BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 5 SD Nege

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

  Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2016 Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar Dan Menengah (2016: 137-138) menyatakan bahwa salah satu kompetensi yang akan di capai dalam pembelajaran IPA SD adalah menunjukkan sikap ilmiah : rasa ingin tahu, jujur ,logis, kritis, disiplin, dan tanggung jawab melalui IPA. Sikap ilmiah ini diartikan sebagai rasa keingintahuan siswa tentang cara berpikir logis melalui pengetahuan. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat, sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

  Pernyataan Wahyana yang dikutip dalam Trianto, (2012:136) mengatakan bahwa

  IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan, tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum sebatas pada pada gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dari sikap ilmiah.

  Sikap ilmiah berasal dari rasa keingintahuan siswa tentang pemgetahuan terutama tentang Ilmu Pengetahuan Alam sehingga pendidikan IPA diarahkan kepada peserta didik untuk menemukan hal baru sesuai dengan metode ilmiah. Faktual merupakan pengetahuan dasar berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya terkait dengan diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa dan negara (Permendikbud nomor 20 tahun 2016 tentang SKL, 2016: 5). Dengan siswa bersikap ilmiah, maka siswa menjadi terbiasa berpikir kritis dan logis dalam kehidupannya.

  Powler dalam Samatowa (2010:3) menyatakan bahwa IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen. Adapun ruang lingkup IPA menurut Permendikbud No 21 tahun 2016 tentang SI, meliputi alam sekitar yang terdiri dari gejala alam dan kebendaan yang sistematis berupa ekosistem, perubahan dan sifat benda dan alam semesta.

  IPA merupakan pengetahuan yang berhubungan dengan cara mencari tahu, istilah mencari tahu ini sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai yang tertulis dalam permendikbud no 21 Tahun 2016 tentang alam secara sistematis, IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang membutuhkan keterlibatan siswa (Sulistyorini, 2007: 39).

  Dari pendapat tentang IPA, maka IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berhubungan dengan gejala alam dan kebendaan yang sistematis, tersusun secara teratur, dan berlaku umum berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen dengan cara mencari tahu berupa fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip yang merupakan suatu proses penemuan dengan membutuhkan keterlibatan siswa untuk menunjukkan rasa ingin tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin dengan melakukan pengamatan objek IPA menggunakan panca indra.

  Pencapaian tujuan pembelajaran ditetapkan melalui kompetensi. Kompetensi yang dicapai bersifat generik, yang mencakup 3 (tiga) ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan. Ranah sikap dipilah menjadi sikap spiritual dan sikap sosial. Pemilahan ini diperlukan untuk menekankan pentingnya keseimbangan fungsi sebagai manusia seutuhnya yang mencakup aspek spiritual dan aspek sosial sebagaimana diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, Kompetensi yang bersifat generik terdiri atas 4 (empat) dimensi yang merepresentasikan sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan, yang selanjutnya disebut Kompetensi Inti (KI) (Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Lampiran 1, 2016: 5). Empat kompetensi tersebut merupakan tujuan kurikulum. Ke empat kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler (Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Lampiran 5, 2016: 1). Kompetensi inti untuk tingkat kompetensi Pendidikan Dasar (Tingkat Kelas I-VI SD/MI/SDLB/PAKET A) disajikan dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Kompetensi Inti pada Tingkat Kompetensi Pendidikan Dasar SD/MI/SDLB/PAKET A

  KOMPETENSI NTI DESKRIPSI KOMPETENSI Sikap Spritual

  1. Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya Sikap Sosial

  2. Menunjukkan perilaku:

  a. jujur,

  b. disiplin,

  c. santun,

  d. percaya diri,

  e. peduli, dan

  f. bertanggung jawab dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangga, dan negara. Pengetahuan

  3. Memahami pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif pada tingkat dasar dengan cara : a. mengamati,

  b. menanya, dan

  c. mencoba Berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah, dan tempat bermain.

  Keterampilan

  4. Menunjukkan keterampilan berfikir dan bertindak:

  a. kreatif

  b. produktif,

  c. kritis,

  d. mandiri,

  e. kolaboratif, dan

  f. komunikatif Dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap perkembangannya. : Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan

  Sumber Menegah Lampiran (2016: 1).

  Setiap muatan pelajaran menerapkan tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, konsep keilmuan, dan karakteristik satuan pendidikan dan program pendidikan. Selanjutnya tingkat kompetensi dirumuskan berdasarkan kriteria tingkat perkembangan peserta didik, kualifikasi kompetensi Indonesia, dan penguasaan kompetensi yang berjenjang, berdasarkan Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 2). Muatan mata pelajaran dalam Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Tentang Standar Isi terdiri dari tingkat kompetensi, kompetensi dan ruang lingkup materi. Deskripsi muatan mata pelajaran IPA disajikan melalui tabel 2.2 di bawah ini.

Tabel 2.2 Muatan Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI/SDLB/PAKET A

  Tingkat Kompetensi Ruang Lingkup Materi kompetensi Tingkat  Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin  Tubuh dan panca indra. pendidikan tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin

   Tumbuhan dan hewan Dasar( Kelas melalui IPA.  Sifat dan wujud benda- I-VI) benda sekitar

   Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar. semesta dan

   Alam kenampakannya.  Melakukan pengamatan objek IPA dengan menggunakan panca indra.

   Menceritakan hasil pengamatan IPA dengan bahasa yang jelas.  Menunjukkan sikap ilmiah: rasa ingin  Rangka dan organ tubuh tahu, jujur, logis, kritis, dan disiplin manusia dan hewan melalui IPA.

   Makanan, rantai makan an, dan keseimbangan  Mengajukan pertanyaan : apa, mengapa, dan bagaimana tentang alam sekitar. ekosistem.

   Melakukan pengamatan objek IPA  Perkembangbiakan makh dengan menggunakan panca indra. luk hidup pada lingkungan konsep

  IPA  Mendeskripsikan  Penyesuaian diri makhluk berdasarkan hasil pengamatan hidup pada lingkungan.

   Kesehatan dan sistem pernafasan manusia.  Perubahan dan sifat benda.  Hantaran panas listrik dan magnet.  Tata surya.  Campuran dan larutan. Sumber: Permendikbud No.21 Tahun 2016, tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah (2016: 137-138)

  Kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) dari muatan IPA SD terdapat dalam Permendikbud RI No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD Pendidikan dasar dan Menengah lampiran 5 mata pelajaran IPA. KI dan KD pengetahuan dan ketrampilan kelas 5 secara rinci disajikan melalui tabel 2.3 berikut ini.

Tabel 2.3 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPA Kelas 5 Semester 1

  KOMPETENSI INTI 3 (PENGETAHUAN) KOMPETENSI INTI 4 (KETERAMPILAN) 3 . Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan

  4. Menyajikan pengetahuan faktual dan anak

cara mengamati, menanya dan mencoba berdasarkan rasa sehat, dalam tindakan yang mencerminkan

ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia

kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain KOMPETENSI DASAR (3) KOMPETENSI DASAR (4)

  3.1 Menjelaskan alat gerak dan fungsinya pada hewan dan

  4.1 Membuat model sederhana alat gerak manusia serta cara memelihara kesehatan alat gerak manusia atau hewan manusia

  3.2 Menjelaskan organ pernafasan dan fungsinya pada

  4.2 Membuat model sederhana organ hewan dan manusia, serta cara memelihara kesehatan pernapasan manusia organ pernapasan manusia

  3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada

  4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ

hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan dan fungsi pencernaan pada hewan atau

organ pencernaan manusia manusia.

  3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada

  4.4 Menyajikan karya tentang organ hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan peredaran darah pada manusia organ peredaran darah manusia

  3.5 Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem dan

  4.5 Membuat karya tentang konsep jaring-

jaring-jaring makanan di lingkungan sekitar jaring makanan dalam suatu ekosistem

  3.6 Menerapkan konsep perpindahan kalor dalam kehidupan

  4.6 Melaporkan hasil pengamatan tentang sehari-hari perpindahan kalor

  3.7 Menganalisis pengaruh kalor terhadap perubahan suhu

  4.7 Melaporkan hasil percobaanpengaruh dan wujud benda dalam kehidupan sehari-hari kalor pada benda

  3.8 Menganalisis siklus air dan dampaknya pada peristiwa di

  4.8 Membuat karya tentang skema siklus air bumi serta kelangsungan mahluk hidup berdasarkan informasi dari berbagai sumber

  3.9 Mengelompokkan materi dalam kehidupan sehari-hari

  4.9 Melaporkan hasil pengamatan sifat-sifat

berdasarkan komponen penyusunnya (zat tunggal dan campuran dan komponen penyusunnya

campuran) dalam kehidupan sehari-hari

  Sumber: Permendikbud No.24 Tahun 2016, tentang KI-KD Pendidikan Dasar dan Menengah Lampiran 5 (2016: 3-4) Pelaksanaan pembelajaran IPA kelas 5 diatur dalam Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah BaB III, di jelaskan bahwa

  Perencanaan Pembelajaran di rancang dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi. Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar, perangkat penilaian, dan skenario pembelajaran.

  Silabus merupakan acuan penyusunan kerangka pembelajaran untuk setiap bahan kajian mata pelajaran. Sedangkan RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk dasar (KD). Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

  Pendekatan PBL dalam mata pelajaran IPA akan memberikan pengalaman belajar langsung bagi siswa karena terkait dengan kehidupan nyata. Menurut Slameto (2011: 7) pendekatan PBL merupakan pendekatan pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi artinya pendekatan PBL merupakan pembelajaran yang sangat potensial untuk meningkatkan hasil belajar, karena langkah pembelajarannya relevan dengan keterampilan proses pemecahan masalah.

  Menurut Barrow dalam Huda, (2014 : 271) mendefisinikan PBL sebagai pembelajaran yang diperoleh melalui proses yang menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah tersebut ditemukan pertama-tama dalam proses pembelajaran. PBL merupakan pembelajaran yang diawali dengan pemberian masalah kepada siswa yang masalahnya dialami atau merupakan pengalaman sehari-hari siswa. Secara garis besar PBL terdiri dari kegiatan menyajikan kepada siswa suatu masalah autentik. PBL menjadikan masalah nyata sebagai pemicu bagi proses belajar siswa sebelum mengetahui konsep formal.

  Pendapat Nursalam dan Ferry dikutip oleh Putra (2013: 66), bahwa “PBL didefinisikan sebagai sebuah pendekatan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat dijadikan sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru.”

  Berdasarkan pendapat para ahli tentang definisi PBL, maka PBL dapat didefinisikan sebagai pendekatan pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pemahaman resolusi masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru .

  Dalam pelaksanaan PBL, PBL memiliki karakteristik. Karakteristik PBL menurut Rusman (2012: 232), berorientasi pada permasalahan yang menjadi titik awal dalam pembelajaran. Permasalahan yang diangkat merupakan permasalahan yang ada di lingkungan siswa untuk kemudian dipecahkan berdasarkan pengetahuan serta pengalaman siswa yang didukung oleh fakta yang ada. Permasalahan tersebut dimiliki oleh siswa. Bagaimana siswa berusaha menyelesaikan masalah berdasarkan ketiga hal yang dimiliki masing-masing siswa untuk kemudian disatukan dan dipecahkan secara berkelompok. Dalam prosesnya, pemecahan masalah melibatkan berbagai sumber belajar yang nantinya diakhiri dengan evaluasi dari informasi yang sudah didapat dari berbagai sumber belajar agar diperoleh solusi pemecahan masalah yang paling tepat.

  Langkah-langkah pelaksanaan Pendekatan PBL

  Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Jumanta Hamdayana (2014: 212) sebagai berikut :

  1. Merumuskan masalah yaitu siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan 2.

  Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah dari berbagai sudut pandang 3. Merumuskan hipotesa, yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan masalah sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

  4. Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari data dan menggambarkan informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah.

  5. Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

  6. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil pengajuan hipotesis dan rumusan kesimpulan.

  Menurut Arends (2008: 57) terdapat lima tahapan dalam pendekatan PBL diantaranya :

  1. Memberikan orientasi tentang permasalahan kepada siswa, yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

  2. Mengorganisasi siswa untuk meneliti, yaitu membantu siswa membatasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.

  3. Membantu menyelidiki secara mandiri atau kelompok, yaitu membimbing penyelidikan individu maupun kelompok untuk mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai,

  4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil kerja, yaitu membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, vdeo, dan model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah, yaitu membantu siswa melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama berlangsungnya pemechan masalah.

  Langkah-langkah pendekatan PBL menurut Nurhadi (2004: 111) 1.

  Orientasi siswa pada masalah, siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

  2. Mengorganisasi siswa untuk belajar, siswa mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

  3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok, siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

  4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, serta saling berbagi tugas dengan kelompoknya.

  5. Menganalisis dan mengevaluasi proses, siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan serta proses pemecahan masalah.

  Berdasarkan tiga pendapat tentang pendekatan PBL, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pendekatan PBL adalah sebagai berikut :

  1. Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran 2.

  Merumuskan masalah 3. Menganalisis masalah 4. Merumuskan hipotesa 5. Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen 6. Pengujian hipotesa 7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah 8. Membuat laporan 9. Menyajikan karya laporan pemecahan masalah 10.

  Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah

  Kelebihan dan Kekurangan pendekatan PBL

  Setiap pendekatan dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan, seperti halnya dalam pendekatan PBL memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun yang menjadi kelebihan dari pendekatan PBL menurut Ibrahim dan Nur (2000) dalam Agus N. Cahyo (2013: 285) diantaranya:

  1. Siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

  1.1 Siswa menyimak tujuan pembelajaran

  Mengumpulkan informasi yang sesuai atau melakukan eksperimen

  1.5 Guru membimbing penyelidikan kelompok dan mendorong siswa mendapatkan pemecahan masalah 5.

  4. Merumuskan hipotesa 1.4 siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan .

  1.4 Guru membantu siswamenentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah

  3. Menganalisis masalah 1.3 Siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang

  1.3 Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan permasalahan

  Merumuskan masalah 1.2 Siswa menentukan masalah yang akan dipecahkan yang berkaitan dengan data- data yang dikumpulkan.

  1.2 Guru membimbing peserta didik untuk menentukan masalah yang akan dipecahkan dalam proses pembelajaran 2.

  1. Menyimak tujuan pembelajaran

  2. Melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi,

  1.1 Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

  Kegiatan Guru Langkah-langkah PBL Kegiatan Siswa

Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

  Sintak Pembelajaran Pendekatan Problem Based Learning (PBL)

  Kelemahan pendekatan PBL, menurut Aisyah (2011: 7) adalah bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan PBL, membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan satu siklus pembelajaran.

  6. Pengondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya, sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan.

  4. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran, sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivsi dan ketertarikan siswa twerhadap bahan yang dipelajari, 5. Menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif di antara siswa,

  3. Pengetahuan tertananm berdasarkan skema yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna,

  1.5 langkah siswa untuk mengumpulkan data yang relevan dan memetakanserta menyajikan dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami.

  1.6 6.

  1.6 Guru membantu siswa Pengujian Hipotesa Langkah siswa dalam menguji rumusan merumuskan dan permasalahan mengambil kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

  1.7 7.

  1.7 Guru membantu siswa Merumuskan Siswa memiliki membuat pemecahan rekomendasi kecakapan menelaah dan masalah. pemecahan masalah membahas untuk melihat hubungan dengan masalah yang diuji.

  1.8 8.

  1.8 Guru membantu siswa Membuat laporan Siswa mampu membuat meyiapkan karya sesuai laporan dari dari rumusan laporan masalah yang telah disajikan

  1.9

  9. Menyajikan karya

  1.9 Guru membantu siswa Siswa mampu menyajikan mempresentasikan karya laporan pemecahan hasil karya laporannya laporan pemecahan masalah masalah

  1.10

  10. Menganalisis dan

  1.10 Guru membantu siswa Siswa menganalisis dan untuk melakukan refleksi mengevaluasi proses mengevaluasi proses atau evaluasi terhadap mengatasi masalah mereka sendiri dan penyelidikan permasalahan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan.

2.1.3 Hasil Belajar

  Menurut Darmansyah ( 2006 : 124), hasil belajar adalah hasil penelitian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Ini berarti ada proses belajar yang merupakan kemampuan siswa yang harus diukur melalui angka.

  Guru dapat menilai peserta didik tidak hanya berkenaan dengan hasil belajar peserta didik tetapi meliputi proses pembelajaran. Selanjutnya Permendikbud No. 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan (2016 : 6 ), Penilaian hasil belajar oleh peserta didik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan. Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portopolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semerter, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian nasional dan ujian sekolah/madrasah (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2014:90).

  Penilaian hasil belajar peserta didik bersifat utuh dan menyeluruh, yakni mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang (Wardani Naniek Sulistya, 2016:82). Ke tiga kompetensi tersebut oleh Wardani Naniek Sulistya (2016:111) dinamakan dengan taksonomi tujuan belajar. Taksonomi tujuan belajar menurut Benyamin S.Bloom, David Krathwohl serta Norman E. Gronlund dan RW de Maclay ds adalah sebagai berikut: 1.

  Ranah Afektif Ranah afektif adalah sikap ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini dibagi ke dalam lima jenjang, yaitu menerima atau memperhatikan (receiving atau

  attending), menanggapi (responding), menilai sama dengan menghargai (valuing),

  mengatur atau mengorganisasikan (organizing) dan karakteristik dari nilai atau kelompok nilai (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).

  2. Ranah Kognitif Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Taksonomi tujuan belajar domain kognitif dari Benyamin S. Bloom (1956) yang disempurnakan oleh Krathwol terdiri dari enam

  jenjang atau aspek, yakni pengetahuan/ hafalan/ingatan (knowledge), pemahaman (comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), penilaian/ penghargaan/evaluasi (evaluation). dan membuat (create) ( Wardani NS., dkk., 2014: 111-112).

  3. Ranah Psikomotor Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

  Jenjang ranah psikomotorik adalah berkaitan dengan kemampuan fisik yaitu persepsi, kesiapan, respon terpimpin, mekanisme penggunaan sejumlah skill dan respon yang kompleks (Wardani NS., dkk., (2014: 115-116).

  Mendasarkan pada pengertian hasil belajar menurut Darmansyah, Wardani Naniek Sulistya, dan Nasution, maka hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap,

  Penilaian hasil belajar siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor

  23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Prinsip penilaian hasil belajar dalam pasal 5 (2016:12-13) adalah:

  1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur; 2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

  3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender; 4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

  5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

  6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik; 7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;

  8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

  9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

  Penilaian hasil belajar oleh pendidik bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, pasal 4: 12).

  Penilaian yang dilakukan pendidik untuk mencapai kompetensi yang ditentukan dalam SK dan KD. Ukuran yang digunakan untuk ketercapaian kompetensi adalah indikator dengan menggunakan alat ukur (instrumen) yang berupa butir soal. Dari butir soal yang telah dijawab oleh siswa dilakukan analisis butir. Hasil analisis butir akan diketahui tingkat kesukaran butir soal, validitas dan reliabilitas butir soal. Dari tes dapat diketahui seberapa besar kompetensi yang dimiliki siswa, sehingga disinilah peran evaluasi, yakni tindak lanjut dari skor tes yang diperoleh untuk menentukan peserta didik untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya semua siswa dilayani sesuai dengan bakat, minat dan kemampuanya. Penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada KI dan KD. Hal ini berarti bahwa semua indikator harus dibuatkan butir soalnya, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar apa saja yang sudah atau belum dikuasai siswa. Hal ini dijadikan dasar menentukan keputusan, melanjutkan ke jenjang berikutnya, atau remidial. Pada prinsipnya, semua siswa dilayani sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.

  Teknik dan Instrumen Penilaian

  Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat, prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 2).

  Pengukuran adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka- angka suatu gejala atau peristiwa atau benda (Wardani Naniek Sulistya, dkk: 2012:47). Dalam Permendikbud RI No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan (2016:

bab VII pasal 14) tentang Instrumen Penilaian menyatakan bahwa : 1. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pendidik dalam bentuk penilaian berupa tes,

  pengamatan, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

  2. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk penilaian akhir dan/atau ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik.

  3. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun

  Menurut instrumen penilaian diatas bahwa validitas empirik digunakan sebagai perbandingan atau tolak ukur keberhasilan antar sekolah. Yang dimaksud dengan validitas empirik adalah hasil skor pengukuran yang dinyatakan secara empirik atau berupa data- data kuantitatif hasil belajar peserta didik yang diperoleh selama pembelajaran seperti raport dan ijasah.

  Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan dalam bentuk ulangan, pengamatan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang diperlukan (Permendikbud nomor 23 tahun 2016 tentang standar penilaian pendidikan, 2016: 5).

  Pengolahan hasil tes merupakan kegiatan lanjutan dari pengukuran yang berupa tes, yaitu memeriksa hasil tes dan mencocokkan jawaban peserta dengan kunci jawaban untuk tes kognitif. Terdapat dua pedoman penilaian hasil belajar yang berlaku, yaitu Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).

  Dalam pendekatan PAN kelulusan seseorang ditentukan oleh kedudukan seseorang dalam kelompok itu. Untuk PAN diperlukan untuk menentukan ranking peserta didik dalam kelas. Penilaian dikatakan menggunakan pendekatan PAN apabila nilai-nilai yang diperoleh siswa diperbandingkan dengan nilai-nilai siswa lain yang termasuk dalam kelompok itu. Yang dimaksud dengan norma dalam hal ini adalah kapasitas atau prestasi kelompok. Sedangkan yang dimaksud kelompok adalah semua siswa yang mengikuti tes tersebut. Selain itu dari hasil PAN tidak mencerminkan tingkat kemampuan dan penguasaan siswa tentang materi pembelajaran yang diteskan, tetapi hanya menunjukan kedudukan siswa didalam peringkat kelompoknya.

  Dalam pendekatan PAP, kelulusan seseorang ditentukan oleh kriteria tertentu, yang dalam proses pembelajaran selalu mengacu pada tujuan/KD dan indikator. PAP selalu digunakan dalam sistem belajar tuntas, misalnya seseorang dikatakan telah menguasai satu pokok bahasan, bila peserta didik telah mampu menjawab dengan betul 80% KKM. Dengan PAP setiap individu dapat diketahui apa yang telah dan belum dikuasainya. Bimbingan individual untuk meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dapat dirancang, demikian pula untuk memantapkan apa yang telah dikuasainya dapat dikembangkan. Guru dan setiap siswa mendapat manfaat dari adanya PAP (Wardani. Naniek Sulistya, dkk. 2014:124).

  Jadi hasil belajar merupakan suatu pengukuran sikap, pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar dan dinyatakan dengan KKM.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

  Ada beberapa hasil penelitian yang relevan mengenai pendekatan PBL dalam pembelajaran yang telah dipublikasikan dalam pembelajaran. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan PBL merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Berikut adalah kajian hasil penelitian yang relevan.

  Penelitian yang dilakukan Sri Sukaptiyah pada tahun 2014 dengan judul, “Peningkatan hasil belajar PKn melalui model problem based learning pada siswa kelas 6 SD Negeri 1 Mongkrong, Wonosegoro semester 1 tahun pelajaran 2014/2015”. Kelebihan dari penelitian ini adalah dapat menunjukkan bahwa ada peningkatan persentase hasil pembelajaran dengan tindakan berupa pendekatan problem based learning yakni ketuntasan belajar dicapai oleh 13 siswa atau 68,4% dari 19 siswa, meningkat menjadi 16 atau 84,2% dari jumlah siswa pada siklus I dan siklus II menjadi 19 siswa atau 100% tuntas. Namun kekurangan dalam penelitian ini yaitu penelitian tidak melakukan penilaian terhadap keterampilan dan sikap belajar siswa yang muncul pada saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan mengukur hasil belajar melalui aspek afektif, kognitif dan keterampilan.

  Penelitian yang dilakukan oleh I GD. Agus Siswantara, I. B Surya Manuaba, I GD. Meter pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan model problem based learning (PBL) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Negeri 8 Kesiman tahun 2012/201

  3”. Kelebihan penelitian PBL ini adalah dapat meningkatkan hasil belajar

  IPA siswa kelas 4 di SD Negeri 8 Kesiman melalui pembelajaran PBL. Hal ini terlihat dari adanya peningkatan hasil belajar IPA siswa pada siklus I mencapai 66,33% dari seluruh siswa kriteria hasil belajar IPA sedang dengan ketuntasan klasikal sebesar 56,67%. Pada siklus II mencapai 81,67% dari seluruh siswa kriteria hasil belajar IPA tinggi dengan ketuntasan klasikal 86,67%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar sebesar 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%. Kekurangan dari penelitian ini adalah hanya meneliti meningkatnya skor hasil belajar IPA saja, sedangkan proses dalam pembelajaran model PBL tidak dilakukan pengukuran. Oleh karena itu, maka dalam penelitian ini akan mengukur proses belajar untuk mencapai aspek afektif dan keterampilan peserta didik.

  Penelitian yang dilakukan oleh Farles Der awati tahun 2013 dengan judul, “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar siswa pada Pembelajaran IPA Pokok Bahasan Gaya Magnet Dengan Menggunakan Model Problem Based Learning di Kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu Selatan”. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari 2 siklus, dimana setiap siklus terdiri atas tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Hasil dari penelitian ini pada siklus I pengamatan terhadap aktivitas guru skor = 21 dengan kategori cukup, meningkat pada siklus II menjadi 27 dengan kategori baik. Pengamatan terhadap aktivitas siswa skor = 19 dengan kategori cukup, meningkat pada siklus II skor 27 dengan kategori baik. Hasil belajar siswa pada siklus I nilai rata-rata 76,9 didapat persentase ketuntasan belajar

  

Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dan guru serta hasil belajar pada proses

  PBL Hasil

  Pembelajaran IPA yang telah di SDN Maguan Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang masih belum mencapai maksimal dan efisien, yang ditunjukkan dengan persentase ketuntasan mencapai 28% dari seluruh siswa yang ada atau 6 dari 21 siswa

  Dari beberapa hasil penelitian di atas, nampak terdapat peningkatan hasil belajar IPA siswa, setelah menggunakan pendekatan PBL.

  IPA mencakup aspek keterampilan .

  Pengukuran hasil belajar

  IPA mencapai 53,8%

  Ada peningkatan hasil belajar

  Hasil Belajar

  2013 PTK Model PBL

  Farles Derawati

  IPA mencakup aspek afektif.

  Pengukuran hasil belajar

  Belajar IPA Ada peningkatan hasil belajar PKn dari 66,33 %, ke 86,67 %, naik menjadi 15% dan ketuntasan klasikal sebesar 30%

  I GD. Meter 2012 PTK Model

  pembelajaran siswa kelas 5 SD Negeri 25 Bengkulu Selatan. Kekurangan penelitian ini yaitu penelitian tidak melakukan penilaian terhadap keterampilan belajar siswa yang muncul pada saat siswa melakukan aktivitas-aktivitas dalam pembelajaran PBL.

  I. B Surya Manuaba,

  I GD. Agus Siswantara,

  Pengukuran hasil belajar PKn mencakup aspek kognitif.

  PKn Ada peningkatan hasil belajar PKn dari 68,4 %, ke 84,2 %, naik menjadi 100%

  Hasil Belajar

  2014 PTK Model PBL

  Sri Sukaptiyah

  2 Kelebihan Kelemahan

  1

  Nama Tahun Penelitian Jenis Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

Tabel 2.5 Rekapitulasi Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

  Secara rinci rekapitulasi hasil kajian penelitian yang relevan dan terkait dengan penelitian tentang PBL dan hasil belajal diisajikan melalui tabel 2.4 berikut ini.

2.3 Kerangka Berpikir

  denga KKM ≥ 80. Dalam pembelajaran IPA di kelas, Guru mengajar secara konvensional, yaitu guru menyampaikan materi secara ceramah dan terus menerus. Sedangkanaktivitas siswa dalam proses belajar itu adalah siswa duduk diam, mendengarkan penjelasan guru.

  Siswa tidak pernah diberi permasalahan yang harus dipecahkannya sendiri, melalui upaya untuk mencari jawaban atas pemecahan permasalahan. Kondisi yang demikian, perlu diperbaiki dalam pembelajaran, dengan membuat desain pembelajaran yang mendorong siswa untuk belajar memecahkan permasalahan. Selain itu pengukuran yang dilakukan oleh guru tidak mengukur sikap dan keterampilan (non tes), namun hanya menggunakan tes saja.

  Pembelajaran yang berlangsung berbasis pada guru tidak efektif, karena kurang terdapat interaksi baik antara guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa itu sendiri. Dengan pembelajaran yang seperti ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka dari itu salah satu cara meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA adalah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang tepat dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah pendekatan PBL dan pengukuran hasil belajar IPA.

  Pembelajaran dengan pendekatan PBL, melibatkan siswa dalam belajar, sehingga hasil belajar siswa meningkat, apalagi pengukuran hasil belajar dengan menggunakan teknik pengukuran tes dan teknik non tes.

  Pendekatan PBL adalah pembelajaran IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia dan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia serta KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia dan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia, yang melatih dan mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah autentik siswa untuk berpikir tingkat tinggi dalam pemahaman resolusi masalah sebagai titik awal untuk mendapatkan ataupun mengintegrasikan ilmu baru , dengan menggunakan langkah

  • –langkah sebagai berikut: 1.

  Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran organ pencernaan, fungsi dan

  2. Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia 3.

  Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan manusia 4. Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia 5. Mengumpulkan informasi tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia 6. Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Percernaan Manusia 7. Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan

  Manusia 8. Membuat laporan gangguan fungsi Organ Perncernaan Manusia.

  9. Menyajikan karya tentang pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia.

  Langkah-langkah pendekatan PBL merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar IPA. Hasil belajar IPA merupakan total skor dari pengukuran pengetahuan dan keterampilan yang dilakukan pada saat proses belajar dan akhir belajar. Pengukuran proses dilakukan untuk mengukur aspek ketrampilan siswa yakni melalui aktivitas menyajikan atau mempresentasikan hasil laporan hubungan kesehatan dengan pencernaan.

  Penjelasan secara rinci kerangka berfikir disajikan melalui gambar 2.1 Peningkatan hasil belajar IPA melalui penedekatan PBL.

  Pembelajaran Konvensional Hasil belajar ≤ KKM 80 Pembelajaran IPA

  Pendekatan Pembelajaran PBL KD 3.3 . Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia.

  Menyimak tujuan dan langkah-langkah pembelajaran KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia organ pencernaan manusia KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia

  Merumuskan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia KD 4.4 .

  Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan

  Menganalisis masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia Merumuskan hipotesa gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

  t

  Mengumpulkan informasi gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia

  ingka en m ar

  Pengujian hipotesis tentang gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia Butir Soal pengetahuan Skor Pengetahuan

  aj el B il

  Merumuskan rekomendasi pemecahan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia as H

  Membuat laporan gangguan fungsi Organ Pencernaan Manusia Skor Rubrik Penilaian Keterampilan

  Menyajikan karya laporan pemecahan masalah gangguan fungsi Organ Pencernaan Keterampilan Manusia

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Peningkatan Hasil Belajar IPA melalui PBL

2.4 Hipotesis Tindakan

  Hipotesis tindakan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah : 1. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.3 Menjelaskan organ pencernaan dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ pencernaan manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

  2. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.3 Menyajikan karya tentang konsep organ dan fungsi pencernaan pada hewan atau manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

  3. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 3.4 Menjelaskan organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

  4. Peningkatan hasil belajar IPA dengan KD 4.4 Menyajikan karya tentang organ peredaran darah pada manusia diduga dapat diupayakan melalui pendekatan PBL siswa kelas 5 SD Negeri Maguan Kecamatan Kaliori Kabupaten Rembang semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Kemampuan Berbicara 2.1.1.1. Pengertian Berbicara - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Menggunakan Boneka Jari

0 0 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Jenis Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Menggunakan Boneka Jari pada Anak Kelompok A di TK Kanisius Gendongan Sala

0 1 10

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1. Diskripsi Lokasi Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Bercakap-Cakap Menggunakan Boneka Jari pada Anak Kelompok A di TK Kan

0 0 36

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Team Game Tournament (TGT) Siswa Kelas V SDN Bakaran Kulon 03 Tahun Pelajaran 2016/2017

0 0 66

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model Kooperatif Tipe STAD Berbantuan Media Gambar pada Siswa Kelas 4 SD Negeri Ngurensiti 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 20

0 0 80

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar Tematik Aku dan Sekolahku Melalui Penerapan Problem Based Learning (PBL) Berbantu Media Konkret pada Siswa Kelas 2 SDN Pati Kidul 01 Kecamatan Pati Kabupaten Pat

0 0 59

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Online Virtual Gallery dengan Memanfaatkan Teknologi HTML5 (Studi Kasus : DKV FTI UKSW)

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Informasi Pengecekan Transkrip Nilai Mahasiswa Program Studi S1 Teknik Informatika FTI UKSW Menggunakan Web Service

0 0 26

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perancangan Aplikasi Informasi Hotel dan Kuliner Di Kota Salatiga Berbasis Android Menggunakan JSON

0 0 25

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Pendekatan Problem Based Learning (PBL) Siswa Kelas 5 SD Negeri Maguan Rembang Semester 1 Tahun Pelaja

0 1 5