BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris, merupakan negara yang sangat

  mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor yang sangat menjanjikan dan diharapkan mampu memberikan devisa yang tinggi bagi negara. Kondisi inilah yang mendorong ditingkatkannya pembangunan pertanian sebagai bagian dari penghasilan negara agraris. Ditingkatkannya sektor ini, pada tujuannya diarahkan kepada perbaikan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan masyarakat akan terlihat nyata dengan adanya perbaikan mutu makanan penduduk. Sektor pertanian di Indonesia terdiri atas lima sub sektor, yaitu : (1) sub sektor tanaman bahan makanan pertanian mencakup komoditas padi, palawija, sayuran, buah- buahan, dan bahan makanan lainnya, (2) sub sektor tanaman perkebunan mencakup komoditas hasil perkebunan inti rakyat dan perusahaan perkebunan yang dikelola negara, (3) sub sektor peternakan dan hasilnya mencakup semua kegiatan pembibitan dan pembudidayaan ternak dan unggas, (4) sub sektor kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan, (5) sub sektor perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya

   ikan dan biota air .

  Studi mengenai tanaman bahan makanan dinilai penulis sangat penting mengingat bahwa, bahan makanan adalah komoditas pertanian yang memberikan peningkatan kontribusi pada nilai produk domestik bruto nasional berdasarkan 1 harga konstan sebesar Rp 35,34 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp 68,64 milyar

  Lihat dalam Website http://www.deptan.go.id/sektor-pertanian-indonesia pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto bahan makanan per tahun mencapai 4,6 persen. Komoditas bahan makanan yang memiliki prospek di masa depan adalah sayur mayur. Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan sayur mayur dalam negeri dengan meningkatkan produksi dalam negeri dan sebagian lagi untuk di impor. Total produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 1.

  Tabel 1.

Total Produksi, Impor Dan Ekspor Komoditas Sayuran

Di Indonesia Tahun 2002 - 2006.

  Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton)

  297.032 2002 7.144.745 105.243 2003 8.574.870 120.500 343.935 2004 9.059.676 107.493 441.944 2005 9.101.987 152.658 508.324 2006 9.527.463 236.225 550.437

  Peningkatan daya saing sayuran sangat penting, karena sampai saat ini masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk. Yang dimana banyak produk yang dipasarkan memiliki kualitas yang kurang layak untuk dikonsumsi, jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketepatan waktu pengiriman. Selain itu, produk pertanian bahan makanan secara umum mempunyai karakteristik antara lain : (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan 2 proses pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan

  Lihat dalam Departemen Pertanian dan BPS (2008)

  (4) bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitas produk. Keempat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan produk pertanian bahan makanan.

  Dalam hal ini pembangunan ekonomi nasional saat ini, khususnya di bidang pertanian tanaman bahan makanan. Telah didukung oleh manajemen pertanian yang baru, dan dengan teknologi modern yang dapat mempercepat proses pengerjaan serta dilengkapi dengan sumber daya manusia pilihan. Namun ekonomi nasional yang didukung oleh sistem pertanian yang bersifat tradisional masih berskala usaha keluarga, ternyata dapat mampu menyelamatkan kehidupan masyarakat di berbagai daerah, terkhusus di daerah pedesaan di Indonesia (Adimihardja, 1999). Pertanian secara historis telah menjadi tulang punggung ekonomi rakyat yang terbukti mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap lingkungan, karena sejak dari dulu pertanian memiliki cara proses pengerjaan yang relatif mudah dan ramah lingkungan.

  Petani Cina kebun sayur pada masa lalu merupakan pekerja buruh kontrak. Mereka diberikan tanah/lahan kontrakan. Namun, selesai kontrak mereka telah mendapat lahan tersebut dikarenakan pihak Belanda tidak mengambil alih. Istilah Cina kebun sayur hanya dijumpai di Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan. Keadaan sosial ekonomi warga keturunan Cina di Medan pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia sangat berbeda status sosialnya dan marginal.

  Akhirnya muncullah istilah Cina kebun sayur.

  Di Provinsi Sumatera Utara khususnya, masyarakat Cina kebun sayur telah memperlihatkan keberadaanya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah di Sumatera Utara sebagai tempat pemukiman komunitas Cina kebun sayur, di antara lain terdapat di daerah Tandem Binjai, Sunggal, Tanjung Morawa, Desa Bandar Klippah Tembung dan di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Selain di daerah tersebut, keberadaan Cina kebun sayur juga banyak bermukim di daerah Perbaungan, di desa Tanjung Sari (Kabupaten Deli

3 Serdang) .

  Namun, disisi lain Cina kebun sayur sendiri ditujukan untuk menyebut mereka yang masih memiliki penghasilan yang rendah, dan tidak kuatnya modal mereka. Kini sejarah telah berubah para warga Cina kebun sayur tersebut ternyata ada yang telah menjadi pengusaha toko, pemilik sejumlah industri, surat kabar, pabrik, eksportir, pemilik perkebunan besar, pasar swalayan, bank, sekolah bahkan sampai menjadi pemilik restoran. Ini menunjukkan sekitar 80% kegiatan bisnis di Indonesia telah dikuasai oleh masyarakat Cina (Lubis, 1995:36).

  Pada awalnya, Cina kebun sayur menjadi buruh kontrak perkebunan dan mendapatkan lahan/tanah untuk bekerja di perkebunan dari Kolonial Belanda pada saat itu. Karena dahulu banyaknya perkebunan yang dibuka di daerah kerajaan Serdang, Langkat dan ke Selatan Sumatera Timur. Disaat itu dibutuhkan banyak buruh untuk dijadikan pekerja perkebunan. Pada saat itu, buruh Cina yang didatangkan dari Malaya dan Tiongkok ke Indonesia, memiliki masalah dengan Kolonial Belanda. Karena berbagai macam peraturan yang diterapkan oleh kolonial Belanda pada saat itu tidak sesuai dengan keinginan mereka dan terlalu memberatkan bagi buruh Cina khususnya. Disamping itu, dalam keadaan tertekan 3 buruh Cina tidak mau menandatangani naskah perpanjangan kontrak yang

  Lihat dalam Harian http://www.kompas.com/proses-migrasi-di-indonesia-dan-segala-permasalahan- usahanya diberikan oleh Kolonial Belanda saat itu. Akan tetapi buruh Cina meminta kepada

  Deli Maatschappij seorang tokoh dari Kerajaan Deli, agar diberikan tanah/lahan

  yang tidak ditanami tanaman kepada buruh Cina. Tujuannya ialah supaya buruh Cina dapat membuka kebun sayur dan memelihara ternak seperti babi, bebek, dan lainnya (Usaha Tani Cina, 2001).

  Kelurahan Kota Bangun merupakan tempat yang terletak di Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Dimana di kelurahan ini dalam pengamatan saya saat berada di lapangan, khususnya di lingkungan VII dan VIII masih terdapat petani- petani Cina kebun sayur yang masih aktif melakukan usaha tani yaitu bertani sayur mayur. Daerah ini juga masih memiliki nama yang khas dari masa penjajahan Belanda hingga sampai pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, dan masyarakat di Kelurahan Kota Bangun menyebut lingkungan VII dan VIII dengan sebutan kebun sayur. Bukan hanya sekedar nama kebun sayur saja, akan tetapi khusus di lingkungan VII dan VIII ini mayoritas yang mendiami lingkungan ini adalah keturunan etnis Cina, dan masyarakat di Kelurahan Kota Bangun menyebut mereka dalam kehidupan sehari-harinya sebagai Cina kebun sayur.

  Namun, disisi lain dan seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan dan pertumbuhan penduduk orang Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII ini telah berkembang dengan sangat pesat. Selain pertumbuhan penduduk dalam kondisi sosial ekonomi mereka yang terbilang cukup baik sesuai dengan pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan. Terlihat dengan jelas saat saya berada dilapangan melakukan pengamatan tampak disepanjang jalan saya menemui orang Cina, dari yang anak-anak, orang dewasa hingga kepada kakek dan nenek-nenek yang saya temui. Sebagian orang Cina kebun sayur yang lahir di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini khususnya, sudah ada yang merantau keluar dari daerah mereka. Ada yang merantau ke luar Sumatera Utara dan ada juga yang merantau disekitar Kota Medan maupun di daerah Deli Serdang. Dengan tujuan untuk memperbaiki hidup mereka menjadi lebih baik lagi.

1.2. Tinjauan Pustaka

  Salah satu faktor yang sangat berperan dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia adalah alam lingkungan dimana manusia itu berada, karena alam lingkungan memberi alternatif yang dapat dipakai untuk mencapai kebutuhan. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan itu berperan pula pengetahuan kebudayaan yang dipenuhi oleh setiap individu di dalam suatu masyarakat.

  Pengetahuan yang merupakan kompleks ide, nilai serta gagasan utama menjadi sumber dan tolak ukur bagi setiap individu dalam bertingkah laku, termasuk adanya usaha untuk memenuhi kebutuhannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983:1).

  Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuan secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami serta menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa dan benda yang ada di dalam lingkungannya sehingga kebudayaan yang dimiliki oleh warga masyarakat dimana ia hidup tetap eksis. Karena dalam kehidupan sosialnya dan dalam kehidupan sosial warga masyarakat selalu diwujudkan dengan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami, agar keteratuan sosial dan keberlangsungan hidup mereka sebagai mahluk sosial dapat mereka pertahankan (Suparlan, 1983:68). Sejalan dengan itu, Geertz (1981:7) mengatakan, bahwa kebudayaan itu adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan pengalaman supaya menjadi kerangka landasan demi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan.

  Pengetahuan lingkungan merupakan pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap keadaan lingkungan dimana mereka berada. Pengetahuan lingkungan berhubungan erat dengan interaksi manusia dengan lingkungan (Rachman dan Benedict, 1950). Interaksi antara seseorang dari suatu masyarakat terhadap lingkungan mereka menghasilkan pengetahuan yang dapat menjadi sumber informasi, dan menuntun perilaku. Generasi muda dapat belajar dari informasi itu, dari generasi yang lebih tua (Rachman 1985). Ajaran yang turun temurun dapat mengakar dalam masyarakat, sebagai pedoman masyarakat. Ajaran tentang lingkungan seperti inilah yang saya maksudkan sebagai pengetahuan lingkungan.

  Sistem pengetahuan dalam mengelola suatu produksi sangat mempengaruhi baik tidaknya hasil yang diperoleh. Semakin banyaknya seseorang dalam memperoleh pengalaman maka semakin luas pula pengetahuannya dalam menghasilkan suatu produksi, yang dibahas dalam kajian ini adalah memproduksi tanaman sayur mayur. Karena kemungkinan besar hasil yang akan diperoleh juga akan semakin baik dan berkesinambungan sesuai dengan tujuan petani tersebut.

  Demikian juga sebaliknya, semakin sedikit pengetahuan seorang petani dalam memproduksi tanaman sayur, maka akan semakin sedikit pula hasil yang akan diperoleh dalam mengelola tanaman sayur mayur.

  Sistem pengetahuan yang merupakan salah satu pedoman hidup masyarakat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui sosialisasi. Artinya pengetahuan diperoleh dari sesuatu yang menjadi pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di sekitar mereka. Dengan cara sosialisasi tersebut pedoman itu dikokohkan atau berkembang menyesuaikan diri dengan cara hidup dan sesuai dengan sifat-sifat lingkungannya, meskipun pemahaman sifat karakteristik lingkungannya itu sangat terbatas pada wilayahnya. Jadi pengetahuan yang dimiliki manusia berbeda-beda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain serta bervariasi diantara sesama anggota suatu kebudayaan.

  Pengetahuan yang diperoleh oleh petani desa pada umumnya diwariskan dari generasi yang satu ke yang lain melalui bertukar pikiran sebagai media komunikasi. Demikian halnya dengan petani sayur mayur di Kelurahan Kota Bangun. Cara bercocok tanam petani sayur mayur yang dilakukan oleh Cina kebun sayur dalam mengelola tanaman dikerjakan berdasarkan pada sistem pengetahuan yang mereka sendiri, dan memproses tanaman tersebut sebagai tanaman utama mereka. Pengetahuan yang dimiliki oleh petani Cina kebun sayur juga melalui proses bertukar pikiran sebagai warisan yang diperoleh dari nenek moyang mereka. Scott (1984:4) mengatakan bahwa banyaknya padi yang dihasilkan oleh suatu keluarga untuk sebagian tergantung kepada nasib, akan tetapi tradisi setempat yang mengenal soal jenis bibit, cara menanam dan penetapan waktu telah digariskan selama berabad-abad. Dengan tujuan menghasilkan panen yang lebih bagus dan dapat diandalkan menurut keadaan.

  Petani Cina kebun sayur dalam kajian ini adalah petani sayur yang mengelola pertanian dengan skala kecil, dimana lahan yang dikelola dicirikan dengan lahan berukuran kecil (Wolf, 1977, 1981). Pertanian skala kecil tersebut dapat terus berlangsung di daerahnya (Wenger dan Davidson, 1988:11-62), seperti halnya petani sayur di Kelurahan Kota Bangun. Pertanian skala kecil berhubungan dengan pertanian tradisional yang saling berkaitan dengan erat (Mellor, 1970:209). Pertanian tradisional seperti petani Cina tersebut merupakan pertanian kecil dengan satu atau dua orang tenaga kerja yang berasal dari rumah tangga yang sama.

  Dalam memproduksi sayur mayur tentu saja diperlukan pengetahuan petani yang bersangkutan. Cara petani dalam memproduksi sayur mayur dilakukan dengan pengetahuan masyarakat petani sayur mayur dengan cara khas budaya Cina, yang telah diturunkan oleh nenek moyang mereka sebagai suatu warisan sosial. Demikian halnya dengan petani Cina di Kelurahan Kota Bangun.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi Kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan tingkah laku. Karena setiap kehidupan manusia pasti memiliki kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari berdasarkan pada alam dan lingkungan sekitarnya untuk dapat bertahan hidup. Begitu juga dengan masyarakat petani mereka memiliki kebudayaan sendiri dalam memandang tata cara pengelolaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki mereka dalam melihat kondisi dan perubahan- perubahan pada lahan pertanian mereka, dan tata cara pengelolaan yang bagaimana saja digunakan dalam meningkatkan produktivitas tanaman sayur mereka.

  Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya adalah hasil dari proses belajar, walaupun ada sebagian kecil aktivitas tersebut merupakan gerakan refleks yang bukan merupakan proses belajar. Biasanya gerakan refleks tersebut terjadi secara tiba-tiba di bawah kendali dari manusia itu sendiri. Menurut Spradley sendiri pengetahuan yang tertata dalam diri manusia diperoleh dari proses belajar dan merupakan suatu kebudayaan. Lebih jelasnya lagi Spradley mendefenisikan kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang kemudian mereka gunakan dalam menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi prilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka.

  Spradley (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapat dengan cara proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman- pengalaman individu, atau masyarakat yang pada akhirnya fenomena tersebut terorganisasi di dalam pikiran (mind) manusia (Marzali 1997 dalam Spradley, 1997). Dengan ini peneliti mencoba memahami isi pikiran masyarakat petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun dalam menjelaskan konsep mereka tentang tanaman sayur mayur. Dengan demikian nantinya akan menjelaskan konsep yang ada dalam pikiran petani ”Cina kebun sayur” dalam mengelola tanaman sayur mayur mereka nantinya.

  1.3. Perumusan Masalah

  Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi fokus perumusan masalah dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan dan aspek pengelolaan sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun dalam proses bercocok tanam.

  Dalam penelitian ini juga akan menguraikan bagaimana petani Cina kebun sayur dalam memproses penanaman sayur mayur yang baik. Selain itu jenis-jenis sayur mayur apa saja yang akan ditanami, bagaimana bibit yang baik untuk ditanam, bagaimana perawatan tanah dan hingga bagaimana petani Cina kebun sayur dalam menggunakan sistem teknologi untuk pengelolaan tanaman sayur mayur.

  1.4. Ruang Lingkup Masalah Penelitian

  Penelitian ini akan melihat bagaimana pengetahuan dan pengelolaan petani Cina kebun sayur tentang pertanian sayur mayur, dan bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga tanaman sayur mayur tetap bertahan hingga sekarang. Dari uraian permasalahan tersebut, maka yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Pengetahuan petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun dalam proses bercocok tanam sayur mayur, konsepsi jenis tanah yang baik dan tanah yang tidak baik untuk tanaman sayur mayur, cara memilih bibit sayur mayur yang baik dan yang tidak baik untuk ditanam, cara/teknik pemeliharaan tanaman sayur mayur yang mereka lakukan, pengetahuan atau konsep petani Cina kebun sayur tentang hama sayuran, jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman sayur mayur.

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

  Tujuan penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk menggambarkan bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur dalam proses bercocok tanam.

  Serta bagaimana tata cara pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini. Sekaligus melihat bagaimana petani Cina kebun sayur dalam mengatasi berbagai macam permasalahan dalam bertani sayur mayur.

  Manfaat penelitian ini diharapkan nantinya akan dapat memberikan gambaran tentang cara bercocok tanam sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur, dan melihat bagaimana petani Cina kebun sayur ini mengatasi berbagai macam permasalahan yang dihadapinya. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah tulisan karya ilmiah. Hasil penelitian mengenai petani Cina kebun sayur kiranya dapat memberi informasi penting kepada masyarakat petani di Kelurahan Kota Bangun dalam menerapkan sistem teknologi pertanian baru, dengan tetap berpedoman kepada pengetahuan petani itu sendiri dan tetap menggunakan nilai-nilai warisan pertanian leluhurnya. Juga tulisan ini akan sangat berguna dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi kalangan civitas akademika.

1.6. Metode Penelitian

  1.6.1. Tipe Penelitian

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara faktual dan sistematis tentang Cina kebun sayur yang terdapat di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli, terkhusus di lingkungan VII dan VIII. Penelitian ini menjelaskan tentang pengetahuan dan tata cara pengelolaan petani sayur mayur di Kelurahan Kota Bangun. Dalam hal ini peneliti akan mencoba melihat bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini dalam bercocok tanam sayur mayur, serta bagaimana tata cara pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini. Sekaligus ingin melihat bagaimana cara mereka mengatasi permasalahan dalam bertani sayur mayur.

  1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

  Data dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer melalui teknik wawancara dan observasi. Dengan demikian, pengumpulan data dilakukan melalui (wawancara dan observasi) melalui tradisi teknis analisis data tersebut. Peneliti harusnya memilih teknis analisis data apa yang digunakan (karena jumlahnya sama) sesuai dengan kecocokannya dengan subjek penelitian.

  Adapun data penelitian yang digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

  Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun secara mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut : a.

  Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat langsung, mendengarkan, dan mencatat berbagai kejadian ataupun aktivitas yang terjadi dalam proses kegiatan yang dilakukan oleh petani, seperti proses pembibitan sayur kemudian peneliti juga ikut melakukan beberapa perawatan yang dilakukan informan di ladang.

  Observasi berguna untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar keadaan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati dan nantinya peneliti ikut serta dalam aktivitas yang dilakukan oleh petani ”Cina kebun sayur” di Kelurahan Kota Bangun tersebut. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

  b.

  Wawancara Mendalam, yaitu proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara atau panduan wawancara (interview guade), dan menggunakan tape recorder (alat perekam) sebagai alat bantu peneliti dalam proses pengumpulan data. Wawancara terhadap informan kunci ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang peran adanya suatu kelompok dalam proses produksi pertanian. Sedangkan wawancara terhadap informan biasa ditujukan untuk mendapatkan informasi pendukung tentang pengetahuan dan tata cara bercocok tanam petani Cina kebun sayur tersebut. Teknik ini digunakan untuk memperoleh bagaimana pengetahuan cara bercocok tanam para petani, dan kegunaan tanaman sayur mayur bagi mereka. Dalam penelitian ini, informannya adalah perangkat kelurahan, masyarakat Cina yang menanam sayur mayur berturut-turut dari tahun ke tahun. Kemudian petani Cina kebun sayur yang masih aktif menanam tanaman sayur mayur yang masih juga bekerja di tempat ladang orang lain selain di ladang mereka sendiri. Informan dapat dibedakan menjadi, seperti : Informan kunci adalah orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah penelitian tetapi tidak begitu tahu mengenai penjelasan lebih dalam terhadap masalah yang dikaji.

1.6.3. Rangkaian Pengalaman Di Lapangan

  Peneliti tiba di lokasi penelitian pada tanggal. 20 Juni 2012. Sebagai langkah awal, peneliti melapor kepada Kantor Lurah setempat dan menyerahkan surat pengantar yang di bawah dari Universitas. Penulis tidak bekerja sendirian, penulis dibantu oleh rekan penulis dari stambuk 09 yang bernama Rahman.

  Setelah sampai di Kantor dan penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dari tujuan penulis berada di daerah ini, penulis mendapatkan respon yang baik dari para pegawai yang ada di Kantor Lurah tersebut. Terutama oleh Bapak Lurah sendiri, dan sekretarisnya yang bernama Bapak Kamaluddin (54), beliau merupakan penduduk asli Kelurahan Kota Bangun yang bersuku Bangsa Melayu. Yang langsung menjadi informan penulis untuk yang pertama kalinya sebelum penulis mencari informan yang lainnya juga, terkhusus dari pelaku Etnis Tionghoa/Cina kebun sayur.

  Hari pertama melakukan penelitian cukup memberikan hasil yang bagus, karena penulis mendapatkan data-data kependudukan dari kantor tersebut. Yang diberikan langsung oleh Ibu Ita Hasibuan (45), dan beliau juga menjelaskan bahwa dominannya berdomisili masyarakat Cina kebun sayur ada di lingkungan

  VII dan VIII. Pada hari pertama penulis ingin memulai penelitian yang dibantu oleh Orangtua penulis sendiri, namun karena waktu pada saat itu sudah agak sore penulis menstop penelitian untuk dilanjutkan dikemudian hari. Pada hari kedua penelitian, penulis datang ke lokasi penelitian dan bertemu dengan Lurah Kepling

  VII dan VIII. Pada saat hendak melapor ke kepling VII, penulis berkenalan dengan Bapak A Hui (52) sebagai orang Cina pertama yang penulis temui. Beliau orangnya cukup ramah dan dengan seikhlas hati menawarkan minuman kopi atau teh manis kepada penulis dan rekan penulis. Sampai berlanjut ke beberapa hari kemudian asal berjumpa dengan Bapak itu di warung kopi, dan disaat itu pula, penulis berhasil mendapatkan beberapa orang informan. Pada hari ketiga penelitian, penulis berkenalan dengan Bapak Billy (50) di warung kopi sebelah, Pak Billy mengaku merupakan petuah adat Tionghoa yang memiliki banyak informasi mengenai kehidupan orang Cina kebun sayur di Kelurahan ini. Beliau kerja di Bank NISP, beliau orangnya cukup baik dan sangat terbuka terhadap penulis. Beliau juga banyak memberikan informasi kepada penulis tentang kehidupan Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini.

  Pada hari penelitian selanjutnya, penulis kembali ke lokasi penelitian yang terletak di lingkungan VII masih dibantu oleh rekan penulis, penulis awalnya sempat mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Memang sudah berhasil menemukan pelaku dari Cina kebun sayur tersebut. Namun sikap cuek mereka terhadap penulis sekalipun penulis telah memperlihatkan surat keterangan dari Universitas membuat penulis agak enggan meneliti, terpaksalah penulis mengalihkan bidikan penelitian ke petani Cina yang lainnya.

  Pada hari selanjutnya lagi, penulis berhasil mendapatkan beberapa informan kunci dari petani Cina kebun sayur tersebut. Mereka adalah Bapak A Hong (48), Bapak Sonny Yang (45), Bapak Chin Chen (60), dan Ibu Rina (53). Namun karena keterbatasan waktu yang mereka miliki dan sibuknya mereka bekerja, dan hanya bisa di wawancarai selama sekitar 30 menit setiap masing- masing informan. Melalui wawancara yang begitu singkat, penulis mendapat informasi mengenai bentuk-bentuk kehidupan pengetahuan dan pengolahan sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur, sambil kembali lagi pada saat break di lapangan ke kedai Pak Billy (50) atau Pak Chin Chen (60). Tapi penulis dan rekan lebih banyak break ke kedai Bapak Billy (50), sambil kembali lagi menanyakan informasi ke Pak Billy.

  Secara keseluruhan, para informan yang di wawancarai sangat komunikatif dan cukup ramah, walaupun masih ada juga yang cuek dan sombong. Khusus untuk Cina kebun sayur sendiri, awalnya mereka tidak mau dan tidak terlalu terbuka mengenai sistem pertanian khas mereka. Namun karena Pak Billy, Pak A Hui, Pak Kepling VII, dan Ibu Kepling VIII. Telah menjelaskan kepada mereka tujuan kami kemari dengan baik, akhirnya mereka pun terbuka dan mau berbagi informasi terhadap penulis. Karena menurut penuturan mereka dan Pak Kepling, pernah ada pencurian mobil pribadi dan sepeda motor sekitar empat tahun yang lalu. Yang awalnya pelakunya mengaku berasal dari mahasiswa dari suatu Universitas, atau juga pekerja marketing pemasaran produk. Mereka hanya melapor saja tanpa memberikan suatu identitas yang hanya cukup bermodalkan KTP saja, warga setempat awalnya percaya saja. Namun karena telah pernah terjadi pencurian di daerah mereka itu, maka kepercayaan mereka terhadap orang asing yang datang menjadi luntur. Beruntunglah kami memiliki identitas dari Universitas sehingga dapatlah kami diterima orang itu dengan baik.

Dokumen yang terkait

Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

1 76 140

Sistem Pemasaran Sayur Mayur Di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

0 64 143

Sistem Agribisnis Usahatani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan

0 28 121

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

1 39 115

Tingkat Adopsi Petani Sayur Mayur Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan )

0 29 95

Sikap Petani Terhadap Pedagang dan Harga Sayur Mayur di Kelurahan Tanah enam ratus kecamatan medan Marelan Kota Medan.

0 31 118

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Petani Nilam (Studi Deskriptif Terhadap Pengetahuan Petani Dalam Budidaya Tanaman Nilam Di Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

0 0 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Tari Piring (Studi Etnografi Mengenai Komodifikasi Tari Piring di Kota Medan)

0 8 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Batik Motif Medan dalam Ekonomi Kreatif (Studi Etnografi di Kecamatan Medan Tembung, Medan)

0 0 20

BAB II GAMBARAN UMUM ETNIS TIONGHOA DI LINGKUNGAN VII DAN VIII KELURAHAN KOTA BANGUN 2.1. Lokasi dan Keadaan Alam - Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 22