BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Peranan Kantor Resor Imgrasi Polonia Terhadap Imigran Ilegal Status Pengungsi Di Kota Medan (1978-2005)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Sejak zaman prasejarah, manusia melakukan perjalanan mencari tempat yang baru untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik yang dikenal dengan migrasi. Migrasi atau perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain untuk menetap. Hal itu, merupakan hak setiap manusia yang dibiarkan terjadi begitu saja, sehingga tidak memerlukan persyaratan tertentu. Pada abad ke-20, perkembangan teknologi, informasi dan transformasi membuat batas antar negara semakin semu dan jalur lalu lintas pun mudah ditempuh. Secara tidak langsung meningkatkan mobilitas manusia dari suatu negara menuju negara lain dengan berbagai kepentingan termasuk tindakan kejahatan. Kejahatan tersebut masuk ke dalam kejahatan lintas negara yang dikenal dengan kejahatan transnasional yang banyak menimbulkan kerugian. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian menyatakan keimigrasian ialah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar wilayah Republik Indonesia dan pengawasan orang asing di wilayah Negara Republik Indonesia.

  Pengertian imigran merupakan orang yang datang dari negara lain dan tinggal menetap di

  

  suatu negara. Kategori imigran yang datang ke Indonesia dengan surat perjalanan, visa dan izin masuk ke negara lain atau izin masuk kembali yang sah atau masih berlaku dan melalui 1 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hal. 426.

  Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) sebagai imigran sah atau legal. Imigran yang datang tidak dengan surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk ke negara lain atau izin masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi serta tidak melalui Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dikatakan sebagai imigran ilegal atau gelap. Kedatangan imigran ilegal memiliki latar belakang dan tujuan yang berbeda, salah satunya meminta status pengungsi. Kehadiran imigran ilegal menimbulkan dampak yang mengancam kedaulatan, keamanan, kehidupan sosial dan ekonomi, bahkan juga ancaman terhadap ideologi suatu

   bangsa.

  Surat perjalanan sangatlah vital dimiliki imigran sebagai identitas menjadi imigran legal atau sah menuju negara lain. Begitu pentingnya surat perjalanan itu dan dipergunakan pertama kali pada zaman Holly Land tahun 450 SM oleh Raja Babylonia. Pada saat itu Gubernur Nehemiah meminta pembuatan surat keamanan dalam perjalanan untuk melindungi dirinya. Surat itu yang kemudian dikenal dengan passport yang merupakan salah

   satu persyaratan masuk atau keluar negeri.

  Perpindahan penduduk yang dilakukan imigran dapat terjadi disebabkan oleh beberapa faktor pendorong dan faktor penarik. Faktor pendorong antara lain: ketidaknyamanan kondisi iklim, kurang tersedianya pekerjaan dan makanan, perang (konflik senjata dan keamanan) serta konflik sosial yang meliputi tekanan politik, ras, agama dan ideologi. Faktor penarik antara lain dari negara transit yaitu geografis yang berdekatan 2 Tim Penyusun International Organization for Migration Indonesia, Buku Petunjuk Bagi Petugas

  

dalam Rangka Penanganan Kegiatan Penyelundupan Manusia dan Tindakan Pidana yang Berkaitan dengan

Penyelundupan Manusia , Jakarta: International Organization for Migration, 2009, hal. 36. 3 Heru Hartono, “Peran Imigrasi dalam Penangan Pengungsi Warga Negara Asing di Kota Medan,” dalam Tesis Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 2010, hal. 2.

  dengan negara yang dituju, negara yang menerima pengungsi. Faktor penarik dari negara tujuan ialah tersedianya lapangan pekerjaan dan makanan (ekonomi), keamanan dan

   ketenteraman terjamin di negara yang dituju.

  Badan keimigrasian telah berdiri di Indonesia pada masa pemerintahan Belanda dengan nama Kantor Sekretaris Komisi Imigrasi pada tahun 1913. Nama ini berubah menjadi Immigrate Diest atau Dinas Keimigrasian pada tahun 1921 karena tugas dan fungsinya terus berkembang. Dinas Keimigrasian bertugas mengeluarkan peraturan keimigrasian dan memiliki prinsip at open deur politiek atau open deur policy (prinsip pintu

   terbuka).

  Sejak tahun 1950, Dinas Keimigrasian menjadi milik pemerintahan Republik Indonesia yang sebelumnya dipegang kolonial Belanda. Perubahan status kepemilikan itu sangat bermakna bagi bangsa Indonesia karena merupakan era baru dalam pelaksanaan keimigrasian Indonesia yang menerapkan prinsip selective policy yang berarti prinsip selektif. Berdasarkan prinsip ini, hanya orang asing yang dianggap dapat memberikan manfaat bagi kesejahteraan rakyat, bangsa dan negara Republik Indonesia dan tidak membahayakan keamanan, ketertiban serta tidak bermusuhan terhadap masyarakat maupun negara yang diijinkan masuk ke Indonesia. Terbentuknya Undang-Undang keimigrasian yaitu UU Nomor 9 Tahun 1992 tetang keimigrasian yang ditetapkan sebagai landasan utama

  4 Manshur Zikri, “Permasalahan Imigran Gelap dan People Smuggling dan Usaha serta Rekomendasi

Kebijakan dalam Menanggulanginya,” dalam Makalah Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Indonesia, Depok, 2010, hal. 10.

5 Muhammad Indra, “Perspektif Penegakan Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia,” dalam Disertasi Universitas Padjadjaran, Bandung, 2010, hal. 3.

  pengaturan keimigrasian Republik Indonesia. Presiden dan DPR RI memutuskan menetapkan UU Nomor 9 Tahun 1992 tentang keimigrasian, Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang diizinkan masuk atau keluar wilayah Republik

6 Indonesia.

  Keimigrasian di Indonesia menempatkan pegawai imigrasi di setiap pintu gerbang negara. Salah satunya di bandar udara untuk mengawasi setiap keluar dan masuk manusia.

  Bandar udara di Sumatera Utara bernama Bandar Udara Polonia yang terletak di Kota Medan. Pihak keimigrasian menempatkan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar Udara Polonia untuk menyelidiki setiap orang, khususnya gerak warga negara asing yang datang, terutama yang tidak memiliki surat perjalanan, visa serta tidak memiliki izin masuk ke Indonesia atau izin masuk kembali yang tidak sah dan sudah tidak berlaku lagi.

  Kota Medan memiliki tiga Kantor Imigrasi yaitu Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan, Kantor Imigrasi Kelas II Belawan, Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berdiri sejak tahun 1978 (yang kemudian menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Polonia pada tahun 1991).

  Pada awalnya Kantor Resor Imigrasi di Bandar Udara Polonia mendapat tempat sebagai kantor dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandar Udara Polonia yang difasilitasi dari Kantor Angkasa Pura II cabang Medan. Pada tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara menyerahkan tanah dan gedung Kantor Direktorat

6 Muhammad Indra, op.cit., hal. 2.

  Jenderal Pemasyarakatan sebagai Kantor Resor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan Mangkubumi No.2 Medan.

  Imigran ilegal yang melewati Indonesia bertujuan ke Australia untuk mendapatkan status pengungsi. Para imigran pergi melalui perairan Republik Indonesia secara ilegal.

  Warga Negara Asing yang melanggar peraturan keimigrasian seperti Over Stay (menetap lebih dari waktu yang diizinkan) atau tidak melakukan perpanjang Surat Perjalanan RI dan Visa dikatakan sebagai imigran pelanggaran keimigrasian atau imigran ilegal. Tetapi bukan imigran ilegal berstatus pengungsi. Imigran ilegal memiliki latar belakang masing-masing.

  Salah satunya imigran ilegal mencari status pengungsi dan pencari suaka. Ada pun pengertian pengungsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sekelompok manusia yang sangat rentan terhadap perlakuan tidak manusiawi baik dari negara asalnya maupun di negara dituju pengungsi. Pengungsi merupakan sebagian orang yang kurang mampu dan

   tidak memiliki dokumen pesrjalanan.

  Berdasarkan pemaparan di atas penulis meneliti, “Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di Kota Medan (1978-2005).” Hal ini dikategori sebagai peristiwa sejarah sebab membawa dampak perubahan yang sesuai dengan definisi sejarah. Salah satunya menurut tokoh sejarah Wilhelm Beur menyatakan sejarah merupakan peristiwa masa lampau manusia yang membawa perubahan dan memperlihatkan

  

  akibat-akibat dari peristiwa tersebut. Hal ini menurut penulis layak untuk diperhatikan karena imigran ilegal merupakan permasalahan yang penting untuk diminimalisasikan 7 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op.cit., hal. 1247.

  Hugiono dan Poerwantana, Pengantar Ilmu Sejarah, Jakarta: Rineka Cipta, 1992, hal. 5. dampak negatif untuk ke depannya. Periodisasi skripsi dimulai tahun 1978 karena pertama kali kantor berdiri. Batas kajian pada tahun 2005, karena pada tahun ini masa berakhirnya peraturan imigrasi yang menggunakan pemeriksaan imigran ilegal secara manual dan tidak

  

online . Berdasarkan Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.02.12.02.10 Tahun 2006

  tanggal 1 Pebruari 2006 dilaksanakan Penerapan Sistem Photo Terpadu berbasis Biometrik

  

  pada Surat Perjalanan Republik Indonesia. Sistem Biometrik SPRI adalah sebagai pengganti foto dan sidik jari pemohon secara terpadu pada penerbitan SPRI sesuai standar ditetapkan oleh International Civil Aviation Organzation (ICAO) dan dapat dibaca oleh mesin (Machine Readable Passport atau MPR) atau disebut juga sebagai sistem foto

10 Terpadu Berbasis Biometrik (SPTBB). Tanggal 6 Pebuari 2006 Sistem Biometrik SPRI

  diterapkan Kantor Imigrasi Kelas II Polonia. Sistem Biometrik ini mendorong munculnya sistem elektronik pada paspor, visa, izin tinggal dan status, cegah dan tangkal secara online.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang di atas maka dibuatlah rumusan mengenai masalah yang diteliti sebagai landasan utama dalam melakukan penelitian yang terangkum dalam pertanyaan sebagai berikut:

  1. Bagaimana sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia?

  2. Bagaimana perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia?

  9 Ahmad Nasir Hia, “Tinjauan Hukum terhadap Birokrasi Pengurusan Paspor Berbasis Pengurusan

Biometrik di Kantor Imigrasi Polonia Medan,” dalam Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

Medan, 2007, hal. 64. 10 Lihat lampiran 7 gambar 10.

  3. Bagaimana peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di Kota Medan?

1.3 Tujuan Dan Manfaat

  Peristiwa yang telah berlalu tidak dapat dipertunjukkan kembali, tetapi dapat direkonstruksi berdasarkan realita yang ada. Rekonstruksi itu dapat memberikan renungan bagi kehidupan manusia yang menjadi cerminan dari masa lampau, pelajaran di masa kini dan menjadi patokan di masa depan.

  Penelitian ini memiliki tujuan dan manfaat yang penting, bukan hanya bagi penulis tetapi juga bagi masyarakat umum yang bertujuan untuk:

  1. Menjelaskan sejarah berdirinya Kantor Resor Imigrasi Polonia.

  2. Menjelaskan perkembangan Kantor Resor Imigrasi Polonia.

  3. Menjelaskan peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal status pengungsi di kota Medan.

  Selain memberikan tujuan yang sesuai dengan di atas, diharapkan dari kajian ini menyumbangkan manfaat sebagai berikut:

  1. Menambah literatur penelitian untuk lembaga akademis khususnya dalam bidang kajian keimigrasian di Indonesia.

  2. Memperkaya pengetahuan masyarakat tentang peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal di Kota Medan.

3. Memperluas wawasan penulis mengenai Peranan Kantor Resor Imigrasi Polonia terhadap imigran ilegal di Kota Medan.

1.4 Tinjauan Pustaka

  Penelitian ini selain melakukan penelitian lapangan juga kepustakaan dengan menggunakan beberapa buku dan laporan. Penulisan karya ilmiah merupakan sebuah rangkaian yang saling berkaitan dengan menggunakan refrensi yang berhubungan. Penulis mengunakan beberapa buku panduan dasar dalam penelitian ini. Pertama, Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra dalam bukunya yang berjudul, “Lintas Sejarah Imigrasi Indonesia,” menjelaskan perjalanan panjang sejarah imigrasi Republik Indonesia. Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra menerangkan perkembangan kebijakan keimigrasian dari awal berdiri, struktur organisasi, pengaturan lalu lintas keimigrasian, pengaturan pengawasan orang asing, pelayanan kepada masyarakat yang melakukan perjalanan ke luar negeri, pergantian kepemimpinan keimigrasian. Buku Rahmadhan K.H dan Abrar Yusra ini sejalan dengan fakta sejarah yang diperoleh dari penelitian di lapangan dalam menjelaskan perjalanan sejarah keimigrasian di Indonesia. Perkembangan dan tantangan yang dihadapi pada masa kolonial Belanda, kolonial Jepang, kemerdekaan, Republik Indonesia Serikat, Orde Lama dan Orde Baru. Hal ini menambah wawasan penulis dalam melakukan penulisan skripsi.

  Kedua, Iman Santoso, dalam bukunya yang berjudul, “Perspektif Imigrasi dalam

  

Pembangunan Ekonomi dan Ketahanan Nasional .” Buku ini memaparkan imigrasi

  membawa pengaruh positif bagi yang melakukan karena bertujuan mencari tempat yang lebih baik untuk kehidupannya dari yang sebelumnya. Hal ini dinyatakan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan teknologi modernisasi serta peranan keimigrasian terhadap ketahanan nasional. Selain dampak positif terdapat juga dampak negatif, seperti imigran ilegal mengakibatkan munculnya penyelundupan dan penjualan manusia. Berbagai aspek negatif ini dapat mempengaruhi pola kehidupan dan tatanan sosial budaya serta ketahanan nasional. Buku Iman Santoso ini sesuai dengan kondisi penelitian di lapangan dalam memberikan pengaruh imigrasi baik secara positif maupun negatif dalam ekonomi dan ketahanan nasional Indonesia.

  Ketiga, Muhammad Indra, dalam disertasinya berjudul, “Perspektif Penegakan

  

Hukum dalam Hukum Keimigrasian Indonesia .” Disertasi ini mengungkapkan bahwa

  kegiatan imigrasi merupakan fenomena yang terjadi di tengah masyarakat yang tidak dapat dihindari dan berkembang pesat sejalan dengan keberadaan serta perkembangan manusia di berbagai belahan dunia. Muhammad Indra memaparkan hukum yang berlaku dalam keimigrasian di Indonesia dan pelaksanaannya. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapangan untuk menjelaskan undang-undang yang berlaku dalam keimigrasian di Indonesia dan membantu penulis dalam penelitian.

  Keempat, Mohammad Said dalam buku yang berjudul, “Koeli Kontrak Tempoe

  

Doeloe Dengan Derita Dan Kemarahannya .” Beliau mengutarakan bahwa perkembangan

  perkebunan yang pesat di Sumatera Timur yang didirikan oleh Jacobus Nienhuys membutuhkan buruh untuk meningkatkan produksi jualnya. Maka didatangkan buruh perkebunan dari negara lain seperti Cina dan India oleh Kolonial Belanda. Berjalannya waktu imigran menjadi penduduk tetap di Sumatera Utara. Masyarakat Cina dan India menjadi komunitas yang tinggal menetap dan menjadi penduduk Sumatera Utara hingga saat ini. Buku ini memberi pemahaman imigrasi di Sumatera Timur terjadi karena dibukanya perkebunan. Buku ini sesuai dengan fakta sejarah yang digali dari penelitian di lapangan dalam menerangkan peristiwa sejarah imigran datang ke Sumatera Utara.

  Kelima, Sihar Sihombing, dalam bukunya yang berjudul, “Hukum Keimigrasian,” menceritakan tentang hukum keimigrasian secara tepat. Buku ini menyatakan bahwa keimigrasian merupakan hal yang sangat penting untuk dikaji dari segi kedatangan warga asing yang semakin banyak. Buku ini sejalanan dengan kondisi penelitian di lapangan dalam memahami sejarah hukum imigrasi yang ditelah dimulai dari zaman penjajahan sampai reformasi dilengkapi dengan undang-undang yang berlaku dipaparkan dengan singkat dan jelas. Buku ini memberikan arahan tentang latar belakang yang terjadi dalam keimigrasian di Indonesia melalui sejarah perkembangan peraturan-peraturan keimigrasian kepada penulis di dalam mengerjakan skripsi ini.

  Keenam, International Organization for Migration (IOM) dalam bukunya yang berjudul, “Buku Petunjuk Bagi Petugas dalam Rangka Penanganan Kegiatan

  

Penyelundupan Manusia dan Tindak Pidana yang Berkaitan dan Penyelundupan Manusia .

  Buku ini menjelaskan tindakan petugas kepolisian dan imigrasi dalam menangani imigran ilegal, penyelundupan manusia, buku ini juga memaparkan peraturan hukum serta undang- undang yang berlaku menangani imigran ilegal dan penyelundupan manusia. Buku ini sesuai dengan fakta yang didapat dari penelitian di lapangan dalam penerapan peraturan yang terjadi di lapangan terkait penanganan imigran ilegal di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian

  Penelitian ilmiah haruslah menggunakan metode penelitian, salah satunya metode sejarah yang sangat penting. Metode sejarah ialah cara, petunjuk pelaksana, proses, prosedur

  

  atau teknik sistematis dalam penelitian untuk mendapatkan objek penelitian. Sistematika dalam metode sejarah sangat diperlukan peneliti melakukan rekonstruksi peristiwa masa lampau. Penulisan sejarah deskritif melalui tahap demi tahap, Louis Gottschalk menjelaskan metode sejarah sebagai proses menguji, menganalisis kesaksian sejarah untuk menemukan

  

  data autentik atau dipercaya. Berdasarkan pengertian di atas, Louis Gottschalk menempatkan empat pokok cara meneliti sejarah, sebagai berikut: Tahap pertama, heuristik atau pengumpulan sumber yang sesuai dan mendukung dalam penelitian. Metode penelitian ini dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan

  (library research) dan penelitian lapangan (field research). Penelitian kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan buku, majalah, artikel, skripsi dan karya tulis yang berkaitan dengan judul penelitian telah didapatkan. Penulis dalam penelitian lapangan melakukan metode wawancara tidak terstruktur, tetapi wawancara terbuka yaitu dengan mempersiapkan suatu pedoman wawancara (interview guide) dalam bentuk pertanyaan terbuka. Pertanyaan disusun sedemikian rupa sehingga informan tidak merasa terbatas dalam memberikan jawaban. Pengumpulan bahan yang digunakan memerlukan ilmu dukung yang relevan dengan penelitian ini seperti ilmu sosial yaitu hukum, politik dan sosiologi. Penggunaan ilmu dukung sosial yang berarti penelitian ini menggunakan pendekatan interdisiplin atau multidimensional yang memberikan karakteristik ilmiah untuk memandang suatu masalah dari berbagai dimensi, sehingga pemahaman tentang masalah itu semakin jelas. 11 12 Suhartono W. Pranoto, Teori dan Metodologi Sejarah, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010, hal. 11.

  Louis Gottschalk, dalam buku Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, hal. 44. Tahap kedua, verifikasi atau mengkritik sumber yang terdiri dari dua tahap, yaitu kritik eksternal dan internal. Pertama, kritik eksternal merupakan mengkritik berdasarkan keaslian sumber atau autentik, seperti menilai buku dari ejaan yang digunakan, kertas yang digunakan sudah sesuai atau tidak dengan tahun diterbitkan dan lain-lainnya. Kedua, kritik internal sebagai pemilihan sumber berdasarkan kesahihan sumber atau kredibilitas dari segi material atau isinya, seperti penilaian buku dilihat dari isinya benar atau hanya fiktif belaka.

  Tahap ketiga, interpretasi atau penafsiran. Pada tahapan ini data yang diperoleh dianalisis, sehingga melahirkan suatu analisa yang baru yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Objek kajian yang cukup jauh ke belakang serta minimnya data dan fakta yang ada membuat interpretasi menjadi sangat vital dan dibutuhkan keakuratan serta analisis yang tajam agar mendapatkan fakta sejarah yang objektif.

  Tahap terakhir, historiografi atau penulisan yakni penyusunan kesaksian yang dapat dipercaya menjadi satu kisah atau kajian yang menarik dan selalu berusaha memperhatikan aspek kronologisnya.