PENDIDIKAN dan ISLAM MASA REFORMASI.pdf

Pendidikan Islam Masa Reformasi

PENDIDIKAN ISLAM MASA REFORMASI
BADERIAH
Abstrak: Dalam pendidikan, reformasi bukanlah langkah akhir
namun reformasi harus segera diimplementasikan dan
diiringi dengan upaya revitalisasi pendidikan, termasuk
pendidikan Islam yang sekian lama telah dinanti oleh
segenap umat. Istilah itu menunjukkan bahwa
pendidikan
Islam
harus
kembali
dipertajam
pelaksanaannya seimbang dengan sistem pendidikan
nasional. Reformasi adalah upaya yang mampu
mengembalikan otonomi pedagogis pada sekolah dan
guru dengan meninjau kembali keseluruhan kebijakan
yang ada mengenai hubungan antara birokrasi
pendidikan, sekolah, dan guru
Kata kunci: Pendidikan Islam, Reformasi

I.

PENDAHULUAN
Sejak kekuasaan Orde Baru tumbang pada Mei 1998 dan

digantikan oleh rezim yang menamakan diri sebagai ”Reformasi
Pembangunan”, meskipun demikian sebagaian besar roh era Reformasi
masih tetap berasal dari era Orde Baru, tapi ada sedikit perubahan berupa
adanya kebebasan pers dan multi partai. 1 Pada era reformasi, masyarakat
Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam segala aspek kehidupan,
termasuk aspek pendidikan.

1

Pendidikan Islam Pada Masa.html,2010, http://www.canboyz.co.cc/
(15 Juni 2011).
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

77


Pendidikan Islam Masa Reformasi

Namun, sistem pendidikan yang ada dirasakan masih sentralistik
dan akan menghasilkan otoritarisme, menjadikan lembaga-lembaga
sekolah sebagai

pencetak robot-robot tanpa mampu mengembangkan

kreativitas, selanjutnya yang ada hanyalah kepatuhan dan keseragaman
yang sangat jauh dari bobot profesional. 2
Selanjutnya A. Malik Fadjar mengemukakan beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada era Orde Baru, yaitu: (1) Pengelolaan pendidikan
di masa lampau yang memberi penekanan berlebihan pada dimensi
kognitif dan mengabaikan dimensi-dimensi lain ternyata telah melahirkan
manusia

Indonesia

dengan


kepribadian

pecah;

(2)

Pengelolaan

pendidikan bersifat sentralistik, akibatnya anak didik merasa terisolasi
dari lingkungan sosialnya; (3) Selama Orde Baru, pendidikan telah gagal
melahirkan SDM yang dapat memainkan peranan dalam percaturan
global;

(4)

Pembangunan

pendidikan

mengabaikan


penegakan

demokratisasi dan hak-hak asasi manusia; (5) Selama Orde Baru,
pembangunan pendidikan talah gagal meletakkan sendi-sendi dasar
pengembangan desentralisasi dan otonomi daerah; (6) Selama Orde Baru,
pembangunan pendidikan belum berhasil meletakkan sendi-sendi dasar
pembangunan yang berpijak di atas kemajemukan budaya. 3
Berangkat dari beberapa hal di atas, maka reformasi dalam
bidang pendidikan perlu dilakukan. Dalam pendidikan, reformasi
bukanlah langkah akhir namun reformasi harus segera diimplementasikan
dan diiringi dengan upaya revitalisasi pendidikan, termasuk pendidikan

2

Abuddin Nata, ed., Kapita Selekta pendidikan Islam (Bandung:
Angkasa, 2003), h.70.
3

Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani Kelompok

Pendidikan dan Pengembangan SDM, Platform Reformasi Pendidikan dan
Pengembangan Sumber daya Manusia (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 2001),
h.33-38.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

78

Pendidikan Islam Masa Reformasi

Islam yang sekian lama telah dinanti oleh segenap umat. Istilah itu
menunjukkan bahwa pendidikan Islam harus kembali dipertajam
pelaksanaannya seimbang dengan sistem pendidikan nasional.
Pendidikan Nasional dewasa ini, dalam pengamatan para pakar
pendidikan berada dalam keadaan terpuruk dan memerlukan paradigma
baru. Pendidikan Islam sebagai sub sistem pendidikan nasional dengan
sendirinya memerlukan paradigma baru. Paradigma pendidikan nasional
haruslah sesuai dengan cita-cita reformasi, yaitu membangun masyarakat
Indonesia baru. Paradigma baru pendidikan nasional tentunya diarahkan
dalam rangka koridor reformasi menuju masyarakat Indonesia baru
tersebut. Koridor reformasi, yaitu: demokrasi, menghormati HAM, dan

otonomi daerah yang ditujukan kepada tanggung jawab masyarakat di
dalam kehidupannya.4
Pendidikan

merupakan

bagian

penting

dari

proses

pembangunan yang ikut menentukan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas
suatu negara. Pendidikan juga merupakan investasi dalam pengembangan
sumber daya manusia, dimana peningkatan kecakapan dan kemampuan
diyakini sebagai faktor pendukung bagi manusia untuk mengarungi
kehidupan
Seiring dengan reformasi, pembaruan pendidikan harus

menggambarkan satu sistem pendidikan yang demokratis, konsisten, dan
kontinyu serta komprehensif. Pendidikan yang ada harus menggiring ke
arah terbentuknya manusia yang berkualitas mampu membangun negara
dan diri dengan penuh tanggung jawab.

4

H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka
Cipta,2002), h. 76.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

79

Pendidikan Islam Masa Reformasi

II. PEMBAHASAN
A. Arti Reformasi Pendidikan.
Isu reformasi pendidikan bukan sesuatu yang baru. Gagasan
pembaruan pendidikan sudah bergulir lama di Indonesia. Akan tetapi,
reformasi di Indonesia merupakan sebuah gerakan yang memiliki

perspektif sejarah politik monumental, karena era reformasi sebagai
sebuah era pemerintahan substitusi pemerintahan Orde Baru.
Kata reformasi secara etimologi dapat diartikan pembaruan,
perbaikan, dan perubahan.5 Dalam tulisan Mochtar Buchori, reformasi
adalah perubahan yang perlu dilakukan dalam sekolah tanpa mengubah
pondasi dan struktur sistem yang ada. 6 Dapat dikatakan pula bahwa
reformasi adalah upaya yang mampu mengembalikan otonomi pedagogis
pada sekolah dan guru dengan meninjau kembali keseluruhan kebijakan
yang ada mengenai hubungan antara birokrasi pendidikan, sekolah, dan
guru.7 Iklim reformasi harus mampu memposisikan masyarakat dan
sekolah (guru) untuk dapat secara bebas mengemukakan ide dan
sumbangannya dalam pendidikan.
Satu kata yang mengikuti kata reformasi adalah pendidikan.
Dalam arti luas pendidikan adalah proses yang berkaitan dengan upaya
untuk mengembangkan manusia seutuhnya, yakni meliputi tiga aspek
kehidupan baik itu pandangan, sikap, maupun keterampilan hidup. 8

5

Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Kelompok

Arloka, 1999), h. 60.
6

Mochtar Buchori, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam
Renungan (Jakarta: IKIP Muhammadiyah Press, 1994), h. 35.
7
8

Abuddin Nata, ed., Kapita Selekta… op. cit., h.72.
Abuddin Nata, Kapita Selekta, op.cit., h.74.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

80

Pendidikan Islam Masa Reformasi

Jadi reformasi pendidikan berarti segenap upaya yang dilakukan
baik itu oleh pemerintah maupun masyarakat untuk memperbaiki,
mengubah ataupun mempertahakan segala aspek kehidupan yang
berkaitan dengan sistem pendidikan agar dengan pendidikan setiap

individu dapat mendidik diri dan masyarakat, sehingga apa yang dicitacitakan oleh pendidikan Indonesia dapat tercapai.
Reformasi dalam bidang pendidikan sulit dilakukan bila
masyarakat tidak disertakan atau dengan kata lain, harus kembali
digalakkan demokratisasi sebagai suatu cara hidup yang tentu saja tidak
bisa diajarkan oleh sisitem pendidikan yang feodal dan anti demokrasi.
Sejak zaman Belanda hingga orde baru kelihatan terjadi
pergeseran hakikat pendidikan. Dunia pendidikan kehilangan wawasan
profesional dan patriotismenya, pendidikan tidak lagi menjadi watak dan
budaya bangsa. 9 Oleh sebab itu, dalam reformasi pendidikan harus
mengarah pada munculnya sikap dan sifat patriotik, profesional dan
demokratis. Pendidikan harus berangkat dan kembali pada kultur budaya
dan mampu menjadi sarana untuk memanusiakan manusia atau untuk
membangun manusia seutuhnya. Dunia pendidikan harus memunculkan
ide-ide dan paradigma baru sebagai langkah perbaikan menuju manusia
Indonesia seutuhnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
reformasi pendidikan, di antaranya:
a. Reformasi pendidikan harus dianggap sebagai bagian dari
reformasi social ekonomi.
b. Harus disadari bahwa reformasi itu berproses dan tidak mudah
untuk mengubah tradisi rakyat yang sudah mengakar.


9

Ibid., h.73.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

81

Pendidikan Islam Masa Reformasi

c. Reformasi perlu kesediaan dana dan tenaga, oleh sebab itu perlu
keikhlasan

dan

kesadaran

semua

pihak

dalam

mengupayakannya. 10
Reformasi bukan sesuatu yang revolusioner namun perubahan
yang evolutif dan antisifatif serta sejalan dengan perubahan dan tuntutan
masyarakat. Apayang dicita-citakan oleh reformasi pendidikan adalah
bagaimana

agar

pendidikan

betul-betul

dapat

menjadi

media

pemberdayaan umat yang mampu menghasilkan sumber daya manusia
berkualitas baik menurut agama maupun ilmu pengetahuan.

Sistem

pendidikan diharapkan tetap konsisten, kontinyu, dan komprehensif serta
tetap mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan. Jadi inti reformasi
pendidikan adalah bagaimana mewujudkan pembaruan dalam sistem
pendidikan yang diikuti revitalisasi konsep pendidikan Islam menuju
masyarakat madani Indonesia yang utuh. Dengan kata lain, apa yang
menjadi tujuan pendidikan nasional dapat diwujudkan.
B. Kebijakan Pemerintah tentang Pendidikan Islam Era Reformasi
Berbicara mengenai kebijakan pendidikan Islam tidak bisa
dilepaskaan dari

kebijkan-kebijakan pemerintah tentang pendidikan

nasional. Kebijakan pemerintah Indonesia dalam pendidikan secara
umum dapat dibagi ke dalam empat tahapan.11 Masa pra kemerdekaan,
kebijakan pemerintah berada di tangan penjajah yang menerapkan
pendidikan diskriminatif terutama terhadap umat Islam. Masa pasca
kemerdekaan di zaman orde lama, pendidikan Islam lebih diarahkan pada
upaya memperbarui dan memperbanyak lembaga pendidikan Islam yang

10

Ibid.

11

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta:Prenada Media, 2003), h.11-21.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

82

Pendidikan Islam Masa Reformasi

lebih bermutu sejalan dengan prkembangan zaman. Namun, keinginan ini
belum terlaksana sepenuhnya, mengingat Indonesia yang baru saja
merdeka masih berada dalam keadaan panca roba dan mencari bentuk
yang sesungguhnya.
Pendidikan masa orde baru tampak karakteristiknya yang hampir sama
dengan kebijakan sosial politiknya, yaitu: sentralistik, depolitisasi
masyarakat, penguatan kekuasaan pemerintah dan terkesan kurang serius.
Orde baru digeser oleh pemerintahan reformasi yang ditandai
oleh semakin berkembangnya wacana demokrasi. Namun berbagai
kebijakan yang pernah diterapkan pemerintah orde baru belum
seluruhnya dihapus. Sentralisasi pendidikan, seperti dalam hal kurikulum,
ujian, akreditasi, dan berbagai aturan lainnya belum jauh berbeda dengan
yang pernah diterapkan pemerintah orde baru.
Berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut, tampak
bahwa pendidikan Islam dalam perjalanannya mengalami berbagai
hambatan, tantangan, dan harapan. Sepanjang sejarahnya pendidikan
Islam senantiasa mengawal dan mengiringi perjalanan pendidikan
nasional. Pendidikan Islam terus berproses bersama dengan pendidikan
nasional untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan dalam
berbagai bidang.
Namun juga tidak dapat dipungkiri bahwa peranan pemerintah
dalam pengembangan pendidikan Islam di negeri ini tidak dapat
diabaikan, bahkan sangat besar. Berbagai perubahan didorong oleh
kebijakan pemerintah, mulai dari kebijakan mengakui pendidikan yang
dikembangkan masyarakat sendiri, seperti pesantren dan lembaga
pendidikan swasta, pengalihan status dari lembaga pendidikan swasta ke
negeri, kebijakan arah pendidikan nasional, kebijakan perbaikan

JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

83

Pendidikan Islam Masa Reformasi

kurikulum dan kelembagaan sampai kebijakan transformasi kelembagaan
dari institut ke universitas. 12
Tahun 1999 Abdurrahman Wahid menjabat sebagai presiden dan
melakukan

gebrakan

dengan

restrukturisasi-refungsionalisasi

dan

menghapus beberapa Kementerian dan lembaga non Kementerian.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan diubah menjadi Kementerian
Pendidikan Nasional. Perubahan nama tersebut dimaksudkan Gus Dur
untuk menyatukan penyelenggaraan dan pembinaan pendidikan yang ada
di Indonesia di bawah satu atap atau dalam satu tangan.Tetapi, Yahya
Muhaimin sebagai Mendiknas waktu itu menganggap bahwa secara
teknis dan psikologis, tidak mudah melakukan pengalihan pembinaan
madrasah dari Kementerian Agama ke Kementerian Pendidikan Nasional
dalam waktu singkat sekalipun dengan instruksi Presiden. 13
Selain itu, di era reformasi upaya konkrit dalam kerangka menata
ulang pendidikan untuk meningkatkan kualitas dengan mewujudkan
keterlibatan masyarakat secara lebih besar, secara yuridis formal
dilakukan oleh pemerintah dengan mengeluarkan berbagai regulasi,
antara lain: UU No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daaerah yang
disempurnakan dengan UU No. 32 tahun 2004, UU No. 20 tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional, UU No. 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen, dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan serta berbagai regulasi lainnya, seperti berbagai Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional.

12

Kusmana ed., Paradigma Baru Pendidikan: Restrospeksi dan
Proyeksi Modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia ,(Jakarta: IISEP), 2008),
h.35-36.
13

Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan
Kebijakan Publik tarhadap Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta:
Penamadani, 2010), h.150-151.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

84

Pendidikan Islam Masa Reformasi

Otonomi

daerah14dengan

gagasan

dasar

desentralisasinya

memungkinkan munculnya kreativitas pemerintah dan masyarakat di
daerah dalam proses pendidikan. Dalam konteks pelaksanaan otonomi
daerah, pemerintah pusat bukanlah penentu tunggal kebijakan publik
yang berkaitan dengan pendidikan. Adanya proses desentralisasi 15
meniscayakan keterlibatan masyarakat dalam porsi yang lebih besar.
Berbagai potensi yang dimiliki masyarakat daerah bisa digali, dibina, dan
dikembangkan seoptimal mungkin. Demokratisasi pendidikan akan
benar-benar dapat bersemi dan menampakkan hasil seiring dengan
semakin terbukanya akses terhadap berbagai sumber pendidikan yang
dikelola dengan baik oleh pemerintah daerah.
Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ditegaskan bahwa
sistem pendidikan nasional yang bersifat sentralistik selama ini kurang
mendorong terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan
pendidikan. Sebab sistem pendidikan yang sentralistik diakui kurang bisa
mengakomodasi keberagaman daerah, keberagaman sekolah serta
keberagaman peserta didik, bahkan cenderung mematikan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan pendidikan. 16
Seiring dengan otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan,
konsep dan implementasi otonomi sekolah/madrasah sebagai pelaksana

14

Adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pemerintah
Daerah.pdf./unit/Sumsel/UU-32-2004.http://bpkp.go.id.(28 Juni 2011).
15

Adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ibid.
16

Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2006), h. 1.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

85

Pendidikan Islam Masa Reformasi

tingkat institusional, merupakan langkah maju dalam proses pendidikan
yang memberdayakan. Sekolah atau madrasah tidak hanya bersifat
menerima dan pasrah menjalankan segala kebijakan pemerintah, tetapi
juga diberi kebebasan untuk meramu dan menjalankan kegiatan
pendidikan

secara

otonom.

Kreativitas

dan

inovasi

pimpinan

sekolah/madrasah dan guru menemukan momentum yang sangat berarti
untuk kemajuan pendidikan di sekolahnya. Dalam hal ini konsep
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 17 merupakan pilihan strategis untuk
dijalankan.
Dalam pandangan Mulyasa, kewenangan yang bertumpu pada
sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat
efektivitas serta memberikan beberapa keuntungan. Pertama, kebijakan
dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta
didik, orang tua dan guru. Kedua, bertujuan bagaimana memanfaatkan
sumber daya lokal. Ketiga, efektif dalam membina peserta didik.
Keempat, adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan,
memberdayakan guru, manajemen sekolah, dan perubahan perencanaan.18
Dengan perbaikan kinerja sekolah, diharapkan mutu hasil belajar siswa
dapat meningkat, sehingga berdampak positif terhadap pencitraan siswa
itu sendiri dan sekolah secara umum serta dunia pendidikan dalam
lingkup yang lebih luas.
Kelahiran UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional juga merupakan suatu jalan untuk melakukan reformasi
pendidikan. Sesuai dengan tuntutan UU SISDIKNAS, pemerintah
17

Ide pokok dari MBS adalah adanya kewenangan pada sekolah untuk
menjalankan proses pendidikan secara mandiri. Mulyasa, Manajemen Berbasis
Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2003), h.24-25.
18

Ibid.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

86

Pendidikan Islam Masa Reformasi

meengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan yang menyebabkan kurikulum yang berlaku di
sekolah adalah kurikulum

yang sesuai dengan standar nasional

pendidikan. Agar kurikulum yang digunakan di sekolah sesuai dengan
standar nasional pendidikan, maka Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No. 22 tahun 2006 tentang standar isi yang memuat kerangka
dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Untuk sekolah-sekolah yang berada di
bawah naungan Kementerian Agama tidak ketinggalan mengeluarkan
Peraturan Menteri Agama No. 2 tahun 2008 tentang Standar Kompetensi
Lulusan dan Standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah.19
Dalam UU No. 20 tahun 2003 dijelaskan mengenai ketentuan
yang berkaitan dengan institusi pendidikan Islam pada pasal 15 dan pasal
30 ayat 3 bahwa pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur
pendidikan formal, nonformal, dan informal. Lembaga pendidikan formal
dijelaskan secara berturut-turut dalam pasal 17, 18, 19, dan 20 mencakup
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Lembaga
pendidikan nonformal dijelaskan dalam pasal 26 ayat 4: satuan
pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim,
serta satuan pendidikan yang sejenis. Lembaga pendidikan informal
dalam pasal 28 ayat 3: Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh
keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri.
Ketentuan=ketentuan

mengenai

lembaga

pendidikan

19

Islam

yang

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI,
Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006, h.3.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

87

Pendidikan Islam Masa Reformasi

termaktub dalam UU No. 20 tahun 2003 tersebut selanjutnya dijelaskan
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 55 tahun 2007
tentang Pendidikan Agama dan pendidikan Keagamaan. 20
Demikian beberapa kebijakan pemerintah dalam perkembangan
pendidikan Islam era reformasi sebagai sub sistem dalam pendidikan
Nasional.
C.

Tantangan Pendidikan Islam Era Reformasi.
Era reformasi merupakan penghujung abad 20 dan akan

memasuki abad 21 atau biasa disebut sebagai millennium ketiga ditandai
oleh munculnya gejala mengglobal dalam berbagai bidang kehidupan
sebagai akibat dari kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi dan
informasi. Perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan
masyarakat Indonesia khususnya sudah memasuki masyarakat informasi
yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern dengan cirri-cirinya
yang bersifat rasional, berorientasi ke masa depan, terbuka, menghargai
waktu, kreatif, mandiri, dan inovatif.21 Kemajuan pada bidang informasi
pada akhirnya, akan berpengaruh pada kejiwaan dan kepribadian
masyarakat. Pada era informasi yang sanggup bertahan hanyalah mereka
yang memiliki orientasi ke depan dan yang memiliki cirri-ciri masyarakat
modern seperti tersebut di atas.
Memasuki abad 21 atau millenium ketiga dunia pendidikan
dihadapkan pada berbagai masalah yang sangat urgen, apabila tidak
diatasi secara tepat, tidak mustahi dunia pendidikan akan ditinggal oleh
zaman. Kesadaran akan tampilnya dunia pendidikan dalam memecahkan

20

Ibid., h. 14-21.

21

Author Saiful, Pendidikan Islam pada Abad 21 dan Orde Baru,
http://www.saifalink.co.cc/2010 , (29 juni 2011).
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

88

Pendidikan Islam Masa Reformasi

dan merespons berbagai tantangan baru yang timbul pada setiap zaman
adalah suatu hal yang logis bahkan suatu keharusan. Hal ini dapat
dipahami mengingat dunia pendidikan merupakan salah satu pranata yang
terlibat langsung dalam mempersiapkan masa depan umat manusia.
Masa depan pendidikan Islam di Indonesia dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. 22 Secara internal, dunia pendidikan Islam
pada dasarnya masih menghadapi problem pokok berupa rendahnya
kualitas sumber daya manusia, namun demikian dari waktu ke waktu
menunjukkan bahwa penyelesaian masalah sumber daya manusia
mengalami penanganan yang semakin baik. Di samping adanya usaha
perbaikan pada lembaga-lembaga pendidikan, sejak beberapa tahun
terakhir ini telah diselenggarakan program-program pelatihan dalam
berbagai bidang dan profesi kependidikan, mulai dari pimpinan sekolah,
pengelola administrasi dan keuangan, pustakawan, guru, tenaga
bimbingan dan penyuluhan.
Secara eksternal, masa depan pendidikan Islam dipengaruhi
oleh globalisasi dan demokratisasi. 23 Globalisasi tidak semata-mata
memengaruhi sistem pasar, tapi juga sistem pendidikan. Penetrasi budaya
global terhadap kehidupan masyarakat Indonesia akan direspons secara
berbeda-beda oleh kalangan pendidikan, yaitu: (1) kelompok permisif,
cenderung menerima pola dan model budaya global akibat pengaruh
teknologi informasi; (2) kelompok defensive, cenderung apriori terhadap
budaya dan peradaban global karena semata-mata bukan berasal dari
tradisi yang diikutinya selam ini; (3) Kelompok transformatif, berusaha

22

Abuddin Nata ed., Kapita Selekta Pendidikan Islam, op.cit.,h. 104-

23

Ibid.

105.

JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

89

Pendidikan Islam Masa Reformasi

mendialogkan antara budaya global dan lokal, sehingga terjadi sintesis
budaya yang dinamis dan harmonis.
Di samping globalisasi, demokratisasi juga merupakan faktor
eksternal yang memengaruhi masa depan pendidikan Islam di Indoenesia.
Tuntutan demokratisasi pada awalnya ditujukan terhadap sistem politik
negara sebagai perlawanan terhadap sistem politik otoriter. Dalam
perkembangannya, tuntutan ini mengarah pada sistem pengelolaan
berbagai kehidupan termasuk pendidikan. Jika sebelumnya sistem
pendidikan

bersifat

sentralistik,

seragam,

dan

dependen,

maka

belakangan belakangan berkembang tuntutan pengelolaan pendidikan
yang lebih otonom dan beragam. Selain itu, tuntutan partisipasi
masyarakat khususnya dalam pengawasan mutu pendidikan yang semakin
meningkat menuntut pengelolaan pendidikan yang transparan dan
bertanggung jawab. Termasuk ke dalam tuntutan demokratisasi ini adalah
lebih menekankan pada peran siswa secara aktif.
Dampak globalisasi sebagai akibat dari kemajuan di bidang
informasi sebagaimana disebutkan di atas terhadap peradaban dunia
merujuk kepada suatu pengaruh yang mendunia. Demikian pula
keterbukaan terhadap arus informasi yang menyangkut perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era globalisasi ini memberikan
dampak terhadap lingkungan dan masyarakat. Berbagai perkembangan
dan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
kemajuan teknologi komunikasi, informasi,dan unsur budaya lainnya
akan mudah diketahui oleh masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut di atas, perlu dilakukan upayaupaya strategis, antara lain:24
1. Visi dan Orientasi pendidikan Islam.
24

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan… op.cit., h. 79-91.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

90

Pendidikan Islam Masa Reformasi

Tujuan pendidikan dimana sekarang tidak cukup hanya
memberikan bekal pengetahuan, keterampilan, keimanan, dan ketakwaan
saja, tetapi juga harus diupayakan melahirkan manusia yang kreatif,
inovatif,mandiri dan produktif, mengingat dunia yang akan datang adalah
dunia kompetitif.
Dalam konteks ini, pendidikan sebagaimana dinyatakan Jusuf
Amir Faisal, harus mampu menyiapkan sumber daya manusia yang tidak
sekedar sebagai penerima arus informasi global, tetapi juga harus
memberikan bekal kepada mereka agar dapat mengolah, menyesuaikan
dan mengembangkan segala hal yang diterima melalui arus informasi itu,
yakni manusia yang kreatif, dan produktif.25 Manusia yang kreatif dan
produktif inilah, menurut Muchtar Buchari, yang harus dijadikan visi
pendidikan,

termasuk

pendidikan

Islam,

karena

manusia

yang

demikianlah yang didambakan kehadirannya baik secara individual,
social maupun nasional. 26
Selain manusia kreatif dan produktif sebagai visi pendidikan
Islam, maka yang perlu diperhatikan juga adalah bagaimana visi dan
orientasi pendidikan Islam tidak semata-mata menekankan pada
pengisian otak, tetapi juga pengisian jiwa, pembinaan akhlak dan
kepatuhan dalam menjalankan ibadah.
2. Strategi pembelajaran.
Strategi pembelajaran merupakan salah satu aspek penting
dalam proses pendidikan. Oleh karena itu, dunia pendidikan seharusnya
melihat strategi pembelajaran sebagai upaya yang bertujuan membantu

25

Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press, 1995), h. 131.
26

Muchtar Buhari, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, (Jakarta:
IKIP Muhammadiyah Jakarta Press, 1994), h.75.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

91

Pendidikan Islam Masa Reformasi

para lulusan agar dapat melakukan fungsinya sebagai khalifah di muka
bumi dalam rangka ibadah kepada Allah. Maka konsekwensinya perlu
dirumuskan kembali mengenai konsep kurikulum yang lebih berorientasi
pada konstruksi social, yaitu kurikulum yang dirancang dalam rangka
melakukan perubahan sosial.27 Kurikulum semacam ini sifatnya dinamis
karena apa yang dirancang akan disesuaikan dengan tuntutan perubahan
sosial.
Demikian pula guru, di samping memiliki informasi, berakhlak
baik dan mampu menyampaikannya secara metodologis, juga harus
mampu mendayagunakan berbagai sumber informasi ke dalam kegiatan
pembelajaran. Dengan demikian, pembelajaran harus terpusat pada siswa
sehingga dapat menimbulkan masyarakat belajar.
3. Keterpaduan antara Ilmu Agama dan Umum.
Bahan pelajaran umum dan agama perlu diintegrasikan dan
diberikan kepada siswa sebagai bekal yang memungkinkan ia dapat
memiliki kepribadian utuh, yaitu pribadi yang di samping berilmu
pengetahuan juga berakhlak mulia. Hal ini penting,karena kehidupan di
masa yang akan datang banyak dihadapkan pada tantangan yang bersifat
moral.Untuk itu perlu dikembangkan pengamalan akhlak tasawuf di
sekolah-sekolah.
III. PENUTUP
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan-kesimpulan dari
uraian di atas:
1. Reformasi pendidikan adalah upaya bersama untuk
mewujudkan pendidikan yang lebih mengarah pada pemberdayaan

27

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1991), h.15.
JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

92

Pendidikan Islam Masa Reformasi

pendidikan dengan revitalisasi konsep pendidikan Islam yang pada
akhirnya mampu melahirkan individu berkualitas menuju masyarakat
madani dengan menjunjung nilai-nilai demokratisasi dan HAM.
2. Kebijakan pemerintah terhadap pendidikan Islam di era
reformasi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan-kebijakan pemerintah
terhadap pendidikan Nasional dengan dikeluarkannya beberapa regulasi
secara yuridis formal, antara lain: UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003,
UU No. 23 Tahun 2004, UU No. 14 tentang Guru dan Dosen, Peraturan
Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional, dan berbagai
peraturan Menteri Pendidikan Nasional.
3. Era reformasi memberi pengaruh bukan hanya pada satu
aspek tapi berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan Islam.Berbagai
aspek dari pendidikan (Islam) mulai dari tujuan, materi, strategi, institusi
perlu ditata ulang untuk disesuaikan dengan tuntutan zaman. Hal ini perlu
dilakukan, jika dunia pendidikan ingin tetap bertahan dalam memandu
perjalanan umat manusia. Dunia pendidikan benar-benar dihadapkan
pada tantangan yang cukup berat yang penanganannya memerlukan
keterlibatan berbagai pihak. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya
antara lain: Tujuan pendidikan bukan hanya memberi bekal pengetahuan,
keterampilan tetapi juga melahirkan SDM yang kreatif, inovatif, mandiri,
dan produktif. Selain itu strategi pembelajaran yang berbasis masyarakat
perlu diterapkan dan pembelajaran sehingga pembelajaran terpusat pada
siswa (Siswa aktif). Tak kalah pentingnya pelajaran umum diintegrasikan
dengan pelajaran agama yang diaplikasian pengamalan akhlak tasawuf.

JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

93

Pendidikan Islam Masa Reformasi

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan Mengatasi Kelemahan
Pendidikan Islam di Indonesia Jakarta:Prenada Media, 2003
______., Kapita Selekta pendidikan Islam (Bandung: Angkasa, 2003
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, UndangUndang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, 2006
Hasbullah, Otonomi Pendidikan: Kebijakan Otonomi Daerah dan
Implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta:
Rajawali Pers, 2006
Jusuf Amir Feisal, Reorientasi Pendidikan Islam, Jakarta: Gema Insani
Press, 1995.
Marwan Saridjo, Pendidikan Islam dari Masa ke Masa: Tinjauan
Kebijakan Publik tarhadap Pendidikan Islam di Indonesia,
(Jakarta: Penamadani, 2010
Muchtar Buhari, Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan, Jakarta: IKIP
Muhammadiyah Jakarta Press, 1994.
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi
Implementasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003

dan

S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Citra Aditya Bakti,
1991.
Tim Nasional Reformasi Menuju Masyarakat Madani Kelompok
Pendidikan dan Pengembangan SDM, Platform Reformasi
Pendidikan dan Pengembangan Sumber daya Manusia Ciputat:
Logos Wacana Ilmu, 2001

JURNAL AL-IQDAM Vol. II No. 4

94

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENGEMBANGAN TARI SEMUT BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER DI SD MUHAMMADIYAH 8 DAU MALANG

57 502 20

STRATEGI PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN MALANG KOTA LAYAK ANAK (MAKOLA) MELALUI PENYEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN

73 431 39

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24