RANCANGAN AWAL RPJMD KOTA BANDUNG TAHUN 2018-2023

1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

IPM Kota Bandung ditargetkan meningkat menurut hasil proyeksi berdasarkan pencapaian IPM tahun-tahun sebelumnya. Peningkatan target IPM ini selaras dengan meningkatnya komponen-komponen pendukung IPM. Komponen IPM yang relatif paling reaktif mempengaruhi pencapaian IPM adalah Pengeluaran Per Kapita Per Tahun yang Disesuaikan. Hal ini terlihat dari tabel diatas bahwa pergerakan komponen lain seperti Harapan Lama Sekolah, Rata-rata Lama Sekolah, Angka Harapan Hidup; relatif lebih lambat kenaikannya.

berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

Indikator Reformasi Birokrasi adalah Indeks Persepsi Korupsi (IPK), Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap Laporan Keuangan, Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), indeks kemudahan berusaha, Survei Kepuasan Masyarakat.

Implementasi Reformasi Birokrasi sangat penting dan merupakan suatu keharusan di era milenial saat ini, mengingat perubahan tatanan kehidupan yang terjadi di tengah masyarakat sangat cepat sehingga harus diimbangi oleh kinerja birokrasi yang cepat, efektif dan efisien. Untuk mencapai tujuan atau keadaan yang ingin dicapai terkait peningkatan kualitas pelayanan publik dapat dilihat dari pencapaian kinerja beberapa variabel atau area perubahan dalam komponen Indeks Reformasi Birokrasi sebagai berikut :

Penghitungan indeks reformasi birokrasi dapat dilihat dari pencapaian kinerja masing-masing variabel atau area perubahan berdasarkan

persen per tahun selama kurun waktu, dari tahun 2019 sampai dengan 2023. Target ini diproyeksikan berdasarkan pencapaian LPE tahun 2013 sampai dengan 2018. Pertumbuhan diproyeksikan stabil di 7 persen, mengingat pencapaian diatas 5 persen itu termasuk sangat tinggi.

Uraian tentang LPE ini akan terkait dengan PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. Hal ini terjadi karena konsep-konsep yang ada saling berkaitan. PDRB atas dasar harga berlaku adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun berjalan, yang digunakan untuk mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan struktur ekonomi suatu daerah. Sementara PDRB atas dasar harga konstan adalah nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun dasar, yang digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi (LPE) atau dengan bahasa teknis perhitungan LPE berdasarkan perubahan PDRB atas dasar harga konstan tahun beriringan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan produk nasional bruto atau pendapatan nasional riil. Dengan kata lain, perekonomian mengalami perkembangan jika terjadi pertumbuhan

Gini ratio bernilai 0 berarti pemerataan sempurna, sedangkan apabila bernilai 1 berarti ketimpangan sempurna. Nilai Gini ratio lebih dari 0 sampai dengan kurang dari 0,4 berarti ketimpangan rendah. Nilai Gini ratio antara 0,4 sampai dengan 0,5 berarti ketimpangan sedang. Nilai Gini ratio lebih dari 0,5 sampai dengan kurang dari 1 berarti ketimpangan tinggi.

Rasio Gini atau koefisien adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Ini didasarkan pada kurva Lorenz, yaitu sebuah kurva pengeluaran kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variable tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Koefisien Gini (Gini Ratio) adalah ukuran ketidakmerataan atau ketimpangan agregat (secara keseluruhan) yang angkanya berkisar antara nol (pemerataan sempurna) hingga satu (ketimpangan yang sempurna).

Suatu distribusi pendapatan makin merata jika nilai Koefisien Gini mendekati nol (0). Sebaliknya, suatu distribusi pendapatan dikatakan makin tidak merata jika nilai Koefisien Gini nya makin mendekati satu. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

pendapatan itu hanya diterima oleh satu orang atau satu kelompok saja.

5. Liveable City Index Aspek Tata Ruang, Lingkungan Hidup, dan Infrastruktur

Liveable City Index mengukur tingkat kenyamanan kota, didasarkan atas persepsi warga kota terhadap kotanya, mengenai kelayakhunian kota tempat tinggalnya. Indeks ini lebih dimaksudkan mengukur kualitas kehidupan warga kota. Indeks ini mengukur ketersediaan sarana kebutuhan dasar (perumahan, air, listrik, dsb); ketersediaan fasilitas publik (transportasi, taman-taman kota, fasilitas beribadah, kesehatan, pendidikan, dsb); ketersediaan ruang publik dan tempat berinteraksi bagi masyarakat; keamanan; dukungan fungsi ekonomi, sosial, dan budaya di kota; serta sanitasi. Index Liveable City ditargetkan diangka 73 berdasarkan perolehan angka di tahun 2017.

Livable City adalah kota yang layak huni dimana masyarakat kota dapat mencari pekerjaan, melayani kebutuhan dasar termasuk air bersih dan sanitasi, memiliki akses untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak, hidup dalam komunitas yang aman dan lingkungan yang

Aspek Transportasi (Jalan, Angkutan)

Aspek Fasilitas Kesehatan

Aspek Fasilitas Pendidikan

Aspek Infrastruktur – Utilitas (Listrik, Air, Telekomunikasi) Aspek Ekonomi (LapanganKerja, LokasiKerja)

Aspek Keamanan

Aspek Sosial (Kebudayaan, InteraksiWarga)

Khusus terkait indikator tujuan Terwujudnya infrastruktur dan tata ruang kota yang berkualitas dan berwawasan lingkungan maka aspek yang diukur hanya 3 aspek yaitu Tata Ruang, Lingkungan Hidup, dan Infrastruktur.

Data

1 Indeks Modal Sosial

2 Harapan Lama Sekolah

Tahun

13.90 14.00 14.01 14.01 14.02 14.03 BPS

3 Umur Harapan Hidup

4 Nilai Evaluasi AKIP

Predikat

A A A A A A Kemen PAN

5 Nilai LPPD

Tinggi Kemendagri

6 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan

7 Indeks Kepuasan Masyarakat

75,79 Perguruan Tinggi

8 Level Kematangan Smart City

Smart Kemen Kominfo

9 PDRB Per Kapita

Juta Rp

10 Indeks Pariwisata

poin

3.27 3.44 3.59 3.68 3.71 3.73 Pariwisata Dinas

11 Tingkat Pengangguran Terbuka

8.44 8.39 8.34 8.29 8.25 8,22 BPS

12 Angka Kemiskinan

13 Persentase RTH

12.2 12.4 12.6 12.8 13.0 13.2 DPKP3

14 Lama Genangan Yang Tertangani Pada Titik Genangan

Menit

80 60 40 30 DPU

16 Persentase Luasan Kawasan Kumuh

8 7 6 5 4 DPKP3

17 Cakupan Layanan Air Bersih

76 83 86 91 93 95 DPU

18 Indeks Kualitas Lingkungan Hidup

19 Cakupan Layanan Pengelolaan Sampah Kota

10% dari Dan Swasta Dalam Pembangunan

20 Tingkat Partisipasi Dan Kolaborasi Masyarakat

tahun BPKA

21 Persentase Prioritas Pembangunan Melalui CSR

22 Persentase Prioritas Pembangunan Melalui Swasta

Sumber: Proyeksi Bappelitbang Kota Bandung

Bandung untuk menjawab permasalahan sosial kemasyarakatan sekaligus tantangan untuk meningkatkan pembangunan inklusif yang berkeadilan,

mensejahterakan dan membahagiakan masyarakat.

Tujuan dilaksanakannya pengukuran indeks Modal Sosial Kota Bandung adalah untuk mengetahui kohesifitas sosial masyarakat Kota Bandung yang menggambarkan adanya toleransi, saling percaya, gotong royong secara berkala sebagai bahan penetapan kebijakan dalam rangka peningkatan program pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Rencana tindak lanjut dari pengukuran indeks Modal Sosial ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan atau pedoman dalam perencanaan pembangunan Kota Bandung.

Dimensi, Indikator dan Pernyataan Pengukuran Indeks Modal Sosial

Dimensi

Indikator

Pernyataan/ Pertanyaan

1. Sikap

1. Sikap Percaya/trust

1. Sikap

Percaya

Percaya

Menitipkan anak

dan

kepada tetangga

toleransi

Percaya Menitipkan

2. Sikap

rumah kepada tetangga

3. Sikap Percaya pada

2. Aksi

4. Resiprositas

13. Kemudahan Mendapat

bersama

Pertolongan

14. Bersedia membantu tetangga

yang kesulitan

5. Aksi Bersama

15. Mengikuti kegiatan bersama

untuk kepentingan warga

16. Partisipasi dalam kegiatan keagamaan

17. Mengikuti kegiatan bersama

untuk membantu warga

18. Partisipasi dalam kegiatan

sosial kemasyarakatan

3. Kelompok

6. Partisipasi

dalam

19. Frekwensi pertemuan

dan

kelompok warga di lingkungan

jejaraing

20. Pengambilan keputusan

di lingkungan

21. Mengikuti pertemuan warga (rapat)

22. Memberikan pendapat/saran dalam pertemuan

7. Jejaring

23. Jumlah

oleh setiap anak.

8.1.3 Umur Harapan Hidup

Umur Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata ‐ rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Umur Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Umur Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

Umur harapan hidup (UHH), dijadikan indikator dalam mengukur kesehatan suatu individu di suatu daerah. UHH adalah rata-rata perkiraan banyak tahun yang dapat ditempuh seseorang selama hidup. UHH diartikan sebagai umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada waktu tertentu. UHH di hitung

kualitas maupun implementasinya. Berikut beberapa komponen serta bobot penilaian AKIP, diantaranya :

Perencanaan Kinerja (30%)

8.1.5 Nilai LPPD

Laporan

Penyelenggaraan

Pemerintahan

Daerah

kepada

Pemerintah yang selanjutnya disebut LPPD adalah laporan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun

- pembinaan batas wilayah; - pencegahan dan penanggulangan bencana; - pengelolaan kawasan khusus yang menjadi kewenangan

daerah; - penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; dan - tugas-tugas

lainnya yang dilaksanakan oleh daerah.

umum

pemerintahan

8.1.6 Opini BPK Terhadap Laporan Keuangan

Pencapaian indikator kinerja Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah di dapat dari pemenuhan beberapa kriteria penilaian seperti kesesuaian standar akuntansi pemerintah,

internal, kecukupan pengungkapan informasi, dan kepatuhan pada peraturan perundang-undangan.

efektivitas

penilaian

Kriteria Opini

1. Pembatasan lingkup Pembatasan terhadap lingkup audit terdiri atas:

mempunyai konsekuensi maksimal pengecualian terhadap akun tertentu tersebut (apabila tidak dilakukan koreksi). Akan tetapi, hal ini tidak berpengaruh terhadap penyajian LK secara keseluruhan.

b. Suatu akun dan terhadap LK secara keseluruhan Tingkat materialitas ini dapat menghasilkan pendapat tidak wajar (tingkat maksimal, apabila tidak dapat dilakukan koreksi).

3. SPI yang memadai Pengukuran tingkat pengendalian intern dilakukan dengan membandingkan

peng-aplikasi-an penyusunan dan pelaporan LK dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Standar Pemeriksaan Keuangan Negara dan Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (dalam hal-hal yang menjadi referensi SPKN). Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara:

tingkat

kesesuaian

a. Pengukuran kuantitas tertentu Keadaan ini dapat dihitungkan dengan persentase

6. Unqualified opinion (Pendapat Opini Wajar Tanpa Pengecualian) diberikan dengan kondisi:

a. Keempat kriteria yang menjadi kriteria dalam penentuan opini dapat dipenuhi.

b. Semua koreksi yang dapat mempengaruhi kewajaran penyajian LK sudah dilakukan oleh auditee.

c. Dapat melakukan review atas auditor lain yang melaksanakan pemeriksaan atas LK entitas lain yang menjadi bagian LK yang kita periksa. Atau, tidak dapat mereview pekerjaan auditor lain tersebut, tetapi dapat meyakini bahwa bagian tersebut tidak material terhadap LK yang kita diperiksa.

7. Unqualified opinion with modified wording (Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelasan)

a. Keempat kriteria kecuali pembatasan lingkup audit telah dipenuhi.

b. Terdapat koreksi material yang tidak dilaksanakan oleh auditee.

c. Tidak dapat mereview pekerjaan auditor lain yang

dengan kondisi:

a. Terdapat 2 kriteria yang tidak dipenuhi, yaitu “kesesuaian dengan

Pemerintahan” dan “Konsistensi pelaksanaan SAP”.

Standar

Akuntansi

b. Terdapat koreksi yang sangat material yang tidak dilaksanakan oleh auditee.

10. Disclaimer Pendapat Tidak Memberi Pendapat diberikan pada saat auditor tidak dapat menyimpulkan bahwa penyajian LK wajar atau tidak wajar, dengan kondisi-kondisi:

a. Keempat kriteria tersebut tidak dilaksanakan.

b. Terdapat pembatasan lingkup audit atas akun-akun yang sangat material terhadap penyajian LK.

c. Prosedur alternatif untuk meyakini kewajaran penyajian LK tidak dapat dilaksanakan.

d. Tidak dapat mereview pekerjaan auditor lain yang melakukan pemeriksaan atas LK yang merupakan bagian dari LK yang kita periksa, akan tetapi jumlahnya sangat material.

Unsur SKM dalam peraturan ini meliputi:

1. Persyaratan Persyaratan adalah syarat yang harus dipenuhi dalam pengurusan suatu jenis pelayanan, baik persyaratan teknis maupun administratif.

2. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur Prosedur adalah tata cara pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan, termasuk pengaduan.

3. Waktu Penyelesaian Waktu Penyelesaian adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh proses pelayanan dari setiap jenis pelayanan.

4. Biaya/Tarif *) Biaya/Tarif adalah ongkos yang dikenakan kepada penerima layanan dalam mengurus dan/atau memperoleh pelayanan dari penyelenggara yang besarnya ditetapkan berdasarkan

8. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan Penanganan pengaduan, saran dan masukan, adalah tata cara pelaksanaan penanganan pengaduan dan tindak lanjut.

9. Sarana dan prasarana Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud dan tujuan. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). Sarana digunakan untuk benda yang bergerak (komputer, mesin) dan prasarana untuk benda yang tidak bergerak (gedung). Standar Pelayanan Publik Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi pelayanan dan/atau penerima pelayanan. Standar Pelayanan Publik, menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan

2. Sistem, mekanisme dan Prosedur

3. Jangka Waktu Pelayanan

4. Tarif/Biaya

5. Produk Pelayanan

6. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan

Komponen standar pelayanan yang terkait dengan proses pengelolaan pelayanan di internal organisasi (manufacturing) yaitu :

1. Dasar Hukum

2. Sarana dan Prasarana/Fasilitas

3. Kompetensi Pelaksana

4. Pengawasan Internal

5. Jumlah Pelaksana

6. Jaminan Pelayanan

7. Jaminan Keamanan dan Keselamatan Pelayanan

8. Evaluasi Kinerja Pelaksana

8.1.8 Level Kematangan Smart City

Smart City dapat diartikan sebagai kota yang memanfaatkan teknologi informasi untuk mengintegrasikan seluruh infrastruktur dan pelayanan dari pemerintah kepada masyarakat, seperti administrasi, pendidikan, kesehatan, transportasi, perekonomian, sumber daya energi, pemukiman dan keselamatan publik sehingga

Pada tahun 2016 telah dilakukan Penelitian untuk mengetahui tingkat kematangan Smart City Kota Bandung dan hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa level kematangan Smart City Kota Bandung berada pada level Scattered dengan poin (54.15). Pemerintah Kota Bandung akan terus melakukan perbaikan dan penyesuaian terkait implementasi Smart City yang sudah ada saat ini. Harapannya

yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun di suatu wilayah/daerah. Data statistik ini merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemakmuran suatu wilayah/daerah. PDRB perkapita diperoleh dari hasil bagi antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun yang bersangkutan. Jadi besarnya PDRB perkapita tersebut sangat dipengaruhi oleh kedua variabel diatas.

8.1.10 Indeks Pariwisata

Indeks Pariwasata adalah penilaian terhadap upaya peningkatan dan pengembangan kepariwisataan pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Penyusunan ranking didapat melalui survey dan mengacu pada Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF) yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Penggunaan global standard, dimaksudkan agar kita bisa berkompetisi di level global. Standart penilaiannya menggunakan TTCI – WEF yang sudah diakui dunia, dan dipotret dengan analisa indikator dan kriteria yang sudah ditentukan. Pengukuran Indeks Pariwisata berbasis data sekunder

sekali tidak bekerja dan berusaha mencari pekerjaan. Pengangguran terbuka bisa disebabkan karena lapangan kerja yang tidak tersedia, ketidakcocokan antara kesempatan kerja dan latar belakang pendidikan dan tidak mau bekerja. Untuk menghitung berapa besar tingkat pengangguran terbuka dapat digunakan rumus berikut :

TPT = Jumlah Pengangguran Terbuka x 100% Angkatan Kerja

8.1.12 Angka Kemiskinan

Adapun indikator yang menggambarkan pencapaian kinerja terkait menurunnya jumlah penduduk miskin adalah angka kemiskinan. Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang,

tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan yang layak. Secara kuantitatif, kemiskinan merupakan suatu keadaan dimana taraf hidup manusia serba kekurangan atau “tidak memiliki harta beda.

Sedangkan secara kualitati f , pengertian kemiskinan adalah keadaan hidup manusia yang tidak layak.

paling sedikit 30 (tiga puluh) persen dari luas wilayah kota. Proporsi ruang terbuka hijau publik pada wilayah kota paling sedikit 20 (dua puluh) persen dari luas wilayah kota. Distribusi ruang terbuka hijau publik sebagaimana dimaksud di atas disesuaikan dengan sebaran penduduk dan hierarki pelayanan dengan memperhatikan rencana struktur dan pola ruang

8.1.14 Lama Genangan Yang Tertangani Pada Titik Genangan

Menurut Peraturan

Umum Nomor 01/PRT/M/2014 tentang Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang terkait penjabaran drainase, definisi genangan adalah terendamnya suatu kawasan perkotaan lebih dari 30 cm selama lebih dari 2 jam. Standar kinerja yang digunakan oleh Pemerintah Kota Bandung untuk indikator ini adalah terendamnya suatu kawasan perkotaan lebih dari 15 cm kurang dari 2 jam. Untuk wilayah Kota Bandung berdasarkan hasil evaluasi (LKPJ) telah ditentukan beberapa titik genangan yang telah diidentifikasi untuk diselesaikan dalam periode RPJMD ini.

Menteri

Pekerjaan

Perumahan Kumuh adalah perumahan yang mengalami penurunan kualitas fungsi sebagai tempat hunian. Sedangkan Permukiman Kumuh adalah permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Cara pengukurannya yaitu perbandingan antara luas kawasan kumuh potensial dengan luas wilayah Kota Bandung.

Adapun kriteria perumahan kumuh dan permukiman kumuh sebagaimana dimaksud peraturan diatas meliputi kriteria kekumuhan yang ditinjau dari:

bangunan gedung

proteksi kebakaran

indikasi awal yang memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi lingkungan hidup pada lingkup dan periode tertentu. Indeks Kualitas Lingkungan Hidup merupakan alat ukur sederhana untuk mengetahui pencapaian dari upaya pemulihan lingkungan serta sebagai pembanding atau target dari setiap indikator dan standar yang berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam IKLH terdapat 3 indikator yang dijadikan sebagai alat ukur yaitu Indeks pencemaran air sungai, indeks pencemaran udara dan indeks tutupan hutan. Adapun penjelasan lengkap mengenai indikator dan parameter Indeks Kualitas Lingkungan Hidup dapat dilihat pada tabel berikut :

NO INDIKATOR KUALITAS PARAMETER

LINGKUNGAN

1 Kualitas air sungai

Proporsi

jumlah sampel air dengan nilai Indeks Pencemaran Air (IPA) > 1 terhadap total jumlah sampel

2 Kualitas udara Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU)

3 Tutupan hutan Proporsi luas hutan primer dan sekunder terhadap luas kawasan hutan

4. Industri

5. Jalan dan sungai

8.1.20 Tingkat Partisipasi dan Kolaborasi Masyarakat dan Swasta Dalam Pembangunan

8.1.21 Persentase Prioritas Pembangunan Melalui CSR

Perbandingan antara target dan realisasi program/agenda prioritas pembangunan yang diselesaikan melalui CSR

8.1.22 Persentase Prioritas Pembangunan Melalui Swasta

Perbandingan antara target dan realisasi program/agenda prioritas pembangunan yang diselesaikan melalui swasta (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha/KPBU, Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerinta/PINA, hibah, dll)

8.2. Indikator Kinerja Kunci (IKK)

Indikator kinerja kunci atau yang lebih dikenal dengan key performance

ASPEK/FOKUS/BIDAN

G URUSAN/INDIKATOR

2023 Pengampu PEMBANGUNAN

ASPEK KESEJAHTERAAN I MASYARAKAT

1 Pertumbuhan PDRB

triliun Rp.

2 Laju inflasi

3,22 Badan Pusat Statistik

3 PDRB Per Kapita

juta Rupiah

81,33 Badan Pusat Statistik

4 Indeks Gini

0,4 Badan Pusat Statistik

5 Persentase Penduduk Miskin

3,14 Badan Pusat Statistik

6 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

82,82 Badan Pusat Statistik

7 Harapan Lama Sekolah

15,01 Badan Pusat Statistik

8 Angka rata-rata lama sekolah

10,91 Badan Pusat Statistik

9 Angka usia harapan Badan Pusat hidup

10 Persentase balita gizi buruk

0,25 Dinas Kesehatan

11 Prevalensi balita gizi kurang

5,85 Dinas Kesehatan

12 Tingkat pengangguran terbuka

8,22 Badan Pusat Statistik

13 Rasio penduduk yang bekerja

rasio

14 Laju pertumbuhan PDB per tenaga kerja

persen

Rasio kesempatan kerja

15 terhadap penduduk

rasio

usia 15 tahun ke atas Proporsi tenaga kerja yang berusaha sendiri

16 dan pekerja bebas

proporsi

keluarga terhadap total kesempatan kerja Keluarga Pra Sejahtera

17 dan Keluarga Sejahtera

poin

I Badan Perencanaan

75,79 Pembangunan Masyarakat

18 Indeks Kepuasan

Penelitian dan Pembangunan

19 Persentase PAD terhadap pendapatan

persen

20 Opini BPK

WTP Badan Pengelola Keuangan dan Aset

III ASPEK PELAYANAN UMUM FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB A PELAYANAN DASAR

1 PENDIDIKAN

1 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

79,64 Dinas Pendidikan

2 Angka partisipasi sekolah

100 Dinas Pendidikan

3 Angka pendidikan yang ditamatkan

100 Dinas Pendidikan

4 Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A

100 Dinas Pendidikan

Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket

100 Dinas Pendidikan

B Angka Partisipasi Murni (APM)

80,3 Dinas Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C

5 Angka partisipasi sekolah Angka partisipasi

106,28 Dinas Pendidikan SD/MI/Paket A Angka partisipasi sekolah (APS)

sekolah (APS)

104,9 Dinas Pendidikan SMP/MTs/Paket B Angka partisipasi sekolah (APS)

107,04 Dinas Pendidikan SMA/SMK/MA/Paket C

6 Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI

0,01 Dinas Pendidikan Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs

0,02 Dinas Pendidikan Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA

0,01 Dinas Pendidikan

7 Angka kelulusan Angka Kelulusan (AL) SD/MI

100 Dinas Pendidikan Angka Kelulusan (AL) SMP/MTs

100 Dinas Pendidikan Angka Kelulusan (AL) SMA/SMK/MA

98,33 Dinas Pendidikan

8 Angka Melanjutkan (AM): Angka Melanjutkan

(AM) dari SD/MI ke

93,05 Dinas Pendidikan SMP/MTs

persen

Angka Melanjutkan (AM) dari SMP/MTs ke

94,74 Dinas Pendidikan SMA/SMK/MA

9 Fasilitas Pendidikan Sekolah pendidikan

SD/MI kondisi

90 92 94 96 98 100 Dinas Pendidikan bangunan baik Sekolah pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMK/MA kondisi

persen

100 Dinas Pendidikan bangunan baik

persen

Rasio ketersediaan

0,16 Dinas Pendidikan dasar

10 sekolah/penduduk usia sekolah pendidikan

Rasio ketersediaan

11 sekolah terhadap penduduk usia sekolah

rasio

pendidikan menengah Rasio guru/murid

01:28 Dinas Pendidikan dasar Rasio guru terhadap

12 sekolah pendidikan

13 murid pendidikan

rasio

menengah Rasio guru/murid per

14 kelas rata-rata sekolah

01:28 Dinas Pendidikan dasar Rasio guru terhadap

01:28 Dinas Pendidikan rata Proporsi murid kelas 1

15 murid per kelas rata-

16 yang berhasil menamatkan sekolah

00:00 Dinas Pendidikan dasar

persen

Angka melek huruf

17 penduduk usia 15 ‐ 24 tahun, perempuan dan

16:19 Dinas Pendidikan laki ‐ laki

Penduduk yang berusia

18:57 Dinas Pendidikan (tidak buta aksara)

18 >15 Tahun melek huruf

19 Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV

persen

89 93 95 97 98 99 Dinas Pendidikan

2 KESEHATAN

Angka Kematian Bayi

4,1 Dinas Kesehatan kelahiran hidup

1 (AKB) per 1000

2 Angka kelangsungan hidup bayi Angka Kematian Balita

3 per 1000 kelahiran

1,30 Dinas Kesehatan hidup Angka Kematian

3,5 Dinas Kesehatan kelahiran hidup Angka Kematian Ibu per

4 Neonatal per 1000

64,15 Dinas Kesehatan hidup

2.029 Dinas Kesehatan Rasio puskesmas,

6 Rasio posyandu per satuan penduduk

1,26 Dinas Kesehatan satuan penduduk

7 poliklinik, pustu per

8 Rasio rumah sakit per satuan penduduk

1,41 Dinas Kesehatan

9 Rasio dokter per satuan penduduk

1,50 Dinas Kesehatan

10 Rasio tenaga medis per satuan penduduk

1,5 Dinas Kesehatan

Cakupan komplikasi

80 80 80 80 80 80 Dinas Kesehatan ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

11 kebidanan yang

persen

12 kesehatan yang

90 90 90 90 90 90 Dinas Kesehatan memiliki kompetensi kebidanan Cakupan

persen

13 Desa/Kelurahan Universal Child persen

100 Dinas Kesehatan Immunization (UCI)

Cakupan balita gizi

100 Dinas Kesehatan perawatan Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat

14 buruk mendapat

15 konsumsi minimum (standar yang digunakan Indonesia 2.100 Kkal/kapita/hari) Persentase anak usia 1

16 tahun yang diimunisasi

90 90 90 90 90 90 Dinas Kesehatan campak

Persen

17 Non Polio AFP rate per

non polio AFP

2,1 Dinas Kesehatan

18 Cakupan pneumonia balita yang ditangani persen

100 Dinas Kesehatan Cakupan penemuan

100 Dinas Kesehatan BTA

19 dan penanganan penderita penyakit TBC persen

Tingkat prevalensi

20 Tuberkulosis (per

100 Dinas Kesehatan 100.000 penduduk)

persen

Tingkat kematian

21 karena Tuberkulosis

88,05 Dinas Kesehatan (per 100.000 penduduk Proporsi jumlah kasus

300 Dinas Kesehatan program DOTS

22 per 100.000 Tuberkulosis yang terdeteksi dalam

Proporsi kasus

23 per 100.000 Tuberkulosis yang diobati dan sembuh

4 4 4 4 3 3 Dinas Kesehatan dalam program DOTS

penduduk

Cakupan penemuan

24 dan penanganan

88,05 Dinas Kesehatan penderita penyakit DBD

25 Penderita diare yang ditangani persen

15,82 Dinas Kesehatan

26 Angka kejadian Malaria

27 Tingkat kematian akibat malaria

Proporsi anak balita

28 yang tidur dengan kelambu berinsektisida Proporsi anak balita

29 dengan demam yang diobati dengan obat anti malaria yang tepat

Prevalensi HIV/AIDS

<1 Dinas Kesehatan populasi Penggunaan kondom

30 (persen) dari total

31 pada hubungan seks

100 Dinas Kesehatan berisiko tinggi terakhir Proporsi jumlah penduduk usia 15 ‐ 24

32 tahun yang memiliki

5 5,5 Dinas Kesehatan pengetahuan komprehensif tentang

HIV/AIDS

Cakupan pelayanan

33 kesehatan rujukan pasien masyarakat

100 Dinas Kesehatan miskin

34 Cakupan kunjungan bayi persen

90 90 90 90 90 90 Dinas Kesehatan

35 Cakupan puskesmas

persen

36 Cakupan pembantu puskesmas -

37 Cakupan kunjungan ibu hamil K4 persen

95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan

38 Cakupan pelayanan nifas persen

80 90 90 90 90 90 Dinas Kesehatan Cakupan neonatus

39 dengan komplikasi yang

100 Dinas Kesehatan ditangani

40 Cakupan pelayanan anak balita persen

103 Dinas Kesehatan Cakupan pemberian

makanan pendamping

41 ASI pada anak usia 6 -

100 Dinas Kesehatan

24 bulan keluarga miskin Cakupan Penjaringan

100 Dinas Kesehatan setingkat Cakupan pelayanan

42 kesehatan siswa SD dan

43 kesehatan dasar

100 Dinas Kesehatan masyarakat miskin Cakupan pelayanan

44 gawat darurat level 1 yang harus diberikan persen

100 Dinas Kesehatan sarana kesehatan (RS)

Cakupan desa/kelurahan

100 Dinas Kesehatan dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam

45 mengalami KLB yang

PEKERJAAN UMUM DAN

3 PENATAAN RUANG PEKERJAAN

UMUM

Proporsi panjang Dinas Pekerjaan

100 Umum kondisi baik Rasio panjang jalan

1 jaringan jalan dalam

2 dengan jumlah penduduk Persentase kawasan

3 pemukiman yang yang belum dapat dilalui kendaraan roda 4

Persentase jalan kota Dinas Pekerjaan

4 dalam kondisi baik (>

40 km/jam) Persentase jalan yang

Dinas Pekerjaan memiliki trotoar dan

Umum

5 drainase/saluran

335.500 pembuangan air (minimal 1,5 meter)

PENATAAN RUANG

Rasio Ruang Terbuka

NA Wilayah ber HPL/HGB Luasan RTH publik

1 Hijau per Satuan Luas

2 sebesar 20% dari luas

NA wilayah kota/kawasan

NA

NA

NA

NA

NA NA

53 54 55 56 57 Dinas Penataan bangunan

Rasio bangunan ber-

3 IMB per satuan

Ruang Ruang publik yang

persen

NA

4 berubah peruntukannya Rasio luas kawasan tertutup pepohonan

5 berdasarkan hasil pemotretan citra satelit

NA dan survei foto udara

terhadap luas daratan

6 Ketaatan terhadap RTRW

KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM, DAN PELINDUNGAN

4 MASYARAKAT

Cakupan petugas

1:1 Satpol PP (Linmas)

(RT/linmas)

Tingkat penyelesaian pelanggaran K3

2 (ketertiban,

100 Satpol PP ketentraman, keindahan)

100 Satpol PP Cakupan pelayanan

3 Persentase Penegakan PERDA

Dinas Kebakaran &

165,45 Penanggulangan kota

4 bencana kebakaran

Bencana Persentase Kelurahan

5 Siaga Aktif Kebakaran

Dinas Kebakaran & dan Bencana (Target 20

2 3 4 5 6 Penanggulangan Kelurahan)

kelurahan

NA

Bencana

Tingkat waktu tanggap (response time rate)

Dinas Kebakaran &

6 daerah layanan Wilayah

≤ 15 Penanggulangan Manajemen Kebakaran

Bencana (WMK)

5 SOSIAL

Persentase PMKS yang Dinas Sosial dan

29 31 33 35 37 Penanggulangan sosial

1 memperoleh bantuan

2 Persentase PMKS yang

Dinas Sosial dan tertangani

49,81 Penanggulangan Kemiskinan

Persentase PMKS skala yang memperoleh

Dinas Sosial dan

3 bantuan sosial untuk

29 31 33 35 37 Penanggulangan pemenuhan kebutuhan

persen

Kemiskinan dasar Persentase panti sosial yang menerima program pemberdayaan sosial

Dinas Sosial dan

4 melalui kelompok usaha

0 0 0 0 0 Penanggulangan bersama (KUBE) atau

persen

NA

Kemiskinan kelompok sosial ekonomi sejenis lainnya Persentase panti sosial yang menyediakan

Dinas Sosial dan

100 Penanggulangan pelayanan kesehatan

5 sarana prasarana

Kemiskinan sosial Persentase wahana kesejahteraan sosial berbasis masyarakat

Dinas Sosial dan

6 (WKBSM) yang

3 6 9 12 15 Penanggulangan menyediakan sarana

persen

NA

Kemiskinan prasarana pelayanan Kemiskinan prasarana pelayanan

Persentase korban Dinas Sosial dan

7 bencana yang menerima bantuan sosial selama

100 Penanggulangan masa tanggap darurat

Kemiskinan Persentase korban

Dinas Sosial dan mengunakan sarana

bencana yang

8 dievakuasi dengan

100 Penanggulangan prasarana tanggap

Kemiskinan darurat lengkap

Persentase penyandang cacat fisik dan mental,

9 serta lanjut usia tidak

Dinas Sosial dan potensial yang telah

20 20 20 20 20 20 Penanggulangan menerima jaminan

persen

Kemiskinan sosial

FOKUS LAYANAN URUSAN WAJIB NON PELAYANAN B DASAR

1 TENAGA KERJA

Angka sengketa

1 pengusaha-pekerja per tahun Besaran kasus yang

58 58 58 58 58 59 Dinas Tenaga Kerja Perjanjian Bersama (PB) Besaran pencari kerja

2 diselesaikan dengan

persen

3 yang terdaftar yang

46,15 Dinas Tenaga Kerja ditempatkan

4 Keselamatan dan perlindungan

Besaran pekerja/buruh

5 yang menjadi peserta program Jamsostek Perselisihan buruh dan

6 pengusaha terhadap kebijakan pemerintah daerah

7 Besaran Pemeriksaan Perusahaan Besaran Pengujian

8 Peralatan di Perusahaan Besaran tenaga kerja

9 yang mendapatkan pelatihan berbasis

37,29 Dinas Tenaga Kerja kompetensi

Besaran tenaga kerja

100 Dinas Tenaga Kerja masyarakat

10 yang mendapatkan pelatihan berbasis

Besaran tenaga kerja

57,78 Dinas Tenaga Kerja kewirausahaan

11 yang mendapatkan pelatihan

12 Rasio lulusan S1/S2/S3

PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

2 ANAK

Dinas Persentase partisipasi

Pemberdayaan

1 perempuan di lembaga Perempuan, pemerintah

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat

Dinas Proporsi kursi yang

Pemberdayaan

2 diduduki perempuan di

3 4 6 6 6 6 Perempuan, DPR

Orang

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan

3 Partisipasi perempuan di lembaga swasta

311.500 Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan

4 Rasio KDRT

Orang

82 85 87 88 91 92 Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan

Masyarakat Dinas

Persentase jumlah Pemberdayaan

5 tenaga kerja dibawah Perempuan, umur

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan

6 Partisipasi angkatan kerja perempuan

970.849 Perempuan, Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat

Cakupan perempuan Dinas dan anak korban

Pemberdayaan kekerasan yang

Perempuan,

7 mendapatkan penanganan pengaduan

253 Perlindungan Anak dan Pemberdayaan

oleh petugas terlatih di Masyarakat dalam unit pelayanan terpadu

Cakupan perempuan Dinas dan anak korban

Pemberdayaan kekerasan yang

Perempuan, mendapatkan layanan

Perlindungan Anak

8 kesehatan oleh tenaga dan Pemberdayaan kesehatan terlatih di

3 5 5 8 7 11 Masyarakat Puskesmas mampu

Orang

tatalaksana KtP/A dan PPT/PKT di Rumah Sakit Cakupan layanan

Dinas rehabilitasi sosial yang

Pemberdayaan diberikan oleh petugas

Perempuan,

9 rehabilitasi sosial terlatih bagi perempuan

5 5 5 5 5 5 Perlindungan Anak dan Pemberdayaan dan anak korban

Orang

Masyarakat kekerasan di dalam unit pelayanan terpadu. Cakupan penegakan

Dinas hukum dari tingkat

Pemberdayaan penyidikan sampai

Perempuan,

10 dengan putusan pengadilan atas kasus-

10 10 10 10 10 10 Perlindungan Anak dan Pemberdayaan kasus kekerasan

Orang

Masyarakat terhadap perempuan dan anak

Cakupan perempuan Dinas dan anak korban

Pemberdayaan

11 kekerasan yang

11 11 13 13 12 14 Perempuan, mendapatkan layanan

Perlindungan Anak bantuan hukum

Orang

dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Cakupan layanan Pemberdayaan

12 pemulangan bagi perempuan dan anak

10 10 10 12 14 15 Perempuan, Perlindungan Anak korban kekerasan

Orang

dan Pemberdayaan Masyarakat

Dinas Cakupan layanan

Pemberdayaan

13 reintegrasi sosial bagi perempuan dan anak

5 5 5 5 5 5 Perempuan, Perlindungan Anak korban kekerasan

dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Rasio APM Pemberdayaan

14 perempuan/laki ‐ laki di

NA Perempuan, SD

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Rasio APM Pemberdayaan

15 perempuan/laki ‐ laki di

NA Perempuan, SMP

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Rasio APM Pemberdayaan

NA Perempuan, SMA

16 perempuan/laki ‐ laki di

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas

Rasio APM Pemberdayaan

17 perempuan/laki

NA ‐ laki di Perempuan, Perguruan Tinggi

Perlindungan Anak dan Pemberdayaan Masyarakat

Rasio melek huruf Dinas perempuan terhadap

Pemberdayaan

18 laki ‐ laki pada

NA Perempuan, kelompok usia 15

‐ 24 Perlindungan Anak tahun

dan Pemberdayaan Masyarakat

Dinas Kontribusi perempuan

Pemberdayaan

NA Perempuan, upahan di sector

19 dalam pekerjaan

Perlindungan Anak nonpertanian

dan Pemberdayaan Masyarakat

3 PANGAN

1 Ketersediaan pangan

Dinas Pangan dan utama

2.200,00 Dinas Pangan dan protein perkapita

2 Ketersediaan energi dan

kkal/

Pertanian Pengawasan dan

kap/hr

3 pembinaan keamanan

57,00 Dinas Pangan dan pangan

gram/ kap/hr

4 PERTANAHAN

1 Persentase luas lahan bersertifikat

2 Penyelesaian kasus tanah Negara

3 Penyelesaian izin lokasi

5 LINGKUNGAN HIDUP

1 Tersusunnya RPPLH

Dinas Lingkungan kota

ada/tidak

ada Hidup dan Kebersihan

Terintegrasinya RPPLH Dinas Lingkungan

NA Hidup dan pembangunan kota

2 dalam rencana

ada/tidak

Kebersihan Terselenggaranya KLHS

Dinas Lingkungan

ada Hidup dan daerah kota

3 untuk K/R/P tingkat

ada/tidak

4 Hasil Pengukuruan

Dinas Lingkungan Indeks kualitas Air

21,0 Hidup dan Kebersihan

5 Hasil Pengukuruan

Dinas Lingkungan Indeks kualitas Udara

66,0 Hidup dan Kebersihan

Hasil Pengukuruan Dinas Lingkungan

6 Indeks kualitas

22,44 Hidup dan Tutupan Lahan

Kebersihan Pembinaan dan

Dinas Lingkungan Pengawasan terkait

Hidup dan ketaatan penanggung

Kebersihan jawab usaha dan/atau kegiatan yang diawasi

40,0 izin lingkungan, izin PPLH dan PUU LH d yang diterbitkan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota Peningkatan kapasitas

7 ketaatannya terhadap

Dinas Lingkungan dan Sarana Prasarana

Hidup dan

8 Pejabat Pengawas

Kebersihan Lingkungan Hidup di

Daerah (PPLHD) di Kabupaten/Kota Terlaksananya

Dinas Lingkungan

9 pendidikan dan

13 15 15 20 20 20 Hidup dan pelatihan masyarakat

pelatihan

Kebeersihan Terlaksananya

Dinas Lingkungan

ada Hidup dan lingkungan hidup

10 pemberian penghargaan

ada/tidak

Kebeersihan Pengaduan masyarakat terkait izin lingkungan, izin PPLH dan PUU LH yang di terbitkan oleh

Dinas Lingkungan

11 Pemerintah daerah

100 Hidup dan Kabupaten/Kota, lokasi

Kebeersihan usaha dan dampaknya di Daerah kabupaten/kota.

12 Timbulan sampah yang

Dinas Lingkungan ditangani

99,00 Hidup dan Kebeersihan

Persentase jumlah Dinas Lingkungan

13 sampah yang terkurangi

27,00 Hidup dan melalui 3R

Kebeersihan Dinas Lingkungan

14 Persentase cakupan area pelayanan

100,00 Hidup dan Kebeersihan

15 Persentase jumlah

Dinas Lingkungan sampah yang tertangani

99,00 Hidup dan Kebeersihan

Tersedianya sumber air Dinas Perumahan baku (air permukaan)

dan Kawasan alternatif untuk

Pemukiman,

16 penyediaan air minum yang terjaga

ltr/detik

11.236 Pertanahan dan Pertamanan serta

kelestariannya PDAM (kapasitas produksi sumber air baku)

Dinas Perumahan Persentase tingkat

dan Kawasan

17 pelayanan air limbah

76 78 79 81 83 dengan on site dan off Pemukiman, Pertanahan dan site

persen

NA

Pertamanan serta PDAM Dinas Perumahan dan Kawasan

Pemukiman, RW

18 Terbangunnya Taman

300 Pertanahan dan

Pertamanan

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN

6 SIPIL

Rasio penduduk ber- Dinas

1:1 Kependudukan dan penduduk

1 KTP per satuan

Pencatatan Sipil

2 Rasio bayi berakte kelahiran

1:1 Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Dinas nikah

3 Rasio pasangan berakte

1:0,5 Kependudukan dan Pencatatan Sipil Ketersediaan database

ada Kependudukan dan provinsi

4 kependudukan skala

ada/tidak

Pencatatan Sipil

Dinas Nasional berbasis NIK

5 Penerapan KTP

sudah Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Cakupan penerbitan Dinas

6 Kartu Tanda Penduduk

100 Kependudukan dan (KTP)

Pencatatan Sipil Dinas

7 Cakupan penerbitan akta kelahiran

persen

98 98 99 99 99 Kependudukan dan Pencatatan Sipil

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

7 DAN DESA

Cakupan sarana

1 prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik

Dinas Rata-rata jumlah

Pemberdayaan

2 kelompok binaan

151 Perempuan, lembaga pemberdayaan

Perlindungan anak masyarakat (LPM)

dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pemberdayaan

3 Rata-rata jumlah Perempuan, kelompok binaan PKK

151 Perlindungan anak dan Pemberdayaan Masyarakat

PENGENDALIAN PENDUDUK DAN

8 KB

Dinas Pengendalian

1 Laju pertumbuhan penduduk (LPP)

0,32 Penduduk dan Keluarga Berencana

Dinas Pengendalian

2 Total Fertility Rate (TFR)

1,9 Penduduk dan Keluarga Berencana

Persentase Perangkat Dinas Pengendalian Daerah (Dinas/Badan)

Penduduk dan

100 Daerah melalui

3 yang berperan aktif Keluarga Berencana dalam pembangunan

Kampung KB Persentase Perangkat

Dinas Pengendalian Daerah (Dinas/Badan)

Penduduk dan

4 yang menyusun dan memanfaatkan

100 Keluarga Berencana Rancangan Induk

Pengendalian Penduduk Jumlah kebijakan

Dinas Pengendalian (Peraturan

Penduduk dan Daerah/Peraturan

Keluarga Berencana

5 Kepala Daerah) yang

64 64 64 64 64 64 mengatur tentang pengendalian kuantitas dan kualitas penduduk Jumlah sektor yang

jumlah

Dinas Pengendalian menyepakati dan

Penduduk dan memanfaatkan data

Keluarga Berencana

6 profil (parameter dan proyeksi penduduk)

37 37 37 37 37 37 untuk perencanaan dan

jumlah

pelaksanaan program pembangunan

Jumlah kerjasama Dinas Pengendalian penyelenggaraan

Penduduk dan pendidikan formal, non

Keluarga Berencana

7 formal, dan informal

3 4 5 6 7 98 yang melakukan pendidikan kependudukan

jumlah

Dinas Pengendalian

8 Rata-rata jumlah anak per keluarga

jumlah

2-3

2 2 2 2 2 Penduduk dan Keluarga Berencana

Dinas Pengendalian

9 Ratio Akseptor KB

persen

74 75 76 77 78 Penduduk dan Keluarga Berencana

Angka pemakaian Dinas Pengendalian

10 kontrasepsi/CPR bagi Penduduk dan perempuan menikah

73 74 75 76 77 Keluarga Berencana usia 15 - 49

persen

Angka kelahiran remaja Dinas Pengendalian (perempuan usia 15 –19)

Penduduk dan

11 per 1.000 perempuan

25 24 23 22 21 Keluarga Berencana usia 15 –19 tahun (ASFR

persen

15 –19) Cakupan Pasangan

Dinas Pengendalian

12 Usia Subur (PUS) yang istrinya dibawah 20

18,0 Penduduk dan Keluarga Berencana

tahun Dinas Pengendalian

24,0 Penduduk dan terpenuhi (unmet need)

Cakupan PUS yang

13 ingin ber-KB tidak

Keluarga Berencana

Persentase Penggunaan Dinas Pengendalian

14 Kontrasepsi Jangka

42 43 44 45 46 Penduduk dan Panjang (MKJP)

persen

Keluarga Berencana

Persentase tingkat Dinas Pengendalian

74 75 76 77 78 Penduduk dan pemakaian kontrasepsi

Keluarga Berencana

Cakupan anggota Bina Dinas Pengendalian

87 88 89 90 91 Penduduk dan ber-KB

16 Keluarga Balita (BKB)

persen

Keluarga Berencana

Cakupan anggota Bina Dinas Pengendalian

17 Keluarga Remaja (BKR)

62 63 64 65 66 Penduduk dan ber-KB

persen

Keluarga Berencana

Cakupan anggota Bina Dinas Pengendalian

74 75 76 77 78 Penduduk dan ber-KB

18 Keluarga Lansia (BKL)

Keluarga Berencana Pusat Pelayanan

persen

Dinas Pengendalian

19 Keluarga Sejahtera Penduduk dan (PPKS) di setiap

- Keluarga Berencana Kecamatan

jumlah

Cakupan Remaja dalam Dinas Pengendalian

20 Pusat Informasi Dan Konseling

74 75 76 77 78 79 Penduduk dan Keluarga Berencana Remaja/Mahasiswa

jumlah

Cakupan PKB/PLKB Dinas Pengendalian yang didayagunakan

Penduduk dan Perangkat Daerah KB

Keluarga Berencana

21 untuk perencanaan dan pelaksanaan

95 96 97 98 99 pembangunan daerah di

persen

bidang pengendalian penduduk Cakupan PUS peserta

Dinas Pengendalian KB anggota Usaha

Penduduk dan

22 Peningkatan

75 76 77 78 79 80 Keluarga Berencana Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) yang

persen persen

Rasio petugas Dinas Pengendalian

23 Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD) setiap

100 Penduduk dan Keluarga Berencana

desa/kelurahan Cakupan ketersediaan

Dinas Pengendalian dan distribusi alat dan

Penduduk dan

24 obat kontrasepsi untuk

100 Keluarga Berencana memenuhi permintaan masyarakat Persentase Faskes dan

Dinas Pengendalian jejaringnya (diseluruh

Penduduk dan tingkatan wilayah) yang

Keluarga Berencana

83 84 85 86 87 pelayanan KBKR sesuai

25 bekerjasama dengan BPJS dan memberikan

persen

dengan standarisasi pelayanan

Cakupan penyediaan Dinas Pengendalian

26 Informasi Data Mikro

100 Penduduk dan Keluarga di setiap desa

Keluarga Berencana

Persentase remaja yang Dinas Pengendalian

27 terkena Infeksi Menular

- Penduduk dan Seksual (IMS)

Keluarga Berencana Cakupan kelompok

persen

Dinas Pengendalian kegiatan yang

Penduduk dan

28 melakukan pembinaan

100 Keluarga Berencana keluarga melalui 8 fungsi keluarga

persen

Cakupan keluarga yang Dinas Pengendalian mempunyai balita dan

Penduduk dan anak yang memahami

Keluarga Berencana

29 dan melaksanakan

85 86 87 88 89 90 pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak

persen

Dinas Pengendalian

30 Rata-rata usia kawin

20 20 20 21 21 21 pertama wanita Penduduk dan Keluarga Berencana

tahun

Persentase Pembiayaan Dinas Pengendalian Program

Penduduk dan Kependudukan,

Keluarga Berencana

- Pembangunan Keluarga melalui APBD dan APBDes

31 Keluarga Bencana dan

persen

9 PERHUBUNGAN

Jumlah arus

1 penumpang angkutan

7.369.932 Dinas Perhubungan umum

2 Rasio ijin trayek

rasio (/Jml

6.995 Dinas Perhubungan

3 Jumlah uji kir angkutan umum

4.089 Dinas Perhubungan Jumlah Pelabuhan

2 2 2 2 2 2 Dinas Perhubungan Bis

4 Laut/Udara/Terminal

unit terminal

bis

5 Persentase layanan angkutan darat

8,47 Dinas Perhubungan

6 Persentase kepemilikan KIR angkutan umum

persen

5 6 7 8 9 10 Dinas Perhubungan

7 Pemasangan rambu- rambu

persen

5 5 5 5 5 Dinas Perhubungan

pj jln / jumlah kendaraan

2581279 Dinas Perhubungan Jumlah orang/ barang

8 Rasio panjang jalan per

46.611.284 Dinas Perhubungan angkutan umum Jumlah orang/barang

9 yang terangkut

10 melalui dermaga/bandara/

5.102.183 Dinas Perhubungan terminal per tahun

1 KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Cakupan pengembangan dan

100 dan Informatika Masyarakat di Tingkat Kecamatan

1 pemberdayaan Dinas Komunikasi Kelompok Informasi

2 Cakupan Layanan

Dinas Komunikasi Telekomunikasi

80 82 84 88 90 95 dan Informatika Persentase penduduk

persen

Dinas Komunikasi

93,89 dan Informatika HP/telepon

3 yang menggunakan

95,22 dan Informatika Proporsi rumah tangga

4 Proporsi rumah tangga

Dinas Komunikasi dengan akses internet

Dinas Komunikasi

20,00 dan Informatika pribadi

5 yang memiliki komputer

1 KOPERASI, USAHA KECIL DAN

1 MENENGAH

Persentase koperasi Dinas

97,33 Koperasi,Usaha Mikro Kecil dan

Menengah

2 Persentase UKM non BPR/LKM aktif

3 Persentase BPR/LKM aktif Dinas

4 Persentase Usaha Mikro dan Kecil

99,4 Koperasi,Usaha Mikro Kecil dan Menengah

1 PENANAMAN MODAL

Jumlah investor Dinas Penanaman

1 berskala nasional

700 Modal dan (PMDN/PMA)

Pelayanan Perijinan Satu Pintu

Jumlah nilai investasi Dinas Penanaman

7,12 Modal dan (PMDN/PMA)

2 berskala nasional

trilyun rupiah

Pelayanan Perijinan Satu Pintu

Dinas Penanaman

3 Rasio daya serap tenaga kerja

N/A Modal dan Pelayanan Perijinan Satu Pintu

Kenaikan / penurunan Dinas Penanaman

4 Nilai Realisasi PMDN

8,04 Modal dan (milyar rupiah)

Pelayanan Perijinan Satu Pintu

1 KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

1 Persentase organisasi pemuda yang aktif

2 Persentase wirausaha muda

3 Cakupan pembinaan olahraga

4 Cakupan Pelatih yang bersertifikasi

5 Cakupan pembinaan atlet muda

6 Jumlah atlet berprestasi

7 Jumlah prestasi olahraga

1 STATISTIK

Tersedianya sistem data Dinas Komunikasi

ada dan Informatika terintegrasi

1 dan statistik yang

ada/tidak

Data basis Dinas Komunikasi

2 pembangunan daerah

ada/tidak

ada dan Informatika

3 Buku ”kabupaten dalam angka”

4 Buku ”PDRB”

1 PERSANDIAN

Persentase Perangkat Dinas Komunikasi daerah yang telah

dan Informatika

100,00 dalam komunkasi Perangkat Daerah

1 menggunakan sandi

1 KEBUDAYAAN

1 Penyelenggaraan festival

40 55 60 65 70 seni dan budaya

kali

Benda, Situs dan

cagar

2 Kawasan Cagar Budaya

2 3 4 5 6 yang dilestarikan

budaya non

n/a

bangunan

Jumlah karya budaya

3 yang direvitalisasi dan

2 4 8 10 12 inventarisasi Jumlah cagar budaya

4 yang dikelola secara

1 PERPUSTAKAAN

1 Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun

Dinas Perpustakaan

97.000 dan Kearsipan Koleksi buku yang

Dinas Perpustakaan

134.736 dan Kearsipan perpustakaan daerah

2 tersedia di

3 Rasio perpustakaan

Dinas Perpustakaan persatuan penduduk

0,7 dan Kearsipan Jumlah rata-rata

Dinas Perpustakaan

8.083 dan Kearsipan pepustakaan/tahun Dinas Perpustakaan

5 Jumlah koleksi judul buku perpustakaan

39.490 dan Kearsipan Jumlah pustakawan,

Dinas Perpustakaan

6 tenaga teknis, dan

2 5 6 7 8 9 penilai yang memiliki dan Kearsipan sertifikat

orang

1 KEARSIPAN

Persentase Perangkat Dinas Perpustakaan

1 Daerah yang mengelola

73 12 25 38 51 64 dan Kearsipan arsip secara baku

OPD

Peningkatan SDM Dinas Perpustakaan

2 pengelola kearsipan

kegiatan

1 1 2 3 4 5 dan Kearsipan

C FOKUS LAYANAN URUSAN PILIHAN

1 PARIWISATA

Dinas Kebudayaan

1 Kunjungan wisata

10.068.746 dan Pariwisata Dinas Kebudayaan

2 Lama kunjungan Wisata

2,74 dan Pariwisata

2 PERTANIAN

Kontribusi sektor

1 pertanian/perkebunan terhadap PDRB Kontribusi sektor

2 pertanian (palawija) terhadap PDRB Kontribusi sektor

3 perkebunan (tanaman keras) terhadap PDRB Kontribusi Produksi

4 kelompok petani terhadap PDRB

68,64 Dinas Pangan dan hektar

5 Produktivitas padi per

kw/ha

6 Cakupan bina kelompok

Dinas Pangan dan petani

kelompok

N/A

51 54 57 Pertanian

3 KEHUTANAN

1 Rehabilitasi hutan dan lahan kritis

2 Kerusakan Kawasan Hutan Rasio luas kawasan

lindung untuk menjaga

3 kelestarian keanekaragaman hayati terhadap total luas

kawasan hutan

4 ENERGI DAN SDM

1 Persentase rumah tangga pengguna listrik

2 Rasio ketersediaan daya listrik Persentase

3 pertambangan tanpa ijin

5 PERDAGANGAN

Dinas Perdagangan

1 Ekspor Bersih Perdagangan Dan Perindustrian Cakupan bina kelompok

2 pedagang/usaha informal

6 PERINDUSTRIAN

1 Cakupan bina kelompok pengrajin

Dinas Perdagangan

78,57 Dan Perindustrian

7 TRANSMIGRASI

1 Persentase transmigran swakarsa

8 KELAUTAN DAN PERIKANAN

1 Produksi perikanan

persen

Dinas Pangan dan Pertanian

2 Konsumsi ikan

persen

Dinas Pangan dan Pertanian

3 Produksi Ikan Konsumsi

2.972 Dinas Pangan dan Pertanian

4 Tingkat Konsumsi Ikan

kg/ kap/thn

38,02 Dinas Pangan dan Pertanian

D FOKUS PENUNJANG URUSAN

1 PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Tersedianya dokumen Badan Perencanaan