MASA PEREKONOMIAN ISLAM PERIODE PERTAMA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya Ilmu Ekonomi muncul pada saat hamper bersamaan
dengan diturunkannya manusia di bumi. Sejak itu, manusia telah
dihadapkan pada persoalan bagaimana caranya memenuhi kebutuhannya
sehari-hari berupa makanan, pakaian, tempat tinggal, dan sebagainya.
Untuk memeuhi kebutuhannya awalnya manusia bekerja sebagai individu
seorang diri, lalau bekerjasama sebagai anggota kelompok yang makin
lama makin berkembang jumlahnya. Waktu pun beredar, dan peradaban
manusia pun mengalami kemajuan yang pesat. Lalu manusia mesti bekerja
keras,

bersaing,

dan

bahkan

bertikai,


untuk

memenuhi

dan

mempertahankan kehidupan ekonominya.
Sebagaimana ilmu pegetahuan lain, Ilmu Ekonomi Islam juga
sangat berkembang dalam masanya. Disini kami akan memberikan sedikit
informasi beberapa tokoh intelektual dan Cendikiawan Muslim yang
dianggap mempunyai sumbangan pemikiran dalam bidang Ekonomi Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Ekonomi Islam pada periode pertama (masa awal
Islam 450 H/1085 M)?
2. Bagaimana perekonomian Islam pada periode pertama (masa awal
Islam 450 H/1085 M)?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Ekonomi Islam pada masa awal Islam 450
H/1085 M.
2. Untuk mengetahui perekonomian Islam pada periode pertama (masa

awal Islam 450 H/1085 M).

1

D. Manfaat
Untuk mengetahui bahwa Ilmu Ekonomi itu bukan hanya ada
Ekonomi Mikro ataupun Makro, akan tetapi terdapat juga Ekonomi Islam
yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Manfaat lain dari makalah ini
adalah untuk mengetahui siapa saja tokoh-tokoh ekonomi islam pada
periode pertama dan bagaimana perekonomian pada masa itu.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ekonomi Islam
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku
ekonomi manusia yang perilakunya di atur berdasarkan aturan agama
Islam dan didasari dengan tauhid sebagaimana dirangkum dalam rukun
iman dan rukun islam (Apridar, 2010, hlm. 127). Dalam buku (Buchari,

2009, hlm. 1) Ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari perilaku
seorang muslim dalam suatu masyarakat Islam yang dibingkai dengan
syariah Islam.
Menurut

Hansanuzzaman

(1984)

di

dalam

buku

Islamic

Economics menyatakan bahwa Ekonomi Islam merupakan ilmu dan
aplikasi petunjuk dan aturan syariah yang mencegah ketidakadilan dalam
memperoleh dan menggunakan sumber daya material agar memenuhi

kebutuhan manusia agar dapat menjalankan kewajibannya kepada Allah
dan masyarakat.
Ekonomi Islam berbeda dari Kapitalisme, sosialisme, maupun
negara kesejahteraan (welfare state). Maksudnya, berbeda dari kapitalisme
karena Islam menentang eksploitasi oleh pemilik modal terhadap buruh
yang miskin, dan melarang penumpukan kekayaan. Selain itu, dalam
sistem Ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai ibadah di dalam setiap
kegiatannya (Apridar, 2010, hlm. 128).
Sistem Ekonomi Islam atau sistem Ekonomi Syariah merupakan
ilmu pengetahuan sosial yang memperlajari masalah-masalah ekonomi
rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islam (Apridar, 2010, hlm. 127).
B. Sejarah Ekonomi Islam
Kemunculan Ekonomi Islam di Era kekinian bukanlah suatu hal
yang tiba-tiba datang begitu saja. Ekonomi Islam sebagai sebuah cetusan
konsep pemikiran dan praktik tentunya telah hadir secara dalam periode

3

dan fase tertentu. Berbagai praktik dan kebijakan ekonomi yang
berlangsung pada masa Rasulullah SAW dan Al-Khulafa Al-Rasyidun

merupakan contoh empiris yang dijadikan pijakan bagi para cendikiawan
Muslim dalam melahirkan teori-teori ekonominya.
Satu hal yang jelas, fokus perhatian mereka tertuju pada
pemenuhan kebutuhan, keadilan, efesiensi, pertumbuhan, dan kebebasan,
yang tidak lain merupakan objek utama yang menginspirasikan pemikiran
Ekonomi Islam sejak masa awal (Karim, 2004, hlm. 10).
Sejumlah Cendikiawan Muslim terkemuka, seperti Abu Yusuf
(128H), Al-Syaibani (189H), Abu Ubaid (224H), Yahya bin Umar (289H),
Al-Mawardi (450H), Al-Ghazali (505H), telah memberikan kontribusi
yang besar terhadap kelangsungan dan perkembangan peradaban dunia,
khususnya pemikiran ekonomi, melalui sebuah proses evolusi yang terjadi
selama berabad-abad.
Latar belakang para cendikiawan Muslim tersebut bukan
merupakan ekonomi murni. Pada masa itu, klasifikasi disiplin ilmu
pengetahuan belum dilakukan. Mereka mempunyai keahlian dalam
berbagai bidang ilmu dan mungkin faktor ini yang menyebabkan mereka
melakukan pendekatan interdisipliner antara ilmu ekonomi dan bidang
ilmu yang mereka tekuni sebelumnya (Chamid, 2010, hlm. 3).

4


C. Tokoh-tokoh Perekonomian Islam Periode Pertama
Periode pertama merupakan periode pada fase abad awal sampai
dengan abad ke-5 H atau abad ke 11 M yang dikenal sebagai fase dasardasar ekonomi Islam yang dirintis oleh para fukaha, diikuti oleh sufi dan
kemudian oleh filosof.
1. Imam Abu Hanifah an-Nu’man (80-150 H/ 699-774 M)
Abu Hanifah hidup zaman Daulah Bani Umayyah selama 52 tahun
mulai Khalifah Abdul Malik (86 H/685 M) dan Daulah Abbasyiah selama
18 tahun. Walaupun Ia popular sebagai ahli hukum, ia seorang pedagang
di Kufah yang pada waktu itu merupakan pusat kegiatan komersial dalam
suatu perekonomian yang sangat berkembang. Ada suatu transaksi yag
sangat popular pada masa itu, yaitu salam (kontrak pemesanan barang atau
penjualan suatu komoditas yang akan diserahkan pada waktu yang akan
datang dengan pembayaran tunai pada waktu kontrak) (Apridar, 2010,
hlm. 87).
Abu hanifah menemukan banyak sekali kerancuan dalam kontrak ini
yang mengarah kepada perselisihan. Ia mencoba menghilangkan
perselisihan ini dengan merinci apa yang harus diketahui dan dinyatakan
secara jelas di dalam kontrak, seperti: jenis komoditasnya, kuantitas dan
kualitasnya, serta tanggal dan tempat penyerahannya. Ia meletakkan

persyaratan berikutnya yaitu bahwa komoditas harus tersedia di pasar
selama periode yang menghalangi (intervening) antara kontak dan tanggal
penyerahan sehingga kedua belah pihak mengetahui bahwa penyerahannya
dimungkinkan.
Dalam hal ini, pengalaman Abu Hanifah dengan pengetahuan dagang
tangan pertama yang dimilikinya telah bayak menolong dalam
memberikan pendapat yang serupa lainnya. Adalah bijaksana untuk
menghidari perselisihan dengan menghilangkan kebingungan, karena ini

5

adalah tujuan dari syariah yang menyangkut transaksi. Pemikiran Abu
Hanifah, (699-767 M) tentang transaksi salam (Apridar, 2010, hlm. 87).
Hal lainnya dalah masalah murabahah (kontrak penjualan dengan
presentasi mark up atas harga beli). Pengetahuan langsung Abu Hanifah
tentang prkatik perdagangan memungkinkannya menentukan peraturan
yang menjamin keadilan dalam transaksi ini dan transaksi yang serupa.
Abu Hanifah juga memberikan jalan keluar untuk praktek perdagangan
lainnya dalam kaitan dengan norma-norma Islami. Abu Hanifah anNu’man juga menolak akad muzara’ah (kontrak bagi hasil pertanian)
(Apridar, 2010, hlm. 88).

2. Abu Yusuf (112-182H/731-798H)
Abu Yusuf lahir pada tahun 133 H, Ia pernah tinggal di Kufah dan di
Bagdad, Ia meninggal pada tahun 182 H. Nama lengkapnya ialah Ya’qup
bin Ibrahim bin Habib al-Ansari. Hadist yang diperolehnya dari Abu Ishaq
al-Syaibani, Sulaiman al-Tamyi, Yahya bin Said al-Ansari. Ia juga aktif
mengikuti pengajian Muhammad bin Abdurrahman bin Abi Laili dan Abu
Hanifa (Chamid, 2010, hlm. 153).
Abu Yusuf sangat menentang keras pengenaan pajak pertanian dan
anjuran penggantian suatu retribusi tetap atas tanah dengan pajak atas hasil
produksi pertanian yang dikenakan secara proporsional. Hal ini dirasakan
lebih adil dan nampaknya untuk menghasilkan suatu pendapat yang lebih
besar dan memudahkan perluasan area yang digarap. Ia memberikan
saran-saran secara rinci tentang bagaimana agar pengeluaran mencapai
sasaran pembangunan pada pembuatan jembatan, dam, dan pekerjaan
irigasi. Walaupun sumbangan utamanya terletak pada bidang keuangan
negara, namun ia juga mendiskusikan penerapan kebijaksanaan pada
pengendalian harga. Diskusi ini telah juga membawanya kepada bahasan
tentang bagaimana harga ditentukan dan apa pengaruh dari berbagai jenis
pajak yang berbeda (Apridar, 2010, hlm. 90).


6

3. Zaid bin Ali (80-120H/699-738M)
Zaid bin Ali adalah putra dari Imam Syi’ah ke-4, Ali Zainal Abidin,
dan cucu dari Husain bin Ali. Imam Zaid dilahirkan pada tahun 80H/ 699
M, sama dengan tahun kelahiran Abu Hanifah. Beliau juga dikenal sebagai
ahli fikih kenamaan di masanya. Pengakuan tersebut pernah diucapkan
oleh Imam Abu Hanifah sendiri yang terdapat di buku karangan Apridar
hlm. 86:
“Aku kenal Imam Zaid bin Ali sebagaimana aku kenal tentang
keluarganya. Di masanya tidak pernah seorang yang lebih ahli dalam
fiqih daripada beliau. Dan aku tidak pernah melihat seorang pun yang
lebih luas pengetahuannya, lebih cepat menjawab dan lebih terang
penjelasannya daripada beliau, jarang sekali mendapati orang semacam
beliau”.
Dasar-dasar pemikiran ekonomi Imam Zaid bin Ali adalah
menyatakan keabsahan jual beli secara tangguh dengan harga yang lebih
tinggi daripada jual beli secara tunai. Pemikiran ini menjadi salah satu
pijakan pendapat tentang kebolehan menetapkan kelebihan harga yang
paling tinggi pada jual beli secara kredit ataupun tangguh/tertunda

(Apridar, 2010, hlm. 86).
Dalam ilmu ekonomi Zaid bin Ali menggagas tentang kebolehannya
melakukan penambahan harga dari harga tunainya suatu barang pada saat
teransaksi kredit. Contohnya, apabila ada harga barang padasaat harga
tunainya hanya satu juta rupiah maka dalam harga kreditnya bisa lebih
tinggi dari satu juta dan ini merupakan transaksi yang sah. Tapi yang harus
diperhatikan dalam transaksi ini menurut Zaid bin Ali adalah
keharusannya dilandasi oleh prinsip saling ridha antara kedua belah pihak
yang bertransaksi. (Karim, 2004)

7

4. Muhammad bin Hasan Al-Syaibani (132-189 H/750-804 M)
Salah satu rekan Abu Yusuf dalam madzhab Hanafiyah adalah
Muhammad bin Hasan Al-Syaibani, nama lengkapnya Abu Abdullah
Muhammad bin al-Hasan bin Farqad Jazariya asy-Syaibani. Risalah
kecilnya yang berjudul al-Iktisab fi ar-Rizq al-Mustathab membahas
pendapatan dan belanja rumah tangga. Ia juga menguraikan perilaku
konsumsi seorang Muslim yang baik serta keutamaan orang yang suka
berderma dan tidak suka meminta-minta. Dalam buku (Karim, 2004, hlm.

16) Al-Syaibani mengklasifikasikan jenis pekerjaan ke dalam empath al,
yakni ijarah (sewa-menyewa), tijarah (perdagangan), zira’ah (pertanian),
dan shina’ah (industri).
Cukup menarik untuk dicatat bahwa ia menilai pertanian sebagai
lapangan pekerjaan yang terbaik, padahal masyarakat Arab pada saat itu
lebih tertarik untuk berdagang dan berniaga. Dalam suatu risalah yang
lain, yakni Kitab al-Asl, Al-Syaibani telah membahas masalah kerja sama
usaha dan bagi hasil.
Secara umum, pandagan-pandangan Al-Syaibani yang tercermin dari
berbagai karyanya cenderung berkaitan dengan perilaku ekonomi seorang
Muslim sebagai individu. Hal ini tentu berbeda dengan Abu Yusuf yang
cenderung berkaitan dengan perilaku penguasa dan kebijakan publik.

8

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai
“Perekonomian Islam pada periode pertama” yaitu mengetahui bagaimana
sejarah ekonomi islam pada masa periode pertama yang mana ekonomi
islam itu bukanlah suatu hal yang tiba-tiba datang begitu saja tetapi
memang sudah ada pada masa Rasulullah SAW dan dijadikan contoh oleh
para cendekiawan Muslim. Kemudian mengenal tokoh-tokoh ekonomi
islam pada masa periode pertama seperti Abu Hanifah, Abu Yusuf, Zaid
bin Ali dan Muhammad bin Hasan Al-Syaibani.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini kami berharap para pembaca lebih
mengetahui dan memahami bagaimana ekonomi islam yang benar dan
setelah kita mengetahui alangkah baiknya mengimplementasikan ekonomi
islam itu dalam kehidupan sehari-hari.

9

DAFTAR PUSTAKA
Apridar. (2010). Teori Ekonomi Sejarah dan Perkembangannya. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Buchari, V. R. (2009). Islamic Economics. Jakarta: Bumi Aksara.
Chamid, N. (2010). Jejak Langkah dan Searah Pemikiran Ekonomi Islam.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Karim, A. A. (2004). Sejarah Pemikiran EKonomi Islam. Jakarta: PT RajaGrafido
Persada.

Dokumen yang terkait

ANALISIS DANA PIHAK KETIGA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA PERIODE TRIWULAN I 2002 – TRIWULAN IV 2007

40 502 17

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CAPITAL FLIGHT DI INDONESIA PERIODE 2002. 1-2006. 12

27 507 12

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN RASIO LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, AKTIVITAS DAN LEVERAGE TERHADAP PERUBAHAN LABA DI MASA DATANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

18 254 20

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

HASIL PENELITIAN KETERKAITAN ASUPAN KALORI DENGAN PENURUNAN STATUS GIZI PADA PASIEN RAWAT INAP DI BANGSAL PENYAKIT DALAM RSU DR SAIFUL ANWAR MALANG PERIODE NOVEMBER 2010

7 171 21

PENYESUAIAN DIRI ANTARA ISTRI YANG DIPOLIGAMI DENGAN ISTRI PERTAMA YANG TINGGAL SERUMAH

1 25 2

ANTARA IDEALISME DAN KENYATAAN: KEBIJAKAN PENDIDIKAN TIONGHOA PERANAKAN DI SURABAYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG TAHUN 1942-1945 Between Idealism and Reality: Education Policy of Chinese in Surabaya in the Japanese Era at 1942-1945)

1 29 9

IDENTIFIKASI PERUBAHAN STRUKTUR PEREKONOMIAN DAN SEKTOR KUNCI PROPINSI JAWA TIMUR (MENGGUNAKAN TABEL I-O TAHUN 2000 & 2006)

0 45 12

ANALISIS KEMAMPUAN LABA OPERASI DALAM MEMPREDIKSI LABA OPERASI, ARUS KAS OPERASI DAN DIVIDEN KAS MASA DEPAN ( Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di BEI 2009-2011)

10 68 54

TINJAUAN HISTORIS GERAKAN SERIKAT BURUH DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL BELANDA TAHUN 1917-1923

0 26 47