pengetahuan, kepercayaan dan bakat masyrakat
disebut pendidikan. Pendidikan formal adaah pendidikan yang dilandasi oleh sebuah aturan yang
disebut kurikulum, mata pelajaran.pendidikan juga sebagai wahana dan wadah untuk sumber daya
manusia. Diskriminasi yang terjadi pada masyarakat harus dimusnahkan dikarenakan tak sesuai
dengang rancangan kesamaan dan keadilan dan berlawanan pula dengan hak asasi manusia. Dalam
kurikulim pendidikan sekarang untuk sekolah agama ataupun negri masih dominan laki-laki
sedangkan pada aspek umum perempuan dalam lingkup tidak umum bisa dikatakan juga laki-laki
sebagai peran utama dan perempuan hanya peran pembantu, Oleh sebab itu banyak anak perempuan
yang terpaksa tinggal dirumah,dan meninggalkan bangku sekolah mereka sejak dini. sosialisasi
gender adalah suatu proses menuntut ilmu untuk mejadi seorang pribadi yang sesuai dengan peran
dan keinginan masyarakatnya.Sejalan dengan bertambahnya usia remaja, remaja yang bertanggapan
sosialisasi gender dilaksanakan oleh orang tua yang kian menjadi tidak tradisional. pendidikan yang
adil gender merupakan suatu usaha parubahan ilmu yang diajarikan di dalam sekolah yang di
jelaskan dengan guru-guruyang yang menjelaskan kesamaan anatr laki-laki dan perempuan dalam
lingkup (jalan), kerjasama,peluang menyerahkan keputusan serta manfaat.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelabelan cirri-ciri sifat perempuan dan laki-laki ada (1)
pandangna biologis (2) pandangan Sosial (3) dan pandanga Kognitif. . Pendidikan berbasis gender
jangan diterjemahkan sebagai upaya perempuan melawan laki-laki. Bukan demikian. Namun,
bagaimana perempuan dapat mendapatkan kesetaraan nonkodrati. Permendiknas Nomor 20 Tahun
2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa salah satu prinsip penilaian adalah
adanya unsur keadilan
REFERENSI
Ampera, Dina, “Kajian kesejahteraan gender dalam pendidikan disekolah dasar mitra PPL PGSD”,
Jurnal Tabularasa PPS Unimed, vol. 9, no. 1.
Daryati, “intergritas perspekktif adil gender dalam pendidikan disekolah menengah keatas”, Jurnal
Sosialitas, vol. : Vol. 2, no. No. 1.
14

EFIANINGRUM, ARIEFA, “Pendidikan dan pemajuan perempuan menuju keadilan gender”,
FONDASIA, vol. 1, no. 9.
fitriani, rahmi, habibullah, “Ketidaksetaraan Gender dalam Pendidikan”, Sosiokonsepsia, vol. 17, no. 1.
HARTATI, SRI, “Kesetaraan dan keadilan dalam pandangna perempuan bali study fenomotologi
terhadap penulis perempuan bali”, Jurnal Psikologi Undip, vol. 13, no. 2.
Ismanto, “Menyoal kesetaraan gender dalam evaluasi pembelajaran”, Palastren, vol. 5, no. 2.
JATININGSIH, OKSIANA, “Pengarusutamaan gender disekolah menengah atas:kebijakan sekolah
dalam menumbuhkan kesadaran gender dan kemitrasejateraan laki-laki dan perempuan”,
Lentera, Jurnal Studi Perempuan, vol. 9, no. 1.
khotimah, khusnul, “Diskriminasi Gender Terhadap Perempuan Dalam Sektor Pekerjaan”, pusat studi
gender stain purwokerto, vol. 4, no. 1.
MARDLIYAH, “Isu gender dalam pendidikan islam”, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, vol. 25, no. 2.
MUAFIAH, EVI, “Pendidikan islam berperspektif gender”, TADRIS, vol. 5, no. 2.
mursidah, “Pendidikan Berbasis Kesataraan dan Keadilan Gender”, muwazah, vol. 5, no. 2.
Shobahiya, Mahasri, “Pembelajaran Berperspektif Gender dalam Islam Untuk Anak Usia Dini”, Suhuf,
vol. 24, no. 1.
itouli siregar, dewi ashoru, “Sosialisasi Gender oleh Orang tua dan prasangka gender pada remaja.”,
jurnal psikologi, vol. 3, no. 2.
Sugeng Rusmiwari, Willy Tri Hardianto, “Kesenjanga gender(perempuan) dalam mendapatkan
pendidikan pada masyarakat perdesaan”, JISIP: Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, vol. 2, no.
1.
zaquisty, esti, “Sereotipe Peran Gender Bgai Pendidikan Anak”, muwazah, vol. 1, no. 1.

15