PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN POLUTAN PADA MESIN BENSIN Yuniarto Agus W

  

PEMANFAATAN ZEOLIT ALAM SEBAGAI ADSORBEN POLUTAN

PADA MESIN BENSIN

1)

  

Yuniarto Agus W

1 Teknik Mesin, Politeknik Negeri Malang, Jl Soekarno Hatta 9, Malang, 65141

  E-mail: dhimazyuni@gmail.com

  

Abstract

Zeolite which are already activated to be a catalyst can reduce monoxide carbon and

poisonous hydrocarbon gasses. Installation of zeolite is certainly affected to CO, HC

emission changes CO, HC as well power and fuel consumption. The purpose of this

research is determining a percentage of reduce in emission of CO, HC, also power and fuel

consumption of gasoline engines after installing the catalyst. Activation method under

acidic condition conduction conducted in laboratory, performance testing using the constant

a speed, the data obtained are then compared to the standard and presented in graphical

form. The results are decreasing 47% emission of CO and HC by 56,72% are occur mean

while power fell down by 1,43Hp or 6,12% and fuel consumption rise up by 11,23%

against the standard.

  Keywords: power, fuel consumotion, zeolite, catalysts,, activation

Abstrak

Zeolit yang sudah teraktifasi yang berfungsi sebagai katalis dapat mereduksi gas karbon

menoksida dan hirokarbon yang beracun. Pemasangan zeolit ini tentunya berdampak pada

terjadinya perubahan perubahan emisi CO, HC, daya dan konsumsi bahan bakar. tujuan

menentukan besar prosentase penurunan emisi CO, HC, daya serta konsumsi bahan bakar

setelah mesin bensin terpasang katalis. Metode aktifasi zeolit dalam suasana asam

dilakukan secara eksperimen laboratorium, pengujian kinerja mesin menggunakan metoda

constan speed , data yang didapat selanjutnya dibandingkan terhadap standar serta disajikan

dalam bentuk grafik, Hasil terjadi penurunan emisi CO sebesar 47% dan HC sebesar

56,72%. Daya turun sebesar 1,43 hp atau 6,12% dan konsumsi bahan bakar naik 11,21%

terhadap standar Kata Kunci: daya, konsumsi bahan bakar, zeolit, katalis, aktifasi

  PENDAHULUAN

  Peningkatan jumlah kendaraan sebagai sarana transportasi yaitu mesin bensin, mesin diesel dan sepeda motor di jalan raya eningkat secara signifikan, sehingga memungkinkan terbentuknya polutan dalam jumlah besar. Polutan tersebut terbentuk sebagai akibat proses pembakaran tidak sempurna. Proses pembakaran pada mesin bensin yang berlangsung secara cepat antara hidrogen, karbon dan oksigen akan menghasilkan energi panas. Hasil reaksi pembakaran tersebut sangat tergantung pada suhu dan tekanan saat proses tersebut berlangsung. Proses tersebut sangat berpengaruh pada polutan yang terbentuk sehingga membahayakan kelangsungan mahluk hidup. Untuk mengurangi emisi polutan yang terjadi akibat proses pembakaran yang tidak sempurna, maka perlu perlakuan khusus (treatment) untuk menguranginya, diantaranya dengan mengatur perbandingan udara dan bahan bakar, membentuk droplet yang halus, ketepatan dalam proses pembakaran atau memasang katalitik koventer jenis three way catalyst dimana bagian dalamnya berisi material yang bersifat sebagai katalis.

  Zeolit adalah mineral yang tersusun dari kristal alumino silikat yang terhidrasi mengandung kathion alkali dan alkali tanah dalam kerangka tiga dimensi dengan rumus kimia M

  2 nO.Al

  2 O 3 xSiO 2 yH

2 O

  (Ma∙ruf Anwar, 2012). Dalam penggunaannya zeolit mempunyai sifat sebagai (1). Penyerap karena sifatnya yang selektif dan mempunyai kapasitas tukar ion cukup tinggi dan juga dapat memisahkan molekul molekul berdasarkan ukuran dan bentuk struktur kristal zeolit, (2). Penukar kation sebab kation dalam zeolit dapat ditukar dengan kation lain yang berasal dari luar kerangka dalam satu larutan. Kapasitas tukar ion kation bergantung pada ukuran ion, dan jenis zeolit sebab ion dalam pori kristal zeolit yang bergerak bebas. (3). Katalis karena di dalam pori terdapat volume kosong yang besar, perbandingan antara atom Si dan Al akan mempengaruhi sifat zeolit akan meningkatkan konsentrasi oksigen (Harahap. S, 2006). Jenis material zeolit yang digunakan adalah katalis heterogen yaitu katalis yang berbeda fasa dengan campuran reaksinya (katalis pada fasa berbeda, biasanya gas pada solid), umumnya fasanya padat sedangkan reaktan dan produkanya adalah phase cair atau gas. Penggunaan zeolit sebagai katalis mampu mengosidasi CO dalam fase gas terjadi pada suhu 250°C sampai dengan 300°C, sedangkan HC terjadi pada suhu 400°C sampai dengan 550°C (Martyn, 2009).

  Katalis adalah zat yang dapat meningkatkan laju reaksi tanpa dirinya sendiri terlibat dalam reaksi secara permanen tanpa mempengaruhi kesetimbangan reaksi dan komposisi. Sedangkan katalisasi merupakan diperlukan untuk mempercepat reaksi dimana katalisator tersebut tidak turut dalam reaksi sebagai produk. Produk tersebut adalah hasil dari tabrakan antara molekul atau ion dari rekatan akibat energi yang dimilikinya pada suhu kamar energinya rendah. Tahapan-tahapan dalam reaksi katalitik yang terjadi pada skala molekuler adalah (Fogler, 1992) meliputi (1). Transfer massa reaktan dari bagian utama fluida ke permukaan luar yang kasar dari partikel katalis, (2). Difusi atau penyebaran molekul dan/atau aliran knudsen dari permukaan luar partikel ke struktur pori bagian dalam, (3). Penyerapan kimia dari sekurang-kurangnya satu reaktan pada permukaan katalis, (4). Reaksi pada permukaan, yang mana dapat meliputi beberapa tahap reaksi, (5). Desorpsi (secara kimia) spesies terabsorpsi dari permukaan katalis, (6). Transfer produk dari pori-pori katalis dibagian dalam ke permukaan luar yang kasar dari katalis oleh difusi molekul normal dan atau difusi knudsen dan (7). Transfer massa produk dari permukaan bagian luar partikel ke bagian terbesar dari lapisan batas fluida.

  Polutan didefinisikan sebagai bahan yang dapat mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan dalam fase gas, padat dan cair, atau bahan bukan atau zat-zat asing didalam udara yang menyebabkan perubahan susunan atau komponsisi udara dari kondisi normalnya (Suci N.S, 2012). Polutan dalam fase gas salah satunya adalah CO. Zat ini merupakan residu hasil pembakaran tidak sempurna dari mesin kendaraan bermotor, alat pemanas, peralatan yang menggunakan bahan api yang berazaskan karbon dan nyala api. Sifat zat ini tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak mengiritasi, mudah terbakar dan sangat beracun (Murti H, 2007). Penyebab CO diantaranya (1). start dingin dimana akibat perbandingan bahan bakar dan udara tidak stoichiometri, (2). A/F dan homogenitas bahan bakar kualitas campuran akan mempermudah oksigen untuk bereaksi dengan karbon. Kurangnya oksigen dalam campuran mengakibatkan karbon bereaksi tidak sempurna dengan oksigen (sehingga terbentuk CO). Terjadinya disosiasi dapat menyebabkan terbentuknya CO saat suhu pembakaran tinggi pada campuran miskin dan suu pembakaran tinggi. Kondisi ini mengakibatkan oksigen yang terbentuk dalam CO

  2 akan melepaskan diri dan membentuk CO dan O 2 .

  Polutan dalam padat salah satunya HC, senyawa yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen, dimana memiliki rantai karbon dan atom atom hidrogen yang berkaitan dengan rantai tersebut yang timbul sebagai akibat proses pembakaran yang tidak sempurna. Selain akibat proses pembakaran yang tidak sempurna HC juga terbentuk akibat suhu penyalaan yang kurang tinggi atau akibat tertundanya waktu pembakaran, selain itu juga terjadinya over lapping valve, sehingga HC tidak dapat keluar ke saluran pembuangan. Penyebab lain yaitu terjadinya crevice volume, dimana kondisi ini terjadi akibat celah kecil antara piston ring dan piston atau antara ring piston dengan silinder, saat proses pembakaran terjadi api tidak dapat menjangkau lokasi tersebut, akibatnya terjadi perbedaan temperatur sehingga, ada sebagian bahan bakar yang tidak terbakar mengakibatkan timbul HC yang cukup besar. Oil on combustion chamber walls juga penyebab terjadinya HC, dimana terjadi saat kompressi berlangsung dan saat itu ada sebagian pelumas menyerap uap bahan bakar akibatnya oli masuk kedalam ruang bakar dan ikut terbakar saat piston melakukan gerak ekspansi, sehingga terbentuk deposit HC.

  Pembakaran merupakan fenomena yang komplek, sebab pada proses pembakaran secara konvensional harus ada campuran bakan bakar yang homogen dari uap bahan bakar dan udara, adanya pemantik dan membentuk lapisan tipis api yang dapat menyebar keseluruh lokasi bahan bakar dengan laju tertentu. Selain itu pancaran api yang stabil serta dapat mengembang di ruang bakar. Pada proses pembakaran yang baik tentunya menghasilkan nilai lamda berkisar 1, sebab lamda didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah udara sesungguhnya terhadap teori stoichiometric. Reaksi pembakaran sempurna merupakan suatu reaksi bahan bakar dan udara dengan perbandingan 1:14,7, dengan reaksi kimianya (Syahrani A, 2006) yang terjadi:

  2C

  8 H 18 +25O 2 → 16CO 2 +18H

2 O+energi

  Reaksi pembakaran sebenarnya adalah reaksi pembakaran reaktan yang tidak sempurna antara bahan bakar bensin dan udara sehingga dihasilkan gas buang CO

  2 , CO, O 2 , HC,

  H

2 O, N 2 , dan NOx (Yuniarto, 2014). Reaksi kimia pembakaran yang terjadi: 2C H +7,5(O +3,76N +4CO+2O +32HC+2H O+13,60N +2NO.

  8

  18

  2 2 ) → 2CO

  2

  2

  2

  2 Peneliti sebelumnya tentang zeolit alam untuk katalis gas buang mesin kendaraaan

  diantaranya, (1). Yuniarto A.W. 2015. Menyimpulkan bahwa pada suhu 435°C dengan massa zeolit alam dapat mereduksi 27,35% CO dan 35,56% HC terhadap standar saat mesin berputar 3500rpm. (2). Muhaji. 2014. Menyimpulkan bahwa zeolit alam yang tercampur mangan sebagai katalis dalam bentuk pelet yang terpasang pada mesin empat

  o

  langkah multi silinder. Saat suhu 598 C dan λ=1,025, dapat menurunkan HC rerata sebesar 58,46% HC dan CO naik 17,88% jika dibandingkan standar. (3). Hasibuan A.R.

  2012 menyimpulkan zeolit alam dengan loading 20% dapat mereduksi NO

  2 sebesar 45 sampai 49% terhadap awal.

  Tingginya suhu gas buang hasil pembakaran yang keluar melalui intake manifold masih tinggi, sehingga mengakibatkan timbul gas CO dan partikulat HC merupakan masalah yang terjadi. Kondisi ini akibat suhu yang tinggi tersebut merupakan energi yang mampu memanaskan zeolit sebagai katalis yang digunakan untuk mereduksi CO dan HC. Batasan masalah ini diantaranya, (1). Putaran mesin saat proses pengujian berlangsung 5500rpm sampai dengan stasioner yaitu 750rpm, (2). Mesin konvensional (menggunakan karburator), (3). Diameter bore 80mm (4). Stroke 85mm, (5). Perbandingan kompresi 8,5:1max horse power 140 HP/5200rpm dan (6). Max torque 21,6 kgm atau 156 lb.ft pada 3600rpm. Polutan yang terukur CO dan HC serta luas kontak permukaan 4816cm² dan 6020cm² (Anonim, 1980).

  Tujuan penelitian untuk menentukan prosentase perubahan CO dan HC saat terpasang katalis zeolit dan besar perubahan emisi rata rata CO dan HC dengan variasi putaran mesin. Selain untuk menentukan besar perubahan daya dan konsumsi bahan bakar saat zeolit alam sudah teraktivasi dibandingkan terhadap standar

  Variabel penelitian adalah suatu nilai objek kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Penelitian ini menggunakan variabel tetap dan bebas, variabel tetap adalah terdiri dari putaran mesin yaitu 750, 1000, 1500, 2000, 2500, 3000, 3500, 4000, 4500,5000 dan 5500rpm serta luas kontak permukaan katalis zeolit sebesar 75%, 90%, 100%, 125%, dan 140%. Sedang variabel bergantung adalah emisi CO dan HC untuk polutan, sedangkan untuk kinerja mesin adalah daya engine dan pemakaian bahan bakar

  Karakteristik mesin bensin ditunjukkan oleh hasil kinerja mesin tersebut, sehingga diharapkan penggunaan mesin efisien. Pada pembahasan kinerja mesin yang dihahas adalah (1). Daya, di mana fungsi daya adalah untuk memperoleh kecepatan tinggi dengan waktu yang relatif singkat, sehingga daya merupakan hasil konversi energi kimia menjadi energi mekanik saat mesin bekerja. Untuk mengetahui besar daya yang dihasilkan menggunakan persamaan (Tirtoatmodjo. 2000).

  d /X

  BHP = 2π.P.R.N dengan: BHP = brake horse power (dk) P = Gaya aksi dinamo meter (N) R = Panjang lengan dinamo meter (m) N d = Putaran mesin (rpm) X = faktor penkonversi besarnya (45000N.m/det)/dk

  Selain itu juga penggunaan bahan bakar spesifik (spesific fuel consumption) merupakan jumlah kilogram bahan bakar yang dibutuhkan mesin setiap jam untuk menghasilkan daya efektif sebesar 1 hp selama satu jam. Rumusan untuk konsumsi bahan bakar spesifik adalah (Tirtoatmodjo. 2000)

  Bsfc = 3600 m/ Bhp t (Kg/hp. Jam) dengan: Bsfc = Konsumsi bahan bakar (Kg/hp. Jam) M = massa bahan bakar (kg)

  o

  Sg bensin = 0,728 (1atm, 31

  C)

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini menggunakan metoda laboratory eksperimental, yaitu metode penelitian dengan membandingkan antara komdisi standar terhadap kondisi setela terpasang katalis zeolit menggunakan sarana laboratorium sebagai basis dalam mencari data. Proses penelitian menggunakan proses kimia dan fisika, proses kimia bertujuan untuk membuka pori pada agar proses adsorbsi dapat berlangsung. Aktivasi berlangsung dengan suasana asam melalui pencucian dan perendaman terlebih dulu, tujuan pencucian untuk menghilangkan kototan. Perendaman bertujuan untuk meningkatkan rasio Si terhadap Al, proses pengeringan merupakan proses selanjutnya, dengan tujuan menghilangkan kandungan air yang terdapat didalam zeolit. Proses fisika dengan menghaluskan ukuran butiran sampai 200 mesh. Tujuan untuk menghasilkan ukuran butiran yang halus, sebab akan memperbesar luas bidang kontak sehingga proses adsorbsi menjadi meningkat. Pengujian proses adsorbsi gas CO dan HC kinerja mesin dan gas buang mengacu pada constan speed, di mana putaran mesin mulai dari 5500rpm sampai dengan stasioner. Data pengujian yang didapat selanjutnya dihitung dengan persamaan selanjutnya disajikan dalam bentuk grafik.

  Metoda pengujian kinerja mesin dilakukan dengan meletakkan serbuk zeolit dengan luas tertentu yang telah dipadatkan dalam knalpot dengan jarak 70cm terhadap exhaust

  

manifold . Letak serbuk ini diharapkan tidak mengganggu aliran gas buang maupun

  kinerja mesin dalam masalah ini adalah daya, konsumsi bahan bakar saat mesin beroperasi dan besarnya lamda atau perbandingan udara terhadap baan bakar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Analisis berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 tampak bahwa luas kontak yang besar tidak menghasilkan penurunan emisi yang besar juga. Kemunngkinan yang timbul saat kondisi ini adalah ukuran butiran yang kurang seragam, selain itu juga adanya pori dari katalis yang kurang terbuka. Kondisi lain adalah peletakan katalis di dalam muffler tidak tepat (terlalu jauh atau terlalu dekat), sebab letak yang terlalu dekat menyebabkan temperatur dalam proses adsorbsi masih tinggi. Selain itu jarak peletakkan yang dekat akan menyebabkan tekanan kerja dari gas buang masih tinggi, sebaliknya jika letak katalis tersebut terlalu jauh yang terjadi adalah sebaliknya. Dimensi katalis tentunya menyebabkan kemampuan zeolit dalam mengadsobsi gas CO dan partikulat HC juga berubah untuk setiap putaran. Jika dimensi kemasan zeolit tersebut berlapis maka tentunya serapnnya juga berkurang, sebab pada kondisi yang berlapis tentunya proses turbulensi dari aliran gas menjadi berkurang. Berdasarkan gambar 1 juga tampak bahwa distribusi pengujian ini dengan menggunakan tingkat kepercayaan 5% dapat diterima artinya zeolit ini dapat digunakan.

  Penurunan emisi mesin kendaraan tersebut saat tidak menggunakan katalis menghasilkan emisi yang tinggi, sedangkan pada saat terpasang katallis dengan luas

  2

  4816cm menghasilkan penuruanan emisi terkecil sebesar 38,14% terhadap standar, sedang terbesar sebesar 47,35 saat 4500rpm terhadap standar. Jika dibandingkan untuk

  2

  luasan 6020cm yang seharusnya mampu mengadsorsi lebih banyak jika dibandingkan

  2

  dengan luas 4816cm . Akan tetapi berdasarkan gambar 1 tampak bahwa prosentase penurunannya lebih kecil. Saat putaran stasioner terjadi penurunan sebesar 22,63%, sedang penurunan terbesar 30,12% terhadap standar. Ditinjau terhadap perubahan

  2

  putaran secara keseluruhan perubahan CO untuk luas 4816cm maupun untuk luas

  2

  6020cm tidak terlalu signifikan. Prosesntase perubahan penurunan setiap kondisi putaran mesin ditunjukkan oleh tabel 1.

  Hasil pengujuan HC saat tidak menggunakan katalis maupun menggunakan katalis

  2

  2

  dengan luas 4816cm dan 6020cm ditunjukkan oleh gambar 2. Saat itu kecenderungan hasil pemgujiannya mendekati sama, akan tetapi prosentase penurunan partikulat saat menggunakan katalis turun secara signifikan seperti ditunjukkan tabel 2. Terbentuknya emisi HC yang tinggi tersebut terjadi penurunan saat 1000rpm sebesar 20,54% untuk

  2

  2

  luas 4816cm dan 16,10% untuk luas 6020cm . Sedang prosentase penurunan HC

  Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  2

  terbesar 62,91% terhadap standar saat 4000rpm dengan luas 6020cm .sebesar 37,25%

  2

  untuk luas 4816cm terjadi saat 5500rpm, besar prosesntase rerata perubahan HC untuk setiap putaran mesin ditunjukan oleh tabel 2. Berdasarkan gambar 1 dan 2 tersebut tampak bahwa terjadi penurunan CO dan HC untuk setiap putaran mesin, kondisi ini akibat dari terjadinya proses pembakaran, di mana pada kondisi awal terjadi proses pembakaran dengan kondisi bahan bakar yang gemuk, sehingga CO dan HC masi tetap besar.

  Gambar 1. Produksi Polutan CO Gambar 2. Produksi Polutan HC Kondisi ini sebagai akibat terjadinya proses penyeimbang antara bahan bakar yang diperlukan terhadap kebutuhan udara saat proses pembakaran berlangsung, akan tetapi tidak meningkatkan turbulensi aliran bahan didalam ruang bakar akibatnya gas buang yang dihasilkan juga masin tinggi.

  Tabel 1 Tabel 2 Prosentase penurunan CO terhadap standar Prosentase penurunan HC terhadap standar Kenaikan putaran mesin ini mengakibatkan terjadinya peningkatan turbulensi aliran bahan bakar di ruang bakar, sehingga gas buang sedikit berkurang. Pada putaran

  2

  menengah sampai tinggi antara 3500rpm keatas untuk luasan 4816cm terjadi perubahan daya adsorsi yang besar, jika dibandingkan terhadap putaran rendah. Kondisi ini terjadi karena kenaikan putaran akan meningkatkan turbulensi aliran bahan bakar dan juga

  Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  bahan bakar sudah homogen dan berbantuk kabut yang halus. Selain itu juga terjadi over lapping valve sehingga gas buang dapat mengalir tanpa hambatan.

  Perbahan daya sebelum dan sesudah terpasang katalis ditunjukkan oleh gambar 3 di mana pada kondisi saat terpasang katalis maupun tidak terpasang menunjukkan kecenderungan yang sama. Saat putaran mesin rendah menghasilkan daya yang rendah pula. Kenaikan putaran berakibat pada naiknya daya sampai dengan putaran tertentu. Kenaikan akibat dari beberapa penyebab kendala suda teratasi, diantaranya terjadinya kenaikan suhu pembakaran menyebabkan bahan bakar sudah homogen dan partikel partikel bahan bakarnya sudah dalam bentuk kabut. Selain itu kenaikan suu tentukan akan menaikkan tekanan yang terjadi pada ruang bakar, sehingga proses pembakarannya menjadi lebih sempuna kondisi ini tentunya akan meningkatkan daya dari mesin. Setelah pada titik tertentu maka daya yang dihasilkan menjadi turun, sebab pada kondisi tersebut bahan bakar yang digunakan untuk proses pembakaran menjadi berkurang. Akibat kurangnya bahan bakar dan banyaknya udara maka mengakibatkan terjadi pembakaran yang tidak sempurna. Kondisi ini juga ada hubungannya dengan emisi CO dan HC. Pada kondisi ini menghasilkan emisi yang tinggi.

  Gambar 3. Pengaruh daya Gambar 4. Pengaruh sfc Besarnya perubahan daya untuk setiap kondisi putaran mesin ditunjukkan oleh tabel

  3, dimana pada kondisi ini saat tanpa menggunakan katalis atau kondisi standar menghasilkan daya minimum sebesar 24,60hp, daya tertinggi sebesar 82,59hp pada

  2

  5000rpm. Saat terpasang katalis dengan luas 4816cm menghasilkan daya minimum 23,17hp untuk putaran stasioner dan maksimum 78,99hp untuk 5000rpm, artinya saat terpasang katalis ini terjadi penurunan daya minimum 2,92% terhadap standar saat 3500rpm dan penurunan daya terbesar 6,12% saat putaran stasioner. Untuk kondisi

  2

  terpasang katalis dengan luas 6020 cm menghasilkan daya minimum 21,87hp untuk putaran stasioner dan maksimum 78,83hp untuk 5000rpm. Pada saat ini terjadi penurunan daya minimum sebesar 6,38%, dan maksimum 12,48% terhadap standar.

  Berdasarkan gambar 5 dan tabel 5 menunjukkan kecenderungan perubahan waktu konsumsi bahan bakar yang diperlukan untuk menghabiskan 100ml dan juga banyaknya baham bakar yang diperlukan menghasilkan daya untuk waktu yang singkat akan menghasilkan daya yang relatif kecil, di mana saat itu putaran mesin menjadi tinggi. Sedangkan konsumsi bahan bakar akan meningkat saat menggunakan katalis dengan

  2

  luas 4816cm , di mana saat itu daya yang dihasilkan sebesar 62,02hp sampai dengan 70,25hp, dimana saat itu memerlukan konsumsi bahan bakar sebesar 0, 1631 kg/hp jam.

  Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

  Kenaikan konsumsi bahan bakar terbesar terjadi sebesar 12,21% pada 4500rpm dan

  2 terkecil 7,29% terhadap standar untuk luas 4816cm .

  Tabel 3 Tabel 4 Prosentase perubahan daya Prosentase perubahan waktu bahan bakar

  Tabel 5 Prosentase perubahan konsumsi Gambar 5. Pengaruh sfc

  SIMPULAN

  Besar perubahan terbesar CO sebesar 47% dan 56,72% untuk HC pada antara

  2

  2

  4500rpm sampai dengan 5500rpm untuk luas 4816 cm . Sedang untuk luas 6020cm terjadi penurunan sebesar 30,12% untuk CO dan 29,62% untuk HC terhadap standar. Perubahan daya terbesar setelah terpasang katalis ternyata turun sebesar 6,12% untuk

  2

  2

  luas 4816 cm dan 12,48% untuk luas 6020cm terhadap standar. Besar konsumsi bahan

  2

  bakar naik saat terpasang katalis sebesar 11,21% untuk luas 4816 cm dan 20,96%

  2

  untuk luas 6020cm terhadap standar Saran, perlu dicoba metoda pengujian kinerja mesin dengan standar yang lain, pengukuran temperatur kerja gas sebelum dan sesudah melewati katalis. Perlu perhitungan tekanan efektif reratanya dan efisiensi saat terpasang katalis

  Seminar Nasional Terapan Riset Inovatif SEMARANG, 15

  • – 16 Oktober 2016

DAFTAR PUSTAKA

  Arrend.BPM, 1996, Motor Bensin , Erlangga Jakarta, 22 Fogler S. H., 1992. Elements of Chemical Reaction Engineering, 2

  nd edition, Prentice-

  Hall International, Inc.USA , 126

  Harahap S. 2006. Kajian Bahan Galian Zeolit Untuk Dimanfaatkan Sebagai Bahan Baku Pupuk , Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatra Utara, Medan, 22-26

  Hasibuan A.R, 2012, menyimpulkan zeolit alam dengan loading 20% dapat mereduksi NO

  2 sebesar 45 sampai 49% terhadap awal.

  Anonim, (1980). Engine toyota type 4M, P.T Toyota Astra, Pedoman Reparasi Mesin Crown type 2M dan 4M,: Jakarta)

  Bioetanol, Seminar Nasional Lingkungan Hidup. Program Studi Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

  Muhaji, 2014, Penerapan Knalpot Ramah Lingkungan pada Kendaraan Ringan Multi Silinder, Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan (APTEKINDO) ke 7 FPTK, 703-714

  Murti H, 2007, Keracunan karbon monoksida, Sentra Informasi Keracunan Nasional Badan POM, 1. Suci N.S, 2012, Penggunaan Tumbuhan Sebagai Pereduksi Pencemaran Udara, Tugas

  Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, 2. Sugiyono, 2009, Statistik untuk Penelitian, C.V Alfabeta Bandung Syahrani A, 2006, Analisa Kinerja Mesin Bensin Berdasarkan asil Uji Emisi, Jurnal

  SMARTek, Vol 4 No 4, Nopember 2006, 260-266 Tirtoatmojo R dan Setiawan J, 2000, Peningkatan Unjuk Kerja Motor Bensin 4 Langkah dengan Penggunaan Busi Splitfire SF 392D dan Kabel Busi Hurricane, Jurnal Teknik mesin Vol II, No 2, Oktober 2000:114 - 120

  Yuniarto Agus W, 2015, The Improvement Of Burning Systim By Utilize Zeolite

  Catalyst To Reduce The Engine Exhaust Emissions , International Journal of Engineering Research and Development

  e-ISSN: 2278-067X, p-ISSN: 2278-800X, 10

  Ma’ruf Anwar (2012). Penggunaan Zeolit Alam Sebagai Adsorben pada Pembuatan