Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

(1)

CINA KEBUN SAYUR

(Studi Tentang Pengetahuan Petani Dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur Di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

Dalam Bidang Ilmu Antropologi

OLEH :

070905035

BOBY CHANDRA PANE

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI INI TELAH DISETUJUI

OLEH

Nama : Boby Chandra Pane

Nim : 070905035

Departemen : Antropologi

Judul : Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani Dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur Di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

Medan, 28 November 2012

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Drs. Agustrisno, M.S.P)

NIP. 19600823198702 1 001 NIP.

19621220198903 1 005

(Dr. Fikarwin Zuska)

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP. 19680525199203 1 002 (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

CINA KEBUN SAYUR

(Studi Tentang Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yangpernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis diacudalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaansaya.

Medan, November 2012


(4)

ABSTRAK

Boby Chandra Pane, 2012, Judul : Cina kebun sayur (Studi mengenai pengetahuan petani dan pengelolaan tanaman sayur mayur, di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Skripsi ini terdiri dari 5 bab + 113 halaman + 8 daftar tabel + 25 daftar pustaka + lampiran interview guide.

Penelitian ini mendeskripsikan tentang pengetahuan petani dan pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur. Untuk menjawab permasalahan diatas penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan tingkah laku.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Melihat orang pertama yang menanam sayur mayur di kelurahan tersebut cukup berhasil, adanya pemasaran yang mudah, harga sayur yang tinggi, permintaan pasar yang tinggi. Serta didukung dengan keadaan iklim dan tanah yang cocok untuk bertani sayur mayur.

Demikian halnya dengan tanah petani memiliki konsep tanah yang berbeda yaitu tanah yang baik dan tidak baik. Dalam pemilihan bibit dan pengetahuan cara penanaman serta perawatan tanaman dilakukan dengan pengalaman masing-masing. Melihat hasil yang didapatkan dari sayur, untuk itu penulis menyarankan supaya petani meningkatkan lagi produksinya serta lebih teliti lagi dalam memeliharanya agar tidak terserang penyakit. Nantinya juga penelitian ini akan melihat beberapa kisah keluarga petani Cina kebun

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, sistem pengetahuan petani dan sistem pengelolaan tanaman sayur mayur. Yang dilihat dari berbagai aspek seperti aspek ekonomi, sosial budaya, dan kebudayaan khas etnis Tionghoa.

Selain menggunakan observasi, saya juga melakukan wawancara dan mengumpulkan berbagai bahan data seperti, data literatur, sekunder maupun primer juga cara saya dalam mendapatkan data. Yang bertujuan menggambarkan secara terperinci bagaimana sistem pengetahuan dan pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur.

Kata Kunci : Cina Kebun Sayur, Sistem Pengetahuan Petani, danSistem Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur.


(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan kasih karunia-Nyalah, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Sebagai manusia biasa tentunya tidak terlepas dari banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulisan skripsi ini masih belum bisa dikatakan sempurna, baik dalam penuturan kata ilmiah yang lazim maupun dalam penyajian data. Adapun penulisan skripsi ini adalah sebagai tugas akhir dari seorang mahasiswa dalam mencapai gelar sarjana khususnya dalam bidang ilmu Antropologi, dan untuk penelitian ini berjudul “Cina kebun sayur”. Studi Tentang Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli.

Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi FISIP USU terima kasih atas ilmu dan saran yang telah diberikan selama saya duduk di bangku perkuliahan, dan Bapak Drs. Agustrisno, MSP, selaku Sekretaris Departemen FISIP USU dan juga selaku dosen pembimbing skripsi saya. Yang dimana beliau telah bersedia meluangkan waktu, memberikan ilmunya, dan nasehat serta saran-saran selama dalam proses bimbingan skripsi, mulai dari awal hingga akhir. Terima kasih Pak atas waktu, ilmu, dan nasehat serta saran-sarannya yang selama ini buat penulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nita Savitri, M.Hum, selaku dosen penasehat akademik. Yang dimana beliau telah begitu


(6)

beliau luangkan untuk penulis dalam berbagi curhat terutama dalam urusan akademik, seperti layaknya Kakak Adik. Terima kasih Bu karena telah mendidik dan mengarahkan saya di dalam perkuliahan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Mariana Makmur, MA, selaku ketua penguji proposal 1 atas saran-saran dan masukannya sewaktu ujian proposal, dan Ibu Dra. Sri Alem Sembiring, M.Si, selaku ketua penguji proposal 2 terima kasih atas saran-saran dan masukannya dalam ilmu Antropologi Pertanian sewaktu ujian proposal. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Yance, M.Si, atas ilmu yang telah diberikan di dalam perkuliahan ilmu Antropologi Biologi,Etnoarkeologi dan Antropologi Ekologi, beliau juga sangat membantu penulis terutama dalam mempelajari ilmu-ilmu berbau Eksakta dan banyak memberikan gambaran atas roda kehidupan manusia dari aspek ilmu Eksakta. Juga kepada Kak Nurhayati selaku pegawai di lingkungan Departemen Antropologi, terima kasih karena telah banyak membantu penulis dalam penulisan administrasi.

Saya mengucapkan terima kasih kepada kedua Orangtua saya, Ayahanda Drs. J. Pane, M.Si dan Ibunda E. Pasaribu. Terima kasih telah mendidik saya dari kecil hingga duduk di bangku perkuliahan, terima kasih juga atas dukungan doa, semangat, kesabaran, motivasi, serta materi yang telah diberikan kepada saya, terlebih kasih sayangnya selama ini. Saya sangat bangga memiliki Orangtua seperti Ayah dan Ibu, tanpa kalian saya bukanlah apa-apa di dalam hidup ini, terima kasih karena kalian telah menjadi penyemangat hidupku yang sejati. Saya juga berterima kasih kepada Kedua Adikku yang sangat saya banggakan dan juga sangat saya sayangi. Aries Wantar Pane dan Elya Putri Pane, tanpa kehadiran


(7)

kalian saya bukanlah apa-apa di dalam hidup ini. Kekasihku Rona Fransiska Pasaribu, S.Pd, terima kasih karena telah menjadi sahabat yang baik dalam suka maupun duka buat penulis, terlebih semangat, motivasi, dan kasih sayangmu buat penulis selama ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada kerabat-kerabatku terkhusus stambuk 2007 yaitu, Siti Diannur, S.Sos, Putri Dewi, S.Sos, Parlaungan, S.Sos, Arni Melvi, S.Sos, Nugraha Hybrianto, S.Sos, Khususnya. Dan juga kerabat-kerabat yang lain yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas hubungan persahabatannya yang selama ini kita jalani bersama di Departemen Antropologi.

Terima kasih juga kepada kerabat-kerabatku stambuk 2005/2006/2008 : Bang Christon Sihombing’ 05, S.Sos, Bang Darwin Tambunan’ 05, S.Sos, terima kasih atas jasanya selama ini terkhusus dalam membantu penulis saat dilapangan mengumpulkan data-data, Kak Erna Aritonang’05, S.Sos, Fadly Radja Siambaton’06, S.Sos, Elmanualla’06, S.Sos, Rikardo’06, S.Sos, Denny Gulo’, S.Sos. Terima kasih atas persahabatannya di Departemen Antropologi.

Terima kasih juga buat sahabat-sahabatku yang lainnya yaitu, Saudara Jefri Sangal Batubara, S.Sos (Sosiologi’07), terima kasih karena engkau telah menjadi sahabat yang baik buat penulis baik dalam suka maupun duka sewaktu kuliah di lingkungan Fakultas FISIP USU, semoga engkau diberikan sukacita di dalam pekerjaan oleh Tuhan di dalam perantauanmu, Nanda Purba’Sos 07, S.Sos, Andry Simanjuntak’ Sos 07. Terima kasih kepada Kak Marliana Hutagalung’ S.KM, yang juga telah banyak memberikan dukungan dan motivasinya buat penulis selaku saudara sepupuku. Terima kasih buat semuanya. Kiranya Tuhan


(8)

senatiasa membalas kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada saya.

Medan, November 2012 Penulis


(9)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Boby Chandra Pane, lahir di Medan pada tanggal 20 Oktober 1988, beragama Christian, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Ayahanda Drs. J. Pane, M.Si dan Ibunda E.Pasaribu. Pendidikan formal saya Sekolah Dasar (SD) Melati Medan, tamat tahun 2001. (SMP) Swasta Santo Paulus Medan, tamat tahun 2004. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 16 Medan, tamat tahun 2007. Pada tahun 2007 mengikuti pendidikan (S1) di Departemen Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Pengalaman organisasi dan beragam aktifitas yang dilakukan adalah ; pada tahun 2008 – 2010 menjadi anggota tetap kesejahteraan pekerja buruh di Organisasi Tenaga Kerja Bongkar Muat Belawan (TKBM), dan pada tahun 2010 – 2011 menjadi anggota tidak tetap Persatuan Kesejahteraan Pemuda Pemudi PT. PGN, Medan, Komisariat Medan Marelan. Dan mengikuti PKL 1 dan PKL 2 (Praktek Kerja Lapangan) yang dilakukan di Desa Lubuk Saban, tahun 2008 dan di Kampung Madras Medan, tahun 2009 pada saat masih mengikuti perkuliahan.


(10)

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat, kuasa, anugrah, dan kehendak-Nya, saya bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul CINA KEBUN SAYUR (Studi Tentang Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli). Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana ilmu sosial dalam bidang ilmu Antropologi, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini membahas secara menyeluruh mengenai Cina kebun sayur. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Penguraian yang dilakukan saya pada skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab pertama menguraikan garis besar penulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain dikemukakan latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian sehingga dapat diketahui apa yang dikemukakan di dalam penulisan skripsi ini. Selanjutnya, akan diuraikan juga tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan alat pengumpulan data, serta kesimpulan dan saran. Penguraian dalam bab ini, dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam penelitian skripsi.

Bab dua menggambarkan secara umum mengenai Etnis Tionghoa di Lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun, lokasi dan keadaan alam, keadaan penduduk berdasarkan jumlah penduduk, usia, pendidikan, dan berdasarkan mata pencaharian, tidak hanya itu saja pada bab ini membahas sarana


(11)

fisik yang ada di Kelurahan Kota Bangun, seperti sarana pendidikan, kesehatan, angkutan umum, peribadaan hingga pada pola pemukiman masyarakat itu sendiri. Bab tiga menjelaskan secara khusus pengetahuan petani Cina kebun sayur dalam proses menanam tanaman sayur mayur, konsep bertani sayur mayur menurut petani Cina kebun sayur, pengetahuan petani Cina kebun sayur dalam proses bercocok tanam sayur mayur, proses penanaman sayur mayur, ukuran/konsepsi jenis tanah yang baik dan tanah yang tidak baik untuk tanaman sayur mayur, ritual-ritual dalam menanam tanaman sayur mayur, perawatan tanah, ukuran/luas tanah yang dibutuhkan untuk menanam sayur mayur, memilih bibit sayur mayur yang baik dan yang tidak baik untuk di tanam, masa panen sayur, pengetahuan petani tentang hama sayur mayur, jenis pupuk yang digunakan untuk pengelolaan sayur mayur, pengetahuan petani dalam penyemprotan tanaman sayur, biaya yang dikeluarkan untuk menanam sayur dan biaya yang dikeluarkan jika melibatkan orang lain.

Bab empat mendeskripsikan tentang pendistribusian sayur mayur, aktivitas Petani Cina kebun sayur dalam pendistribusian sayur mayur, agen - agen

penampung sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun, kegiatan petani Cina kebun sayur mayur sebelum panen, kegiatan petani Cina kebun sayur mayur pasca panen, kegiatan sosial petani Cina kebun sayur dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya itu saja pada bab ini juga akan diuraikan beberapa kisah kehidupan petani Cina kebun sayur malalui kisah life history.

Bab lima merupakan kesimpulan secara keseluruhan dari hasil penelitian tentang Cina kebun sayur, studi pengetahuan petani dan pengelolaan tanaman sayur mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli.


(12)

Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan sebagai penunjang dalam penulisan. Saya telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta juga waktu dalam penulisan skripsi ini. Namun saya menyadari skripsi ini belum bisa dikatakan telah sempurna. Dengan rendah hati, saya mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun dari para pembaca. Harapan dari saya, agar skripsi ini dapat berguna bagi seluruh pembacanya.

Medan, November 2012


(13)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... x

KATA PENGANTAR ... xv

DAFTAR ISI ... xviii

DAFTAR TABEL ... xxi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 6

1.3. Perumusan Masalah ... 11

1.4. Ruang Lingkup Masalah Penelitian ... 11

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat ... 12

1.6. Metode Penelitian ... 13

1.6.1. Tipe Penelitian ... 13

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data ... 13

1.6.3. Rangkaian Pengalaman di Lapangan ... 15

BAB II. GAMBARAN UMUM ETNIS TIONGHOA DI LINGKUNGAN VII DAN VIII KELURAHAN KOTA BANGUN ... 19

2.1. Lokasi dan Keadaan Alam ... 19

2.2. Sejarah Etnis Tionghoa di Lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ... 23

2.3. Keadaan Penduduk di Kelurahan Kota Bangun ... 27

2.3.1. Komposisi Jumlah Penduduk ... 29

2.3.2. Sistem Mata Pencaharian Hidup……….... 29

2.4. Sarana Fisik ... 31

2.4.1. Sarana dan Prasarana ... 31

2.4.2.Sarana Pendidikan ... 31

2.4.3. Sarana Ibadah ... 33

2.4.4. Sarana Angkutan ... 35

2.4.5. Sarana Informasi ... 36

2.4.6. Pola Pemukiman Masyarakat ... 37

BAB III. PENGETAHUAN PETANI CINA KEBUN SAYUR DALAM PROSES MENANAM TANAMAN SAYUR MAYUR ... 41

3.1. Konsep Bertani Sayur Mayur Menurut Petani Cina Kebun Sayur ... 41

3.1.1. Pengetahuan Petani Cina Kebun Sayur Dalam Bercocok Tanam Sayur Mayur ... 44

3.2. Proses Penanaman Sayur Mayur ... 58

3.3. Ukuran/Konsepsi Jenis Tanah Yang Baik Dan Tanah Yang Tidak Baik Untuk Tanaman Sayur Mayur ... 63

3.4. Ritual-Ritual Dalam Menanam Sayur Mayur ... 64


(14)

Untuk Menanam Sayur Mayur ... 69

3.6. Memilih Bibit Sayur Mayur Yang Baik Dan Yang Tidak Baik Untuk Di Tanam ... 70

3.7. Masa Panen Sayur ... 72

3.8. Pengetahuan Petani Tentang Hama Sayur Mayur ... 75

3.8.1. Jenis Pupuk Yang Digunakan Untuk Pengelolaan Sayur Mayur ... 77

3.8.2. Pengetahuan Petani Dalam Penyemprotan Tanaman Sayur ... 80

3.9. Biaya Yang Dikeluarkan Untuk Menanam Sayur Dan Biaya Melibatkan Orang Lain Dalam Proses Penanaman ... 81

BAB IV. SISTEM PENGOLAHAN TANAMAN SAYUR MAYUR ... 85

4.1. Pendistribusian Sayur Mayur ... 85

4.2. Aktivitas Petani Cina Kebun Sayur Dalam Pendistribusian Sayur Mayur ... 88

4.3. Agen-Agen Penampung Sayur Di Lingkungan VII Dan VIII Kelurahan Kota Bangun ... 90

4.4. Kegiatan Petani Cina Kebun Sayur Mayur Sebelum Panen ... 92

4.5. Kegiatan Petani Cina Kebun Sayur Mayur Pasca Panen ... 95

4.5.1. Kegiatan Sosial Petani Cina Kebun Sayur Dalam Kehidupan Sehari ... 97

4.6. Life History Keluarga Bapak A Quii Petani Cina Kebun Sayur ... 99

4.7. Life History Keluarga Bapak A Ming Petani Cina Kebun Sayur ... 103

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

5.1. Kesimpulan ... 109

5.2. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR INFORMAN INTERVIEW GUIDE


(15)

ABSTRAK

Boby Chandra Pane, 2012, Judul : Cina kebun sayur (Studi mengenai pengetahuan petani dan pengelolaan tanaman sayur mayur, di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Skripsi ini terdiri dari 5 bab + 113 halaman + 8 daftar tabel + 25 daftar pustaka + lampiran interview guide.

Penelitian ini mendeskripsikan tentang pengetahuan petani dan pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur. Untuk menjawab permasalahan diatas penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan tingkah laku.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Melihat orang pertama yang menanam sayur mayur di kelurahan tersebut cukup berhasil, adanya pemasaran yang mudah, harga sayur yang tinggi, permintaan pasar yang tinggi. Serta didukung dengan keadaan iklim dan tanah yang cocok untuk bertani sayur mayur.

Demikian halnya dengan tanah petani memiliki konsep tanah yang berbeda yaitu tanah yang baik dan tidak baik. Dalam pemilihan bibit dan pengetahuan cara penanaman serta perawatan tanaman dilakukan dengan pengalaman masing-masing. Melihat hasil yang didapatkan dari sayur, untuk itu penulis menyarankan supaya petani meningkatkan lagi produksinya serta lebih teliti lagi dalam memeliharanya agar tidak terserang penyakit. Nantinya juga penelitian ini akan melihat beberapa kisah keluarga petani Cina kebun

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi, sistem pengetahuan petani dan sistem pengelolaan tanaman sayur mayur. Yang dilihat dari berbagai aspek seperti aspek ekonomi, sosial budaya, dan kebudayaan khas etnis Tionghoa.

Selain menggunakan observasi, saya juga melakukan wawancara dan mengumpulkan berbagai bahan data seperti, data literatur, sekunder maupun primer juga cara saya dalam mendapatkan data. Yang bertujuan menggambarkan secara terperinci bagaimana sistem pengetahuan dan pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur.

Kata Kunci : Cina Kebun Sayur, Sistem Pengetahuan Petani, danSistem Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur.


(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara agraris, merupakan negara yang sangat mengandalkan sektor pertanian sebagai sektor yang sangat menjanjikan dan diharapkan mampu memberikan devisa yang tinggi bagi negara. Kondisi inilah yang mendorong ditingkatkannya pembangunan pertanian sebagai bagian dari penghasilan negara agraris. Ditingkatkannya sektor ini, pada tujuannya diarahkan kepada perbaikan kesejahteraan masyarakat. Perbaikan kesejahteraan masyarakat akan terlihat nyata dengan adanya perbaikan mutu makanan penduduk. Sektor pertanian di Indonesia terdiri atas lima sub sektor, yaitu : (1) sub sektor tanaman bahan makanan pertanian mencakup komoditas padi, palawija, sayuran, buah-buahan, dan bahan makanan lainnya, (2) sub sektor tanaman perkebunan mencakup komoditas hasil perkebunan inti rakyat dan perusahaan perkebunan yang dikelola negara, (3) sub sektor peternakan dan hasilnya mencakup semua kegiatan pembibitan dan pembudidayaan ternak dan unggas, (4) sub sektor kehutanan mencakup kegiatan penebangan kayu dan pengambilan hasil hutan, (5) sub sektor perikanan mencakup kegiatan penangkapan, pembenihan, dan budidaya ikan dan biota air1

Studi mengenai tanaman bahan makanan dinilai penulis sangat penting mengingat bahwa, bahan makanan adalah komoditas pertanian yang memberikan peningkatan kontribusi pada nilai produk domestik bruto nasional berdasarkan harga konstan sebesar Rp 35,34 milyar pada tahun 2002 menjadi Rp 68,64 milyar

.

1


(17)

pada tahun 2006. Rata-rata pertumbuhan produk domestik bruto bahan makanan per tahun mencapai 4,6 persen. Komoditas bahan makanan yang memiliki prospek di masa depan adalah sayur mayur. Pemerintah berusaha memenuhi kebutuhan sayur mayur dalam negeri dengan meningkatkan produksi dalam negeri dan sebagian lagi untuk di impor. Total produksi, impor dan ekspor komoditas sayuran di Indonesia ditunjukkan dalam Tabel 1.

Tabel 1.

Total Produksi, Impor Dan Ekspor Komoditas Sayuran Di Indonesia Tahun 2002 - 2006.

Tahun Produksi (Ton) Ekspor (Ton) Impor (Ton)

2002 7.144.745 105.243 297.032

2003 8.574.870 120.500 343.935

2004 9.059.676 107.493 441.944

2005 9.101.987 152.658 508.324

2006 9.527.463 236.225 550.437

Sumber : Departemen Pertanian dan BPS (2008)2

Peningkatan daya saing sayuran sangat penting, karena sampai saat ini masih terkendala dalam jaminan kesinambungan atas kualitas produk. Yang dimana banyak produk yang dipasarkan memiliki kualitas yang kurang layak untuk dikonsumsi, jumlah pasokan yang masih kurang, dan ketepatan waktu pengiriman. Selain itu, produk pertanian bahan makanan secara umum mempunyai karakteristik antara lain : (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan proses pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan

.


(18)

(4) bersifat kamba, beberapa produk sangat sulit diangkut dan dikelola sebab ukuran dan kompleksitas produk. Keempat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis manajemen rantai pasokan produk pertanian bahan makanan.

Dalam hal ini pembangunan ekonomi nasional saat ini, khususnya di bidang pertanian tanaman bahan makanan. Telah didukung oleh manajemen pertanian yang baru, dan dengan teknologi modern yang dapat mempercepat proses pengerjaan serta dilengkapi dengan sumber daya manusia pilihan. Namun ekonomi nasional yang didukung oleh sistem pertanian yang bersifat tradisional masih berskala usaha keluarga, ternyata dapat mampu menyelamatkan kehidupan masyarakat di berbagai daerah, terkhusus di daerah pedesaan di Indonesia (Adimihardja, 1999). Pertanian secara historis telah menjadi tulang punggung ekonomi rakyat yang terbukti mempunyai daya tahan yang luar biasa terhadap lingkungan, karena sejak dari dulu pertanian memiliki cara proses pengerjaan yang relatif mudah dan ramah lingkungan.

Petani Cina kebun sayur pada masa lalu merupakan pekerja buruh kontrak. Mereka diberikan tanah/lahan kontrakan. Namun, selesai kontrak mereka telah mendapat lahan tersebut dikarenakan pihak Belanda tidak mengambil alih. Istilah Cina kebun sayur hanya dijumpai di Sumatera Utara, khususnya di Kota Medan. Keadaan sosial ekonomi warga keturunan Cina di Medan pada saat menjelang kemerdekaan Indonesia sangat berbeda status sosialnya dan marginal. Akhirnya muncullah istilah Cina kebun sayur.

Di Provinsi Sumatera Utara khususnya, masyarakat Cina kebun sayur telah memperlihatkan keberadaanya. Hal ini dapat dilihat dari beberapa daerah di


(19)

Sumatera Utara sebagai tempat pemukiman komunitas Cina kebun sayur, di antara lain terdapat di daerah Tandem Binjai, Sunggal, Tanjung Morawa, Desa Bandar Klippah Tembung dan di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli Kota Medan. Selain di daerah tersebut, keberadaan Cina kebun sayur juga banyak bermukim di daerah Perbaungan, di desa Tanjung Sari (Kabupaten Deli Serdang)3

Pada awalnya, Cina kebun sayur menjadi buruh kontrak perkebunan dan mendapatkan lahan/tanah untuk bekerja di perkebunan dari Kolonial Belanda pada saat itu. Karena dahulu banyaknya perkebunan yang dibuka di daerah kerajaan Serdang, Langkat dan ke Selatan Sumatera Timur. Disaat itu dibutuhkan banyak buruh untuk dijadikan pekerja perkebunan. Pada saat itu, buruh Cina yang didatangkan dari Malaya dan Tiongkok ke Indonesia, memiliki masalah dengan Kolonial Belanda. Karena berbagai macam peraturan yang diterapkan oleh kolonial Belanda pada saat itu tidak sesuai dengan keinginan mereka dan terlalu memberatkan bagi buruh Cina khususnya. Disamping itu, dalam keadaan tertekan buruh Cina tidak mau menandatangani naskah perpanjangan kontrak yang

.

Namun, disisi lain Cina kebun sayur sendiri ditujukan untuk menyebut mereka yang masih memiliki penghasilan yang rendah, dan tidak kuatnya modal mereka. Kini sejarah telah berubah para warga Cina kebun sayur tersebut ternyata ada yang telah menjadi pengusaha toko, pemilik sejumlah industri, surat kabar, pabrik, eksportir, pemilik perkebunan besar, pasar swalayan, bank, sekolah bahkan sampai menjadi pemilik restoran. Ini menunjukkan sekitar 80% kegiatan bisnis di Indonesia telah dikuasai oleh masyarakat Cina (Lubis, 1995:36).

3


(20)

diberikan oleh Kolonial Belanda saat itu. Akan tetapi buruh Cina meminta kepada

Deli Maatschappij seorang tokoh dari Kerajaan Deli, agar diberikan tanah/lahan yang tidak ditanami tanaman kepada buruh Cina. Tujuannya ialah supaya buruh Cina dapat membuka kebun sayur dan memelihara ternak seperti babi, bebek, dan lainnya (Usaha Tani Cina, 2001).

Kelurahan Kota Bangun merupakan tempat yang terletak di Kecamatan Medan Deli, Kota Medan. Dimana di kelurahan ini dalam pengamatan saya saat berada di lapangan, khususnya di lingkungan VII dan VIII masih terdapat petani-petani Cina kebun sayur yang masih aktif melakukan usaha tani yaitu bertani sayur mayur. Daerah ini juga masih memiliki nama yang khas dari masa penjajahan Belanda hingga sampai pada masa kemerdekaan Republik Indonesia, dan masyarakat di Kelurahan Kota Bangun menyebut lingkungan VII dan VIII dengan sebutan kebun sayur. Bukan hanya sekedar nama kebun sayur saja, akan tetapi khusus di lingkungan VII dan VIII ini mayoritas yang mendiami lingkungan ini adalah keturunan etnis Cina, dan masyarakat di Kelurahan Kota Bangun menyebut mereka dalam kehidupan sehari-harinya sebagai Cina kebun sayur. Namun, disisi lain dan seiring dengan berjalannya waktu, keberadaan dan pertumbuhan penduduk orang Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII ini telah berkembang dengan sangat pesat. Selain pertumbuhan penduduk dalam kondisi sosial ekonomi mereka yang terbilang cukup baik sesuai dengan pekerjaan sehari-hari yang mereka lakukan. Terlihat dengan jelas saat saya berada dilapangan melakukan pengamatan tampak disepanjang jalan saya menemui orang Cina, dari yang anak-anak, orang dewasa hingga kepada kakek dan nenek-nenek yang saya temui. Sebagian orang Cina kebun sayur yang lahir di lingkungan VII


(21)

dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini khususnya, sudah ada yang merantau keluar dari daerah mereka. Ada yang merantau ke luar Sumatera Utara dan ada juga yang merantau disekitar Kota Medan maupun di daerah Deli Serdang. Dengan tujuan untuk memperbaiki hidup mereka menjadi lebih baik lagi.

1.2. Tinjauan Pustaka

Salah satu faktor yang sangat berperan dalam usaha memenuhi kebutuhan manusia adalah alam lingkungan dimana manusia itu berada, karena alam lingkungan memberi alternatif yang dapat dipakai untuk mencapai kebutuhan. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan itu berperan pula pengetahuan kebudayaan yang dipenuhi oleh setiap individu di dalam suatu masyarakat. Pengetahuan yang merupakan kompleks ide, nilai serta gagasan utama menjadi sumber dan tolak ukur bagi setiap individu dalam bertingkah laku, termasuk adanya usaha untuk memenuhi kebutuhannya (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1983:1).

Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuan secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami serta menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa dan benda yang ada di dalam lingkungannya sehingga kebudayaan yang dimiliki oleh warga masyarakat dimana ia hidup tetap eksis. Karena dalam kehidupan sosialnya dan dalam kehidupan sosial warga masyarakat selalu diwujudkan dengan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami, agar keteratuan sosial dan keberlangsungan hidup mereka sebagai mahluk sosial dapat mereka pertahankan (Suparlan, 1983:68). Sejalan dengan itu, Geertz (1981:7) mengatakan, bahwa


(22)

kebudayaan itu adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai mahluk sosial yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan pengalaman supaya menjadi kerangka landasan demi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan.

Pengetahuan lingkungan merupakan pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap keadaan lingkungan dimana mereka berada. Pengetahuan lingkungan berhubungan erat dengan interaksi manusia dengan lingkungan (Rachman dan Benedict, 1950). Interaksi antara seseorang dari suatu masyarakat terhadap lingkungan mereka menghasilkan pengetahuan yang dapat menjadi sumber informasi, dan menuntun perilaku. Generasi muda dapat belajar dari informasi itu, dari generasi yang lebih tua (Rachman 1985). Ajaran yang turun temurun dapat mengakar dalam masyarakat, sebagai pedoman masyarakat. Ajaran tentang lingkungan seperti inilah yang saya maksudkan sebagai pengetahuan lingkungan.

Sistem pengetahuan dalam mengelola suatu produksi sangat mempengaruhi baik tidaknya hasil yang diperoleh. Semakin banyaknya seseorang dalam memperoleh pengalaman maka semakin luas pula pengetahuannya dalam menghasilkan suatu produksi, yang dibahas dalam kajian ini adalah memproduksi tanaman sayur mayur. Karena kemungkinan besar hasil yang akan diperoleh juga akan semakin baik dan berkesinambungan sesuai dengan tujuan petani tersebut. Demikian juga sebaliknya, semakin sedikit pengetahuan seorang petani dalam memproduksi tanaman sayur, maka akan semakin sedikit pula hasil yang akan diperoleh dalam mengelola tanaman sayur mayur.


(23)

Sistem pengetahuan yang merupakan salah satu pedoman hidup masyarakat diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui sosialisasi. Artinya pengetahuan diperoleh dari sesuatu yang menjadi pengalaman dan kebiasaan-kebiasaan yang ada di sekitar mereka. Dengan cara sosialisasi tersebut pedoman itu dikokohkan atau berkembang menyesuaikan diri dengan cara hidup dan sesuai dengan sifat-sifat lingkungannya, meskipun pemahaman sifat karakteristik lingkungannya itu sangat terbatas pada wilayahnya. Jadi pengetahuan yang dimiliki manusia berbeda-beda antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain serta bervariasi diantara sesama anggota suatu kebudayaan.

Pengetahuan yang diperoleh oleh petani desa pada umumnya diwariskan dari generasi yang satu ke yang lain melalui bertukar pikiran sebagai media komunikasi. Demikian halnya dengan petani sayur mayur di Kelurahan Kota Bangun. Cara bercocok tanam petani sayur mayur yang dilakukan oleh Cina kebun sayur dalam mengelola tanaman dikerjakan berdasarkan pada sistem pengetahuan yang mereka sendiri, dan memproses tanaman tersebut sebagai tanaman utama mereka. Pengetahuan yang dimiliki oleh petani Cina kebun sayur juga melalui proses bertukar pikiran sebagai warisan yang diperoleh dari nenek moyang mereka. Scott (1984:4) mengatakan bahwa banyaknya padi yang dihasilkan oleh suatu keluarga untuk sebagian tergantung kepada nasib, akan tetapi tradisi setempat yang mengenal soal jenis bibit, cara menanam dan penetapan waktu telah digariskan selama berabad-abad. Dengan tujuan menghasilkan panen yang lebih bagus dan dapat diandalkan menurut keadaan.

Petani Cina kebun sayur dalam kajian ini adalah petani sayur yang mengelola pertanian dengan skala kecil, dimana lahan yang dikelola dicirikan


(24)

dengan lahan berukuran kecil (Wolf, 1977, 1981). Pertanian skala kecil tersebut dapat terus berlangsung di daerahnya (Wenger dan Davidson, 1988:11-62), seperti halnya petani sayur di Kelurahan Kota Bangun. Pertanian skala kecil berhubungan dengan pertanian tradisional yang saling berkaitan dengan erat (Mellor, 1970:209). Pertanian tradisional seperti petani Cina tersebut merupakan pertanian kecil dengan satu atau dua orang tenaga kerja yang berasal dari rumah tangga yang sama.

Dalam memproduksi sayur mayur tentu saja diperlukan pengetahuan petani yang bersangkutan. Cara petani dalam memproduksi sayur mayur dilakukan dengan pengetahuan masyarakat petani sayur mayur dengan cara khas budaya Cina, yang telah diturunkan oleh nenek moyang mereka sebagai suatu warisan sosial. Demikian halnya dengan petani Cina di Kelurahan Kota Bangun.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Antropologi Kognitif, dimana kebudayaan dianggap sebagai seperangkat pengetahuan yang diperoleh manusia yang digunakan untuk menginterpretasikan pengalaman dan menghasilkan tingkah laku. Karena setiap kehidupan manusia pasti memiliki kebudayaan dan kebiasaan sehari-hari berdasarkan pada alam dan lingkungan sekitarnya untuk dapat bertahan hidup. Begitu juga dengan masyarakat petani mereka memiliki kebudayaan sendiri dalam memandang tata cara pengelolaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki mereka dalam melihat kondisi dan perubahan-perubahan pada lahan pertanian mereka, dan tata cara pengelolaan yang bagaimana saja digunakan dalam meningkatkan produktivitas tanaman sayur mereka.


(25)

Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan manusia dalam kehidupannya adalah hasil dari proses belajar, walaupun ada sebagian kecil aktivitas tersebut merupakan gerakan refleks yang bukan merupakan proses belajar. Biasanya gerakan refleks tersebut terjadi secara tiba-tiba di bawah kendali dari manusia itu sendiri. Menurut Spradley sendiri pengetahuan yang tertata dalam diri manusia diperoleh dari proses belajar dan merupakan suatu kebudayaan. Lebih jelasnya lagi Spradley mendefenisikan kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang kemudian mereka gunakan dalam menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi prilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka.

Spradley (1997) menjelaskan lebih lanjut bahwa kebudayaan berada dalam pikiran manusia yang didapat dengan cara proses belajar dan menggunakan budaya tersebut dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses belajar tersebut menghasilkan pengetahuan-pengetahuan yang berasal dari pengalaman-pengalaman individu, atau masyarakat yang pada akhirnya fenomena tersebut terorganisasi di dalam pikiran (mind) manusia (Marzali 1997 dalam Spradley, 1997). Dengan ini peneliti mencoba memahami isi pikiran masyarakat petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun dalam menjelaskan konsep mereka tentang tanaman sayur mayur. Dengan demikian nantinya akan menjelaskan konsep yang ada dalam pikiran petani ”Cina kebun sayur” dalam mengelola tanaman sayur mayur mereka nantinya.


(26)

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi fokus perumusan masalah dalam penelitian ini adalah aspek pengetahuan dan aspek pengelolaan sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun. Penelitian ini berusaha mendeskripsikan bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun dalam proses bercocok tanam. Dalam penelitian ini juga akan menguraikan bagaimana petani Cina kebun sayur dalam memproses penanaman sayur mayur yang baik. Selain itu jenis-jenis sayur mayur apa saja yang akan ditanami, bagaimana bibit yang baik untuk ditanam, bagaimana perawatan tanah dan hingga bagaimana petani Cina kebun sayur dalam menggunakan sistem teknologi untuk pengelolaan tanaman sayur mayur.

1.4. Ruang Lingkup Masalah Penelitian

Penelitian ini akan melihat bagaimana pengetahuan dan pengelolaan petani Cina kebun sayur tentang pertanian sayur mayur, dan bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sehingga tanaman sayur mayur tetap bertahan hingga sekarang. Dari uraian permasalahan tersebut, maka yang dikaji dalam penelitian ini adalah : Pengetahuan petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun dalam proses bercocok tanam sayur mayur, konsepsi jenis tanah yang baik dan tanah yang tidak baik untuk tanaman sayur mayur, cara memilih bibit sayur mayur yang baik dan yang tidak baik untuk ditanam, cara/teknik pemeliharaan tanaman sayur mayur yang mereka lakukan, pengetahuan atau


(27)

konsep petani Cina kebun sayur tentang hama sayuran, jenis pupuk yang digunakan untuk tanaman sayur mayur.

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini pada hakikatnya adalah untuk menggambarkan bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur dalam proses bercocok tanam. Serta bagaimana tata cara pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini. Sekaligus melihat bagaimana petani Cina kebun sayur dalam mengatasi berbagai macam permasalahan dalam bertani sayur mayur.

Manfaat penelitian ini diharapkan nantinya akan dapat memberikan gambaran tentang cara bercocok tanam sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur, dan melihat bagaimana petani Cina kebun sayur ini mengatasi berbagai macam permasalahan yang dihadapinya. Secara teoritis, penelitian ini dapat bermanfaat dalam menambah tulisan karya ilmiah. Hasil penelitian mengenai petani Cina kebun sayur kiranya dapat memberi informasi penting kepada masyarakat petani di Kelurahan Kota Bangun dalam menerapkan sistem teknologi pertanian baru, dengan tetap berpedoman kepada pengetahuan petani itu sendiri dan tetap menggunakan nilai-nilai warisan pertanian leluhurnya. Juga tulisan ini akan sangat berguna dalam menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi kalangan civitas akademika.


(28)

1.6. Metode Penelitian 1.6.1. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara faktual dan sistematis tentang Cina kebun sayur yang terdapat di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli, terkhusus di lingkungan VII dan VIII. Penelitian ini menjelaskan tentang pengetahuan dan tata cara pengelolaan petani sayur mayur di Kelurahan Kota Bangun. Dalam hal ini peneliti akan mencoba melihat bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini dalam bercocok tanam sayur mayur, serta bagaimana tata cara pengelolaan tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini. Sekaligus ingin melihat bagaimana cara mereka mengatasi permasalahan dalam bertani sayur mayur.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer melalui teknik wawancara dan observasi. Dengan demikian, pengumpulan data dilakukan melalui (wawancara dan observasi) melalui tradisi teknis analisis data tersebut. Peneliti harusnya memilih teknis analisis data apa yang digunakan (karena jumlahnya sama) sesuai dengan kecocokannya dengan subjek penelitian.

Adapun data penelitian yang digolongkan menjadi dua bagian, yaitu data primer dan data sekunder.


(29)

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek penelitian melalui observasi dan wawancara baik secara partisipatif maupun secara mendalam. Oleh karena itu, untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu sebagai berikut :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada saat penelitian. Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat langsung, mendengarkan, dan mencatat berbagai kejadian ataupun aktivitas yang terjadi dalam proses kegiatan yang dilakukan oleh petani, seperti proses pembibitan sayur kemudian peneliti juga ikut melakukan beberapa perawatan yang dilakukan informan di ladang. Observasi berguna untuk mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tidak sadar keadaan, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati dan nantinya peneliti ikut serta dalam aktivitas yang dilakukan oleh petani ”Cina kebun sayur” di Kelurahan Kota Bangun tersebut. Hasil observasi atau pengamatan ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

b. Wawancara Mendalam, yaitu proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan pedoman wawancara atau panduan wawancara (interview guade), dan menggunakan tape recorder (alat perekam) sebagai alat bantu peneliti dalam proses pengumpulan data. Wawancara terhadap informan kunci ditujukan untuk memperoleh data dan informasi secara lengkap tentang


(30)

peran adanya suatu kelompok dalam proses produksi pertanian. Sedangkan wawancara terhadap informan biasa ditujukan untuk mendapatkan informasi pendukung tentang pengetahuan dan tata cara bercocok tanam petani Cina kebun sayur tersebut. Teknik ini digunakan untuk memperoleh bagaimana pengetahuan cara bercocok tanam para petani, dan kegunaan tanaman sayur mayur bagi mereka. Dalam penelitian ini, informannya adalah perangkat kelurahan, masyarakat Cina yang menanam sayur mayur berturut-turut dari tahun ke tahun. Kemudian petani Cina kebun sayur yang masih aktif menanam tanaman sayur mayur yang masih juga bekerja di tempat ladang orang lain selain di ladang mereka sendiri. Informan dapat dibedakan menjadi, seperti : Informan kunci adalah orang yang mempunyai keahlian mengenai suatu masalah penelitian tetapi tidak begitu tahu mengenai penjelasan lebih dalam terhadap masalah yang dikaji.

1.6.3. Rangkaian Pengalaman Di Lapangan

Peneliti tiba di lokasi penelitian pada tanggal. 20 Juni 2012. Sebagai langkah awal, peneliti melapor kepada Kantor Lurah setempat dan menyerahkan surat pengantar yang di bawah dari Universitas. Penulis tidak bekerja sendirian, penulis dibantu oleh rekan penulis dari stambuk 09 yang bernama Rahman. Setelah sampai di Kantor dan penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dari tujuan penulis berada di daerah ini, penulis mendapatkan respon yang baik dari para pegawai yang ada di Kantor Lurah tersebut. Terutama oleh Bapak Lurah sendiri, dan sekretarisnya yang bernama Bapak Kamaluddin (54), beliau


(31)

merupakan penduduk asli Kelurahan Kota Bangun yang bersuku Bangsa Melayu. Yang langsung menjadi informan penulis untuk yang pertama kalinya sebelum penulis mencari informan yang lainnya juga, terkhusus dari pelaku Etnis Tionghoa/Cina kebun sayur.

Hari pertama melakukan penelitian cukup memberikan hasil yang bagus, karena penulis mendapatkan data-data kependudukan dari kantor tersebut. Yang diberikan langsung oleh Ibu Ita Hasibuan (45), dan beliau juga menjelaskan bahwa dominannya berdomisili masyarakat Cina kebun sayur ada di lingkungan VII dan VIII. Pada hari pertama penulis ingin memulai penelitian yang dibantu oleh Orangtua penulis sendiri, namun karena waktu pada saat itu sudah agak sore penulis menstop penelitian untuk dilanjutkan dikemudian hari. Pada hari kedua penelitian, penulis datang ke lokasi penelitian dan bertemu dengan Lurah Kepling VII dan VIII. Pada saat hendak melapor ke kepling VII, penulis berkenalan dengan Bapak A Hui (52) sebagai orang Cina pertama yang penulis temui. Beliau orangnya cukup ramah dan dengan seikhlas hati menawarkan minuman kopi atau teh manis kepada penulis dan rekan penulis. Sampai berlanjut ke beberapa hari kemudian asal berjumpa dengan Bapak itu di warung kopi, dan disaat itu pula, penulis berhasil mendapatkan beberapa orang informan. Pada hari ketiga penelitian, penulis berkenalan dengan Bapak Billy (50) di warung kopi sebelah, Pak Billy mengaku merupakan petuah adat Tionghoa yang memiliki banyak informasi mengenai kehidupan orang Cina kebun sayur di Kelurahan ini. Beliau kerja di Bank NISP, beliau orangnya cukup baik dan sangat terbuka terhadap penulis. Beliau juga banyak memberikan informasi kepada penulis tentang kehidupan Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini.


(32)

Pada hari penelitian selanjutnya, penulis kembali ke lokasi penelitian yang terletak di lingkungan VII masih dibantu oleh rekan penulis, penulis awalnya sempat mengalami kesulitan dalam melakukan penelitian. Memang sudah berhasil menemukan pelaku dari Cina kebun sayur tersebut. Namun sikap cuek mereka terhadap penulis sekalipun penulis telah memperlihatkan surat keterangan dari Universitas membuat penulis agak enggan meneliti, terpaksalah penulis mengalihkan bidikan penelitian ke petani Cina yang lainnya.

Pada hari selanjutnya lagi, penulis berhasil mendapatkan beberapa informan kunci dari petani Cina kebun sayur tersebut. Mereka adalah Bapak A Hong (48), Bapak Sonny Yang (45), Bapak Chin Chen (60), dan Ibu Rina (53). Namun karena keterbatasan waktu yang mereka miliki dan sibuknya mereka bekerja, dan hanya bisa di wawancarai selama sekitar 30 menit setiap masing-masing informan. Melalui wawancara yang begitu singkat, penulis mendapat informasi mengenai bentuk-bentuk kehidupan pengetahuan dan pengolahan sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur, sambil kembali lagi pada saat break di lapangan ke kedai Pak Billy (50) atau Pak Chin Chen (60). Tapi penulis dan rekan lebih banyak break ke kedai Bapak Billy (50), sambil kembali lagi menanyakan informasi ke Pak Billy.

Secara keseluruhan, para informan yang di wawancarai sangat komunikatif dan cukup ramah, walaupun masih ada juga yang cuek dan sombong. Khusus untuk Cina kebun sayur sendiri, awalnya mereka tidak mau dan tidak terlalu terbuka mengenai sistem pertanian khas mereka. Namun karena Pak Billy, Pak A Hui, Pak Kepling VII, dan Ibu Kepling VIII. Telah menjelaskan kepada mereka tujuan kami kemari dengan baik, akhirnya mereka pun terbuka dan mau berbagi


(33)

informasi terhadap penulis. Karena menurut penuturan mereka dan Pak Kepling, pernah ada pencurian mobil pribadi dan sepeda motor sekitar empat tahun yang lalu. Yang awalnya pelakunya mengaku berasal dari mahasiswa dari suatu Universitas, atau juga pekerja marketing pemasaran produk. Mereka hanya melapor saja tanpa memberikan suatu identitas yang hanya cukup bermodalkan KTP saja, warga setempat awalnya percaya saja. Namun karena telah pernah terjadi pencurian di daerah mereka itu, maka kepercayaan mereka terhadap orang asing yang datang menjadi luntur. Beruntunglah kami memiliki identitas dari Universitas sehingga dapatlah kami diterima orang itu dengan baik.


(34)

BAB II

GAMBARAN UMUM ETNIS TIONGHOA DI LINGKUNGAN VII DAN VIII KELURAHAN KOTA BANGUN

2.1. Lokasi dan Keadaan Alam

Secara geografis Kelurahan Kota Bangun terletak di pinggiran Kota Medan, yang merupakan bagian dari Kecamatan Medan Deli, Provinsi Sumatera Utara. Yang terdiri dari 8 (delapan) lingkungan, kelurahan ini telah berdiri sejak tahun 1957 yang hingga saat ini pertumbuhan penduduknya semakin bertambah padat seiring dengan berjalannya waktu. Kelurahan Kota Bangun berdiri atas sebuah pemekaran dari Kelurahan Titi Papan. Hal ini karena diperlukannya perluasan pembangunan dengan membentuk kelurahan-kelurahan baru di daerah tersebut. Sebelum terjadi pemekaran, Kelurahan Kota Bangun merupakan sebuah kampung yang dipimpin oleh perangkat desa yang dahulu disebut sebagai perangkat kampung yang bekerja secara sukarela dan dibentuk pertama kalinya pada tahun 1974, oleh Ki Awaluddin Hadiluwih masyarakat buyut yang dipercaya sebagai pendiri Kelurahan Kota Bangun. Selanjutnya masyarakat-masyarakat asli Kelurahan Kota Bangun seperti, Bapak Kamaluddin (54 tahun) mulai mengisih pekerjaan menjadi perangkat Kelurahan Kota Bangun tahun 1974 sebagai pegawai swasta. Dan akhirnya pada tahun 1981, terjadi pengangkatan status perangkat kampung dari pegawai swasta menjadi pegawai negeri sipil untuk mengelola Kelurahan Kota Bangun tersebut. Selanjutnya lurah yang pertama kali menjabat di Kelurahan Kota Bangun ini adalah Ok Ki Penyok Awali.

Jarak tempuh dari Kelurahan Kota Bangun ke Ibukota Kecamatan 3 (tiga) Km/jam jika menggunakan alat transportasi umum, sedangkan jarak tempuh dari


(35)

Kelurahan Kota Bangun ke Ibukota Kotamadya/Kabupaten ± 15 (lima belas) Km/jam jika menggunakan alat transportasi umum seperti bus dan angkutan umum lainnya, dan sedangkan jarak tempuh dari Kelurahan Kota Bangun ke Ibukota Propinsi juga jika menggunakan alat transportasi umum seperti bus dan angkutan umum lainnya, ± 15 (lima belas) Km/jam. Dalam hal ini Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli, Kotamadya Medan memiliki batas-batas wilayah yang dapat menghubungkan antara kelurahan yang satu dengan kelurahan yang lainnya seperti.

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Kelurahan Titi Papan 2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Helvetia dan Brayan

3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Kelurahan Karang Berombang 4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Industri KIM II dan Mabar.

Kelurahan Kota Bangun memiliki luas wilayah ± 250 Ha. Dari luas wilayah Kelurahan Kota Bangun tersebut memiliki penduduk yang tersebar diberbagai lingkungan yang ada di Kelurahan Kota Bangun ini. Sesuai dengan data yang ada, pada bulan april tahun 2012 penduduk Kelurahan Kota Bangun berkisar 14.262 jiwa. Penduduk sebanyak itu tersebar dari lingkungan satu sampai lingkungan delapan4

. Yang menjadi tempat pemukiman petani Cina Kebun Sayur dalam fokus penelitian ini berada di lingkungan VII dan VIII. Walaupun Kelurahan Kota Bangun adalah sebuah Kelurahan kecil yang terletak di pinggiran Kota Medan. Kelurahan Kota Bangun tidak hanya menjadi sebuah kelurahan yang tertinggal dalam bidang pembangunan. Pada saat sekarang ini, Kelurahan Kota Bangun terus tumbuh menjadi kelurahan yang lebih baik. Hal ini terlihat dengan


(36)

munculnya industri-industri rumahan di Kelurahan Kota Bangun itu sendiri. Seperti, rumah makan, grosir eceran, pertokoan dan lain sebagainya, menjadikan kelurahan ini tetap bertumbuh pesat seiring berjalannya waktu. Kelurahan Kota Bangun dapat dijadikan sebagai daerah yang memiliki potensi wisata, seperti wisata Kebun Sayur yang dikelola langsung oleh petani Cina kebun sayur itu sendiri, dan juga daerah Kelurahan Kota Bangun ini merupakan kawasan sejarah datangnya etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun pada masa Kolonial Belanda saat itu. Berdasarkan wawancara dengan Bapak Amirudin (52 tahun), beliau mengatakan bahwa nama Kota Bangun sendiri adalah sebuah nama yang diambil dari masyarakat datuk besar yang memiliki ilmu pada masa itu yakni Datuk Kota Bangun. Menurut Beliau, bahwa dahulu Guru Patimpus pernah berguru dengan Datuk Kota Bangun tersebut. Selain potensi wisata sejarah, Kelurahan Kota Bangun juga dapat menjadi sebuah ikon wisata alam. Dimana terdapat beberapa daerah yang sebenarnya masih asri, walaupun Kelurahan Kota Bangun berada pada posisi jalan lintas menuju Belawan. Misalnya saja pada lingkungan VII dan VIII. Pada lingkungan ini terdapat areal pertanian yang di diami oleh masyarakat ber-etnis Tionghoa.

Lingkungan yang asri dengan sepanjang jalan yang dihiasi penampang sayur di kanan dan di kiri jalan. Dengan penampang hijau khas tanaman yang mereka tanam, menghiasi setiap rumah-rumah mereka yang sederhana dan bersih. Walaupun tidak begitu banyak pepohonan besar yang menghiasi daerah tersebut, namun di lingkungan VII dan VIII ini masih tetap segar untuk dijadikan suatu pemandangan. Penduduk yang mendiami daerah tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri. Bagaimana mereka menjamu para pendatang yang ada, Keramahan


(37)

yang tidak dibuat-buat. Keramahan yang menjadikan ciri khas mereka sebagai etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun ini.

Salah satu kunci keramahan etnis Tionghoa tersebut adalah sebuah proses akulturasi antara budaya etnis Tionghoa dengan budaya etnis pribumi seperti Jawa. Koenjaraningrat (2002) mengungkapkan bahwa akulturasi adalah sebuah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu, dihadapkan dengan unsur budaya asing dengan sedemikian rupa sehingga suatu kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam kebudayaan sendiri tanpa menghilangkan budaya sendiri. Etnis Tionghoa mengadopsi keramahan yang dimiliki oleh etnis Jawa tanpa kehilangan identitas mereka sebagai etnis Tionghoa dengan logat dan cara mereka bertutur.

Menurut beberapa informasi, proses akulturasi yang terjadi tidak hanya sampai pada tahap tingkat adopsi sebuah nilai. Namun proses tersebut menjalar sampai pada tahap silang budaya. Dimana beberapa dari mereka yang etnis

Tionghoa bukanlah etnis Tionghoa asli lagi, walaupun masih kental dengan bahasa dan logat mereka ketika berbicara. Etnis Tionghoa ini juga telah memiliki keturunan dengan etnis pribumi seperti Jawa, Batak, dan lain-lainnya. Hal tersebut terbukti bahwa banyak ditemukan dari mereka yang beretnis Tionghoa, yang identik dengan kulit putih dan bermata sipit tidak selalu berlaku disini, banyak diantara mereka yang tidak lagi berkulit putih dan bermata sipit. Bahkan mereka sendiri sudah susah untuk di identifikasi, apakah ia Orang Jawa atau Orang

Tionghoa. Karena dari sisi kulit dan wajah mereka lebih menyerupai Jawa atau etnis pribumi lainnya. Hal tersebut terjadi karena adanya perkawinan silang antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya, dan dalam pekerjaan sehari-hari mereka


(38)

tetap memiliki kesamaan dengan etnis lainnya. Maka tidak perlu heran jika di Kelurahan Kota Bangun ini terlihat jelas bagaimana harmonisasi, hormat menghormati antara etnis Tionghoa dengan etnis lainya berjalan dengan baik sampai sekarang ini. Namun ketika saya datang dan berkunjung di kediaman Bapak Billy (50 tahun), terlihat jelas bagaimana simbol-simbol etnis Tionghoa

tersebut tidak lepas dari sisi rumahnya sebagai tempat pemujaan mereka terhadap dewa dewinya. Pertanyaan muncul ketika saya mencoba mengidentifikasi etnis

Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun ini, dari mana sebenarnya asal mereka sehingga pertumbuhan mereka telah bertambah setiap tahunnya. Dan Sejak kapan mereka bermukim disini dan lain sebagainya hingga bagaimana mereka bisa bertahan sampai sekarang ini, hal tersebut akan terjawab di dalam sejarah kedatangan mereka seperti di bawah ini.

2.2. Sejarah Etnis Tionghoa di Lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun

Masyarakat etnis Cina/Tionghoa sebenarnya sudah ada di Indonesia ini sejak berabad-abad yang lalu. Mereka telah melebur menjadi ‘warga setempat’ yang memiliki kisah pasang surut sejarah panjang di Indonesia, meski tak selalu mulus. Sebab, adalah suatu fakta sejarah yang tak terbantah, bahwa warga etnis Cina adalah pendatang (terlepas dari kenyataan bahwa kedatangannya terjadi berabad-abad yang lampau, sehingga keberadaannya bukan lagi hal yang baru). Fakta sejarah ini tak bisa dihapus dan harus diterima sebagai bagian dari integral kehidupan dan keberadaan masyarakat Cina di Indonesia.

Leluhur masyarakat Tionghoa-Indonesia telah berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu. Catatan yang berasal dari Cina


(39)

menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinasti-dinasti yang berkuasa di Cina. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan arus lalu lintas barang maupun manusia dari Cina ke Nusantara dan begitu juga sebaliknya. Awal mula kedatangan etnis Tionghoa

ke Indonesia, termasuk juga kedatangannya di Sumatera Utara yang nantinya akan menyebar keberbagai wilayah di Sumatera Utara termasuk di Kelurahan Kota Bangun. Dimulai pada masa kejayaan Kerajaan Kutai di pedalaman Kalimantan, atau tepatnya di Kabupaten Kutai, yang daerahnya kaya akan hasil tambang emas dari situlah mereka dibutuhkan sebagai pandai perhiasan emas. Karena kebutuhan akan emas semakin meningkat, maka didatangkan emas dari Cina daratan, disamping itu dan sejalan juga dengan itu ikut dalam kelompok tersebut para pekerja pembuat bangunan dan perdagangan. Mereka telah bermukim menyebar mulai dari Kabupaten Kutai, Sanggau Pontianak dan daerah sekitarnya.5

Beberapa bukti peninggalan zaman dahulu yang menyebutkan tentang kedatangan etnis Tionghoa ada, baik di Indonesia maupun di negeri Cina. Pada prasasti-prasasti yang berasal dari Jawa menyebutkan bahwa masyarakat Cina adalah warga asing yang menetap di samping nama-nama sukubangsa dari berbagai Nusantara, daratan Asia Tenggara dan anakbenua India. Beberapa catatan tertua ditulis oleh para agamawan, seperti Fa Hien pada abad ke-4 dan I Ching pada abad ke-7. Fa Hien melaporkan suatu kerajaan di Jawa (“To lo mo”) dan I Ching ingin datang ke India untuk mempelajari agama Budha dan singgah dulu di Nusantara untuk belajar bahasa Sansekerta terlebih dahulu. Di Jawa ia berguru pada masyarakat bernama Jñânabhadra dalam suatu prasasti perunggu

5


(40)

bertahun 860 dari Jawa Timur disebut sebagai suatu istilah Juru Cina, yang berkait dengan jabatan pengurus masyarakat-masyarakat Tionghoa yang tinggal di sana.

Kedatangan etnis Tionghoa pada masa lampau tujuan utamanya adalah untuk berdagang. Mereka memasarkan dagangannya di Indonesia serta bermukim bertempat tinggal di Indonesia. Saat mereka bermukim itulah etnis Tionghoa

lambat laun berbaur menjadi satu dengan warga pribumi. Dengan kata lain suatu proses pembauran pun terjadi. Untuk daerah Sumatera Utara kedatangan etnis

Tionghoa tidak sekedar untuk berdagang, namun ada pula etnis Tionghoa yang bermukim dan membuka lahan ataupun bekerja sebagai buruh tani. Hal ini telah tergambar ketika pada masa pendudukan Kolonial Belanda yang dimana pada saat itu dibutuhkan banyak buruh perkebunan untuk mengerjakan kebun-kebun milik Pemerintah Kolonial Belanda di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara ketika itu.

Hal ini pun sesuai dengan kondisi etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun. Menurut penuturan yang diucapkan oleh Bapak Billy (50 tahun) masyarakat etnis Tionghoa yang bermukim di Kelurahan Kota Bangun, sudah ada di tempat ini sejak tahun 1917. Sejak saat itu etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun sudah bercocok tanam. Oleh karena keberhasilan usahanya dalam bercocok tanam, pemerintah Kolonial Belanda pada masa itu memberikan hak kepada etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun untuk memiliki sebidang tanah yang ditandai dengan sebuah surat LANDREFORM. Isi dari surat LANDREFROM ini adalah : penghargaan dalam usaha-usaha apa pun yang telah dilakoni oleh masyarakat-masyarakat di tanah jajahan.


(41)

Surat tersebut sah untuk mereka dengan berbagai kebebasan menanam apa saja dan bermukim, membangun rumah dan lain sebagainya. Pada saat itu petani Tionghoa ini memilih untuk menanam sayur mayur. Oleh karena itulah muncullah pada saat itu sebuah ungkapan Cina kebun sayur, yang mengidentifikasikan diri sebagai etnis Cina/Tionghoa yang melakukan usaha bercocok tanam sayur. Sampai sekarang keberadaan Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini terus bertahan dengan surat yang telah lama dikeluarkan oleh pemerintah Kolonial Belanda, yang memberikan mereka hak untuk mengelola areal selama dua puluh lima (25) tahun. Ketika menjelang habisnya perjanjian tersebut, Indonesia telah merdeka yang tetap terdapat di dalam surat perjanjian LANDREFORM. Dimana hak kepemilikan tanah akan menjadi hak etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun apabila telah mencapai dua puluh lima (25) tahun. Menurut penuturan Bapak Billy (50 tahun), seharusnya etnis Cina di Kelurahan Kota Bangun sudah merasa aman dengan hak kepemilikan tanah atas berakhirnya perjanjian LANDREFORM tersebut. Namun pemerintah Indonesia pada saat itu, tidak menanggapi hak-hak yang seharusnya mampu di akomodir dengan memberikan hak kepemilikan tanah kepada etnis Tionghoa yang telah dua puluh lima (25) tahun mengerjakan tanah ini.

Sejak saat itu etnis Tionghoa kian masuk dalam ruang kehidupan mereka sendiri, termasuk usaha pertanian sayur mayur yang mereka buat sendiri. Begitu juga dengan etnis Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun masuk dalam ruang kehidupan sosial mereka sendiri. Rasa ketakutan mereka terhadap komunis pada saat itu masih membuat trauma yang membekas, yang telah mengakibatkan mereka tidak berani untuk keluar. Termasuk juga menjual sayur mayur mereka ke


(42)

pasar-pasar umum. Alhasil mereka hanya menjual pada tempat-tempat yang menjadi basis etnis mereka. Bahasa hokkien yang biasa mereka gunakan, tidak begitu bebas mereka gunakan lagi akibat dari trauma itu. Etnis Tionghoa

Kelurahan Kota Bangun yang bermukim di lingkungan VII dan VIII, banyak yang menghabiskan waktu sehari-hari mereka di warung-warung. Warung inilah yang menjadi pusat segala informasi tersebut, dengan tema pagi yang cerah, mereka selalu memulai obrolan pagi dengan duduk di warung-warung ini. Berteman kopi dan beberapa sarapan pagi, obrolan tidak pernah putus mereka bincangkan hingga menghabiskan waktu sampai matahari benar-benar berada di tengah sebagai tanda waktu siang hari. Dengan ketersediaan pusat informasi ini mereka mengolah segala bentuk informasi tersebut, termasuk membangun jaringan keluar dan lain sebagainya. Mereka hidup pada jaringan atau masyarakat-masyarakat yang itu-itu saja, atau masyarakat-masyarakat yang telah mereka percaya dari golongan mereka sendiri untuk membuat berbagai suatu bentuk kerja sama. Termasuk dalam hal pertanian sayur mayur yang mereka lakukan.

2.3. Keadaan Penduduk di Kelurahan Kota Bangun

Berdasarkan hasil pengumpulan data yang saya peroleh dari kantor Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli. Secara keseluruhan jumlah penduduk yang terdapat di Kelurahan Kota Bangun pada tahun 2012 saat ini berjumlah 14.262 jiwa. Khusus di lingkungan VII jumlah penduduknya terdapat 375 Kepala Keluaraga (KK), sedangkan di lingkungan VIII jumlah penduduknya terdapat 215 Kepala Keluarga (KK). Dari jumlah penduduk tersebut dapat diklasifikasikan atas beberapa pembagian yaitu menurut jenis kelamin, umur, suku, agama, mata pencaharian hidup, dan pendidikan.


(43)

Penduduk yang tinggal di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun umumnya mayoritas bersuku bangsa Tionghoa, yang dahulu datang dari luar Sumatera Utara. Hal tersebut terlihat bahwa etnis Tionghoa yang bermukim di Kelurahan Kota Bangun sudah ada di kelurahan ini sejak tahun 1917, dan hingga saat ini pertumbuhan etnis Tionghoa sudah berkembang dengan pesat. Namun ada juga masyarakat Tionghoa yang tinggal di Kelurahan Kota Bangun sudah pergi merantau, ada yang merantau di sekitar Kota Medan dan ada juga yang merantau keluar Kota Medan, seperti Pekan Baru, Panipahan, Kalimantan dan Jakarta. Selain di lingkungan VII dan VIII, di lingkungan lainnya terdapat juga suku-suku bangsa lain yang mendiami Kelurahan Kota Bangun ini, diantaranya suku bangsa Melayu, Batak, Jawa, Cina, India dan suku bangsa lainnya. Untuk lebih jelasnya perbandingan jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel I

Jumlah Perbandingan Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No. Suku Bangsa Jumlah/Jiwa

1. Melayu 3.590

2. Batak 2.841

3. Jawa 2.439

4. Cina (Tionghoa)

5.117

5. India (Tamil)

10

6. Suku Lainnya

265

Total

14.262

Sumber : Kantor Kelurahan Kota Bangun, KecamatanMedan Deli 2012.

Terlihat jelas perbandingannya diatas bahwa suku bangsa yang mendominasi di Kelurahan Kota Bangun ini adalah suku bangsa Tionghoa, dan


(44)

dominasi suku bangsa tersebut berada di lingkungan VII dan VIII. Walaupun dominasi masyarakat Tionghoa di Kelurahan Kota Bangun paling banyak jumlahnya, akan tetapi sampai sekarang ini sangat jarang terjadi konflik suku baik antara suku yang satu maupun dengan suku yang lainnya. Dan dalam fokus penelitian ini, saya fokuskan di lingkungan VII dan VIII.

2.3.1. Komposisi Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli saat ini bejumlah 14.262 jiwa. Namun khusus di lingkungan VII jumlah penduduknya saat ini berjumlah 375 Kepala Keluarga (KK) terdiri dari 912 jiwa jumlah laki-laki dan perempuan berjumlah 963 jiwa. Untuk lingkungan VIII jumlah penduduk saat ini berjumlah 215 Kepala Keluarga (KK), terdiri dari 610 jiwa laki-laki dan perempuan berjumlah 640 jiwa. Data tersebut saya peroleh dari Dokumen Kantor Kelurahan Kota Bangun dan kemudian saya kelola berdasarkan data yang ada.

2.3.2. Sistem Mata Pencaharian Hidup

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang telah saya lakukan sebelumnya, penduduk yang tinggal di lingkungan VII dan VIII memiliki sistem mata pencaharian hidup yang beraneka ragam. Seperti bertani, buruh pabrik, pedagang, karyawan swasta dan lainnya yang mereka lakukan sehari-harinya. Hal tersebut Secara terperinci dapat dilihat dengan jelas pada tabel di bawah ini.


(45)

Tabel. II

Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Hidup

No. Jenis Pekerjaan Jumlah %

1. Petani 80 %

2. Buruh Pabrik Industri 1 %

3. Pegawai Negeri Sipil -

4. TNI/POLRI -

5. Pedagang/Pengusaha 10 %

7. Karyawan Swasta 8 %

8. Dll 1 %

Jumlah 100 %

Sumber : Dokumen Kepala Lingkungan VII dan VIII.

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa, masyarakat terkhusus di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini. Dengan tingkat mata pencaharian yang paling tinggi adalah di sektor bertani dengan jumlah 80 % dari 368 Kepala Keluarga (KK) di lingkungan VII, dan 219 KK di lingkungan VIII. Sedangkan buruh pabrik berjumlah 1 % dari 58 KK di lingkungan VII, dan 56 KK di lingkungan VIII. Disusul dengan Pedagang/Pengusaha berjumlah 10 %, dari 300 KK di lingkungan VII, dan 200 KK di lingkungan VIII. Sedangkan yang menjadi Karyawan Swasta berjumlah 8 % dan lain-lainya 1 %. Secara turun temurun dalam keseharian masyarakat Cina di Kelurahan Kota Bangun ini, masih tetap melakukan bertani seperti yang dilakukan nenek moyang mereka terdahulu. Adapun aktifitas pertanian yang mereka lakukan adalah bertani sayur mayur, sehingga masyarakat di Kelurahan Kota Bangun ini 80% mayoritas bermata pencaharian dalam bidang bertani.


(46)

2.4. Sarana Fisik

2.4.1. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana menjadi hal yang mampu untuk membantu setiap aktifitas yang dimiliki oleh setiap manusia. Terlepas dari apapun aktifitas tersebut, sarana menjadi hal yang penting untuk melakukan sebuah kegiatan sama halnya seperti sebuah instrument yang menentukan. Sarana menjadi suatu hal yang vital bagi setiap orang, petani Cina kebun sayur sangat tahu akan hal tersebut, Akan pentingnya suatu perbaikan sarana tersebut untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian maupun investasi di Kelurahan Kota Bangun ini. Berikut adalah sarana dan prasarana yang menjadi kebutuhan masyarakat Cina kebun sayur, khusus di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun.

Untuk itu masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini, tetap membangun sarana mereka secara bertahap dengan tujuan untuk tetap dapat bertahan hidup. Seperti membangun pola pemukiman, membangun sarana pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan mereka, membangun sarana ibadah untuk meningkatkan kesadaran mereka dalam memiliki keyakinan di dalam agama. Hingga tempat-tempat mereka berbagi suka dan duka, serta informasi untuk memecahkan segala masalah di dalam kehidupan mereka masing-masing.

2.4.2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan sangat dipercaya sebagai investasi masa depan bagi masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini. Dimana dengan mendapat pendidikan yang layak dan ilmu yang baik, diharapkan


(47)

pada masa mendatang dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Untuk itu pendidikan bagi masyarakat etnis Tionghoa Kelurahan Kota Bangun adalah hal yang sangat terpenting dalam kehidupan mereka. Mereka akan lebih bangga ketika menyebutkan bahwa anak mereka berhasil menjadi orang yang sukses di kota, dari pada harus meneruskan kegiatan pertanian orangtuanya. Hal ini telah terlihat dari sedikitnya para penerus ataupun kaum muda yang terlihat mengangkat cangkul ataupun sekedar memperhatikan sayur mayur. Sebuah kebanggaan tersebut mengakibatkan para masyarakat maupun orang tua untuk mencoba berbagai cara bagaimana anaknya dapat bersekolah ataupun merantau di kota, untuk mencari sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Untuk itu banyak Orangtua mereka yang menyekolahkan anaknya di luar Kelurahan Kota Bangun dan menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang baik di Kota Medan. Sehingga sang anak dapat melihat dunia lebih luas dan berusaha untuk menjadi orang yang sukses dengan keadaan dunia yang mereka lihat. Namun ada juga yang menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah di Kelurahan Kota Bangun seperti di Yayasan Perguruan Tsuji Murni. Satu-satunya sekolah yang ada di lingkungan VII dan VIII. Yayasan Perguruan Tsuji Murni ini didirikan oleh masyarakat Tionghoa yang peduli dengan dunia pendidikan, karena dahulu warga Tionghoa tidak pernah mendapatkan pendidikan yang tinggi seperti sekarang ini. Oleh sebab itu masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun saat ini, bergegas-gegas menyekolahkan anak-anaknya, untuk merubah nasib mereka dikemudian harinya. Adapun sekolah tersebut terdiri dari Taman


(48)

Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA).

Walaupun sekolah ini kecil dan terkesan sederhana, namun sekolah ini memiliki ruang yang komplek karena memiliki setiap jenjang pendidikan. Hal ini digunakan untuk memudahkan masyarakat Cina kebun sayur untuk menyekolahkan anaknya dengan sistem membagi dua waktu. Yayasan Perguruan Tsuji Murni terus beroperasi hingga sekarang. Taman Kanak Kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD) yang belajar dari pukul 08.00 wib hingga pukul 12.00 wib siang. Disusul dengan SMP dan SMA pada siang hari hingga sore hari.

Selain menyekolahkan anaknya di sekolah Tsuji Murni, masyarakat Cina kebun sayur lebih memilih menyekolahkan anaknya disekolah luar yang juga merupakan yayasan yang dimiliki oleh etnis Tionghoa. Ketakutan masa lalu dan tingkat kehati-hatian mereka tetap mereka jaga. Menurut penuturan Bapak Billy (50 tahun), banyak orang Cina kebun sayur ini lebih memilih menyekolahkan anaknya disekolah etnis Cina dan lain-lainnya dari pada di sekolah pribumi dan bergabung dengan pribumi. Karena takut akan menimbulkan konflik SARA.

2.4.3. Sarana Ibadah

Kegiatan beribadah menjadi hal yang sama pentingnya bagi masyarakat Cina kebun sayur yang tinggal di Kelurahan Kota Bangun ini. Dimana hubungan antara tuhan yang mereka percaya selalu tetap terjaga dalam lindungan dan keuntungan. Mereka yang banyak beragama Tao dan Buddha, tetap membangun rumah ibadah mereka di lingkungan mereka


(49)

sendiri sebagai sarana dan kebutuhan mereka akan suatu keyakinan. Masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan ini memiliki keterikatan dengan dunia kosmos mereka, dimana mereka sangat percaya dengan adanya campur tangan sang dewa-dewinya yang memberikan keberkahan, kelancaran rezeki, dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan hal tersebut mereka membutuhkan suatu Rumah ibadah sebagai sarana yang penting bagi kehidupan mereka dalam beribadah.

Rumah ibadah di Kelurahan Kota Bangun ini berjumlah tiga unit. Rumah ibadah yang mereka sebut dalam kesehariannya sebagai Vihara, Vihara ini berjarak tidak jauh dari pemukiman masyarakat Cina kebun sayur di kelurahan itu yang saling berdekatan antara satu sama lain. Rumah ibadah tersebut terletak di lingkungan VIII. Menurut Ibu Tuti (47 tahun) masyarakat Cina kebun sayur, berpendapat bahwa kedekatan Rumah ibadah tersebut bertujuan untuk memudahkan proses ibadah masyarakat yang ada di Kelurahan Kota Bangun khusus di lingkungan VII dan VIII. Mengingat bahwa setiap dewa memiliki keterikatan satu sama lain. Jadi apabila masyarakat melaksanakan ibadah dan berdoa pada dewa dewi maka pintu rezeki seseorang tersebut akan diberikan kemudahan dalam rezeki, dan seseorang juga dapat meminta pada dewa agar diberikan kehidupan yang layak. Selain rumah ibadah yang berbentuk besar, masyarakat Cina Kebun Sayur di Kelurahan Kota Bangun ini juga memiliki tempat-tempat ibadah di rumah mereka masing-masing. Seperti adanya rumah datuk/pekong yang menjadi rumah persembahan bagi datuk atau leluhur mereka. Masyarakat Cina kebun sayur yang tinggal di Kelurahan ini, percaya apabila memberikan


(50)

penghormatan kepada leluhur dan kepada dewa dewi khususnya, maka akan dapat diberikan kesejahteraan dan diberikan kebahagiakan dalam kehidupan mereka.

Keadaan religi masyarakat Cina kebun sayur, yang berhubungan dengan Yin dan Yang. Sebuah elemen-elemen yang mereka percaya menguasai dunia ini. Elemen gelap dan terang, Yin dengan elemen terang yang disimbolkan dengan kehidupan yang terang bagi mereka yang percaya. Seperti kehidupan sosial, pekerjaan dan sesuatu yang berbentuk nyata dan mampu untuk dilihat. Sedangkan yang berkaitan dengan elemen Yang adalah sebuah elemen yang disimbolkan dengan gelap di ibaratkan bahwa sesuatu yang berbentuk religi, maka hal tersebut tidak akan tampak secara kasat mata dan hal tersebut dapat diyakini keberadaannya. Keyakinan tersebut yang menjadi dasar sesungguhnya bagaimana religi dan kehidupan pada masyarakat Cina kebun sayur di Kelurahan Kota Bangun ini telah berlangsung, dimana rumah ibadah dan segala bentuk-bentuk religi menjadi alat simbol dan bentuk komunikasi mereka terhadap dewa dewinya.

2.4.4. Sarana Angkutan

Kota Bangun adalah kelurahan yang diapit oleh dua jalan lintas menuju Belawan. Yakni jalan Yos Sudarso disebelah timur dan jalan Veteran Helvetia di sebelah barat, jalan Yos Sudarso yang terletak disebelah barat tersebut adalah jalan lintas yang di sepanjang jalan terdapat beragam pabrik- pabrik atau gudang-gudang dari berbagai macam perusahaan. Sedangkan jalan Veteran Helvetia dipenuhi oleh berbagai jajakan jalan barang kebutuhan


(51)

seperti makanan, pakaian, dan lain sebagainya. Kedua jalan ini mengapit Kelurahan Kota Bangun menuju kawasan Belawan.

Transportasi yang menghubungkan Kelurahan Kota Bangun dengan kelurahan lainnya adalah angkutan umum. Begitu banyak angkutan umum yang melintas di Kelurahan ini apabila masyarakat ingin bepergian. Angkutan umum ini melintas dari berbagai daerah yang ada di Kota Medan ini. Misalnya saja Amplas, Padang Bulan, Delitua, Brayan, dan berujung di daerah Belawan. Selain angkutan umum, kendaraan pribadi juga banyak menghiasi jalan-jalan di sepanjang Kelurahan Kota Bangun. Hal ini mengindikasikan bahwa Kelurahan Kota Bangun merupakan sebuah kelurahan yang berkembang dengan tingkat pendapatan menengah kebawah. ditambah lagi dengan berkembangnya usaha-usaha kecil di daerah tersebut.

Masyarakat Cina kebun sayur juga memakai jasa transportasi dalam kehidupan sehari-harinya, mereka memiliki sepeda motor dan juga ada beberapa yang memiliki mobil pribadi. Namun tidak jarang juga masyarakat Cina Kebun Sayur yang memakai jasa angkutan umum sebagai kendaraan mereka sehari-hari. Dengan keadaan seperti itu masyarakat Cina kebun sayur dapat mengakses apa saja yang ingin mereka peroleh. Seperti informasi, dan lain sebagainya.

2.4.5. Sarana Informasi

Komunikasi menjadi hal yang penting bagi masyarakat Cina kebun sayur yang tinggal di Kelurahan Kota Bangun ini. Bagaimana mereka mengelola setiap informasi dan menjadikan setiap informasi menjadi sebuah peluang atau hanya


(52)

sekedar untuk menjadi bahan obrolan sehari-hari. Masyarakat Cina kebun sayur memiliki ruang komunikasi yang mereka ciptakan sendiri ditengah komunitas mereka sendiri. Ruang aktifitas tersebut mereka dapat dimana saja, apakah mereka dapat di jalan, di warung, di kebun sayur, atau diruang lainnya. Sehingga ruang tersebut menghadirkan segala bentuk informasi, karena masyarakat Cina Kebun Sayur di Kelurahan Kota Bangun ini selalu setia dengan berbagai informasi yang mereka terima.

Kelurahan Kota Bangun khususnya di lingkungan VII dan VIII, memiliki perkembangan dalam bidang informasi komunikasi seperti telepon, handphone, televisi, internet dan radio. Sehingga menjadikan lingkungan ini tidak tertinggal dari berbagai informasi yang mereka butuhkan. Sampai saat ini, hal tersebut telah memberikan dampak yang positif bagi masyarakat Cina kebun sayur khususnya di Kelurahan Kota Bangun ini, sebagai penggerak perekonomian mereka sehari-hari. Misalnya saja dalam memasarkan hasil tanaman yang mereka tanam seperti sayur mayur, mereka harus mengetahui berapa harga sayuran dipasaran untuk mereka jual nantinya dipasar. Selain itu kebutuhan masyarakat dalam informasi, menjadikan masyarakat tersebut dituntut agar lebih aktif dalam menerima berbagai informasi untuk membangun jaringan bisnis mereka.

2.4.6. Pola Pemukiman Masyarakat

Petani Cina kebun sayur memiliki pemukiman yang bersahaja. Pola pemukiman yang bersih dan diselingi dengan Kebun Sayur di pekarangan rumahnya. Petani Cina kebun sayur memanfaatkan setiap lahan yang mereka miliki untuk sebuah hal yang bermanfaat, bagi mereka walau lahan itu hanya empat kali lima meter namun lahan tersebut masih dapat menghasilkan.


(53)

Rumah yang sederhana dengan masih menggunakan papan mendominasi pemukiman petani Cina kebun sayur. Rumah-rumah tersebut berdiri dan tersebar di dua lingkungan yang ada. Masyarakat Cina kebun sayur bukan masyarakat yang terlalu memperhatikan kondisi rumah mereka. Justru kesederhanaan dan harmonisasi masa lalu masih mereka pertahankan dari kondisi rumah mereka. Cina kebun sayur memiliki investasi besar dengan adanya anak-anak mereka yang sukses dengan investasi barang-barang yang mereka miliki. Jadi kesederhanaan mereka tidak selalu menggambarkan kemiskinan mereka.

Pemukiman Cina Kebun Sayur juga diisi oleh rumah-rumah yang mulai menggunakan beton dan model rumah-rumah modern. Rumah ini dihuni oleh anak-anak mereka yang tinggal dan membangun rumah baru disana. Anak-anak tersebut mulai membuka usaha seperti panglong, ternak ayam, sampai pengumpulan barang-barang bekas. Pemukiman Cina Kebun Sayur memiliki aturan sesuai dengan fengshui yang mereka yakini. Mereka yakin posisi rumah dapat menghasilkan rezeki yang bagus. Untuk itu tidak ada bentuk khusus untuk rumah mereka.


(54)

Tabel.

Pola Pemukiman Masyarakat Di Kelurahan Kota Bangun


(55)

Berdasarkan tabel diatas, pola pemukiman masyarakat Cina banyak terdapat di lingkungan VII dan VIII, dahulu memang masyarakat Cina juga banyak terdapat di lingkungan I dan lingkungan III. Namun karena masyarakat Cina telah banyak bercocok tanam, khususnya sayur mayur. Maka mereka menyebar dan bermukim di lingkungan VII dan VIII, karena tanah di daerah ini subur dan memungkinkan untuk bercocok tanam sayur mayur. Sekitar 80 % dari 375 KK di lingkungan VII dan di lingkungan VIII 215 KK kehidupan mereka adalah bertani. Tampak juga dalam tabel diatas, rumah ibadah Masjid hanya terdapat di lingkungan V dan VI. Sedangkan tempat ibadah petani Cina kebun sayur Vihara terdapat di lingkungan III dan IV.


(56)

BAB III

PENGETAHUAN PETANI CINA KEBUN SAYUR DALAM PROSES MENANAM TANAMAN SAYUR MAYUR

3.1. Konsep Bertani Sayur Mayur Menurut Petani Cina Kebun Sayur

Bertani adalah suatu kegiatan yang penting bagi setiap petani pada umumnya. Namun, disisi lain kegiatan bertani juga memiliki arti dan nilai yang bermakna penting bagi petani itu sendiri, tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup pada masa kini dan di masa yang akan datang. Untuk itu petani Cina kebun sayur khususnya yang tinggal di lingkungan VII dan VIII percaya bahwa tanah dan juga tanaman sayur mayur yang terbentang dalam luas lahan, akan memberikan kehidupan yang layak jika pengelolaannya dilakukan dengan baik. Bertani tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan secara ekonomis saja, melainkan bertani merupakan kegiatan yang sudah menjadi tradisi turun temurun yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur yang tinggal di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini. Bertani yang mengusahakan sebidang tanah untuk di tanami tanaman sayuran, tidak hanya sekedar untuk mendongkrak hasil yang banyak dan juga menghasilkan keuntungan yang besar. Namun, bagi petani Cina kebun sayur kagiatan bertani merupakan sebagai suatu identitas dimana mereka bertempat tinggal.

Sebuah identitas yang dimaknai sebagai suatu sistem mata pencaharian yang menyatu dengan kehidupan sosial mereka sehari-hari sebagai Cina yang bercocok tanam sayur mayur. Dimana identitas ini mengacu kepada kemampuan dan pengetahuan mereka dalam bertani sayur mayur, dan bagaimana petani Cina kebun sayur dalam memaknai pekerjaannya di dalam bertani. Bagi petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini mengatakan


(57)

bahwa bertani itu adalah sebuah nafas, dimana nafas itu tidak hanya untuk hidup ketika kebutuhan secara ekonomis terpenuhi. Akan tetapi juga untuk bergerak pada prosfek kehidupan di masa yang akan datang.

Menurut Ibu A Mei (46 tahun) mengatakan bahwa petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII ini adalah mereka yang memiliki jiwa yang tegar dalam bertani. Ketika mereka mengalami gagal panen, petani di sini tidak langsung menyerah pada keadaan yang sudah terjadi tersebut. Mereka tetap terus bangkit dan mencoba lagi peruntungannya dengan sesuatu yang baru, walaupun mereka sebenarnya tahu tidak akan tercapai sebuah kesejahteraan hanya dengan mengandalkan bertanam tanaman sayur mayur. Selain daripada itu beliau juga menegaskan, bahwa soal bertani adalah soal jiwa dan kesenangan yang sudah menyatu dari hari ke hari, hal itulah yang dirasakan oleh petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun sampai saat ini. Walaupun secara ekonomis mereka dapat dikatakan sangat sederhana, akan tetapi petani Cina kebun sayur disini tetap setia melakukan kegiatan bertani sayur mayur. Karena menurut mereka, bahwa bertani adalah sebuah kesenangan yang tak ternilai harganya, sebab kegiatan bertani sayur mayur merupakan kegiatan yang sudah diwariskan oleh nenek moyang mereka.

Konsep bertani yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII saat ini berawal dari sebuah tradisi. Tradisi yang mereka pertahankan dari dahulu hingga sekarang, telah menjadikan lingkungan ini menjadi suatu daerah yang khas dengan budayanya sendiri yang dimana masyarakat lain menyebutnya sebagai lingkungan “kebun sayur”. Selain lingkungannya dijadikan tanaman “kebun sayur”, lingkungan ini juga terdapat


(58)

masyarakat yang bermayoritas bersuku bangsa Tionghoa dan jadilah lingkungan ini dengan sebutan “Cina kebun sayur”. Pada hal juga, di lingkungan ini tidak ada yang begitu menonjol dengan kegiatan khas yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur yang ada di lingkungan VII dan VIII selain bercocok tanam. Namun petani di lingkungan tersebut memiliki nilai dan makna tersendiri, untuk menjelaskan bagaimana kegiatan yang mereka lakukan dalam proses bercocok tanam sayur mayur.

Menurut Bapak Billy (50 tahun) mengatakan, bahwa tardisi dalam bertanam sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII ini telah berjalan secara turun temurun hingga 3 (tiga) generasi. Kegiatan yang mereka lakukan memiliki nilai pengetahuan yang sedikit banyaknya telah menjadikan mereka, dan tempat tinggal mereka dapat dikenal secara khusus di Kota Medan sebagai daerah yang memproduksi tanaman sayur mayur berkualitas baik. Selain itu tradisi menanam sayur sudah mereka lakukan sejak mereka mendapat kepercayaan dari Kolonial Belanda untuk mengelola lahan disaat itu. Secara umum pengetahuan yang mereka dapatkan diperoleh melalui sebuah proses dan disesuaikan dengan budaya dan agama yang mereka yakini saat ini. Petani Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII ini memiliki model atau cara bertani sayur, yang dimana cara tersebut hanya mereka saja yang memilikinya. Namun, tradisi tersebut adalah pencampuran dari gaya-gaya bertani warga pribumi.

Sejauh ini Cina kebun sayur di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun ini sangat konsisten dengan apa yang mereka yakini dan yang mereka kerjakan. Salah satu contoh dalam proses pemilihan sayur, sayur mayur yang


(1)

Nama : Kin Long Sieng Usia : 55 Tahun Pekerjaan : Pemilik Ladang

Nama : A Hui Lim Usia : 56 Tahun

Pekerjaan : Petani dan Pengusaha Ayam Potong

Nama : Siong Fu Usia : 45 Tahun Pekerjaan : Agen Sayur

Nama : Ani Usia : 47 Tahun Pekerjaan : Petani

Nama : Rizky Usia : 33 Tahun Pekerjaan : Petani

Nama : Kim Ken Usia : 56 Tahun


(2)

INTERVIEW GUIDE CINA KEBUN SAYUR

(Studi Tentang Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

Dalam penelitian ini akan menggunakan interview guide sebagai pedoman dan lebih mempermudah melakukan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data Sumber Data Instrumen Pengumpulan Data

Jenis Data Yang Dibutuhkan

Observasi Lokasi

Masyarakat Mata dan Kamera

-Kondisi pemukiman dan Keadaan rumah

-Gambaran tentang aktifitas masyarakat Cina di

dalambercocok tanam sayur mayur

-Lokasi dan Keadaan Alam Wawancara

Mendalam

Informan Pokok : Orang Cina yang Melakukan aktifitas bercocok tanam sayur mayur, perangkat kelurahan, dan petuah adat Tionghoa Interview guide

-Sejarah berdirinya Kelurahan Kota Bangun

-Sejarah datangnya orang Cina di Kelurahan Kota Bangun

-Bagaimana peran orangtua Dalam mendidik anaknya dalam bersekolah

-Apa saja mata pencaharian yang lain selain daripada bertani -Bagaimana sarana yang terdapat di Kelurahan Kota

Bangun

-Kegiatan petani Cina kebun sayur sebelum panen -Kegiatan petani Cina kebun sayur pasca penen

-Sejarah Etnis Tionghoa di lingkungan VII dan VIII Kelurahan Kota Bangun -Bagaimana konsep petani Cina kebun sayur dalam bertani sayur mayur


(3)

sayur mayur

-Bagaimana ukuran/konsepsi tanah yang baik dan tidak baik dalam bertanam sayur mayur -Bagaimana perawatan tanah dilakukan

-Ada tidak ritual-ritual dalam menanam sayur mayur

-Bagaimana memilih sayur yang baik dan membedakannya dengan sayur yang tidak baik -Bagaimana masa panen sayur mayur di Kelurahan Kota Bangun

-Bagaimana pengetahuan petani Cina kebun sayur tentang hama sayur mayur, termasuk jenis pupuk yang digunakan, cara penyemprotan tanaman sayur mayur

-Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menanam sayur dan upah untuk yang mengerjakan

ladang

-Ada tidak agen-agen yang bertugas menampung tanaman sayur mayur

-Bagaimana aktifitas

pendistribusian tanaman sayur mayur yang dilakukan oleh petani Cina kebun sayur

Studi Literatur

Dokumen

-Sejarah masyarakat Cina di Kelurahan Kota Bangun -Monografi masyarakat Cina di Kelurahan Kota Bangun -Pembagian administrasi masyarakat Kelurahan Kota Bangun berdasarkan

lingkungan-lingkungan Life History 4 Kasus keluarga

petani Cina kebun sayur

-Life history kehidupan petani Cina kebun sayur


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Partisipasi Petani dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi non Hibrida

1 80 95

Sistem Pemasaran Sayur Mayur Di Kelurahan Tanah Enam Ratus, Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

0 64 143

Sistem Agribisnis Usahatani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan

0 28 121

Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sayur Mayur di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan

1 39 115

Tingkat Adopsi Petani Sayur Mayur Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan )

0 29 95

Sikap Petani Terhadap Pedagang dan Harga Sayur Mayur di Kelurahan Tanah enam ratus kecamatan medan Marelan Kota Medan.

0 31 118

Tingkat Adopsi Petani Sayur Bayam Jepang Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Dan Hubungannya Dengan Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo )

10 71 79

BAB II GAMBARAN UMUM ETNIS TIONGHOA DI LINGKUNGAN VII DAN VIII KELURAHAN KOTA BANGUN 2.1. Lokasi dan Keadaan Alam - Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah - Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 18

Cina Kebun Sayur (Studi Mengenai Pengetahuan Petani dan Pengelolaan Tanaman Sayur Mayur di Kelurahan Kota Bangun, Kecamatan Medan Deli)

0 0 14