ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK MENILAI
KINERJA PERUSAHAAN PADA KELOMPOK INDUSTRI
OTOMOTIF

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Program Sarjana Fakultas Ekonomi

Disusun Oleh :
Timbul Sihombing
201210325035

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS BHAYANGKARA
JAKARTA RAYA
2012

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam
suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala kecil, menengah dan besar,

akan mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam
perkembangan dunia usaha yang semakin maju, persaingan antara satu perusahaan
dengan perusahaan lainnya semakin ketat. Belum lagi kondisi perekonomian
Indonesia sekarang yang tidak menentu menyebabkan banyaknya perusahaan
yang tiba-tiba mengalami kebangkrutan maupun hengkang dari Indonesia. Oleh
karena itu, agar perusahaan dapat bertahan atau bahkan bisa tumbuh dan
berkembang, perusahaan harus mencermati kondisi dan kinerja perusahaan. Untuk
mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan maka
diperlukan suatu analisis yang tepat.
Metode yang dapat dipakai untuk menilai kinerja perusahaan adalah
laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan
pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau
ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakai di dalam
menilai kinerja perusahaan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. Laporan
keuangan digunakan oleh manajer untuk meningkatkan kinerja, oleh kreditor
untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman, dan oleh pemegang
saham untuk meramalkan laba, dividen, dan harga saham.
Berikut data hasil operasional per 31 Maret 2013:

Secara umum ada tiga bentuk laporan keuangan pokok yang dihasilkan oleh suatu


perusahaan :
1. Neraca
Neraca digunakan untuk menggambarkan posisi keuangan
perusahaan pada suatu waktu tertentu, yang meliputi asset perusahaan dan
klaim atas asset tersebut.
2. Laporan Laba-Rugi
Laporan laba-rugi merupakan laporan prestasi perusahaan selama
jangka waktu tertentu. Tujuan utama dari laporan laba-rugi adalah
melaporkan kemampuan perusahaan yang sebenarnya untuk memperoleh
laba.
3. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas atau laporan perubahan posisi keuangan
menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada suatu
periode, hasil dari tiga kegiatan pokok perusahaan yaitu operasi, investasi,
dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui
kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajibankewajibannya.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002 : 4) tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja

serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pemakai dalam mengambil keputusan
ekonomi.
b. Laporan keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama
oleh

sebagian

besar

pemakainya,

yang

secara

menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

umum


c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan
manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber
daya yang dipercayakan kepadanya.
Untuk menilai kinerja perusahaan, diperlukan beberapa tolok ukur. Tolok
ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua
data keuangan yang satu dengan yang lainnya.
Analisis dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat memberikan
pandangan yang lebih baik tentang kinerja perusahaan dibandingkan analisis yang
hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentu rasio.
Jenis analisis bervariasi sesuai dengan kepentingan pihak-pihan yang
melakukan analisis. Pemberi kredit dagang akan menaruh perhatian terutama
kepada likuiditas perusahaan yang dianalisis karena tagihan mereka bersifat
jangka pendek. Tagihan pemberi kredit jangka panjang, misalnya pemilik obligasi,
bersifat jangka panjang. Oleh karena itu, ia lebih berminat terhadap kemampuan
arus kas untuk melunasi utang dalam jangka panjang. Pemilik obligasi mungkin
akan menilai struktur modal perusahaan, sumber dan penggunaan dana, serta
profitabilitas perusahaan.
Seorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih berkepentingan
dengan keuntungan saat ini dan dimasa yang akan datang, dengan stabilitas
keuntungan tersebut dan perbandingannya dengan keuntungan perusahaan lain. Ia

akan menaruh minat pada kondisi keuangan perusahaan sejauh hal itu dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan itu untuk berkembang, membayar
deviden, dan menghindari kebangkrutan. Bagi perusahaan sendiri, analisis
terhadap kinerja perusahaan akan membantu dalam hal perencanaan tersebut.

Menurut Buku Manajemen Keuangan 1 karangan Prof. Dr. Ridwan S.
Sundjaja, Drs., MSBA, Inge Barlian, Dra., Ak., M.Sc., dan Dharma Putra
Sundjaja, SE., MFP (2010 : 173), ukuran kinerja dapat dianalisis dalam tiga
kelompok :
1.
2.
3.
4.
5.

Rasio Likuiditas
Rasio Aktivitas
Rasio Hutang
Rasio Profitabilitas
Rasio Pasar

Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan

dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut dapat berupa standar
internal

yang

ditetapkan

oleh

manajemen,

perbandingan

historis

atau

membandingkan angka-angka keuangan dengan angka-angka masa sebelumnya,

pembandingan dengan perusahaan atau industri sejenis.
Tanpa pembandingan, tidak akan diketahui apakah kinerja suatu
perusahaan menunjukkan perbaikan atau sebaliknya menunjukkan penurunan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN UNTUK
MENILAI KINERJA PERUSAHAAN PADA KELOMPOK INDUSTRI
OTOMOTIF”.
1.2 Identifikasi Masalah
1.

Kemampuan perusahaan otomotif( PT.Astra Otoparts Tbk dan PT.Gajah

2.

Tunggal Tbk) membayar deviden dan menghindari kebangkrutan
Adanya penurunan pendapatan pada perusahaan otomotif( PT.Astra

3.

Otoparts Tbk dan PT.Gajah Tunggal Tbk)

Naiknya rasio hutang pada perusahaan otomotif( PT.Astra Otoparts Tbk
dan PT.Gajah Tunggal Tbk)

1.3 Rumusan Masalah
Penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan melihat pokok
permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana kinerja dari PT Astra Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk
selama semester 1 2012 dan semester 1 2013.
b. Bagaimana hubungan analisis dari rasio keuangan terhadap penilaian
kinerja PT Astra Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggak Tbk.
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang penulis lakukan sehubungan dengan
permasalahan yang diuraikan di atas untuk :
a. Mengetahui apakah ada peningkatan maupun penurunan profit dari PT
Astra Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbkpada Semester 1 2012 dan
Semester 1 2013.
b. Membandingkan dan menilai rasio keuangan dari PT Astra Otoparts
terhadap PT Gajah Tunggal pada Semester 1 2012 dan Semester 1 2013.
1.5 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara

langsung, maupun tidak langsung bagi perusahaan tempat penulis mengadakan
penelitian, juga bagi masyarakat terutama pihak-pihak lain yang memerlukan dan
bagi penulis sendiri.
a. Bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang
bermanfaat didalam merencanakan serta menjalankan strategi perusahaan
sehingga mencapai hasil yang positif bagi keuangan perusahaan dan unsurunsur keuangan didalam perusahaan dapat dikontrol dengan baik.

b. Bagi penulis
Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
dengan menerapkan teori-teori yang ada serta diterapkan secara nyata
untuk menganalisa rasio-rasio keuangan yang ada di dalam perusahaan
sehingga dapat mengetahui ada gejala dan masalah apa yang terjadi
didalam keuangan suatu perusahaan.
c. Bagi pembaca
Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan pengetahuan
sebagai bahan referensi dalam usaha untuk membantu pembaca
memahami sesuatu yang bermanfaat dalam melakukan penelitian, serta
bagi para investor dan pemegang saham dapat menilai apakah keuangan
perusahaan tersebut bisa dinyatakan sehat atau tidak, supaya keputusan

yang nantinya diambil akan tepat sasaran.
1.6 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan penelitian terdahulu, bahwa untuk mengetahui dengan tepat
bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan dapat dilakukan analisis terhadap
laporan keuangan yang dimilikinya.
Analisis laporan keuangan menurut Munawir (2010;35)adalah :
“analisis laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau
mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk
menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan
yang bersangkutan”.
Untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan tersebut diperlukan
suatu tolok ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah berbentuk rasio atau

indeks. Rasio keuangan merupakan suatu tolok ukur yang menghubungkan dua
data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis rasio keuangan yang
menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba-rugi dan lainnya dapat
memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat ini.
Analisis laporan keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama,
dengan membandingkan rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang
untuk perusahaan yang sama. Kedua, perbandingan meliputi perbandingan rasio

perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis atau dengan rata-rata industri
pada satu titik yang sama. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran
mengetani kinerja perusahaan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan.
Analisis laporan keuangan dapat membantu manajemen untuk
mengidentifikasi

kekurangan

dan

kemudian

melakukan

tindakan

untuk

memperbaiki kinerja perusahaan, dan membuat keputusan yang rasional dalam hal
perencanaan perusahaan sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
1.7 Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu
metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya, menyajikan dan menganalisanya sehingga dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas atas objek yang diteliti dan kemudian dapat ditarik
suatu kesimpulan.
Teknik untuk pengumpulan data dilakukan dengan cara :
1. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari
perusahaan yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah, dan
dianalisis.
2. Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan adalah dengan cara mengumpulkan bahanbahan dari berbagai sumber dan mempelajari literature-literatur yang
berhubungan dengan topic pembahasan untuk memperoleh dasar
teoritis.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian di perusahaan otomotif yang telah go public,
yaitu PT Astra Otoparts Tbk dan PT Gajah Tunggal Tbk. Sedangkan rentang
waktu yang diteliti dari perusahaan tersebut adalah Semester 1 (1 Januari – 30
Juni) 2012 dan Semester 1 (1 Januari – 30 Juni) 2013.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisa Rasio
Menurut Munawir (2004:37) Analisis rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Menurut Mahmud M.Hanadie (2005:77) Analisis

rasio

adalah

penggabungan yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur
lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur laporan tersebut
dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana.
Analisis ratio merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis
laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu
digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di bidang
keuangan adalah analisis ratio keuangan (Financial Ratio Analysis)
Dalam Keown dkk (2002:60) tujuan dari analisis ratio adalah untuk
membantu manager finansial memahami apa yang perlu dilakukan oleh
perusahaan, berdasarkan informasi yang tersedia dan sifatnya terbatas.
Analisis ratio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern
perusahaan saja melainkan juga pihak luar dan ini berbeda menurut kepentingan
khusus dari analisis atau pihak yang berkepentingan.
Analisis ratio berguna bagi para analisis intern untuk membantu
manajemen membuat evaluasi mengenai hasil-hasil operasinya, memperbaiki
kesalahan-kesalahan dan menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesultan
keuangan.
2.1.1 Analisis Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan
perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas
tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi
juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi
uang kas.
Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi
kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya
sehingga mampu memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus
terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila
suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi
segala kewajiban finansialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan
tersebut insolvable.
Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui
sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan
perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
2.1.1.1 Current Ratio (Rasio Lancar)
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban
lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan

kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban
jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan (Sawir, 2009:10).
Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratio
sebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu
perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):
1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar.
2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang
lancar.
3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi
aktiva lancar.
Current ratio dapat dihitung dengan formula:
Aktiva Lancar
Current Ratio=
Hutang lancar
2.1.1.2 Quick Ratio (Rasio Cepat)
Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur
kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.
Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang
likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan
kerugian jika terjadi likuiditas. Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.
Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik
adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan.
Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

Quick Ratio=

Aktiva Lancar −Persediaan
Hutang Lancar

2.1.1.3 Cash ratio (Rasio Kas)
Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat
menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban
lancar tahun yang bersangkutan.
Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:

Cas h Ratio=

Kas
Hutang Lancar

2.1.1.4 Modal Kerja Bersih (Net Working Capital)
Menurut Wasis (1991, p.63) Modal kerja adalah dana yang ditanamkan
dalam aktiva lancar, oleh karena itu dapat berupa kas, piutang, surat – surat
berharga, persediaan dan lain-lain. Modal kerja bruto adalah keseluruhan dari
aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja bersih
adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan perkataan lain
modal kerja bersih adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang
lancar.
Modal Kerja Bersih dapat dihitung dengan formula :
Net Working Capital=Aktiva Lancar−Hutang Lancar
2.1.2 Analisis Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya. Semua rasio
aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada
berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap bahwa sebaiknya terdapat

keseimbangan yang layak antara penjualan dan beragai unsur aktiva misalnya
persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainya.
Aktiva yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan
semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva tersebut. Dana
kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih
produktif.
Yang termasuk ke dalam rasio aktivitas adalah sebagai berikut:
2.1.2.1 Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Inventory turnover menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam
inventory berputar dalam suatu periode tertentu, atau likuiditas dari inventory dan
tendensi untuk adanya overstock (Riyanto, 2008:334).
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi pengelolaan persediaan
barang dagang. Rasio ini merupakan indikasi yang cukup popular untuk menilai
efisiensi operasional, yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen
mengontrol modal yang ada pada persediaan.
Rasio perputaran persediaan dihitung dengan formula:
Harga Pokok Penjualan
Inventory Turnover=
Persediaan

Rata−Rata Umur Persediaan=

Jumlah Hari Dalam1 Tahun
Inventory Turnover

2.1.2.2 Perputaran Piutang
Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang
erat dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran waktu
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran piutang
tersebut yaitu dengan membagi total penjualan kredit (neto) dengan piutang ratarata.
Perputaran piutang dapat diukur dengan rumus :
Penjualan
Perputaran Piutang=
Piutang

Perputaran Piutang=

360
Rata−Rata PeriodeTagih

2.1.2.3 Rata-Rata Periode Tagih
Adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk menagih piutang.
Rasio tersebut bermanfaat untuk mengevaluasi kebijakan pinjaman dan kebijakan
penagihan.
Rata-rata periode tagih dapat diukur dengan rumus :
Piutang
Rata−Rata Periode Tagi h=
Rata−Rata Penjualan per Hari
Piutang
Rata−Rata Periode Tagi h=
PenjualanTahunan/360
2.1.2.4 Rata-Rata Periode Bayar
Adalah jumlah rata-rata waktu yang diperlukan untuk membayar hutang
usaha.
Rata-rata periode bayar dapat diukur dengan rumus :
Hutang Usaha
Rata−Rata Periode Bayar=
Rata−Rata Pembelian per Hari
Pembelian Tahunan
Rata−Rata Pembelian per Hari=
360
2.1.2.5 Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover)
Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva tetap.
Fixed assets turn over mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada
harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan,
atau berapa rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang
diinvestasikan pada aktiva tetap (sawir, 2003:17)
Rasio ini berguna untuk mengevaluasi

kemampuan

perusahaan

menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan. Kalau
perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas terlalu besar atau
ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan dengan

nilai output yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin
efektif penggunaan aktiva tetap tersebut.
Perputaran aktiva tetap dihitung dengan rumus:
Penjualan
¿ Assets Turnover=
Aktiva Tetap Bersih
2.1.2.6 Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turnover)
Total assets turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan
total aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu.
Total assets turn over merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu (Syamsuddin, 2009:19)
Total assets turnover merupakan rasio yang menggambarkan perputaran
aktiva diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik
yang berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan
menunjukkan

semakin

efisien

penggunaan

keseluruhan

aktiva

dalam

menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat
memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya ditingkatkan atau
diperbesar.
Total assets turnover ini penting bagi para kreditur dan pemilik
perusahaan, tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal
ini akan menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam
perusahaan.

Perputaran total aktiva dihitung sebagai berikut:
Penjualan
Total Assets Turnover=
Total Aktiva

2.1.3 Analisis Rasio Hutang
Menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial baik jangka waktu pendek atau panjang apabila sekiranya perusahaan
dilikuidasi.
Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa perusahaan tersebut
mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
hutanghutang nya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak mempunyai
kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut perusahaan
yang insolvable.
Rasio hutang terdiri dari:
2.1.3.1 Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio atau Ratio
Leverage)
Menggambarkan sampai sejauh mana modal pemilik dapat menutupi
hutang-hutang pada pihak luar dan digunakan untuk mengukur hingga sejauh
mana perusahaan dibiayai oleh hutang.
Struktur modal adalah pembelanjaan

permanen

dimana

mencerminkan

pengimbangan antar hutang jangka panjang dan modal sendiri. Modal sendiri
adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri (cadangan, laba) atau
berasal dari mengambil bagian, peserta, atau pemilik (modal saham, modal peserta
dan lain-lain) (Riyanto, 2008:22).
Jadi dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio merupakan
perbandingan antara total hutang (hutang lancar dan hutang jangka panjang) dan
modal

yang

kewajibannya

menunjukkan
dengan

kemampuan

perusahaan

menggunakan

Rasio hutang modal dihitung dengan formula:
Hutang Jangka Panjang
Debt ¿ Equity Ratio=
Ekuitas Pemegang Saham

modal

untuk

memenuhi

yang

ada.

Menurut Syafri (2008:303) semakin kecil rasio hutang modal maka
semakin baik dan untuk keamanan pihak luar rasio terbaik jika jumlah modal
lebih besar dari jumlah hutang atau minimal sama.
2.1.3.2 Rasio Hutang (Debt Ratio)
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva.
Menurut Sawir (2008:13) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan
proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki.
Rasio ini dihitung dengan rumus:
Total Hutang
Debt Ratio=
Total Aktiva
Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total aktiva tidak
berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin besar. Total hutang
semakin besar berarti rasio financial atau rasio kegagalan perusahaan untuk
mengembalikan pinjaman semakin tinggi
Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang dimiliki
perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial perusahaan
mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.
2.1.3.3 Times Interest Earned / Coverage Ratio (Rasio Penutupan)
Times interest earned merupakan perbandingan antara laba bersih sebelum
bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan
besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008:14) mengatakan bahwa: Rasio ini juga disebut dengan rasio
penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban
bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba
operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban
membayar bunga pinjaman.
Time Interest Earned dapat dihitung dengan rumus:

Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (EBIT )
Beban Bunga
Jadi rasio hutang merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

Time Interest Earned=

semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada dengan
menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan
dilikuidasi. Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja
keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
2.1.4 Analisis Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut
juga rasio rentabilitas.
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang
ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya (Syafri, 2008:304).
Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:
2.1.4.1 Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin)
Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan
perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan
dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi
perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif

lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin
rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin,
2009:61).
Margin laba kotor dihitung dengan formula:
Penjualan−Harga Pokok Penjualan
Gross Profit Margin=
Penjualan
2.1.4.2 Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin
tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Margin Laba Bersih dihitung dengan rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )
Net Profit Margin=
Penjualan
2.1.4.3 Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
Adalah ukuran persentasi dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua
biaya dan pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak atau laba bersih
yang dihasilkan dari setiap rupiah penjualan.
Margin laba operasi mengukur laba yang dihasilkan murni dari operasi
penjualan tanpa melihat beban keuangan (bunga) dan beban dari pemerintah
(pajak)
Margin laba operasi dihitung dengan rumus :
Laba Sebelum Bunga∧Pajak (EBIT )
Operating Profit Margin=
Penjualan
2.1.4.4Hasil Atas Total Aset (Return On Investment)
Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah
pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan
(Syamsuddin, 2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return
on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih
diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva. (Syafri, 2008:63).
Hasil atas total aset dihitung dengan rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak (EAT )
Returnon Investment=
Total Aktiva
2.1.4.5Hasil Atas Ekuitas (Return On Equity)
Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah
pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari
penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang
saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka
investasikan

di

dalam

perusahaan

(Syafri,

2008:305).

Return on equity adalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah
perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat
keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau
pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas
modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.
Hasil atas ekuitas dapat dihitung dengan formula:
Laba Bersih Setelah Pajak ( EAT )
Returnon Equity=
Ekuitas
2.1.4.6 Pendapatan per Saham (Earning per Share)
Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306).
Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah
yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh
karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan
calon pemegang saham sangat tertarik akan earning per share. Earning per share

adalah

suatu

indikator

keberhasilan

perusahaan.

Pendapatan per saham dihitung dengan rumus:
Pendapatan yang Tersedia bagi Pemegang Saham Biasa
Earning per S h are=
Jumlah Lembar Saham yang Beredar
2.1.5 Analisis Rasio Pasar
Rasio pasar merupakan sekumpulan rasio yang menghubungkan harga
saham dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini memberikan petunjuk
mengenai apa yang dipikirkan investor atas kinerja perusahaan di masa lalu serta
prospek di masa mendatang (Moeljadi, 2006:75).
Rasio ini memberikan informasi seberapa besar masyarakat (investor) atau
para pemegang saham menghargai perusahaan, sehingga mereka mau membeli
saham perusahaan dengan harga yang lebih tinggi dibanding dengan nilai buku
saham (Sutrisno, 2003:256).
Menurut Hanafi (2004:43). Rasio pasar mengukur harga pasar saham
perusahaan, relatif terhadap nilai bukunya. Sudut pandang rasio ini lebih banyak
berdasar pada sudut pandang investor ataupun calon investor, meskipun pihak
manajemen, juga berkepentingan rasio ini. Rasio modal saham atau rasio pasar
terdiri dari:
2.1.5.1 Rasio Harga Pasar / Pendapatan (Price Earning Ratio)
Menurut Moeljadi (2006:75), Price Earning Ratio (PER) menunjukan
berapa banyak investor bersedia membayar untuk tiap rupiah dari laba yang
dilaporkan.
Oleh para investor rasio ini digunakan untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Kesediaan para
investor untuk menerima kenaikan PER sangat bergantung pada prospek
perusahaan. Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan yang tingi, biasanya

memiliki PER yang tinggi. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan
yang rendah cenderung memiliki PER yang rendah pula. (Prastowo 2005:96)
Price Earning Ratio dihitung dengan rumus :
Harga Pasar per Lembar Saham Biasa
Price Earning Ratio =
Pendapatan per Saham
2.1.5.2 Rasio Harga Pasar / Nilai Buku (Market to Book Value Ratio)
Rasio ini menunjukan berapa besar nilai perusahaan dari apa yang telah
atau sedang ditanamkan oleh pemilik perusahaan, semakin tinggi rasio ini,
semakin besar tambahan wealth (kekayaan) yang dinikmatioleh pemilik
perusahaan (Husnan, 2006:76)
Menurut prastowo (2005:99),jika harga pasar berada di bawah nilai
bukunya, investor memandang bahwa perusahaan tidak cukup potensial. Bila
seorang investor pesimistik atau prospek suatu saham, banyak saham dijual pada
harga di bawah nilai bukunya. Sebaliknya jika investor optimistic maka saham
dijual dengan harga di atas nilai bukunya.
Market to Book Value Ratio dihitung dengan rumus :
Nilai Buku per Lembar Saham Biasa
Market ¿ Book Value Ratio=
Jumlah Lembar Saham Biasa yang Beredar
2.1.5.3 Rasio Pendapatan Deviden (Dividend Yield Ratio)
Dividend Yieldadalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga saham
sekarang (Jones, 2004:41). Dividend yield dinyatakan dalam bentuk persentase
yang merupakan salah satu komponen dari total return (Total Return = Yield +
Price Change).
Dividend yield merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh
investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai prospek pertumbuhan yang tinggi
akan mempunyai dividend yield yang rendah, karena dividen sebagian besar akan
diinvestasikan kembali. Kemudian karena perusahaan dengan prospek yang tinggi
akan mempunyai harga pasar saham yang tinggi, yang berarti pembaginya tinggi,

maka dividend yield untuk perusahaan macam ini akan cenderung lebih rendah
(Hanafi, 2004:43)
Dividend Yield Ratio dihitung dengan rumus :
Dividen per Lembar Saham
Divident Yield Ratio =
Harga Pasar per Lembar Saham Biasa
2.1.5.4 Rasio Pembayaran Deviden (Dividend Payout Ratio)
Rasio ini melihat bagian pendapatan yang dibayarkan sebagai dividen
kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan diinvestasikan kembali ke
perusahaan (Hanafi, 2004:44)
Perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan
mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah. Sebaliknya perusahaan yang
tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai rasio yang tinggi. Pembayaran
dividen juga merupakan kebijakan dividen perusahaan. Menurut Alwi (2003:78),
semakin besar rasio ini maka semakin lambat atau kecil pertumbuhan pendapatan
perusahaan.
Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan rumus :
Dividen per Lembar Saham
Dividend Payout Ratio=
×100
Pendapatan per Lembar Saham

BAB 3
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1.1 Sejarah Perusahaan
Hasil penelitian yang didapatkan oleh penulis berdasarkan analisis
terhadap laporan keuangan pada kelompok industri otomotif yang go public,
meliputi :

Visi
Menjadi supplier komponen otomotif kelas dunia, sebagai mitra usaha pilihan
utama di Indonesia dengan didukung kemampuan engineering yang handal.
Misi
1. Mengembangkan industri komponen otomotif yang handal dan
kompetitif, serta menjadi mitra strategis bagi para pemain
industri otomotif di Indonesia dan regional.
2. Menjadi warga usaha yang bertanggungjawab dan memberikan
kontribusi positif kepada stakeholders.

1. PT Astra Otoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (Astra Otoparts) adalah perusahaan
komponen otomotif terkemuka Indonesia yang memproduksi dan
mendistribusikan suku cadang kendaraan bermotor baik kendaraan roda
dua maupun roda empat. Sejarah Astra Otoparts bermula dari didirikannya
PT Alfa Delta Motor pada tahun 1976, yang bergerak di perdagangan
otomotif, perakitan mesin dan konstruksi. Setelah mengalami berbagai
perubahan dan pergantian nama perusahaan, akhirnya pada tahun 1997
berganti nama menjadi PT Astra Otoparts dan pada tahun 1998
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek
Indonesia) dengan kode transaksi: AUTO. Sejak saat itu PT Astra Otoparts
menjadi perusahaan publik dengan nama PT Astra Otoparts Tbk. Saat ini
perusahaan telah bertransformasi menjadi perusahaan industri komponen
otomotif terbesar di Indonesia yang didukung oleh enam unit bisnis dan 33
anak perusahaan dengan 34.566 orang karyawan. Beberapa anak
perusahaan merupakan perusahaan patungan dengan sejumlah produsen
komponen terkemuka dari Jepang, Cina, Eropa dan Amerika, seperti Aisin
Seiki, Aisin Takaoka, Akashi Kikai Seisakusho, Akebono Brake, Asano
Gear, Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS Yuasa, Juoku Technology,
Kayaba, Keihin Seimitsu Kogyo, Mahle, NHK Precision, Nippon Gasket,
Nittan Valve, Pirelli, SunFun Chain, Toyoda Gosei, Toyota Industries,
Visteon, dan Aktiebolaget SKF.

Suku cadang kendaraan bermotor produk Astra Otoparts diserap
pasar

segmen

pabrikan

otomotif

atau

Original

Equipment

for

Manufacturer (OEM) dan segmen pasar suku cadang pengganti atau
Replacement Market (REM). Pelanggan Astra Otoparts di segmen OEM
diantaranya adalah Toyota, Daihatsu, Isuzu, UD Trucks, Mitsubishi,
Suzuki, Honda, Yamaha, Kawasaki, dan Hino. Sedangkan di segmen
REM, produk Astra Otoparts sudah didistribusikan ke seluruh pelosok
Nusantara, melalui 70 jaringan distribusi (48 diler di area luar Jawa-Bali
dan 22 kantor penjualan di area Jawa-Bali) dan 12.000 toko suku cadang.
Produk Astra Otoparts tidak hanya menguasai pasar dalam negeri tetapi
juga telah merambah ke lebih dari 40 negara di Timur Tengah, Asia
Oceania, Afrika, Eropa, dan Amerika. Astra Otoparts memiliki dua kantor
perwakilan masing-masing di Singapura dan Dubai.

2. PT Gajah Tunggal Tbk
PT Gajah Tunggal Tbk memiliki dan mengoperasikan fasilitas
produksi ban yang terintegrasi dan terbesar di Indonesia. Perusahaan
didirikan pada tahun 1951 sebagai produsen ban sepeda, dan selama
bertahun-tahun memperluas kapasitas produksi dan awal diversifikasinya
dalam pembuatan ban sepeda motor dan ban dalam, serta akhirnya ke
dalam pembuatan ban kendaraan penumpang dan komersial. Perusahaan
mulai memproduksi ban sepeda motor pada tahun 1973 dan mulai
memproduksi ban bias untuk penumpang dan kendaraan komersial pada

tahun 1981. Pada tahun 1993, Perusahaan mulai memproduksi dan
menjual ban radial untuk mobil penumpang dan truk ringan. Pada tahun
2010, Perusahaan melakukan pengembangan kemampuan produksi ban
TBR.
Bisnis utama Perusahaan mencakup pengembangan, pembuatan
dan penjualan ban radial, ban bias, ban sepeda motor, ban dalam, flap dan
rim tape, Perusahaan juga memproduksi serta menjual tali ban dan karet
sintetis beserta olahan, yang merupakan komponen utama yang digunakan
dalam pembuatan ban. Sebagian besar pendapatan Perusahaan adalah dari
penjualan ban di Indonesia dan luar negeri. Perusahaan juga mendapatkan
pendapatan dari penjualan produk yang terkait dengan ban, yang terdiri
dari kain ban dan karet sintetis. Melalui divisi produk yang terkait dengan
ban, selain menjual kepada pihak ketiga, Perusahaan juga memproduksi
kain ban dan karet sintetis digunakan untuk memproduksi ban sendiri, hal
ini sebagai bagian dari strategi untuk mengintegrasikan secara vertikal
sarana produksi untuk merasionalisasi biaya produksi.
Perusahaan mengoperasikan berbagai pabrik di Indonesia yang
memproduksi ban radial untuk mobil penumpang, ban bias untuk truk dan
bus, ban sepeda motor, ban TBR, dan ban dalam (baik untuk sepeda motor
dan automotif serta aksesoris ban seperti flaps, rim tape dan O-rings )
dengan fasilitas pendukung yang mengolah karet yang direklamasi.
Perusahaan juga mengoperasikan dua pabrik yang memproduksi produk
yang terkait dengan ban yaitu kain ban dan karet sintetis. Pabrik yang

memproduksi produk yang terkait dengan ban berlokasi di Tangerang dan
Serang. Perusahaan juga memiliki sekitar 100 hektar tanah di Karawang,
yang rencananya akan digunakan sebagian untuk pengujian desain ban dan
sisanya direncanakan akan digunakan untuk ekspansi dan diversifikasi lini
manufaktur.
Walaupun barang yang dihasilkan dari kedua perusahaan ini berbeda,
namun Astra Oto Parts dan Gajah Tunggal bergerak di satu bidang industri yang
sama yaitu otomotif.