CRITICAL REVIEW JURNAL PENGEMBANGAN MODE

CRITICAL REVIEW

Pengembangan Model Biaya Kemacetan
Bagi Pengguna Mobil Pribadi

di Daerah Pusat Perkotaaanvol.Yogyakarta
11 No. 2 - agustus 2011
Penulis :
Gito Sugiyanto, Siti Malkhamah, Ahmad Munawar, Heru Sutomo
Dosen :
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg.
Oleh :
Auliyaa Syara Diinillah - 3613100012

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
I.


2015

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan transportasi angkutan umum di Kota
Yogyakarta

adalah

dengan

melakukan

reformasi

angkutan

umum.


Prinsip

yang

dikembangkan adalah dengan memperbaiki sistem manajamen trasportasi umum dan
meningkatkan

penggunaan

angkutan

umum.

Pendekatan

yang

dilakukan

dalam


mewujudkan reformasi transportasi angkutan umum adalah melalui uji coba pengoperasian
Bus Rapid Transit (BRT), yaitu angkutan umum yang mengkombinasikan teknologi khusus
pada armada dan infrastrukturnya agar dapat memindahkan orang dalam jumlah banyak
dengan cepat dan dengan kualitas layanan yang mengeksplorasi kebutuhan pengguna
jasanya. Pendekatan kedua adalah integrasi transportasi umum yang beroperasi saat ini
sebagai feeder BRT. Pendekatan ketiga berupa pembebanan finansial bagi pengguna
kendaraan pribadi yang melalui zona berbayar di Kota Yogyakarta. Pendekatan pertama dan
kedua telah menjadi agenda yang telah dan sedang diselesaikan dalam reformasi
perencanaan dan pengoperasian transportasi umum perkotaan di Yogyakarta sedangkan
pendekatan ketiga belum diagendakan.
Karakteristik lalu lintas di Kota Yogyakarta bersifat lalu lintas tercampur (mixed traffic)
dan pada beberapa ruas jalan. Pertumbuhan rata-rata kendaraan pribadi diperkirakan
sebesar 4,04% per tahun, sementara itu jumlah penumpang yang menggunakan transportasi
umum turun sebesar 3% pertahun dengan load factor rata-rata per kendaraan turun dari
41% pada tahun 2003, menjadi 27,22% pada tahun 2004 (Malkhama, 2008).
Tujuan kajian ini adalah untuk :
a. Mengestimasi besaran biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di kawasan
perkotaan.
b. Mengembangkan model biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di

kawasan perkotaan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan critical review ini adalah untuk meringkas dan mengevaluasi
tulisan pada jurnal dengan judul “Pengembangan Model Biaya Kemacetan bagi Pengguna
Mobil Pribadi di Daerah Pusat Perkotaan Yogyakarta”. Selain itu, membaca jurnal lain yang
serupa kemudian membandingkannya dengan jurnal yang telah diambil, sehingga dapat
memberikan tinjauan dan evaluasi mengenai keunggulan dan kelemahan untuk jurnal yang
diambil tersebut.

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 1

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
II.

2015

DASAR TEORI
Biaya kemacetan adalah biaya perjalanan akibat tundaan lalu lintas maupun tambahan


volume kendaraan yang mendekati atau melebihi kapasitas pelayanan jalan (Nash, 1997,
dalam Cahyani, 2000). Kemacetan disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya disiplin
para pelaku lalu lintas (pengguna jalan) dan jalan rusak.
Ide dasar penerapan biaya kemacetan timbul dari hubungan antara kecepatan dan
aliran lalu lintas di jalan serta hubungan antara kecepatan dan biaya kendaraan. Jika batas
aliran lalu lintas yang ada dilampaui, kecepatan rata-rata lalu lintas akan turun. Apabila
kecepatan mulai turun, maka biaya operasi kendaraan dan waktu tempuh akan meningkat
(Stubs, 1980).

Selisih antara marginal social cost dan marginal private cost merupakan congestion cost
(biaya kemacetan) yang disebabkan oleh adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan yang
sama. Keseimbangan tercapai di titik F, dengan arus lalu lintas sebanyak Q2 dan biaya
sebesar P2. Dari sudut pandang sosial, arus lalu lintas sebanyak Q1 terlalu berlebihan karena
pengemudi kendaraan hanya menikmati manfaat sebesar Q1E atau P4. Tambahan
kendaraan setelah titik optimal Q2 menyebabkan biaya yang dikeluarkan sebesar Q2Q1HF,
namun manfaat yang dinikmati hanya sebesar Q2Q1HF, sehingga terdapat welfare gain yang
hilang sebesar luasan FEH.
Persamaan estimasi biaya kemacetan dapat dirumuskan sebagai berikut :


Dengan

adalah biaya kemacetan moda m dari zona asli i ke zona tujuan j
adalah marginal social cost; biaya yang dikeluarkan masyarakat dari
zona asal perjalanan i ke zona tujuan j dengan menggunakan moda m
adalah marginal private cost; biaya yang dikeluarkan pengguna
kendaraan pribadi dari zona asal perjalanan i ke zona tujuan j dengan
menggunakan moda m

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 2

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

Agar sesuai dengan prinsip pricing,biaya kemacetan harus seimbang dengan MSC agar
aliran yang terjadi turun dari Q1 ke Q2, sehingga MSC seluruh pengguna kendaraan harus
sesuai dengan MPC yang dirasakan. Hal ini dapat diwujudkan jika diberlakukannya biaya

kemacetan FG atau P2-P3.
III. REVIEW JURNAL
Penambahan jumlah kendaraan menyebabkan tundaan, waktu perjalanan lama dan
mengakibatkan kenaikan biaya transportasi. Kondisi ini dapat digunakan sebagai dasar
argumentasi rencana penerapan biaya kemacetan. Biaya kemacetan di area Central
Business Distric (CBD) Malioboro, Yogyakarta telah diprediksi. Pada tahun 2007, Biaya
Operasi Kendaraan (BOK) mobil pribadi yang dihitung menggunakan model yang
dikembangkan oleh Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung
(LAPI ITB) adalah Rp 1.991,00, sedangkan bila dihitung dengan menggunakan Road User
Cost Model adalah Rp 4.537,00 (Sugiyanto, 2008).
Dasar penerapan biaya kemacetan adalah membebankan tarif tertentu yang sama
dengan marginal cost yang disebabkan oleh pengguna jalan terhadap pengguna jalan
lainnya, berupa kerugian karena pengurangan kecepatan lalu lintas dan peningkatan
dampak lingkungan. Tarif optimal untuk setiap jenis kendaraan diperoleh dengan cara
memaksimalkan manfaat bersih untuk masyarakat dan pengguna jalan dan meminimalkan
disbenefit. Tarif ini merupakan selisih antara marginal social cost dengan marginal private
cost (Stubs, 1980).
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Biaya Operasi Kendaraan (BOK) mobil pribadi dihitung untuk dua kondisi, yaitu
berdasarkan kondisi sebenarnya saat terjadi kemacetan dan kondisi kecepatan arus bebas.

Perhitungan dapat dilakukan dengan pendekatan metode LAPI ITB (1996). Jenis kendaraan
yang digunakan adalah mobil Toyota Avanza.

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 3

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

Waktu tempuh mobil pribadi di kawasan Malioboro, sepanjang 1.414 km bervariasi.
Pada lajur kiri, antara 8 menit 35 detik – 10 menit 19 detik dan pada lajur kanan antara 8
menit 15 detik – 10 menit 9 detik.
Tabel 1 BOK Mobil Pribadi pada Kondisi Kecepatan Arus Bebas dan Kondisi Sebenarnya
Kondisi Pendekatan
Kecepatan Arus
Bebas
Sebenarnya


Kecepatan
(km/jam)
9,98

BOK
(Rp/km)
2.367,92

BOK Malioboro
(Rp)
3.348,24

40,00

1.342,58

1.898,41

Biaya kemacetan di kawasan Malioboro dihitung dengan menggunakan pendekatan
selisih antara biaya umum pada kondisi yang sebenarnya dan pada kondisi kecepatan arus

bebas. Biaya umum pada kondisi yang sebenarnya, dengan kecepatan 9,98 km/jam adalah
Rp 5.513,77 sedangkan biaya umum pada kondisi kecepatan arus bebas dengan
kecepatan40,00 km/jam adalah Rp 2.598,78. Sehingga diperoleh biaya kemacetan
pengguna mobil pribadi di kawasan Malioboro sebesar Rp 2.914,99. Biaya kemacetan inilah
yang harus dibebankan kepada pengguna mobil pribadi setiap kali melewati zona berbayar
kawasan Malioboro, Yogyakarta.
Pada studi ini juga dilakukan estimasi biaya kemacetan untuk pengguna mobil pribadi
dengan melakukan variasi nilai kecepatan aktual di lapangan.
Tabel 2 Biaya Lingkungan Akibat Polusi Bahan Bakar Transportasi untuk Mobil Pribadi

Bensin
Solar

Marginal Health Cost
(MHC)/Vehicle
(Rp/liter)
2.300,00
800,00

9,98


Bensin
Solar

2.300,00
800,00

20,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

30,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

40,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

Kecepatan
Kendaraan
(km/jam)
5,00

Jenis Bahan
Bakar

Konsumsi Bahan
Bakar
(liter/km)
0,214
0,214
Rata-rata
0,192
0,192
Rata-rata
0,155
0,155
Rata-rata
0,127
0,127
Rata-rata
0,105
0,105
Rata-rata

MHC
(Rp/km)
493,33
171,59
428,98
442,11
153,78
348,45
356,22
123,90
309,75
292,38
101,70
254,24
240,49
83,65
209,12

Biaya umum (generalized cost) terdiri atas 3 komponen, yaitu Biaya Operasi Kendaraan
(BOK) dalam satuan rupiah/km, Biaya Polusi (BP) masing-masing jenis kendaraan dalam
satuan rupiah/kendaraan-km,

dan Biaya

Waktu Perjalanan (BWP) dalam

satuan

rupiah/waktu perjalanan.

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 4

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

Tabel 3 Biaya Umum Transportasi Mobil Pribadi di Kawasan Malioboro, Yogyakarta
Kondisi
Pendekatan
Kecepatan Arus
Bebas
Sebenarnya

BOK
(Rp)
1.898,41

BP
(Rp)
295,70

BWP
(Rp)
404,67

Biaya Umum
(Rp)
2.598,78

3.348,24

543,61

1.621,92

5.513,77

Dapat disimpulkan bahwa biaya umum dapat ditentukan dengan cara menjumlahkan
Biaya Operasi Kendaraan (BOK), Biaya Polusi (BP), dan Biaya Waktu Perjalanan (BWP).

Berdasarkan Gambar 3 diperoleh bahwa model hubungan antara biaya kemacetan bagi
pengguna mobil pribadi dengan kecepatan kendaraan berbentuk eksponensial dengan
persamaan y = 7,746e-0,09x, dengan y adalah biaya kemacetan mobil pribadi (Rp/trip) dan x
adalah kecepatan aktual kendaraan (km/jam). Nilai koefisien determinasi (R2) adalah 0,9782
yang menunjukkan kecepatan dengan biaya kemacetan mempunyai hubungan yang sangat
kuat. Semakin rendah kecepatan aktual di lapangan, semakin besar biaya kemacetan lalu
lintas yang ditimbulkan.
IV. TINJAUAN KRITIS
Menurut saya, pembahasan biaya kemacetan yang ada di dalam jurnal ini sudah baik
karena sudah ada studi kasusnya yaitu di kawasan Malioboro,Yogyakarta. Penyajian data
juga sudah sesuai yaitu dengan menggunakan tabel dan grafik. Seperti pada Gambar 1 yaitu
grafik estimasi biaya kemacetan sudah dilengkapi dengan penjelasan isi dari grafik tersebut.
Pada jurnal ini dijelaskan juga rumus untuk mencari biaya kemacetan, namun dalam hasil
analisa dan pembahasannya penulis tidak menjelaskan proses perhitungan menggunakan
rumus tersebut.
Namun, terdapat beberapa kelemahan dari jurnal ini. Yang pertama untuk menjawab
tujuan kedua dari penelitian ini yaitu pengembangan model biaya kemacetan bagi pengguna
mobil pribadi yang digunakan berbentuk fungsi eksponensial. Tetapi penulis tidak
menjelaskan alasannya memilih model biaya kemacetan berbentuk fungsi eksponensial.

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 5

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

Kelemahan kedua terkait dengan sub bab hasil dan pembahasan, muncul Tabel 2 yang
berisi biaya lingkungan akibat polusi bahan bakar transportasi untuk mobil pribadi. Padahal
sebelumnya tidak ada penjelasan mengenai biaya lingkungan. Selain itu, juga tidak ada
penjelasan bagaimana menentukan angka Marginal Health Cost (MHC)/Vehicle, konsumsi
bahan bakar, dan MHC dalam satuan Rp/km. Dan setelah tabel 2 tersebut juga tidak
dilengkapi dengan penjelasan mengenai isi tabel tersebut.
Kelemahan ketiga yaitu metode pengumpulan data pada penelitian ini tidak dijelaskan.
Dalam jurnal ini, penulis memaparkan berapa waktu tempuh mobil pribadi di kawasan
Malioboro, waktu tempuh rata-rata mobil pribadi pada kondisi sebenarnya maupun kondisi
arus bebas, kecepatan mobil pribadi baik dalam kondisi sebenarnya maupun kondisi arus
bebas. Namun penulis tidak menjelaskan bagaimana penulis mendapatkan data-data
tersebut. Apakah menggunakan kuisioner, observasi, atau yang lainnya. Penulis juga
mendapatkan Biaya Operasi Kendaraan (BOK), Biaya Polusi (BP), dan Biaya Waktu
Perjalanan (BWP) baik dalam kondisi sebenarnya maupun dalam kondisi arus bebas tanpa
menjelaskan angka-angka tersebut diperoleh dari mana seperti yang dapat dilihat pada
Tabel 3.
Kelemahan yang terakhir adalah hampir semua tabel yang dipaparkan tidak
mencantumkan sumber yang jelas darimana informasi-informasi tersebut didapatkan. Untuk
memberikan informasi yang lebih mengenai kelebihan dan kelemahan jurnal ini, berikut
perbandingan antara Jurnal 1 yaitu

“Pengembangan Model Biaya Kemacetan Bagi

Pengguna Mobil Pribadi di Daerah Pusat Perkotaaan Yogyakarta” dengan Jurnal 2 dengan
judul “Biaya Kemacetan (Congestion Charging) Mobil Pribadi di Central Business District
(Studi Kasus Kawasan Malioboro)”.
Tabel 4 Perbandingan Jurnal dengan Jurnal Lain

No.

Indikator

Jurnal 1

1.

Tujuan Penelitian

- Mengestimasi besaran
biaya kemacetan bagi
pengguna mobil pribadi di
kawasan perkotaan.
- Mengembangkan model
biaya kemacetan bagi
pengguna mobil pribadi di
kawasan perkotaan.

2.

Pendekatan Analisis

Tidak terdapat pendekatan
analisis

3.

Metode Pengumpulan Data

Tidak dijelaskan mengenai

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Jurnal 2
- Mengevaluasi biaya
perjalanan yang
diperkirakan (perceived
cost) dan biaya perjalanan
sebenarnya (actual cost)
pada kondisi macet.
- Merumuskan besaran
biaya kemacetan.
- Mengestimasi proporsi
peralihan pengguna mobil
pribadi ke angkutan umum
bus kota di area CBD
Malioboro, Yogyakarta.
Menggunakan 2 metode
pendekatan.
Pendekatan
Revealed Preference (RP)
dan Stated Preference (SP).
- Data perceived cost mobil

Page 6

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

metode pengumpulan data.

4.

Penjelasan mengenai Biaya
Operasi Kendaraan (BOK)

Tidak ada penjelasan
mengenai BOK.

5.

Penjelasan mengenai Biaya
Polusi (BP)

Tidak
ada
mengenai BP.

6.

Penjelasan mengenai Biaya
Waktu Perjalanan (BWP)

Tidak
ada
penjelasan
mengenai BWP.

7.

Sumber Data

8.

Proses
perhitungan
kemacetan

Di setiap tabel data tidak
dicantumkan sumber data
diperoleh.
Tidak dijelaskan proses
perhitungan biaya
kemacetan.

biaya

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

penjelasan

pribadi diperoleh dengan
menyebarkan kuisioner
kepada 20 responden.
- Data actual cost diperoleh
dari survei Moving Car
Observer (MCO)
sebanyak 10 kali putaran.
- Data stated preference
diperoleh dengan
menyebarkan kuisioner
Stated Preference kepada
175 responden.
Penentuan responden
dilakukan dengan cara
Random Sampling kepada
pelaku perjalanan yang
melewati koridor
Malioboro.
Terdapat dua metode
pendekatan untuk
menentukan Biaya Operasi
Kendaraan (BOK), yaitu
metode Lembaga Afiliasi
dan Penelitian dan Industri
(LAPI) ITB 1996 dan metode
Road User Cost Model
(RUCM) 1992.
Menggunakan hasil
penelitian Sutomo (2000)
dengan beberapa
pendekatan. Penelitian biaya
polusi di Yogyakarta
dilakukan pada tahun 1997
sehingga biaya polusi per
jenis kendaraan per km
pada tahun 2006 diperoleh
dengan mengalikan faktor
pertumbuhan kendaraan
bermotor di Kota Yogyakarta
sebesar 4,04%.
Dengan cara mengalikan
faktor pertumbuhan Produk
Domestik Regional Bruto
(PDRB) berdasarkan harga
konstan untuk Kota
Yogyakarta sebesar 3,56%.
Di setiap tabel data tidak
dicantumkan sumber data
diperoleh.
Dijelaskan proses
perhitungan biaya
kemacetan secara detail
lengkap dengan
keterangannya.

Page 7

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
9.

Model Biaya Kemacetan yang
Digunakan

Berbentuk persamaan
eksponensial, yaitu :
-0,09x
y = 7,746e
, dengan y
adalah biaya kemacetan
mobil pribadi (Rp/trip) dan x
adalah kecepatan aktual
kendaraan (km/jam). Nilai
2
koefisien determinasi (R )
adalah 0,9782 yang
menunjukkan kecepatan
dengan biaya kemacetan
mempunyai hubungan yang
sangat kuat.

2015
Tidak menjelaskan model
biaya kemacetan yang
digunakan.

Sumber : Hasil Analisa,2015
Berdasarkan penjelasan Tabel 4, dapat ktita simpulkan bahwa jurnal ini masih banyak
kekurangannya dibandingkan dengan jurnal lain. Banyak indikator yang belum dijelaskan di
jurnal ini. Indikator-indikator tersebut adalah pendekatan analisis yang digunakan, metode
pengumpulan data yang digunakan, penjelasan mengenai cara memperoleh Biaya Operasi
Kendaraan (BOK), Biaya Polusi (BP), dan Biaya Waktu Perjalanan (BWP), sumber data
pada setiap tabel serta proses perhitungan biaya kemacetannya.
V. KESIMPULAN (LESSON LEARNED)
Dari jurnal ini, dapat diketahui bagaimana cara menghitung biaya kemacetan mobil
pribadi di perkotaan, salah satunya di kawasan Malioboro, Yogyakarta. Dengan cara :

Dengan

adalah biaya kemacetan moda m dari zona asli i ke zona tujuan j
adalah marginal social cost; biaya yang dikeluarkan masyarakat dari
zona asal perjalanan i ke zona tujuan j dengan menggunakan moda m
adalah marginal private cost; biaya yang dikeluarkan pengguna
kendaraan pribadi dari zona asal perjalanan i ke zona tujuan j dengan
menggunakan moda m

Dari beberapa kelemahan di atas, dapat disimpulkan bahwa sebaiknya jurnal penelitian
memuat pendekatan analisis apa yang digunakan guna menganalisis pilihan dan faktorfaktor yang mempengaruhi pilihan dari responden. Metode pengumpulan data juga penting
dijelaskan dalam jurnal, karena agar pembaca mengetahui darimana data-data itu berasal.
Tidak hanya dipaparkan dengan tanpa alasan yang jelas. Misalnya data mengenai perceived
cost mobil pribadi diperoleh dengan menyebarkan kuisioner kepada 20 responden.
Berdasarkan jurnal di atas, sebaiknya mencantumkan pula proses memperoleh data Biaya
Operasi Kendaraan (BOK), Biaya Polusi (BP), dan Biaya Waktu Perjalanan (BWP). Jadi
tidak hanya sekedar dipaparkan saja, sehingga pembaca akan lebih paham. Selain itu,
sumber data di setiap tabel juga sangat penting untuk dicantumkan di dalam jurnal. Karena
Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 8

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

apabila tidak ada sumber, maka informasi yang dimuat terasa kurang akurat atau kurang
terbukti kebenarannya.
Dengan menuliskan Critical Review Jurnal ini, saya menjadi lebih mengetahui
bagaimana sistematika penulisan Critical Review yang benar. Selain itu, saya juga menjadi
tahu mengenai keterkaitan ilmu ekonomi kota dengan transportasi perkotaan di kehidupan
sehari-hari. Saya menjadi tahu mengenai biaya kemacetan, proses menemukan biaya
kemacetan beserta studi kasusnya yaitu di kawasan Malioboro, Yogyakarta sehingga
wawasan saya menjadi bertambah. Dengan membaca referensi jurnal lain yang serupa
sebagai bahan pertimbangan untuk membandingkan jurnal ini dengan jurnal lain, wawasan
saya mengenai biaya kemacetan menjadi semakin bertambah.

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 9

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

2015

DAFTAR PUSTAKA
Sugiyanto Gito [et al.] Pengembangan Model Biaya Kemacetan Bagi Pengguna Mobil Pribadi
di Daerah Pusat Perkotaan Yogyakarta [Jurnal]. - Yogyakarta : Jurnal Transportasi, 2011. 2 : Vol. 11.
Sugiyanto Gito Biaya Kemacetan (Congestion Charging) Mobil Pribadi di Central Business
District (Studi Kasus Kawasan Malioboro Yogyakarta) [Jurnal]. - Purwokerto : Media Teknik
Sipil, 2008.

Critical Review Jurnal Ekonomi Kota

Page 10

PENGEMBANGAN MODEL BIAYA KEMACETAN
BAGI PENGGUNA MOBIL PRIBADI
DI DAERAH PUSAT PERKOTAAN YOGYAKARTA
Gito Sugiyanto
Program Studi Teknik Sipil, Jurusan Teknik
Fakultas Sains dan Teknik
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Jl. Mayjend Sungkono Km. 5, Blater, Purbalingga
Telp/Fax: (0281) 6596700
[email protected]

Ahmad Munawar
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Kampus UGM, Yogyakarta
Phone: (0274) 902245, Fax: (0274) 524713
[email protected]

Siti Malkhamah
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Kampus UGM, Yogyakarta, 55281
Phone: (0274) 902245, Fax: (0274) 524713
[email protected]

Heru Sutomo
Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No. 2, Yogyakarta, Kampus UGM, 55281
Phone: (0274) 902245, Fax: (0274) 524713
[email protected]

Abstract
Traffic congestion on the road occurred when travel demand exceeds the capacity of the road. This study
aims to estimate and develop a model of congestion costs for private car users in the area of Jalan Malioboro,
Yogyakarta, with a length of 1.414 km. The study was limited to the congestion charge for private car users
only. The results show that the generalized cost of private car transportation on the actual conditions in the
Malioboro area, Yogyakarta, is Rp. 5,513.77 per trip and on the conditions of free flow speed is Rp. 2,598.78
per trip, so that the congestion charge for private car users in this region is Rp. 2,914.99 per trip. The form of
congestion charge model for private car users in the area of Malioboro, Yogyakarta, is an exponential
function, with the lower the actual traffic speed, the greater the cost of traffic congestion caused.
Keywords: congestion charge, private car, the combined cost of transportation, vehicle operating costs,
the cost of travel time.


Abstrak
Kemacetan lalulintas di jalan terjadi ketika permintaan perjalanan melebihi kapasitas jalan tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi dan mengembangkan model biaya kemacetan bagi pengguna
mobil pribadi di kawasan Jalan Malioboro, Yogyakarta, sepanjang 1,414 km. Studi ini hanya dibatasi pada
biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa biaya umum
transportasi mobil pribadi pada kondisi sebenarnya di kawasan Malioboro, Yogyakarta, adalah Rp 5.513,77
per trip dan pada kondisi kecepatan arus bebas adalah Rp 2.598,78 per trip, sehingga biaya kemacetan bagi
pengguna mobil pribadi di kawasan ini adalah Rp 2.914,99 per trip. Model biaya kemacetan bagi pengguna
mobil pribadi di kawasan Malioboro, Yogyakarta, berbentuk suatu fungsi eksponensial, dengan semakin
rendah kecepatan lalulintas aktual, semakin besar pula biaya kemacetan lalulintas yang ditimbulkan.
Kata-kata kunci: biaya kemacetan, mobil pribadi, biaya gabungan transportasi, biaya operasi kendaraan,
biaya waktu perjalanan.

Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 87-94

87

PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk meningkatkan pelayanan transportasi angkutan umum di
Kota Yogyakarta adalah dengan melakukan reformasi angkutan umum. Prinsip yang
dikembangkan adalah dengan memperbaiki sistem manajemen transportasi umum dan
meningkatkan penggunaan angkutan umum. Pendekatan yang dilakukan dalam
mewujudkan reformasi transportasi angkutan umum adalah melalui uji coba pengoperasian
Bus Rapid Transit (BRT), yaitu angkutan umum yang mengkombinasikan teknologi
khusus pada armada dan infrastrukturnya agar dapat memindahkan orang dalam jumlah
banyak dengan cepat dan dengan kualitas layanan transportasi yang mengeksplorasi
kebutuhan pengguna jasanya. Kualitas layanan yang nyaman, aman, tepat waktu, dan biaya
murah merupakan impian bagi pengguna jasa transportasi umum. Pendekatan kedua adalah
integrasi transportasi umum yang beroperasi saat ini sebagai feeder BRT dan pendekatan
ketiga berupa pembebanan finansial bagi pengguna kendaraan pribadi yang melalui zona
berbayar di Kota Yogyakarta. Pendekatan pertama dan kedua telah menjadi agenda yang
telah dan sedang diselesaikan dalam reformasi perencanaan dan pengoperasian transportasi
umum perkotaan di Jogjakarta sedangkan pendekatan ketiga belum diagendakan.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah pengembangan transportasi di
Indonesia dengan keistimewaan yang tidak dijumpai di wilayah lain. Karakteristik
lalulintas di Kota Yogyakarta bersifat lalulintas tercampur (mixed traffic) dan, pada
beberapa ruas jalan, telah melampaui kapasitas serta 82,15% dari total volume lalulintas
terdiri atas sepeda motor. Pertumbuhan rata-rata kendaraan pribadi diperkirakan sebesar
4,04% per tahun, sementara itu jumlah penumpang yang menggunakan transportasi umum
turun sebesar 3% per tahun dengan load factor rata-rata per kendaraan turun dari 41%,
pada tahun 2003, menjadi 27,22%, pada tahun 2004 (Malkhama, 2008).
Tujuan kajian ini adalah untuk:
1. mengestimasi besaran biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di kawasan
perkotaan; dan
2. mengembangkan model biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di kawasan
perkotaan.
Kemacetan lalulintas muncul ketika volume lalulintas melebihi kapasitas jalan atau
simpang. Penambahan jumlah kendaraan menyebabkan tundaan, waktu perjalanan menjadi
lebih lama, dan mengakibatkan kenaikan biaya transportasi. Kondisi ini menyebabkan
adanya eksternalitas yang dapat digunakan sebagai dasar argumentasi rencana penerapan
biaya kemacetan. Karena itu, pengurangan kemacetan lalulintas merupakan salah satu
target utama dalam menentukan kebijakan transportasi, karena kerugian ekonomi yang
disebabkan oleh kemacetan lalulintas sangat besar (Sugiyanto, 2007).
Biaya kemacetan di area Central Business District (CBD) Malioboro, Yogyakarta,
telah diprediksi. Pada tahun 2007, Biaya Operasi Kendaraan (BOK) mobil pribadi yang
dihitung dengan menggunakan model yang dikembangkan oleh Lembaga Afiliasi
Penelitian dan Industri Institut Teknologi Bandung (LAPI ITB) adalah Rp 1.991,00,
sedangkan bila dihitung dengan menggunakan Road User Cost Model adalah Rp 4.537,00
(Sugiyanto, 2008).
Ide dasar penerapan biaya kemacetan adalah membebankan tarif tertentu yang sama
dengan marginal cost yang disebabkan oleh pengguna jalan terhadap pengguna jalan
lainnya, yang berupa kerugian karena pengurangan kecepatan lalulintas dan peningkatan

88

Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 87-94

dampak lingkungan. Tarif ini diterapkan untuk mengurangi, atau bahkan membatasi,
perjalanan menggunakan kendaraan pribadi yang tidak perlu. Tarif optimal untuk setiap
jenis kendaraan diperoleh dengan cara memaksimalkan manfaat bersih untuk masyarakat
dan pengguna jalan dan meminimalkan disbenefit. Tarif ini merupakan selisih antara
marginal social cost dengan marginal private cost (Stubs, 1980).
Biaya kemacetan timbul dari hubungan antara kecepatan dan aliran lalulintas di
jalan serta hubungan antara kecepatan dan biaya kendaraan. Jika batas aliran lalulintas
yang ada dilampaui, kecepatan rata-rata lalulintas akan turun. Pada saat kecepatan mulai
turun, biaya operasi kendaraan akan meningkat dan waktu untuk melakukan perjalanan
akan meningkat (Stubs, 1980).

Marginal Social Cost
Cost

Marginal Private Cost
D

P1

H

F

P2
P4

E

I

P3

G

P0

Demand

0

Q0

Q2

Q1

Flow

Sumber: Stubbs, 1980

Gambar 1 Estimasi Biaya Kemacetan

Selisih antara marginal social cost dan marginal private cost merupakan
congestion cost yang disebabkan oleh adanya tambahan kendaraan pada ruas jalan yang
sama. Keseimbangan tercapai di titik F, dengan arus lalulintas sebanyak Q2 dan biaya
sebesar P2. Dari sudut pandang sosial, arus lalulintas sebanyak Q1 terlalu berlebihan karena
pengemudi kendaraan hanya menikmati manfaat sebesar Q1E atau P4. Tambahan
kendaraan setelah titik optimal Q2 menyebabkan biaya yang dikeluarkan sebesar Q2Q1HF
namun manfaat yang dinikmati hanya sebesar Q2Q1EF, sehingga terdapat welfare gain
yang hilang sebesar luasan FEH. Oleh karena itu, penghitungan beban biaya kemacetan
harus didasarkan pada perbedaan antara biaya marginal social cost dan marginal private
cost suatu perjalanan.
Persamaan estimasi biaya kemacetan dapat dirumuskan sebagai berikut:
CC ijm = C ijm MSC – C ijm MPC

Pengembangan model biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi (Gito Sugiyanto, dkk)

(1)

89

CC ijm

dengan:

adalah biaya kemacetan moda m dari zona asal i ke zona tujuan j;

C ijm MSC adalah marginal social cost; biaya yang dikeluarkan masyarakat dari
zona asal perjalanan i ke zona tujuan j dengan menggunakan moda
m; dan
C ijm MPC adalah marginal private cost; biaya yang dikeluarkan pengguna
kendaraan pribadi dari zona asal perjalanan i ke zona tujuan j
dengan menggunakan moda m.
Agar sesuai dengan prinsip pricing, biaya kemacetan harus seimbang dengan MSC
supaya aliran yang terjadi akan turun dari Q1 ke Q2, sehingga MSC seluruh pengguna
kendaraan dari perjalanan terakhir harus sesuai dengan MPC yang dirasakan. Hal ini dapat
diwujudkan jika diberlakukan biaya kemacetan sebesar FG atau P2-P3.
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Biaya umum (generalized cost) terdiri atas tiga komponen biaya. Ketiga komponen
biaya tersebut adalah: (1) biaya operasi kendaraan (BOK), dalam satuan rupiah per
kilometer, (2) biaya polusi (BP) pada masing-masing jenis kendaraan, dalam satuan rupiah
per kendaraan-kilometer, dan (3) biaya waktu perjalanan (BWP) dalam satuan rupiah per
waktu perjalanan.
BOK mobil pribadi dihitung untuk dua kondisi, yaitu berdasarkan pada kondisi
yang sebenarnya saat terjadi kemacetan lalulintas di lapangan dan pada kondisi kecepatan
arus bebas. Perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode LAPI
ITB (1996). Jenis kendaraan yang digunakan sebagai acuan pada studi ini adalah mobil
Toyota Avanza. Hasil analisis BOK untuk mobil pribadi pada berbagai variasi kecepatan
ditunjukkan pada Gambar 2.

Biaya Operasi Kendaraan (Rp/km)

3.500
3.000
2.500

y = 0,4106x 2 - 54,677x + 2872,7
R² = 0,9154

2.000
1.500
1.000
500
0
0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

110

120

130

Kecepatan (km/jam)

Gambar 2 Hubungan Kecepatan dan BOK Mobil Pribadi

90

Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 87-94

Waktu tempuh mobil pribadi di kawasan Malioboro, sepanjang 1,414 km, pada
lajur kiri bervariasi antara 8 menit 35 detik hingga 10 menit 19 detik dan pada lajur kanan
antara 8 menit 15 detik hingga 10 menit 09 detik. Waktu tempuh rata-rata mobil pribadi
pada kondisi yang sebenarnya adalah 8 menit 30 detik dan kecepatan mobil pribadi pada
kondisi yang sebenarnya adalah 9,98 km/jam. Waktu tempuh pada kondisi kecepatan arus
bebas adalah 2 menit 07 detik dan kecepatan pada kondisi kecepatan arus bebas adalah 40
km/jam. Mengacu pada Gambar 1, dengan kecepatan 9,98 km/jam diperoleh besarnya
BOK mobil pribadi adalah Rp 2.367,92/km, sehingga BOK mobil pribadi di kawasan
Malioboro km pada kondisi yang sebenarnya adalah Rp 3.348,24 dan pada kondisi
kecepatan arus bebas adalah Rp 1.898,41.
Tabel 1 BOK Mobil Pribadi pada Kondisi Kecepatan Arus Bebas dan Kondisi Sebenarnya
Kecepatan
BOK (Rp/km)
BOK Malioboro (Rp)
Kondisi pendekatan
(km/jam)
Kecepatan Arus Bebas
9,98
2.367,92
3.348,24
Sebenarnya
40,00
1.342,58
1.898,41

Nilai waktu dihitung dengan menggunakan studi Indonesian Highway Capacity
Manual 1997 dengan pendekatan Gross Regional Domestic Product (GRDP). Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB), dihitung atas dasar harga berlaku per kapita per bulan
di Kota Yogyakarta pada tahun 2008, yaitu sebesar Rp 2.000.516,02 (BPS Yogyakarta,
2009). Asumsi-asumsi yang digunakan adalah jumlah hari kerja adalah 25 hari per bulan,
jumlah jam kerja adalah 8 jam perhari, dan tingkat okupansi kendaraan adalah 2,50
orang/kendaraan. Nilai waktu pengguna mobil pribadi adalah sebesar Rp 11.447,52 per
kendaraan/jam.
Waktu tempuh mobil pribadi di kawasan Malioboro pada kondisi yang sebenarnya
adalah 8 menit 30 detik dan nilai waktu adalah sebesar Rp 11.447,52, sehingga diperoleh
besarnya biaya waktu perjalanan pada kondisi yang sebenarnya adalah Rp 1.621,92.
Sedangkan waktu tempuh pada kondisi kecepatan arus bebas adalah 2 menit 07 detik,
sehingga Biaya Waktu Perjalanan (BWP) pada kondisi kecepatan arus bebas di Malioboro
adalah Rp 404,67.
Biaya kemacetan di kawasan Malioboro dihitung dengan menggunakan pendekatan
selisih antara biaya umum pada kondisi yang sebenarnya dan pada kondisi kecepatan arus
bebas. Biaya umum pada kondisi yang sebenarnya, dengan kecepatan 9,98 km/jam, adalah
Rp 5.513,77, sedangkan biaya umum pada kondisi kecepatan arus bebas, dengan kecepatan
40,00 km/jam, adalah Rp 2.598,78, sehingga diperoleh biaya kemacetan pengguna mobil
pribadi di kawasan Malioboro sebesar Rp 2.914,99. Biaya kemacetan inilah yang harus
dibebankan kepada pengguna mobil pribadi setiap kali melewati zona berbayar kawasan
Malioboro, Yogyakarta.
Pada studi ini juga dilakukan estimasi biaya kemacetan untuk pengguna mobil
pribadi dengan melakukan variasi nilai kecepatan aktual di lapangan. Variasi kecepatan
aktual yang dilakukan adalah 5 km/jam, 8 km/jam, 9,98 km/jam, 12,57 km/jam, 15
km/jam, 17,5 km/jam, 20 km/jam, 22,5 km/jam, 25 km/jam, 27,5 km/jam, 30 km/jam, dan
35,10 km/jam dengan kecepatan kendaraan pada kondisi kecepatan arus bebas sebesar 40
km/jam. Hasil analisis biaya kemacetan untuk mobil pribadi pada berbagai variasi
kecepatan ini ditunjukkan pada Tabel 4 dan pada Gambar 3.

Pengembangan model biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi (Gito Sugiyanto, dkk)

91

Tabel 2 Biaya Lingkungan Akibat Polusi Bahan Bakar Transportasi untuk Mobil Pribadi
Kecepatan
kendaraan
(km/jam)

Jenis
Bahan Bakar

Marginal-Health Cost
(MHC)/Vehicle
(Rp/liter)

5,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

9,98

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

20,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

30,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

40,00

Bensin
Solar

2.300,00
800,00

Konsumsi
Bahan Bakar
(liter/km)
0,214
0,214
Rata-rata
0,192
0,192
Rata-rata
0,155
0,155
Rata-rata
0,127
0,127
Rata-rata
0,105
0,105
Rata-rata

MHC (Rp/km)
493,33
171,59
428,98
442,11
153,78
384,45
356,22
123,90
309,75
292,38
101,70
254,24
240,49
83,65
209,12

Biaya umum, yang terdiri atas tiga komponen biaya, yaitu biaya operasi kendaraan,
biaya waktu perjalanan, dan biaya polusi, untuk mobil pribadi dihitung kondisi yang
sebenarnya dan untuk kondisi kecepatan arus bebas. Hasilnya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Biaya Umum Transportasi Mobil Pribadi di Kawasan Malioboro, Yogyakarta
BOK
BP
BWP
Biaya Umum
Kondisi pendekatan
(Rp)
(Rp)
(Rp)
(Rp)
Kecepatan arus bebas
1.898,41
295,70
404,67
2.598,78
Kondisi yang sebenarnya
3.348,24
543,61
1.621,92
5.513,77

Tabel 4 Kecepatan Kendaraan Kondisi Sebenarnya dan Biaya Kemacetan

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.

92

Kecepatan aktual
(km/jam)
5,00
8,00
9,98
12,57
15,00
17,50
20,00
22,50
25,00
27,50
30,00

Biaya kemacetan
(Rp/trip)
4.935,11
3.473,20
2.914,99
2.397,13
2.000,68
1.674,86
1.396,52
1.152,83
936,08
741,36
565,41

Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 87-94

Berdasarkan Gambar 3 diperoleh bahwa model hubungan antara biaya kemacetan
bagi pengguna mobil pribadi dengan kecepatan kendaraan pada kondisi aktual berbentuk
eksponensial dengan persamaan y = 7.746e-0,09x, dengan y adalah biaya kemacetan mobil
pribadi (Rp/trip) dan x adalah kecepatan aktual kendaraan (km/jam). Nilai koefisien
determinasi (R2) persamaan tersebut adalah 0,9782, yang menunjukkan bahwa kecepatan
dengan biaya kemacetan mempunyai hubungan yang sangat kuat. Semakin rendah
kecepatan aktual di lapangan, semakin besar biaya kemacetan lalulintas yang ditimbulkan.

5.500
5.000

Biaya (Rp/ trip)

4.500
4.000
3.500
y = 7746e- 0,09x
R² = 0,9782

3.000
2.500
2.000
1.500

Biaya Kemacetan (Rp/Trip )

1.000
500
0
0

2,5

5

7,5

10

12,5

15

17,5

20

22,5

25

27,5

30

32,5

35

37,5

40

Kecepatan Aktual (km/jam)

Gambar 3 Hubungan Antara Kecepatan Kendaraan Kondisi Aktual dan Biaya Kemacetan

KESIMPULAN
Dari studi ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Biaya umum transportasi mobil pribadi pada kondisi sebenarnya di kawasan
Malioboro, Yogyakarta, sepanjang 1,414 km adalah Rp 5.513,77 per trip sedangkan
pada kondisi kecepatan arus bebas adalah Rp 2.598,78 per trip, sehingga biaya
kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di kawasan ini adalah Rp 2.914,99 per trip.
2. Model biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi di kawasan Malioboro,
Yogyakarta berbentuk suatu fungsi eksponensial, dengan semakin rendah kecepatan
lalulintas aktual, semakin besar biaya kemacetan lalulintas yang ditimbulkan.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Siti
Malkhamah atas bantuan dan ijin penggunaan sebagian data Penelitian Hibah Guru Besar
(HGB) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta tahun 2008 untuk artikel ini. Ucapan terima

Pengembangan model biaya kemacetan bagi pengguna mobil pribadi (Gito Sugiyanto, dkk)

93

kasih juga disampaikan kepada Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Republik
Indonesia, atas pemberian Program Insentif Riset Dasar, tahun Anggaran 2010.

DAFTAR PUSTAKA
Biro Pusat Statistik. 2009. Yogyakarta dalam Angka 2008/2009. Yogyakarta.
Directorate General of Highways. 1997. Indonesian Highway Capacity Manual. Ministry
of Public Works. Jakarta.
Lembaga Afiliasi Penelitian dan Industri. 1996. Laporan Akhir Studi Perhitungan Biaya
Operasi Kendaraan-PT Jasa Marga. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Malkhamah, S. 2008. Pengembangan Model Biaya Kemacetan dan Biaya Kecelakaan
untuk Meningkatkan Efisiensi Transportasi di Daerah Perkotaan. Laporan Akhir
Penelitian Hibah Guru Besar (HGB) Fakultas Teknik. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Stubs, P. C. Tyson, W. J. dan Dalvi, M. Q. 1980. Transport Economics. London: George
Allen and Unwin (Publisher), Ltd.
Sugiyanto, G. 2007. Kajian Penerapan “Congestion Charging” untuk Meningkatkan
Penggunaan Angkutan Umum. Tesis tidak diterbitkan. Bandung: Program Magister
Teknik Sipil Bidang Rekayasa Transportasi Institut Teknologi Bandung.
Sugiyanto, G. 2008. Biaya Kemacetan (Congestion Charging) Mobil Pribadi di Central
Bussines District. Jurnal Penelitian Media Teknik Sipil UNS 8 (1): 59-65.

94

Jurnal Transportasi Vol. 11 No. 2 Agustus 2011: 87-94