BUKU AJAR FILSAFAT ILMU

BUKU AJAR FILSAFAT ILMU

Oleh : Prof.Dr.Ir. M. Natsir Nessa, M.Si.

Prof. Dr. Ir. Najamuddin, M.Sc. Prof.Dr.Ir. Sudirman, M.Sc. Prof.Dr.Ir. Syamsu Alam Ali, MSi.

PROGRAM STUDI S2 ILMU PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

(' * ,

45 ' "

4' 4

( !- !-

-! -&

4 6'

-! -!

( -- --

4',42

(,('

,4 4 '

:- :

" '"

7! ( &3! 7-

&&/ &3

&&9 &3 &

62( "

2#' 6

&&9 &3 ! (

&&: &3 -

&!8 "

'( , &!8

Pengetahuan tentang filsafat ilmu semakin dirasakan manfaatnya mengingat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan semakin menyimpang jauh dari filsafat. Pada awalnya, filsafat mengkaji ilmu dengan tujuan untuk mensejahterakan ummat manusia. Aspek penyadaran akan penyimpangan ilmu sangat dibutuhkan bagi mahasiswa, sehingga mereka tidak mengulangi hal yang sama dimasa mendatang. Manfaatnya akan semakin terasa pada saat akan melakukan penelitian. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan, supaya peneltian yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik, sistematis, efisien dan menghasilkan sesuatu sesuai dengan rencana. Banyak kasus dimana peneliti tidak memahami dengan baik rencana penelitian yang telah dibuat, sehingga pada waktu melakukan penelitian di lapangan, melakukan penelitian yang sesungguhnya tidak sesuai dengan rancangan penelitian yang direncanakan.

Pada modul ini dipaparkan prinsip prinsip dasar filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang bagaimana perkembangan ilmu dari dulu sampai saat ini, dan bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan jika disandingkan dengan filsafat.

Ruang lingkup filsafat ilmu Pengertian filsafat dan ilmu Garis Besar Rencana pembelajaran (GBRP) Kontrak Pembelajaran

Pendahuluan merupakan modul pertama yang akan memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang filsafat, ilmu dan ruang lingkupnya.

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan ruang lingkup filsafat ilmu.

Menjelaskan pengertian filsafat. Menjelaskan rencana pembelajaran selama 1 semester Menguraikan kontrak perkuliahan.

Ilmu terdiri atas obyek material yang merupakan sasaran penyelidikan dan obyek formal yaitu metode pendekatan untuk memahami obyek material, seperti pendekatan induktif ataupun deduktif. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, yang tampak seperti empiris, yang tidak tampak seperti alam metafisika.

Filsafat merupakan induk ilmu, lebih luas dari ilmu, mencakup yang empiris dan non empiris. Ilmu berasal dari filsafat karena filsafatlah yang membahas segala hal yang ada secara sistematis, rasional, logis dan empiris yang kemudian bercabang, berkembang dan berspesialisasi.

1. Filsafat dan Hikmah Dalam bahasa Inggris filsafat berarti

, sedangkan dalam bahasa Yunani berarti

= cinta atau = persahabatan (tertarik kepada) dan kata

yang terdiri atas

= hikmah, kebijaksanaan, pengetahuan, ketrampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Secara etimologi filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (

). Beberapa pengertian tentang filsafat :

1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik dan lengkap tentang realitas.

2. Upaya untuk melukiskan hakikat realitas akhir, dasar dan nyata.

3. Upaya untuk menentukan batas batas dan jangkauan pengetahuan (sumber, hakikat, keabsahan dan nilainya)

4. Penyelidikan kritis atas pengandaian dan pernyataan yang diajukan oleh pengetahuan

5. Disiplin ilmu yang membantu melihat apa yang dikatakan dan untuk mengatakan apa yang dilihat.

Sedangkan menurut Moh. Hatta dan Langeveld, secara terminology definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam mendefinisikannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia filsafat berarti pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya.

Menurut Al Farabi (950 M), filsafat adalah ilmu tentang alam yang maujud, bertujuan menyelidiki hakikatnya yang sebenarnya. Sedangkan menurut Ibnu Rusyd (1126 – 1198), filsafat atau hikmah merupakan pengetahuan ‘otonom’ yang perlu dikaji oleh akal manusia.

Sutan Takdir Alisjahbana berpendapat bahwa filsafat adalah berfikir dengan insaf, sedangkan H. Hamersama menyatakan bahwa filsafat artinya pengetahuan metodis, sistematis dan koheren (bertalian) tentang seluruh kenyataan. Filsafat menurut Sidi Gazalba adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam mencari kebenaran, inti atau hakikat tentang segala sesuatu yang ada.

Salah satu makna filsafat adalah mengutamakan dan mencintai hikmah. Menurut Fuad Iframi al Bustani, hikmah adalah ungkapan atau pemikiran yang sesuai dengan kebenaran pendapat yang valid. Sedangkan menurut Ibnu Mundzir, hikmah berarti terhindar dari kerusakan dan kezaliman karena hikmah adalah ilmu yang sempurna dan bermanfaat. al Jurjani mendefinisikan hikmah artinya ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada menurut kadar kemampuan manusia sedangkan Ibnu Sina mengartikan hikmah berarti mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik Salah satu makna filsafat adalah mengutamakan dan mencintai hikmah. Menurut Fuad Iframi al Bustani, hikmah adalah ungkapan atau pemikiran yang sesuai dengan kebenaran pendapat yang valid. Sedangkan menurut Ibnu Mundzir, hikmah berarti terhindar dari kerusakan dan kezaliman karena hikmah adalah ilmu yang sempurna dan bermanfaat. al Jurjani mendefinisikan hikmah artinya ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang ada menurut kadar kemampuan manusia sedangkan Ibnu Sina mengartikan hikmah berarti mencari kesempurnaan diri manusia dengan menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik

Sementara Al syaybani menyatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah tapi cinta terhadap hikmah, berusaha mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya dan mencari sikap positif terhadapnya. Iapun menambahkan bahwa filsafat berarti

sebab akibat, dan menginterpretasikan pengalaman manusia.

2. Pengertian Ilmu Ilmu berasal dari bahasa Arab : ‘alima, ya’lamu, ‘ilman, dan wazan fa’ila, yaf’alu

yang artinya mengerti, memahami dengan benar. Dalam bahasa Inggris berarti science, bahasa Latin berarti scintia (pengetahuan) dan scire (mengetahui). Dalam kamus besar bahasa Indonesia artinya pengetahuan suatu bidang secara sistematis berdasarkan metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu di bidang itu.

Ciri ciri ilmu menurut terminology :

a. Koheren, empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktika.

b. Koherensi sistematik

c. Tidak memerlukan kepastian lengkap menurut penalaran perorangan.

d. Metode yang berhasil harus terbuka.

e. Metodologi

f. Bersumber di dalam kesatuan obyeknya. Definisi ilmu menurut beberapa ahli : Mohammad Hatta, ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang

pekerjaan hukum kausal dalam masalah yang sama tabiatnya, kedudukannya yang tampak dari luar dan bangunannya dari dalam.

Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, yang keempatnya serentak. Ashley Montagu, ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu system yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakikat prinsip tentang hal yang sedang diuji.

Karl Pearson, ilmu adalah lukisan atau keerangan yang komprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana. Alfanasyef, ilmu adalah pengetahuan manusia tentang alam, masyarakat dan pikiran. Harsojo, ilmu adalah :

1. Akumulasi pengtahuan yang sistematis.

2. Pendekatan atau metode pendekatan seluruh dunia empiris.

3. Cara menganalisis yang mengizinkan ahlinya untuk menyatakan : ‘JikaB., makaB.”

Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklarifikasi, tersistem, terukur, dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sedangkan pengetahuan adalah informasi berupa common sense, keseluruhan pengetahuan yang belum, tersusun baik metafisik maupun fisik. Kedudukan ilmu lebih tinggi dari pengetahuan karena memiliki metode dan mekanisme tertentu.

Landasan ilmu perlu menjawab persoalan berikut :

1. Landasan ontologis, seperti : obyek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud hakiki dari obyek tersebut ?

2. Landasan epistemologis : bagaimana prosedur dan mekanismenya ?

3. Landasan aksiologis, seperti : untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu digunakan ?

Adapun persamaan filsafat dan ilmu :

1. Mencari rumusan yang sebaik baiknya, selengkap lengkapnya sampai ke akar akarnya.

2. Memberikan pengertian mengenai hubungan yang ada antara kejadian dan menunjukkan sebab sebabnya.

3. Memberikan sintesis yaitu pandangn yang bergandengan.

4. Mempunyai metode dan system

5. Memberikan penjelasan tentang kenyataan yang timbul dari hasrat manusia terhadap pengetahuan yang mendasar.

Sedangkan perbedaan filsafat dan ilmu : Filsafat

Ilmu

1. Obyek material : universal Obyek material : khusus dan empiris

2. Obyek formal : nonfragmantis, Fragmantis, spesifik, intensif, teknik. luas, mendalam dan mendasar

3. Menonjolkan daya spekulasi, Riset melalui trial and error. kritis dan pengawasan

4. Pertanyaan lebih jauh dan Diskursif, logis, tidak tahu menjadi mendalam berdasarkan realitas

mendalam (primary causa) Penyebab tidak terlalu mendalam lebih

yang sekunder (secondary cause)

dekat

KOMPETENSI LULUSAN PROGRAM STUDI S2 ILMU PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

ELEMEN KOMPETENSI KOMPETENSI

KELOMPOK

No

RUMUSAN KOMPETENSI

a b c d e KOMPETENSI UTAMA

1 mampu merencanakan, melaksanakan dan mengelola penelitian dan pengkajian sumberdaya perikanan dan lingkungannya secara terpadu

dan berkelanjutan, 2 mampu mengidentifikasi dan menganalisis hal hal yang berhubungan

dengan pengelolaan, Ilmu Perikanan dan pembudidayaan biota perairan

secara terpadu dan berkelanjutan, 3 mampu menerapkan ilmu dan teknologi dalam pengelolaan dan Ilmu

Perikanan dan pembudidayaan biota perairan secara terpadu dan

berkelanjutan,

KOMPETENSI

4 mampu menganalisis dan menysun rencana, strategi dan kebijakan

PENDUKUNG

pengelolaan dan Ilmu Perikanan dan pembudidayaan biota perairan

secara terpadu dan berkelanjutan, 5 mampu melakukan rekayasa dalam pengelolaan dan Ilmu Perikanan dan

pembudidayaan biota perairan secara terpadu dan berkelanjutan,

6 mampu merencanakan pengembangan dan pembangunan suatu industri

perikanan secara terpadu dan berkelanjutan

KOMPETENSI

7 mampu merencanakan, membangun dan mengelola suatu sistim

TAMBAHAN

informasi perikanan secara terpadu dan berkelanjutan,

ELEMEN KOMPETENSI : a. Landasan kepribadian;

b. Penguasaan ilmu dan ketrampilan; c. Kemampuan berkarya; d. Sikap dan prilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan ilmu dan ketrampilan yang dikuasai; e. Pemahaman kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya

RENCANA PEMBELAJARAN BERBASIS KBK MATAKULIAH FILSAFAT ILMU PERIKANAN

Kompetensi Utama :Kemampuan dalam memahami hakekat ilmu pengetahuan dan kebenaran ilmiah Kompetensi Pendukung : Kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan beradaptasi dalam lingkungan kerja Kompetensi Tambahan : Kemampuan berkarya secara individu atau tim dalam usaha perikanan berkelanjutan Kompetensi Institusi : Kemampuan bekerja sama, menyesuaikan diri, mengembangkan diri dan berfikir logis, analitis & profesional.

Miggu

Indikator Penilaian Capaian Bobot ke

Hasil Pembelajaran (Learning

Nilai (%) (1)

Pokok Bahasan (PB)

Metode Pembelajaran

Outcome)

Outcome

(6) 1 Kontrak Pembelajaran

Mampu menjelaskan kontrak

Kejelasan kontrak perkuliahan

pembelajaran, kompetensi yg akan dicapai

2 Perbedaan pengetahuan dan

Kejelasan perbedaan 5 ilmu pengetahuan

Kuiah+kerja

Mampu menjelaskan : (1)

kelompok+Presentasi

kodrat manusia ingin tahu; (2)

pengetahuan dan ilmu

(Collaborative learning) pengaruh mistik; (3) filsafat

pengetahuan

sebagai ilmu; (4) alasan terjadinya ilmu pengetahuan; (5) kedudukan filsafat ilmu pengetahuan

3. Logika dan penalaran ilmiah

Kuliah + diskusi

Menjelaskan : proposisi, logika

Kejelasan uraian tentang : 5

deduktif, logika induktif,

proposisi, logika deduktif,

penalaran, kesesatan dalam

logika induktif, penalaran,

penalaran, penalaran ilmiah.

kesesatan dalam penalaran, penalaran ilmiah.

4 Perkembangan ilmu

Kejelasan uraian tentang 5 pengetahuan: (1) eksistensi ilmu

Kuliah+kerja

Menguraikan perkembangan

individu+tutorial

ilmu pengetahuan: (1) eksistensi perkembangan ilmu

pengetahuan; (2) batas-batas; (3) project based learning) ilmu pengetahuan; (2) batas- pengetahuan: (1) eksistensi ilmu pluralitas dan spesialisasi; (4)

pengetahuan; (2) batas-batas; logika kebenaran dan kepastian

batas; (3) pluralitas dan

spesialisasi; (4) logika kebenaran (3) pluralitas dan spesialisasi; (4) dan kepastian

logika kebenaran dan kepastian

5 Ilmu dan Nilai : aliran dan tokoh- Kuliah + diskusi

Kejelasan uraian tentang Ilmu 5 tokoh filsafat ilmu

Menjelaskan Ilmu dan Nilai :

aliran dan tokoh-tokoh filsafat

dan Nilai : aliran dan tokoh-

ilmu. Aliran-aliran dan tokoh-

tokoh filsafat ilmu. Aliran-aliran

tokoh filsafat ilmu; ilmu dan

dan tokoh-tokoh filsafat ilmu;

nilai; kajian filsafat; ilmu dan

ilmu dan nilai; kajian filsafat;

agama

ilmu dan agama

6 Pengetahuan dan ukuran

Kejelasan uraian tentang 5 kebenaran

Kuliah + diskusi

Menjelaskan pengetahuan dan

ukuran kebenaran: definisi dan

pengetahuan dan ukuran jenis pengetahuan; hakekat dan kebenaran: definisi dan jenis sumber pengetahuan; ukuran

pengetahuan; hakekat dan

kebenaran; klasifikasi dan

sumber pengetahuan; ukuran

hakekat ilmu

kebenaran; klasifikasi dan hakekat ilmu

7 Dasar-dasar ilmu

Kuliah + diskusi

Menjelaskan dasar-dasar ilmu

Mampu menjelaskan dasar- 5 dari segi : ontologi, epistemologi dasar ilmu dari segi : ontologi, dan aksiologi

epistemologi dan aksiologi 8 Sarana Ilmiah

Kuliah + diskusi

Menjelaskan sarana ilmiah

Kejelasan menguraikan sarana 5

meliputi : bahasa, matematika,

ilmiah meliputi : bahasa,

matematika, statistik dan logika 9 Hakekat ilmu, menentukan objek Kuliah + diskusi

statistik dan logika

Kejelasan menguraikan hakekat 6 tujuan, cara pencapaian tujuan

Menjelaskan hakekat ilmu,

ilmu, menentukan objek tujuan, dan pemanfaatan; obyek materi;

menentukan objek tujuan, cara

cara pencapaian tujuan dan obyek forma; aspek aksiologi,

pencapaian tujuan dan

pemanfaatan; obyek materi; aspek etik; aspek epistemologi;

pemanfaatan; obyek materi;

obyek forma; aspek aksiologi, ilmu teoritis & terapan; teknologi

obyek forma; aspek aksiologi,

aspek etik; aspek epistemologi;

aspek etik; aspek epistemologi;

& perkembangannya

ilmu teoritis & terapan;

ilmu teoritis & terapan;

teknologi & perkembangannya 10 Perkembangan metode keilmuan Kuliah+kerja

teknologi & perkembangannya

Kejelasan menguraikan metode 5 bidang studi; hakekat metode;

Menjelaskan perkembangkan

keilmuan bidang studi; hakekat sumber metode; bentuk metode (project based

individu+tutorial

metode keilmuan bidang studi;

hakekat metode; sumber

metode; sumber metode;

learning)

metode; bentuk metode

bentuk metode

11 Kebenaran ilmiah; pengertian

Menjelaskan kebenaran ilmiah; Kejelasan menguraikan 5 sistem, jenis-jenis sistem

Kuliah + diskusi

pengertian sistem, jenis-jenis

kebenaran ilmiah; pengertian

sistem, jenis-jenis sistem 12-13

sistem

Kebenaran ilmiah bidang studi;

Kejelasan uraian kebenaran 9 sumber kebenaran, teori

Kuliah + diskusi

Menjelaskan kebenaran ilmiah

ilmiah bidang studi; sumber kebenaran

bidang studi; sumber

kebenaran, teori kebenaran 14-15

kebenaran, teori kebenaran

Etika dan estetika dalam

Kejelasan uraian etika dan 9 pengembangan ilmu bidang studi individu+tutorial

Kuliah+kerja

Menjelaskan etika dan estetika

estetika dalam pengembangan khusus dan pemanfaatannya:

dalam pengembangan ilmu

ilmu bidang studi khusus dan etika dan estetika ilmu

(project based

bidang studi khusus dan

pemanfaatannya: etika dan pengetahuan bidang studi

learning)

pemanfaatannya: etika dan

estetika ilmu pengetahuan khusus; pengembangan ilmu

estetika ilmu pengetahuan

bidang studi khusus;

bidang studi khusus;

bidang studi khusus &

pengembangan ilmu bidang tanggungjawab ilmiah; manfaat

pengembangan ilmu bidang

studi khusus & tanggungjawab ilmu pengetahuan bidang studi

studi khusus & tanggungjawab

ilmiah; manfaat ilmu

ilmiah; manfaat ilmu

kasus pengetahuan bidang studi kasus pengetahuan bidang studi kasus 16 Tantangan dan masa depan ilmu Kuliah + diskusi

Menjelaskan tantangan masa

Kejelasan uraian tentang 6

depan ilmu: kemajuan ilmu dan

tantangan masa depan ilmu:

krisis kemanusiaan; agama ilmu

kemajuan ilmu dan krisis

dan masa depan manusia

kemanusiaan; agama ilmu dan masa depan manusia

17 Evaluasi

Presentasi & Ujian tulis

Pendahuluan memberikan gambaran penting secara menyeluruh materi yang akan dipelajari selama 1 semester perkuliahan, termasuk tugas – tugas yang akan dikerjakan oleh mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa dapat membuat perencanaan dan strategi menghadapi perkuliahan.

Amsal Bahtiar, 2011. Filsafat Ilmu. Rajawali Press. Jakarta. Suparlan Suhartono, 1997. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Konsep Dasar. Unhas. Jujun S. Suriasumantri. 1993. Ilmu dalam perspektif. PT. Gramedia, Jakarta. Jujun S. Suriasumantri. 1994. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Sinar Harapan, Jakarta. Soetriono dan SRDM Rita Hanafie, 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi Penelitian. Andi Yokyakarta. Van Melsen. 1989. Ilmu pengetahuan dan tanggungjawab kita (terjemahan). PT. Gramedia, Jakarta. Aceng Rahmat, Conny Semiawan, Diana Nomida, Ismail Arianto, Kinayati Djoyosuroto, Nadiroh, Nusa Putra, Sabarti

akhadiah, 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Pengetahuan tentang metode penelitian semakin dirasakan manfaatnya dan telah menjadi perangkat yang penting bagi mahasiswa dan para peneliti. Manfaatnya akan semakin terasa pada saat akan melakukan penelitian. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan, supaya peneltian yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik, sistematis, efisien dan menghasilkan sesuatu sesuai dengan rencana. Banyak kasus dimana peneliti tidak memahami dengan baik rencana penelitian yang telah dibuat, sehingga pada waktu melakukan penelitian di lapangan, melakukan penelitian yang sesungguhnya tidak sesuai dengan rancangan penelitian yang direncanakan.

Pada modul ini dipaparkan prinsip prinsip dasar metode penelitian dan wawasan ilmu pengetahuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang cara berfikir ilmiah dan mendapatkan kebenaran ilmiah melalui penelitian .

E. Ruang Lingkup Isi Definisi penelitian ilmiah Wawasan ilmu pengetahuan Garis Besar Rencana pembelajaran (GBRP) Kontrak Pembelajaran

F. Kaitan Modul Pendahuluan merupakan modul pertama yang akan memberikan pemahaman

kepada mahasiswa tentang metode penelitian dan wawasan ilmu penetahuan.

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat: Menjelaskan definisi penelitian ilmiah. Menjelaskan wawasan ilmu pengetahuan. Menjelaskan rencana pembelajaran selama 1 semester Menguraikan kontrak perkuliahan.

), dalam adalah kepercayaan yang benar ( ). Secara terminology, menurut Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Dalam arti luas berarti kehadiran internasional obyek dalam subyek, dalam arti sempit berarti kebenaran, kepastian. Pengetahuan dapat juga berarti pengalaman sadar, harus benar agar tidak kontradiksi.

Pengetahuan secara etimologi yaitu

1. Jenis pengetahuan Menurut Burhanuddin Salam jenis pengetahuan manusia antara lain :

Pengetahuan biasa, common sense, good sense, diperoleh dari pengalaman sehari hari.

mengorganisasikan dan mensistemasikan common sense dari pengalaman dan pengamatan sehari hari. Pengetahuan filsafat, yaitu pengetahuan yang diperoleh dari pemikiranbersifat kontemplatif dan spekulatif, menekankan pada universalitas kajian mendalam.

Pengetahuan agama, berasal dari Tuhan melalui utusannya.

2. Perbedaan Pengetahuan dan Ilmu Dalam bahasa Inggris, pengetahuan artinya knowledge, sedangkan ilmu

artinya science. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau artinya science. Pengetahuan adalah hasil tahu manusia terhadap sesuatu atau

Ilmu menurut Carles Siregar, ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan. Sedangkan menurut Liang Gie ilmu adalah aktivitas manusia sehingga memperoleh pengetahuan , lebih lengkap dan cermat tentang alam di masa lampau, sekarang dan nanti, untuk beradaptasi, mengubah lingkungan dan sifat sifatnya.

Ilmu dan pengetahuan berbeda karena ciri sistematisnya dan cara memperolehnya. Dalam bahasa pengetahuan dan ilmu bersinonim arti, sedangkan dalam arti material, keduanya berbeda.

1. Hakikat Pengetahuan Dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan yaitu :

a. Realisme, gambaran yang sebenarnya dari apa yang ada di alam nyata sehingga pengetahuan adalah benar dan tepat jika sesuai dengan kenyataan, mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan yang diketahui. Tidak mementingkan pada subyek tapi obyek.

b. Idealisme, pengetahuan adalah proses mental psikologis yang subyektif. Dunia dan bagiannya adalah satu kesatuan yang utuh dan saling berhubungan. Mementingkan subyek dibandingkan obyek sehingga tidak mengakui kebenaran universal, kebenaran menjadi relative.

2. Sumber Pengetahuan

a. Empirisme, pengetahuan diperoleh melalui pengalaman, bukan bawaan. Tokohnya : John Locke, David Hume.

b. Rasionalisme, pengetahuan diperoleh dengan akal. Tidak mengingkari kegunaan indera dalam memperoleh pengetahuan.

c. Intuisi, hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi (Henry Bergson), mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang bersifat c. Intuisi, hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi (Henry Bergson), mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis yang bersifat

d. Wahyu, berasal dari Tuhan melalui para nabi.

Ada 3 jenis kebenaran, yaitu : kebenaran epistemologis, berhubungan dengan pengetahuan manusia, kebenaran ontologism yaitu kebenaran sebagai sifat dasar yang melekat pada hakikat segala sesuatu yang ada atau diadakan, dan kebenaran semantic yaitu kebenaran yang terdapat dan melekat pada tutur kata dan bahasa. Teori yang menjelaskan kebenaran epistemologis antara lain :

1. Teori Korespondensi, keadaan dianggap benar jika ada kesesuaian (correspondence) antara arti yang dimaksud suatu pernyataan atau pendapat dengan obyek yang dituju oleh pernyataan atau pendapat tersebut. Kebenaran antara subyek dan obyek. Umumnya dianut pengikut realism.

2. Teori Koherensi (konsistensi) tentang Kebenaran, kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan (judgment) dengan sesuatu yang lain (fakta, realitas) tetapi atas hubungan antar putusan itu sendiri.

3. Teori Pragmatisme tentang Kebenaran, benar tidaknya suatu ucapan, dalil, atau teori, hanya bergantung pada asas manfaat. Kebenaran terbukti oleh kegunaannya, hasilnya, dan oleh akibat akibat praktisnya.

4. Agama sebagai Teori Kebenaran, sesuatu dianggap benar jika sesuai dengan ajaran agama atau wahyu sebagai penentu kebenaran mutlak.

Al Farabi mengklasifikasi ilmu secara filosofis seperti ilmu matematika, ilmu alam, metafisika, ilmu politik dan terakhir yurisprudensi dan teologis dialektis. Al Ghazali membagi ilmu secara filosofis ke dalam ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyah. Muh. Al Bahi membagi ilmu yaitu yang bersumber dari Tuhan dan Al Farabi mengklasifikasi ilmu secara filosofis seperti ilmu matematika, ilmu alam, metafisika, ilmu politik dan terakhir yurisprudensi dan teologis dialektis. Al Ghazali membagi ilmu secara filosofis ke dalam ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyah. Muh. Al Bahi membagi ilmu yaitu yang bersumber dari Tuhan dan

Islam mengenal hierarki keilmuan yakni terdapat hierarki dalam obyek yang diketahui dan subyek yang mengetahui. Adanya pengakuan wawasan Yang Kudus menjabarkan secara hierarkis ke dalam berbagai bidang keilmuan.

Merumuskan Hipotesis (15%) NAMA

No NIRM

Pendahuluan memberikan gambaran penting secara menyeluruh materi yang akan dipelajari selama 1 semester perkuliahan, termasuk tugas – tugas yang akan dikerjakan oleh mahasiswa. Dengan demikian mahasiswa dapat membuat perencanaan dan strategi menghadapi perkuliahan.

Amsal Bahtiar, 2011. Filsafat Ilmu. Rajawali Press. Jakarta. Suparlan Suhartono, 1997. Filsafat Ilmu Pengetahuan: Konsep Dasar. Unhas. Jujun S. Suriasumantri. 1993. Ilmu dalam perspektif. PT. Gramedia, Jakarta. Jujun S. Suriasumantri. 1994. Filsafat ilmu sebuah pengantar populer. Sinar

Harapan, Jakarta. Soetriono dan SRDM Rita Hanafie, 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi

Penelitian. Andi Yokyakarta. Van Melsen. 1989. Ilmu pengetahuan dan tanggungjawab kita (terjemahan).

PT. Gramedia, Jakarta.

Aceng Rahmat, Conny Semiawan, Diana Nomida, Ismail Arianto, Kinayati Djoyosuroto, Nadiroh, Nusa Putra, Sabarti akhadiah, 2011. Filsafat Ilmu Lanjutan. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Pengetahuan tentang metode penelitian semakin dirasakan manfaatnya dan telah menjadi perangkat yang penting bagi mahasiswa dan para peneliti. Manfaatnya akan semakin terasa pada saat akan melakukan penelitian. Pengetahuan yang memadai sangat diperlukan, supaya peneltian yang akan dilakukan dapat direncanakan dengan baik, sistematis, efisien dan menghasilkan sesuatu sesuai dengan rencana. Banyak kasus dimana peneliti tidak memahami dengan baik rencana penelitian yang telah dibuat, sehingga pada waktu melakukan penelitian di lapangan, melakukan penelitian yang sesungguhnya tidak sesuai dengan rancangan penelitian yang direncanakan.

Pada modul ini dipaparkan prinsip prinsip dasar metode penelitian dan wawasan ilmu pengetahuan untuk memberikan gambaran kepada mahasiswa tentang cara berfikir ilmiah dan mendapatkan kebenaran ilmiah melalui penelitian .

H. Ruang Lingkup Isi Definisi penelitian ilmiah Wawasan ilmu pengetahuan Garis Besar Rencana pembelajaran (GBRP) Kontrak Pembelajaran

I. Kaitan Modul Pendahuluan merupakan modul pertama yang akan memberikan pemahaman

kepada mahasiswa tentang metode penelitian dan wawasan ilmu penetahuan.

Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan dapat:

Menjelaskan definisi penelitian ilmiah. Menjelaskan wawasan ilmu pengetahuan. Menjelaskan rencana pembelajaran selama 1 semester Menguraikan kontrak perkuliahan.

Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bias menjumpai pandangan pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005).

Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata science berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui.

Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang bidang empirisme– positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan metafisika (Kartanegara, 2003). Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Will Duran dalam bukunya The story of Philosophy mengibaratkan bahwa filsafat seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri inilah sebagai pengetahuan yang di antaranya ilmu. Filsafat Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire. Namun ilmu memiliki ruang lingkup yang berbeda dengan science (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang bidang empirisme– positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan metafisika (Kartanegara, 2003). Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Will Duran dalam bukunya The story of Philosophy mengibaratkan bahwa filsafat seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri inilah sebagai pengetahuan yang di antaranya ilmu. Filsafat

Agus Comte dalam Scientific Metaphysic, Philosophy, Religion and Science, 1963 membagi tiga tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yaitu: religius, metafisic dan positif. Dalam tahap awal asas religilah yang dijadikan postulat ilmiah sehingga ilmu merupakan deduksi atau penjabaran religi. Tahap berikutnya orang mulai berspekulasi tentang metafisika dan keberadaan wujud yang menjadi obyek penelaahan yang terbebas dari dogma religi dan mengembangkan sistem pengetahuan di atas dasar postulat metafisik. Tahap terakhir adalah tahap pengetahuan ilmiah (ilmu) di mana asas asas yang digunakan diuji secara positif dalam proses verifikasi yang obyektif. Tahap terakhir Inilah karakteristik sains yang paling mendasar selain matematika.

Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on = being, wujud, apa + logos = teori ), ontology ( teori tentang apa). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak ilmiah. Adapun yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa; sehingga memenuhi asas pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan.

Sedang pengetahuan tak ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam hal ini berupa pengetahuan hasil serapan inderawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama maupun baru didapat. Di samping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).

Dengan lain perkataan, pengetahuan ilmiah diperoleh secara sadar, aktif, sistematis, jelas prosesnya secara prosedural, metodis dan teknis, tidak bersifat acak, kemudian diakhiri dengan verifikasi atau diuji kebenaran (validitas) ilmiahnya. Sedangkan pengetahuan yang prailmiah, walaupun sesungguhnya diperoleh secara sadar dan aktif, namun bersifat acak, yaitu tanpa metode, apalagi yang berupa intuisi, sehingga tidak dimasukkan dalam ilmu. Dengan demikian, pengetahuan pra ilmiah karena tidak diperoleh secara sistematis metodologis ada yang cenderung

menyebutnya sebagai pengetahuan “naluriah”.

Dalam sejarah perkembangannya, di zaman dahulu yang lazim disebut tahap mistik, tidak terdapat perbedaan di antara pengetahuanpengetahuan yang berlaku juga untuk obyek obyeknya. Pada tahap mistik ini, sikap manusia seperti dikepung oleh kekuatan kekuatan gaib di sekitarnya, sehingga semua obyek tampil dalam kesemestaan dalam artian satu sama lain berdifusi menjadi tidak jelas batas batasnya.

Tiadanya perbedaan di antara pengetahuan pengetahuan itu mempunyai implikasi sosial terhadap kedudukan seseorang yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan untuk dipandang sebagai pemimpin yang mengetahui segala galanya. Fenomena tersebut sejalan dengan tingkat kebudayaan primitif yang belum mengenal berbagai organisasi kemasyarakatan, sebagai implikasi belum adanya diversifikasi pekerjaan. Seorang pemimpin dipersepsikan dapat merangkap fungsi apa saja, antara lain sebagai kepala pemerintahan, hakim, guru, panglima perang, pejabat pernikahan, dan sebagainya. Ini berarti pula bahwa pemimpin itu mampu menyelesaikan segala masalah, sesuai dengan keanekaragaman fungsional yang dicanangkan kepadanya. Tahap berikutnya adalah tahap ontologis, yang membuat manusia telah terbebas dari kepungan Tiadanya perbedaan di antara pengetahuan pengetahuan itu mempunyai implikasi sosial terhadap kedudukan seseorang yang memiliki kelebihan dalam pengetahuan untuk dipandang sebagai pemimpin yang mengetahui segala galanya. Fenomena tersebut sejalan dengan tingkat kebudayaan primitif yang belum mengenal berbagai organisasi kemasyarakatan, sebagai implikasi belum adanya diversifikasi pekerjaan. Seorang pemimpin dipersepsikan dapat merangkap fungsi apa saja, antara lain sebagai kepala pemerintahan, hakim, guru, panglima perang, pejabat pernikahan, dan sebagainya. Ini berarti pula bahwa pemimpin itu mampu menyelesaikan segala masalah, sesuai dengan keanekaragaman fungsional yang dicanangkan kepadanya. Tahap berikutnya adalah tahap ontologis, yang membuat manusia telah terbebas dari kepungan

Orang orang yang tidak mengakui status ontologis obyek obyek metafisika pasti tidak akan mengakui status status ilmiah dari ilmu tersebut. Itulah mengapa tahap ontologis dianggap merupakan tonggak ciri awal pengembangan ilmu. Dalam hal ini subyek menelaah obyek dengan pendekatan awal pemecahan masalah, semata mata mengandalkan logika berpikir secara nalar. Hal ini merupakan salah satu ciri pendekatan ilmiah yang kemudian dikembangkan lebih lanjut menjadi metode ilmiah yang makin mantap berupa proses berpikir secara analisis dan sintesis. Dalam proses tersebut berlangsung logika berpikir secara deduktif, yaitu menarik kesimpulan khusus dari yang umum.

Hal ini mengikuti teori koherensi, yaitu perihal melekatnya sifat yang terdapat pada sumbernya yang disebut premis premis yang telah teruji kebenarannya, dengan kesimpulan yang pada gilirannya otomatis mempunyai kepastian kebenaran. Dengan lain perkataan kesimpulan tersebut praktis sudah diarahkan oleh kebenaran premis premis yang bersangkutan. Walaupun kesimpulan tersebut sudah memiliki kepastian kebenaran, namun mengingat bahwa prosesnya dipandang masih bersifat rasional–abstrak, maka harus dilanjutkan dengan logika berpikir secara induktif. Hal ini mengikuti teori korespondensi, yaitu kesesuaian antara hasil pemikiran rasional dengan dukungan data empiris melalui penelitian, dalam rangka menarik kesimpulan umum dari yang khusus. Sesudah melalui tahap ontologis, maka dimasukan tahap akhir yaitu tahap fungsional.

Pada tahap fungsional, sikap manusia bukan saja bebas dari kepungan kekuatan kekuatan gaib, dan tidak semata mata memiliki pengetahuan ilmiah secara empiris, melainkan lebih daripada itu. Sebagaimana diketahui, ilmu tersebut secara fungsional dikaitkan dengan kegunaan langsung bagi kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Tahap fungsional pengetahuan sesungguhnya memasuki proses aspel aksiologi filsafat ilmu, yaitu yang membahas amal ilmiah serta profesionalisme terkait dengan kaidah moral. Sementara itu, ketika kita membicarakan tahap tahap perkembangan Pada tahap fungsional, sikap manusia bukan saja bebas dari kepungan kekuatan kekuatan gaib, dan tidak semata mata memiliki pengetahuan ilmiah secara empiris, melainkan lebih daripada itu. Sebagaimana diketahui, ilmu tersebut secara fungsional dikaitkan dengan kegunaan langsung bagi kebutuhan manusia dalam kehidupannya. Tahap fungsional pengetahuan sesungguhnya memasuki proses aspel aksiologi filsafat ilmu, yaitu yang membahas amal ilmiah serta profesionalisme terkait dengan kaidah moral. Sementara itu, ketika kita membicarakan tahap tahap perkembangan

Dalam hal ini menyangkut yang mempunyai eksistensi dalam dimensi ruang dan waktu, dan terjangkau oleh pengalaman inderawi. Dengan demikian, meliputi fenomena yang dapat diobservasi, dapat diukur, sehingga datanya dapat diolah, diinterpretasi, diverifikasi, dan ditarik kesimpulan. Dengan lain perkataan, tidak menggarap hal hal yang gaib seperti soal surga atau neraka yang menjadi garapan ilmu keagamaan.

Telaahan kedua adalah dari segi epistimologi, yaitu meliputi aspek normatif mencapai kesahihan perolehan pengetahuan secara ilmiah, di samping aspek prosedural, metode dan teknik memperoleh data empiris. Kesemuanya itu lazim disebut metode ilmiah, meliputi langkahlangkah pokok dan urutannya, termasuk proses logika berpikir yang berlangsung di dalamnya dan sarana berpikir ilmiah yang digunakannya. Telaahan ketiga ialah dari segi aksiologi, yang sebagaimana telah disinggung di atas terkait dengan kaidah moral pengembangan penggunaan ilmu yang diperoleh.

Epistimologi, Ontologi, dan Aksiologi Tahapan Ontologi (Hakikat Ilmu) �� Obyek apa yang telah ditelaah ilmu? �� Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? �� Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia

(seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? �� Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang

berupa ilmu? �� Bagaimana prosedurnya? Epistimologi (Cara Mendapatkan Pengetahuan)

�� Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?

�� Bagaimana prosedurnya? �� Hal hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan

dengan benar? �� Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri? �� Apa kriterianya? �� Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan

pengetahuan yang berupa ilmu? Aksiologi (Guna Pengetahuan) �� Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan? �� Bagaiman kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah kaidah

moral? �� Bagaimana penetuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan pilihan

moral? �� Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan

operasionalisasi metode ilmiah dengan norma norma moral/profesional? Sumber: Suriasumantri, 1993 Teori pengetahuan yang bersifat subjektif akan memberikan jawaban ”TIDAK”,

kita tidak akan mungkin mengetahui, menemukan hal hal yang ada di balik pengaman dan ide kita. Sedangkan teori pengetahuan yang bersifat obyektif akan memberikan jawaban ”YA”.

Sumber Sumber Pengetahuan Ada 2 cara pokok mendapatkan pengetahuan dengan benar: pertama,

mendasarkan diri dengan rasio. Kedua, mendasarkan diri dengan pengalaman. Kaum

dan pengalaman mengembangkan empirisme. Kaum rasionalis mengembangkan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dari ide yang

rasionalis

mengembangkan

rasionalisme, rasionalisme,

Di samping rasionalisme dan pengalaman masih ada cara lain yakni intuisi atau wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran, bersifat personal dan tak bisa diramalkan. Sedangkan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia.m Masalah yang muncul dalam sumber pengetahuan adalah dikotomi atau gap antara sumber ilmu umum dan ilmu agama. Bagi agama Islam sumber ilmu yang paling otoritatif adalah Alquran dan Hadis. Bagi ilmu umum (imuwan sekuler) satunya satunya yang valid adalah pengalaman empiris yang didukung oleh indrawi melalui metode induksi. Sedangkan metode deduksi yang ditempuh oleh akal dan nalar sering dicurigai secara apriopri (yakni tidak melalui pengalaman). Menurut mereka, setinggitingginya pencapaian akal adalah filsafat. Filsafat masih dipandang terlalu spekulatif untuk bisa mengkonstruksi bangunan ilmiah seperti yang diminta kaum positivis. Adapun pengalaman intuitif sering dianggap hanya sebuah halusinasi atau ilusi belaka. Sedangkan menurut agamawan pengalaman intuitif dianggap sebagai sumber ilmu, seperti para nabi memperoleh wahyu ilahi atau mistikus memperoleh limpahan cahaya Ilahi.

Masalah berikutnya adalah pengamatan. Sains modern menentukan obyek ilmu yang sah adalah segala sesuatu sejauh ia dapat diobservasi (the observables) atau diamati oleh indra. Akibatnya muncul penolakan dari filosof logika positivisme yang menganggap segala pernyataan yang tidak ada hubungan obyek empirisnya sebagai nonsens. Perbedaan ini melahirkan metafisik (dianggap gaib) dan fisik (dianggap science). Masalah lainnya adalah munculnya disintegrasi pada tatanan klasifikasi ilmu. Penekanan sains modern pada obyek empiris (ilmu ilmu fisika) membuat cabang ilmu nonfisik bergeser secara signifikan ke pinggiran. Akibatnya timbul pandangan negatif bahwa bidang kajian agama hanya menghambat kemajuan. Seperti dalam anggapan Freud yang menyatakan agama dan terutama pendukungnya yang fanatic bertanggung jawab terhadap pemiskinan pengetahuan karena melarang anak didik untuk bertanya secara kritis. Masalah lainnya yang muncul adalah Masalah berikutnya adalah pengamatan. Sains modern menentukan obyek ilmu yang sah adalah segala sesuatu sejauh ia dapat diobservasi (the observables) atau diamati oleh indra. Akibatnya muncul penolakan dari filosof logika positivisme yang menganggap segala pernyataan yang tidak ada hubungan obyek empirisnya sebagai nonsens. Perbedaan ini melahirkan metafisik (dianggap gaib) dan fisik (dianggap science). Masalah lainnya adalah munculnya disintegrasi pada tatanan klasifikasi ilmu. Penekanan sains modern pada obyek empiris (ilmu ilmu fisika) membuat cabang ilmu nonfisik bergeser secara signifikan ke pinggiran. Akibatnya timbul pandangan negatif bahwa bidang kajian agama hanya menghambat kemajuan. Seperti dalam anggapan Freud yang menyatakan agama dan terutama pendukungnya yang fanatic bertanggung jawab terhadap pemiskinan pengetahuan karena melarang anak didik untuk bertanya secara kritis. Masalah lainnya yang muncul adalah

Sejarah Perkembangan Ilmu

A. Zaman Yunani Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah

peradaban manusia karena pada waktu itu terjadi perubahan pola pikir mitosentris (pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi). Gempa bumi tidak dianggap fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas. Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal usul alam adalah Thales (624 546 SM) mempertanyakan “Apa sebenarnya asal usul alam semesta ini?” Ia mengatakan asal alam adalah air karena air unsur penting bagi setiap makhluk hidup, air dapat berubah menjadi benda gas, seperti uap dan benda dapat, seperti es, dan bumi ini juga berada di atas air.

Sedangkan Heraklitos mempunyai kesimpulan bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya, yaitu api. Api adalah unsur yang paling asasi dalam alam karena api dapat mengeraskan adonan roti dan di sisi lain dapat melunakkan es. Artinya, api adalah aktor pengubah dalam alam ini, sehingga api pantas dianggap sebagai simbol perubahan itu sendiri.

Pythagoras (580 500 SM) berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur bilangan merupakan juga unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsur unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Menurut Abu Al Hasan Al Amiri, seorang filosof muslim Phitagoras belajar geometri dan matematika dari orang orang mesir (Rowston, dalam Kartanegara, 2003). Filosof alam ternyata tidak dapat Pythagoras (580 500 SM) berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama dari alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur bilangan merupakan juga unsur yang terdapat dalam segala sesuatu. Unsur unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas. Menurut Abu Al Hasan Al Amiri, seorang filosof muslim Phitagoras belajar geometri dan matematika dari orang orang mesir (Rowston, dalam Kartanegara, 2003). Filosof alam ternyata tidak dapat

Ilmu juga mendapat ruang yang sangat kondusif dalam pemikiran kaum sofis karena mereka memberi ruang untuk berspekulasi dan sekaligus merelatifkan teori ilmu, sehingga muncul sintesa baru. Socrates, Plato, dan Aristoteles menolak relativisme kaum sofis. Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia.

Periode setelah Socrates disebut dengan zaman keemasan filsafat Yunani karena pada zaman ini kajian kajian yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat tentang manusia. Tokoh yang sangat menonjol adalah Plato (429 347 SM), yang sekaligus murid Socrates. Menurutnya, kebenaran umum itu ada bukan dibuat buat bahkan sudah ada di alam idea. Puncak kejayaan filsafat Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384 322 SM). Ia murid Plato, berhasil menemukan pemecahan persoalanpersoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya silogisme terdiri dari tiga premis:

Semua manusia akan mati (premis mayor). Socrates seorang manusia (premis minor). Socrates akan mati (konklusi).

Aristoteles dianggap bapak ilmu karena dia mampu meletakkan dasar dasar dan metode ilmiah secara sistematis.

Sejarah Perkembangan Filsafat dan Ilmu Pengetahuan Filsafat mengambil peran penting karena dalam filsafat kita bias menjumpai

pandangan pandangan tentang apa saja (kompleksitas, mendiskusikan dan menguji kesahihan dan akuntabilitas pemikiran serta gagasan gagasan yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan intelektual (Bagir, 2005).

Menurut kamus Webster New World Dictionary, kata science berasal dari kata latin, scire yang artinya mengetahui. Secara bahasa science berarti “keadaan atau fakta mengetahui dan sering diambil dalam arti pengetahuan (knowledge) yang dikontraskan melalui intuisi atau kepercayaan. Namun kata ini mengalami perkembangan dan perubahan makna sehingga berarti pengetahuan yang sistematis yang berasal dari observasi, kajian, dan percobaan percobaan yang dilakukan untuk menetukan sifat dasar atau prinsip apa yang dikaji. Sedangkan dalam bahasa Arab, ilmu (ilm) berasal dari kata alima yang artinya mengetahui.

Jadi ilmu secara harfiah tidak terlalu berbeda dengan science yang berasal dari kata scire.

lingkup yang berbeda dengan science (sains). Sains hanya dibatasi pada bidang bidang empirisme– positiviesme sedangkan ilmu melampuinya dengan nonempirisme seperti matematika dan metafisika (Kartanegara, 2003). Berbicara mengenai ilmu (sains) maka tidak akan terlepas dari filsafat. Tugas filsafat pengetahuan adalah menunjukkan bagaimana “pengetahuan tentang sesuatu sebagaimana adanya”. Will Duran dalam bukunya The story of Philosophy mengibaratkan bahwa filsafat seperti pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri inilah sebagai pengetahuan yang di antaranya ilmu. Filsafat yang memenangkan tempat berpijak bagi kegiatan keilmuan. Semua ilmu baik ilmu alam maupun ilmu sosial bertolak dari pengembangannya sebagai filsafat. Nama asal fisika adalah filsafat alam (natural philosophy) dan nama asal ekonomi adalah filsafat moral (moral philosophy). Issac Newton (1642 1627) menulis hukum hukum fisika sebagai Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (1686) dan Adam Smith (1723 1790) Bapak Ilmu Ekonomi menulis buku The Wealth Of Nation (1776) dalam fungsinya sebagai Professor of Moral Philosophy di Universitas Glasgow.

Namun

ilmu

Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V MELALUI METODE PERMAINAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKARAME BANDAR LAMPUNG YUSNIAR SDN 1 SUKARAME, Bandar Lampung ABSTRACT - View of Upaya Meningkatkan Hasil

0 0 8

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KETUNTASAN BELAJAR KOMPETENSI DASAR MENDESKRIPSIKAN RUMAH SEHAT MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BAGI PESERTA DIDIK KELAS I DI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SUKARAME BANDAR LAMPUNG An

0 0 10

1 LENTERA: Jurnal Ilmiah Kependidikan STKIP PGRI BANDAR LAMPUNG http:jurnal.stkippgribl.ac.idindex.phplentera EFEKTIVITAS BAHAN AJAR “MARI MEMBACA CEPAT” PADA PEMBELAJARAN MEMBACA CEPAT DAN PEMAHAMAN SISWA KELAS V SD NEGERI

0 0 10

INTELLECTUAL PROPERTY ANIMASI DI INDONESIA DALAM BUKU KATALOG NGANIMASI INDONESIA

0 2 10

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR TIRUAN (MAKET) TERHADAP HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MATERI KEHIDUPAN MASYARAKAT PADA MASA PRAAKSARA SISWA KELAS X SMA LAB SCHOOL UNSYIAH SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2017-2018 Devi Ana Amalia1 , Mawardi2 , Nurasi

0 1 5

MANFAAT PENTING “BENDA CAGAR BUDAYA” SEBAGAI PENINGGALAN SEJARAHARKEOLOGI UNTUK KEPENTINGAN AGAMA,SOSIAL BUDAYA, SOSIAL EKONOMI, PENDIDIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN (STUDI KAJIAN BUDAYA) Ida Bagus Nyoman Wartha Dosen Prodi Sejarah, FKIP Unmas Denpasar ABSTRAK

1 1 8

KEADILAN DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT ILMU HUKUM

0 0 10

PENERAPAN HUKUMAN MATI DI INDONESIA DITINJAU DARI FILSAFAT HUKUM Oleh Siti Humulhaer) Abstrak - Filsafat Hukum Mtri Pdkg Hukuman Mati Fil H

0 0 11

BUKU PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN

0 1 32

FILSAFAT HUKUM PANCASILA: ANTARA CITA IDEAL HUKUM DAN NILAI PRAKSIS

0 1 84