MENJADI GURU YANG TERAMPIL dan mencintai

MENJADI
GURU YANG
TERAMPIL
I Putu Ayub Darmawan

MENJADI GURU YANG TERAMPIL
Oleh: I Putu Ayub Darmawan
Hak pengarang dilindungi Undang-Undang.
Dilarang mereproduksi sebagian atau seluruh isi buku ini
tanpa izin dari penerbit.
Editor
Setting/Layout
Desain sampul

: Bestiana Simanjuntak
: Wilhelmina K. Matulessy
: Chrisna Bagus P.

120 hlm., Souvenir Lt BT, 11 pt
14,5 x 21 cm
KH/I/0,7R/201411058

000-006-078
Cetakan pertama, 2014
ISBN 978-602-7855-68-7
Anggota Ikapi, 035/JJB/

Dedikasi
Untuk Ibu Judith Lee Teeter, M.A.
yang telah mengajar dengan sangat terampil
selama 25 tahun di STT Simpson.

KATA PENGANTAR
Keterampilan mengajar bagi seorang guru adalah faktor yang
sangat penting dan menentukan dalam pendidikan. Salah satu
hal yang dilakukan dalam pendidikan/pengajaran adalah proses
mentransfer pengetahuan dari guru kepada murid. Namun, proses tersebut kerap kali tidak begitu mudah dijalankan sebab ada
beberapa faktor yang memengaruhinya.
Dalam hal itu, guru dituntut untuk menjalankan proses tersebut sebaik mungkin agar didapatkan hasil yang maksimal.
Tidak akan banyak berarti bila guru memunyai pengetahuan
yang banyak, tetapi tidak sanggup mentransfer pengetahuannya
kepada murid yang diajarnya. Oleh sebab itu, sangatlah penting

bagi seorang guru untuk memiliki keterampilan dalam mengajar.
Keterampilan itu sendiri bukanlah sesuatu yang langsung jadi,
tidak ada guru yang langsung terampil dalam mengajar. Keterampilan tersebut merupakan proses yang berjalan seiring dengan waktu.
Guru yang sudah lama mengajar tentunya diharapkan lebih
terampil dalam mengajar dibandingkan guru yang baru terlibat
dalam pelayanan mengajar. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk
senantiasa meningkatkan keterampilan dalam mengajar dari
waktu ke waktu.
Kami menyambut dengan senang hati atas terbitnya buku ini
sebab kehadiran buku ini menambah bahan-bahan yang sangat
dibutuhkan dalam bidang Pendidikan Agama Kristen. Materiv

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

materi yang dibahas dalam buku ini sangat berguna untuk dosen
dan mahasiswa yang menekuni bidang Pendidikan Agama
Kristen sehingga wawasan/pemahamannya semakin diperluas.
Kami mengapresiasi penulis yang telah bekerja keras menulis
buku ini. Sekalipun banyak kesibukan dalam menjalankan tugas/
pelayanan, ia masih memberi waktu untuk menulis buku ini demi peningkatan kualitas Pendidikan Agama Kristen pada masa

kini dan masa akan datang.
Kehadiran buku ini juga menunjukkan kepedulian dan dedikasi yang sungguh dari penulis dalam hal keterampilan mengajar bagi para guru/dosen Agama Kristen. Kami berharap akan
ada buku-buku lain yang ditulis oleh penulis untuk waktu-waktu
yang akan datang. Selain itu, kami berharap, penerbitan buku
ini juga akan memotivasi dosen-dosen lain untuk menulis dan
menerbitkan buku-buku yang berkualitas dalam disiplin ilmu
yang ditekuninya demi peningkatan kualitas pendidikan.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
Ksebesar-besarnya

L kepada Penerbit
Kami pun berterimaA
kasih
E
D
B
I
Kalam Hidup atas
dengan
L STT Simpson selama ini
tkerja samanya
A
U
sehingga beberapa kegiatan
sebagai
wujud kerja sama tersebut
J
R
telah dijalankan dengan
E baik. Penerbitan buku ini merupakan

P
I
bagian yang
tidak
D terpisahkan dari adanya kerja sama tersebut.
Oleh sebab itu, kami sangat berharap kerja sama ini dapat tetap
dipertahankan, bahkan semakin ditingkatkan untuk masa-masa
mendatang.
Akhir kata, kiranya buku ini akan memberi dorongan bagi setiap pengajar dan mahasiswa yang berkecimpung dalam bidang
pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dalam mengajar
sehingga kualitas pendidikan dapat ditingkatkan.

Enggar Objantoro
Ketua STT Simpson
vi

PRAKATA
Guru adalah seorang yang berperan penting dalam membangun
kehidupan manusia. Guru akan selalu dikenang ketika ia mengajar dengan terampil, tetapi guru juga akan dikenang ketika
ia mengajar dengan membosankan. Sebagai guru, tentu kita

selalu ingin dikenang sebagai guru yang mengajar dengan terampil. Untuk itu, guru harus terus mengembangkan diri dan
meningkatkan keterampilannya dalam mengajar. Bila guru sebagai bagian penting dalam pendidikan tidak meningkatkan diri,
pendidikan hanya akan melahirkan generasi yang terbelakang
dan kurang mampu bersaing.
Melalui buku ini, penulis menguraikan bagaimana cara menjadi guru yang terampil, yang terus-menerus meningkatkan diri
dan membenahi diri dalam mengajar. Buku ini merupakan sebuah pergumulan pribadi sejak duduk di bangku kuliah hingga
penulis mendapat kesempatan mengajar. Dengan mencoba belajar dari para dosen yang secara terus-menerus meningkatkan
keterampilan mengajarnya, penulis mencoba menguraikan halhal yang sangat diperlukan untuk menjadi guru yang terampil
melalui tulisan ini. Buku ini juga merupakan hasil belajar bersama
dengan para mahasiswa yang pernah penulis ajar. Kelas yang
penulis ajar dengan membosankan merupakan bangku kuliah
bagi diri penulis sendiri. Penulis mengatakan sebagai bangku
kuliah karena situasi itulah yang menjadi tempat belajar penulis
bagaimana mengajar secara terampil, dan juga merupakan suatu
vii

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

situasi untuk berpikir bagaimana mengajar dengan lebih baik lagi yang mungkin terlewatkan ketika belajar di bangku kuliah.
Tuhan Yesus, Sang Guru Agung, merupakan Guru yang menjadi tempat belajar terbaik. Terima kasih atas pertolongan-Nya

dan begitu banyak inpsirasi yang diberikan-Nya ketika membaca
kisah-kisah tentang Yesus yang mengajar dalam kitab-kitab Injil.
Dalam hal ini, penulis berterima kasih kepada semua dosen
STT Simpson yang telah mengajarkan banyak hal sehingga penulis dapat menulis buku ini. Terima kasih juga kepada Bapak
Misthen Ginting, M.Pd.K. yang telah mendorong penulis untuk
menerbitkan tulisan ini di Penerbit Kalam Hidup.
Selain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
rekan-rekan di YAPINTU, baik yang di kantor –yang menjadi
teman diskusi– maupun rekan-rekan di pedalaman Kalimantan
yang berjuang mencerdaskan masyarakat dengan mengajar mereka. Kesungguhan dan usaha rekan-rekan di ladang pelayanan
mengajar penulis untuk terus meningkatkan diri dalam mengajar.

H
O
T
K
N
U
O
T

C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
U
J berterima kasih kepada Ruat Diana,
Tidak lupa, penulis
juga
R
E
istri penulis, I

P begitu sabar karena pada masa penyelesaian
D yang

tulisan ini ia harus bergumul dengan kehamilan dan persiapan
kelahiran anak pertama kami, Putu Pauline Darmawan. Dengan
kerelaan hatinya, ia memberikan waktu bagi penulis untuk menyelesaikan tulisan ini.
Dengan penuh rasa syukur, penulis dedikasikan buku ini
untuk Ibu Judith Teeter, M.A., yang dengan keterampilan, keteladan, kesungguhan, dan kesukacitaannya terus mengajar di
Indonesia. Waktu dan tenaga yang diberikannya untuk mengajar
di STT Simpson merupakan hal yang tidak terbalaskan. Terima
kasih Ibu Judith atas semua pelajaran yang diberikan bagi STT
Simpson dan bagi penulis secara pribadi.
viii

Prakata

Doa saya, kiranya buku ini dapat mendorong para pembaca
untuk terus meningkatkan keterampilan mengajarnya.
Tuhan Yesus memberkati kita semua.


STT Simpson, Ungaran, 2014
I Putu Ayub Darmawan

ix

x

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................v
PRAKATA ............................................................................ vii
PENDAHULUAN ............................................................... xv
1. Alkitab dan Mengajar .................................................. 1
Pentingnya Mengajar ...................................................... 1
Mengajar Sebagaimana yang Diamanatkan Tuhan ......... 3
Allah Mengajar Musa ...................................................... 4
Materi Pengajaran ........................................................... 5
Menerima Pengajaran ..................................................... 6
Mengajar Seperti Yesus ................................................... 6
2. Menguasai Keterampilan Mengajar .......................... 15
Cara Menguasai Keterampilan Mengajar ........................ 15

Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran .................................................. 18
Keterampilan Menjelaskan ............................................. 20
Keterampilan Bertanya .................................................. 21
Keterampilan Memberi Penguatan ................................. 22
Keterampilan Mengadakan Variasi ................................. 23
Keterampilan Membimbing Diskusi
Kelompok Kecil ....................................................... 24
xi

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil dan
Perseorangan .......................................................... 25
Keterampilan Mengelola Kelas ....................................... 27
3. Model-model Metode Pembelajaran ........................ 29
Ceramah ....................................................................... 32
Tanya Jawab ................................................................. 33
Simposium .................................................................... 36
Brainstorming ............................................................... 37
Studi Kasus ................................................................... 38
Diskusi ........................................................................... 40
Peragaan Peran ............................................................. 42
Debat ............................................................................ 43
Lokakarya ..................................................................... 45
Berbagai Metode Lain ................................................... 45
4. Media Pembelajaran .................................................. 47
Manfaat Media dalam Pembelajaran .............................. 49
Penggolongan Media Pembelajaran ............................... 51
Pengembangan Media Pembelajaran ............................. 56
5. Proses dan Hasil Pembelajaran ............................... 61
Hakikat Proses Belajar ................................................... 61
Peran Guru dalam Proses Belajar ................................... 65
Bentuk-bentuk Belajar .................................................... 70
Motivasi Belajar .............................................................. 74
Faktor yang Memengaruhi Proses dan
Hasil Pembelajaran ................................................. 81
xii

Daftar Isi

Hakikat Hasil Belajar ..................................................... 83
6. Penutup ........................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 89
BIODATA PENULIS ......................................................... 95

xiii

xiv

PENDAHULUAN
Menurunnya mutu pendidikan di Indonesia terjadi karena berbagai permasalahan. Mengenai hal itu, Tholib Kasan mengutip
pernyataan Yusuf Kalla,
“Coba bandingkan pendidikan kita sekarang dengan 20 tahun lalu.
Pendidikan sekarang bukannya lebih baik, melainkan justru makin
rendah (makin menurun).”1

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
U
J
R
E
DIP

Apa yang diungkapkan oleh Yusuf Kalla, entah pendapat
tersebut didasarkan pada hasil penelitian, entah hanya sebuah pengamatan semata, sepertinya benar demikian. Penulis
mengamati bahwa permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam pendidikan di Indonesia, di antaranya adalah permasalahan kurikulum yang terus berubah, kurang memadainya berbagai
sarana pendukung, dan kualitas guru yang masih harus ditingkatkan.
Salah satu permasalahan yang berkaitan dengan guru adalah banyaknya guru yang tidak mengembangkan diri sebagai
pendidik. Jika kondisinya demikian, kemerosotan pada mutu
pendidikan akan terjadi, padahal peran guru sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Bila kita memerhatikan statistik yang dikeluarkan oleh
International Human Development Indikator (IHDI), yang memberikan suatu ukuran gabungan dari tiga dimensi dasar pem1

Tholib Kasan, Dasar-dasar Pendidikan (Jakarta: Studia Press, 2009),
hlm. 167.

xv

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

bangunan manusia, yaitu kesehatan, pendidikan, dan pendapatan, indeks pembangunan manusia (human development indeks
– HDI) di Indonesia pada tahun 2011 berada pada peringkat 124
dari 187 negara dengan nilai 0,617. Dengan data pembanding
HDI Asia Timur dan Pasifik sebagai daerah, angka itu meningkat
dari 0,428 pada tahun 1980 menjadi 0,671 hingga hari ketika
buku ini ditulis, dan menempatkan Indonesia di bawah rata-rata
regional.2
Berdasarkan data statistik tersebut, tampaklah bahwa
Indonesia mulai tertinggal dari negara-negara berkembang
lainnya, termasuk dalam bidang pendidikan. Bila beberapa tahun yang lalu banyak warga negara asing yang datang untuk
belajar di Indonesia, sekarang ini, karena mutu pendidikan kita
jauh tertinggal, minat mereka untuk belajar di Indonesia pun
berkurang.
Menurut John M. Nainggolan,
“Banyak pakar pendidikan mengemukakan pendapatnya tentang
faktor penyebab dan solusi mengatasi kemerosotan mutu pendidikan
di Indonesia. Pemerintah tidak berdiam diri sehingga tujuan nasional
tercapai.”3

Namun, bila guru sebagai salah satu elemen penting dalam
pendidikan tidak meningkatkan dirinya, kondisi pendidikan seperti itu akan melahirkan generasi yang terbelakang serta kurang
mampu bersaing.

2

International Human Development Indikator, http://hdr.undp.org,
diakses 1 Maret 2013.

3

John M. Nainggolan, Menjadi Guru Agama Kristen (Bandung: Generasi
Info Media, 2007), hlm. 27.

xvi

Pendahuluan

Berbagai terobosan diperlukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan, termasuk di dalamnya kompetensi guru. Oleh
sebab itu, berbagai pelatihan dan seminar diselenggarakan
dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas guru. Program
sertifikasi guru pun dilaksanakan agar guru menjadi semakin
terampil. Pertanyaannya adalah, apakah guru yang sudah tersertifikasi itu benar-benar mengembangkan dirinya dengan berkesinambungan atau hanya sekadar mengejar imbalan yang diperoleh setelah tersertifikasi.
Perlu disadari bahwa masih ada permasalahan besar yang
harus diselesaikan. Soerjono Soekanto, Lektor Kepala Sosiologi
dan Hukum Adat di Universitas Indonesia, mengkritik guru-guru
sebagai berikut.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
Kebanyakan
mau mencari
L penyerasian diri detguru tidakcenderung
A
U
ngan anak didik, tetapi
senantiasa membenarkan
J
R
nilai-nilai yangE
dianut oleh golongan tua.
P
I
MataD
pelajaran yang diajarkan kebanyakan merupakan ma-

a. Guru-guru terlampau tua, masih mengembangkan favoritisme terhadap murid-murid, dan hanya melakukan
tugas mengajar sebagai pekerjaan rutin yang tidak berkembang.
b.

c.

ta pelajaran wajib sehingga tidak ada peluang untuk mengembangkan bakat.
d. Dalam proses belajar mengajar, lebih banyak dipergunakan metode ceramah sehingga kemungkinan mengadakan
diskusi dengan guru sedikit sekali.4
Kritik tersebut seharusnya menjadi pendorong bagi para guru
sehingga mereka semakin berkembang. Salah satu kompetensi
4

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Raja Graindo
Persada, 2009), hlm. 392.

xvii

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

guru, menurut E. Mulyasa, penulis Standar Kompentensi dan
Sertifikasi Guru, adalah
“... guru harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai agar dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan
baik dan profesional.”5

Seorang pengajar atau guru yang terampil tentunya menjadi
harapan setiap muridnya. Tidak ada murid yang menginginkan
guru yang membosankan. Drs. Dadang Sukirman, M.Pd., penulis
Landasan Pengembangan Kurikulum, menjelaskan,
“Mengajar merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh
guru, dosen, instruktur atau widyaiswara dalam mengatur dan mengelola lingkungan belajar untuk mendorong aktivitas belajar siswa/
pebelajar.”6

Jadi, mengajar bukanlah menjadikan murid sebagai duplikat
guru, melainkan mendorong murid untuk mengembangkan diri
dan lebih aktif dalam proses belajar. Kemajuan yang terjadi pada
saat ini justru menuntut guru untuk memiliki keterampilan yang
memadai sehingga dapat mengajar dengan maksimal.
Terampil itu dapat diartikan sebagai mampu, cekatan, cakap, atau sanggup dalam menjalankan tugas yang harus dilakukan. Dengan demikian, terampil mengajar berarti memiliki
kesanggupan, kecakapan, atau kemampuan dalam menjalankan
tugas sebagai pengajar.
Guru yang terampil diharapkan dapat meningkatkan mutu
pendidikan, sebab

5

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertiikasi Guru (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 28.

6

Dadang Sukirman, "Keterampilan Dasar Mengajar",
(Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, n.d.), hlm.1.

xviii

Makalah

Pendahuluan

“Dalam rangka mencapai mutu yang tinggi dalam bidang pendidikan,
peranan guru sangatlah penting, bahkan sangat utama.”7

Jika guru dianggap memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pendidikan, tetapi belum meningkatkan
keterampilannya dalam mengajar, peningkatan mutu pendidikan
terhadap para muridnya tentu dapat terhambat. Oleh sebab itu,
setiap guru dituntut untuk terus mengasah keterampilannya dalam mengajar.
Guru yang membosankan adalah guru yang tidak mengembangkan keterampilan mengajarnya serta menjadikan metode mengajar sebagai metode yang abadi. Bagaimana mungkin
guru yang membosankan dalam mengajar dapat meningkatkan
motivasi dan rasa ingin tahu muridnya? Bila murid kehilangan
motivasi belajar, akan sangat sulit mencapai hasil sebagaimana
yang diharapkannya.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
Ndan
N dengan
A
Strategi pembelajaran sangat
terkait
metode
U
K
I
K Tong menggambarkannya
L
media pembelajaran. Dr.
Stephen
seA
E
D
B
bagai berikut. tI
L
A
U
J
R
E
DIP
“Seorang guru bagaikan pemahat. Pada waktu ia memahat, ia memiliki keterampilan, nilai seni, dan konsep keindahan, juga dilengkapi
dengan alat-alat yang baik.”8

Metode dan media pembelajaran juga harus dilengkapi dengan keterampilan dasar. Jenis-jenis keterampilan dasar dalam
mengajar merupakan kesatuan yang utuh, terintegrasi, dan saling terkait.
7

Ravik Karsidi, "Profesionalisme Guru dan Peningkatan Mutu Pendidikan
di Era Otonomi Daerah". Makalah yang disampaikan dalam "Seminar
Nasional Pendidikan Dewan Pendidikan Kabupaten Wonogiri" (2005),
hlm. 5.

8

Stephen Tong, Arsitek Jiwa I (Jakarta: LRII, 1995), hlm. 59.

xix

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Keterampilan mengajar sangat terkait dengan membuka dan
menutup pelajaran, menjelaskan pelajaran, cara bertanya, memberi penguatan dalam pembelajaran, mengadakan berbagai variasi, membimbing diskusi kelompok kecil, dan mengelola kelas.
Dengan mempelajari, menerapkan, dan mengembangkan
keterampilan mengajar, diharapkan guru menjadi pengajar yang
terampil dan profesional dalam menjalankan tugasnya.

q

xx

1
ALKITAB DAN
MENGAJAR

Alkitab merupakan dasar bagi pendidikan Kristen. Allah memberikan mandat yang seharusnya diemban gereja, hambahamba Tuhan, pengajar, dan setiap orang tua Kristen. Dalam
Alkitab dijelaskan bahwa Allah sendiri merupakan Pengajar yang
terampil. Dalam Keluaran 4:15 dijelaskan bahwa Allah mengambil peran sebagai Pengajar bagi Musa.

Pentingnya Mengajar
Salah satu penyebab merosotnya moral manusia pada masa
kini, yang tidak dapat dipungkiri, adalah timbulnya masalah
dalam pendidikan. Misalnya, anak-anak usia remaja lebih tertarik pada aktivitas di luar sekolah atau di luar kelas. Hal itu bisa
jadi disebabkan kondisi atau situasi di dalam kelas yang kurang
nyaman, membosankan, atau tidak berkembang.
Situasi seperti itu, bila dibiarkan, dapat menjadi bom waktu
yang kapan saja dapat meledak. Bila guru-guru tidak memper1

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

baiki cara mengajarnya, semakin banyak murid yang memilih
berada di luar sekolah, dan ada kemungkinan mereka bertindak
brutal. Kondisi tersebut akan semakin buruk bila para orang tua
yang berperan sebagai guru dalam konteks keluarga juga tidak
mengajar anak-anaknya sebagaimana mestinya.
Alkitab, dalam kitab Keluaran, memberikan contoh penting
terkait hal mengajar.
“Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapanketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada
mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan” (Kel. 18:20).

Ayat tersebut merupakan nasihat atau pengajaran Yitro kepada Musa tentang bagaimana mengajarkan ketetapan-ketetapan atau hukum kehidupan. Musa harus mengajarkannya kepada
bangsa Israel yang jumlahnya sangat banyak itu, yang kadangkadang di antara mereka sendiri timbul berbagai persoalan yang
harus diatasi.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
Jadi, Musa membutuhkan
pemimpin-pemimpin kelompok
U
J menyelesaikan permasalahan yang
R
kecil untuk membantunya
E
IPia harus mengajar pemimpin-pemimpin tersebut
ada. Untuk
Ditu,
cara hidup sebagai umat Allah. Selanjutnya, para pemimpin
yang dipilih untuk membantu Musa itu juga harus mengajar
orang-orang yang dipimpinnya.
Pendidikan sangat penting karena di dalamnya terjadi proses
memengaruhi, menuntun, dan menjadi petunjuk bagi orang
yang dididik. Dalam konteks pendidikan Kristen, pendidikan
merupakan sebuah proses memimpin orang kepada Kristus dan
mendewasakan orang tersebut di dalam Kristus.
Dengan demikian, pendidikan Kristen harus memimpin
orang-orang yang dididik agar memiliki pengenalan yang benar
2

Alkitab dan Mengajar

akan Allah sehingga mereka menjadi semakin dewasa, hidup lebih taat, lebih tertib, dan benar di dalam Tuhan.

Mengajar Sebagaimana yang
Diamanatkan Tuhan
Sebagai guru Kristen, baik sebagai guru yang mengajarkan
pelajaran Agama Kristen maupun sebagai guru yang mengajarkan pelajaran umum, ia harus memerhatikan bahwa mengajar
itu merupakan amanat atau perintah Tuhan. Dalam hal itu,
setiap guru Kristen seharusnya menyadari bahwa Allah memerintahkannya untuk mengajar sebagaimana dinyatakan dalam Imamat 10:11,
“Dan haruslah kamu dapat mengajarkan kepada orang Israel segala
ketetapan yang telah difirmankan TUHAN kepada mereka dengan
perantaraan Musa.”

Adapun dalam Matius 28:19–20, dengan jelas Tuhan Yesus
berfirman,
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.”

Tuhan Yesus memberikan amanat agar setiap orang Kristen
melakukan pemuridan, terutama para guru, agar mereka mengajarkan segala yang telah diperintahkan Tuhan Yesus. Dalam
ayat tersebut terkandung maksud bahwa guru-guru Kristen yang
sudah dewasa harus mengajar orang Kristen baru.
Apalagi, meneruskan pengajaran kepada generasi selanjutnya itu merupakan tugas yang sangat mulia dan penting, seperti
dinyatakan dalam kitab Ulangan 6:7.
3

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

“Haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anakanakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu,
apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring
dan apabila engkau bangun.”

Demikian juga dalam Ulangan 11:19 dituliskan demikian,
“Kamu harus mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila
engkau bangun.”

Dari dua bagian firman Allah tersebut jelas bahwa firman
Allah harus terus diajarkan kepada generasi penerus kita.

Allah Mengajar Musa

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
U
J
R
E
DIP

Dalam Alkitab, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Allah
berjanji untuk mengajar Musa supaya memiliki keberanian untuk menghadap Firaun. Namun, jauh sebelum Musa menghadap Firaun untuk membebaskan bangsa Israel, Allah juga “...
mempersiapkan Musa menjadi pengajar melalui proses yang
panjang, yaitu mulai dari istana Firaun (Kel. 2:22; 3:1–22; 4:1–
31).”1
Dalam Keluaran 4:15, dengan jelas Tuhan berfirman kepada
Musa demikian,
“Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan
itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya
dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.”

Allah mengajar Musa bagaimana seharusnya bertindak,
berbicara, dan menyatakan sikap terhadap Firaun maupun terhadap bangsa Israel.
1

4

Harianto G.P., "PAK dalam Perjanjian Lama", Diktat (Semarang: STBI,
2008), hlm. 16.

Alkitab dan Mengajar

Materi Pengajaran
Setiap guru tentunya diharapkan memiliki kurikulum dan
topik pelajaran. Namun, dalam pendidikan Kristen, beberapa
kelompok mulai mengkritik Alkitab, bukannya menjadikan Alkitab sebagai sumber utama pengajarannya. Alkitab diukur dari
sudut pandang manusia dan buku-buku, bukannya menjadi alat
ukur hidup manusia. Padahal, Alkitab seharusnya dijadikan sebagai referensi utama pembelajaran kehidupan manusia.

Alkitab memang tampak sebagai sebuah kitab yang kuno.
Namun, harus disadari bahwa setiap kali menggali isinya, kita
akan memperoleh pemahaman yang baru. Alkitab memiliki
materi pembelajaran yang tidak terhingga banyaknya. Adapun
topik-topik penting yang dapat diajarkan dari Alkitab adalah
hukum Taurat (Kel. 24:12); peraturan dan ketetapan-ketetapan
Tuhan (Ul. 4:1, 5, 14; 6:1, Mzm. 119:12, 26, 64, 68, 108,
124, 171); nyanyian-nyanyian (Ul. 31:19, 2 Sam. 1:18, Mzm.
60:1); jalan baik dan lurus (1 Sam. 12:23); hukum beribadah
dan cara berbakti kepada Tuhan (2 Raj. 17:27–28, Luk. 11:1);
jalan Tuhan (Mzm. 25:9, 15; 51); ketaatan kepada Tuhan (Mzm.
34:12); perbuatan-perbuatan yang dahsyat (Mzm. 45:5); hikmat
dan nasihat (Mzm. 105:22, Rm. 15:14, Ef. 6:4); kebijaksanaan
dan pengetahuan (Mzm. 119:66); iman (Ams. 22:19); perintah
Tuhan (Mat. 28:20).

Topik-topik tersebut hanya merupakan sebagian kecil dari isi
Alkitab. Sebagaimana sudah diungkapkan sebelumnya, Alkitab
yang begitu kaya harus terus dieksplorasi sebagai bahan pembelajaran sepanjang rentang masa hidup sehingga setiap orang
Kristen semakin dewasa dalam Kristus.
5

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Menerima Pengajaran
Sikap seorang murid ketika belajar adalah menerima dan
menaruh apa yang dipelajarinya itu di dalam hati serta melakukannya (Ayb. 22:22). Memperoleh pengetahuan, tetapi tidak menyimpannya, tidak menaruhnya dalam hati, dan tidak
melakukannya, itu berarti sama dengan membuang mutiara dengan begitu saja. Selain itu, menerima pengajaran memerlukan
sikap kerendahan hati karena ada saatnya kita akan diajar
oleh orang yang lebih muda usianya atau mungkin yang pendidikannya lebih rendah daripada kita.
Ketika Tuhan Yesus mengajarkan firman Tuhan, para pendengar-Nya –yang usianya lebih tua daripada Dia– memberi
respons yang baik dan menerima pengajaran-Nya (Mat. 7:28,
22:23, Mrk. 1:22, Luk. 4:32). Walaupun demikian, dalam beberapa kasus ada juga dari para pendengar-Nya itu yang tidak
mau mendengar pengajaran-Nya.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
Kmula-mula,Emereka
L bertekun daA
Dalam kehidupan
jemaat
D
B
I
L 5:42). Artinya, seorang
trasul-rasul U
lam pengajaran
(Kis.
2:42;
A
J untuk terus belajar, demikian
murid harus memiliki ketekunan
R
E
juga para pengajar.
DIP
Mengajar Seperti Yesus

Sebagai Guru, Tuhan Yesus memiliki kredibilitas. Pengakuan
bahwa Yesus Kristus adalah Guru itu tidak hanya berasal dari
pengakuan diri-Nya sendiri (Mat. 23:8). Murid-murid-Nya pun
mengakui bahwa Ia adalah Guru (Mat. 26:25, 49). Bahkan,
tokoh-tokoh agama menyatakan bahwa Dia adalah Guru (Mat.
8:18, 12:15, 16, 38).
J.M. Price mengungkapkan, “Yesus benar-benar guru yang
sempurna, baik dari segi ilahi maupun insani. Memang Ia ‘da6

Alkitab dan Mengajar

tang sebagai guru yang diutus Allah’ (Yoh. 3:2). Wewenang-Nya
meliputi pelbagai unsur. Ada unsur-unsur insani, ada pula unsurunsur ilahi.”2
Yesus adalah Guru yang berbeda dengan guru-guru lainnya.
Dalam banyak hal, Yesus mengajarkan keteladanan yang, jika
diikuti, akan memberikan banyak pengertian dan pengalaman
mengajar yang baru dan tidak akan ada habisnya bagi kita.
Dalam hal mengajar, Yesus melakukannya secara praktis dan
menarik. Ia memulai pengajaran-Nya dengan memerhatikan kebutuhan para pendengar-Nya (Mat. 9:36), menghubungkan kebenaran dengan kehidupan (perhatikan khotbah Yesus Kristus di
bukit), dan menggunakan banyak perumpamaan (Mat. 13:34).
Yesus Kristus juga memiliki berbagai pola dan pendekatan
dalam mengajar. Sasaran dan konteks pengajaran-Nya jelas.
Selain itu, Ia pun menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pengajaran-Nya. Bahkan, sebagai seorang Guru, Ia
menyatakan kasih-Nya yang besar (Mat. 9:11–13, 36).
Yesus, Sang Guru Agung, menjadi Guru yang memberi
inspirasi dan harus diteladani serta dipercayai. Apalagi, Yesus
bukanlah Guru yang membosankan. Ia adalah Guru yang selalu
mengajarkan sesuatu yang baru.
Berikut adalah beberapa cara Yesus mengajar yang patut
kita teladani.
1. Mengajar Melalui Kehidupan-Nya
Sebagai seorang Guru, Yesus mengajar dengan tidak mengenal lelah. Ia terus berjalan dan mengajar di berbagai tempat
dan kota. Ketika Ia mengajar, Ia menjadikan diri-Nya sebagai
2

J.M. Price, Yesus Guru Agung (Bandung: LLB, 2011), hlm. 1.

7

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

teladan. Beberapa teladan dari kehidupan-Nya yang dapat kita
pelajari adalah sebagai berikut.
a. Lemah Lembut dan Rendah Hati
Kelemahlembutan dan kerendahhatian Yesus itu mengajarkan bagaimana kita harus hidup. Tidak hanya itu, kelemahlembutan dan kerendahhatian-Nya juga menjadi teladan bagi
setiap pengajar. Ia menasihati kita agar belajar kepada-Nya
karena Ia lemah lembut dan rendah hati (Mat. 11:29–30). Dengan mengikuti teladan-Nya, seorang pengajar akan memiliki
ketenangan hidup dan aktivitas yang terarah.
b. Tidak Membatasi Pengajaran-Nya

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
U
J
R
E
DIP

Kota Samaria terletak di antara Galilea di bagian utara
dan Yudea di bagian selatan. Orang Yahudi sangat membenci
penduduk Samaria karena agama dan budaya yang berbeda.
Oleh karena itu, telah menjadi kebiasaan bagi orang Yahudi
untuk menghindari orang Samaria. Bahkan, mereka berusaha
menghindari untuk masuk ke Kota Samaria. Adapun penduduk
Samaria sendiri telah berbaur dengan bangsa-bangsa lain, termasuk dengan agama-agama mereka (2 Raj. 17:24–21).
Kedatangan Yesus ke kawasan Samaria dan pembicaraanNya dengan perempuan Samaria menjadi sesuatu yang menarik.
Yesus, seorang Yahudi, mau berbicara dengan orang Samaria
yang selama ini dihindari bangsa Israel (Yoh. 4). Itu merupakan
sesuatu yang tidak lazim.
Namun, Yesus mengajar perempuan Samaria itu dengan sikap yang baik dan tulus. Ia tidak peduli dengan latar belakang
kehidupannya, tetapi peduli dengan kebutuhannya. Perempuan tersebut membutuhkan pengajaran-Nya. Ia perlu mendengarkan Kabar Baik.
8

Alkitab dan Mengajar

Perempuan Samaria itu sedang menimba air ketika Yesus
bertemu dengannya. Yesus kemudian meminta air kepadanya.
Ia memberi tahu perempuan itu mengenai Air Kehidupan, serta
menawarkan Air Kehidupan itu kepadanya (Yoh. 4:12–15).
Tentu saja hal itu menimbulkan rasa ingin tahu yang besar
dari perempuan Samaria itu. Yesus berkata,
“Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk
selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya,
akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal” (Yoh. 14:13–14).

Melalui perkataan-Nya itu, Yesus sebenarnya sedang mengajarkan kehidupan yang lebih baik dan yang kekal kepadanya.
Sesungguhnya, Ia sedang membawa perempuan itu dari cara
berpikir, berperilaku, dan bersikap yang lama menuju ke kehidupan baru (berpikir, berperilaku, dan bersikap yang memuliakan Dia).
Dalam mengajar, hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran
harus disampaikan. Namun, dalam beberapa peristiwa di beberapa tempat, demi menjaga pandangan orang lain, kebenaran
tersebut malah dikesampingkan. Demikian juga dalam mengajar,
kadang-kadang, hanya demi menyenangkan para pendengar,
kebenaran yang seharusnya diajarkan sering dikesampingkan.
Keberanian Yesus berbicara dengan perempuan Samaria
itu memberi teladan kepada kita agar mau melakukan hal yang
sama, tanpa dibatasi pandangan-pandangan yang akan menghalangi disampaikannya kebenaran Allah. Setiap orang, siapa
pun mereka, apa pun statusnya, harus belajar dan menerima
pengajaran tersebut.
9

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

c. Memberi Teladan dalam Berdoa
Yesus, sebagai Guru, telah mengajar murid-murid-Nya untuk
berdoa (Mat. 6:9–12). Namun, Yesus tidak hanya mengajarkan
berdoa, Ia juga menjadi teladan dalam berdoa. Dalam Matius
11:25 dikatakan bahwa Yesus sendiri berdoa kepada Bapa.
Sebelum Yesus ditangkap dan disalib, Ia berdoa kepada Bapa
untuk memperoleh kekuatan dalam situasi yang sulit (Luk.
22:39–46). Markus juga mencatat bahwa Yesus bangun pagipagi benar dan berdoa (Mrk. 1:35). Oleh sebab itu, sebagai
pengajar, kita patut meneladani Yesus untuk tetap memiliki
waktu berdoa, untuk mencari inspirasi, dan untuk memperoleh
hikmat serta kekuatan baru agar dapat mengajarkannya kembali
kepada orang lain.

H
O
T
K
N
U
O
T
C metodeUN
NdaAda berbagai macam
yang digunakan A
Yesus
K
I saja, telam mengajar. Ia tidak monoton
K denganEsatuLmetode
A
D
Buntuk menyampaikan
tapi menggunakan
metode
Ldengan
tI berbagaiUA
kebenaran-Nya. Yesus mengajar
menggunakan perJ
R
umpamaan-perumpamaan
yang mengandung makna tertentu
E Misalnya,
P
I
(Mat. 13:1–9;
13:36–43).
Ia menggunakan benih yang
D
2. Menjadi Guru yang Tidak Membosankan

sering dilihat dan ditabur petani, lalang, dan gandum yang ada
di sekitar pendengar-Nya sebagai ilustrasi atau perumpamaan
dalam mengajar. Dengan demikian, pendengar-Nya mengerti
kebenaran firman Tuhan.
Contoh lain, ilustrasi tentang anak yang hilang (Luk. 15:13–
24) digunakan-Nya sebagai cara untuk menyampaikan anugerah
Allah yang besar. Ia menggunakan cerita yang menarik sehingga
orang tertarik mendengarnya.
Yesus juga mengajar dengan menggunakan alat peraga
sehingga murid-murid-Nya mengerti isi pengajaran yang di10

Alkitab dan Mengajar

sampaikan-Nya, misalnya tentang garam dan pelita (Mat. 5:13–
16), burung pipit dan jumlah rambut (Mat. 10:29–31), atau buah
dan pohon (Mat. 12:33–34; 16:1–4).
“Alat peraga digunakan Yesus dalam pengajaran-Nya walaupun alat
peraga tidak menduduki tempat yang terutama dalam kegiatan-Nya.
Ia berusaha menjadikan kebenaran secara konkrit dan hidup.”3

Selain alat peraga, Ia juga menggunakan metode pengamatan. Ia berkata, “Lihatlah burung pipit, bunga bakung” (Mat.
6:26, 28–30).
Ketika Yesus berkhotbah di bukit (Mat. 5:3–12), Ia mengajar
dengan cara yang puitis, yang menyentuh hati pendengarnya.
Cara yang umum digunakan pada saat ini, seperti ceramah,
pernah digunakan-Nya, yaitu ketika mengajar tentang hukum
Taurat (Mat. 5:17–48).
Masih banyak metode lain yang digunakan Yesus untuk
mengajar serta menyampaikan kebenaran firman Tuhan. Melalui
penggunaan berbagai metode itu, Ia patut disebut sebagai Guru
yang kreatif dan tidak membosankan.
3. Memulai dari Cara Berpikir Murid-murid-Nya
Dalam memulai pengajaran-Nya, Yesus lebih dahulu memahami cara berpikir orang yang menjadi lawan bicara-Nya.
Lois E. Lebar mengungkapkan,
“Dia mengenal semua orang secara pribadi dan Dia mengetahui sifat
manusia, apa yang ada dalam diri manusia pada umumnya (Yoh.
2:24–25). Dia mengajarkan kepada manusia kebenaran ‘sesuai
pengertian mereka’” (Mrk. 4:33).4
3

Ibid., hlm. 106.

4

Lois E. Lebar, Education That Is Christian, terj. Jeffrey Tanalessy,
(Malang: Gandum Mas, 2006), hlm. 75.

11

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Yesus mengajar para murid-Nya dengan terlebih dahulu
memahami cara berpikir mereka. Pengertian murid-murid-Nya
dijadikan sebagai jembatan dan pintu masuk bagi pengajaranNya. J.M. Price menjelaskan,
“... guru yang berpengalaman itu lebih dahulu menyelidiki apa yang
dipikirkan oleh muridnya, lalu mulai dengan hal itu.”5

Ketika Tomas meragukan Yesus, Ia mulai mengajarnya dengan berangkat dari cara berpikir Tomas (Yoh. 20:29). Ketika
Yesus mengajar orang-orang yang memahami pertanian, Ia
menggunakan perumpamaan tentang benih. Ketika Ia akan
mengajarkan kepada seorang perempuan Samaria tentang Air
Kehidupan, Ia mulai dengan meminta air kepada perempuan
tersebut.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
LBaik dengan MuridtHubunganUyang
A
Ia Menjalin
J
murid-Nya
R
E
Hubungan
DIPguru dengan murid memengaruhi berhasil atau

Sebelum mengajar lebih jauh, Ia selalu memulai dengan cara
berpikir murid-murid-Nya. Yesus menggunakan apa saja sebagai
pintu masuk pengajaran-Nya sehingga hal itu dapat dipahami
pendengar-Nya.
4.

tidaknya pengajaran. Jika hubungan guru dengan murid tidak
baik, hal itu dapat menyebabkan murid enggan untuk sungguhsungguh mengikuti proses belajar. John M. Nainggolan menjelaskan,
“Sebagian besar waktu-Nya dihabiskan bersama-sama dengan
murid-murid-Nya. Yesus selalu berada di antara mereka, sehingga
Yesus sangat mengenal karakter murid-murid-Nya.”6
5

Price, op. cit., hlm. 89.

6

Nainggolan, op. cit., hlm. 20.

12

Alkitab dan Mengajar

Yesus ingin murid-murid-Nya memaksimalkan saat Ia bersama-sama dengan mereka. Bahkan, Yesus sempat menegur
murid-murid-Nya ketika mereka tertidur saat diminta berjagajaga pada waktu Yesus berdoa (Mat. 26:40). Sebagai Guru
Agung, Yesus memiliki hubungan yang baik dengan murid-murid
dan para pendengar-Nya. Yesus mengajar dengan membangun
hubungan dengan murid-murid-Nya (Yoh. 21:15). Hubungan
baik Yesus itu diperlihatkan-Nya dengan cara menegur muridNya (Mat. 16:23).
Hubungan baik antara Yesus dan murid-murid-Nya itu juga
diperlihatkan-Nya dengan cara memberi pujian (Mat. 8:10;
16:17). Guru yang memiliki hubungan baik dengan muridmuridnya akan membangun persahabatan yang baik pula. Sang
Guru Agung telah menunjukkan teladan itu (Mat. 9:9–10, Luk.
19:5).
Yesus, sebagai Guru, melakukan kontak dengan muridmurid-Nya. Dalam hal itu, pengertian murid tidak hanya dibatasi
pada kedua belas murid, tetapi lebih luas lagi, yaitu pada setiap
pendengar-Nya. Untuk mengajar secara maksimal, Yesus selalu
melakukan kontak dengan murid-murid-Nya.
Lois E. Lebar menjelaskan terkait peristiwa itu.
“Yesus meludah di tanah, membuatnya menjadi tanah liat dan
mengurapi mata orang buta itu dengan tanah liat. Tindakan untuk
kepentingan orang buta ini selain kontak pribadi-Nya pasti telah
membangkitkan akal budi dan perasaan orang itu.”7

Tindakan yang dilakukan Yesus memiliki tujuan penting yang
bermuara pada pendengar-Nya. Ia ingin setiap pendengar dan
murid-Nya memahami dengan baik apa yang diajarkan-Nya itu.

7

Lebar, op. cit., hlm. 95.

13

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

5. Memiliki Karunia Mengajar
Yesus, sebagai Guru, memiliki karunia mengajar. Sebagian
besar kegiatan pelayanan-Nya digunakan untuk mengajar. Ia
pun mengajar dengan penuh kuasa (Mat. 7:28). Namun, tujuanNya mengajar bukanlah untuk memperoleh pujian bagi diri-Nya
sendiri, melainkan bagi Allah semata (Mat. 9:8).
“Ia tidak mengemukakan suatu prinsip ilmu jiwa, teori pendidikan,
maupun ilmu mendidik; namun Ia menguasai unsur-unsur yang penting dalam semua hal itu dan menggunakan hal-hal itu dengan baik
sekali.”8

Yesus mengajar tidak hanya sekadar berteori, tetapi benarbenar disertai kuasa Allah. Hal itu terlihat ketika Ia mengusir setan (Mat. 9:32–33).

H
O
T
K
q
N
U
O
T
C
N
UN LIKA
K
A
E
tID UALB
J
R
E
DIP

8

14

Op. cit., hlm. 14.

2
MENGUASAI
KETERAMPILAN
MENGAJAR
Sebagaimana telah diungkapkan pada pendahuluan buku
ini, guru yang terampil tentunya menjadi harapan bagi setiap
muridnya. Guru yang benar-benar terampil adalah guru yang
menguasai keterampilannya. Sementara guru yang menguasai
keterampilannya adalah guru yang terus melatih dan mengembangkan dirinya menjadi terampil mengajar. Lalu, bagaimana caranya untuk menjadi terampil? Beberapa poin berikut
akan menjelaskannya.

Cara Menguasai Keterampilan Mengajar
Ada beberapa cara untuk menguasai keterampilan mengajar.
Cara-cara tersebut, antara lain, adalah sebagai berikut.
1. Menguasai Berbagai Jenis Keterampilan Mengajar
Menguasai berbagai jenis keterampilan mengajar membuat
seorang guru menjadi lebih kaya dalam melakukan kegiatan
pembelajaran. Inilah keterampilan-keterampilan yang harus dikuasai.
15

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

a. Keterampilan merumuskan tujuan pelajaran. Guru harus
dapat merumuskan apa yang menjadi harapan dari kegiatan belajar mengajar. Itu akan menjadi panduan dalam penyusunan bagian-bagian berikutnya.
b. Keterampilan menyusun materi pelajaran. Guru juga harus
dapat menyusun materi pelajaran yang disesuaikan dengan
tujuan pelajaran.
c. Keterampilan menggunakan berbagai metode mengajar.
Metode pembelajaran memiliki peran penting dalam proses
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran itu sangat
memengaruhi penyampaian materi sehingga membutuhkan
keterampilan guru dalam memilih metode yang tepat.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
U
J
R
E
DIP

d. Keterampilan memilih dan menggunakan alat peraga mengajar. Alat peraga atau media pembelajaran merupakan sarana komunikasi antara guru sebagai pengirim pesan dan
murid sebagai penerima pesan. Media pembelajaran dapat
menghambat penyampaian pesan atau sebaliknya. Melalui
media, justru penyampaian pesan itu akan dipermudah.
Oleh sebab itu, keterampilan itu harus terus dikembangkan
oleh guru yang bersangkutan.
2. Melatih Setiap Jenis Keterampilan secara Terpisah
Latihan berfungsi untuk mengasah keterampilan yang telah
dipelajari dan diketahui. Dalam hal itu, guru harus melakukan
latihan secara rutin serta mengevaluasi kembali setiap latihan
yang telah dilakukannya. Melalui evaluasi itu, diharapkan ia dapat mengetahui sejauh mana perkembangan keterampilan yang
telah dipelajari dan dilatihnya.
Dalam latihan keterampilan diperlukan kedisiplinan. Untuk
memiliki kedisiplinan, para murid memerlukan motivasi. Ada
dua macam motivasi: motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi
16

Menguasai Keterampilan Mengajar

intrinsik dapat berasal dari kesadaran diri sendiri, keinginan untuk dihargai. Motivasi ekstrinsik dapat terjadi karena adanya
tekanan dari luar, kompetisi lingkungan sosial, dan sebagainya.
Sekecil apa pun kecerdasan yang dimiliki manusia, di dalamnya tetap terdapat kreativitas yang harus dikembangkan, dan
tanpa dibatasi waktu. Artinya, seminim apa pun keterampilan
yang dimiliki seorang guru, akan memberi dampak yang baik
jika terus dilatih. Hanya memang diperlukan motivasi lebih untuk terus melatih diri.
Latihan merupakan sebuah proses belajar yang bertujuan
untuk menghasilkan perubahan yang positif. Menurut Mulyati,
“... belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai
tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan
dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan
karena peristiwa kebetulan.”1

Untuk menjadi lebih terampil, guru harus lebih mengasah
keterampilannya karena untuk menjadi terampil tidak timbul dengan sendirinya.
3. Mempraktikkan Keterampilan Dasar Mengajar
Memiliki pengetahuan dan keterampilan tanpa mempraktikkannya tidak ada manfaatnya. Setiap pengetahuan dan keterampilan itu bermuara pada penerapan atau praktik. Melalui
praktik, kita dapat mengevaluasi perkembangan keterampilan
yang telah dipelajari. Hisyam Zaini menyarankan, “Untuk mempraktekkan satu strategi, carilah materi yang betul-betul sesuai.”2

1

Mulyati, Psikologi Belajar (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2005), hlm.5.

2

Hisyam Zaini, et al. Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Insan
Madani, 2008), hlm. xviii.

17

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

Kesesuaian materi dengan metode yang akan dipakai akan
menolong dan mempermudah praktik serta tepat guna. Mempraktikkan apa yang telah dipelajari adalah bagian penting dari
pembelajaran. Stephen Tong mengatakan,
“Inilah belajar melalui melakukan (‘Learning by Doing’ –aspek
praksis). Pada saat Saudara mempraktekkannya, baru Saudara belajar sesuatu.”3

Keterampilan Membuka dan
Menutup Pelajaran
Membuka dan menutup pelajaran memiliki peran penting
dalam proses belajar mengajar.

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
L
t
A
U
J
R
E
DIP

1. Membuka Pelajaran

Seorang guru yang memasuki kelas tanpa persiapan bagaimana seharusnya membuka kelas, dapat menyebabkan murid
merasa kaget. Oleh sebab itu, seorang guru harus memiliki
keterampilan untuk membuka kelasnya. Seperti diungkapkan
Moh. Uzer Usman,
“Kegiatan membuka pelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru pada
awal jam pelajaran, tetapi juga pada awal setiap penggal kegiatan inti
pelajaran yang diberikan selama jam pelajaran itu.”4

Tujuan menguasai keterampilan dalam membuka pelajaran
adalah untuk
a. menciptakan prakondisi agar mental dan perhatian murid
tertuju pada materi pelajaran yang akan dipelajari mereka;

3

Stephen Tong, Arsitek Jiwa II (Jakarta: LRII, 1995), hlm. 57.

4

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Edisi II, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 91.

18

Menguasai Keterampilan Mengajar

b. menyiapkan mental murid agar ikut terlibat dalam mata pelajaran yang akan dibahas dan membangkitkan minat serta
pemusatan perhatian murid pada materi pelajaran.
Komponen-komponen yang berkaitan dengan membuka
pelajaran adalah
a. menarik perhatian murid;
b. menimbulkan motivasi murid dalam mengikuti pelajaran;
c. memberi acuan;
d. membuat kaitan.
Dalam sebuah iklan televisi ada ungkapan yang berbunyi demikian, “Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah
Anda.”

H
O
T
K
N
U
O
T
C
N IKAN
U
K
L
A
E
D
B
I
t
AL
Menutup PelajaranJU
R
E
P
KegiatanI“menutup pelajaran (closure) ialah kegiatan yang
D

Dalam mengajar pun demikian. Kesan pertama adalah ketika
guru memulai pelajaran. Ia harus dapat memengaruhi kegiatan
belajar selanjutnya. Dalam hal itu, guru mengarahkan muridnya
agar tertarik pada materi yang akan disampaikannya.
2.

dilakukan oleh guru untuk mengakhiri pelajaran atau kegiatan
belajar-mengajar.”5 Tujuan memiliki keterampilan menutup pelajaran adalah
a. untuk memusatkan perhatian murid pada akhir kegiatan
atau pelajaran, misalnya merangkum atau membuat garis
besar materi yang baru saja dibahas;
b. mengonsolidasikan perhatian murid pada hal-hal pokok dalam pelajaran yang sudah dipelajari;
5

Ibid., hlm. 92.

19

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

c. mengorganisasikan semua kegiatan atau pelajaran yang telah dipelajari menjadi satu kebulatan yang bermakna untuk
memahami esensi pelajaran itu.
Komponen-komponen penting dalam menutup pelajaran
adalah
a. meninjau kembali apa yang telah diajarkan;
b. mengadakan evaluasi penguasaan murid terhadap apa yang
telah dipelajari;
c. memberikan tindak lanjut terhadap hasil evaluasi pelajaran.

Keterampilan Menjelaskan
Pengertian “keterampilan menjelaskan” dalam kaitannya dengan kegiatan pembelajaran adalah mengacu pada perbuatan
mengorganisasikan materi pelajaran dalam tata urutan yang
terencana dan sistematis sehingga dalam penyajiannya murid
dapat memahami dengan mudah. Moh. Uzer Usman menjelaskan,
“Keterampilan menjelaskan dalam pengajaran ialah menyajikan
informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematik untuk
menunjukkan adanya hubungan yang satu dengan yang lainnya,
misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui.”6

Dalam menjelaskan pelajaran, seorang guru harus memiliki
kepercayaan diri. B.S. Sidjabat menuliskan,
“Yang terpenting di sini ialah masalah kepercayaan diri. Guru yang
memiliki kepercayaan diri akan nampak tidak canggung di dalam
interaksinya dengan peserta didik.”7
6

Ibid., hlm. 88-89.

7

B.S. Sidjabat, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Kalam Hidup,

20

Menguasai Keterampilan Mengajar

Kepercayaan diri itu mendukung guru untuk lebih maksimal
dalam mengajar.
Komponen keterampilan menjelaskan pelajaran adalah sebagai berikut.
1. Keterampilan Merencanakan Penjelasan
a. isi pesan yang dipilih dan disusun secara sistematis disertai
dengan contoh-contoh;
b. hal-hal yang berkaitan dengan murid.
2. Keterampilan Menyajikan Penjelasan
Hal tersebut meliputi kejelasan, penggunaan contoh dan ilustrasi yang mengikuti pola induktif serta deduktif, dan memberi
penekanan pada bagian-bagian yang penting.

a.
b.
c.
d.

H
O
T
K adalah
Prinsip-prinsip penggunaan
keterampilan
tersebut
N
U
O
T
C
N danIK
ANpemadanya relevansi antara penjelasan
tujuan
U
K
L
belajaran;
A
E
D
B
I
t keperluan;UAL
sesuai dengan
J dan kemampuan murid;
mengingat latar belakang
R
E
P spontan atau sesuai dengan rencana yang
diberikan
DIsecara
telah disiapkan;

e. isi penjelasan bermakna bagi murid.

Keterampilan Bertanya
Pada hakikatnya, dengan bertanya kita akan mengetahui
dan mendapatkan informasi tentang apa saja yang ingin kita ketahui.
2000), hlm. 47.

21

MENJADI GURU YANG TERAMPIL

“Dalam proses belajar mengajar, bertanya memainkan peranan penting sebab pertanyaan yang tersusun dengan baik dan teknik pelontaran yang tepat pula akan memberikan dampak positif terhadap
siswa.”8

Jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, kegiatan bertanya jawab antara guru dan murid serta antarmurid itu menunjukkan adanya interaksi di kelas yang dinamis dan multiarah.
Selain menunjukkan interaksi antara guru dan murid, bertanya
juga dapat memperoleh berbagai jawaban yang paling akhir,
mendalam, dan benar.

Keterampilan Memberi Penguatan
Penguatan adalah respons terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali perilaku
itu. Sementara itu, Moh. Uzer Usman mengatakan,
“Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah
bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback)
bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindakan
dorongan ataupun koreksi.”9

Jika mengacu pada penjelasan Moh. Uzer Usman, terdapat
dua jenis penguatan, yaitu penguatan secara verbal dan penguatan secara nonverbal. Penguatan verbal berarti penguatan lisan
(kata/kalimat). Sementara itu, penguatan nonverbal adalah
dengan cara pendekatan, mimik, dan kegiatan. Penguatan digunakan untuk memerhatikan siapa sasarannya. Teknik pelaksanaannya adalah dengan hangat, penuh semangat, bermakna bagi murid, serta memilih kata/kalimat yang tepat.
8

Usman, hlm

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

PERBEDAAN SIKAP KONSUMTIF REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA UTUH DAN ORANG TUA TUNGGAL

7 140 2