ANALISIS KESIAPAN BELAJAR SISWA PADA MATERI REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI KELAS X MAN 2 FILIAL PONTIANAK

  

ANALISIS KESIAPAN BELAJAR SISWA PADA MATERI

REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI KELAS X

MAN 2 FILIAL PONTIANAK

1)  2) 1)

  Rita Kurnia Sari , M. Agus Wibowo dan Dedeh Kurniasih

  1)

  Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak

  2)

  Program Studi Kimia Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura

  

  email : ritakurniasari02@gmail.com

  

ABSTRACT

This study is motivated by the student low readiness and learning mastery in

Chemistry class. It is aimed at investigating the student readiness in oxidation-

reduction (redox) reaction class. This study used a descriptive case study. As many as

27 students of MAN II Filial Pontianak of Academic Year 2017/2018, selected by

purposive sampling technique, participated in this study. The data collection tools were

observation, questionnaire, and interview. The average result of this study indicated

that student readiness in learning was good (61,97%), especially in physical category

by 100% (outstanding), in mental category by 33,33% (fair), in emotional category by

95,06% (outstanding), in necessity category by 62,96 (good ), and in mastery category

by 18,52% (poor). Additionally, the result of the questionnaire showed that readiness in

learning was 75,86% (very good), particularly in physical category by 81,48%

(Excellent), in mental category by 71,60% (very good), in emotional category by

71,24% (very good), in necessity category by 71,29 (very good ), and in mastery

category by 77,16% (very good). Therefore, teachers are expected to educate the

students about the importance of reading in learning. Also, school is encouraged to

enhance the quality of the facilities in learning Keywords: Oxidation-Reduction (Redox) Reaction, Readiness in Learning PENDAHULUAN

  Kesiapan belajar merupakan salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Kesiapan atau readiness menurut Slameto (2013) adalah kesediaan untuk memberi respon atau berinteraksi. Kondisi siswa yang siap menerima pelajaran akan berusaha merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru. Menurut Lori Rice-Spearman (2010) faktor yang sebagian besar mempengaruhi kesiapan belajar antara lain kesiapan psikis. Kesiapan psikis tersebut yaitu kesiapan psikis untuk mandiri yang meliputi senang belajar, belajar sepanjang hayat, konsep diri, pemahaman diri, toleransi ambiguitas dalam pengalaman belajar, tanggung jawab dalam belajar, inisiatif untuk mengatur kegiatan belajar dan pendekatan kreatif dalam kegiatan belajar.

  Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan 6 orang siswa di MAN 2 Filial Pontianak menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menyukai mata pelajaran kimia, siswa selalu membawa buku paket dan catatan, namun yang menjadi kendala adalah siswa jarang mengulang pelajaran di rumah, siswa belajar pada saat ada tugas dan ketika akan mengikuti ulangan saja, tugas yang diberikan oleh guru umumnya dikerjakan pada hari tugas tersebut dikumpulkan dan bahkan ada yang membuat pada saat guru menjelaskan pelajaran. Hal ini diperkuat dari hasil wawancara guru di MAN 2 Filial Pontianak bahwa kesiapan belajar siswa masih rendah, sehingga siswa tidak dapat menjawab setiap pertanyaan yang diberikan baik itu materi yang akan diajarkan ataupun berupa pengulangan materi sebelumnya. Pada saat pembelajaran siswa tidak memperhatikan guru dengan baik, sehingga mereka tidak mengerti tentang apa yang telah dijelaskan oleh guru.

  Kesiapan belajar dapat terlihat dari proses pembelajaran yang didukung oleh memberikan informasi bahwa kurangnya kesiapan belajar siswa saat pembelajaran yang terlihat dari perilaku-perilaku siswa dalam kelas seperti tidak memperhatikan saat guru menyampaikan materi pembelajaran, tidak membawa buku catatan, dan sering meminjam buku catatan kepada temannya. Dalam kelas siswa suka mengobrol dengan temannya, ada yang menggambar dan bahkan ada yang tidur. Siswa cenderung keluar kelas saat belajar dengan berbagai alasan.

  Kurangnya kesiapan belajar yang terjadi pada mata pelajaran Kimia ini dapat mengakibatkan rendahnya hasil belajar yang dicapai. Berdasarkan data persentase ketuntasan belajar siswa diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X MAN 2 Filial Pontianak pada materi terutama kimia masih rendah. Hal ini terlihat bahwa 45,59% kelas X MIA dan 45,23% kelas X IIS yang tidak mencapai ketuntasan hasil belajar pada mata pelajaran kimia. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu sebesar 75. Ketidaktuntasan ini dapat disebabkan kurangnya kesiapan belajar dari siswa sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah.

  Beberapa penelitian yang terkait hubungan kesiapan dengan hasil belajar. Keberhasilan peran kesiapan belajar telah ditunjang oleh penelitian, di antaranya Widyaningtyas (2013) yang telah menganalisis peran lingkungan belajar dan kesiapan belajar terhadap prestasi belajar Fisika yang menyatakan adanya peran kesiapan belajar siswa yang memiliki peran 7,189%. Keberhasilan lainnya oleh Fitriana (2013) juga yang telah menganalisis hubungan antara kesiapan belajar dengan hasil belajar matematika warga belajar kelas XI kelompok Belajar Paket C SKB Bondowoso semester genap tahun pelajaran 2012-2013 terdapat tingkat korelasi kuat yaitu sebesar 0,775.

  Berdasarkan uraian tersebut, permasalahan di MAN 2 Filial Pontianak terkait dengan kesiapan belajar perlu diatasi dengan melakukan penelitian tentang “Analisis

  Kesiapan Belajar Siswa Pada Materi Reaksi Reduksi dan Oksidasi Kelas X MAN 2 Filial Pon tianak”. Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui kesiapan belajar siswa pada materi reaksi reduksi dan oksidasi. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

METODE PENELITIAN

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Bentuk penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus. Kasus yang dipelajari dalam penelitian ini yang akan dipelajari mengenai masalah kesiapan belajar yang dialami siswa. Penelitian ini akan memaparkan atau mendeskripsikan bagaimana kesiapan belajar siswa.

  Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN

  2 Filial Pontianak tahun ajaran 2017/2018. Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak tahun ajaran 2017/2018 berjumlah 27 orang.

  Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada tahap persiapan penelitian dilakukan 1) Observasi kelas untuk mengetahui secara langsung cara guru mengajar dan kondisi di dalam kelas. 2) Melakukan pra riset di MAN 2 Filial Pontianak pelajaran kimia. 3) Menentukan subjek penelitian. 4) menyiapkan instrumen penelitian berupa pedoman wawancara, lembar observasi dan angket kesiapan belajar. 5) Melakukan validasi instrumen penelitian. 6) Menghitung validitas setiap item lembar observasi dan angket.

  Pada tahap pelaksanaan penelitian yaitu 1) Melakukan observasi di kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak selama pembelajaran berlangsung. 2) Memberikan angket kepada siswa kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak yang menjadi subjek penelitian. 3) Memberikan wawancara kepada siswa kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak yang menjadi subjek penelitian. 4) Menganalisis hasil observasi. 5) Mengoreksi dan menganalisis jawaban hasil angket siswa. 6) Menganalisis hasil wawancara. Kemudian tahap akhir penelitian menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan menyusun laporan penelitian.

  Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik komunikasi langsung, teknik komunikasi tidak langsung dan teknik dokumentasi. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara, observasi, angket dan lembar jawaban siswa berupa postest ikatan kimia.

  Data hasil observasi kesiapan belajar siswa dianalisis dengan cara menghitung skor mentah pada setiap indikator penilaian dalam lembar observasi berdasakan kriteria yang telah dibuat. Selanjutnya mengubah skor mentah kesiapan belajar siswa ke dalam bentuk persentase dan dikategorikan berdasarkan skala kategori kemampuan menurut Arikunto (2013).

  Tabel 1. Kategori Kesiapan Belajar Kategori Nilai Kriteria

  81-100% Sangat Baik 61-80% Baik 41-60% Cukup Baik 21-40% Kurang Baik

  0-20% Sangat Kurang Langkah-langkah dalam analisis hasil angket yaitu memeriksa dan menghitung skor dari setiap jawaban yang dipilih oleh siswa pada angket yang telah diberikan dan merekapitulasi skor yang diperoleh tiap siswa. Selanjutnya menghitung persentase angket kesiapan belajar siswa dan melakukan interpretasi skor angket dengan menggunakan skala Likert. Kemudian membuat tabel yang berisi persentase aspek- aspek kesiapan belajar siswa dan membuat kalimat naratif yang berisi penjelasan mengenai aspek-aspek kesiapan belajar siswa.

  Hasil wawancara dianalisis dengan cara mengamati hasil wawancara. Kemudian menganalisis hasil wawancara tersebut dan membuat kalimat naratif yang berisi penjelasan mengenai aspek-aspek kesiapan belajar siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

  Penelitian telah dilaksanakan di kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak tahun ajaran 2017/2018 dengan sampel berjumlah 27 orang. Hasil penelitian ini merupakan gambaran dari kesiapan belajar siswa. Kesiapan belajar siswa dalam mempelajari observasi, angket dan wawancara.

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan angket. Instrumen ini dinyatakan layak digunakan oleh Validator. Menurut Sugiyono (2010) untuk menguji kelayakan penggunaan instrument dapat digunakan pendapat para ahli tentang aspek-aspek yang diukur dengan berlandaskan teori tertentu. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrument yang telah disusun.

  Penilaian dari 2 orang validator dan hasil perhitungan kriteria Gregory nilai validitas observasi dan angket adalah 1 dengan kriteria sangat tinggi. Hasil validasi menunjukkan bahasa yang digunakan cukup baik, kesesuaian indikator dengan aspek cukup baik dan susunan kalimatnya banyak yang harus diperbaiki. Berdasarkan hasil validasi instrumen observasi dan angket tersebut layak digunakan dengan revisi sesuai saran dari Validator.

  

Hasil Observasi Kesiapan Belajar Siswa dalam Mengikuti Proses Pembelajaran

  Data Penelitian ini dikumpulkan dengan melakukan observasi yang dilakukan di kelas X MIA dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang. Adapun aspek yang diamati yaitu kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan atau pemahaman. Data kesiapan belajar siswa ditampilkan pada Tabel 2.

  Tabel 2. Hasil Observasi Materi Reaksi Reduksi Oksidasi No Aspek Kesiapan Kriteria Belajar (%)

  1 Kondisi Fisik 100% Sangat Baik

  2 Kondisi Mental 33,33% Kurang Baik

  3 Kondisi Emosional 95,06% Sangat Baik

  4 Kebutuhan 62,96% Baik

  5 Pengetahuan atau Pemahaman 18,52% Sangat Kurang

  Rata-rata

  61,97% Baik Berdasarkan Tabel 2 hasil observasi kesiapan belajar siswa di kelas X MIA

  MAN 2 Filial Pontianak secara keseluruhan diperoleh hasil rata-rata persentasenya sebesar 61,97% yang berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak memiliki kesiapan belajar yang baik. Aspek yang sebagian besar mempengaruhi kesiapan belajar dan dijadikan indikator penelitian adalah kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan atau pemahaman. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan berikut :

  1. Kondisi Fisik Kondisi fisik siswa sebesar 100% berada pada kategori sangat baik terlihat dari indikator dalam keadaan sehat sebesar 100% berada pada kategori sangat baik, penglihatan dan pendengaran yang baik sebesar 100% berada pada kategori sangat baik, dan tidak dalam keadaan kelelahan dan mengantuk sebesar 100% berada pada kategori sangat baik. Hal ini ditandai dari siswa yang terlihat semangat saat mengikuti pelajaran di kelas, memperhatikan penjelasan dari guru dengan baik, dan dalam keadaan senang saat mengikuti pelajaran.

  Kondisi mental siswa yaitu sebesar 33,33%, terlihat dari indikator berani bertanya sebesar 11,11% berada pada kategori sangat kurang dan berani berargumen sebesar 55,56% berada pada kategori cukup baik. Hal ini terlihat dari masih ada sebagian siswa yang tidak berani bertanya ketika diminta guru untuk bertanya dan belum memahami pelajaran serta tidak berani menjawab pertanyaan dari guru.

  3. Kondisi Emosional Kondisi emosional siswa berada dalam kategori sangat baik yaitu sebesar

  95,06%, terlihat dari indikator dalam keadaan senang sebesar 88,89% berada pada kategori sangat baik, tidak dalam keadaan terpaksa dan tertekan sebesar 96,29% berada pada kategori sangat baik, dan tidak dalam keadaan tegang sebesar 100% berada pada kategori sangat baik. Hal ini ditandai dari siswa yang senang saat pembelajaran, sangat bersemangat dan selalu berpartisipasi di kelas ketika guru memberikan pertanyaan.

  4. Kebutuhan Aspek kebutuhan siswa sebesar 62,96%, terlihat dari indikator datang tepat waktu sebesar 100% berada pada kategori sangat baik, selalu belajar sebelum pelajaran dimulai sebesar 14,81% berada pada kategori sangat kurang, dan berusaha mendapatkan hasil yang maksimal sebesar 74,07% berada pada kategori baik. Hal ini ditandai dari siswa yang sudah berada di kelas sebelum guru memasuki kelas, memperhatikan saat guru menjelaskan dan mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan sunggu-sungguh walaupun masih ada sebagian siswa yang mencontek jawaban temannya dan tidak membaca buku pelajaran sebelum pelajaran dimulai.

  5. Pengetahuan atau Pemahaman Pengetahuan atau pemahaman siswa sebesar 18,52%, terlihat dari indikator kemampuan menyimpulkan materi sebesar 11,11% berada pada kategori sangat kurang dan sudah membaca referensi lain yang relevan sebesar 25,93% berada pada kategori kurang baik. Hal ini ditandai dari siswa yang tidak bisa memberikan kesimpulan di akhir pembelajaran dan siswa masih terpaku dengan guru sehingga tidak berusaha mencari materi dari sumber lain.

  Hal ini sejalan dengan hasil lembar jawaban siswa pada materi ikatan kimia. Kesiapan siswa dalam mempelajari materi reaksi reduksi dan oksidasi juga dapat dilihat dari pemahaman siswa pada materi prasyarat yaitu materi ikatan kimia. Hasil lembar jawaban siswa ini dilakukan untuk melihat kesiapan belajar siswa sebelum memasuki materi reaksi reduksi dan oksidasi. Adapun hasil lembar jawaban siswa pada materi ikatan kimia ditampilkan pada Gambar 1.

  Sangat Baik Cukup Baik

  29,63% Kurang Baik

  59,26% 3,70%

  7,41% Sangat Rendah

  Gambar 1. Diagram Hasil Lembar Jawaban Siswa pada Materi Ikatan Kimia

  Berdasarkan Gambar 1. terlihat bahwa postest materi ikatan kimia diperoleh hasil sebesar 59,26% siswa yang berada pada kategori sangat kurang dan 7,41% yang berada pada kategori kurang baik. Meskipun banyak siswa yang berada pada kategori sangat kurang, namun masih ada siswa yang memperoleh hasil sebesar 29,63% yang berada pada kategori sangat baik dan 3,70% yang berada pada kategori cukup baik.

  Berdasarkan analisis diatas bahwa kesiapan belajar siswa dilihat dari aspek kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan atau pemahaman berada pada kategori baik. Sementara pada aspek kondisi mental dan aspek pengetahuan atau pemahaman masih berada pada kategori kurang. Hal ini dikarenakan pada saat proses pembelajaran siswa tidak berani bertanya ketika diminta guru untuk bertanya dan belum memahami materi reaksi reduksi dan oksidasi serta siswa masih terpaku dengan guru sehingga tidak berusaha mencari materi dari sumber lain.

  

Hasil Angket Kesiapan Belajar dan Wawancara Siswa dalam Mengikuti Proses

Pembelajaran

  Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan memberikan angket dan wawancara kepada siswa. Angket diberikan langsung kepada siswa di kelas X MIA dengan jumlah siswa sebanyak 27 orang. Adapun aspek yang diamati yaitu kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan/pemahaman yang dapat ditampilkan pada Tabel 3.

  Tabel 3. Hasil Angket Kesiapan Belajar No Aspek Kesiapan Kriteria Belajar (%)

  1 Kondisi Fisik 81,48% Sangat Baik

  2 Kondisi Mental 77,78% Baik

  3 Kondisi Emosional 71,60% Baik

  4 Kebutuhan 71,29% Baik

  5 Pengetahuan atau Pemahaman 77,16% Baik

  Rata-rata

  75,86% Baik Berdasarkan Tabel 3. hasil angket kesiapan belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak secara keseluruhan diperoleh hasil rata-rata persentasenya sebesar 75,86% yang berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata siswa kelas X MIA MAN 2 Filial Pontianak memiliki kesiapan belajar yang baik. Aspek yang sebagian besar mempengaruhi kesiapan belajar dan dijadikan indikator penelitian adalah kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan atau pemahaman. Hal tersebut dapat dilihat dari penjelasan berikut :

  a. Kondisi Fisik Kondisi fisik siswa kelas X MIA diperoleh hasil sebesar 81,48% yang berada pada kategori sangat baik. Pada aspek kondisi fisik ini diukur dari indikator sebagai berikut : 1) beristirahat cukup setiap hari, 2) tidak mengalami gangguan pada indera pendengaran (telinga), 3) tidak mengalami gangguan pada indera penglihatan (mata), b. Kondisi Mental

  Dalam aspek kondisi mental ini diukur dari indikator sebagai berikut : 1) mengungkapkan pendapat pada saat pembelajaran, 2) memberikan pertanyaan mengenai materi yang belum dimengerti, 3) keyakinan terhadap kemampuan dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Kondisi mental siswa kelas X MIA diperoleh hasil sebesar 77,78% yang berada pada kategori baik. Hal ini terlihat dari sebagian siswa yang berani memberikan pertanyaan kepada guru, menjawab pertanyaan dari guru dan berani untuk maju ke depan kelas walaupun masih banyak siswa yang hanya diam saja saat pembelajaran.

  c. Kondisi Emosional Dalam aspek kondisi emosional ini diukur dari indikator sebagai berikut : 1) mempersiapkan diri dengan baik ketika akan diadakan ulangan, 2) mengerjakan soal ulangan sendiri meskipun tidak ada pengawas, 3) belajar lebih giat apabila nilai dibawah KKM. Kondisi emosional siswa kelas X MIA diperoleh hasil sebesar 71,60% yang berada pada kategori baik. Hal ini terlihat dari siswa yang mengikuti pelajaran, menjawab soal yang diberikan oleh guru dan berusaha aktif di kelas meskipun ketika menjawab soal yang diberikan oleh guru masih ada sebagian siswa yang mencontek jawaban temannya.

  d. Kebutuhan Dalam aspek kebutuhan ini diukur dari indikator sebagai berikut : 1) belajar tanpa disuruh orang lain, 2) kebutuhan akan keberhasilan dalam pembelajaran, 3) membaca buku (koran, majalah bisnis) dan mencari informasi untuk menambah pengetahuan. Aspek kebutuhan siswa kelas X MIA diperoleh hasil sebesar 71,29% yang berada pada baik. Hal ini terlihat dari siswa yang belajar sendiri, memperhatikan ketika guru menjelaskan meskipun hanya membaca materi dari buku paket saja, tidak mencari dari sumber lainnya.

  e. Pengetahuan/Pemahaman Dalam aspek pengetahuan/pemahaman ini diukur dari indikator sebagai berikut: 1) memiliki pengetahuan dan pengalaman yang baik, 2) memahami materi yang disampaikan oleh guru dengan baik, 3) mempelajari kembali materi yang diajarkan oleh guru. Aspek pengetahuan kelas X MIA diperoleh hasil sebesar 77,16% yang berada pada kategori baik. Hal ini terlihat dari sebagian siswa yang dapat menjawab pertanyaan dari guru dengan benar dan aktif di kelas. Meskipun tidak mengulangi kembali materi yang telah dipelajari sebelumya.

  Berdasarkan analisis di atas bahwa kesiapan belajar siswa dilihat dari aspek kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan atau pemahaman berada pada kategori baik. Dengan kesiapan belajar yang baik, siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif dan mudah menyerap pelajaran yang disampaikan ketika dalam proses pembelajaran (Mulyani, 2013). Apabila siswa memiliki kesiapan yang matang, maka siswa akan memperoleh kemudahan dalam memperdalam materi pelajaran dan konsentrasi dalam proses pembelajaran.

  Penelitian yang telah dilakukan oleh Sinta (2017) yang mengatakan bahwa kondisi fisik yang sehat, kondisi mental dan kondisi emosional yang baik, kebutuhan belajar yang mendukung maka proses belajar serta tujuan pembelajaran dapat berjalan dengan baik dimana kesiapan (readiness) mempengaruhi hasil belajar peserta didik. Jika hasil belajar tidak tercapai dengan baik, maka tujuan pembelajaran juga tidak dapat tercapai dengan baik pula.

SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa kesiapan belajar siswa baik dari hasil observasi maupun angket berada pada kategori baik dengan indikator kondisi fisik, kondisi mental, kondisi emosional, kebutuhan dan pengetahuan atau pemahaman. Sementara pada indikator observasi kondisi mental dan pengetahuan atau pemahaman berada pada kategori kurang.

  SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian ini dapat dikemukakan saran-saran guru diharapkan dapat membantu siswa dalam meningkatkan kesiapan belajar dengan menerapkan aspek-aspek kesiapan belajar dan siswa lebih meningkatkan kesiapan belajar agar dapat meningkatkan hasil belajar.

DAFTAR PUSTAKA

  Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Fitriana, E. (2013). Hubungan Antara Kesiapan Belajar dengan Hasil Belajar

  Matematika Warga Belajar Kelas Xi Kelompok Belajar Paket C SKB Bondowoso Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013. Skripsi. Universitas Jember. Sinta & Vovi, B. (2017). Pengaruh Kesiapan Belajar terhadap Hasil Belajar Mata

  Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA BINA JAYA Palembang. Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Ekonomi. 2 (1). Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta. Widyaningtyas, A. Sukarmin & Radiyono, Y. (2013). Peran Lingkungan Belajar dan kesiapan Belajar Terhadap Prestasi belajar Fisika Siswa kelas X SMA Negeri 1

  PATI. Jurnal Pendidikan Fisika. 1 (1).