Cerpen cinta pertama cinta pertama
Cerpen cinta pertama
Saat pandangan pertama, tepat pada saat aku merasakan getaran yang kau getarkan tepat pada
jantung hatiku. Sinar matamu yang indah kau pancarkan tepat pada bola mataku. Aku Disya,
ya namaku. Saat itu,,
Kesiangan, ya kesiangan sudah menjadi rutinitasku datang ke sekolah dan duduk di kelas XII
IPS 1dengan waktu yang relatif siang. Ya, walau ga siang-siang amat sih.
Waktu itu, aku lari-lari setengah mati, keringatku bersatu dengan perasaan yang dag dig dug
tak menentu. Satu hal yang membuatku seperti itu, yaitu kesiangan. Di koridor sekolah
terdengar hentakan kakiku yang berusaha menghambat waktu. Usahaku sia-sia saat aku
tabrakan dengan seorang laki-laki yang entah siapa dan dari mana dia berasal. Tapi yang pasti
dia datang dari arah yang berlawanan denganku. Aku tak tau pasti akan hal itu, karena di
sepanjang jalan, aku hanya melirik jam di tanganku.
Braaaaaak, suasana tabrakan itu memecahkan suasana koridor Sekolah yang hening.
Aku melirik sinis, buku yang aku peluk berhamburan kemana-mana. “Kalau jalan pake mata
dong” hentakku kesal.
“Mata? Gue jalan pake kaki..” ucapnya kesal dan sinis. Aku tatap matanya dalam. Aku kaget
karena yang tengah berdiri di hadapanku kini adalah seorang Angga, pemain Basket
terpopuler di sekolahku. Sepertinya aku mulai malu dengan sikapku yang terbilang ga sopan.
Tapi semua itu rasanya telah terlambat. Ya sudah, aku beranikan saja diriku untuk
menentangnya.
“Nyolot lagi” kataku memberanikan diri melontarkan kata-kata itu kepada pemain Basket
terpopuler ini. Pasalnya aku juga tambah kesal karena buku ku yang berhamburan, tak ada
hasrat sedikitpun darinya untuk menolongku membereskannya.
“Nyolot? Heh, gue tanya, yang lari-lari ga jelas tuh siapa? Hah?” pertanyaannnya simple tapi
mampu membuat nyaliku menciut seketika dan tak berdaya aku malu dibuatnya. Aku sadar
dari pertanyaannya itu memojokanku bahwa memang aku yang salah akan hal yang terjadi
ini. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Setelah ku lirik jam di
tanganku, tak terasa sudah pukul07:15. Gawaaat, gara-gara cowok ini aku jadi makin
kesiangan pikirku. Aku lekas berlari dengan ekspresi wajah tanpa dosa. Terdengar suaranya
yang memanggilku engan sebutan kata “GILA”. Tak aku perdulikan suaranya. Aku hanya
membalasnya dengan juluran lidahku “Bleee” kataku dan lekas pergi menuju kelas.
***
Entah dari mana rasa itu muncul. Rasa yang aneh terasa di relung jiwaku. Sangat sulit
untukku artikan rasa ini. Malam, sangat sulit ku memejamkan mataku, yang ada hanya
bayangan-bayangan semu yang hadir dalam pelukan hangat mimpiku. Tak menentu. Aneh,
sedang menyatu dalam otak dan pikiranku kini. Senang dan kesal karena seorang Angga.
Orang cuek yang mampu mencairkan hati ini dari trauma cowok saat dulu. Beban berat yang
ku rasa kini hanya beban pikiranku akan Angga.
Terasa banyak teroran yang masuk ke dalam telepon genggamku. Entah siapa, aku tak bisa
menebaknya. Hanya ribuan pertanyaan yang membaur dalam memori otakku kini. Siapa dan
siapa orang yang setiap detik menggangguku. Kata-kata mutiara dan perhatian yang amat
sangat membuat hati dan hidung ini tak karuan. Semakin hari, SMS itu semakin membuatku
penasaran. Berkali-kali aku tanya siapa dirinya, dia hanya menjawab “First Time”. Aku sama
sekali tidak mengerti dengan jawabannya.
***
Sore ini aku memilih untuk bersantai ria di bawah langit sore. Tepatnya aku duduk di bawah
ayunan taman yang berada di kompleks rumahku. Suasananya indah, cukup sepi. Tak seperti
biasanya, banyak anak-anak yang bermain-main disitu. Tapi sekarang hanya ada beberapa
anak saja. Inilah waktu yang tepat untuk menenangkan pikirnku yang lelah. Ku pejamkan
mataku sembari menikmati lagu-lagu klasik yang membuatku terbuai olehnya. Khayalku
seolah melayang. Ku mendekap angan-anganku yang kian tumbuh hangat dalam hangatnya
cinta. Pejaman mataku membuatku tak sadar akan apa yang terjadi di sekitarku, tawa canda
anak-anak di sekitarku ini. Yang ada hanya bayangan cowok pemain Basket populer.
Khayalku seolah membuyar ketika ku dengar dering SMS yang masuk ke dalam
handphoneku. Segera ku buka.. seseorang yang selalu menerorku rupanya.
Tanpa Nama
Lo penasaran gue siapa?
Disya
Y
Tanpa Nama
Temuin gue besok di taman kota jam 16.00.
Aku tak menjawab SMSnya lagi. Bagiku jelas, tanpa basa basi besok aku harus datang ke
Taman Kota untuk menjawab semua pertanyaanku.
***
“Tim Basket SMA kita akan berlaga pada ajang pertandingan Basket SE-JAWA-BALI”
itulah kata-kata yang ku dengar dari speaker yang berada di kelasku, istilahnya “Pagging”.
Mendengar akan hal itu, aku menghentikan aktifitas tanganku yang sedang menulis.
“Berarti, sekarang dia maen dong, moga kamu menang ya Angga” do’aku dalam hati. Segera
aku melanjutkan kegiatan menulisku.
Di lapang, aku melihat rombongan Tim Basket menuju keluar gerbang. Sepertinya mereka
bersiap untuk berlaga dalam pertaningan nanti. Pagi sekali aku pikir, saat jam istirahat, 10.15.
mataku dan mata Angga bertumpu pada satu titik fokus. Aku mencoba tersenyum ramah, lalu
dia? Hanya memalingkan mukanya!
***
Hari ini hatiku sangat senang, tepat pukul 14.00 aku mendapat berita bahwa Sekolahku
menang tanding Basket. Hari ini pula aku akan bertemu dengan pengagum rahasiaku tepat
pukul 16.00 di Taman Kota.
***
Entah berapa lama aku harus menunggu disini. Semakin detik terasa semakin cepat untukku.
Semakin sore tampaknya. Tapi, belum ada tanda-tanda seseorang yang menghampiriku.
Handphoneku berdering, dengan seyakin-yakinnya aku angkat teleponnya.
“Hallo” sapaku
“Hallo,” sapanya balik “Maaf, tolong secepatnya anda lekas menuju Rumah Sakit Cempaka,
ruang 6 Kacapiring” suara khas ngebass laki-laki di ujung sana. Teleponnya terputus sebelum
ku jawab. Aku penasaran dan bingung dengan semua ini.
Aku segera menuju Rumah Sakit tersebut yang kebetulan jaraknya tak jauh dari tempatku
menunggu. Segera ku berlari memasuki Rumah Sakit tersebut setelah aku turun dari taxi yang
aku tumpangi. Aku ketuk pintu ruang Kacapiring no 6. Dan apa yang ku lihat? Seorang
pasien yang tertutup kain, dan disebelahnya ada seorang laki-laki yang tak aku kenal. Pria
berumur 3 tahun lebih tua dariku.
“Anda siapa?” tanyaku
“Saya hanya menolong orang ini. Dan saat saya tanya siapa keluarganya yang harus saya
hubungi, dia hanya meminta saya untuk menghubungi seseorang yang bernama “First Time”
di kontaknya. Selain itu, dia memintaku untuk memberikan bungkusan ini untuknya. Dan
yang aku lihat, dia juga sempat menulis sebuah surat untuknya pula, untuk Disya katanya”
jelasnya panjang lebar lalu menyerahkan bingkisan serta surat padaku. Dia pergi
meninggalkan ruangan itu. Kini hanya aku dan seorang yang masih terbungkuskan kain di
ruangan ini. Aku masih enggan untuk melihat dan membuka kain tersebut. Nyaliku kalah
rasanya. Ku buka bingkisan itu dengan perlahan, ku lihat sekotak cokelat ditemani setangkai
bunga mawar merah tanpa duri. Sepertinya dia telaten untuk membersihkan mawar itu dari
duri-durinya. Lalu ku buka suratnya,,
Dear, Disya..
Disya, sebenarnya tanganku ini tak mampu menahan lagi hasrat untuk memberikan bingkisan
ini untukmu. Bibir ini mencair untuk ucapkan sebuah kata cinta untukmu. Tapi, apa
mungkin? Apa mungkin ku dapat lakukan itu semua di saat nafas ini terengah? Saat ragaku
lemah dan tak mampu bergerak? Saat mulutku membeku seketika. Bagaimanapun caranya,
aku ingin kau menerima bingkisan ini walau dari tangan yang berbeda. Sekali lagi maaf telah
bersembunyi dari kemelut perasaan yang tertunda. Maaf pula, aku tak dapat menemuimu di
tempat yang ku janjikan..
First Time
Anggaaa
Angga
Surat itu terjatuh dari tanganku. Seolah mimpi menghampiriku saat ku lihat nama yang tertera
di bawah tanda tangan itu, Angga. Bingkisan yang ku genggam pun ikut terjatuh. Ternyata,
julukan First Time adalah seseorang yang juga aku sayang. Fisrt Time karena kami pertama
bertemu.
Hatiku yang penasaran mencoba mengembalikan nyali yang koyak dan menciut. Ku coba
buka kain yang mentupi seseorang di ranjang itu. Dan apa kini yang tengah ku lihat? Ku lihat
dengan jelas paras seorang cowok tepat pada saat bertemu dan bertabrakan di koridor
sekolah. Seorang pemain basket terpopuler yang bernomor punggung 5. Angga, ya itu adalah
Angga. Tak kuasa ku menahan tangis yang siap membanjiri ruangan ini. Seorang yang
terbujur kaku di hadapanku ini adalah orang yang aku dambakan kehadirannya dalam
kehidupanku. Seorang Angga, cuek nan romantis.
Air mataku masih enggan untuk terhenti. Seolah mengerti perasaanku kini. Ku lirik meja
sebelah ranjang, ku lihat 2 piala yang berdiri tegak bertuliskan:
“JUARA 1 BASKET SE-JAWA-BALI” ku tersenyum melihatnya, lalu lanjut ku baca tulisan
yang tertera pada piala satu lagi “PEMAIN BASKET TERBAIK” semakin dalam kini ku
rasa. Harusnya saat ini aku dan dia berada di Taman Kota, bukan Rumah Sakit.
Ternyata, Angga mengalami kecelakaan saat menuju tempat yang dia janjikan, Taman Kota.
Dia mengemudikan sepeda motornya dengan kecepatan yang luar biasa, hingga raganya kini
harus terpisah dengan jiwanya.
Aku beranjak berdiri mengambil surat yang tadi terjatuh. Ku ambil balpoin yang tersedia di
meja bersebelahan dengan piala tadi. Ku tulis di belakang lembar itu,,
"YOU'RE MY FIRST LOVE OF
MY FIRST TIME"
Saat pandangan pertama, tepat pada saat aku merasakan getaran yang kau getarkan tepat pada
jantung hatiku. Sinar matamu yang indah kau pancarkan tepat pada bola mataku. Aku Disya,
ya namaku. Saat itu,,
Kesiangan, ya kesiangan sudah menjadi rutinitasku datang ke sekolah dan duduk di kelas XII
IPS 1dengan waktu yang relatif siang. Ya, walau ga siang-siang amat sih.
Waktu itu, aku lari-lari setengah mati, keringatku bersatu dengan perasaan yang dag dig dug
tak menentu. Satu hal yang membuatku seperti itu, yaitu kesiangan. Di koridor sekolah
terdengar hentakan kakiku yang berusaha menghambat waktu. Usahaku sia-sia saat aku
tabrakan dengan seorang laki-laki yang entah siapa dan dari mana dia berasal. Tapi yang pasti
dia datang dari arah yang berlawanan denganku. Aku tak tau pasti akan hal itu, karena di
sepanjang jalan, aku hanya melirik jam di tanganku.
Braaaaaak, suasana tabrakan itu memecahkan suasana koridor Sekolah yang hening.
Aku melirik sinis, buku yang aku peluk berhamburan kemana-mana. “Kalau jalan pake mata
dong” hentakku kesal.
“Mata? Gue jalan pake kaki..” ucapnya kesal dan sinis. Aku tatap matanya dalam. Aku kaget
karena yang tengah berdiri di hadapanku kini adalah seorang Angga, pemain Basket
terpopuler di sekolahku. Sepertinya aku mulai malu dengan sikapku yang terbilang ga sopan.
Tapi semua itu rasanya telah terlambat. Ya sudah, aku beranikan saja diriku untuk
menentangnya.
“Nyolot lagi” kataku memberanikan diri melontarkan kata-kata itu kepada pemain Basket
terpopuler ini. Pasalnya aku juga tambah kesal karena buku ku yang berhamburan, tak ada
hasrat sedikitpun darinya untuk menolongku membereskannya.
“Nyolot? Heh, gue tanya, yang lari-lari ga jelas tuh siapa? Hah?” pertanyaannnya simple tapi
mampu membuat nyaliku menciut seketika dan tak berdaya aku malu dibuatnya. Aku sadar
dari pertanyaannya itu memojokanku bahwa memang aku yang salah akan hal yang terjadi
ini. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk pergi meninggalkannya. Setelah ku lirik jam di
tanganku, tak terasa sudah pukul07:15. Gawaaat, gara-gara cowok ini aku jadi makin
kesiangan pikirku. Aku lekas berlari dengan ekspresi wajah tanpa dosa. Terdengar suaranya
yang memanggilku engan sebutan kata “GILA”. Tak aku perdulikan suaranya. Aku hanya
membalasnya dengan juluran lidahku “Bleee” kataku dan lekas pergi menuju kelas.
***
Entah dari mana rasa itu muncul. Rasa yang aneh terasa di relung jiwaku. Sangat sulit
untukku artikan rasa ini. Malam, sangat sulit ku memejamkan mataku, yang ada hanya
bayangan-bayangan semu yang hadir dalam pelukan hangat mimpiku. Tak menentu. Aneh,
sedang menyatu dalam otak dan pikiranku kini. Senang dan kesal karena seorang Angga.
Orang cuek yang mampu mencairkan hati ini dari trauma cowok saat dulu. Beban berat yang
ku rasa kini hanya beban pikiranku akan Angga.
Terasa banyak teroran yang masuk ke dalam telepon genggamku. Entah siapa, aku tak bisa
menebaknya. Hanya ribuan pertanyaan yang membaur dalam memori otakku kini. Siapa dan
siapa orang yang setiap detik menggangguku. Kata-kata mutiara dan perhatian yang amat
sangat membuat hati dan hidung ini tak karuan. Semakin hari, SMS itu semakin membuatku
penasaran. Berkali-kali aku tanya siapa dirinya, dia hanya menjawab “First Time”. Aku sama
sekali tidak mengerti dengan jawabannya.
***
Sore ini aku memilih untuk bersantai ria di bawah langit sore. Tepatnya aku duduk di bawah
ayunan taman yang berada di kompleks rumahku. Suasananya indah, cukup sepi. Tak seperti
biasanya, banyak anak-anak yang bermain-main disitu. Tapi sekarang hanya ada beberapa
anak saja. Inilah waktu yang tepat untuk menenangkan pikirnku yang lelah. Ku pejamkan
mataku sembari menikmati lagu-lagu klasik yang membuatku terbuai olehnya. Khayalku
seolah melayang. Ku mendekap angan-anganku yang kian tumbuh hangat dalam hangatnya
cinta. Pejaman mataku membuatku tak sadar akan apa yang terjadi di sekitarku, tawa canda
anak-anak di sekitarku ini. Yang ada hanya bayangan cowok pemain Basket populer.
Khayalku seolah membuyar ketika ku dengar dering SMS yang masuk ke dalam
handphoneku. Segera ku buka.. seseorang yang selalu menerorku rupanya.
Tanpa Nama
Lo penasaran gue siapa?
Disya
Y
Tanpa Nama
Temuin gue besok di taman kota jam 16.00.
Aku tak menjawab SMSnya lagi. Bagiku jelas, tanpa basa basi besok aku harus datang ke
Taman Kota untuk menjawab semua pertanyaanku.
***
“Tim Basket SMA kita akan berlaga pada ajang pertandingan Basket SE-JAWA-BALI”
itulah kata-kata yang ku dengar dari speaker yang berada di kelasku, istilahnya “Pagging”.
Mendengar akan hal itu, aku menghentikan aktifitas tanganku yang sedang menulis.
“Berarti, sekarang dia maen dong, moga kamu menang ya Angga” do’aku dalam hati. Segera
aku melanjutkan kegiatan menulisku.
Di lapang, aku melihat rombongan Tim Basket menuju keluar gerbang. Sepertinya mereka
bersiap untuk berlaga dalam pertaningan nanti. Pagi sekali aku pikir, saat jam istirahat, 10.15.
mataku dan mata Angga bertumpu pada satu titik fokus. Aku mencoba tersenyum ramah, lalu
dia? Hanya memalingkan mukanya!
***
Hari ini hatiku sangat senang, tepat pukul 14.00 aku mendapat berita bahwa Sekolahku
menang tanding Basket. Hari ini pula aku akan bertemu dengan pengagum rahasiaku tepat
pukul 16.00 di Taman Kota.
***
Entah berapa lama aku harus menunggu disini. Semakin detik terasa semakin cepat untukku.
Semakin sore tampaknya. Tapi, belum ada tanda-tanda seseorang yang menghampiriku.
Handphoneku berdering, dengan seyakin-yakinnya aku angkat teleponnya.
“Hallo” sapaku
“Hallo,” sapanya balik “Maaf, tolong secepatnya anda lekas menuju Rumah Sakit Cempaka,
ruang 6 Kacapiring” suara khas ngebass laki-laki di ujung sana. Teleponnya terputus sebelum
ku jawab. Aku penasaran dan bingung dengan semua ini.
Aku segera menuju Rumah Sakit tersebut yang kebetulan jaraknya tak jauh dari tempatku
menunggu. Segera ku berlari memasuki Rumah Sakit tersebut setelah aku turun dari taxi yang
aku tumpangi. Aku ketuk pintu ruang Kacapiring no 6. Dan apa yang ku lihat? Seorang
pasien yang tertutup kain, dan disebelahnya ada seorang laki-laki yang tak aku kenal. Pria
berumur 3 tahun lebih tua dariku.
“Anda siapa?” tanyaku
“Saya hanya menolong orang ini. Dan saat saya tanya siapa keluarganya yang harus saya
hubungi, dia hanya meminta saya untuk menghubungi seseorang yang bernama “First Time”
di kontaknya. Selain itu, dia memintaku untuk memberikan bungkusan ini untuknya. Dan
yang aku lihat, dia juga sempat menulis sebuah surat untuknya pula, untuk Disya katanya”
jelasnya panjang lebar lalu menyerahkan bingkisan serta surat padaku. Dia pergi
meninggalkan ruangan itu. Kini hanya aku dan seorang yang masih terbungkuskan kain di
ruangan ini. Aku masih enggan untuk melihat dan membuka kain tersebut. Nyaliku kalah
rasanya. Ku buka bingkisan itu dengan perlahan, ku lihat sekotak cokelat ditemani setangkai
bunga mawar merah tanpa duri. Sepertinya dia telaten untuk membersihkan mawar itu dari
duri-durinya. Lalu ku buka suratnya,,
Dear, Disya..
Disya, sebenarnya tanganku ini tak mampu menahan lagi hasrat untuk memberikan bingkisan
ini untukmu. Bibir ini mencair untuk ucapkan sebuah kata cinta untukmu. Tapi, apa
mungkin? Apa mungkin ku dapat lakukan itu semua di saat nafas ini terengah? Saat ragaku
lemah dan tak mampu bergerak? Saat mulutku membeku seketika. Bagaimanapun caranya,
aku ingin kau menerima bingkisan ini walau dari tangan yang berbeda. Sekali lagi maaf telah
bersembunyi dari kemelut perasaan yang tertunda. Maaf pula, aku tak dapat menemuimu di
tempat yang ku janjikan..
First Time
Anggaaa
Angga
Surat itu terjatuh dari tanganku. Seolah mimpi menghampiriku saat ku lihat nama yang tertera
di bawah tanda tangan itu, Angga. Bingkisan yang ku genggam pun ikut terjatuh. Ternyata,
julukan First Time adalah seseorang yang juga aku sayang. Fisrt Time karena kami pertama
bertemu.
Hatiku yang penasaran mencoba mengembalikan nyali yang koyak dan menciut. Ku coba
buka kain yang mentupi seseorang di ranjang itu. Dan apa kini yang tengah ku lihat? Ku lihat
dengan jelas paras seorang cowok tepat pada saat bertemu dan bertabrakan di koridor
sekolah. Seorang pemain basket terpopuler yang bernomor punggung 5. Angga, ya itu adalah
Angga. Tak kuasa ku menahan tangis yang siap membanjiri ruangan ini. Seorang yang
terbujur kaku di hadapanku ini adalah orang yang aku dambakan kehadirannya dalam
kehidupanku. Seorang Angga, cuek nan romantis.
Air mataku masih enggan untuk terhenti. Seolah mengerti perasaanku kini. Ku lirik meja
sebelah ranjang, ku lihat 2 piala yang berdiri tegak bertuliskan:
“JUARA 1 BASKET SE-JAWA-BALI” ku tersenyum melihatnya, lalu lanjut ku baca tulisan
yang tertera pada piala satu lagi “PEMAIN BASKET TERBAIK” semakin dalam kini ku
rasa. Harusnya saat ini aku dan dia berada di Taman Kota, bukan Rumah Sakit.
Ternyata, Angga mengalami kecelakaan saat menuju tempat yang dia janjikan, Taman Kota.
Dia mengemudikan sepeda motornya dengan kecepatan yang luar biasa, hingga raganya kini
harus terpisah dengan jiwanya.
Aku beranjak berdiri mengambil surat yang tadi terjatuh. Ku ambil balpoin yang tersedia di
meja bersebelahan dengan piala tadi. Ku tulis di belakang lembar itu,,
"YOU'RE MY FIRST LOVE OF
MY FIRST TIME"