BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN - Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A.1 Kabupaten Tapanuli Utara Secara geografis Kabupaten Tapanuli Utara terletak pada koordinat 1º20'00" - 2º41'00" Lintang Utara (LU) dan 98 05"-99 16" Bujur Timur (BT). Berada pada ketinggian 150-1700 meter diatas permukaan laut. Tapanuli Utara

  memiliki luas daratan sekitar 3.793,71 dan luas perairan datanau toba

  23 6,60 . Terdiri dari 15 kecamatan, 241 desa dan 4 kelurahan .

  Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Garoga yaitu 567,58 dan kecamatan yang paling kecil luasnya adalah Kecamatan Muara sekitar 79,75 Tapanuli Utara memiliki jumlah penduduk sebanyak 285.070 jiwa (lk:

  140.830 jiwa dan pr:144.240 jiwa) dimana kecamatan yang paling padat penduduknya adalah Kecamatan Siborongborong, dengan jumlah penduduk sebanyak 45.088 jiwa dan yang paling sedikit penduduknya adalah Kecamatan Purbatua dengan jumlah penduduk 7.313 jiwa.

  Secara administratif Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan 5 (lima) kabupaten tetangga. Adapun batas-batas tersebut adalah sebagai berikut : Sebelah Barat : Kabupaten Tapanuli Tengah dan Kabupaten 23 Humbang Hasundutan

  

Dinar Butarbutar, Dkk. Tapanuli Utara Dalam Angka 2013: Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli

Utara, hal.3

  Sebelah Timur : Kabupaten Labuhan Batu Sebelah Utara : Kabupaten Toba Samosir Sebelah Selatan : Kabupaten Tapanuli Selatan Dalam menopang perekonomian di Tapanuli Utara sektor pendapatan yang sangat berperan adalah sektor pertanian. Kontribusi pertanian dalam Produk

  Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tahun 2012 mencapai 52,28 % dari total PDRB yang dihasilkan. Pertanian tersebut terdiri dari sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan dan kehutanan dan perikanan.

  Tanaman bahan makanan didalamnya terdiri dari padi, palawija, hortikultura. Padi menjadi tanaman dominan di Tapanuli Utara yang tersebar di sawah seluas total 28.000 Ha, dan cabai seluas 937 Ha. Perkebunan didominasi kemenyan dan kopi arabika dengan kemenyan seluas 16.181,50 Ha. Sedangkan peternakan difokuskan pada kerbau babi dan ayam, dan untuk perikanan masih berupa budi daya rumah tangga sebanyak 2.596 dengan penangkapan sebanyak 937 rumah tangga yang total penangkapannya sebanyak 1.774 ton.

  Pemerintahan Tapanuli Utara saat ini berada pada masa periode bupati Drs. Nikson Nababan dan wakilnya Drs. Mauliate Simorangkir, M.Si. Banyaknya kursi anggota DPRD di Tapanuli Utara hanya 35 kursi dengan 5 daerah pemilihan.

Gambar 2.1. Peta Tapanuli Utara Sumber: BPS Tapanuli Utara

  A.2 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara A.2.1 Masa Hindia Belanda dan Jepang

  Pada masa Kabupaten Tapanuli Utara termasuk yang sekarang termasuk dalam keresidenan yang berkedudukan di Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari

  4 Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder

24 Afdeling (Wilayah) yaitu :

   Onder Afdeling Silindung (Wilaya

   Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya

   Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibukotanya

   Onder Afdeling Samosir (Wilaya

   Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) ibukotanya yang disebut Demang dan membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang.

  Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang 24 Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di

  Ibid, hal. vii kantor Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan.

  Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang kepala Negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya.

  Negeri-negeri ini terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri Hoofd. Negeri dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-pejabat yang berdiri sendiri di negeri/kampungnya.

  Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap-tiap tahun upah yang disebut Yoarliykse Begroting.

  Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kampung masing-masing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi.

  Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun struktur pemerintahan di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti:

   Asistent Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah batak dan disebut Tanah Batak Sityotyo.

   Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing- masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.

   Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku Guntyo dan kecamatannya diganti dengan nama Huku Gunyakusyo.

   Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin Negeri/Kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala kampung.

  A.2.2 Masa Pemerintahan Republik Indonesia

  Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal sebagai Residen Tapanuli, disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara sebagai berikut :

   Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah batak dan sebagai luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing.

   Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung.

   Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil yang dulu disebut Asisten Demang.

  Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Asisten Demang.

  Pada tahun Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan-kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang.

  Pada Taterjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki daerah Sumatera Timur maka berdasarkan pertimbangan- pertimbangan strategis dan untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.

  Pada tahun terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan Tentara Republik, maka pejabat-pejabat Pemerintahan Sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratip ke

  Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias (dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya Kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu ditiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat.

  Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada ta dibentuk Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara. Salah satu upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah dengan jalan pemekaran wilayah. Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan

  Kemudian pada tahun Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-undang No. 9 Tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

  Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan. Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu

  Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasaterutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya.

  Potensi alam antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi. Sebahagian perairayang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan Wisata RohaniKekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan Nasional. Potensi lain terdapat berbagai jenis anas bumi dan sebagainya.

  A.3 Kecamatan Siborongborong

  Secara geografis kecamatan siborongborong terletak pada koordinat 02º07’ - 02º16’ Lintang Utara (LU) dan 98º51’ - 99º09’ Bujur Timur (BT).

  Berada pada ketinggian 1.365 Meter diatas permukaan laut. Ibukota Kecamatan Siborongborong adalah Kelurahan Pasar Siborongborong.

  Kecamatan Siborongborong berbatasan dengan 5 kecamatan dan 2 Kabupaten, batas-batas tersebut adalah:

  Sebelah utara : Kecamatan Lintong Nihuta (Kab. Humbahas), Paranginan dan Kabupaten Toba Samosir

  Sebelah Selatan : Kecamatan Sipoholon Sebelah Barat : Kecamatan Pagaran Sebelah Timur : Kecamatan Sipahutar dan Kabupaten Toba Samosir.

  Kecamatan Siborongborong terdiri dari 20 desa dan 1 kelurahan. Desa- desa tersebut adalah: Desa

   Des Desn Kelurahan Pasar Siborongborong.

  Kecamatan Siborongborong memiliki luas 279,91 , yang terdiri dari 27,01 sawah, 221,27 tanah kering, 4,46 bangunan dan 27,17 untuk penggunaan lainnya. Penggunaan tanah di Kecamatan Siborongborong lebih dioptimalkan pada pertanian, perkebunan dan peternakan. Tanaman padi menjadi dominan dengan luas 3.477 Ha dan dapat menghasilkan 15.649,04 ton, jagung dengan luas 880 Ha, sebanyak 4.204,64 ton, kacang tanah seluas 200 Ha sebanyak 359 ton, ubi kayu 390 Ha sebanyak 6871,8 ton, ubi rambat seluas 233 sebanyak 2.469,8 ton, sayuran seluas 1.294 Ha, buah-buahan seluas 249,3 Ha dan hortikultura seluas 3.034,65 Ha. Kecamatan Siborongborong selain berfokus pada pertanian juga pada peternakan, yangmana Kecamatan Siborongborong memiliki 81 ekor sapi, 2792 ekor kerbau, 82 ekor kuda, 478 kambing, 10.497 ekor babi dan 81.006 ekor ayam.

  Jumlah penduduk di Kecamatan Siborongborong adalah 45.088 jiwa. Jika di klasifikasikan berdasarkan jenis kelamin maka Kecamatan Siborongborong didominasi oleh laki-laki dengan jumlah 22.657 jiwa, lebih banyak 226 jiwa dari perempuan. Sebagai kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Tapanuli Utara, Kecamatan Siborongborong menjadi salah satu kecamatan yang memiliki sekolah terbanyak di Tapanuli Utara. Sekolah tersebut terdiri dari 44 Sekolah dasar, 10 SMP, 4 SMA dan 3 SMK.

B. DESA DAN PEMERINTAHAN DESA B.1 Desa

  Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang pemerintahannya langsung bersinggungan dengan para penduduk yang ada di wilayah desa. Desa secara administratif merupakan daerah dibawah kecamatan yang dibentuk oleh pemerintah kabupaten/kota. Dalam menjalankan desa maka dibentuk pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Dalam fungsinya pemerintahan desa dapat dikategorikan sebagai aktor birokrasi di tingkat desa, dimana para perangkat desa melaksanakan program- program pembangunan, pelayanan administatif kepada masyarakat ataupun ikut serta dalam menjalankan daftar tugas kenegaraan.

  Selain menjadi aktor birokrasi pemerintah desa juga menjadi aktor politik yang dapat menjalankan pemerintahan yang dengan kebijakan-kebijakan yang ditentukan langsung oleh sebuah desa. Dekatnya arena politik antara masyarakat dengan pemimpinnya ini dapat memberi efek yang baik terhadap pengembangan partisipasi masyarakat dalam menjalankan proses pemerintahan dan pembangunan desa. Beberapa stimulus yang sudah sangat sering terjadi di desa adalah terlihat dari partisipasi masyarakat dalam melakukan musyawarah di desa ataupun ikut serta dalam pelaksanaan gotongroyong di desa.

  Pengembangan potensi masyarakat desa terjadi karena intensitas pertemuan serta keleluasaan para masyarakat desa dalam memberi pendapat terhadap pemerintahan desa. Hal ini juga ditunjang oleh tidak adanya batasan antara pemerintah desa dengan masyarakat. Karena perangkat desa berada dalam cakupan desa yang juga merupakan kerabat serta tetangga yang tidak memiliki protokoler. Tugas sebagai birokrasi dalam rangka pemberian pelayanan biasanya ditangani langsung oleh perangkat desa tanpa orang kelas bawah yang menjadi perantara dengan pemimpinnya. Hal ini seolah memberi efek yang menjadikan masyarakat tidak sungkan dalam melakukan suatu hal yang dapat menjadi bahan pertimbangan demi kelangsungan pemerintahan desa.

  Pergeseran sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi sebagai akibat dari pergantian kekuasaan dari pemerintahan orde baru menjadi reformasi, memberi perubahan yang sangat signifikan terhadap demokrasi indonesia serta pemerintahan desa. Adanya badan legislatif pada tingkat nasional maupun daerah kemudian diikuti oleh desa. Kehadiran badan perwakilan desa sebagai pengawas tugas kepala desa yang kemudian berganti menjadi badan permusyawaratan desa yang merupakan mitra kerja pemerintah desa memberi tambahan optimalisasi efektifitas dan efisiensi kerja pemerintahan desa.

  Undang undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah sebagai dampak dari perubahan sistem pemerintahan yang termasuk dalam tuntutan yang disampaikan oleh para aktivis dalam meruntuhkan orde baru sebagai bagian dari tugas pemerintah reformasi. Undang undang ini mengatur tentang desa yaitu bab XI pasal 93 sampai dengan pasal 111. Seiring kebutuhan negara dalam upaya memaksimalkan kinerja serta pembagian tugas pemerintah maka undang undang tentang pemerintahan daerah kemudian di revisi kembali melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 serta diubah kembali menjadi Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pemerintahan Daerah.

  Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 dan PP No 72 Tahun 2005, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup : a.

  Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa; b.

  Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c.

  Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota; d.

  Urusan pemerintahan lainya yang oleh peraturan perundang undangan diserahkan kepada desa.

  Sebagai bagian dari pelaksanaan otonomi terhadap desa, dimana desa berhak mengatur dan mengelola wilayahnya sendiri dalam upaya memaksimalkan potensi desa maka pemerintah mengeluarkan peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 30 tahun 2006 tentang tata cara penyerahan urusan pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa dalam peraturan ini dijelaskan bahwa urusan

  25

  pemerintah kabupaten/kota yang dapat diserahkan kepada desa antara lain : 1.

  Bidang pertanian dan ketahanan pangan; 2. 25 Bidang pertambangan dan energi serta sumber daya mineral;

  Hanif Nurcholis, 2011 Pertumbuhan Dan Penyelengaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Erlangga, hal 72

3. Bidang kehutanan dan perkebunan; 4.

  Bidang perindustrian dan perdangan; 5. Bidang koperasi dan usaha kecil menengah; 6. Bidang penanaman modal; 7. Bidang tenaga kerja dan transmigrasi; 8. Bidang kesehatan; 9. Bidang pendidikan dan kebudayaan; 10.

  Bidang sosial; 11. Bidang penaataan ruang; 12. Bidang pemukiman/perumahan; 13. Bidang pekerjaan umum; 14. Bidang perhubungan; 15. Bidang lingkungan hidup; 16. Bidang politik dalam negeri dan administrasi publik; 17. Bidang otonomi desa; 18. Bidang perimbangan keuangan; 19. Bidang tugas pembantuan; 20. Bidang pariwisata; 21. Bidang pertanahan; 22. Bidang kependudukan dan catatan sipil; 23. Bidang kesatuan bangsa dan perlindungan masyarakat dan pemerintahan umum;

24. Bidang perencanaan; 25.

  Bidang penerangan informasi dan komunikasi; 26. Bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; 27. Bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera; 28. Bidang pemuda dan olahraga; 29. Bidang pemberdayaan masyarakat desa; 30. Bidang arsip dan perpustakaan.

  B.2 Penyelenggaraan Pemerintahan Desa Pemerintahan desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat.

  Pemerintahan desa memiliki peran yang strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan pembangunan nasional. Karena perannya yang besar, maka perlu adanya Peraturan atau Undang-Undang yang berkaitan dengan pemerintahan desa yang mengatur tentang pemerintahan desa, sehingga roda pemerintahan berjalan dengan baik.

  Penyelenggaran pemerintah desa dilakukan oleh pemerintah desa dan badan permusyarawatan desa (BPD). Pemerintah desa adalah organisasi pemerintah desa yang terdiri atas: a.

  Unsur pimpinan, yaitu kepala desa Kepala desa adalah adalah pemimpin sebuah kesatuan wilayah terkecil diMasa jabatan Kepala Desa adalah 6 (enam) tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Semenjak diberlakukannya UU no 32 tahun 2004 memberikan otonomi kepada desa, namun otonomi yang diberlakukan kepada desa bukan berasal dan sebagai dampak dari peraturan perundang undangan, namun berasal dari asal usul dan adat istiadat desa sendiri yang dikembangakan dan dipelihara oleh penduduk desa.

  b.

  Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas 1. Sekretariat desa yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh sekretaris desa;

  2. Unsur pelaksana teknis yaitu unsur pembantu kepala desa yang melaksanakan urusan teknis di lapangan seperti urusan pengairan, keagamaan dan lain lain; 3. Unsur kewilayahan yaitu pembantu kepala desa di wilayah kerjanya seperti kepala dusun.

  Tugas utama yang harus diemban pemerintahan desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik, sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram

  26

  dan rasa keadilan . Dalam mengemban tugas tersebut kepala desa mempunyai

  27

  wewenang yaitu : a.

  Memimpin penyelenggaraan pemerintah desa; b. 26 Menyusun rancangan APB Desa; 27 Opcit, AAGN, Ari Dwipayana, hal.22

  Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintah Daerah c.

  Menetapkan peraturan desa setelah dimusyawarahkan bersama dengan BPD; d. Merencanakan pembangunan desa; e. Memfasilitas kehidupan masyarakat desa; f. Mengembangkan usaha ekonomi masyarakat dan perekonomian desa; g.

  Mengkoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif; h. Mengembangkan teknologi tepat guna; i. Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang- undangan; dan j. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

  Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya kepala desa mempunyai kewajiban a.

  Memegang teguh dan mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan negara kesatuan Republik Indonesia; b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat; c. Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; d.

  Melaksanakan kehidupan demokrasi; e. Melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme; f.

  Menjalalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintah dan desa ; g.

  Menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang undangan; h. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa yang baik; i. Melakasanakan dan mepertanggungjawabkan pengelolaan keunagan desa; j.

  Melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan desa; k.

  Mendamaikan perselisihan masyarakat di desa; l. Mengembangkan pendapatan masyarakat dan desa; m.

  Membina, mengayomi dan melestarikan nilai nilai sosial budaya dan adat istiadat; n.

  Memberdayakan masyarakat dan kelembagaan di desa dan o. Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup.

  Badan Permusyaratan Desa berkedudukan sebagai unsur penyelenggara pemerintah desa jadi dalam menyelenggarakan pemerintahan desa terdapat dua lembaga pemerintah desa dan BPD. Pemerintah berfungsi menyelenggrakan kebijakan pemerintah atasnya dan kebijakan desa,. Sedangkan fungsi dari BPD adalah menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, oleh karenanya BPD disamping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga harus menjalankan fungsi utamanya, yakni fungsi representasi

  28 .

  Keanggotaan BPD ditetapkan dalam Undang- Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 210, yang berbunyi:

  1. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat;

2. Pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD; 3.

  Masa jabatan BPD adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) masa jabatan berikutnya; 4. Syarat dan tata cara penetapan anggota dan pimpinan BPD diatur dalam peraturan Daerah (Perda) yang berpedoman pada Peraturan Pemerintah

  (PP). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 29, menyebutkan BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan

  Desa dan mempunyai kewajiban sebagai berikut

  29

  : 1. Mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang- Undang Dasar 1945 dan mantaati segala peraturan perundang- undangan;

  2. Melakanakan kehidupan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintah desa; 28 Sadu Wasistono &MS. M.Irawan Tahir.2007. Prospek Pengembangan Desa. Bandung : CV Fokus

  Media.hal.35 29 Lihat Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Pemerintahan Daerah

  3. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia;

  4. Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat;

  5. Memproses pemilihan kepala desa; 6.

  Mendahulukan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, kelompok dan golongan;

  7. Menghormati nilai- nilai sosial budaya dan adat istiadat setempat; 8.

  Menjaga norma dan etika dalam hubungan kerja dengan masyarakat.

  Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Pasal 35, menyatakan bahwa BPD mempunyai wewenang sebagai berikut:

  1. Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa; 2.

  Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa dan peraturan kepala desa;

  3. Mengusulkan pengangkatan kepala desa dan pemberhentian kepala desa; 4.

  Membentuk panitia pemilihan kepala desa; 5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat;

  6. Menyusun tata tertib Badan Permusyawaratan Desa (BPD).

  Anggota BPD juga mempunyai hak sebagai berikut: 1. Mengajukan rancangan peraturan desa;

2. Mengajukan pertanyaan; 3.

  Menyampaikan usul dan pendapat; 4. Memilih dan dipilih; 5. Memperoleh tunjangan;

  Dalam membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Desa tentang sumber keuangan desa terdiri dari pendapatan asli desa, bantuan dari pemerintah kabupaten, pemerintah provinsi dan pemerintah serta sumber penerimaan ketiga dan pinjaman desa. Sumber Pendapatan Asli Desa (PAD) meliputi : hasil usaha desa, kekayaan desa, swadaya dan partisipasi serta gotong royong dan pendapatan lain yang sah. Sumber pendapatan desa sebagaimana tersebut diatur dan dikelola dalam Anggaran dan Pendapatan Desa (APBDes) yang setiap tahunnya ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan BPD yang kemudian dituangkan dalam peraturan desa.

  Kedudukan BPD dalam bidang pembangunan masyarakat desa yakni sejajar dan menjadi mitra dari Pemerintahan Desa. BPD memiliki tugas untuk memberikan pendapat dan pertimbangan kepada pemerintah desa terhadap kebijakan yang menyangkut kepentingan masyarakat desa. berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa fungsi BPD dalam rangka demokratisasi desa sebagai berikut : a.

  Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat-istiadat yang hiudp dan berkembang di desa yang bersangkutan sepanjang menunjang kelangsungan pembangunan; b. Legislasi, yaitu merumuskan dan menetapkan Peraturan Desa bersama dengan Pemerintahan Desa; c.

  Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa, APDes,serta Keputusan Desa; d. Menampung aspirasi masyarakat desa, yaitu menangani dan menyalurkan aspirasi yang diterima dari masyarakat desa kepada aparatur Pemerintahan Desa.

  Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah yang ditetapkan dengan cara musyarawah dan mufakat.

  Anggota BPD terdiri atas ketua rukun warga, pemangku adat, golongan profesi pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan angota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya. Jumlah anggota BPD ditetapkan dengan jumlah ganjil, paling sedikit 5 orang dan paling banyak 11 orang dengan memperhatikan luas wilayah, jumlah penduduk dan kemampuan keuangan desa, untuk pimpinan BPD terdiri atas satu orang ketua satu orang wakil ketua dan satu orang sekretaris, pimpinan BPD dipilih langsung dan dari anggota BPD dalam suatu rapat khusus.

  B.3 Peraturan Desa

  Peraturan Desa ditetapkan oleh Kepala Desa bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

  Peraturan Desa yang wajib dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 adalah sebagai berikut : 1.

  Peraturan Desa tentang susunan organisasi dan tata kerja Pemerintahan Desa; 2. Peraturan Desa tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; 3. Peraturan Desa Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

  Desa (RPJMD); 4. Peraturan desa tentang pengelolaan keuangan desa; 5.

  Peraturan desa tentang pembentukan Badan Milik Usaha Desa, apabila pemerintah desa membentuk BUMD;

6. Peraturan desa tentang Pembentukan Badan Kerjasama; 7.

  Peraturan desa tentang Lembaga Kemasyarakatan. Selain peraturan desa yang wajib dibentuk seperti tersebut diatas, pemerintah desa juga dapat membentuk peraturan desa yang merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari peraturan daerah dan perundang-undangan lainya yang sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat, antara lain:

  1. Peraturan desa tentang pembentukan panitia pencalonan dan pemilihan kepala desa;

  2. Peraturan desa tentang penetapan yang berhak menggunakan hak Pilih dalam pemilihan kepala desa;

  3. Peraturan desa tentang penentuan tanda gambar calon, pelaksanaan kampanye, cara pemilihan dan biaya pelaksanaan pemilihan kepala desa; 4. Peraturan desa tentang pemberian penghargaan kepada mantan kepala desa dan perangkat desa;

  5. Peraturan desa tentang penetapan pengelolaan dan pengaturan pelimpahan/pengalihan fungsi sumber-sumber pendapatan dan kekayaan desa; 6. Peraturan desa tentang pungutan desa.

C. Profil Desa Pohan Tonga C.1 Sejarah Desa

  Desa Pohan Tonga adalah salah satu desa tua yang ada di Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara, yang memiliki adat isitiadat yang sangat ketat dalam satu desa yang masyarakatnya ada yang berbanjar adat ke Desa Pohan Julu, Kelurahan Pasar Siborongborong dan Desa Parik Sabungan.

  Nama Desa Pohan Tonga diambil dari sebuah kalimat dalam bahasa batak yang memiliki arti Polin diangka na humaliang tontong diramoti Tuhan Jahowa (Tenang terhadap sekitar dan selalu dalam lindungan Tuhan). Pada tahun 1945 semasa penjajahan Bangsa Jepang di Indonesia Pohan Tonga adalah residen markas Jepang yang terletak di Dusun Aek Mabar. Jepang juga menamai resimen tersebut sebagai Singapore. Hal ini terjadi karena lokasi Dusun Aek Mabar sangat persis dengan kota Singapura saat memandang di malam hari, sedangkan Bandara Silangit sejak zaman Belanda dulunya masih satu desa dengan Pohan Tonga sekitar tahun 1942. Bandara Silangit termasuk salah satu bandara terbesar di Asia Tenggara saat itu.

  Pada masa penjajahan sekitar tahun 1800 sampai dengan awal tahun 1900 pohan masih dibagi menjadi 3 (tiga) kepala nagari, antara lain:

   Kepala Nagari Pohan Julu  Kepala Nagari Pohan Tonga

   Kepala Nagari Pohan Jae Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 kepala nagari pohan tersebut dibagi menjadi 7 (tujuh) desa sesuai dengan kesepakatan dan kebersamaan masyarakat Pohan. Ketujuh kepala nagari tersebut antara lain adalah:

   Desa Sambariba Horbo  Desa Somanimbil

   Desa Lumban Julu  Desa Simarompu-Ompu

   Desa Sampuraga  Desa Jinjing

  Desa Pearaja

   Setiap desa yang telah dibagi tersebut dipimpin oleh seorang kepala desa yang kemudian dipanggil dengan sebutan “kampung”. Kata kampung di masyarakat desa di tapanuli khususnya Tapanuli Utara pada tahun 1900-an yang sekarang telah terbagi menjadi Kabupaten Tobasa, Kabupaten Humbahas, dan Kabupaten Samosir menjadi sebutan ataupun gelar bagi seseorang yang telah menjabat sebagai kepala desa maupun yang sudah pensiun.

  Pada tanggal 20 Januari 1994 terjadi penggabungan antara Desa Somanimbil dengan Desa Sambariba Horbo . Pada saat itu yang menjabat menjadi kepala Desa di Desa Somanimbil adalah Kampung Kaspas Siahaan dan Kampung MA Siahaan. Sedangkan yang menjabat di Desa Sambariba Horbo adalah Kampung Dalpak Silalahi, Kampung Alpen Tampubolon dan Kampung Mallagas Sianipar. Kemudian pada november 1994 penggabungan desa tersebut diberi nama Desa Pohan Tonga.

  Dari tahun 1994 sampai pada saat ini Desa Pohan Tonga telah dipimpin oleh 3 (tiga) orang kampung antara lain: M.A Siahaan yang menjabat pada tahun 1994 sampai 2002

   A.P Siahaan yang menjabat pada tahun 2002 sampai 2007

   Walben Siahaan yang menjabat pada tahun 2007 sampai sekarang 

  C.2 Kondisi Geografis

  Desa Pohan Tonga berada pada ketinggian > 1331 meter diatas permukaan air, mempunyai curah hujan sebesar 2 MM/th dengan luas wilayah 1470 Ha.

  Daerah Pohan Tonga dimanfaatkan dalam beberapa kegunaan antara lain sebagai persawahan seluas 165 Ha, perkebunan 1227 Ha, permukiman penduduk 50 Ha, kuburan 10 Ha, perkantoran 1 Ha, dan sarana umum 17 Ha. Dalam menjalankan pemerintahan Desa Pohan Tonga berada pada jarak 3,5 Km dengan kecamatan dan 40 Km dengan kabupaten.

  Desa Pohan Tonga dikelilingi oleh 4 (empat) desa dan 1 kelurahan pada setiap batasnya. Secara lebih rinci batas-batas wilayah Desa Pohan Tonga adalah: Sebelah Utara : Desa Parik Sabungan Sebelah Timur : Desa Lobu Siregar 1 dan 2 Sebelah Selatan : Kelurahan Pasar Siborongborong Sebelah Barat : Desa Silaitlait Desa Pohan Tonga sebagai salah satu desa yang memusatkan wilayahnya untuk persawahan dan perkebunan memiliki potensi yang sangat besar dalam suplay bahan makanan di daerah Kecamatan Siborongborong. Kondisi Kelurahan Pasar Siborongborong yang menjadi sentral dalam perekonomian di Kecamatan Siborongborong menjadikan setiap desa di Kecamatan Siborongborong selalu mendistribusikan segala hasil panennya di pasar tradisional yang berada di siborongborong. Desa Pohan Tonga sendiri memfokuskan pertaniannya dalam menghasilkan padi, jagung dan kopi. Sedangkan dalam ternak masyarakat Desa Pohan Tonga lebih memilih kerbau, babi dan ayam.

  Masyarakat Desa Pohan Tonga juga tergolong sudah menjadi masyarakat yang sadar akan pentingnya pendidikan, terlihat dari antusias masyarakat dalam meniti pendidikan dimana masayrakat Desa Pohan Tonga didominasi lulusan SLTP dan SLTA, namun juga tidak sedikit yang sudah menjadi Diploma maupun lulusan Sarjana dan Master. Desa Pohan Tonga memiliki sarana pendidikan sekolah dasar sebanyak 2 unit sekolah dasar, 1 unit sekolah menengah kejuruan dan 1 unit sekolah menengah atas. Dalam bidang kesehatan memiliki 3 unit pos kesehatan terpadu dan juga 3 unit pos pelayanan terpadu.

  C.3 Kondisi Demografis

  Berdasarkan registrasi penduduk terakhir yang dilakukan oleh pemerintah Desa Pohan Tonga pada tahun 2011 terjadi kenaikan jumlah penduduk yang mencapai 3200 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki adalah 1000 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2200 jiwa.

  Dalam menjalankan pemerintahannya kepala Desa Pohan Tonga dibantu oleh 10 kepala dusun. Dusun-dusun tersebut dapat dipaparkan dalam tabel berikut. No Nama Dusun Kepala Dusun

  1 Dusun I Albion Sianipar 1.

  Lumban gaol Tonga-tonga Tampubolon 2. Hadimpu I 3. Hadimpu II 4. Aek Mabar 5. Janji Mauli

  2 Dusun II Edison Siahaan 1.

  Lumban Sitogu 2. Sosor Gonting 3. Sosor Mamungka 4. Lumban Pasaribu

  3 Dusun III Banuajis Siahaan 1.

  Lumban Siahaan 2. Banjar Tonga 3. Lumban Silintong

  4 Dusun IV St. Edward Siahaan 1.

  Sosor Hombang 2. Janji Angkola I 3. Janji Angkola II 4. Tormauli

  5 Dusun V Sahat Tampubolon 1.

  Sosor Niapoan Pargompulan 2. Lumban Tongatonga Pargompulan 3. Hutagaol 4. Ambalan Godang

  6 Dusun VI Lambok Silalahi 1.

  Sosor Niapoan 2. Dolok Nauli 3. Sosor Simaremare

  7 Dusun VII Sabar Siahaan 1.

  Lobu Sonak I 2. Lobu Sonak II 3. Lumban Patar 4. Sitabotabo 5. Lumban Hariara

  8 Dusun VIII Paris Sigalingging 1.

  Lumban Silintong I 2. Lumban Silintong II 3. Janji Maria I

  9 Dusun IX Partogi Siahaan 1.

  Lumban Holbung 2. Lumban Dap-dap 3. Lumban Sianipar 4. Lumban Dolok 5. Sosor Tobu 6. Lumban Pisang 7. Mual Nauli

  10 Dusun X Delman Siahaan 1.

  Lumban Tanjung 2. Lumban Tongatonga 3. Lumban Sianturi 4. Sosor sigotagota 5. Huta Gurgur

Tabel 2.1 Nama dusun dan Kepala Dusun

  Sumber: Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pohan Tonga Desa Pohan Tonga dalam lingkup yang sangat luas juga memiliki keberagaman agama dimana di Desa Pohan Tonga ada 643 KK yang beragama

  Kristen (protestan dan katolik), 15 KK beragama Islam dan 1 KK beragama Budha.

  No Agama Jumlah 1.

  Kristen (Protestan + Katolik) 643 KK

  15 KK 3. Budha

2. Islam

  1 KK Total 659 KK

Tabel 2.2 Jumlah penduduk menurut agama yang dipeluk Organisasi kemasyarakatan yang ada di pohan tonga ada 2 yaitu organisasi sibagot ni pohan dan organisasi kelompok tani yang terdiri dari 10 kelompok.

  C.4 Visi dan Misi Desa Pohan Tonga

  Dalam menjalankan pemerintahannya kepala desa juga memiliki visi dan misi yang dituangkan dalam naskah rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pohan Tonga. Visi dan Misi tersebut adalah:

  Visi: terwujudnya keamanan, kenyamanan dan keasarian Desa Pohan Tonga yang bertumpuh pada rasa Kebersamaan, Keadilan, pemerintahan dalam mendapatkan pelayanan dari lembaga pemerintahan yang terbawah dengan berpedoman pada aspek pembangunan.

  Misi: mewujudkan Desa Pohan Tonga sebagai desa mandiri. Perwujudan yang ingin dicapai melaluio kegiatan berikut:

1. Meningkatkan keimanan masyarakat; 2.

  Melestarikan Nilai-Nilai Budaya; 3. Memupuk rasa kebersamaan kepada masyarakat; 4. Memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat; 5. Meningkatkan taraf hidup masyarakat; 6. Meningkatkan semangat gotongroyong; 7. Menciptakan lingkungan yang bersih. Dalam rangka meujudkan pencapaian visi dan misi Desa Pohan Tonga maka arah kebijakan pembangunan desa diprioritaskan pada bidang: Peningkatan hasil pertanian dan keanekaragaman jenis usaha dengan

   sistem intensifikasi; Pengadaan dan perbaikan sarana infrastruktur, pendidikan dan

   kesehatan masyarakat; Pengadaan permodalan bagi masyarakat dan perluasan lapangan kerja,

   termasuk manajemen usaha; Peningkatan keterampilan dan Sumberdaya manusia.

   C.5 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Pohan Tonga

  Pemerintahan Desa Pohan Tonga memiliki struktur organisasi sebagai berikut: Bagan 1

  Struktur Pemerintahan Desa Pohan Tonga

  Kampung Walben Kepala Desa Siahaan Sekretaris Desa

  Desri Siahaan Kaur Pembangunan Kaur Kaur Pemerintahan Oji Sihombing Pemuda/olahraga

  Torang Tampubolon Mandostahi Hutagalung Adapun sususan Badan Pemusyawaratan Desa Pohan Tonga adalah Bagan 2

  Susunan Kepengurusan Badan Permusyawaratan Desa Ketua

  Saut Pasaribu Wakil Ketua

  Sekretaris Pargaulan

  Muktar Sianipar Hutagaol

  Anggota

  1. Arta br.Purba

  2. Morris Silalahi

  3. Poltak Siahaan

  4. Tohom Torang Silalahi

  5. Paijo Siahaan

  6. Parningotan Sianipar

Dokumen yang terkait

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

4 83 107

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Mewujudkan Good Governance"(Suatu Penelitian Deskriptif Kualitatif di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal)

27 139 108

Relasi Kekuasaan Antara Kepala Desa Dengan Camat (Studi Kasus : Desa Sirisirisi Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan)

4 80 97

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi)

1 12 92

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian 1. Kabupaten Tapanuli Selatan - Kekuasaan Sentralistik dan Elitis Dalam Pengambilan Keputusan (Studi Analitis Deskriptif di Desa Sihopur Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli

0 0 20

BAB II DESKRIPSI SINGKAT OBJEK PENELITIAN A. Kabupaten Simalungun - Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

1 3 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

0 0 28

Relasi Kekuasaan Kepala Daerah Dengan Kepala Desa (Melihat Good Governance Kepala Desa Nagori Dolok Huluan, Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun)

0 0 11

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

0 0 46