Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solus

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasonal (LAPAN)
Hak cipta dilindungi Undang-Undang
2009

ISBN:
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Membumikan Astronomi untuk Memberi Solusi
Djamaluddin, T.
i + 42 hlm; 148 x 210 mm

Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN)
Jl. Pemuda Persil No.1 Jakarta 13220
Telepon (021) 489 2802 (Hunting), Fax (021) 489 4815, 489 2884

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

PRAKATA PENGUKUHAN
Assalamu’alaikum wr. wb.,
Majelis Pengukuhan Profesor Riset dan hadirin yang saya
hormatii,
Alhamdulillah, Allah telah memberikan bimbingan dan

kekuatan kepada saya untuk mencapai jabatan fungsional
tertinggi, Peneliti Utama IVe bidang Astronomi-Astrofisika.
Dengan orasi ilmiah ini, insya-allah jabatan profesor riset akan
dikukuhkan. Jabatan profesor riset adalah jabatan tertinggi
yang dicita-citakan oleh seorang peneliti dalam pengembangan
karir fungsionalnya.
Orasi ilmiah ini merupakan uraian jejak ilmiah karir
fungsional saya di hadapan Majelis Pengukuhan Profesor Riset
dan para hadirin, dengan memaparkan perjalanan kegiatan
kepakaran saya yang berangkat dari astronomi murni,
kemudian membumikan astronomi dalam makna mencari
pemanfaatan astronomi bagi kehidupan di bumi, sampai
pemikiran saya dalam memberikan solusi bagi pemerintah dan
masyarakat dengan memanfaatkan pemahaman astronomi.
Oleh karenanya orasi ini saya beri judul :
MEMBUMIKAN ASTRONOMI UNTUK
MEMBERI SOLUSI
Dalam pemaparannya, orasi ilmiah ini saya bagi dalam
lima bab berikut :
I.

Pendahuluan
II.
Berangkat dari Astronomi Murni
III.
Membumikan Astronomi
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

1

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

IV.
V.

Astronomi Memberi Solusi
Penutup

Bagi seorang Muslim, jabatan adalah amanah yang
harus dijaga, bukan dibanggakan. Oleh karenanya, orasi ini
pun sebagai pertanggungjawaban amanah jabatan fungsional

Peneliti Utama saya. Dalam perjalanannya telah banyak
dibantu oleh banyak pihak: keluarga, pimpinan, kolega sesama
peneliti, staf teknisi dan administrasi, serta pihak-pihak lain,
baik di LAPAN maupun di luar LAPAN. Jazaakumullah
khairan katsiraa, semoga Allah membalas mereka dengan
kebaikan yang melimpah.

2

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

I. PENDAHULUAN
Majelis dan hadirin yang saya hormatii,
Suatu hari di kelas I SMP Negeri 1 Cirebon seorang
guru meminta para siswa menuliskan cita-citanya. Dengan
mantap saya tuliskan “Menjadi Peneliti”. Ya, menjadi peneliti
adalah cita-cita saya sejak kecil. Saat SD, saya temukan sebuah
kunci gembok bekas berkarat di kebun belakang rumah lalu

saya pecahkan dengan palu dan berhari-hari saya ulik cara
kerja kunci gembok tersebut. Saya juga gemar mengamati bijibiji yang tumbuh saat awal musim hujan dan tunas pohon
pisang yang mampu menembus lapisan semen. Saya
kumpulkan berbagai jenis biji dan batu. Saya buat eksperimen
kimia sendiri dengan bekas lampu neon.
Saya memang gemar membaca dan banyak ingin tahu
akan segala sesuatu. Dengan segala keterbatasan fasilitas, saya
baca buku-buku IPA dan Ilmu Bumi untuk SMP milik kakak
sepupu saat saya duduk di kelas V SD. Ada manfaatnya juga.
Guru saya memuji bahwa soal tentang asal-usul minyak bumi
saat THB (Test Hasil Belajar) hanya saya yang bisa menjawab,
padahal di kelas pun belum pernah diajarkan. Pujian itu pula
yang akhirnya membangkitkan kembali semangat saya setelah
nyaris putus sekolah karena masalah biaya.
Semula saya tertarik dengan penelitian tumbuhan.
Namun saat kelas III SMP, saya membaca majalah iptek
populer “Mekatronika” dan “Scientiae” yang pada terbitan
waktu itu banyak mengulas soal UFO (Unidentified Flying
Objects, “piring terbang”) dan antariksa. Ketertarikan pada
soal antariksa diperkuat saat SMA. Bermula dari keinginan

untuk mengkaji dan menulis tentang “UFO: Bagaimana
menurut Agama”, saya banyak membaca buku-buku dan
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

3

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

Encyclopedia Americana yang membahas astronomi.
Alhamdulillah, dengan bantuan teman yang mengetikkan
naskah saya, tulisan itu bisa dimuat di majalah Scientiae, No.
93/1979, saat saya kelas I SMA. Itulah publikasi hasil kajian
saya yang pertama, walau baru sebagai karya ilmiah populer.
Ada juga hasil karya penelitian tentang kromatografi kertas
yang dikirimkan dalam Lomba Karya Ilmiah Remaja yang
diselenggarakan LIPI.
Alhamdulillah, tawaran PP II (Proyek Perintis II,
penerimaan mahasiswa tanpa test berdasarkan penelusuran
minat dan kemampuan) di ITB memberi jalan untuk menjadi
peneliti astronomi-atrofisika. Materi kuliah dan aktivitas lain

yang mendukung pematangan sikap ilmiah selama menjadi
mahasiswa astronomi ITB memberi bekal cukup banyak untuk
menjadi peneliti. Motivasi Qur’aniyah juga memperkuat tekad
saya untuk mempelajari alam semesta.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih
bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orangorang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
4

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, maka
peliharalah Kami dari siksa neraka”. (QS.3:190-191)
II. BERANGKAT DARI ASTRONOMI MURNI
Majelis dan hadirin yang saya hormati,

Hanya sempat menjadi “penganggur” selama 2 pekan,
seusai wisuda sarjana astronomi di ITB pada 16 Oktober 1986
dengan tugas akhir “Distribusi Bintang OB2 di Arah Puppis”,
saya memantapkan diri menjadi peneliti antariksa jauh di
Bidang Antariksa LAPAN sejak 1 November 1986. Makalah
pertama yang saya hasilkan sebagai peneliti junior adalah
“Pendekatan Atmosfer Kelabu bagi Fotosfer dan Sunspot”
(Djamaluddin, et al., 1987). Disusul menjadi penulis tunggal
”Koreksi Orientasi Sumbu Polar Teleskop Ekuatorial”
(Djamaluddin, 1987a), ”Analisis Bayangan Gerhana Bulan
Untuk Menafsirkan
Karakteristik Atmosfer Atas”
(Djamaluddin, 1987b), dan “Interpretasi Penyebaran Debu
Letusan Gunung Api dari Bayangan Gerhana Bulan”
(Djamaluddin, 1987c). Menjelang tugas belajar ke Jepang (April
1988) saya penyelesaikan makalah penelitian “Penentuan Posisi
Komet” (Djamaluddin, 1988). Sebagai pegawai LAPAN junior,
saya telah menemukan jalan hidup saya yang telah saya citacitakan sejak SMP: menjadi peneliti. Kegemaran saya menulis
sejak SMP pun banyak mendukung profesi saya.
Di Universitas Kyoto, profesionalisme sebagai peneliti

diasah dengan aktif mengikuti kegiatan ilmiah. Beberapa
makalah yang saya presentasikan: ”Bimodal Star Formation”
(Djamaluddin, 1982), “Interstellar Medium in the Solar
Vicinity” (Djamaluddin, 1990), “A New H-Beta and (CaT+ P12)
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

5

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

CCD Photometry for Determining Distance of Nearby
Interstellar Clouds” (Djamaluddin, 1991) , “Possibility of Using
NIR Ca II Triplet + Paschen 12 Lines Photometry in Searching
New T-Tauri Stars” (Djamaluddin, 1992). Fokus penelitian saya
pada program master adalah mencari metode fotometri baru
untuk penentuan jarak awan antarbintang dan mencari bintangbintang baru.
Penelitian lanjutan di program doktor adalah
menemukan jejak evolusi bintang baru (protostar) dari awan
antarbintang menjadi bintang muda dengan data satelit infra
merah (IRAS, Infrared Astronomical Satellite). Di samping itu,

bersama grup ekstragalaksi, dengan memanfaatkan data IRAS
dan peta bintang, saya turut melakukan survai untuk
menemukan struktur besar alam semesta dari data inframerah
yang sebelumnya tak tampak. Hasil survai tim peneliti tersebut
dipublikasikan menjadi “A Search for IRAS Galaxies Behind the
Southern Milky Way” (Yamada et al., 1993) dan “Connection of
Large-Scale of the Galaxy Distribution behind the Southern
Milky Way” (Yamada, et al., 1993).
Dalam disertasi doktor saya, jejak evolusi bintang muda
yang baru keluar dari awan antarbintang berhasil digambarkan
dalam diagram serupa diagram Herzprung-Russel bagi bintang
tampak, tetapi dengan panjang gelombang inframerah. Karena
penekanannya pada pembaruan diagram H-R inframerah yang
menggambarkan jejak evolusi bintang muda, dua publikasinya
menggunakan judul yang sama “A Far-Infrared H-R Diagram
of Young Stellar Objects”, tetapi dengan pendalaman yang
berbeda. Publikasi pertama (Djamaluddin and Saito, 1995)
memberikan pendalaman pada katalog objek-objek sampel di
beberapa awan antarbintang dekat, sedangkan publikasi
berikutnya (Djamaluddin and Saito, 1996) memberikan

pendalaman proses fisisnya.
6

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

Seusai program doktor, saya kembali ke LAPAN untuk
mengintegrasikan pemahaman astronomi inframerah, debu dan
gas di antariksa, serta astronomi berbasis antariksa dengan
program penelitian antariksa di Bidang Matahari dan
Lingkungan Antariksa. Saya menyadari tidak mungkin
penelitian astronomi murni terkait pembentukan bintang
dikembangkan di LAPAN. Tetapi banyak alat bantu fisisastronomis yang saya pelajari bisa saya terapkan untuk
mendukung penelitian lingkungan antariksa di LAPAN. Kajian
asal-usul bintang bisa diterapkan pada asal-usul matahari
dengan sisa-sisanya berupa komet dan hujan meteor yang
menjadi fenomena penting di lingkungan antariksa yang secara
langsung atau tak langsung berpengaruh pada lingkungan bumi.
Kajian tersebut dipublikasi dengan judul “Telaah Orbit Komet

dalam Kaitannya dengan Hujan Meteor” (Djamaluddin, 1995)
dan “Variation of Meteors as Detected by Meteor Wind Radar
in Indonesia ” (Djamaluddin, 2002).
Fasilitas kerjasama LAPAN - Universitas Kyoto berupa
Meteor Wind Radar (MWR) di Kototabang (sebelumnya di
Serpong dengan kerjasama bersama BPPT) memungkinkan
mengkaji aspek astronomis dari data fluks meteor. Beberapa
makalah dihasilkan dari penelitian dengan menggunakan data
MWR tersebut, yaitu “Analisis Lingkungan Antariksa
Berdasarkan Influks Meteor dari Meteor Wind Radar Serpong
dan Kototabang” (Djamaluddin, 2006), “Pengembangan Model
Fluks Mikrometeoroid dari Data Meteor Wind Radar”
(Djamaluddin, 2006), dan “Micrometeoroid Affected by Solar
Activity” (Djamaluddin, 2007). Penelitian kaitan pengaruh
aktivitas matahari pada fluks meteor menghasilkan indikasi
yang berbeda dengan hasil penelitian beberapa peneliti
sebelumnya. Saya menyimpulkan bahwa pengaruh aktivitas
matahari bukan akibat perubahan kerapatan atmosfer tempat
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

7

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

terjadinya fenomena meteor, tetapi tampaknya karena variasi
kerapatan mikrometeoroid di lingkungan antariksa.
Walaupun fokus penelitian tugas akhir pendidikan saya
adalah pembentukan bintang dan struktur galaksi serta struktur
besar alam semesta, fisika bintang dan fisika matahari
merupakan mata kuliah utama yang juga harus saya pelajari
selama kuliah astronomi. Karenanya, ketika Bidang Matahari
dan Lingkungan Antariksa (yang kemudian berubah menjadi
Bidang Matahari dan Antariksa) juga menuntut saya masuk
pada penelitian matahari, saya tinggal mengintegrasikan ilmu
yang saya pelajari dengan kebutuhan lembaga. Beberapa
publikasi penelitian fisika matahari adalah ”Evolution of Solar
Activities Periodicity and Possible Relation to solar Inertial
Motion” (Djamaluddin, 2002), Prediktibilitas Cuaca Antariksa"
(Djamaluddin, 2003), ”Solar Activity Prediction from
Reconstruction of Wavelet Analysis” (Djamaluddin, 2003),
”Prediction of Solar Cycle 24 Based on Wavelet Analysis of
Asymmetric Hemispheric Sunspot Number ” (Djamaluddin,
2005a), dan ”Metode Baru Prakiraan Siklus Aktivitas Matahari
dari Analisis Periodisitas” (Djamaluddin, 2005b).
III. MEMBUMIKAN ASTRONOMI
Majelis dan hadirin yang saya hormati,
Sejak awal masuk sebagai peneliti LAPAN, kesadaran
bahwa astronomi sebagai ilmu murni tidak mungkin
dikembangkan di LAPAN seperti halnya di ITB dengan
fasilitas Observatorium Bosscha, sudah mengarahkan orientasi
penelitian saya untuk membumikan astronomi, dalama makna
mencari pemanfaatan astronomi bagi kehidupan di bumi. Oleh
karenanya sejak awal saya telah berupaya untuk membumikan
8

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

astronomi dengan mencari aplikasi fenomena astronomis yang
secara langsung memberi manfaat untuk pemahaman tentang
ruang kehidupan di bumi. Salah satunya adalah pemahaman
karakteristik gerhana bulan yang dapat menggambarkan
kondisi lingkungan atmosfer bumi. Hasil kajian itu saya
tuliskan dalam dua makalah ”Analisis Bayangan Gerhana
Bulan Untuk Menafsirkan Karakteristik Atmosfer Atas”
(Djamaluddin, 1987b), dan “Interpretasi Penyebaran Debu
Letusan Gunung Api dari Bayangan Gerhana Bulan”
(Djamaluddin, 1987c).
Seusai menyelesaikan pendidikan di Jepang dengan
fokus penelitian tentang materi antarbintang dan pembentukan
bintang, hal-hal yang saya upayakan untuk membumi adalah
pemahaman baru tentang pembentukan tata surya, sisa-sisanya
berupa debu antarplanet, komet, dan meteoroid, serta
dampaknya pada bumi. Makalah pertama yang saya tulis pada
awal saya kembali aktif sebagai peneliti LAPAN adalah ulasan
tentang “Evolusi Planet Bumi dan Pengaruh Lingkungan Tata
Surya” (Djamaluddin, 1994). Kemudian mengarahkan program
penelitian terkait dengan pengaruh kosmogenik (berasal dari
lingkungan antariksa) pada lingkungan bumi.
Penelitian dalam program penelitian tahunan 1995
bertema “Pengaruh Mikrometeoroid dari Komet pada
Pembentukan Awan dan Curah Hujan” hasilnya dipublikasi di
Majalah LAPAN (Djamaluddin, Suryantoro, dan Suaydhi,
1996). Walau pun belum menemukan bukti yang kuat tetapi
diperoleh adanya indikasi debu-debu mikrometeoroid dari
komet berpengaruh pada peningkatan curah hujan. Interpretasi
yang saya bahas dalam makalah tersebut adalah kemungkinan
mekanismenya terkait dengan peran mikrometeoroid sebagai
inti kondensasi awan tinggi (cirrus) yang kemudian butiran es
itu menjadi inti kondensasi bagi awan rendah. Interpretasi
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

9

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

tersebut sebenarnya memerlukan penelitian lanjutan karena
selama ini awan cirrus selalu dianggap terbentuk dari
mekanisme pembentukan awan konvektif cumulonimbus yang
menjulang sampai troposfer atas. Sayangnya ketiadaan data
pendukung untuk analisis partikel pada air hujan menyebabkan
penelitian lanjutan belum dapat saya lakukan. Kajian lanjutan
baru sampai pada ulasan “Keterkaitan antara Komet dan Hujan
Meteor” (Djamaludin, 1998) yang membahas lebih rinci tentang
hujan meteor yang dikaitkan dengan orbit komet-komet untuk
mengidentifikasi kemungkinan pengaruhnya di Indonesia.
Penelitian pengaruh lingkungan antariksa kemudian
mengarah pada pengaruh aktivitas matahari dan pasang-surut
bulan-matahari pada bumi. Hasil penelitian itu dipublikasi
dengan judul “Pengaruh Aktivitas Matahari dan Faktor lainnya
pada Suhu Atmosfer Permukaan di Indonesia” (Djamaluddin,
Admiranto, dan Sinambela, 1997) dan ” Efek Pasang Surut
Bulan dan Aktivitas Matahari terhadap Curah Hujan di
Indonesia” (Djamaluddin, 1997). Walau ada indikasi pengaruh
aktivitas matahari, tetapi pengaruh pada suhu di Indonesia
sebenarnya kurang tampak, karena variasinya memang tidak
terlalu besar. Pengaruh aktivitas matahari dan pasang-surut
bulan-matahari baru tampak pada curah hujan, khususnya untuk
curah hujan di Jakarta (sebagai sampel dengan data yang cukup
panjang) yang cenderung meningkat saat aktivitas matahari
meningkat. Demikian juga periodisitas pasang-surut bulanmatahari (luni-solar) juga mengindikasikan adanya pengaruh
pada curah hujan di Indonesia.
Pengetahuan baru tentang analisis wavelet yang saya
peroleh saat workshop di Brazil segera saya sebarkan kepada
para peneliti LAPAN di Bandung dan segera saya aplikasikan
untuk mengkaji pengaruh aktivitas matahari pada liputan awan
di Indonesia. Hal menarik, penelitian "Efek Pasang Surut Bulan
10

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

dan Aktivitas Matahari pada Penyebaran Awan di Indonesia"
(Djamaluddin, 1998) mengungkapkan secara meyakinkan
berdasarkan analisis spektral wavelet bahwa liputan awan di
Indonesia terpengaruh oleh aktivitas matahari (terutama pada
musim kering) dan pasang-surut bulan-matahari. Memang
analisis spektral lazim digunakan untuk mengkaji pengaruh
suatu fenomena terhadap fenomena lainnya dengan
menganalisis spektral periodisitasnya, dalam kondisi banyak
faktor yang dapat mempengaruhinya.
Penelitian lanjutan dengan menambahkan parameter
lainnya (SOI – southern oscillation index – sebagai indikasi
ENSO dan indeks liputan debu letusan gunung) dipublikasi
pada beberapa makalah: “Influence of Solar Activities, ENSO,
and Stratospheric Aerosols on Cloud Amounts Over Western
Indonesia ” (Djamaluddin, 2002), "Solar Activity Influence on
Climate in Indonesia " (Djamaludin, 2003), dan “Solar Activity
Effects on Cloud Cover Over Indonesia ” (Nugroho, and
Djamaluddin, 2005). Penelitian lanjutan itu menunjukkan
bahwa liputan awan di atas Indonesia sangat kuat dipengaruhi
oleh liputan debu letusan gunung dan ENSO (El Nino
Southern Oscillation). Analisis kemudian mengarahkan pada
indikasi bahwa mekanisme pengaruh aktivitas matahari pada
liputan awan di Indonesia tampaknya melalui mekanisme
ENSO. Artinya, pengaruh aktivitas matahari yang mengubah
periodisitas ENSO yang kemudian mempengaruhi periodisitas
liputan awan di Indonesia. Indikasi itu berbeda dengan
pemahaman sampai saat itu seperti dirangkum dalam ulasan
"Bukti-bukti Empirik Pengaruh Aktivitas Matahari pada Iklim"
(Djamaluddin, 2001). Justru indikasi seperti itu mulai dikaji
oleh para peneliti secara lebih mendalam dalam beberapa tahun
belakangan terkait dengan peranan laut dalam hubungan
matahari-bumi.
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

11

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

Upaya saya membumikan astronomi dengan
mengembangkan penelitian dampak antariksa pada bumi
dipublikasi dalam makalah ”Mencari Aplikasi Astronomi:
Faktor Kosmogenik pada Iklim" (Djamaluddin, 2001) dan
"Space Based Data: Between Pure Science and Down-to-Earth
Application in Indonesia" (Djamaluddin, 2004). Bukan
mengada-ada, tetapi itu merupakan upaya agar pemahaman
astronomi yang mencakup fenomena alam yang luas dapat
dimanfaatkan bukan sekadar untuk pengembangan sains.
Kajian tentang dampak lingkungan antariksa pada bumi
difokuskan pada masalah sampah antariksa. Ini adalah awal
penelitian tentang sampah antariksa yang menjadikan LAPAN
sebagai satu-satunya pusat informasi di Indonesia tentang
sampah antariksa. Lingkungan antariksa yang mengandung
ancaman tumbukan antara satelit dengan benda antariksa alami
(meteoroid) dan sampah antariksa diulas dalam makalah
"Masalah Meteoroid dan Sampah Antariksa pada Satelit
Geostasioner" (Djamaluddin, 2002) dan "Risiko Benda Jatuh
Antariksa" (Djamaluddin, 2003). Penelitian komprehensif
tentang sampah antariksa yang dipengaruhi aktivitas matahari
dipublikasikan dalam makalah "Pengaruh Aktivitas Matahari
Pada Kalahidup Satelit " (Djamaluddin, 2005). Penelitian
tersebut menunjukkan secara lebih jelas bahwa pada masa
matahari aktif, potensi sampah antariksa jatuh ke bumi lebih
banyak terjadi, artinya potensi bencana benda jatuh antariksa
di wilayah Indonesia yang merupakan daerah ekuator yang
cukup panjang relatif meningkat. Hal ini harus menjadi
perhatian bagi LAPAN dalam memberikan layanan informasi
potensi bahaya benda jatuh antariksa. Terkait dengan kondisi
fisik lingkungan antariksa di wilayah orbit satelit, ulasannya
dituliskan dalam makalah “Kondisi Lingkungan Antariksa di
Wilayah Orbit Satelit” (Djamaluddin, 2006).
12

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

IV. ASTRONOMI MEMBERIKAN SOLUSI
Majelis dan hadirin yang saya hormati,
Membumikan astronomi tentu berorientasi pada upaya
mencari aplikasinya yang memberi manfaat bagi masyarakat
dan memberikan solusi bagi permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Dua hal utama yang saya awali adalah kajian benda
jatuh antariksa di wilayah Indonesia dan tawaran solusi
penyatuan hari raya umat Islam dengan penyatuan kriteria
astronomis tanpa mempermasalahkan perbedaan metode hisab
dan rukyat, namun tetap merujuk pada dalil-dalil syar’i (hukumhukum agama) yang disepakati bersama.
Pemahaman astronomi orbit saya manfaatkan untuk
mengkaji dan mengevaluasi benda jatuh antariksa di Gorontalo
(1981) dan Lampung (1988) yang lama tersimpan di
Kedeputian Teknologi Dirgantara LAPAN dan data waktu
jatuhnya terdokumentasi oleh Pusat Informasi dan
Kedirgantaraan LAPAN. Saya berhasil mengidentifikasikan
kedua benda jatuh itu sebagai bagian dari motor roket SL-8
dan SL-4 milik Rusia, sedangkan lempengan yang jatuh di
Bengkulu (2003) berhasil saya identifikasi sebagai pecahan
roket CZ-3 milik RRC. Saat stasiun antariksa Mir jatuh
terkendali pada 2001 dan satelit Bepposax jatuh tak terkendali
pada 2002, kajian orbitnya dimanfaatkan untuk memberikan
layanan informasi intensif kepada pemerintah dan masyarakat
melalui situs web LAPAN dan jalur komunikasi lainnya terkait
potensi bencana benda jatuh antariksa, berkoordinasi dengan
Badan Nasional Pengendalian Bencana (BNPB). Terkait
dengan mitigasi bencana benda jatuh antariksa tersebut telah
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

13

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

dipublikasikan makalah "Analisis Orbit dan Identifikasi Benda
Jatuh Antariksa di Indonesia" (Djamaluddin, 2004).
Pada sisi lain astronomi telah memberikan perangkat
penting bagi kehidupan manusia dalam hal penentuan waktu dan
arah. Oleh karenanya untuk membumikan astronomi dan
mempopularisasikannya, saya telah menuliskan makalah teknis
ilmiah astronomi dan artikel ilmiah populer tentang penentuan
waktu dan arah, khususnya terkait dengan penentuan waktu
ibadah dan penentuan arah kiblat bagi umat Islam sebagai
penduduk mayoritas Indonesia.
Beberapa makalah ilmiah dalam kaitan dengan
pemanfaatan astronomi untuk aplikasi di masyarakat telah saya
publikasikan: “Peran Penting Almanak Astronomi di
Masyarakat” (Djamaluddin, 1995), "Visibilitas Hilal di
Indonesia " (Djamaluddin, 2000), "Re-evaluation of Hilaal
Visibility in Indonesia ", (Djamaluddin, 2001), "Calendar
Conversion Program Used to Analyze Early History of Islam"
(Djamaluddin, 2001), dan "Prospek Astronomis pada
Penyatuan Kalender Islam di Indonesia” (Djamaluddin, 2003).
Melalui berbagai tulisan di media massa, seminar,
ceramah, dan pelatihan, saya mengupayakan titik temu
antarormas Islam dalam penentuan awal Ramadhan, Idul Fitri,
dan Idul Adha dengan pendekatan astronomis yang dilandasi
dalil-dalil syar’i (hukum-hukum agama). Pada dasarnya
perbedaan hari raya bukan disebabkan oleh perbedaan metode
hisab (perhitungan) dan rukyat (pengamatan), tetapi karena
perbedaan kriteria awal bulan. Selama ini ada dua kriteria
dasar yang sering menyebabkan perbedaan ketika tinggi bulan
di antara kedua kriteria itu. Kriteria wujudul hilal (bulan sabit
sudah berada di atas ufuk) dengan tinggi bulan sekitar 0 derajat
yang digunakan Muhammadiyah dan kriteria imkan rukyat
(kemungkinan rukyat/teramati) dengan ketinggian bulan
14

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

sekitar 2 derajat yang digunakan Nahdlatul Ulama (NU). Jadi
ketika tinggi bulan sekitar 0 – 2 derajat dapat dipastikan akan
terjadi perbedaan hari raya, seperti tahun 2006 dan 2007 lalu.
Berdasarkan kajian data rukyat di Indonesia dan
analisis astronomis (Djamaluddin, 2000), saya mengusulkan
penyempurnaan dengan kriteria baru yang saya sebut kriteria
LAPAN. Dengan mengupayakan kriteria baru yang disepakati
(apakah kriteria LAPAN atau kriteria lain) insya-allah
perbedaan penentuan hari raya dapat dikurangi. Tinggal
masalah pada beberapa kelompok kecil yang masih
menggunakan cara non-astronomis, seperti rukyat global,
penentuan dengan hisab urfi (perhitungan konstan), atau
dengan penentuan pasang air laut. Untuk masalah terakhir ini,
pendekatannya bukan lagi secara astronomis, tetapi harus
dengan pendekatan lain.
Contoh nyata penyatuan umat lewat kesepakatan
kriteria adalah dalam penentuan jadwal shalat. Walau
sebenarnya ada beberapa kriteria tinggi matahari untuk jadwal
shalat, ternyata semua ormas Islam dapat sepakat dengan
kriteria yang saat ini digunakan Departemen Agama RI. Hal
serupa juga dapat terwujud kalau semua ormas Islam dapat
menyepakati satu kriteria awal bulan. Saat ini upaya-upaya
sosialisasi dan pendekatan masih terus dilakukan dan ada
tanda-tanda positif menuju titik temu. Semoga dalam waktu
tidak terlalu lama lagi dapat dicapai satu kesepakatan. Kalau
belum tercapai, tahun 2010 – 2014 kita akan menghadapi lagi
perbedaan awal Ramadhan dan hari raya, setelah dua tahun
(2008 – 2009) posisi bulan-matahari memungkinkan kita untuk
bersatu walau dengan kriteria berbeda.

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

15

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

V. PENUTUP
Majelis dan hadirin yang saya hormati,
Perjalanan
karir
fungsional
saya
konsisten
mengembangkan astronomi sebagai sains dan membumikan
astronomi untuk memberi solusi bagi masyarakat. Sebagai
tanggung jawab ilmiah dan sosial sebagai seorang peneliti,
saya telah berupaya agar astronomi dapat berkontribusi dalam
memajukan masyarakat melalui upaya para penelitinya dengan
pubikasi ilmiah yang berkualitas serta layanan informasi yang
mencerdaskan, menjelaskan, dan mengingatkan masyarakat.
Secara langsung atau tak langsung, astronomi, sebagai
kompetensi individual saya serta tugas dan fungsi institusional
di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa LAPAN, telah turut
berkontribusi dalam menjelasksan fenomena astronomis yang
menjadi perhatian masyarakat (seperti badai matahari, gerhana,
oposisi Mars, komet, dan meteor), dalam mengupayakan
mitigasi benda jatuh antariksa, dan dalam memberikan solusi
penyatuan hari raya yang berdampak sosial.
Ucapan Terima Kasih
Majelis dan hadirin yang saya hormati,
Aspek humanistik perjalanan karir peneliti saya, telah
saya tuliskan dalam artikel ”Astronomi Jalan Hidup” di blog
http://t-djamaluddin.spaces.live.com, termasuk tekad
saya
saya untuk mencapai Profesor Riset pada 2009 ini. Walaupun
karir fungsional lebih banyak ditentukan oleh diri sendiri
(berbeda dengan karir struktural), harus saya ungkapkan bahwa
banyak orang telah berperan membantu saya. Pada akhir orasi
16

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

ini, izinkan saya untuk menyampaikan ucapan terima kasih
kepada banyak pihak yang telah mengantarkan saya pada
jabatan Peneliti Utama IVe dan Profesor Riset bidang
astronomi-astrofisika, tanpa menyebutkan satu per satu karena
demikian banyaknya.
Ucapan terima kasih yang pertama tentu saya
sampaikan kepada kedua orang tua saya yang telah
menanamkan kegigihan dan kejujuran yang menjadi bekal
dalam segala langkah perjalanan saya. Demikian juga kepada
para guru dan pembimbing saya yang telah memberi bekal
ilmu dan semangat ilmiah. Kepada para pimpinan, Tim Penilai
Peneliti Instansi (TP2I) beserta staf sekretariatnya, kolega
peneliti, staf teknisi, dan staf administrasi LAPAN yang telah
membantu melancarkan karir fungsional saya. Kepada Kepala
LIPI selaku Ketua Majelis Pengukuhan Profesor Riset beserta
anggota Majelis maupun Tim Penilai Naskah Orasi kami
ucapkan terima kasih atas kepercayaan mengukuhkan saya
sebagai profesor riset. Juga kepada keluarga saya, istri dan
anak-anak, yang telah menjadi pendorong semangat dalam
perjalanan karir saya.
Namun, dari sekian banyak orang yang berjasa, saya
harus menyebut satu nama yang paling banyak memberi warna
semangat astronomis dalam hidup saya, Prof. Dr. Bambang
Hidayat. Pak Bambang adalah pembimbing semasa mahasiswa
di ITB, atasan di LAPAN saat saya menyelesaikan pendidikan
di Jepang, dan pendorong semangat ketika saya meniti karir
peneliti astronomi.
Wassalamu’alaikum wr. wb.

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

17

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

DAFTAR PUSTAKA/
DAFTAR PUBLIKASI
PUBLIKASI INTERNASIONAL
PENULIS TUNGGAL/PENULIS UTAMA
1. Djamaluddin, T dan M. Saito. A Far-Infrared H-R Diagram
of Young Stellar Objects, Memoirs of the Faculty of
Science, Kyoto University, Series A of Physics,
Astrophysics, Geophysics, and Chemistry, Vol. XXXIX,
No. 2, Article 1, 1995.
1. Djamaluddin, T., Saito Mamoru. A Far-Infrared H-R
Diagram of Young Stellar Objects, 1996, Astrophysics and
Space Science, 235, 117.
2. Djamaluddin, T. .Evolutionary Tracks of Young Stellar
Objects (YSOs), Proceedings the First International
Conference on Astronomy and Space Sciences, Jordan,4-6
May 1998.
3. Djamaluddin, T. "Re-evaluation of Hilaal Visibility in
Indonesia", submitted to '2nd Islamic Astronomical
Conference', Jordan, 2001 (www.jas.org.jo/sicop.html),
published online (www.icoproject.org/paper.html ).
4. Djamaluddin, T. . "Calendar Conversion Program Used to
Analyze Early History of Islam", submitted to '2nd Islamic
Astronomical
Conference',
Jordan,
2001
published
online
(www.jas.org.jo/sicop.html),
(www.icoproject.org/paper.html ).
5. Djamaluddin, T. . Influence of Solar Activities, ENSO, and
Stratospheric Aerosols on Cloud Amounts Over Western
Indonesia, dipresentasikan pada International symposium
on Equatorial Processes Including Coupling (EPIC),
Kyoto, March 18 – 22, 2002
18

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

6. Djamaluddin, T. . Evolution of Solar Activities Periodicity
and Possible Relation to solar Inertial Motion,
dipresentasikan pada The International Astronomical
Union 8th Asian-Pacific Regional Meeting, July 2 – 5,
2002, Tokyo
7. Djamaluddin, T. . Variation of Meteors as Detected by
Meteor Wind Radar in Indonesia, dipresentasikan pada The
World Space Congress 2002, Houston, Texas, 10 – 19
October 2002
8. Djamaluddin, T. . "Space Based Data: Between Pure
Science and Down-to-Earth Application in Indonesia", in
Seminars of the United Nations Programme on Space
Applications, p. 3 – 16, 2004. ISBN 92-1-100959-6
9. Djamaluddin, T. . "Solar Activity Influence on Climate in
Indonesia", in Proc. ISCS 2003 Symposium "Solar
Variability as an Input to the Earth's Environment',
Slovakia, p. 355 – 357, 2003. ISBN 92-9092-845-X/ ISSN
0379-6566
10. Djamaluddin, T. . Solar Activity Prediction from
Reconstruction of Wavelet Analysis, Proc. ISCS 2003
Symposium on 'Solar Variability as an Input to the Earth's
Environment", Slovakia, p. 83 - 83) ISBN 92-9092-845-X/
ISSN 0379-6566
11. Djamaluddin, T. . Prediction of Solar Cycle 24 Based on
Wavelet Analysis of Asymmetric Hemispheric Sunspot
Number, Proc. 9th Asian-Pacific Regional IAU Meeting,
Bali, 2005, ISBN 979-3507-63-2

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

19

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

PUBLIKASI INTERNASIONAL
CO-AUTHOR
12. T. Yamada,
T. Takata,
Djamaluddin, T., A.
Tomita,
K. Aoki,
A. Takeda,
M. Saito
Connection of large-scale of the galaxy distribution behind
the southern Milky Way, Mon. Not. Royal Astronomical
Soc., Vol. 262, p. 79-84, 1993
13. T. Yamada,
T. Takata,
Djamaluddin, T., A. Tomita,
K. Aoki,
A. Takeda,
M. Saito A Search for IRAS
galaxies behind the southern Milky Way, the Astrophysical
Journal Supp. Ser., Vo. 89, p. 57 - 84, 1993
14. J. T. Nugroho, T.Djamaluddin Solar Activity Effects on
Cloud Cover Over Indonesia, Proc. 9th Asian-Pacific
Regional IAU Meeting, Bali, 2005, ISBN 979-3507-63-2
PUBLIKASI NASIONAL
PENULIS TUNGGAL/PENULIS UTAMA
15. Djamaluddin, T., M. A. Ratag, B. Setiahadi, W. Sinambela
, 1986. Pendekatan Atmosfer Kelabu Bagi Fotosfer dan
Sunspot, Proceeding Program Penelitian Pusat Riset
Dirgantara LAPAN (ISSN : 0216-4663) 1986/1987, Buku
II, h. 174 – 198.
16. Djamaluddin, T., 1987. Analisis bayangan gerhana bulan
untuk menafsirkan karakteristik atmosfer atas, makalah
untuk Kongres III Ikatan Alumni ITB, Jur. Astronomi,
Bandung, 2 Juli 1987.
17. Djamaluddin, T., 1987. Interpretasi Penyebaran Debu
Letusan Gunung Api dari Bayangan Gerhana Bulan,
Proceeding Kollokium Penelitian Pusat Riset Dirgantara
LAPAN 1987 (ISSN : 0216- 471X), Buku II, h. 3 - 12.
20

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

18. Djamaluddin, T., 1987. Koreksi Orientasi sumbu polar
teleskop ekuatorial, Berita Pusat Riset Dirgantara Lapan,
(ISSN : 0125- 9636), Th. XI no. 43, h. 35 - 45 Juli 1987.
19. Djamaluddin, T., B. Hidayat, Mahasenaputra, Diah
Yudiawati , 1987. Penentuan Posisi Komet, Proceeding
Program Penelitian Pusat Riset Dirgantara LAPAN
1987/1988 (ISSN : 0216-4663), Buku II, h. 3 - 29.
20. Djamaluddin, T., 1989. Bimodal Star Formation,
dipresentasikan pada Summer School of Astronomy and
Space Physics, di Jepang, 18 - 22 Juli 1989.
21. Djamaluddin, T., 1990. Interstellar Medium in the Solar
Vicinity, Makalah pada Summer School of Astronomy and
Space Physics, di Nagano, Jepang, 23 - 27 Juli 1990.
22. Djamaluddin, T., 1991. A New H-Beta and (CaT+P12)
CCD Photometry for Determining Distance of Nearby
Interstellar Clouds, Makalah pada Japan Astronomical
Society Meeting, di Mito, Jepang, 15 - 18 Oktober 1991.
23. Djamaluddin, T., 1992. A Possibility of Using NIR Ca II
Triplet + Paschen 12 Lines Photometry in Searching New
T-Tauri Stars, Makalah pada Pertemuan Ilmiah XIII, Dept.
of Astronomy, Kyoto University, Japan, 27 - 28 Maret
1992.
24. Djamaluddin, T.. Evolusi Planet Bumi dan Pengaruh
Lingkungan Tata Surya, Proceeding Media Dirgantara
LAPAN, (ISBN 9798554-00-0), No. D-IV/04-94, hlm. 83 –
91.
25. Djamaluddin, T., 1995. Peran Penting Almanak Astronomi
di Masyarakat, Prosidings Seminar Sehari Astronomi, di
ITB, 29 Apr. 1995, hlm. 77 – 86.
26. Djamaluddin, T., Suaydhi, Mezak A. Ratag . Telaah Orbit
Komet dalam Kaitannya dengan Hujan Meteor,

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

21

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

27.

28.

29.

30.

31.

32.

33.
34.

35.

36.

22

MAJALAH LAPAN, No. 74, Juli 1995, hlm. 39, ISSN
0126-0480
Djamaluddin, T., Arif Suryantoro, Suaydhi. Pengaruh
Mikrometeoroid dari Komet pada Pembentukan Awan dan
Curah Hujan, Majalah LAPAN, No. 77, April 1996, hlm.
37, ISSN 0126-0480.
Djamaluddin, T.,
A. Gunawan A,.
W. Sinambela.
Pengaruh Aktivitas Matahari dan Faktor lainnya pada Suhu
Atmosfer Permukaan di Indonesia, Majalah LAPAN NO
80, 1997, hlm. 46-52 (ISSN 0126-0480).
Djamaluddin, T.. Efek Pasang Surut Bulan dan Aktivitas
Matahari terhadap Curah Hujan di Indonesia, Majalah
LAPAN, No 83 1997, hlm. 15-22 (ISSN 0126-0480).
Djamaluddin, T. . Keterkaitan antara Komet dan Hujan
Meteor, Warta LAPAN, No. 54, 1998, hlm. 31-39 (ISSN
0126-9754).
Djamaluddin, T.. Studies of Young Stellar Objects based on
IRAS Data, dipresentasikan pada Seminar Sehari 60 Tahun
Prof. Bambang Hidayat, Lembang, 17 September 1994.
Djamaluddin, T.. "Efek Pasang Surut Bulan dan Aktivitas
Matahari pada Penyebaran Awan di Indonesia", Majalah
LAPAN, No. 85, April 1998, Hlm. 62 – 67.
Djamaluddin, T.. "Visibilitas Hilal di Indonesia", Warta
LAPAN, Vol. 2, No. 4, Oktober 2000, Hlm. 137 – 136.
Djamaluddin, T.. "Bukti-bukti Emprik Pengaruh Aktivitas
Matahari pada Iklim", Warta LAPAN, Vol. 3, No. 3,
2001.
Djamaluddin, T.. "Mencari Aplikasi Astronomi: Faktor
Kosmogenik pada Iklim", disajikan pada Seminar Ilmiah
Himpunan Astronomi Indonesia, Bandung, 2001.
Djamaluddin, T..
Masalah Meteorid dan Sampah
Antariksa pada Satelit Geostasioner", presentasi pada
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

37.

38.

39.

40.

41.

42.

43.

44.

Seminar Peranan Sains Antariksa dan Sains Atmosfer,
Bandung 2002.
Djamaluddin, T.. "Prediktibilitas Cuaca Antariksa",
presentasi pada Seminar Himpunan Astronomi Indonesia,
Bandung, 2003.
Djamaluddin, T.. "Risiko Benda Jatuh Antariksa",
presentasi pada Seminar Himpunan Astronomi Indonesia,
Bandung, 2003.
Djamaluddin, T. "Analisis Orbit dan Identifikasi Benda
Jatuh Antariksa di Indonesia", Prosiding Seminar Nasional
Sains anatriksa II, hlm. 297 – 301, 2004, ISBN 979-855479-5
Djamaluddin, T. "Metode Baru Prakiraan Siklus Aktivitas
Matahari dari Analisis Periodisitas", Jurnal Sains
Dirgantara, Vol. 2, No 2. Juni 2005, hlm. 66 – 81. ISSN
1412-808X
Djamaluddin, T. "Pengaruh Aktivitas Matahari Pada
Kalahidup Satelit ", Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 3, No 1.
hlm. 65 – 77, Des 2005, ISSN 1412-808X
Djamaluddin, T. Analisis Lingkungan Antariksa
Berdasarkan Influks Meteor dari Meteor Wind Radar
Serpong dan Kototabang, Proceedings Seminar Antariksa
III, November 2006, ISBN 978-979-8554-98-8
Djamaluddin,
T.
Pengembangan
Model
Fluks
Mikrometeoroid dari Data Meteor Wind Radar, Majalah
Sains dan Teknologi Dirgantara, Vol. 1 No. 4, hlm. 183 –
188, 2006, ISSN 1907-0713.
Djamaluddin, T. Kondisi Lingkungan Antariksa di
Wilayah Orbit Satelit, Berita Dirgantara, Vol. 7 No. 2,
2006, ISSN 1411-8920

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

23

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

45. Djamaluddin, T. Micrometeoroid Affected by Solar
Activity, Seminar Nasional Astronomi 2007, 15 Des 2007,
Obs. Bosscha
46. Nizam Ahmad, Djamaluddin, T. Telaah Orbit Satelit
LAPAN-TUBSAT, Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 5 No.1,
Des 2007, ISSN 1412-808X
PUBLIKASI NASIONAL
CO-AUTHOR
47. Rustam Effendi,S.L. Manurung, W. Sinambela, F. S. Zen,
Djamaluddin, T., Dodi Suryaman Pengaruh Aktivitas
Matahari Pada Gelombang HF Wilayah Biak, Proceeding
Program Penelitian Pusat Riset Dirgantara LAPAN (ISSN :
0216-4663) 1986/1987, Buku II, h. 160 – 173
48. W. Sinambela, S. L. Manurung, Djamaluddin, T., F. S. Zen
Analisa Pertumbuhan dan Pergerakan Sunspot dari Hasil
Pengamatan Teleskop Refraktor 15 cm yang dipasang di
Stasbal Watukosek, Proceeding Program Penelitian Pusat
Riset Dirgantara LAPAN 1987/1988
(ISSN :
0216-4663), Buku II, h. 43 - 61.
49. Suaydhi, Mezak A. Ratag, Djamaluddin, T. Karakteristik
dan Identifikasi Hujan Meteor di Indonesia Berdasarkan
Data Meteor Wind Radar Serpong, Majalah LAPAN, No.
74, Juli 1995, hlm. 23, ISSN 0126-0480.
50. S. Jasman, Djamaluddin, T., Mezak A. Ratag, Suratno
Dampak Semburan (Burst) Radio Matahari pada gangguan
Medan Magnet Bumi, Majalah LAPAN No. 78, Juli 1996,
hlm. 30, ISSN 0126-0480
51. W. Sinambela, Djamaluddin, T., Clara Y. Yatini Pengaruh
Aktivitas Matahari pada Orbit Satelit LEO, Majalah
LAPAN no. 78, Juli 1996, Hlm. 59, ISSN 0126-0480.

24

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

52. I. E. Rusnadi, Jiyo, Djamaluddin, T. Frekuensi Kritis
Lapisan E Sporadis (foEs) di atas Biak pada saat terjadi
hujan meteor, majalah LAPAN No. 79, Oktober 1996, hlm.
32, ISSN 0126-0480.
53. M. Tarigan, T.Djamaluddin, M. Sjarifudin "Hubungan
antaran Angin Zonal di Atmosfer Bawah dan fmin di Atas
Biak", Warta LAPAN, Vol. 2, No. 4, 2000, hlm. 131 –
136.
54. M. Tarigan, T.Djamaluddin, G. Wikanto "Gelombang
Gravitasi dari Atmosfer Netral ke Ionosfer dan
Pengaruhnya terhadap foF2", Majalah LAPAN, Vol. 2,
No. 2, 2000, hlm. 60 – 65
55. I.E. Rusnadi, N. Ristanti, Djamaluddin, T. "Pola
Frekuensi Kritis dan Ketinggian Lapisan E Sporadis di
Atas Biak pada saat terjadi Hujan Meteor", Majalah
LAPAN, Vol. 2, No. 4, 2000, hlm. 159 - 166
56. Nizam Ahmad, Djamaluddin, T.”Telaah Orbit Satelit
LAPAN-TUBSAT”, Jurnal Sains Dirgantara, Vol. 5 No.1,
Des 2007, ISSN 1412-808X

1.
2.
3.
4.
5.

PUBLIKASI PEMASYARAKATAN IPTEK
UFO: Bagaimana Menurut Agama, Scientiae, no. 93 th.
10, 1979
Apakah Tahun Kabisat itu, PR Edisi Cirebon, 230283
Terjadinya Gerhana Matahari, PR Edisi Cirebon, 130483
Bukan Fenomena Alam yang Aneh: Gerhana Matahari
Peristiwa Biasa, PR, 020683
Hanya berbeda satu hari dalam 2419 tahun: Kalender
Hijriyah Mempunyai Ketepatan Tinggi, Kiblat, no. 22, 5 20 April 1984

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

25

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

13.

14.
15.
16.
17.
18.

19.

26

Mengenal Kalender Hijriyah, Kharisma, no. 10, Th. 2,
Juni 1984
Kalender Masa Lalu dan Yang akan Datang, Kartini, 264,
14 Des 84 - 13 Jan 1985
Kerjasama di Antariksa 1985 - 1986: Lima Pesawat
Antariksa Menghampiri Komet Halley, PR, 020385
Halley: Bintang Bintang Berekor Paling Menarik, Yang
Muda, no.6 th. 1, 1986
Berbagai Keistimewaan Kalender Hijriyah, PR Edisi
Cirebon, Minggu 3, Jan. 1987
Menembus Kedalaman Langit, Yang Muda, no.6, Th. 3,
1988
Awal Ramadan dan Awal Labaran: Mungkinkah
disamakan di Seluruh Dunia?, Panggilan Adzan, Maret
1991
Observing Eid on the Same Day Everywhere?, The
Muslim World League Journal, Vol. 19, no. 9, p. 36,
Ramadan 1412/March 1992
Memahami sebab Perbedaan Awal Ramadan dan Ied,
Republika, 230293
Fenomena Matahari di Cakrawala, Kawa (Buletin PPI
Kyoto), Edisi 12, Desember 1990
Eid: Is it Possible to be made on the same day over the
world, MSA-Newsletter, No. 2, Aug. - Sep. 1991
Toward Unification of Islamic Calendar in Japan, MSA-J
Newsletter Vol. 3, no. 1, July - Aug. 1992
Menjelajah Keluasan Langit, Menembus Kedalaman AlQur'an, Bulletin KMI Nagoya Des. 1992 - Mar 1993 [4
nomor], Pengajian New South Well, 31/III/1993 --diambil
dari isnet
Dasar-dasar Hisab dan Ru'yat, Buletin Pengajian
Lexington (BPL), no. 1, Th. 1, 140293
Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

20. Isra' Mi'raj: Mujizat, Salah Tafsir, dan Makna
Pentingnya,Republika, 140194 [isra.tex]
21. Kalender Islam Global: Urgensi Masa Kini, Republika,
140294
22. Kalender Hijriyah: Tuntutan Penyeragaman Mengubur
Kesederhanaannya, Republika, 100694 [hijri-kl.asc]
23. Memburu dan Mengamati Peristiwa Langka, Republika,
150794 [sl-9.asc]
24. Menjelajah Keluasan Langit, Menembus Kedalaman AlQur'an, [langit3.wp] (revisi tulisan yang telah dimuat di
buletin-buletin Pengajian lokal: Nagoya Des. 1992 - Mar
1993 (4 nomor), Pengajian New South Well, 31/III/1993),
Hikmah, Bag. 1 - 5, Minggu IV September - Oktober
1994.
25. Dimanakah Tujuh Langit Itu?, PR, 10 Jan. 1995 [isra2.wp]
26. Globalisasi Ru'yat Tak Sederhana, PR, 19 Jan. 1995
[Global.wp]
27. Prakiraan Ru'yatul Hilal, Republika, 21 Jan. 1995
[hilal.wp]
28. Bumi Dihujani 25.000 Ton Batuan dan Debu Setiap
Tahun, PR, 24 Jan. 1995 [meteor.wp]
29. Ramadan dan Idul Fitri di Masjid Kobe, Republika,
260295 [ramadan.wp]
30. Astronomi Membantah Astrologi, Republika [astro.wp],
09/04/1995
31. Pemahaman Baru Asal-Usul Tata Surya, Pikiran rakyat
16/5/95 [t-surya.wp]
32. Dari mana kita mulai: Mengurai Kepelikan Kalender
Hijriyah, PR 06/07/95 [almanak.wp]
33. Posisi Matahari dan Penentuan Jadwal Salat, Hikmah
Minggu III Juli 1995 [salat.wp]

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

27

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

34. Komet-komet Penyebab Hujan meteor, PR 07/08/95
[Komet.wp]
35. Pancaran Infra merah: Menguak Struktur Alam Semesta,
PR 02/10/95 [galaksi.wp]
36. Gerhana Matahari Total 1995 Hanya Dua Menit, PR
10/10/1995 [GMT95-1]
37. Kiat Mengamati Gerhana Matahari Total (GMT Terakhir
di Indonesia sebelum 2016, Republika 23/10/1995
[GMT95-2.WP]
38. Antara Limit Astronomis dan Harapan Teleskop Rukyat:
Tantangan Rukyatul Hilal 1 Syawal 1416 H, Republika
17/1/96 [rukyat.wp]
39. Bumi makin panas: Belajar Efek Rumah Kaca pada
Venus, PR 3/05/96[venus.wp]
40. Detektor dan Pemroses Citra Astronomi, Mengurai
Kegelapan Alam Semesta, PR 12/6/96 [detektor.wp]
41. Tunguska 30 Juni, 88 tahun lalu: Pecahan Komet
Menabrak Bumi, PR 2/7/96 [tunguska.wp]
42. Tahun 1996 terdingin pada dekade ini?, KOMPAS, 4/7/96
[matahar2.wp]
43. Debu Komet Halley Meningkatkan Curah Hujan,
KOMPAS 18/7/1996 [methujan.wp]
44. Mungkinkah Komet Swift-Tuttle Menabrak Bumi, PR
23/09/96 [sw-tuttl.sw]
45. Evolusi di alam dan eksistensi manusia, PR 01/10/96
[evolusi.wp]
46. Hisab Astronomi: Kapankah Awal Puasa dan lebaran,
Republika 8/1/97 [hilal97.wp]
47. Analisis Astronomi: Ramadan pada Zaman Rasulullah, PR
17/1/97 [rmd-nabi.wp]
48. Patroli Langit: mewaspadai asteroid dan komet
pengancam bumi, Republika 16/3/97 [asteroid.wp]
28

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

49. Komet Hale-Bopp Mendekati Matahari, Republika
30/3/97 [HaleBopp.wp]
50. Bukan masalah: Idul Adha di Arab Saudi dan di Indonesia
Berbeda Hari, PR 12/4/97 [id-adha1.wp]
51. Idul Adha dan perbedaan waktu, Republika 19/4/97 [idadha2.wp]
52. Babak baru eksplorasi Mars, Republika 6/7/97 [marshdp.wp]
53. Aktivitas Matahari, El Nino, dan Kekeringan 1997,
Republika, 14/9/97 [el-nino.wp]
54. Di
Satelit
Jupiter
Ada
Makhluk
Hidup?,
Republika,19/10/97,[jupiter.wp]
55. Pesawat Antariksa Cassini-Huygens Menuju Langit ke
Tujuh, PR, 26/10/97 [saturnus.wp]
56. Sifat Ijtihadiyah Penentuan Awal Ramadan dan Hari
Raya, Republika 23/12/97 [rmd1418k.wp]
57. Analisis Hisab Astronomi: Ramadan dan Hari Raya di
Berbagai Negeri, PR,31/12/97 [rmd1418p.wp]
58. Bukti Ketaatan Makhluk pada Khaliqnya: ALAM PUN
BERTHAWAF, PR 23/3/98 [thawaf.wp]
59. Renungan Tahun baru 1419: Pelajaran Tiga Hari Raya, PR
15/4/98 [h1419.wp]
60. Hari ini gerhana matahari cincin terlihat di Indonesia:
Rasulullah hanya sekali salat gerhana matahari, PR
22/8/98 [grh-nabi.wp]
61. Hujan Meteor Periodik 1998 Giacobinids dan Leonids, PR
16/11/98 [Leonids2.wp]
62. Keragaman Penentuan Awal Ramadan dan Hari Raya,
Republika 18/12/98 [Id1419.wp]
63. Menyikapi Perbedaan Idul Fitri dengan Wilayah Arab, PR
16/1/99 [Id1419b.wp]

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

29

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

64. Fenomena Matahari, Republika (Hikmah), 23/1/99
[MthPsiko.wp]
65. Pluto bukan planet?, Republika, 7/2/99 [pluto.wp]
66. Sains, Republika (Hikmah), 7/3/99 [sains.wp]
67. Perbedaan Idul Adha dengan Arab Saudi Kontroversi
yang berulang: Idul Adha Minggu 28 Maret 1999, PR,
26/3/99 [id-1419c.wp]
68. Bintang Kejora, Republika (Hikmah), 20/7/99 [kejora.wp]
69. Gerhana Bulan untuk Direnungkan, PR, 28/7/99
[GBS2807.wp]
70. Bagi Astronomi: Perkembangan Teknologi yang
Dilematis, PR,28/8/99 [astrontk.wp]
71. Langit, Hikmah Republika, 13/9/99 [LangitHk.wp]
72. Tujuh langit tidak berarti tujuh lapis, Dialog Jumat
REPUBLIKA, 12/11/99 [langitdl.wp]
73. Fenomena Cuaca Antariksa, Mengkaji Sifat Badai Meteor
Leonid, PR, 19/11/99 [leonid.wp]
74. Analisa Global Awal Ramadlan dan Idul Fitri 1420, PR
8/12/99 [rmd2id20.wp]
75. Aspek Astronomis dalam Kesatuan Ummat, Republika
10/12/99 [rmd-id20.wp]
76. Milenium dalam Perspektif Matematis Astronomis, PR
30/12/99 [milenium.wp]
77. Cahaya, Republika Hikmah, 4/2/00 [cahaya.wp]
78. Tertutupnya Kalbu, Hikmah Republika, 15/2/00
[kalbu.wp]
79. PBNU ber-Idul Adha hari ini 17 Maret 2000: Menjaga
Ukhuwah dalam Beda Idul Adha, PR 17/3/00
[idadha20.wp]
80. Janji Hakiki, Republika Hikmah, 23/3/00 [janji.wp]
81. Konsistensi Historis-Astronimis Kalender Hijriyah, PR
10/4/00 [HijrNabi.wp]
30

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.

91.
92.
93.
94.
95.

96.

Jalan Lurus, Republika Hikmah, 20/4/00 [istiqama.wp]
Bencana, Republika Hikmah 25/5/00 [BENCANA.WP]
Black Hole, Hikmah, Republika 26/6/00 [blackhol.wp]
Melihat Atmosfer Bumi pada Gerhana Bulan Total 16 Juli
2000, Republika 16/7/2000 [GBT16070.wp]
Komet SL-9, Hikmah, Republika 22/11/00 [SL-9HKM.WP]
Analisis Global Ramadhan dan Idul Fitri 1421: Tidak
Mungkin 26 Desember, PR 24/12/00 [hisab21b.wp]
Idul Adha: 5 atau 6 Maret 2001?, PR, 30/01/01 [imkan
rukyat(id1421).doc]
Menyikapi Perbedaan Idul Adha, Republika 02/03/01
[idadha21.wp]
Puing-puingnya Mengkhawatirkan 80 Negara: Lab
Antariksa Mir Jatuh, PR 03/03/01+ralat 07/03/01
[mir.doc]
Hilal dan beda hari raya,Percikan Iman,Maret
2001/Dzulhijjah 1421 [hilal21.wp]
Mari Menyaksikan Mir Jatuh, Republika 20/3/01 [MirObs.doc]
Hari Ini Mir Jatuh, Indonesia Aman, PR 23/3/01 [mir
jatuh 23-3.doc]
Sinkronisasi BUmi-Bulan, Hikmah Republika, 22/6/01
[bumi-bln.wp]
Di
Indonesia
Pengaruhnya
Tampak
Saat
Kemarau:GEJOLAK
AKTIVITAS
MATAHARI
BERPENGARUH PADA IKLIM, PR 23/8/01 [matahariiklim.doc]
Awal Ramadhan 16 atau 17 November: Urgensi
Menyatukan Kriteria, Republika 15/11/01 [Ramadhan
1422 Republika.doc]

Membumikan Astronomi Untuk Memberi Solusi

31

Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Astronomi dan Astro fisik

97. MEMAHAMI KETIDAKPASTIAN KALENDER, PR,
21/2/02, [Idul Adha 1422-Venus.doc]
98. Menyatukan 'Dua' Idul Fitri, Republika 4/12/02,
[Titik
Temu Penyeragaman Kelender Hijriyah di Indonesia ]
99. Pelangi, Hikmah Republika 21/1/03 [pelangi.doc]
100. Mengkaji Perbedaan Idul Adha, PR 06/02/03, [Mengkaji
Perbedaan Idul Adha.doc]
101. Menyatukan Hari Besar Islam, Republika 11/02/03,
[Menuju Titik Temu Penyatuan Hari Raya.doc]
102. Mewaspadai Jatuhnya satelit BeppoSAX, Republika,
27/4/03 [Satelit BeppoSAX segera jatuh.doc]
103. Sampah Antariksa bukan Armageddon, Intisari Juli 2003
[Sampah Antariksa.doc]
104. Netralitas Sains (1-2), Radar Bandung 10 + 11 Nov 2003
[Netralitas Sains]
105. MUI dan Penyatuan Hari Raya, Republika 5/2/04 [Fatwa
MUI Membuka Jalan.doc]
106. Sampah Antariksa Makin Padat, Cakrawala PR, 22/4/04
[Sampah Antariksa Makin Padat.doc]
107. Redefinisi Hilal: Menuju Titik Temu Kalender Hijriyah,
PR 20&21/2/04 [Redefinisi Hilal-Titik Temu.Doc]
108. "IKHLAS Bersama Ruang danWaktu", Booklet Kalender
2005, Percikan