Korelasi Antara Kebiasaan Menonton Drama Ftv Dengan Kemampuan Menulis Cerpen Pada Siswa Kelas Xi Ma Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
oleh Siti Zuhrotul ‘Ulya NIM 108013000062
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013
(2)
KELAS XI MA NURUL HUDA DEPOK TAHUN AJARAN 2OI3I2OT4
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Sy'arat Metnperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh
Siti Zuhrotul 'Ulva NtM 108013000062
JURUSAN
PENDIDIKAN
BAHASADAN
SASTRAINDONESIA
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH
DANKEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 Yang lnengesahkau,
Dosen Pembirlbing
(3)
Depok Tahun Pelajaran 2013-2014," diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus
dalam ujian Munaqasah pada tanggal 02 Oktober 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dalam bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Ciputat, 02 Oktober 2013 Panitia Uj ian Munaqasah
Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Prodi) Dra. Mahmudah Fitfiyah. ZA. M. Pd. NrP 196402t2199703 2 001
Sekretaris Panitia (Sekretaris Jurusan/Prodi) Dra. Hindun. M. Pd.
NIP 19701215 200912 2 001 Penguji I
Dra. Hindun. M. Pd.
NIP 19701215 2009t2 2 001 Penguji II
Rosida Erowati. M. Hum. NrP 19771030 200801 2009
Tanggal
19,:9;#.1
e/
aB
(.1rq...)
w
Nurlena Rifa'i.
M.A
Ph. D.NIP 19591 0201 986032001
3
/
r.utlr-/:a...1
3 / sott
(./\e...
)Mengetahui,
Dekan Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan
Tanda Tanga
(4)
Saya yang bertanda tangan Nama
Tempat, Tgl. Lahir
NIM
Jurusan/Prodi Judul Skripsi
di bawah ini, Siti Zuhrotul Ulya
Bogor, T September 1990
108013000062
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/Sl
Korelasi antara Kebiasaan Menonton Drama FTV dengan
Kemampuan Menulis Cerpen Tahun Pelajaran 201312014.
Dosen Pembimbing : Dra. Mahmudah Fitriyahz{,M.Pd.
dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
(5)
i
Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kebiasaan menonton drama FTV dan hubungannya dengan kemampuan menulis cerpen.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-September 2013 di MA Nurul Huda, Depok Tahun Pelajaran 2013/2014. Metode penelitian yang digunakan ialah metode kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI MA Nurul Huda, Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket dan tes. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu tahap pengambilan data dengan angket dan tahap pengambilan data dengan tes.
Hasil Berdasarkan pada df sebesar 23 yang dikonversi ke rtabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh harga sebesar 0,396, sedangkan pada taraf signifikansi 1% diperoleh harga sebesar 0,505. Kriteria pengajuan ialah jika rxy≥ dari rtabel maka Ha diterima dan Ho ditolak, sebaliknya jika rxy ≤ dari rtabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Ternyata rxy yang besarnya 0,944 lebih besar dari rtabel. Karena rxy lebih besar dari rtabel, maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nihil (Ho) ditolak.
Berdasarkan interpretasi yang dicocokan dengan hasil perhitungan angka indeks korelasi “r” product moment dengan besar rxy (0,944) yang besarnya terletak antara 0,90 – 1,00. Ini berarti antara kebiasaan menonton drama FTV dan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok terdapat korelasi yang sangat kuat, dengan kontribusi sebesar 89,1% sedang kan sisanya 10,9% ditentukan oleh faktor lain.
(6)
ii
MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014. Education majors Indonesian Language and Literature, Faculty of Tarbiyah and Teaching, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2013.
This study aimed to obtain the data and describe the findings related FTV drama viewing habits and their relationship to the ability to write short stories .
This study was conducted on August to September 2013 in the MA Nurul Huda , Depok academic year 2013/2014. The method used is quantitative methods . The subjects were students of class XI MA Nurul Huda, Depok academic year 2013/2014.
Data collection techniques used were questionnaires and tests . This study was conducted in two phases, namely a data retrieval phase with questionnaires and data collection phase of the test.
Based on the results of 23 df converted to rtabel at significance level of 5 % obtained a price of 0.396, while the 1% significance level of 0.505 obtained price. Submission criteria is if rxy ≥ of rtabel then Ho is rejected and Ha is accepted, otherwise if rxy ≤ of rtabel then Ho is rejected and Ha accepted. It turns out that the magnitude rxy 0.944 greater than rtabel. Because rxy greater than rtabel , the alternative hypothesis ( Ha ) is accepted and null hypothesis ( Ho ) is rejected.
Based on the interpretation of the results of the calculation are matched with the indices of correlation " r " with a large product moment rxy ( 0.944 ) that the magnitude lies between 0.90 to 1.00. This means that the viewing habits of FTV drama and the ability to write short stories in class XI MA Nurul Huda Depok correlation is very strong, with a contribution of 89.1 % were right remaining 10.9 % is determined by other factors.
(7)
iii
salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad Saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari kegelapan menuju keselamatan.
Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd) dengan skripsi yang berjudul “Korelasi Antara Kebiasaan Menonton Drama FTV dengan Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014 ”.
Selama proses penyusunan skripsi ini, banyak sekali hambatan yang
penulis alami. Akan tetapi, berkat do’a dan dukungan dari berbagai pihak, penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. 1. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang sekaligus sebagai dosen pembimbing penulis, yang selalu meluangkan waktunya untuk mengarahkan dan membantu penulis dengan sabar dan tanpa lelah dalam meyelesaikan skripsi ini.
3. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama 4 tahun. 4. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan kepada kedua orang tua,
Ayahanda A. Fauzi Thayalisi Rasyad dan Ibu Siti Nuryati yang telah sabar mendidik penulis dan selalu memberikan semangat serta dukungan baik moril maupun materil sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada kakak tercinta Teh Iin dan Bang Adi,
(8)
iv
semangat kepada penulis untuk segera mendapakant ijazah.
6. Sahabat-sahabatku, Yuni, Tya, Fuji, Rofi, Icem, Ntin, Peje, Zulfa, dan semua saudaraku Family PBSI B 2008 yang telah memberikan banyak kenangan manis selama 4 tahun.
7. Sahabat di akahir perjuangan menggapai toga Ntin, Ulfa, Peje, Hana, Aang yang selalu setia bersama penulis baik suka maupun duka.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak bisa penulis ucapkan satu persatu yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih tidak akan cukup untuk membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan kepad penulis. Semoga Allah SWT memberi balasan yang berlipat ganda. Semoga skripsi ini dapat bermanfaaat bagi penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.
Jazakumullah khairal jaza’ Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, 27 September 2013
(9)
v LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT……….. ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR………... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Kegunaan Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN TEORI ... 7
A. Deskripsi Teoretis ... 7
1. Drama ... 7
2. Film Televisi (FTV)………. 8
3. Menulis ... 9
4. Cerpen ... 14
B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 19
C. Kerangka Berpikir ... 21
(10)
vi
2. Desain Penelitian ... 23
3. Variabel Penelitian ... 23
C. Populasi dan Sampel ... 24
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Instrumen Penelitian ... 25
F. Teknik Pengolahan Data ... 31
G. Teknik Analisis Data ... 32
H. Hipotesis Statistik ... 35
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 36
A. Deskripsi Data Sekolah ... 36
B. Hasil Analisis Data ... 38
C. Interpretasi Data ... 74
BAB V PENUTUP ... 77
A. Simpulan ... 77
B. Saran ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(11)
x
Tabel 3.2 Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen ... 29
Tabel 3.3 Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment ... 31
Tabel 4.1 Jumlah Siswa... 36
Tabel 4.2 Hasil Kebiasaan Menonton Drama FTV ... 37
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Menonton Drama FTV ... 39
Tabel 4.4 Hasil Kemampuan Menulis Cerpen ... 40
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Variabel Kemampuan Menulis Cerpen ... 44
Tabel 4.6 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 40
Tabel 4.7 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ...41
Tabel 4.8 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 42
Tabel 4.9 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 43
Tabel 4.10 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 44
Tabel 4.11 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 45
Tabel 4.12 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 46
Tabel 4.13 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 47
Tabel 4.14 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 48
Tabel 4.15 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 49
Tabel 4.16 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 50
Tabel 4.17 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 51
Tabel 4.18 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 52
Tabel 4.19 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 53
Tabel 4.20 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 54
Tabel 4.21 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 55
Tabel 4.22 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 56
Tabel 4.23 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 57
Tabel 4.24 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 58
(12)
viii
Tabel 4.26 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 60
Tabel 4.27 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 61
Tabel 4.28 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 62
Tabel 4.29 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 63
Tabel 4.30 Analisis Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 64
Tabel 4.31 Distribusi Korelasi antara Kebiasaan Menonton Drama FTV dengan Kemapuan Menulis Cerpen Siswa ... 71
(13)
ix
DAFTAR GAMBAR
(14)
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Angket Kebiasaan Menonton Drama FTV Lampiran 2 Tes Kemampuan Menulis Cerpen
Lampiran 3 Contoh Angket Hasil Isian Siswa
Lampiran 4 Contoh Tes Kemampuan Menulis Cerpen Lampiran 5 Foto-foto Penelitian
(15)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat ini hampir sebagian besar tayangan televisi merupakan hiburan dengan berbagai ragamnya. Hiburan yang ditayangkan antara lain telenovela, drama, film kartun, musik, dan kuis. Tayangan jenis hiburan inilah yang sering tidak terkontrol antara hiburan yang disajikan bagi anak-anak, remaja dan orang tua. Dari paket tayangan televisi, paket hiburan inilah yang paling banyak memberikan pengaruh.
Setiap hal pasti ada sisi positif dan negatif, begitu juga dengan tayangan televisi. Memang banyak pengaruh negatif dari dampak menonton televisi, salah satunya yaitu kecanduan. Efek candu yang disebabkan oleh televisi mengakibatkan anak-anak selalu ingin menonton televisi dengan frekuensi yang makin meningkat. Tidak hanya anak-anak, bahkan orang dewasa dapat kecanduan menonton film televisi. Karena aktivitas menonton televisi bisa melupakan segalanya. Orang dewasa yang dianggap memiliki kekuatan dan kepribadian cukup matang, sering tidak bisa menahan diri untuk tidak menonton sinetron atau telenovela.
Pada anak-anak, efek kecanduan tersebut dapat terlihat dari film dan tokoh kartun seperti Pokemon, Winnie the Pooh, Doraemon, dan Dragon Ball. Pada anak remaja usia sekolah menengah pertama, efek kecanduan film berubah orientasinya, dari kartun ke drama FTV atau film televisi. Drama FTV yang sering menghadirkan konten berbau cinta anak sekolah menjadi tontonan menarik tersendiri dan popular di kalangan remaja. Bahkan tak sedikit dari mereka menjadi pelanggan atau kecanduan atas tontonan drama FTV tertentu.
Kecanduan seperti itu akan semakin menjadi masalah, bila anak sampai tidak mau bermain di luar, dengan lingkungan sekitarnya. Anak tidak mau bersosialisasi, dan dunianya tidak bertambah luas. Stimulasi berupa interaksi
(16)
sesama anak dan orang dewasa di sekitarnya menjadi minimal, dan dapat menjadi kuper (kurang pergaulan). Waktu belajar pun akan terpotong oleh jam-jam tertentu, yaitu di saat acara televisi sedang ditayangkan.
Di sisi lain, ternyata ada pula sisi positif dari menonton televisi, yaitu dengan menonton televisi dapat menumbuhkan imajinasi seseorang. Misalnya untuk membuat cerpen, puisi, atau novel. Untuk membuat sebuah cerpen butuh imajinasi, ide-ide cemerlang, serta kosakata yang banyak. Ada kemungkinan setelah seseorang menonton televisi dapat menciptakan karya sastra, karena untuk membuat suatu karya sastra seseorang memerlukan sumber bacaan atau pun simakan (tontonan).
Tontonan seperti drama FTV, yang selalu menghadirkan tema film dengan konflik cinta segitiga, atau masalah remaja yang penuh dengan gairah dan pencarian jati diri, akan menstimulasi seseorang untuk berbuat sama dengan apa yang ditontonnya. Hal tersebut terjadi karena remaja memiliki pikiran yang belum stabil, karena itu remaja mudah terpengaruh. Dalam hal menulis cerpen, anak remaja juga kadang melakukan duplikasi atau peniruan. Bisa jadi, alur dan latar dalam cerpen yang ditulis itu sama persis dengan apa yang ada dalam drama FTV yang ditontonnya.
Dengan demikian, pengaruh drama FTV terhadap penulisan cerpen siswa cukup besar. Namun begitu, untuk membuat sebuah cerpen, siswa tidak dapat langsung bisa dengan sendirinya. Hal tersebut disebabkan oleh kemampuan masing-masing siswa berbeda satu dari yang lainnya. Dengan kata lain, dalam membuat sebuah cerpen dibutuhkan suatu keterampilan, yaitu keterampilan menulis. Menurut DP Tampubolon, menulis merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan.1 Sementara itu, HG Tarigan mengklasifikasikan kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup
1
DP Tampubolon, Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien (Bandung: Angkasa, 1987), h. 5.
(17)
empat segi, yaitu (1) keterampilan menyimak atau listening skills, (2) keterampilan berbicara atau speaking skills, (3) keterampilan membaca atau
reading skills, dan (4) keterampilan menulis atau writing skills.2
Empat keterampilan berbahasa tersebut, satu sama lainnya saling berkorelasi, sehingga sangat sulit untuk memisahkan satu dari yang lainnya. Sebagai perbandingan, ketika seseorang itu bayi, maka pada tahap awal yang ia lakukan ialah menyimak (listening skills), yaitu menyimak apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pada tahap berikutnya, karena ia sering mendengar atau menyimak kata-kata yang diucapkan itu, maka dari situ ia mulai menirukan bunyi-bunyian, atau kata-kata yang didengarnya itu dengan belajar berbicara (speaking skills). Baru setelah dia masuk usia sekolah, secara formal ia mulai dikenalkan pada lambang-lambang bunyi bahasa mulai dari huruf A sampai Z dan cara pengucapannya untuk kemudian di sini dia belajar membaca (reading skills). Setelah dikenalkan pada huruf-huruf itu, seorang anak kemudian berproses untuk meniru apa yang sudah dicerapnya dengan belajar menulis (writing skills), mulai dari huruf, suku kata, dan kalimat.
Dari beberapa teori tersebut, sudah jelas ada hubungan antara menulis dan menyimak. Sewaktu menulis seseorang membutuhkan inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal itu dapat diperoleh dari berbagai sumber: sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan, dan juga sumber tak tercetak seperti radio, televisi, ceramah, pidato, wawancara, diskusi, dan obrolan. Jika dari sumber tercetak perolehan informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak perolehan informasi itu diperoleh dengan menyimak.
Melalui menyimak ini, seseorang tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk suatu tulisan, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur
2
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1979), h. 1.
(18)
penyampaiannya agar menarik bagi pembaca. Dalam hal ini, posisi drama FTV dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas tulisan sebuah cerpen.
Atas dasar tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian. Utamanya penelitian tentang kebiasaan menonton drama FTV dan hubungannya dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa SMP, dengan judul skripsi: Korelasi Antara Kebiasaan Menonton Drama FTV dengan Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.
1. Tingginya tingkat kebiasaan menonton drama FTV di kalangan siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Kurangnya kemampuan menulis di kalangan siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Ada banyak faktor penentu dalam hal pembentukan kebiasaan menonton drama FTV pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
4. Rendahnya kemampuan menulis cerpen di kalangan siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat terbatasnya daya, biaya, dan pengetahuan penulis, maka penulis membatasi penelitian ini hanya pada kebiasaan menonton drama FTV dan hubungannya dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014.
(19)
D. Perumusan Masalah
Dengan memperhatikan pembatasan masalah tersebut, penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana korelasi antara kebiasaan menonton drama FTV dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.Tujuan umum dari penelitian ini ialah untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi atau hubungan antara kebiasaan menonton drama FTV dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014.
Tujuan khususnya yaitu memperoleh data dan mendeskripsikan hasil temuan terkait kebiasaan menonton drama FTV dan hubungannya dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Kegunaan Penelitian
Secara eksplisit, dapat dikemukakan beberapa kegunaan dari penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
1. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran nyata tentang kemampuan siswa dalam hal menonton drama FTV dan kaitannya dengan kemampuan menulis cerpen, khususnya pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan medium atau alat ukur untuk mendiagnosa sebab ketidaksanggupan siswa dalam hal menulis cerpen,
(20)
terutama siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014, sehingga guru bahasa Indonesia dapat dengan tepat mencarikan solusi.
3. Bagi sekolah.
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur bagi sekolah untuk membuat kebijakan-kebijakan dalam menyusun strategi pendidikan dan kurikulum sekolah, sehingga membuahkan policy yang tepat guna dan berdampak positif bagi siswa untuk ke depannya.
(21)
7 1. Drama
Drama adalah karya seni berupa dialog yang dipentaskan. Drama kerap dimasukkan dalam ranah kesusasteraan karena menggunakan bahasa sebagai media penyampai pesan. Nama lain dari drama adalah sandiwara.1 Bisa dikatakan demikian karena pesan moral yang disampaikan tidak secara langsung, tetapi melalui lakon naskah drama yang ditulisnya. Artinya, penonton atau pembaca dapat menyimpulkan, pelajaran moral apa yang diperoleh dari membaca atau menonton drama itu.
Berdasarkan masanya kita dapat mengenal adanya drama tradisional atau drama rakyat (folk drama) dan drama modern.2
a. Drama tradisional atau drama rakyat adalah drama yang lahir dan diciptakan masyarakat tradisional. Drama semacam ini digunakan untuk kegiatan sosial dan keagamaan seperti menyambut datangnya panen, menyambut tamu, sarana ritual atau mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan. Contoh drama tradisional di Indonesia adalah wayang orang, wayang kulit, ludruk, ketoprak, lenong, dan tari topeng. b. Drama modern adalah drama yang lahir pada masyarakat industry. Drama semacam ini sudah mencoba memasukkan unsure teknologi modern dalam penyajiannya. Dalam seni teater modern, tata busana, tat arias, tata lampu, tata ruang, dan tata panggung dikemas modern, bahkan sudah ada yang menggunakan teknologi modern. Tidak heran jika dalam pementasan sudah menggunakan film, animasi, ataupun komputer. Dalam drama modern, ceritanya selalu berkembang dan tidak selalu merujuk pada suatu cerita tertentu.
1
Asul Wiyanto, Terampil Bermain Drama. (Jakarta: Grasindo, 2007), hal. 24. 2
(22)
Berdasarkan isi dan suasananya, drama bisa dibagi atas drama tragedi, komedi, dan tragedi-komedi.
a. Drama tragedi adalah drama yang melukiskan kisah sedih. Tokoh-tokohnya menggambarkan kesedihan. Tokoh dalam drama tragedi ini disebut tragic hero artinya pahlawa yang mengalami nasib tragis. Drama ini juga mengacu pada drama serius yang melukiskan konflik di antara tokoh utamanya yang berakhir dengan malapetaka atau kesedihan.
b. Drama komedi merupakan drama ringan yang bersifat menghibur dan berakhir dengan bahagia. Biasanya drama ini disisipi dengan gurauan yang dapat bersifat menyindir.
c. Drama tragedi-komedi adalah drama yang alurnya sebenarnya lebih cocok untuk drama tragedy, tetapi berakhir bahagia seperti drama komedi.
2. Film Televisi (FTV)
Film televisi atau lebih sering dikenal dengan istilah FTV adalah tipe drama televisi dengan karakter dan ceritanya terpisah disetiap episodenya. Hampir serupa dengan drama seri televisi salah satu perbedaannya terletak pada durasi. FTV memiliki durasi lebih panjang dari drama seri televisi. Ada FTV yang berdurasi 90 menit ada juga yang berdurasi 120 menit.3
Dewasa ini drama FTV sedang marak sekali, beberapa stasiun televisi menyajikan drama FTV dengan waktu yang sudah ditentukan. Setiap harinya di berbagai stasiun televisi menyajikan drama FTV. Misalnya di SCTV, stasiun televisi tersebut menggunakan istilah sesungguhnya yaitu FTV. Tetapi terdapat juga dibeberapa stasiun televisi yang menanyangkan drama FTV tetapi dengan menggunakan istilah lain. Misalnya di stasiun televisi RCTI, di stasiun televisi ini menggunakan istilah TVM dalam penayangan drama FTV. Selanjutnya di stasiun televisi
3
Fred Subhan, Skenario Sinetron: panduan Menjadi Penulis Skenario Sinetron Jempolan.
(23)
Trans TV, menggunakan istilah bioskop Trans TV ada pula drama FTV religi Adzab dan Sengsara yang berisi film-film religi dengan berbagai macam judul.
Berikut ini ada beberapa contoh judul drama FTV diantaranya adalah Pacarku Tukang Gali Kubur, Tukang Mie Ayam Seganteng Brad Pitt, Ketemu Jodoh di Kandang Sapi, Cinlok Si Tukang Cilok, Jodoh di Tangan Satpam, dan Bajaj Pasti Berlalu. Judul-judul drama FTV memang sangat unik sekali. Stasiun TV SCTV dan RCTI bisa dibilang paling rajin membuat FTV genre ini. Konsep yang tak pernah membosankan, cowok dan cewek yang mulanya tak saling kenal terlibat salah paham, mulai saling suka tapi gengsi, dan berakhir jadian. 99% FTV drama romantis berakhir bahagia. Berbeda dengan FTV religi yang masih memiliki tiga opsi ending untuk sang antagonis; tobat, cacat atau meninggal.
Dengan berbagai judul yang unik, drama FTV dengan genre romantis lebih disukai kalangan remaja. Oleh karena itu drama FTV mempengaruhi penonton untuk setia duduk di depan televisi.
3. Menulis
a. Pengertian Menulis
Menurut Alek A. dan Achmad H.P., menulis merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan menggunakan alat-alat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dengan menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pada zaman Mesir Kuno.4
Menurut Nurudin, menulis adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Orang melakukan kegiatan coret-mencoret tanpa ada maksud di tembok itu juga bisa dikatakan dia sedang menulis, dengan atau tanpa maksud dan perangkat tertentu. Namun
4
Alek A. dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 106.
(24)
demikian, yang dimaksud menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain.5
Menurut Henry Guntur Tarigan, bahwa menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini maka sang penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur.6
b. Fungsi dan Tujuan Menulis
Menurut Henry Guntur Tarigan pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena memudahkan para berpikir. Juga dapat menolong kita berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman masalah-masalah yang kita hadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Tulisan dapat membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan mengenai orang-orang gagasan-gagasan, masalah-masalah dan kejadian-kejadian hanya dalam proses menulis yang aktual.
Sehubungan dengan “tujuan” penulisan sesuatu tulisan, Henry Guntur Tarigan merangkumnya sebagai berikut.
5
Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, (Malang: UMM Press, 2010), h. 4. 6
Henry Guntur Tarigan, Menulis; Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1994), h. 3.
(25)
1. Assigment purpose (tujuan penugasan)
Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan sama sekali. penulis menulis sesuatu karena ditugaskan, bukan atas kemauan sendiri (misalnya para siswa yang diberi tugas merangkumkan buku; sekretaris yang ditugaskan membuat laporan atau notulen rapat).
2. Altruistic purpose (tujuan altruistik)
Penulis bertujuan menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya itu. Tujuan altrulistik adalah kunci keterbacaan sesuatu tulisan.
3. Persuasive purpose (tujuan persuasif)
Tulisan yang bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan.
4. Informational purpose (tujuan informasional, tujuan penerangan)
Tulisan yang bertujuan memberi informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.
5. Self-expressive purpose
Tulisan yang bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri sang pengarang kepada para pembaca.
6. Creative purpose
Tulisan ini erat berhubungan dengan tujuan pernyataan diri. Tetapi “keinginan kreatif” di sini melebihi pernyataan diri, dan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma artistik, atau seni yang ideal, seni idaman. Tulisan yang bertujuan mencapai nilai artistik, nilai-nilai kesenian.
7. Problem-solfing purpose
Penulis ingin memecahkan masalah yang dihadapi. Penulis ingin menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara cermat
(26)
pikiran-pikiranan gagasan-gagasannya sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh para pembaca.7
c. Ciri-ciri sebuah tulisan
Agar maksud dan tujuan penulisan tercapai, yaitu agar pembaca memberikan responsi yang diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya, mau tidak mau dia harus menyajikan tulisan yang baik. Ciri-ciri tulisan yang baik itu, antara lain:
1. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis mempergunakan nada yang serasi.
2. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis menyusun bahan-bahan yang tersedia menjadi suatu keseluruhan yang utuh.
3. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis dengan jelas dan tidak samar-samar: memanfaatkan struktur kalimat, bahasa dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis. Jadi para pembaca tidak susah payah untuk memahami makna yang tersirat.
4. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk menulis secara meyakinkan: menarik minat para pembaca terhadap pokok pembicaraan serta mendemonstrasikan suatu pengertian yang masuk akal cermat-teliti mengenai hal itu. Dalam hal ini haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan pengulangan frase-frase yang tidak perlu. Setiap kata haruslah menunjang pengertian yang serasi, sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis.
5. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan yang tepat guna atau penulisan efektif.
6. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis dalam naskah atau manuskrip: kesudian mempergunakan ejaan dan tanda baca secara
7
(27)
saksama, memeriksa makna kata hubungan ketatabahasaan dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari benar-benar bahwa hal-hal seperti itu dapat memberi akibat yang kurang baik terhadap karyanya.8
d. Hubungan antara Menulis dan Menyimak
HG Tarigan mengklasifikasikan kemampuan bahasa pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi, yaitu (1) keterampilan menyimak atau listening skills, (2) keterampilan berbicara atau speaking skills, (3) keterampilan membaca atau reading skills, dan (4) keterampilan menulis atau writing skills.9
Empat keterampilan berbahasa tersebut, satu sama lainnya saling berkorelasi, sehingga sangat sulit untuk memisahkan satu dari yang lainnya. Sebagai perbandingan, ketika seseorang itu bayi, maka pada tahap awal yang ia lakukan ialah menyimak (listening skills), yaitu menyimak apa yang dikatakan oleh orang-orang yang berada di sekelilingnya. Pada tahap berikutnya, karena ia sering mendengar atau menyimak kata-kata yang diucapkan itu, maka dari situ ia mulai menirukan bunyi-bunyian, atau kata-kata yang didengarnya itu dengan belajar berbicara (speaking skills). Baru setelah dia masuk usia sekolah, secara formal ia mulai dikenalkan pada lambang-lambang bunyi bahasa mulai dari huruf A sampai Z dan cara pengucapannya untuk kemudian di sini dia belajar membaca (reading skills). Setelah dikenalkan pada huruf-huruf itu, seorang anak kemudian berproses untuk meniru apa yang sudah dicerapnya dengan belajar menulis (writing skills), mulai dari huruf, suku kata, dan kalimat.
Dari beberapa teori tersebut, sudah jelas ada hubungan antara menulis dan menyimak. Sewaktu menulis seseorang membutuhkan inspirasi, ide, atau informasi untuk tulisannya. Hal itu dapat diperoleh dari berbagai sumber: sumber tercetak seperti buku, majalah, surat kabar, jurnal atau laporan, dan juga sumber tak tercetak seperti radio, televisi,
8
Ibid., h.6. 9
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1979), h. 1.
(28)
ceramah, pidato, wawancara, diskusi, dan obrolan. Jika dari sumber tercetak perolehan informasi itu diperoleh dengan membaca, maka dari sumber tak tercetak perolehan informasi itu diperoleh dengan menyimak.
Melalui menyimak ini, seseorang tidak hanya memperoleh ide atau informasi untuk suatu tulisan, tetapi juga menginspirasi tata saji dan struktur penyampaiannya agar menarik bagi pembaca. Dalam hal ini, posisi drama FTV dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas tulisan sebuah cerpen.
4. Cerpen
Cerpen (cerita pendek) merupakan karangan pendek yang berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman. Ismail Kusmayadi merangkum pengertian cerpen dari beberapa ahli sebagai berikut.10
a. Hendy, cerpen adalah kisahan pendek yang mengandung kisahan tunggal.
b. J.S. Badudu, cerpen adalah cerita yang menjurus dan konsentrasi berpusat pada satu peristiwa, yaitu peristiwa yang menumbuhkan peristiwa itu sendiri.
c. Nugroho Notosusanto mendefinisikan cerpen berdasarkan jumlah kata, yakni panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto spasi rangkap, yang berpusat dan lengkap pada dirinya sendiri.
Sementara itu, Edgar Allan Poe mendefinisikan cerpen sebagai sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar antara 750-10.000 kata.11 Dengan demikian, cerpen adalah salah satu karya sastra yang memiliki suatu kisahan tunggal dan dapat selesai dibaca dalam sekali duduk.
10
Ismail Kusmayadi, Think Smart Bahasa Indonesia, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), h. 81.
11
Anif Sirsaeba el Shirazy, Fenomena Ayat-ayat Cinta, (Jakarta: Republika, 2006), h. 275-276.
(29)
Cerpen dapat terbentuk karena adanya unsur-unsur intrinsik cerpen, unsur intrinsik tersebut ialah:
a. Tema
Tema merupakan inti atau ide dasar sebuah cerita. Tema merupakan panggil tolak pengarang dalam menceritakan dunia rekaan yang diciptakannya.12 Dengan kata lain, tema merupakan ide pokok atau basik pengembangan cerita pendek. Misalkan tema tentang pendidikan, kebudayaan, dan pelestarian alam.
b. Alur
Alur adalah jalan cerita atau rangkaian peristiwa yang sambung-menyambung berdasarkan hubungan sebab-akibat.13 Dengan demikian, alur merupakan rangkaian momen yang direka serta dijalin dengan saksama hingga mencapai klimaks.
Rangkaian peristiwa dalam alur, membentuk sebuah cerita yang utuh dan komprehensif. Bagian-bagian alur yang umum digunakan ialah sebagai berikut.
1) Tahap pengantar atau pengenalan.
2) Tahap pembukaan cerita atau pemberian informasi awal, terutama berfungsi untuk melandasi cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.
3) Tahap pemunculan konflik. Konflik dapat berkembang pada tahap berikutnya . Peristiwa-peristiwa yang menjadi inti cerita semakin mencengangkan dan menegangan.
4) Tahap klimaks. Konflik-konflik yang terjadi atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak yang biasanya di alami oleh tokoh-tokoh utama.
5) Tahap peleraian. Penyelesaian pada klimaks, ketegangan dikendurkan, konflik-konflik tambahan diberi jalan keluar,
12
Agus Supriatna, Bahasa Indonesia untuk Kelas VIII SMA, (Bandung: Grafindo Media Pratama, 2007), h. 37.
13
(30)
kemudian cerita di akhiri, disesuaikan dengan tahap akhir di atas.
6) Tahap penyelesaian. Konflik sdah diatasi/diselesaikan oleh tokoh. Cerita dapatdi akhiri dengan gembira ata sedih.
c. Tokoh dan Penokohan
Tokoh ialah pelaku dalam cerita. Dalam cerita terdapat tokoh protagonis (tokoh utama), antagonis (lawan tokoh protagonis), dan tokoh figuran atau tokoh pendukung cerita.
Sementara penokohan atau perwatakan merupakan karakteristik tokoh, atau cara pengarang menggambarkan serta mengembangkan perilaku para tokoh dalam ceritanya. Pemberian sifat pada pelaku-pelaku cerita. Sifat yang diberikan akan tercermin pada pikiran, ucapan, dan pandangan tokoh terhadap sesuatu. Metode yang digunakan biasanya metode analitik dan metode dramatik.
Metode analitik merupakan metode penokohan yang memaparkan atau menyebutkan sifat tokoh secara langsung, misal, pemarah, penakut, sombong, pemalu, atau keras kepala. Sementara metode dramatik ialah metode penokohan yang tidak langsung memaparkan atau menggambarkan sifat tokoh melalui: (1) Penggambaran fisik (berpakaian, postur tubuh, bentuk rambut, dan warna kulit); (2) Penggambaran melalui cakapan yang dilakukan tokoh lain; dan (3) Teknik reaksi tokoh lain yang berupa pandangan, pendapat, sikap, dan komentar.
d. Latar
Latar adalah segala keterangan, petunjuk, dan pengacuan yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa. 14Latar ini bermanfaat untuk memperkuat tema, menuntun watak tokoh, serta membangun situasi cerita. Latar terdiri dari latar waktu, ruang, dan suasana.
14
J.S. Khamdi, Terampil Berwicara Pembelajaran Bahasa dan Saatra Indonesia untuk SLTA Kelas 2, (Jakarta: Grasindo), h. 206.
(31)
Latar waktu merupakan keterangan tentang kapan peristiwa itu terjadi, missal: pagi, Selasa, dan 2013. Latar tempat merupakan keterangan tempat peristiwa itu terjadi, missal: di rumah, di sekolah, di gedung, dan di Indonesia. Terakhir latar suasana. Latar suasana merupakan penggambaran peristiwa yang terjadi, missal: gembira, sedih, dan romantis.
e. Sudut pandang
Menurut Aminudin, sudut pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.15 Dengan kata lain, sudut pandang merupakan posisi pengarang saat membawakan cerita. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita: (a) Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita. (b) Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
(c) Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh. (d) Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.
f. Amanat
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang melewati karyanya pada pembaca atau pendengar. Pesan dapat berbentuk harapan, anjuran, dan kritik.16
Adapun dalam menuliskan sebuah cerpen ada beberapa teknik yang dapat diterapkan yakni:
15
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, (Jakarta: Grasindo, 2008), h. 152. 16
(32)
a. Paragraf pertama yang mengesankan. Paragraf pertama adalah kunci pembuka. Cerita pendek adalah karangan pendek, paragraf pertama bisa segera masuk pada pokok masalah, serta bukannya melantur pada perihal yang klise terlebih apabila lantas terkesan menggurui. Perihal tersebut pastinya cuma menyebabkan kebosanan serta rasa apatis untuk pembacanya.
b. Menggali suasana. Melukiskan satu latar terkadang membutuhkan detil yang agak apik serta kreatif. Penggambaran situasi yang biasa-biasa serta telah dikenal umum tak lagi menarik untuk pembaca. Bila akan melukiskan situasi kota Jakarta dengan gedung-gedung yang tinggi, kesemerawutan jalan raya, serta keramaian kotanya, penggambaran itu tidaklah menarik dikarenakan penggambaran tersebut bukan merupakan perihal yang baru. Walau demikian, apabila melukiskan situasi kota Jakarta kaitkannya pada situasi hati tokoh ceritanya sehingga penggambaran itu lebih menyentuh pembacanya.
c. Menggunakan kata-kata efektif. Kata-kata efisien yaitu kata-kata yang segera berikan kesan pada pembacanya. Gunakan kata-kata efisien, pembaca diinginkan bisa lebih mudah menangkap maksud dari tiap-tiap sisi cerita sampai tamat. Tak hanya menggunakan kata-kata efisien pengarang juga dituntut untuk mempunyai kekayaan kosakata serta style bhs supaya cerita yang dibuatnya bisa mengalir dengan lancer serta tidak kering dan menjemukan.
d. Menggerakkan tokoh (ciri-ciri). Di dalam cerita senantiasa ada tokoh. Tokoh-tokoh yang ada selalu bergerak dengan fisik atau psikis sampai terlukis kehidupan yang sama juga dengan kehidupan sehari-hari. e. Konsentrasi cerita. Di dalam cerita pendek, semua wujud mesti fokus
pada satu masalah pokok.
f. Sentakan akhir. Cerita mesti diakhiri jika masalah telah dikira selesai. Kecenderungan cerita-cerita mutkhir yaitu sentakan akhir yang bikin pembaca ternganga serta penasaran. Yang jelas, teks cerita pendek telah berakhir sebagaimana dikehendaki pengarangnya.
(33)
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian-penelitian yang ada relevansinya dengan kebiasaan menonton drama FTV hubungannya dengan kemampuan menulis cerpen, sejauh pengamatan dan pengetahuan peneliti masih belum banyak dilakukan. Namun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang cukup relevan, khususnya mengenai kemampuan menulis, berikut di antaranya.
Pertama, penelitian Fransiska Puspita Arum (2009) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Menggunakan “Teknik Fast
writing” Melalui Media Audio Visual Siswa Kelas X-4 SMA Kesatria Semarang. Mahasiswi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negri Semarang tersebut menyebutkan bahwa melalui teknik fastwriting dengan menggunakan media audio visual keterampilan menulis cerpen siswa kelas X-4 SMA Kesatrian 1 Semarang mengalami peningkatan 12,33 atau 16,17%. Hasil rata-rata tes menulis cerpen siklus I sebesar 63,92 dan pada siklus II meningkat menjadi 76,25 atau meningkat sebesar 16,17 %. Perolehan ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan teknik fastwriting menggunakan media audio visual pada siswa kelas X-4 SMA Kesatrian 1 Semarang dapat meningkat dan berhasil. Sedangkan perilaku siswa kelas X-4 SMA Kesatrian 1 Semarang setelah mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan teknik fastwriting menggunakan media audio visual mengalami perubahan kearah positif. Perubahan tersebut ditunjukkan dengan perilaku siswa yang kelihatan lebih serius dan bersemangat dalam melaksanakan kegiatan menulis cerpen.
Kedua, penelitian yang sudah dilakukan oleh Erlin Novita ningrum (2012) dengan judul Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Teknik Skema Alur menggunakan Media Lagu Siswa Kelas X-2 SMA Negeri 1 Karanganyar-Demak. Berdasarkan observasi yang dilakukan, kemampuan siswa kelas X-2 SMA Negeri 1 Karanganyar-Demak dalam menulis cerpen belum mencapai target yang telah ditentukan. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis cerpen dipengaruhi oleh factor eksternal dan internal. Faktor eksternaldipengaruhi oleh kurang tepatnya cara mengajar yang digunakan guru dalam pembelajaran. Faktor internal disebabkan oleh kurangnya
(34)
minatbaca, sehingga berpengaruh pada keterbatasan kemampuan dalam menulis.
Ketiga, penelitian yang bertajuk Hubungan Kebiasaan Membaca dan Hasil Mengarang Siswa Kelas V SD Pembangunan Jaya Bintaro Jaya Tangerang Banten yang ditulis oleh Ani Hartati. Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Atma Jaya Jakarta tahun 2006 tersebut menyimpulkan adanya hubungan positif yang signifikan antara kebiasaan membaca dan hasil mengarang siswa kelas V SD Pembangunan Jaya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kebiasaan membaca siswa maka semakin tinggi hasil mengarang siswa. Semakin rendah kebiasaan membaca siswa semakin rendah pula hasil mengarang siswa.
C. Kerangka Berpikir
Menonton televisi pada dasarnya merupakan aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan kita sekarang ini. Hal ini setidaknya dipengaruhi oleh kecanduan seseorang akan suatu tontonan yang menarik dan kebutuhan seseorang akan hiburan yang bersifat audio visual. Di kalangan remaja, menonton televisi sudah menjadi rutinitas yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja, terlebih terhadap program-program televisi yang menyiarkan drama FTV percintaan, persahabatan, dan konflik keluarga.
Drama FTV yang inspiratif bagi remaja, kadang dijadikan acuan untuk kemudian dipraktikan dalam kehidupan sehar-hari mereka. Namun tidak sedikit pula, remaja yang menduplikasi cerita dalam drama FTV ke dalam karya mereka seperti cerpen.
Cerpen remaja yang berkisah tentang percintaan, persahabatan, dan tentang hiruk-pikuk dunia sekolah sangat relevan dengan drama FTV yang berkembang saat ini. Dialog-dialog dalam cerpen remaja itu, juga kebanyakan dipengaruhi oleh dialog-dialog yang terjadi di dalam drama FTV yang sebelumnya mereka tonton.
Dari uraian tersebut, dapat diambil simpulan bahwa, diduga terdapat hubungan yang positif antara kebiasaan menonton drama FTV dan
(35)
kemampuan menulis cerpen. Dengan kata lain, semakin biasa seseorang menonton drama FTV, semakin mudah baginya menulis cerpen.
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan deskripsi teoretis dan kerangka berpikir, dapat disusun suatu hipotesis penelitian yang merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian, yaitu ada hubungan atau korelasi yang signifikan antara kebiasaan menonton drama FTV dengan kemampuan menulis cerpen siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
(36)
22
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Nurul Huda yang beralamat di Jl. Pesantren RT 06 RW 09, Pasir Gunung Selatan Cimanggis, Depok. Adapun waktu pengambilan data di lapangan berlangsung dari tanggal 9-12 September 2013.
2. Pendekatan Penelitian
Berdasarkan data penelitian, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendekatan kuantitatif. Data penelitian akan diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan statistik. Pengumpulan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor yang berhubungan dengan objek penelitian dipergunakan untuk mendeskripsikan bahan kajian.1
Selain itu digunakan pendekatan korelasional untuk mencari kepastian adakah hubungan antar variabel itu merupakan hubungan yang signifikan atau tidak. Jenis penelitian ini adalah penelitian expostfacto yaitu penelitian yang dilakukan dari apa yang dikerjakan sesudah kejadian.2
Dalam penjabarannya, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode ini bertujuan untuk mendeskriptifkan atau menjelaskan data-data yang diperoleh dalam penelitian dan menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara kebiasaan menonton drama FTV dengan
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 82. 2
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 165.
(37)
kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Desain Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan membaca dengan kemampuan menemukan gagasan utama. Mengacu pada tujuan penelitian, maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai penelitian yang berbasis pada analisis korelasional. Hasil dari penelitian ini kemudian akan diinterpretasikan dengan analisis deskriptif.
Dalam penelitian ini dibahas dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas yaitu kebiasaan membaca (X) dan variable terikat yaitu kemampuan menemukan gagasan utama (Y). Hubungan antar variabel dapat digambarkan sebagai berikut.
Diagram 3.1 Desain Penelitian
4. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.3 Variabel dapat dibedakanmenjadi dua, yaitu variabel bebas atau independent variable (X) dan variabel terikat atau dependent variable
(Y). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain. Sedangkan
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 126.
(X) Kebiasaan Menonton
Drama FTV
(Y) Kemampuan Menulis
(38)
yang dimaksud dengan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel yang lain.
Sesuai dengan judul skripsi Korelasi antara Kebiasaan Menonton Drama FTV dengan Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa Kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014, maka variabel yang peneliti maksudkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Variabel bebas (X) adalah kebiasaan menonton drama FTV pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 2013/2014.
b. Variabel terikatnya (Y) adalah kemampuan menulis cerpen pada siswa siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.4 Populasi ini terdiri dari sejumlah objek yang akan diteliti dan paling sedikit mempunyai karakteristik atau sifat yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.5 Sampel harus mewakili populasi atau sampel merupakan populasi dalam bentuk kecil. Dengan demikian, sampel dalam penelitian ini ialah siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014.
C. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat diperlukan beberapa metode sesuai dengan data yang diungkap. Data yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah data mengenai kebiasaan menonton drama FTV dan kemampuan menemukan
4
Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi(Bandung: Alfabeta, 2006), h.89. 5
(39)
menulis cerpen. Dalam penelitian ini terdapat dua teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut.
1. Teknik Kuesioner (Angket)
Teknik angket digunakan untuk memperoleh data mengenai menonton drama FTV. Angket dapat berupa pertanyaan atau pernyataan tertutup atau terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung, dikirim melalui pos, atau internet.6 Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode angket tertutup, artinya angket tersebut dilaksanakan secara langsung kepada yang diukur (responden) untuk diisi sesuai petunjuk atau ketentuan.
2. Teknik Tes
Teknik ini digunakan untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis cerpen. Teknik tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan sertaalat yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.7
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga mudah diolah.8 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen penelitian variabel kebiasaan menonton drama FTV (variabel X) dan instrumen variabel kemampuan menulis cerpen (variabel Y).
6
Jamal Ma’mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan(Jogjakarta:Diva Press), h. 124.
7Ibid., h. 127. 8
(40)
1. Instrumen Tes Kebiasaan Menonton Drama FTV a. Definisi Konseptual
Kebiasaan dalam hal ini didefinisikan sebagai sesuatu yang biasa dikerjakan oleh seorang individu dan dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama.9 Menonton berarti aktivitas melihat sesuatu dengan tingkat perhatian tertentu (Sudarwan Danim, 1995:20). Menonton televisi yaitu aktivitas melihat siaran televisi sebagai media audio visual dengan tingkat perhatian tertentu.10
b. Definisi Operasional
Kebiasaan menonton drama FTV ialah skor jawaban siswa XI MA Nurul Huda atas angket yang disebar kepada mereka.
c. Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Menonton Drama FTV
Parameter dalam tes kebiasaan menonton drama FTV menggunakan angket, terdiri dari 25 pernyataan, dengan empat pilihan jawaban, yaitu SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), dan TS (Tidak Setuju). Skor untuk masing-masing jawaban secara berurutan sebagai berikut: 4 (SS), 3 (S), 2 (KS), dan 1 (TS). Jika dikalkulasikan, maka nilai skor totalnya adalah 100 (4x25), dengan catatan semua jawaban ialah SS. Untuk lebih lengkapnya, perhatikan ilustrasi di bawah ini.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Kebiasaan Menonton Drama FTV
NO PERNYATAAN SKOR TOTAL
SKOR SS S KS TS
9
Anton Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995),h. 129. 10
(41)
1
Menurut saya, menonton drama FTV merupakan kegiatan yang bermanfaat.
4 3 2 1 4
2
Menonton drama FTV membuat saya memperoleh kepuasan tertentu sehingga saya selalu terkesan tahu dengan drama-drama FTV yang sedang hangat diperbincangkan.
4 3 2 1 4
3
Menonton drama FTV telah membantu saya memperoleh informasi yang saya butuhkan, terutama mengenai pengalaman hidup dan lika-liku pejuangan seorang tokoh dalam drama FTV.
4 3 2 1 4
4 Saya selalu meluangkan waktu
khusus untuk menonton drama FTV. 4 3 2 1 4 5 Saya selalu menonton drama FTV
setiap harinya. 4 3 2 1 4
6
Menurut saya menonton drama FTV jauh lebih menyenangkan dari pada kegiatan apa pun.
4 3 2 1 4
7
Saya sering mengunjungi situs-situs di internet hanya untuk menonton drama FTV yang terlewatkan oleh saya.
4 3 2 1 4
8
Berlama-lama untuk menonton drama FTV di rumah lebih menyenangkan karena membuat
(42)
saya lebih banyak tahu kehidupan, cinta, dan persahabatan.
9
Jika saya senggang, saya selalu menyempatkan waktu untuk menonton drama FTV, terutama drama FTV yang ada di SCTV dan RCTI.
4 3 2 1 4
10
Saya merasa rugi jika waktu senggang saya tersita begitu saja tanpa menonton drama FTV.
4 3 2 1 4
11
Jika saya dihadapkan pada dua pilihan antara bermain game dan menonton drama FTV, maka saya memilih menonton drama FTV.
4 3 2 1 4
12
Saya lebih senang menonton drama modern dibandingkan drama tradisional.
4 3 2 1 4
13
Saya sering menyalakan televisi hanya untuk menonton drama FTV sebagai pengantar tidur.
4 3 2 1 4
14
Jika saya belum memahami suatu cerita tertentu dalam sebuah drama FTV, saya selalu mencek kebenarannya di internet.
4 3 2 1 4
15
Tidak ada waktu yang paling berharga buat saya, kecuali di saat saya menonton drama FTV.
4 3 2 1 4
(43)
yang ada hubungannya dengan menonton drama FTV.
17
Saya selalu fokus ketika menonton drama FTV dan enggan untuk diganggu.
4 3 2 1 4
18
Lingkungan yang berisik sangat mengganggu konsentrasi saya dalam menonton drama FTV.
4 3 2 1 4
19
Pemecahan masalah yang saya peroleh dari menonton drama FTV, sering dapat diandalkan untuk memecahkan masalah dalam kehidupan pribadi saya.
4 3 2 1 4
20
Apabila cerita yang saya lihat kurang menarik, saya lebih baik tidak melanjutkan untuk menontonnya.
4 3 2 1 4
21
Aktivitas menonton drama FTV selalu saya lakukan dengan senang hati.
4 3 2 1 4
22
Menonton drama FTV bagi saya sama pentingnya seperti kebutuhan saya akan belajar.
4 3 2 1 4
23
Cakrawala pengetahuan dan pengalaman saya menjadi kaya setelah menonton drama FTV.
4 3 2 1 4
24 Menonton drama FTV yang
(44)
dalam bentuk tulisan, terutama cerpen.
25
Saya pernah membuat cerpen setelah saya menonton drama FTV tertentu yang menggugah hati saya.
4 3 2 1 4
JUMLAH TOTAL SKOR 100
2. Instrumen Tes Kemampuan Menulis Cerpen a. Definisi Konseptual
Menulis merupakan suatu bentuk komunikasi berbahasa (verbal) yang menggunakan simbol-simbol tulis sebagai mediumnya.11 cerpen adalah salah satu karya sastra berbentuk prosa. Sebuah cerpen mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa, dan pengalaman.
b. Definisi Operasional
Kemampuan menulis cerpen ialah skor jawaban siswa kelas XI MA Nurul Huda atas hasil tes tentang menulis cerpen, dengan standar penilaian yang sudah ditentukan.
c. Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Menulis Cerpen
Tes kemampuan menulis cerpen dilakukan dalam jangka waktu 2 jam, guru memberikan kertas polio lalu siswa menulis cerpen dengan tema bebas. Dengan demikian, standar penilaian mengacu pada kelengkapan aspek formal cerpen yang memuat judul, nama pengarang, dialog dan narasi. Kedua yaitu, kelengkapan unsur intrinsik cerpen yang meliputi, fakta cerita (plot, tokoh, dan
11
(45)
latar), sarana cerita (sudut pandang, penceritaan, gaya bahasa, simbolisme, dan ironi) dan pengembangan tema yang relevan dengan judul. Ketiga yaitu, keterpaduan unsur atau struktur cerpen. Struktur disusun dengan memperhatikan, kaidah plot (kelogisan, rasa ingin tahu, kejutan, dan keutuhan) dan penahapan plot (awal, tengah, akhir), dimensi tokoh (fisiologis, psikologis, dan sosiologis), dan dimensi latar (tempat, waktu, dan sosial). Dan yang terakhir yaitu, kesesuaian penggunaan bahasa cerpen dilihat dalam penggunaan kaidah EYD, keajegan penulisan, dan ragam bahasa yang disesuaikan dengan dimensi tokoh dan latar.
Tabel 3.2
Indikator Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen
No Indikator yang Dinilai Skor
1 Kelengkapan aspek formal cerpen 25 2 Kelengkapan unsur intrinsik cerpen 25 3 Keterpaduan unsur/struktur cerpen 25 4 Kesesuaian penggunaan bahasa cerpen 25
E. Teknik Pengolahan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam mengambil kesimpulan, maka peneliti akan memproses atau mengolah data yang sudah ada dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a. Editing data. Editing data pada dasarnya merupakan proses di mana peneliti melakukan klarifikasi terhadap kelengkapan data yang sudah terkumpul. Termasuk mempelajari kembali berkas-berkas yang dibutuhkan dalam proses penelitian. Kemudian data tersebut disiapkan untuk proses selanjutnya.
(46)
b. Coding data. Proses coding data atau pengkodean data dilakukan peneliti dengan cara memberikan kode-kode tertentu dalam bentuk angka untuk dapat mempermudah proses input data ke fasilitas penyimpanan, semisal hard disk pada komputer.
c. Cek kesalahan. Pengecekan-pengecekan terhadap data dan berkas sebelumnya, untuk kemudian dimasukan ke dalam komputer.
F. Teknik Analisis Data
Data akan dianalisis secara kuantitatif dan diwujudkan dalam bentuk angka-angka dengan menggunakan rumus statistik. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui korelasi antara kebiasaan menonton drama FTV dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014.
1. Mencari Angka Korelasi
Dalam mencari angka korelasi antara kebiasaan menonton drama FTV (variabel X) dengan kemampuan menulis cerpen (variabel Y) pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014, peneliti menggunakan
CorrelationalProduct Moment dengan rumus sebagai berikut.
√ } }
Keterangan:
= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Jumlah sampel
= Jumlah skor item variabel X
= Jumlah skor item variabel Y
(47)
= Jumlah kuadrat skor item variabel Y
= Jumlah perkalian antara skor item variabel X dan variabel Y dan skor total12
Analisis Product Moment dimaksudkan untuk mencari titik nilai korelasi antara variabel X dan variabel Y apakah memiliki hubungan yang sangat kuat, kuat, cukup, lemah, atau sangat lemah.
Setelah nilai rxydiketahui maka penulis memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment. Setelah diketahui hubungannya, kemudian diadakan interpretasi data dengan dua cara sebagai berikut.
a. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment secara sederhana dengan menggunakan pedoman sebagai berikut.
Tabel 3.3
Pedoman Interpretasi Terhadap Angka Indeks Korelasi “r” Product Moment
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi tersebut diabaikan (dianggap tidak ada
12
(48)
korelasi antara variabel X dan variabel Y)
b. Memberikan interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment, dengan jalan berkorelasi pada tabel nilai “r” product moment. Apabila cara kedua ini yang digunakan, maka prosedurnya secara berturut-turut sebagai berikut.
1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (HO). - Ha = Terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y - Ho = Tidak terdapat hubungan antara variabel X dan variabel Y 2) Menguji kebenaran atau kepalsuan dari hipotesis yang telah diajukan,
dengan melihat tabel “r” product moment, dengan terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (degree of freedom).
Df = N – nr
Keterangan:
Df = Degree of freedom N = Number of cases
nr = Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Setelah itu hasilnya dicocokan dengan nilai koefisiensi “r” product moment,baik pada taraf signifikansi 1% maupun pada taraf signifikansi 5%.
Karena jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 25 siswa, jika rhitung lebih besar dari rtabel maka korelasinya dianggap signifikan. Namun jika rhitung lebih kecil dari rtabel maka korelasinya tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak.
(49)
2. Mencari Analisis Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar prosentase hubungan atau kontribusi variabel X (Kebiasaan menonton drama FTV) dan pengaruhnya terhadap variabel Y (kemampuan menulis cerpen), maka selanjutnya dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelasi (rxy) product moment yang telah diperoleh. Koefisiensi determinasi dapat dicari dengan rumus sebagai berikut.
KD = r2 x 100%
Keterangan:
KD = Kontribusi variabel X terhadap variabel Y
r2 = Koefisiensi korelasi antara variabel X dan variabel Y
G. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.
Ho = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menonton drama FTV dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014.
Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan menonton drama FTV dengan kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok Pelajaran 2013/2014.
(50)
36 BAB IV
DESKRIPSI HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data Sekolah 1. Profil MA Nurul Huda
Nama Madrasah : MA Nurul Huda Nomor Statistik Madrasah : 131232760003
Status : Terakreditasi B (Baik)
Alamat : Jl. Pesantren Kp. Rumbut No. 02 Kelurahan : Pasir Gunung Selatan
Kecamatan : Cimanggis
Kota : Depok
Provinsi : Jawa Barat
Kode Pos : 16951
Telepon : 021-8700245
NPWP : 02.088.350.04-412.001
Nama Kepala Sekolah : Siti Nuryati, S.Pd Nomor Telp. HP : 0812 9426 6060 Nama Yayasan : YAPMA Nurul Huda
No. Akte Pendirian Yayasan : Akta Notaris Muh. Adam, SH. No. 03 Tahun 1981
Status Bangunan : a. Status Tanah : Wakaf b. Luas Tanah : 3245 m2 c. Luas Bangunan : 765 m2
2. Visi
(51)
3. Misi
a) Menyelenggarakan pendidikan sesuai standar isi, standar proses, dan standar ketenagaan
b) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendorong siswa berprestasi, displin, berakhlak mulia, kreatif, kritis dan bertanggung jawab c) Menyelenggarakan pendidikan secara efektif sehingga siswa
berkembang secara maksimal
d) Menumbuh kembangkan lingkungan dan prilaku religius sehingga siswa dapat mengamalkan dan menghayati agamanya secara nyata
4. Data Ruang Sekolah MA Nurul Huda a. Ruang Kepala Madrasah a. Ruang Guru
b. Ruang Tata Usaha
c. Ruang Kelas
d. Lab Komputer
e. Ruang BP
f. Ruang OSIS
g. Ruang UKS
h. Ruang Keterampilan i. Perpustakaan
j. WC Siswa k. WC Guru
l. Lapangan Olahraga
m.Gudang
(52)
5. Jumlah Siswa
Tabel 4.1 Jumlah Siswa
Tahun Pelajaran
Kelas X Kelas XI Kelas XII Jumlah
Jml . S iswa Jml . R ombel Jml . S iswa Jml . R ombel Jml . S iswa Jml . R ombel Jml . S iswa Jml . R ombel 2011/201
2 20 1 27 1 25 1 75 3
2012/201
3 28 1 19 1 27 1 74 3
2013/201
4 25 1 25 1 20 1 70 3
B. Hasil Analisis Data 1. Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan di MA Nurul Huda Depok menggunakan teknik pengumpulan dan pengolahan data kebiasaan menonton drama FTV yakni melalui angket. Dalam hal ini, peneliti menggunakan angket yang terdiri dari 25 pernyataan yang harus dijawab dengan memilih dari salah satu jawaban berikut: SS (Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), TS (Tidak Setuju). Sedangkan untuk memperoleh data atau informasi mengenai kemampuan menulis cerpen, peneliti menggunakan instrumen berupa tes membuat cerpen dengan tema bebas.
(53)
Berikut ini akan dideskripsikan secara rinci dan terpisah pada tiap variabel, khususnya variabel kebiasaan menonton drama FTV dan variabel kemampuan menulis cerpen.
2. Hasil Analisis Kebiasaan Menonton Drama FTV
Data kebiasaan menonton drama FTV diperoleh dari hasil angket.Sampel diambil dari 25 responden siswa kelas XI MA Nurul Huda Tahun Pelajaran 2013/2014. Dari jumlah sampel itu, peneliti kemudian mengumpulkan data dan melakukan pengelompokkan data tentang kebiasaan menonton drama FTV.Hasil analisis kebiasaan Menonton drama FTV dapat dilihat secara rinci pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
Hasil Kebiasaan Menonton Drama FTV
No. Nama Responden Hasil Kebiasaan Menonton Drama FTV
1 Syahdan Eka Hermawan 50
2 Ramdan Nala Januar 55
3 Nita Amelia 45
4 Mutia 51
5 Erik Kartono 54
6 Jodi Al-Hadi 63
7 Nisa Arsyadi Nusantara 63
8 Oktaviani Jamil A 60
9 Rizky Tria Amanda 63
10 Faisal Rifa’i 54
11 Syahrul Sidik 56
12 Yeyen Ayani 53
(54)
14 Saidilli Umar 45
15 Dwi Wahyu L 45
16 Nuryadin 43
17 Ruly Yustiawan 55
18 Risma Aulia 43
19 Warsitoh 60
20 Luthfi Mutia Syara 50
21 Mutia Sari 58
22 Mugi Setyowati 60
23 Siti Sarah Cahya A 55
24 Nurmilah Sulaiman 60
25 Wahyu Aji Pandowo 60
1341
a. Rentang Nilai (r)
r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 63 – 40
= 23
b. Jumlah Kelas (k) k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 25 = 1 + 4,6 = 5,6 6
(55)
i = Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k) = 23 : 6
= 3,8 4
d. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Menonton Drama FTV
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Variabel Kebiasaan Menonton Drama FTV
Kelas Interval Fi Xi Fi Xi
40 – 43 1 58.5 58.5
44 – 47 1 64.5 64.5
48 – 51 9 70.5 634.5
52 – 55 7 76.5 535.5
56 – 59 7 82.5 577.5
60 – 63 5 88.5 442.5
∑ 30 441 2313
e. Mean
Mean =
=
= 53,5
Dari hasil kebiasaan menonton drama FTV pada siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok diperoleh nilai rata-rata sebesar 53,5. Dari hasil
(56)
nilai rata-rata kebiasaan menonton drama FTV tersebut, kemudian nilai yang diperoleh dikonversi dengan skala penilaian rentang 50-69.Rentang nilai ini menunjukkan bahwa kebiasaan menonton drama FTV siswa kelas XI MA Nurul Huda Depok diinterpretasikan cukup.
3. Hasil Analisis Kemampuan Menulis Cerpen
Data tentang kemampuan menulis cerpen diperoleh dari hasil tes kemampuan menulis cerpen.Sampel diambil dari 25 responden siswa kelas XI MA Nurul Huda.Dari jumlah sampel itu, peneliti kemudian mengumpulkan data dan melakukan pengelompokkan data tentang kemampuan menulis cerpen.Berikut ini hasil analisis kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda.
Tabel 4.4
Hasil Kemampuan Menulis Cerpen
No. Nama Responden Hasil Tes Kemampuan
Menulis Cerpen
1 Syahdan Eka Hermawan 55
2 Ramdan Nala Januar 60
3 Nita Amelia 53
4 Mutia 54
5 Erik Kartono 58
6 Jodi Al-Hadi 68
7 Nisa Arsyadi Nusantara 70
8 Oktaviani Jamil A 65
9 Rizky Tria Amanda 65
10 Faisal Rifa’i 54
(57)
12 Yeyen Ayani 55
13 Nurfadhilah 47
14 Saidilli Umar 50
15 Dwi Wahyu L 50
16 Nuryadin 47
17 Ruly Yustiawan 55
18 Risma Aulia 47
19 Warsitoh 65
20 Luthfi Mutia Syara 55
21 Mutia Sari 65
22 Mugi Setyowati 60
23 Siti Sarah Cahya A 60
24 Nurmilah Sulaiman 65
25 Wahyu Aji Pandowo 60
1443
a. Rentang Nilai (r)
r = Nilai Tertinggi – Nilai Terendah = 70 – 47
= 23
b. Jumlah Kelas (k) k = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 25 = 1 + 4,6 = 5,6 6
(58)
c. Panjang Interval (i)
i = Jumlah Rentang (r) : Jumlah Kelas (k) = 23 : 6
= 3,8 7
d. Tabel Distribusi Frekuensi Variabel Hasil Tes Kemampuan Menulis Cerpen
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Variabel Kemampuan Menulis Cerpen
Kelas Interval Fi Xi Fi Xi
47-50 5 48.5 242.5
51-54 3 52.5 157.5
55-58 5 56.5 282.5
59-62 5 60.5 302.5
63-66 5 64.5 322.5
67-70 2 68.5 137
∑ 25 351 1444.5
a. Mean
Mean =
(59)
=
= 57,78
Dari hasil tes kemampuan menulis cerpenpada siswa kelas XI MA Nurul Huda diperoleh nilai rata sebesar 57,78. Dari hasil nilai rata-rata kemampuan menulis cerpen tersebut, kemudian nilai yang diperoleh dikonversi dengan skala penilaian rentang 50-69. Rentang nilai ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis cerpen siswa kelas XI MA Nurul Huda diinterpretasikan baik. Adapun hasil analisis tes kemampuan menulis cerpen pada siswa kelas XI MA Nurul Huda secara lebih spesifik ialah sebagai berikut.
(60)
Tabel 4.6
Analisis Kemampuan Menulis Cerpen
Nama Subjek No. Indikator yang Dinilai Skor Interpretasi
Syahdan Eka Hermawan
1
Kelengkapan aspek formal
cerpen 15
2 Kelengkapan unsur intrinsik
cerpen 15
3 Keterpaduan unsur/struktur
cerpen 15
4 Kesesuaian penggunaan
bahasa cerpen 10
Jumlah 55 Cukup
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil tes menulis cerpen siswa berjumlah 55. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas menulis cerpen yang diungkapkan siswa berkategori “Cukup”.
Keterangan:
Baik Sekali = 80-100 Baik = 70-79 Cukup = 50-69 Kurang = 0-49
(61)
Tabel 4.7
Analisis Kemampuan Menulis Cerpen
Nama Subjek No. Indikator yang Dinilai Skor Interpretasi
Ramdan Nala Januar
1
Kelengkapan aspek formal
cerpen 15
2 Kelengkapan unsur intrinsik
cerpen 20
3 Keterpaduan unsur/struktur
cerpen 15
4 Kesesuaian penggunaan
bahasa cerpen 10
Jumlah 60 Cukup
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil tes menulis cerpen siswa berjumlah 60. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas menulis cerpen yang diungkapkan siswa berkategori “Cukup”.
Keterangan:
Baik Sekali = 80-100 Baik = 70-79 Cukup = 50-69 Kurang = 0-49
(62)
Tabel 4.8
Analisis Kemampuan Menulis Cerpen
Nama Subjek No. Indikator yang Dinilai Skor Interpretasi
Nita Amelia 1
Kelengkapan aspek formal
cerpen 15
2 Kelengkapan unsur intrinsik
cerpen 15
3 Keterpaduan unsur/struktur
cerpen 13
4 Kesesuaian penggunaan
bahasa cerpen 10
Jumlah 53 Cukup
Dari data di atas dapat diketahui bahwa hasil tes menulis cerpen siswa berjumlah 53. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas menulis cerpen yang diungkapkan siswa berkategori “Cukup”.
Keterangan:
Baik Sekali = 80-100 Baik = 70-79 Cukup = 50-69 Kurang = 0-49
(1)
Nama
NIM
Jurusan
Judul Skripsi
Dosen Pembimbing
LEMBAR UJI
REFERENSI
Siti Zuhrotul
'Ulya
l 080 I 3000062
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Korelasi
Antara
Kebiasaan Menonton DramaFTV
dengan Kemampuan Menulis Cerpen pada Siswa KelasXI MA
Nurul Huda Depok Tahun Pelajaran 201312014: Dra. Mahmudah
FitriyahZA, M.
Pd.No
Judul Buku
Paraf
A,
Alek.
dan Achmad H.P., Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. 20 10.%-2.
Arikunto,
Suharsimi. ProsedurPenelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Cet.IIL
M
1
Arikunto,
Suharsimi.
Prosedur Penelitian. Jakarta:
RinekaCipta.1992.
u
4. Asmani, Jamal
Ma'mur.
Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan Jogjakarta: Diva Press.%
5. Kamdhi, JS. Terampil Berwicara. Jakarta: Grasindo. 2003.
r
6. Kusmayadi, Ismail. Grafindo
Think Smart Bahasa Indonesia. Bandung: Media Pratama.2007 .
(2)
(-1.
Moefiono,
Anton
Kqmus Besar Bahaso Indonesia
Jakarta: Balai Pustaka, 1995.8. Nurudin, Dasar-dasar Penulisan, Malang:
UMM
Press, 2010.*
9. Sirsaeba,
Anif
el
Shirazy. Fenomena Ayat-ayat Cinta. Jakarta:Republika,2006.
r
10. Siswanto, Wahyudi. 2008.
Pengantar Teori Sastro. Jakarta: Grasindo,
k
l1 Somad,
AdiAbdul
Jakarta:dkk.
Aktif
dan Kreatif Berbshasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional. 2008.%
12. Somad,
Adi Abdul
dkk.Aktif
dan Kreatif Berbahasa Indonesia.J akarta: Departemen Pendidikan Nasional. 20 0 8.
r
13. Sugiyono. Metode 2006.
Bandung: Alfabeta.
r
14. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
*
15. Supriatna.
Agus
Bahasa Indonesiauntuk
Kelas
VIII
SMA, Bandung: Grafindo Media Pratama. 2007.(
16. Tampubolon,
DP.
KemampuanMembqca:
Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa. 1987.r
17. Tarigan, Henry Guntur Tarigan. Prinsip-prinsip Dasor Sastra, Bandung: Angkasa. I 984.
(3)
T
I
t8. Tarigan, Henry Guntur. Menulis; Sebagai Suatu Keterampilan
Berbqhasa. Bandung: Angkasa. 1994.
r
19. Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1979.
I
20.
Wiyanto,
Asul. Terampil 2007.Bermain
Drama.
Jakarta: Grasindo.w
21
Yunus,
Muhammad.
dkk.
Menulis
I.
Jakarta: Universitas Terbuka.V'
Jakarta, 27 September 2013
NIP 19640212 199703 2 001
Dosen Pembimbin
(4)
KEMENTERIAN AGAMA UIN JAKARTA
FITK
Jl. lr. H. Juanda No 95 Ciputat 1&12 ln(bn$ia
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-082 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010No.
Revisi: :
01Hal 1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F. 1 lK]li/..Ol 3 lIXl2O13
Lamp.'.
Outline/ProposalHal
: Permohonan Izin PenelitianTembusan:
l.
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutanJakarla, 5 September 201 3
I
Kepada Yth.
Kepala Madrasah
Aliyah
Nurul
HudaJl. Pesantren
Kp. Rumbut RT
06/09 Pasir Gunung Selatan Cimanggis, Depok 16951Ass qlamu' alaikum wr.wb.
Dengan hormat kami samparkan bahwa,
Nama
: Siti Zuhrohrl 'UlyaNIM
:108013000062Jurusan
: Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaSemester
: X (Sepuluh)Judul
Skripsi
: KorelasiAntara
Kebiasaan Menonton DramaFTV
dengan KemampuanMenulis
Cerpen pada Siswa KelasXI MA
Nurul
Huda
Depokadalah benar mahasiswa/i Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang sedang
menyusun slaipsi" dan akan mengadakan penelitian (riset)
di
instansi/sekolah/madrasahyang Saudara pimpin.
Untuk
itu
kami mohon Saudara dapat mengizinkan mahasiswa tersebut melaksanakanpenelitian dimaksud.
Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terrma kasih.
Wa s s a lamu' alaikum w r. w b.
a.n. Dekan
brdonesia
(5)
r
t4ilt6t@;9,,
YAVASAIT
PESANTRTN
DAN MADRASAH I{URUL HUDA
MADRASAH ALIYAH
TERAKREDITASI
NSM. 131232760003
w$
trxLAt tEtArALJl. Pesantren No. 2 Kp. Rumbut RT. 06/09 Kel. Pasirgunung Selatan, Cimanggis - Depok Kode Pos. 16951, Telp. (021) 8700245
SURAT
KETERANGAN
Nomor : MA.|/S. L9lPP.006/Ket/OL9
ltxl
2Ot3Kepala Madrasah Aliyah Nurul Huda Kp. Rumbut RT.
06/09
Kelurahan Pasir Gunung Selatan Kecamatan Cimanggis Kota Depok, menerangkan bahwa :Nama
Tempatfianggal
Lahir Asal Perguruan TinggiNIM
Jurusan Jenjang
SITI ZUHRORUL ULYA Bogor, 07 September 1990 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 10801_3000062
Pendidikan Bahasa dan Sastra lndonesia (S1) Strata Satu
Berdasarkan Surat Permohonan lzin Penelitian Nomor : Un.0UF.L/KM.01.3 /,X120L3, yang bersangkutan Benar telah mengadakan penelitian di sekolah yang kami pimpin
terhitung
sejak
tanggaa9
-
t2
September
2OL3,guna
mendapatkan
data
yang diperlukan sebagai bahan dalam penyusunan skripsiyang berjudul :"KOREIASI AT{TARA KEBIASAAN MENONTON DRAMA FTV DENGAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN PADA SISWA KETAS XI MA. NURUT HUDA KOTA DEPOK'
Demikian
surat
keteranganini
dibuat
dan
disampaikan agardapat
dipergunakan sebagaimana mestinya, atas perhatiannyakamiucapkan terima
kasih.(6)