PERANCANGAN APLIKASI REBA SOLVER BERBASIS SISTEM OPERASI ANDROID V 4.0.3 Skripsi

SISTEM OPERASI ANDROID V 4.0.3

Skripsi

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

RICKY HUTOMO

I 0307063

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

KATA PENGANTAR

Segala kemuliaan, hormat, dan pujian bagi Tuhan Yesus Kristus, karena atas kelimpahan berkat dan kasih karunia-Nya yang memampukan penulis

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ PERANCANGAN APLIKASI REBA SOLVER BERBASIS SISTEM OPERASI ANDROID”

Penysunan skipsi ini tidak semata-mata hasil kerja penulis sendiri, melainkan juga berkat support, bimbingan, dan dorongan dari pihak-pihak yang telah membantu. Maka dari itu penulis ingin mengucapkan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada orang-orang yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bapak Yusuf Priyandari, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing akademik yang selalu update dan memotivasi penulis selama masa perkuliahan.

3. Bapak Irwan Iftadi, S.T., M.Eng. dan bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dalam memberikan pengarahan, bimbingan, dan perbaikan selama penyusunan skipsi ini.

4. Bapak Taufik Rochman, ST. MT. dan ibu Rahmaniyah Dwi Astuti S.T. selaku dosen penguji yang berkenan dalam memberikan saran, masukan, dan perbaikan terhadap skirpsi ini.

5. Papa dan mama yang tecinta, terima kasih atas setiap doa, kasih saying yang tercurah, perhatian dan dukungannya selama ini.

6. Kakak saya Caroline Purnama Hutomo yang selalu memberikan dukungan dan mendoakan saya.

7. Kakak saya Tung-Tung dan Didik atas bantuannya dalam pengerjaan skripsi.

8. Teman saya Arif Akbarul Huda S.Si. selaku pembimbing di Imagine IT Center yang memberikan bimbingan dalam penyempurnaan pengerjaan aplikasi Android.

menginap selama pelatihan Android di Yogyakarta.

10. Teman-teman kuliah mas Eryko, M. Bunyan, Bayu P, Yanwar, Agung terima kasih atas kerjasama dan dukungan kalian selama ini.

11. Keluarga besar asisten OPSI dan Lab terpopuler OPSI terima kasih atas semuanya. Tetap berjuang dan optimalkan fasilitas Lab OPSI.

12. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, tas segala bimbingan, bantuan, kritik, dan saran dalam penyusunan tugas akhir ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun siapa saja yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik yang membangun.

Surakarta, 22 Oktober 2012

Penulisis

Ricky Hutomo, NIM : I 0307063. PERANCANGAN APLIKASI REBA SOLVER BERBASIS SISTEM OPERASI ANDROID V 4.0.3. Tugas Akhir. Surakarta : Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Oktober 2012.

Sebagian besar pekerja di Indonesia masih bekerja tanpa memperhatikan postur tububuhnya. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan mereka dan juga kurangnya kesadaran akan pentingnya postur kerja bagi kesehatan. Akibatnya timbul masalah kenyamanan pada pekerja yang dapat menimbulkan cedera.

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah salah satu metode yang digunakan untuk menilai postur dalam kaitannya dengan ketidaknyamanan pekerja. REBA dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang pekerja. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor kopling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja.

Penghitungan nilai REBA memerlukan beberapa tahap yaitu tahap pengambilan gambar, tahap penentuan sudut-sudut dari postur tubuh pekerja , tahap penentuan berat beban, dan pengolahan data REBA. Tahap pengolahan membutuhkan waktu yang lama karena pengguna harus melihat referensi tabel dalam menghitung skor REBA. Oleh karena itu diperlukan alat bantu untuk menghitung skor Reba yang dinamakan Reba Solver.

Perancangan Reba Solver diharapkan mampu mengurangi waktu penghitungan dan meningkatkan aspek mobilitas. Aplikasi Reba Solver dibuat pada HP berbasis Android. Sistem operasi android memiliki beberapa keunggulan yaitu bersifat lengkap (complete platform), terbuka (open sources platform), dan bebas (free platform). Hasil penilaian penghitungan skor Reba dengan alat bantu hitung menunjukkan hasil yang lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya waktu yang diperlukan untuk menghitung skor REBA dari waktu rata-rata 21 detik menjadi 8 detik dengan hasil skor Reba yang sama. Dengan demikian alat bantu yang dirancang diharapkan membantu pengguna dalam menghitung skor Reba.

Kata kunci: android, REBA, postur kerja.

xvi + 66 halaman; 25 gambar; 30 tabel Daftar pustaka : 12 (1982-2012)

Ricky Hutomo, NIM : I 0307063. THE DESIGN OF REBA SOLVER APPLICATIONS USING ANDROID OPERATING SYSTEM V 4.0.3. Undergraduated Thesis. Surakarta : Industrial Engineering Department, Faculty of Engineering, Sebelas Maret University, October 2012

The work posture is not considered as an important issue by the majority worker is Indonesia. This often causes discomfort in their body, which eventually leads to injuries. Rapid Entire Body Assessment (REBA) is one of the method used to assess the work posture in relation with the worker discomforts. REBA can be used effectively to determine how ergonomics a workplace is, from the neck posture, back, arms, hands, and feet of any given worker. The method also measures the external factors, namely external weights that the worker has must be handled by the worker. REBA score calculation requires several steps: angular measurement of the body posture, weight measurement, and finally the calculation of the REBA score. The manual calculation process takes times due to the fact that the analyst must refer to a reference tble in perform the calculation . In this research we develop an application to aid an analyst in determine the REBA score using Android operation system. The REBA Solver is designed to reduce the time required for the calculation as well as increase the mobility level of the calculation process. This application, which was coded for Android based mobile phones, have many advantages, which are it is a complete, open source and also free application. The calculation result of the REBA score using this solver should also lead to a faster and more accurate result. This is proven by an experiment which shows that using this tool REBA solver calculation can be completed within 8 seconds, as opposed to 21 seconds using the manual method. In the end it is hoped that this tool will help greatly in calculating the REBA score.

Keywords : android, REBA, work posture

xvi + 66 pages; 25 pictures; 30 tables References : 12 (1982-2012)

2.3.8. Deployment Diagram…………………………

2.4. Sistem Operasi Hp.......................................................

2.4.1. Mobile Linux (Android) ……………………….

II-19 II-20

2.4.2. Sistem operasi Symbian ………………………. II-25

2.4.3. Windows Mobile ……………………………… II-26

2.4.4. Sistem operasi BlackBerry …………………….

2.4.5. System Operasi Palm ………………………….

II-27 II-28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN III-1

3.1. Metode Reba………………………………………… III-2

3.2. Perancangan Aplikasi Reba Solver…………………. III-2

3.2.1. Use Case Diagram …………………………… III-2

3.2.2. Sequence Diagram ………………………………. III-2

3.2.3. Peancangan Diagram Menu…………………… III-3

3.2.4. Perancangan Interface Reba Solver…………… III-3

3.3. Pembuatan Program Android……………………….. III-3

3.3.1. Pembuatan Interface…………………………. III-3

3.3.2. Pembuatan Program Solver…………………… III-4

3.3.3. Pembuatan Output Reba Solver……………… III-4

3.4. Pembandingan Penghitungan Manual dan Reba Solve r…………………………………………………

III-4

3.4.1. Penghitungan Reba Secara manual…………… III-5

3.4.2. Penghitungan Reba dengan Reba Solver……… III-5

3.4.3. Penghitungan Eror Skor Reba…………………

3.4.4. Pembandingan Waktu Penghitungan Skor Reba Secara Manual Dan Reba Solver ……………...

III-5

III-5

3.5. Kesimpulan dan Saran ………………………………………….

III-6

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA IV-1

4.1. Metode Reba ………………………………………… IV-1

4.2. Perancangan Aplikasi Reba Solver ………………… IV-3

4.2.3. Peancangan Diagram Menu…………………… IV-6

4.2.4. Perancangan Interface Reba Solver…………… IV-7

A. Perancangan Interface Home…………….. IV-8

B. Perancangan Interface Help……………… IV-8

C. Perancangan Interface Input……………… IV-9

D. Perancangan Output Reba Solver………… IV-14

4.3. Pembuatan Program Android……………………… IV-14

4.3.1. Pembuatan Interface ………………………… IV-14

A. Pembuatan Interface Home……………… IV-15

B. Pembuatan Interface Help………………… IV-16

C. Pembuatan Interface Solver………………… IV-16

4.3.2. Pembuatan Program Solver ………………….. IV-17

4.3.3. Pembuatan Output Reba Solver……………… IV-18

4.4. Perbandingan Penghitungan Manual dan Reba Solver IV-18

4.4.1. Penghitungan Reba secara manual ……………. IV-19

4.4.2. Penghitungan Reba dengan Reba Solver……… IV-20

4.4.3. Penghitungan Eror Skor Reba…………………

4.4.4. Penghitungan Kecepatan Penghitungan Skor Reba Secara Manual Dan Reba Solver ……….

IV-20

IV-21

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN ……………………. V-1

5.1 Karakteristik Sistem Operasi Android………………… V-1

5.2 Keterbatasan Dalam Pembuatan Reba Solver………… V-1

5.3 Perbandingan Skor Reba Manual Dengan Reba Solver… V-2

5.4 Perbandingan Kecepatan Penghitungan Skor Reba Secara Manual Dan Reba Solver ……………………..

V-4

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN..........................................

VI-1

6.1 Kesimpulan…………………………………………… VI-1

6.2 Saran…………………………………………………. VI-1

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

xvi

Tabel 2.1. Tabel 2.2. Tabel 2.3. Tabel 2.4. Tabel 2.5. Tabel 2.6. Tabel 2.7. Tabel 2.8. Tabel 2.9. Tabel 2.10. Tabel 2.11. Tabel 2.12. Tabel 2.13. Tabel 2.14. Tabel 2.15. Tabel 2.16. Tabel 2.17. Tabel 2.18. Tabel 2.19. Tabel 2.20. Tabel 2.21. Tabel 4.1 Tabel 4.2. Tabel 4.3 Tabel 4.4. Tabel 4.5.

Skor pergerakan punggung……………………………………… Skor pergerakan leher……………………………………………… Skor postur kak i…………………………………………………. Skor pergerakan lengan atas……………………………………….. Skor pergerakan lengan bawah……………………………………. Skor pergelangan tangan………………………………………… Tabel konversi Reba A…………………………………………… Tabel konversi Reba B…………………………………………… Tabel konversi Reba C…………………………………………… Beban / gaya……………………………………………………… Kopling…………………………………………………………… Aktivitas………………………………………………………… Level resiko dan tindakan…………………………………………. Simbol use case diagram………………………………………… Simbol class diagram……………………………………………. Simbol statechart diagram…………………………………. Simbol activity diagram…………………………………………. Simbol sequence diagram………………………………………..... Simbol collaboration diagram…………………………………… Simbol component diagram……………………………………… Simbol deployment diagram…………………………………….. Tabel konversi Reba A.……………………………………… Tabel konversi Reba B ……………………………………………. Tabel konversi Reba C …………………………………………… Tabel Output Reba ………………………………………………. Tabel data aktivitas pekerja ………………………………………

II-4 II-5 II-6 II-6 II-7 II-8 II-8 II-9 II-10 II-10 II-10 II-10 II-11 II-13 II-14 II-15 II-16 II-17 II-17 II-18 II-19 IV-1 IV-2 IV-2 IV-14 IV-19

Tabel perhitungan manual skor Reba …………………………… IV-19 Tabel 4.7

Tabel perhitungan skor Reba dengan Reba So lver ……………… IV-19 Tabel 4.8.

Tabel penghitungan eror................................................................... IV-20 Tabel 4.9.

Kecepatan penghitungan skor Reba.................................................. IV-20

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skor pergerakan punggung (Reba_A). Postur alamiah, Postur 0 o –

20 o flexion, Postur 20 o - 60 o flexion, Postur 60 o atau lebih flexion ……………………………………………………………………..

II-5

Gambar 2.2.

Skor pergerakan leher. Postur 0 0 -20 0 flexion, Postur 20 0 lebih flexion atau extension ……………………………………….................................

II-5

Gambar 2.3. Skor postur kaki. Kaki tertopang, bobot tersebar merata, Kaki tidak

tertopang, bobot tidak tersebar merata ……………………………

II-6 Gambar 2.4. Skor pergerakan lengan atas. Postur 20 0 flexion dan extension,

Postur 20 0 atau lebih extension dan postur 20°-45° flexion, Postur 45°-90°flexion, Postur 90° atau lebih flexion …………………..

II-6

Gambar 2.5. Skor pergerakan lengan bawah. Postur 60°-100° flexion, Postur

60 0 atau kurang flexion dan 100° atau lebih flexion. ………........... II-7

Gambar 2.6. Skor pergerakan pergelangan tangan. Postur alamiah, Postur 0-15°

flexion maupun extension, Postur 15° atau 1ebih flexion, Postur 15° atau 1ebih extension. …………………………………………

II-7 Gambar 2.7. Langkah-Langkah perhitungan metode REBA …………………….. II-11

Gambar 3.1. Metodologi penelitian ………………………………………………. III-1 Gambar 4.1. Use case diagram Reba Solver.......................................................... IV-3 Gambar 4.2. Sequence diagram Reba Solver ………………………………........ IV-5 Gambar 4.3. Diagram menu Reba Solver ……………….………......................... IV-6 Gambar 4.4. Perancangan Interface Home ……………………………………… IV-8 Gambar 4.5. Perancangan Interface Help ……………………………………….. IV-8 Gambar 4.6. Perancangan input skor pergerakan punggung …………..……….. IV-10 Gambar 4.7. Perancangan input skor pergerakan leher ………………………… IV-10 Gambar 4.8. Perancangan input skor postur kaki ………………………………. IV-11 Gambar 4.9. Perancangan input skor pergerakan lengan atas …………..………. IV-11 Gambar 4.10. Perancangan input skor pergerakan lengan bawah ….…………….. IV-12 Gambar 4.11. Perancangan input skor pergelangan tangan ……………………… IV-12 Gambar 4.12. Perancangan input skor beban/gaya ………………………………. IV-13 Gambar 4.13. Perancangan input skor kopling…………………………………… IV-13 Gambar 4.14. Gambar 5.1

Perancangan input skor aktivitas ……………………………...…… Diagram hasil Reba manual dengan Reba Solver………………….

IV-14 V-3

Gambar 5.2 Gambar 5.3

Diagram nilai error ……………………………………………………… Diagram kecepatan penghitungan skor reba manual dan reba solver

V-4 V-5

DAFTAR PUSTAKA

Akbarul, A. 2011. Membuat Aplikasi Android Untuk Pemula. Yogyakarta:

Imagine IT Education Center. Akbarul, A. 2012. 24JAM!! Workshop Pintar Pemrograman Android#1.

Yogyakarta: Imagine IT Education Center. Booch, G. 1999. The Unified Modeling Language User Guide. Boston : Addison-

Wesley. Dharwiyanti, S. dan Wahono, R.S. 2003. Pengantar Unified Modeling Language

(UML).Kuliah Umum IlmuKomputer.com Fowler, M. 2005.UML Distilled. Boston: Pearson Education. Hasbi, (2012, februari), Macam - macam sistem operasi handphone Lengkap,

Retrieved juli 2012, from Hasbi Htc: hasbihtc.blogspot.com/2012/02/ macam-macam-sistem-operasi-handphone.html#ixzz225ntIm4q

Kristanto, A. 2003. Perancangan Sistem Informasi dan Aplikasinya. Yogyakarta:

Gaya Media. McAtamney, L. and Hignett, S. 2000. REBA: Rapid Entire Body Assessment.

Applied Ergonomics , 31: 201-205. Pratama,W. 2011. Tutorial Android Programming. Depok: Universitas

Gunadarma. Setiawan, M.C. 2012. Tugas Akhir : Perbaikan Postur Kerja Dengan Merancang

Ulang Meja Printing Menggunakan Metode Reba Dan Pendekatan Biomekanik . Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Stephanus, B.R. 2011. Mudah Membuat Aplikasi Android. Yogyakarta: C.V Andi

Offset. Sutalaksana, I. Z, Anggawisastra, R dan Tjakraatmadja, J.H. 1982. Teknik Tata

Cara Kerja . Bandung : Penerbit ITB.

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini diuraikan beberapa hal pokok mengenai penelitian yang dilakukan, yaitu latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi penelitian dan sistematika penulisan.

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Postur kerja sangat erat hubungannya dengan pekerjaan yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Postur kerja yang salah dapat menimbulkan keluhan ketidak nyamanan pada waktu bekerja. Selain postur kerja yang salah, keluhan tersebut dapat terjadi karena beban kerja yang berat, pegangan yang tidak nyaman, dan pengulangan gerakan yang tinggi. Hal ini tentu sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan pekerja dalam beraktivitas dan mungkin dapat mengakibatkan cedera pada bagian tubuh tertentu. Hal tersebut dapat mengurangi performansi kerja seseorang. Ada metode yang dapat digunakan untuk mengetahui apakah suatu postur kerja itu tidak beresiko atau beresiko tinggi menimbulkan cedera yang harus segera dilakukan perbaikan postur kerja atau penambahan alat bantu. Metode tersebut adalah Rapid Entire Body Assessment (REBA).

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja keseluruhan tubuh yaitu postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja (McAtamney, 2000).

Penghitungan skor REBA secara manual dilakukan dengan pengambilan data postur tubuh pekerja dengan menggunakan video atau kamera, penentuan sudut-sudut dari postur tubuh pekerja, penentuan berat beban, dan pengolahan Penghitungan skor REBA secara manual dilakukan dengan pengambilan data postur tubuh pekerja dengan menggunakan video atau kamera, penentuan sudut-sudut dari postur tubuh pekerja, penentuan berat beban, dan pengolahan

C dengan menggunakan tabel C, dan menambahkan skor C dengan skor aktivitas. Saat ini skor reba dapat dihitung menggunakan aplikasi berbasis PC (Personal Computer). Penghitungan REBA di PC memerlukan tahap pengambilan data postur tubuh pekerja dengan menggunakan video atau kamera dan penentuan sudut-sudut dari postur tubuh pekerja, dan penentuan berat beban sama dengan penghitungan REBA manual, bedanya adalah penghitungan REBA di PC dapat mempercepat tahap pengolahan data REBA. Pengguna tidak memerlukan tahap penjumlahan dan konversi nilai dengan tabel A, tabel B, dan tabel C. Pengguna hanya memasukkan skor postur tubuh yang diperlukan REBA untuk mendapatkan skor REBA. Tetapi penghitungan skor Reba di PC masih memiliki kelemahan yaitu pengguna tidak bisa secara langsung menghitung skor REBA di lokasi pengambilan data. Pengguna harus membawa data postur tubuh yang telah dicatat sebelumnya dari tempat pengamatan ke lokasi PC berada sehingga penghitungan skor REBA di PC memiliki aspek mobilitas yang rendah.

Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat peluang untuk meminimalkan kelemahan penghitungan skor REBA di PC. Perancangan aplikasi penghitungan skor REBA dengan menggunakan HP (Hand Phone) meminimalkan kelemahan aspek mobilitas yang rendah pada penghitungan skor REBA di PC. Perancangan aplikasi penghitungan skor REBA di HP menggunakan sistem operasi berbasis android karena sistem operasi android memiliki beberapa keunggulan yaitu bersifat lengkap (complete platform), terbuka (open sources platform), dan bebas (Free Platform) (Pratama 2011).

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan aplikasi Reba Solver berbasis Android sebagai alat untuk memudahkan menghitung skor REBA ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang aplikasi Reba Solver berbasis Android sebagai alat untuk membantu menghitung skor REBA yang dapat dipakai pada HP.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Perancangan program aplikasi Reba Solver berbasis android ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu :

1. Mempermudah pengguna dalam menghitung skor REBA.

2. Pengguna dapat menghitung skor reba langsung ditempat kejadian.

1.5 BATASAN MASALAH

Agar penelitian dapat sesuai dengan tujuan, maka diberikan batasan pada penelitian ini. Adapun batasan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Perancangan aplikasi pada penelitian ini fokus pada pengolahan data REBA.

2. Aplikasi yang dirancang hanya berisi menu Help dan Solver

1.6 ASUMSI PENELITIAN

Asumsi penelitian diperlukan untuk menyederhanakan kompleksitas permasalahan yang diteliti. Asumsi yang digunakan pada penilitian ini adalah data-data yang dibutuhkan dalam menghitung skor REBA yaitu data sudut tulang belakang, sudut leher, sudut kaki, sudut lengan atas, sudut lengan bawah, sudut pergelangan tangan, berat beban, jenis kopling, dan jenis aktivitas sudah diperoleh.

1.7 SISTEMATIKA PENULISAN

Pada bagian ini menguraikan gambaran umum mengenai tata cara penyusunan laporan penelitian dan isi pokok dari laporan penelitian ini. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan Pada bagian ini menguraikan gambaran umum mengenai tata cara penyusunan laporan penelitian dan isi pokok dari laporan penelitian ini. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan berbagai hal mengenai latar belakang penelitian, perumusan

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang akan dipakai untuk mendukung penelitian, sehingga pengolahan data dan analisis dilakukan secara teoritis. Teori yang akan dikemukakan dalam hal ini adalah tentang postur kerja yang menitikberatkan pada REBA, sistem operasi android, dan pembuatan program aplikasi.

BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan gambaran terstruktur tahap demi tahap proses pelaksanaan penelitian dalam bentuk diagram alir, membahas tentang tahapan yang dilalui dalam penyelesaian masalah sesuai dengan permasalahan yang ada mulai dari identifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, pengolahan data, sampai dengan kesimpulan dan pemberian saran untuk penelitian lebih lanjut.

BAB IV : PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini menjelaskan proses pembuatan aplikasi Reba Solver berbasis tahap demi tahap serta uji aplikasi Reba Solver dengan data penghitungan postur kerja secara manual.

BAB V : ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini menguraikan analisis dan interpretasi hasil serta mengevaluasi perancangan program aplikasi pengelolaan data REBA.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan bab-bab sebelumnya. Bab ini juga menguraikan saran dan masukan bagi kelanjutan penelitian yang telah dilakukan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas konsep-konsep berkaitan dengan objek penelitian yang dilakukan. Teori pendukung yang dibahas dalam bab ini antara lain tentang konsep postur kerja, assessment posisi portur tubuh, metode Reba, dan Android.

2.1 Postur Kerja

Menurut Sutalaksana (1982), pertimbangan-pertimbangan ergonomi yang berkaitan dengan postur kerja akan membantu pekerja mendapatkan postur kerja yang nyaman, baik itu pada posisi berdiri, duduk, mengangkat maupun mengangkut. Ada kalanya pada suatu sistem kerja, pekerja berada pada postur kerja yang tidak ergonomis dan berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pekerja menjadi cepat lelah, terjadi banyak keluhan muscoleskeletal pada bagian tubuh, serta hasil kerja yang kurang maksimal. Keluhan musculoskeletal adalah keluhan pada bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan berupa sangat ringan sampai sangat sakit. Untuk menghindari postur kerja yang demikian, pertimbangan pertimbangan ergonomi antara lain menyarankan beberapa hal, yaitu :

a) Mengurangi frekuensi kegiatan yang salah pada pekerja yang sering dilakukan

berulang ulang dalam jangka waktu yang lama, seperti membungkuk, menengadah, menjangkau, dll. Untuk itu, maka stasiun kerja beserta fasilitasnya (kursi, meja, dll) harus dirancang sesuai dengan data anthropometri para pekerjanya agar mereka dapat menjaga postur kerjanya tetap normal dan aman.

b) Pekerja harusnya tidak menggunakan jarak jangkuan maksimal namun

dilakukan dalam jarak jangkuan normal. Sedangkan untuk hal hal tertentu pekerja harus mampu dan cukup leluasa mengatur tubuhnya agar memperoleh postur kerja yang lebih leluasa dalam bergerak.

yang lama dengan kepala, leher, batang tubuh atau kaki berada pada keadaan miring.

d) Pekerja tidak seharusnya dipaksa bekerja dalam frekuensi atau waktu yang

lama dengan tangan atau lengan berada dalam posisi diatas level siku yang normal.

Seorang pekerja yang bekerja dalam posisi duduk akan lebih sedikit membutuhkan waktu istirahat daripada posisi berdiri. Hal ini karena pada posisi berdiri membutuhkan lebih banyak energi untuk menahan beban kerja otot statis pada kaki. Berdiri mengeluarkan energi lebih banyak sekitar 10-15 % daripada posisi duduk. Apabila otot menerima beban statis secara berulang ulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan sendi, ligament dan tendon. Keluhan inilah yang disebut dengan keluhan musculoskeletal disorders. Secara garis besar keluhan otot dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Keluhan musculoskeletal sementara ( reversible ) Yaitu keluhan pada otot yang terjadi pada saat otot menerima beban statis,

namun keluhan itu akan segera hilang apabila proses pembebanan dihentikan.

2. Keluhan musculoskeletal menetap ( persistent ) Yaitu keluhan otot yang bersifat menetap. Walaupun proses pembebanan kerja

telah dihentikan.

2.2 Assessment Posisi Portur Tubuh

Assessment posisi postur tubuh merupakan penilaian sudut-sudut segmen tubuh pada setiap gerakan kerja yang dilakukan. Hasil evaluasi berupa skor yang didapatkan dengan memasukkan sudut-sudut hasil pengukuran ke dalam suatu software atau berdasarkan table yang telah direkomendasikan. Evaluasi posisi postur tubuh pekerja dapat dilakukan dengan menggunakan metode Reba (Rapid Entire Body Assessment ).

Hignett dan Dr. Lynn McAtamney yang merupakan ergonom dari universitas di Nottingham ( University of Nottingham’s Institute of Occupational Ergonomics). Pertama kali dijelaskan dalam bentuk jurnal aplikasi ergonomi pada tahun 2000.

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Penilaian dengan menggunakan Reba tidak membutuhkan waktu lama untuk melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja operator (McAtamney, 2000).

Teknologi ergonomi tersebut mengevaluasi postur, kekuatan, aktivitas dan faktor coupling yang menimbulkan cedera akibat aktivitas yang berulang-ulang. Penilaian postur kerja dengan metode ini dengan cara pemberian skor resiko antara 1 sampai 15, yang mana skor yang tertinggi menandakan level yang mengakibatkan resiko yang besar (bahaya) untuk dilakukan dalam bekerja. Hal ini berarti bahwa skor terendah akan menjamin pekerjaan yang diteliti bebas dari ergonomic hazard . Reba dikembangkan untuk mendeteksi postur kerja yang beresiko dan melakukan perbaikan sesegera mungkin. Penilaian Reba terjadi dalam empat tahap, yaitu:

1. Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto.

2. Tahap kedua adalah penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja.

3. Tahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan coupling dan penentuan aktivitas pekerja.

4. Tahap keempat adalah perhitungan nilai Reba untuk postur yang 4. Tahap keempat adalah perhitungan nilai Reba untuk postur yang

Penilaian menggunakan metode Reba yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney dijelaskan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut (McAtamney dan Hignett, 2000):

Tahap 1: Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan

video atau foto

Gambaran sikap (postur) pekerja dari leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki di dapatkan dengan merekam atau memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

Tahap 2: Penentuan sudut dari bagian tubuh pekerja

Pada metode Reba segmen-segmen tubuh dibagi menjadi dua kelompok yaitu grup A dan grup B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat Tabel A untuk grup A dan Tabel B untuk grup B agar diperoleh skor. Skor pergerakan punggung dapat ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Skor pergerakan punggung

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

Tegak

0 0 -20 0 Flexion 0 0 -20 0 Extension

20 0 -60 0 Fleksion >20 0 Extension >60 0 Fleksion

+1 jika memutar atau miring ke samping +1 jika memutar atau miring ke samping

a b c d Gambar 2.1 Range pergerakan punggung, a. Postur alamiah, b. Postur 0 o

– 20 o flexion, c. Postur 20 o - 60 o flexion, d. Postur 60 o atau lebih flexion Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Skor pergerakan leher dapat ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut ini.

Tabel 2.2 Skor pergerakan leher

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Dari tabel 2.2, pergerakan leher dapat ditunjukkan pada gambar 2.2 berikut ini.

Gambar 2.2 Range pergerakan leher, a. Postur 0 0 -20 0 flexion,

b. Postur 20 0 lebih flexion atau extension

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Untuk skor postur kaki dapat ditunjukkan pada tabel 2.2 berikut ini.

Pergerakan

Skor

Perubahan Skor

0 0 -20 0 Flexion

>20 0 Flexion atau extension

+1 jika memutar atau miring ke samping

Tabel 2.3 Skor postur kaki

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.3, pergerakan kaki dapat ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut ini.

Gambar 2.3 Range pergerakan kaki (a) kaki tertopang, bobot tersebar merata b. Kaki tidak tertopang, bobot tidak tersebar merata Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Skor pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.4 berikut ini. Tabel 2.4 Skor pergerakan lengan atas

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Dari tabel 2.4 pergerakan lengan atas dapat ditunjukkan pada gambar 2.4 berikut ini.

Gambar 2.4 Range pergerakan lengan atas, a. Postur 20 0 flexion dan extension, b. Postur 20 0 atau lebih extension dan postur 20°- 45° flexion, c. Postur 45°-90°flexion, d. Postur 90° atau lebih flexion Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Skor pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.5 berikut ini.

Tabel 2.5 Skor pergerakan lengan bawah

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Dari tabel 2.5, pergerakan lengan bawah dapat ditunjukkan pada gambar 2.5

berikut ini.

a b Gambar 2.5 Range pergerakan lengan bawah, a. Postur 60°-100°

flexion, b. Postur 60 0 atau kurang flexion dan 100° atau

lebih flexion. Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Skor pergelangan tangan dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.6 berikut ini.

Tabel 2.6 Skor pergelangan tangan

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Dari tabel 2.6, pergelangan tangan dapat ditunjukkan pada gambar 2.6 berikut ini.

Gambar 2.6 Range pergerakan pergelangan tangan a. Postur alamiah,

b. Postur 0-15° flexion maupun extension, c. Postur 15° atau 1ebih flexion, d. Postur 15° atau 1ebih extension.

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000 Setelah diukur sudut-sudut segmen tubuh, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan penilaian. Hasil penilaian dari pergerakan punggung (batang tubuh), leher, dan kaki digunakan untuk menentukan skor A dengan menggunakan tabel 2.7 berikut ini.

Tabel 2.7 Tabel konversi Reba_ A

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Hasil penilaian dari pergerakan lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan digunakan untuk menentukan skor B dengan menggunakan tabel 2.8 berikut ini.

Tabel 2.8 Tabel konversi Reba_B

Wrist

Lower Arm

Upper

Arms

6 7 8 9 8 9 9 Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Hasil skor yang diperoleh dan tabel konversi Reba_A dan tabel konversi Reba_B digunakan untuk melihat tabel konversi Reba _C sehingga didapatkan skor dari tabel 2.9 berikut ini.

Tabel 2.9 Tabel konversi Reba_C

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Tahap 3: Penentuan berat benda yang diangkat, coupling, dan aktivitas

pekerja.

Selain memberikan skor pada masing-masing segmen tubuh, faktor lain yang perlu disertakan adalah berat beban yang diangkat, coupling dan aktivitas pekerjanya. Masing-masing faktor tersebut juga mempunyai kategori skor. Besarnya skor berat beban yang diangkat terlihat pada tabel 2.10 berikut ini.

Score B

Score A

Tabel 2.10 Beban / gaya

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Besarnya skor kopling dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.11 berikut ini. Tabel 2.11 Kopling

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Besarnya skor aktivitas dapat ditunjukkan seperti pada tabel 2.12 berikut ini. Tabel 2.12 Aktivitas

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Tahap 4: Perhitungan nilai Reba untuk postur yang bersangkutan.

Setelah didapatkan skor dari tabel konversi Reba_A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel konversi Reba_B dijumlahkan dengan skor dari tabel kopling sehingga didapatkan nilai bagian B. Dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel konversi Setelah didapatkan skor dari tabel konversi Reba_A kemudian dijumlahkan dengan skor untuk berat beban yang diangkat sehingga didapatkan nilai bagian A. Sementara skor dari tabel konversi Reba_B dijumlahkan dengan skor dari tabel kopling sehingga didapatkan nilai bagian B. Dari nilai bagian A dan bagian B dapat digunakan untuk mencari nilai bagian C dari tabel konversi

Gambar 2.7 Langkah-Langkah perhitungan metode Reba.

Sumber: McAtamney dan Hignett, 2000

Level resiko yang terjadi dapat diketahui berdasarkan nilai Reba. Level resiko dan tindakan yang harus dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2.7 berikut ini.

Tabel 2.13 Level Resiko dan Tindakan

Kategori Tindakan

Level Resiko

Aman 3-4

Kecil

Diperlukan tindakan beberapa waktu ke depan 5-6

Sedang

Tindakan dalam waktu dekat

7 Tinggi

Tindakan sekarang juga Tindakan sekarang juga

2.3 Unified Modelling Language

Unified Modeling Language (UML) adalah keluarga notasi grafis yang didukung oleh meta-model tunggal, yang membantu pendeskripsian dan desain sistem perangkat lunak, khususnya sistem yang dibangun menggunakan pemrograman berorientasi obyek (OOP) (Fowler, 2004).

UML mulai diperkenalkan oleh object Management Group, sebuah organisasi yang telah mengembangkan model, teknologi, dan standar OOP sejak tahun 1980-an. Sekarang UML sudah mulai banyak digunakan oleh para praktisi OOP. UML merupakan dasar bagi perangkat (tool) desain berorientasi objek dari IBM.

Penggunaan UML dalam industri terus meningkat. Ini merupakan standar terbuka yang menjadikannya sebagai bahasa pemodelan yang umum dalam industri piranti lunak dan pengembangan sistem. Berikut adalah diagram-diagram pada UML beserta penjelasannya.

2.3.1 Use Case Diagram

Use case diagram menggambarkan fungsionalitas yang diharapkan dari sebuah sistem. Yang ditekankan adalah “apa” yang diperbuat sistem, dan bukan “bagaimana”. Sebuah use case merepresentasikan sebuah interaksi antara aktor dengan sistem. Use case merupakan sebuah pekerjaan tertentu, misalnya login ke sistem, meng-create sebuah daftar belanja, dan sebagainya.

Seorang/sebuah aktor adalah sebuah entitas manusia atau mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

Use case diagram dapat sangat membantu bila kita sedang menyusun requirement sebuah sistem, mengkomunikasikan rancangan dengan klien, dan merancang test case untuk semua feature yang ada pada sistem.

Tabel 2.14 Simbol use case diagram

Menspesifikasikan himpuan peran yang pengguna mainkan ketika berinteraksi dengan use case.

Extend

Menspesifikasikan bahwa use case target memperluas perilaku dari use case sumber pada suatu titik yang diberikan.

System

Menspesifikasikan

paket yang menampilkan sistem secara terbatas.

Use Case

Deskripsi dari urutan aksi-aksi yang ditampilkan sistem yang menghasilkan suatu hasil yang terukur bagi suatu aktor

Sumber : Booch, 1999

2.3.2 Class Diagram

Class adalah sebuah spesifikasi yang jika diinstansiasi akan menghasilkan sebuah objek dan merupakan inti dari pengembangan dan desain berorientasi objek. Class menggambarkan keadaan (atribut/properti) suatu sistem, sekaligus menawarkan layanan untuk memanipulasi keadaan tersebut (metoda/fungsi).

Class diagram menggambarkan struktur dan deskripsi class, package dan objek beserta hubungan satu sama lain seperti containment, pewarisan, asosiasi, dan lain-lain.

Tabel 2.15 Simbol class diagram

NO GAMBAR

objek anak (descendent) berbagi perilaku dan struktur data dari objek yang ada di atasnya objek induk (ancestor).

Nary Association

Upaya untuk menghindari asosiasi dengan lebih dari 2 objek.

Class

Himpunan dari objek-objek yang berbagi atribut serta operasi yang sama.

Collaboration

Deskripsi dari urutan aksi-aksi yang ditampilkan sistem yang menghasilkan suatu hasil yang terukur bagi suatu aktor

Realization

Operasi yang benar-benar dilakukan oleh suatu objek.

Dependency

Hubungan dimana perubahan yang terjadi pada suatu elemen mandiri (independent) akan

mempegaruhi

elemen yang bergantung padanya elemen yang tidak mandiri

Association

Apa yang menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya

Sumber : Booch,1999

2.3.3 Statechart Diagram

Statechart diagram menggambarkan transisi dan perubahan keadaan (dari satu state ke state lainnya) suatu objek pada sistem sebagai akibat dari stimuli yang diterima. Pada umumnya statechart diagram menggambarkan class tertentu (satu class dapat memiliki lebih dari satu statechart diagram).

Dalam UML, state digambarkan berbentuk segiempat dengan sudut membulat dan memiliki nama sesuai kondisinya saat itu. Transisi antar state umumnya memiliki kondisi guard yang merupakan syarat terjadinya transisi yang bersangkutan, dituliskan dalam kurung siku. Action yang dilakukan sebagai akibat

Tabel 2.16 Simbol statechart diagram

Nilai atribut dan nilai link pada suatu waktu tertentu, yang dimiliki oleh suatu objek.

Initial Pseudo State

Bagaimana objek dibentuk atau diawali

Final State

Bagaimana

objek dibentuk dan

dihancurkan

Transition

Sebuah kejadian yang memicu sebuah state objek dengan cara memperbaharui satu atau lebih nilai atributnya

Association

Apa yang menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya.

Node

Elemen fisik yang eksis saat aplikasi dijalankan dan mencerminkan suatu sumber daya komputasi.

Sumber : Booch, 1999

2.3.4 Activity Diagram

Activity diagrams menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang, bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan bagaimana mereka berakhir. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang mungkin terjadi pada beberapa eksekusi.

Activity diagram merupakan state diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum.

Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case Sebuah aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case

Tabel 2.17 Simbol activity diagram

NO GAMBAR

bagaimana masing- masing kelas antarmuka saling berinteraksi satu sama lain

Action

State dari sistem yang mencerminkan eksekusi dari suatu aksi

Initial Node

Bagaimana objek dibentuk atau diawali.

Actifity Final

dibentuk dan

dihancurkan

Fork Node

Satu aliran yang pada tahap tertentu berubah menjadi beberapa aliran

Sumber : Booch, 1999

2.3.5 Sequence Diagram

Sequence diagram menggambarkan interaksi antar objek di dalam dan di sekitar sistem (termasuk pengguna, display, dan sebagainya) berupa message yang digambarkan terhadap waktu. Sequence diagram terdiri atar dimensi vertikal (waktu) dan dimensi horizontal (objek-objek yang terkait).

Sequence diagram biasa digunakan untuk menggambarkan skenario atau rangkaian langkah-langkah yang dilakukan sebagai respons dari sebuah event untuk menghasilkan output tertentu. Diawali dari apa yang men-trigger aktivitas tersebut, proses dan perubahan apa saja yang terjadi secara internal dan output apa yang dihasilkan.

Masing-masing objek, termasuk aktor, memiliki lifeline vertikal. Message digambarkan sebagai garis berpanah dari satu objek ke objek lainnya. Pada fase

Tabel 2.18 Simbol sequence diagram

NO GAMBAR

Objek entity, antarmuka yang saling berinteraksi.

Message

Spesifikasi dari komunikasi antar objek yang

memuat

informasi-informasi tentang aktifitas yang terjadi

Message

Spesifikasi dari komunikasi antar objek yang

memuat

informasi-informasi tentang aktifitas yang terjadi

Object

Object merupakan instance dari sebuah class dan dituliskan tersusun secara horizontal. Digambarkan sebagai sebuah class (kotak) dengan nama object didalamnya yang diawali dengan sebuah titik koma.

Actor

Aktor juga dapat berkomunikasi dengan object , maka actor juga dapat diurutkan sebagai kolom. Simbol Actor sama dengan simbol pada Actor Use Case Diagram

Sumber : Booch, 1999

2.3.6 Collaboration Diagram

Collaboration diagram juga menggambarkan interaksi antar objek seperti sequence diagram, tetapi lebih menekankan pada peran masing-masing objek dan bukan pada waktu penyampaian message.

Setiap message memiliki sequence number, di mana message dari level tertinggi memiliki nomor 1. Messages dari level yang sama memiliki prefiks yang sama.

Tabel 2.19 Simbol collaboration diagram

NO GAMBAR

Object merupakan instance dari sebuah class dan dituliskan tersusun secara horizontal .

Digambarkan sebagai sebuah class (kotak) dengan nama

Actor

Actor juga dapat berkomunikasi dengan object , maka actor juga dapat diurutkan sebagai kolom. Simbol Actor sama pada Actor Use Case Diagram.

Message

Message , digambarkan dengan anak panah yang mengarah antar obyek dan diberi label urutan nomor yang mengindikasikan urutan komunikasi yang terjadi antar obyek.

Sumber : Booch, 1999

2.3.7 Component Diagram

Component diagram menggambarkan struktur dan hubungan antar komponen piranti lunak, termasuk ketergantungan (dependency) di antaranya. Komponen piranti lunak adalah modul berisi code, baik berisi source code maupun binary code, baik library maupun executable, baik yang muncul pada compile time, link time, maupun run time.

Umumnya komponen terbentuk dari beberapa class dan/atau package, tapi dapat juga dari komponen-komponen yang lebih kecil. Komponen dapat juga berupa interface, yaitu kumpulan layanan yang disediakan sebuah komponen untuk komponen lain.

Tabel 2.20 Simbol component diagram

Sebuah komponen melambangkan sebuah entitas software dalam sebuah sistem.

Sebuah komponen dinotasikan sebagai sebuah kotak segiempat dengan dua kotak kecil tambahan yang menempel disebelah kirinya.

Dependency

Sebuah

Dependency digunakan untuk menotasikan relasi antara dua komponen. Notasinya adalah tanda panah putus-putus yang diarahkan kepada komponen tempat sebuah komponen itu bergantung.

Sumber : Booch, 1999

2.3.8 Deployment Diagram

Deployment diagram menggambarkan detail bagaimana komponen di- deploy dalam infrastruktur sistem, di mana komponen akan terletak (pada mesin, server atau piranti keras apa), bagaimana kemampuan jaringan pada lokasi tersebut, spesifikasi server, dan hal-hal lain yang bersifat fisikal

Sebuah node adalah server, workstation, atau piranti keras lain yang digunakan untuk men-deploy komponen dalam lingkungan sebenarnya. Hubungan antar node (misalnya TCP/IP) dan requirement dapat juga didefinisikan dalam diagram ini.

Tabel 2.21 Simbol deployment diagram .NO

deployment diagram, komponen- komponen yang ada diletakkan didalam node untuk memastikan

keberadaan posisi

mereka.

Node

Node menggambarkan bagian-bagian hardware dalam sebuah sistem. Notasi untuk node digambarkan sebagai sebuah kubus 3 dimensi.

Association

Sebuah association digambarkan sebagai

sebuah

garis yang menghubungkan dua node yang mengindikasikan jalur komunikasi antara

komponen-komponen

hardware .

Sumber : Booch, 1999

2.4 SISTEM OPERASI HP

Sistem operasi hp adalah software utama yang melakukan menejemen dan kontrol terhadap hardware secara langsung serta menejemen dan mengotrol software lain sehingga dapat bekerja. Sehingga suatu sistem operasi ponsel (mobile operating system) akan bertanggung jawab dalam mengoperasikan berbagai fungsi dan fitur yang tersedia dalam perangkat ponsel tersebut seperti, schedulling task , keyboard, WAP, email, text message, sinkronisasi dengan Sistem operasi hp adalah software utama yang melakukan menejemen dan kontrol terhadap hardware secara langsung serta menejemen dan mengotrol software lain sehingga dapat bekerja. Sehingga suatu sistem operasi ponsel (mobile operating system) akan bertanggung jawab dalam mengoperasikan berbagai fungsi dan fitur yang tersedia dalam perangkat ponsel tersebut seperti, schedulling task , keyboard, WAP, email, text message, sinkronisasi dengan

produknya baik pada PDA, Smartphone maupun handphone. Perkembangan aplikasi atau game selular (mobile content) sangat cepat, perusahaan pembuat mobile Operating System (OS) telah berlomba untuk memasarkan produk-produk mereka dengan menciptakan fungsi-fungsi dan teknologi yang kian hari kian memanjakan pengguna smartphone (selular yang ber-OS) dari segi entertainment dan fungsionalitas penggunaan selular untuk memudahkan tugas sehari-hari.

Selain berfungsi untuk mengkontrol sumber daya hardware dan software ponsel seperti keypad, layar, phonebook, baterai, dan koneksi ke jaringan, sistem operasi juga mengontrol agar semua aplikasi bisa berjalan stabil dan konsisten. Sistem operasi harus dirancang fleksibel sehingga para software developer lebih mudah menciptakan aplikasi-aplikasi baru yang canggih. Keunggulan lain dari ponsel yang ber-OS adalah memiliki kebebeasan lebih untuk men-download berbagai aplikasi tambahan yang tidak disediakan oleh vendor ponsel

Sistem operasi ponsel atau operating system mobile tersebut diantaranya adalah Mobile Linux, Sistem Operasi Symbian, Windows Mobile, Sistem Operasi Palm, dan Sistem Operasi Blackberry (Hasbi, 2012).

2.4.1 Mobile Linux (Android)

Android adalah sistem operasi untuk telepon seluler yang berbasis Linux. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi mereka sendiri untuk digunakan oleh bermacam piranti bergerak.

I. Sejarah Android

Pada Juli 2000, Google bekerjasama dengan Android Inc., perusahaan yang berada di Palo Alto, California Amerika Serikat. Para pendiri Android Inc. bekerja pada Google, di antaranya Andy Rubin, Rich Miner, Nick Sears, dan

Google hendak memasuki pasar telepon seluler. Di perusahaan Google, tim yang dipimpin Rubin bertugas mengembangkan program perangkat seluler yang didukung oleh kernel Linux. Hal ini menunjukkan indikasi bahwa Google sedang bersiap menghadapi persaingan dalam pasar telepon seluler.