Proposal dan Penelitian Skripsi Indonesia
PROPOSAL PENELITIAN
FENOMENA BERTAHANNYA TRADISI GOTONG ROYONG
(Suatu Penelitian Diskriptif Kualitatif
di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y)
Disusun Oleh
MUHAMAD ARDI
NIM 11510058
PROGRAM ILMU SOSIATRI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dikatakan makhluk sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman dengan orang lain ,sering
didasarkan atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Cenderung untuk hidup
berkelompok saling berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, saling
mempengaruhi dan hidup dalam satu ruang sosial atau medan sosial. Di dalam ruang
sosial atau medan sosial akan tercipta kesamaan,toleransi,solidaritas dan gotong-royong
antar satu dengan yang lain.
Sejak individu-individu membentuk sebuah komunitas sosial, agaknya kesadaran
untuk menciptakan keselarasan bersama sudah menjadi keniscayaan. Perkembangan
selanjutnya
dengan
adanya
semangat
kebersamaan
itu
tumbuhlah
bibit-bibit
keharmonisan yang terwujud modal sosial (social capital). Modal sosial kemudian
menjadi potensi local yang secara interen ada terkait persemaian yang intens dan kontinu
atas interaksi yang berkembang secara sehat. (Mudiyono,dkk,2005 : 254)
Selama ini wacana yang berkembang pada masyarakat kita bahwa maju tidaknya
masyarakat kita diukur dari kepemilikan modal, modal itu secara sempit hanya mencakup
modal uang,modal alam dan modal manusia. Wacana seperti itu, maka sering kali kita
melupakan bahwa sebenarnya masyarakat kita juga memiliki modal sosial.
Pengalaman senantiasa mengajarkan bahwa hidup bermasyarakat jauh lebih
menari, menguntungkan, efesien, dan efektif bila dibandingkan dengan hidup seseorang
diri. Semenjak itu pula, setiap orang sudah mulai belajar memiliki tanggung jawab sosial
dan bersikap toleran terhadap orang lain. Oleh karna itu, semua kenyataan yang kini
dihadapi diterimanya sebagai suatu konsekuensi logis bahwa untuk menjaga
kelangsungan hidupnya kita membutuhkan kerja sama dengan orang banyak yang
kemudian mengikat diri dalam suatu kontinuitas pola kerjasama yang terdapat dalam
hubungan antar anggota masyarakat tersebut.
(Mudiyono, dkk, 2005 : 259)
Didalam masyarakat terdapat berbagai bentuk ikatan sosial yang berfungsi dengan
baik. Baik itu ikatan antar orang dalam berbagai bentuknya maupun ikatan antar
kelompok. ikatan ini membentuk suatu jaringan yang didasarkan pada berbagai prinsip.
Hubungan ke-tetangga yang baik didalam masyarakat dapat menjadi basis yang
kuat di dalam menggalang kekuatan serta mobilisasi dana dan tenaga kerja, ikatan
semacam itu bisa mendasari adanya kohesi sosial dan solidaritas dalam masyarakat,
sebagai ikatan yang kuat untuk menghadapi berbagai persoalan.
Selanjutnya kemampuan masyarakat untuk bekerja sama demi mencapai tujuan
bersama didalam berbagai komunitas disebut modal sosial. kemampuan bekerjasama
muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian paling kecil
dalam masyarakat. modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok
yang paling kecil ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti Negara.
Selaras dengan laju percepatan modernisasi dan urbanisasi yang mengakibatkan
terbukanya desa secara fisik dan kultur, ternyata lahir pula dampak pada struktur
sosialnya, sehingga memperlemah pola relasi dan sendi-sendi kehidupan masyarakat
tradisional-pedesaan.
Dewasa ini, pembangunan desa bergerak cepat kedalam sistem ekonomi yang
tidak lagi bersifat subsisten. Kenyataannya, desa telah bergeser dan meninggalkan corak
moral ekonomi yang menekankan prinsip-prinsip subsisten, keamanan, kebersamaan
bekerja, atau safety firt dan komunal. Sebagaimana ditegaskan James C.Scott,(1979: 267)
bahwa ketika budaya industrial atau teknologi pertanian masuk, tak bisa dielakkan bahwa
desa turut mengalami pergeseran ke arah proses individualisasi dan corak hubungan
kontaktual, komersial, dan kapitalistik.
Selain pola itu, terjadi pula disorganisasi pada sejumlah pranata sosial dan
kelembagaan di pedesaan yang dapat menganggu pola hubungan kekerabatan dan
harmonitas sosial karena tidak berfungsinya lagi struktur dan lembaga-lembaga sosial
yang ada pada akhirnya ,perubahan ini mendorong transformasi struktural disertai dengan
pergeseran-pergeseran peran kepemimpinan dan hubungan kerja patron dan klien, karena
timbulnya pola kepemimpinan dan hubungan-hubungan kerja baru Djokosuryo,(dalam
sumarjono dkk,1994: 268)
Sejak budaya industri dan tehnologi masuk ke indonesia kehidupan masyarakat
mengalami pergeseran, kehidupan yang individual. disaat ada kerja bakti maupun
pembangunan didesa masih ada sebagian masyarakat tidak mengikuti kegiatan
bergotong-royong di lingkungan.
Secara sederhana soal rembug desa yang biasa mengawali adanya hajatan warga,
yaitu dalam membangun rumah, selokan atau jalan desa, sekarang telah tergantikan,
sebab jalan desa, pembuatan saluran irigasi telah menjadi paket-paket proyek anggaran
yang dikerjakan oleh pemborong. gotong royong membangun rumah Sudah jarang
ditemui ada warga tanpa pamrih bekerjasama membangun rumah salah satu warganya.
Sekarang, untuk bekerja, setidaknya si pemilik rumah harus menyediakan dana untuk
memberi upah.
Nilai-nilai telah terkomersialisasikan, dari kerja dengan penuh kerelaan menjadi
kerja dengan motivasi memperoleh upah (uang). (http://fathuraljufri.blogspot.com)
Namun, yang perlu dipertanyakan selama kehidupan masyarakat bergeser
menjadi individualisme mengapa masih ada nilai gotong royong dalam masyarakat,
sedangkan kehidupan masyarakat sekarang sudah modern, tidak memiliki nilai kerja
sama, solidaritas sosial terhadap pembangunan dilingkungannya. Oleh karna itu, penulis
tertarik untuk mengetahui “Fenomena Bertahannya Tradisi Gotong-Royong “di Dusun
Kliripan.
B. Rumusan masalah
Untuk mengadakan suatu penelitian perlu dikemukakan masalah terlebih dahulu
agar penelitiannya nanti akan menjurus pada pokok permasalahan atau sasaran yang
ditemukan . sebelum penyusun menarik suatu rumusan permasalahan atau terlebih dahulu
perlu diketahui maksud dari masalah itu sendiri menurut Winarno Surakhmad (1990 : 34)
“Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya”
Sedangkan menurut Lincold dan Guba (dalam Maxy J. Moleong 1994: 62) “Masalah
adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang
menghasilkan situasi yang membingungkan”.
Dari pendapat tersebut, masalah adalah kesulitan atau keadaan yang harus
dihadapi dan perlu dicari jalan pemecahan atau jalan untuk mengatasinya. Sesuai dengan
latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Mengapa tradisi gotong royong “sambatan “ masih bertahan di Dusun Kliripan
Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?
b. Apa faktor –faktor yang mendukung bertahannya tradisi gotong –royong
“sambatan” di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan penelitian
Setiap sesuatu yang dilakukan tentu saja memilki tujuan, begitupun suatu
penelitian yang kami lakukan mempunyai tujuan, yaitu:
a. Untuk mengetahui fonemena bertahanya tradisi gotong royong “sambatan” di
Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo.
b. Untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi bertahannya tradisi
gotong royong di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon
Progo.
2. Manfaat penelitian
Tiap penelitian harus diyakini kegunaannya bagi pemecahan masalah yang
diselidiki. Untuk itu perlu dirumuskan secara jelas tujuan penelitian yang bertitik
tolak dari permasalahan yang diungkap. Suatu penelitian hendaknya harus mampu
memberikan manfaat praktis pada kehidupan masyarakat.
Melalui penelitian ini penulis sangat berharap dapat memberikan berbagai
manfaat :
a. Manfaat penulis
Untuk menambah wawasan dilapangan dan menambah ilmu pengetahuan
b. Manfaat akademik
1) Mengetahui keadaan nyata didalam masyarakat yang berhubungan dengan
pengembangan teori –teori yang digunakan agar tetap konsisten.
2) Mengusahakan agar dapt menambah hal- hal yang baru dalam bidang ilmu
pengetahuan.
3) Meningkatkan kualitas dan efesien dari ilmu pengetahuan melalui
penelitian.
c. Bagi masyarakat
1) Terjadi Kegiatan gotong royong (kerja bakti)
2) Diharapkan terbentuknya pikiran bagi pemuda untuk ikut serta dalam
kegiatan tersebut.
D. Kerangka teori
Dalam suatu penelitian teori merupakan hal yang sangat penting sehingga
masalah yang diteliti tidak menyimpang dari tujuan yang ditemukan. Dengan demikian
teori berfungsi sebagai landasan dalam penelitian. Sebelum membahas lebih lanjut
tentang teori ini baiknya lebih dahulu memahami apa maksud teori itu.
Masri singarimbun dan sofian effendi (1989: 37) berpendapat bahwa :
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.
Pertanyaan tersebut diatas menunjukkan bahwa teori merupakan saran informasi
ilmiah yang sangat umum dan paling luas cakupannya. Dengan teori dapat diperoleh
pertanyaan hubungan sistematis suatu fenomena dengan teori maka suatu tujuan akan
dicapai.
Untuk mewujudkan suatu tujuan atau perencanaan, perhitungan –perhitungan dan
perkiraan diperlukan landasan teori yang sangat agar permasalahan ataupun sasaran yang
akan dicapai dapat terwujud, maka penyusun menguraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan obyek penelitian yaitu :
1. Fenomena
Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat
diterangkan dan di nilai secara ilmiah. (Meity Taqdir Qodratilah,2011: 123)
Adapun beberapa Fenomena diartikan sebagai berikut :
a. Fenomena diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa dan keajaiban.
b. Fenomena diartikan sebagai fakta dan kenyataan.
Kata fenomena juga diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya dari suatu
urusan atau perkara,keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang
atau suatu hal, soal dan perkara.(http://www.artikata.fenomena.com/arti-333239kasus.html)
2. Solidaritas sosial
Solidaritas sosial secara umum merupakan berpaut bersama-sama,setiakawan,
rasa bersatu dalam kepentingan, kehendak dan perbuatan. (Y.B. Suparlan,1983: 142)
Solidaritas adalah kesetiaan atau perasaan sepenanggungan.(Meity Taqdir
Qodratilah,2011: 505)
Menurut E.Durkheim(dalam Rahardjo, 2002: 32)bahwa solidaritas yang
menjadi dasar integrasi kelompok masyarakat semacam ini adalah solidaritas yang
didasarkan atas kesamaan di antara anggota-anggotanya. Bila masyarakat berubah,
dan perubahan itu mengakibatkan hilangnya properti yang mengkondisikan
eksistensinya kerja sama langsung, dengan sandiri sifat atau bentuk kerja sama
langsung itupun akan semakin mengabur atau bahkan menghilang.
Selain itu, Solodaritas mempunyai dua tipe ,perbedaan keduanya bersifat
evolusionistis dalam arti bahwa yang kedua adalah perkembangan dari yang pertama.
Corak yang pertama yaitu :
a) Solidaritas mekanisme
Didalam solidaritas mekanisme masyarakat tradisional bersifat “mekanis”
dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan
karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat
tradisional , kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran
individual norma –norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.
Dalam masyarakat yang “mekanis”. Misalnya para petani gurem hidup dalam
masyarakat yang swa-sembada dan terjalinnya oleh warisan bersama serta
pekerjaan yang sama. Selain itu, Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada
suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu system hukum. Ia
menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum sering
kali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku penyimpang akan
terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar
oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan
kesadaran. (Abdullah dan leeden,1986: 13-14)
b) Solidaritas organik
Didalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, ataupun pembagian
kerja yang sangat kompleks dapat menghasilkan solidaritas ‘organik’. Spesialisasi
yang berbeda- beda dalam bidang pekerjaan maupun peranan sosial dapat
menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena
mereka tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat
modern yang ‘organik’, para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan
orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan
makanan ,pakaian ,dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam masyarakat
yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan
untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu
masyarakat yang kompleks. ( Abdullah dan Leeden,1986: 13- 14)
3. Modal sosial
Istilah Modal sosial sebenarnya memilki makna yang tersendirinya khusunya
berkaitan dengan Modal sosial dimasyarakat. Maka berikut pengertian Modal sosial
yang telah diluncurkan lebih dari 80 tahun. menurut(Lyda Judson Hanifan,1920: 8)
dalam community center. Ia mendefenisikan modal sosial sebagai kenyataan yang
memiliki warga, dapat berupa kehendak baik,simpati,persehabatan ,hubungan sosial
antar individu dan antar keluarga yang dapat membantu-mengatasi persoalan warga
masyarakat. Dengan konteks demikian ,hubungan sosial yang baik antar anggota
masyarakat menciptakan jejaring yang bersifat mutualis, dan bahkan mengalahkan
individualitas yang biasanya melengkapi kerakteristik budaya barat.
Kemudian makna Modal Sosial menurut Hanifan C,Grootaert,(1977: 8) bahwa
Modal sosial dimaknai sebagai kemampuan sesorang untuk memanfaatkan berbagai
keunggulan jaringan sosial atau struktur sosial dimana ia menjadi anggotanya.
Dengan demikian ia membagi menjadi tiga tataran yaitu :
1. Makro (Negara)
Pada tataran Modal sosial Makro meliputi institusi-institusi seperti
pemerintah,aturan hukum, kebebasan sipil dan politik.
2. Mikro (individu dan keluarga)
Pada tataran Mikro Modal sosial berkenaan dengan norma-nilai yang
mengatur interaksi diantara individu dan keluarga.
3. Meso (komunitas)
Pada tataran Meso (komunitas), Modal sosial yang dapat mengejawantah
dalam berbagai tradisi, kebiasaan dengan rasionalitasnya masing-masing.
Selanjutnya pemahaman menurut Coleman,(1988-1990: 8) bahwa aspek
Modal sosial tidak saja bersifat horizontal, melainkan asosiasi vertical dengan
kerakteristik relasi hirarkhis dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang diantara
anggotanya.
Modal social merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community
yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal
social adalah trust, ideology dan religi. modal social dapat dicirikan dalam bentuk
kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas . dampak dari kerelaan
ini akan menumbuhkan interaksi komulatif yang menghasilkan kinerja yang
mengandung : nilai social, menurut francis fukuyama,(1995: 9) mengilustrasikan
modal social dam trust, believe and vertrawen artinya bahwa pentingya kepercayan
yang mengakar dalam faktor cultural, etika dan moral. Trust muncul maka komunitas
membagikan sekumpulan nilai- nilai moral, sebagai jalan untuk menciptakan
penghargaan umum dan kejujuran , ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan
local sungguh mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi
dan pembangunan local serta memainkan peran penting dalam manajemen
lingkungan.
Dalam buku ini menggugah kesadaran kita untuk menciptakan basis ekonomi
yang kuat dan tahan lama. Dalam konteks ini Negara tidak saja mengandalkan
sumber daya alam dan modal uang (financial capital) melainkan modal sosial (social
capital). Elemen modal sosial saat ini haruslah digali dan dikembangkan secara
berkesinambungan, baik sikap, sifat saling percaya dan dipercaya, baik dalam bentuk
relasi vertikal/horizontal, sehingga bangsa tersebut layak dipredikati high trust
society.
Menurut James S. Colemen,(1998: 9) menegaskan modal social sebagai alat
untuk memahami aksi social secara teorotis yang mengkombinasikan perspektif
sosiologis dan ekonomi. Ia bertujuan untuk mengintrodusir pemikiran ekonomi
tentang prinsip-prinsip tindakan rasional dan diaplikasikan dalam analisis system
social. Modal social terdiri dari 3 bentuk :
1. Kewajiban dan pengharapan yang bergantung pada lingkungan social yang layak
dipercaya (trustworthiness).
2. Kapabilitas informasi yang mengalir dalam struktur social supaya menyediakan
media/sarana untuk bertindak.
3. Kehadiran norma-norma social yang disertai dengan sanksi efektif.
Sedikit berbeda dengan Ismail Sarageldin (dalam Paul Collier,1998: 9) dalam
social capital and poverty menyatakan bahwa modal social disebut “social” karena
modal sosial selalu melibatkan masyarakat dan menjadikan bermasyarakat dan juga
karena modal sosial muncul bukan dari interaksi pasar meskipun mempunyai efek
ekonomis. Mereka memberikan klafikasi modal sosial , misalnya interaksi sosial yang
tahan lama (tetapi hubungan searah): pengajaran ,perdagangan, tetapi ada juga yang
pola hubungan resiprokal/timbale balik : yaitu jaringan sosial /asosiasi ,dan ada juga
modal sosial yang mempunyai efek tahan lama (tapi hubungan yang searah), yaitu :
kepercayaan,rasa hormat,imitasi : sedangkan yang berpola hubungan timbal balik
adalah gosip ,reputasi, pooling ,norma sosial,peranan sosial dan koordinasi.
Kemudian menurut Heri Sangkot Marisi Lubis,(2002:19) bahwa Modal social
sebagai intitusi social ( jaringan social dan kelembagaan) pola hubungan antar
masyarakat , norma-norma yang disepakati sejak kelompok masyarakat itu ada,
berkembang serta pembagian peran dan kekuasaan diantara warga masyarakat dan
pada prinsipnya dibuat dan dilaksanakan secara konsisten yang diorentasikan bagi
mereka sendiri.
Modal social sebagimana yang dirumuskan oleh tim peneliti Fisipol UGM
(Eddy Mahati,2002: 38),bahwa modal social terdiri atas tiga level yaitu :
1. Level nilai kultur dan persepsi
Pada level ini modal social bisa berbentuk simpati, rasa memiliki,
kewajiban ,percaya ,pertukaran dan pengakuan serta penerimaan timbale balik.
2. Level institusi
Pada level institusi modal social dapat berupa keterangan yang mapan
(civil agreement) kebiasaan yang melembaga, asosiasi jaringan social.
3. Level mekanisme
Pada level mekanisme modal social bisa berupa perilaku kerjasama atau
institusi yang sinergi satu samal lain.
Dari ketiga pendapat mengenai defenisi modal social maka dapat
disimpulkan secara sederhana bahwa modal social adalah :
1. Sebuah proses interaksi dalam masyarakat yang timbul berdasarkan
kesepakatan bersama.
2. Kepentingan bersama
3. Mengandung sanksi
4. Hubungan timbal balik
5. Kesadaran kritis masyarakat dengan intervensi pemerintah yang minimal.
6. Mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam pengertian diatas dapat ketahui bahwa seluruh masyarakat memiliki
modal social : perbedaan-perbedaan yang nyata diantara mereka berkaitan dengan apa
yang mungkin disebut sebagai radius kepercayaan yaitu norma-norma kooperatif
seperti kejujuran dan kesedian untuk menolong yang bisa dibagi diantara kelompok-
kelompok tertentu didalam masyarakat dan bukan dengan kelompok yang lainnya
dalam masyarakat yang sama .
Seperti yang di katakan Putman(dalam Sutoro Eko,2004:154) tentang modal
sosial ,maka berbagai bentuk kerakteristik nilai-nilia serta norma yang ada dalam
suatu komunitas dapat digolongkan sebagai modal sosial. modal sosial mengacu pada
nilai-nilai kolektifitas komunitas seperti kemampuan, kebersamaan, keberdayaan,
saling percaya (trust), saling tergantung, kerjasama, kekeluargaan, persaudaraan, rasa
aman dalam mencari rezeki, rasa memiliki tanah dan kampung sendiri.
4. Gotong royong
Menurut Sartono Kartodirjo, (dalam Nat J. Coletta dan Umar Kayam,
1987: 254) bahwa gotong royong merupakan suatu bentuk saling menolong yang
berlaku di desa Indonesia. Selain itu, gotong royong merupakan bentuk solidaritas
masyarakat agraris tradisional. yaitu masyarakat yang terikat dengan satu sama lain
berdasarkan relasi sosial yang disebut ikatan primordial,yaitu lewat ikatan keluarga.
Spirit awal gotong –royong adalah suatu etos masyarakat untuk melakukan
kerja sama untuk tujuan menyelesaian persoalan bersama dengan pola kerja saling
meringankan beban demi mencapai kesejahteraan bersama, munculnya gotong
royong atau sambatan ditengah- tengah kehidupan masyarakat karena didasarkan atas
suatu sudut pandang bersama sehingga gotong –royong merupakan hal yang vital
dikehidupan masyarakat Indonesia hingga merupakan hal yang sangat penting.
(Sartono Kartodirjo,1987:44)
Didalam sosiologi, fenomena gotong royong sebagaimana yang umum
terdapat dikalangan petani Jawa dapat dikatagorikan sebagai suatu bentuk kerja sama,
yakni jenis kerja sama langsung(direct cooperation). Dalam kerja sama langsung ini
tidak dikenal upah dalam bentuk uang, tidak dikenal harga tenaga kerja dalam artian
ekonomik. imbalan yang dikenal adalah dalam bentuk balas jasa berupa tenaga.
Menurut Soedtijo Sosrodiharjo(dalam Rahardjo,2002:32) menyebutkan
bahwa gotong rotong merupakan system barter tenaga. System tenaga barter ini
umum terdapat dikalangan petani yang belum terkena pengaruh ekonomi uang.
Selain itu, dalam analisis Boeke(dalam Rahardjo,2002:32) menyatakan
bahwa masyarakat petani belum mengenal ekonomi uang (kapitalisme) semacam itu
digolongkan sebagai masyarakat petani prakapitalistik. Ini berarti bentuk kerja sama
seperti gotong royong itu memang terdapat hampir di semua daerah di Indonesia,
khususnya daerah-daerah dengan latar belakang agraris subsisten-tradisonal yang
kuat. Kenyataan semacam inilah yang menjadi dasar pemahaman bahwa gotongroyong merupakan kepribadian bangsa indoensia.
E. METODE PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu
anatar suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. (Koentjaraningrat, 1989 : 29).
Penelitian ini hanya pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan
atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga brsifat sekedar untuk mengungkapkan.
(Hadari Nawawi, 1993 : 31)
Hasil penelitian ditekankan pada usaha memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Akan tetapi untuk
mendapat manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini. Sering kali disamping
pengungkapan fakta juga dilakukan pemberian interpretasi yang lebih kuat.
Melalui uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri metode deskriptif adalah :
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian
dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang ade-quet (Hadari Nawawi,
1993 : 63-64).
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Obyek Penelitian
Pada penelitian, obyek penelitian sangat penting untuk menyusun dan
menyampaikan rencana kegiatan sehingga dapat berjalan dengan baik, teratur dan
sistematis dengan demikian akan memudahkan dalam melakukan segala
aktivifitas untuk membatasi ruang lingkup pembahasan obyek penelitian.
Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah Fenomena
bertahannya Tradisi Gotong –royong di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec.
Kokap kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y.
b. Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989 : 33) :
Konsep yakni istilah definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak : kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial.
Ada dua jenis konsep ; pertama, konsep-konsep yang jelas hubungannya
dengan fakta atau realitas yang mereka wakili; dan kedua, konsep-konsep yang
lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas.
Jadi Definisi konsep dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Fonemena adalah suatu bentuk keadaan dan peristiwa yang dapat diamati.
2.
Solidaritas adalah bentuk kerja sama yang memiliki nilai moral terhadap
masyarakat.
3.
Modal social adalah suatu bentuk modal sosial yang dimiliki oleh
masyarakat untuk dapat terjalinnya kerjasama.
4.
Gotong –royong adalah suatu bentuk kerja sama dan saling tolong
menolong yang secara langsung tidak mengenal upah dalam bentuk uang.
5.
Sambatan adalah istilah tradisi jawa yang berarti sebuah gotong royong
bersama masyarakt dalam pembangunan.
c. Definisi Operasional
Definisi Operasional, yaitu definisi yang menunjukkan indikator-indikator
suatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya (Tatang M. Amirin, 1995:
63).
Agar varibel yang masih bersifat abstarak dapat diteliti maka perlu
dihubungkan dengan kejadian nyata agar dapat diobservasi. Sehingga pada
pebelitian ini definisi operasionalnya adalah :
1. Bentuk tradisi gotong royong “sambatan”.
2. Keterlibatan masyarakat dalam bergotong royong.
3. Bentuk reward atau penghargaan dalam kegiatan gotongroyong.
4. Panismen atau sanksi yang tidak mengikuti gotong royong.
5. Kendala –kendala didalam bergotong royong.
6. Upaya mempertahankan gotong-royong.
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah narasumber yang dijadikan sebagai informan
atau responden untuk mendapatkan informasi serta data yang diperlukan dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini ada 10 informan yang dijadikan sebagai penelitian
yaitu Perangkat Desa, Kepala Dusun, Rw, RT dan Masyarakat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data untuk
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu:
1) Observasi
James A. Black dan Dean J. Champion (2001: 286) menjelaskan
pengertian observasi secara sempit, ialah mengamati (watching) dan
mendengar (listening) perilaku seseorang selam beberapa waktu tanpa
melakukan manipulasi atau pengendalian, serta mencatat penemuan yang
memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat
penafsiran analisis.
Dalam Observasi tersebut, penelitian yang digunakan yaitu dengan
meninjau secara langsung objek penelitian, pengamatan dan pencacatan dari
hasil data yang diteliti, nyata serta untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan.
2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Deddy Mulyana,
2002 : 180).
Dalam melakukan wawancara minimal dilakukan oleh dua pihak
yaitu pihak pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaanpertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.Wawancara ini
berfungsi untuk memperoleh data secara langsung dari responden
mengenai masalah yang diteliti.
3) Dokumentasi
Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari penyidik.
(Maxy J. Moleong, 1994: 161).
Melalui pengertian tersebut, dokumnentasi dapat dipahami sebagai
pengumpulan data dengan membaca, dan mengamati bahan-bahan tertulis
yang sudah ada mengenai hal-hal yang terdapat pada obyek peneliti.
5. Teknik Analisi Data
Menurut Noeng Muhadjir (1990:183) Analisis data adalah upaya mencari
dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya
untuk meningkatkankan pemahaman peneliti tntang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagi temuan bagi orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data yang bersifat
kualitatif. Penelitian Kualitatif menurtut Bogdan dan Taylor (dalam Laxy J.
Moeloeng 1994: 3) “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati”.
Interview Guide
PERANGKAT DESA
Nama
Pekerjaan
Jabatan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
1.
2.
3.
4.
:
:
:
:
:
:
:
:
Sejak kapan bapak menjabat perangkat desa? 1984Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di desa hargerejo?
Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?
Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin dilaksanakan
gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
KEPALA DUSUN
Nama
Pekerjaan
Umur
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
1.
2.
3.
4.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sejak kapan bapak menjabat Kepala Dusun ?
Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan?
Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?
Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin
dilaksanakan gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
KEPALA RW 20
Nama Responden
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Tempat Tinggal
:
Tingkat Pendidikan
:
Tanggal
:
Jam
:
1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RW? 2010
2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan?
3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong? Gotong fisik
4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong?dan apakah masih rutin
dilaksanakan gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
KEPALA RT
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat pendidikan
Tanggal
Jam
:
:
:
:
:
:
:
:
1.
2.
3.
4.
Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RT?
Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan?
Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?
Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin
dilaksanakan gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
MASYARAKAT
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
:
:
:
:
:
:
:
:
1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang ada diusun tersebut? Seperti apa
bentuknya, hari apa saja dan apakah masih rutin dilaksanakannya.
2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong? Gotong royong apa yang
anda ikuti!
3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?
4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat kapan dan kenapa!
5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam bergotong royong?
7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?
seperti apa sanksinya!
8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong royong?sumbangan seperti
apa!
9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan gotong rotong?
10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini masih ada?
11. Harapan anda untuk kedepannya agar gotong-royong semakin erat silaturahmi ?
Interview Guide
MASYARAKAT
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
:
:
:
:
:
:
:
:
1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang ada diusun tersebut? Seperti apa
bentuknya, hari apa saja dan apakah masih rutin dilaksanakannya.
2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong? Gotong royong apa yang
anda ikuti!
3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?
4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat kapan dan kenapa!
5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam bergotong royong?
7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?
seperti apa sanksinya!
8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong royong?sumbangan seperti
apa!
9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan gotong rotong?
10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini masih ada?
11. Harapan anda untuk kedepannya agar gotong-royong semakin erat silaturahmi ?
FENOMENA BERTAHANNYA TRADISI GOTONG ROYONG
(Suatu Penelitian Diskriptif Kualitatif
di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y)
Disusun Oleh
MUHAMAD ARDI
NIM 11510058
PROGRAM ILMU SOSIATRI
SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”
YOGYAKARTA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dikatakan makhluk sosial untuk hidup berkelompok dengan orang lain.
Manusia memiliki kebutuhan untuk mencari kawan atau teman dengan orang lain ,sering
didasarkan atas kesamaan ciri atau kepentingan masing-masing. Cenderung untuk hidup
berkelompok saling berhubungan atau berkomunikasi dengan orang lain, saling
mempengaruhi dan hidup dalam satu ruang sosial atau medan sosial. Di dalam ruang
sosial atau medan sosial akan tercipta kesamaan,toleransi,solidaritas dan gotong-royong
antar satu dengan yang lain.
Sejak individu-individu membentuk sebuah komunitas sosial, agaknya kesadaran
untuk menciptakan keselarasan bersama sudah menjadi keniscayaan. Perkembangan
selanjutnya
dengan
adanya
semangat
kebersamaan
itu
tumbuhlah
bibit-bibit
keharmonisan yang terwujud modal sosial (social capital). Modal sosial kemudian
menjadi potensi local yang secara interen ada terkait persemaian yang intens dan kontinu
atas interaksi yang berkembang secara sehat. (Mudiyono,dkk,2005 : 254)
Selama ini wacana yang berkembang pada masyarakat kita bahwa maju tidaknya
masyarakat kita diukur dari kepemilikan modal, modal itu secara sempit hanya mencakup
modal uang,modal alam dan modal manusia. Wacana seperti itu, maka sering kali kita
melupakan bahwa sebenarnya masyarakat kita juga memiliki modal sosial.
Pengalaman senantiasa mengajarkan bahwa hidup bermasyarakat jauh lebih
menari, menguntungkan, efesien, dan efektif bila dibandingkan dengan hidup seseorang
diri. Semenjak itu pula, setiap orang sudah mulai belajar memiliki tanggung jawab sosial
dan bersikap toleran terhadap orang lain. Oleh karna itu, semua kenyataan yang kini
dihadapi diterimanya sebagai suatu konsekuensi logis bahwa untuk menjaga
kelangsungan hidupnya kita membutuhkan kerja sama dengan orang banyak yang
kemudian mengikat diri dalam suatu kontinuitas pola kerjasama yang terdapat dalam
hubungan antar anggota masyarakat tersebut.
(Mudiyono, dkk, 2005 : 259)
Didalam masyarakat terdapat berbagai bentuk ikatan sosial yang berfungsi dengan
baik. Baik itu ikatan antar orang dalam berbagai bentuknya maupun ikatan antar
kelompok. ikatan ini membentuk suatu jaringan yang didasarkan pada berbagai prinsip.
Hubungan ke-tetangga yang baik didalam masyarakat dapat menjadi basis yang
kuat di dalam menggalang kekuatan serta mobilisasi dana dan tenaga kerja, ikatan
semacam itu bisa mendasari adanya kohesi sosial dan solidaritas dalam masyarakat,
sebagai ikatan yang kuat untuk menghadapi berbagai persoalan.
Selanjutnya kemampuan masyarakat untuk bekerja sama demi mencapai tujuan
bersama didalam berbagai komunitas disebut modal sosial. kemampuan bekerjasama
muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian paling kecil
dalam masyarakat. modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok
yang paling kecil ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti Negara.
Selaras dengan laju percepatan modernisasi dan urbanisasi yang mengakibatkan
terbukanya desa secara fisik dan kultur, ternyata lahir pula dampak pada struktur
sosialnya, sehingga memperlemah pola relasi dan sendi-sendi kehidupan masyarakat
tradisional-pedesaan.
Dewasa ini, pembangunan desa bergerak cepat kedalam sistem ekonomi yang
tidak lagi bersifat subsisten. Kenyataannya, desa telah bergeser dan meninggalkan corak
moral ekonomi yang menekankan prinsip-prinsip subsisten, keamanan, kebersamaan
bekerja, atau safety firt dan komunal. Sebagaimana ditegaskan James C.Scott,(1979: 267)
bahwa ketika budaya industrial atau teknologi pertanian masuk, tak bisa dielakkan bahwa
desa turut mengalami pergeseran ke arah proses individualisasi dan corak hubungan
kontaktual, komersial, dan kapitalistik.
Selain pola itu, terjadi pula disorganisasi pada sejumlah pranata sosial dan
kelembagaan di pedesaan yang dapat menganggu pola hubungan kekerabatan dan
harmonitas sosial karena tidak berfungsinya lagi struktur dan lembaga-lembaga sosial
yang ada pada akhirnya ,perubahan ini mendorong transformasi struktural disertai dengan
pergeseran-pergeseran peran kepemimpinan dan hubungan kerja patron dan klien, karena
timbulnya pola kepemimpinan dan hubungan-hubungan kerja baru Djokosuryo,(dalam
sumarjono dkk,1994: 268)
Sejak budaya industri dan tehnologi masuk ke indonesia kehidupan masyarakat
mengalami pergeseran, kehidupan yang individual. disaat ada kerja bakti maupun
pembangunan didesa masih ada sebagian masyarakat tidak mengikuti kegiatan
bergotong-royong di lingkungan.
Secara sederhana soal rembug desa yang biasa mengawali adanya hajatan warga,
yaitu dalam membangun rumah, selokan atau jalan desa, sekarang telah tergantikan,
sebab jalan desa, pembuatan saluran irigasi telah menjadi paket-paket proyek anggaran
yang dikerjakan oleh pemborong. gotong royong membangun rumah Sudah jarang
ditemui ada warga tanpa pamrih bekerjasama membangun rumah salah satu warganya.
Sekarang, untuk bekerja, setidaknya si pemilik rumah harus menyediakan dana untuk
memberi upah.
Nilai-nilai telah terkomersialisasikan, dari kerja dengan penuh kerelaan menjadi
kerja dengan motivasi memperoleh upah (uang). (http://fathuraljufri.blogspot.com)
Namun, yang perlu dipertanyakan selama kehidupan masyarakat bergeser
menjadi individualisme mengapa masih ada nilai gotong royong dalam masyarakat,
sedangkan kehidupan masyarakat sekarang sudah modern, tidak memiliki nilai kerja
sama, solidaritas sosial terhadap pembangunan dilingkungannya. Oleh karna itu, penulis
tertarik untuk mengetahui “Fenomena Bertahannya Tradisi Gotong-Royong “di Dusun
Kliripan.
B. Rumusan masalah
Untuk mengadakan suatu penelitian perlu dikemukakan masalah terlebih dahulu
agar penelitiannya nanti akan menjurus pada pokok permasalahan atau sasaran yang
ditemukan . sebelum penyusun menarik suatu rumusan permasalahan atau terlebih dahulu
perlu diketahui maksud dari masalah itu sendiri menurut Winarno Surakhmad (1990 : 34)
“Masalah adalah setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya”
Sedangkan menurut Lincold dan Guba (dalam Maxy J. Moleong 1994: 62) “Masalah
adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua factor atau lebih yang
menghasilkan situasi yang membingungkan”.
Dari pendapat tersebut, masalah adalah kesulitan atau keadaan yang harus
dihadapi dan perlu dicari jalan pemecahan atau jalan untuk mengatasinya. Sesuai dengan
latar belakang masalah tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Mengapa tradisi gotong royong “sambatan “ masih bertahan di Dusun Kliripan
Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?
b. Apa faktor –faktor yang mendukung bertahannya tradisi gotong –royong
“sambatan” di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo ?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan penelitian
Setiap sesuatu yang dilakukan tentu saja memilki tujuan, begitupun suatu
penelitian yang kami lakukan mempunyai tujuan, yaitu:
a. Untuk mengetahui fonemena bertahanya tradisi gotong royong “sambatan” di
Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon Progo.
b. Untuk mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi bertahannya tradisi
gotong royong di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec. Kokap Kab. Kulon
Progo.
2. Manfaat penelitian
Tiap penelitian harus diyakini kegunaannya bagi pemecahan masalah yang
diselidiki. Untuk itu perlu dirumuskan secara jelas tujuan penelitian yang bertitik
tolak dari permasalahan yang diungkap. Suatu penelitian hendaknya harus mampu
memberikan manfaat praktis pada kehidupan masyarakat.
Melalui penelitian ini penulis sangat berharap dapat memberikan berbagai
manfaat :
a. Manfaat penulis
Untuk menambah wawasan dilapangan dan menambah ilmu pengetahuan
b. Manfaat akademik
1) Mengetahui keadaan nyata didalam masyarakat yang berhubungan dengan
pengembangan teori –teori yang digunakan agar tetap konsisten.
2) Mengusahakan agar dapt menambah hal- hal yang baru dalam bidang ilmu
pengetahuan.
3) Meningkatkan kualitas dan efesien dari ilmu pengetahuan melalui
penelitian.
c. Bagi masyarakat
1) Terjadi Kegiatan gotong royong (kerja bakti)
2) Diharapkan terbentuknya pikiran bagi pemuda untuk ikut serta dalam
kegiatan tersebut.
D. Kerangka teori
Dalam suatu penelitian teori merupakan hal yang sangat penting sehingga
masalah yang diteliti tidak menyimpang dari tujuan yang ditemukan. Dengan demikian
teori berfungsi sebagai landasan dalam penelitian. Sebelum membahas lebih lanjut
tentang teori ini baiknya lebih dahulu memahami apa maksud teori itu.
Masri singarimbun dan sofian effendi (1989: 37) berpendapat bahwa :
Teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis
dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep.
Pertanyaan tersebut diatas menunjukkan bahwa teori merupakan saran informasi
ilmiah yang sangat umum dan paling luas cakupannya. Dengan teori dapat diperoleh
pertanyaan hubungan sistematis suatu fenomena dengan teori maka suatu tujuan akan
dicapai.
Untuk mewujudkan suatu tujuan atau perencanaan, perhitungan –perhitungan dan
perkiraan diperlukan landasan teori yang sangat agar permasalahan ataupun sasaran yang
akan dicapai dapat terwujud, maka penyusun menguraikan beberapa hal yang berkaitan
dengan obyek penelitian yaitu :
1. Fenomena
Fenomena adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan pancaindra dan dapat
diterangkan dan di nilai secara ilmiah. (Meity Taqdir Qodratilah,2011: 123)
Adapun beberapa Fenomena diartikan sebagai berikut :
a. Fenomena diartikan sebagai sesuatu yang luar biasa dan keajaiban.
b. Fenomena diartikan sebagai fakta dan kenyataan.
Kata fenomena juga diartikan sebagai keadaan yang sebenarnya dari suatu
urusan atau perkara,keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang
atau suatu hal, soal dan perkara.(http://www.artikata.fenomena.com/arti-333239kasus.html)
2. Solidaritas sosial
Solidaritas sosial secara umum merupakan berpaut bersama-sama,setiakawan,
rasa bersatu dalam kepentingan, kehendak dan perbuatan. (Y.B. Suparlan,1983: 142)
Solidaritas adalah kesetiaan atau perasaan sepenanggungan.(Meity Taqdir
Qodratilah,2011: 505)
Menurut E.Durkheim(dalam Rahardjo, 2002: 32)bahwa solidaritas yang
menjadi dasar integrasi kelompok masyarakat semacam ini adalah solidaritas yang
didasarkan atas kesamaan di antara anggota-anggotanya. Bila masyarakat berubah,
dan perubahan itu mengakibatkan hilangnya properti yang mengkondisikan
eksistensinya kerja sama langsung, dengan sandiri sifat atau bentuk kerja sama
langsung itupun akan semakin mengabur atau bahkan menghilang.
Selain itu, Solodaritas mempunyai dua tipe ,perbedaan keduanya bersifat
evolusionistis dalam arti bahwa yang kedua adalah perkembangan dari yang pertama.
Corak yang pertama yaitu :
a) Solidaritas mekanisme
Didalam solidaritas mekanisme masyarakat tradisional bersifat “mekanis”
dan dipersatukan oleh kenyataan bahwa setiap orang lebih kurang sama, dan
karenanya mempunyai banyak kesamaan di antara sesamanya. Dalam masyarakat
tradisional , kata Durkheim, kesadaran kolektif sepenuhnya mencakup kesadaran
individual norma –norma sosial kuat dan perilaku sosial diatur dengan rapi.
Dalam masyarakat yang “mekanis”. Misalnya para petani gurem hidup dalam
masyarakat yang swa-sembada dan terjalinnya oleh warisan bersama serta
pekerjaan yang sama. Selain itu, Durkheim menghubungkan jenis solidaritas pada
suatu masyarakat tertentu dengan dominasi dari suatu system hukum. Ia
menemukan bahwa masyarakat yang memiliki solidaritas mekanis hukum sering
kali bersifat represif: pelaku suatu kejahatan atau perilaku penyimpang akan
terkena hukuman, dan hal itu akan membalas kesadaran kolektif yang dilanggar
oleh kejahatan itu; hukuman itu bertindak lebih untuk mempertahankan keutuhan
kesadaran. (Abdullah dan leeden,1986: 13-14)
b) Solidaritas organik
Didalam masyarakat modern, demikian pendapatnya, ataupun pembagian
kerja yang sangat kompleks dapat menghasilkan solidaritas ‘organik’. Spesialisasi
yang berbeda- beda dalam bidang pekerjaan maupun peranan sosial dapat
menciptakan ketergantungan yang mengikat orang kepada sesamanya, karena
mereka tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Dalam masyarakat
modern yang ‘organik’, para pekerja memperoleh gaji dan harus mengandalkan
orang lain yang mengkhususkan diri dalam produk-produk tertentu (bahan
makanan ,pakaian ,dll) untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dalam masyarakat
yang memiliki solidaritas organik, hukum bersifat restitutif: ia bertujuan bukan
untuk menghukum melainkan untuk memulihkan aktivitas normal dari suatu
masyarakat yang kompleks. ( Abdullah dan Leeden,1986: 13- 14)
3. Modal sosial
Istilah Modal sosial sebenarnya memilki makna yang tersendirinya khusunya
berkaitan dengan Modal sosial dimasyarakat. Maka berikut pengertian Modal sosial
yang telah diluncurkan lebih dari 80 tahun. menurut(Lyda Judson Hanifan,1920: 8)
dalam community center. Ia mendefenisikan modal sosial sebagai kenyataan yang
memiliki warga, dapat berupa kehendak baik,simpati,persehabatan ,hubungan sosial
antar individu dan antar keluarga yang dapat membantu-mengatasi persoalan warga
masyarakat. Dengan konteks demikian ,hubungan sosial yang baik antar anggota
masyarakat menciptakan jejaring yang bersifat mutualis, dan bahkan mengalahkan
individualitas yang biasanya melengkapi kerakteristik budaya barat.
Kemudian makna Modal Sosial menurut Hanifan C,Grootaert,(1977: 8) bahwa
Modal sosial dimaknai sebagai kemampuan sesorang untuk memanfaatkan berbagai
keunggulan jaringan sosial atau struktur sosial dimana ia menjadi anggotanya.
Dengan demikian ia membagi menjadi tiga tataran yaitu :
1. Makro (Negara)
Pada tataran Modal sosial Makro meliputi institusi-institusi seperti
pemerintah,aturan hukum, kebebasan sipil dan politik.
2. Mikro (individu dan keluarga)
Pada tataran Mikro Modal sosial berkenaan dengan norma-nilai yang
mengatur interaksi diantara individu dan keluarga.
3. Meso (komunitas)
Pada tataran Meso (komunitas), Modal sosial yang dapat mengejawantah
dalam berbagai tradisi, kebiasaan dengan rasionalitasnya masing-masing.
Selanjutnya pemahaman menurut Coleman,(1988-1990: 8) bahwa aspek
Modal sosial tidak saja bersifat horizontal, melainkan asosiasi vertical dengan
kerakteristik relasi hirarkhis dan distribusi kekuasaan yang tidak seimbang diantara
anggotanya.
Modal social merupakan kekuatan yang mampu membangun civil community
yang dapat meningkatkan pembangunan partisipatif, dengan demikian basis modal
social adalah trust, ideology dan religi. modal social dapat dicirikan dalam bentuk
kerelaan individu untuk mengutamakan keputusan komunitas . dampak dari kerelaan
ini akan menumbuhkan interaksi komulatif yang menghasilkan kinerja yang
mengandung : nilai social, menurut francis fukuyama,(1995: 9) mengilustrasikan
modal social dam trust, believe and vertrawen artinya bahwa pentingya kepercayan
yang mengakar dalam faktor cultural, etika dan moral. Trust muncul maka komunitas
membagikan sekumpulan nilai- nilai moral, sebagai jalan untuk menciptakan
penghargaan umum dan kejujuran , ia juga menyatakan bahwa asosiasi dan jaringan
local sungguh mempunyai dampak positif bagi peningkatan kesejahteraan ekonomi
dan pembangunan local serta memainkan peran penting dalam manajemen
lingkungan.
Dalam buku ini menggugah kesadaran kita untuk menciptakan basis ekonomi
yang kuat dan tahan lama. Dalam konteks ini Negara tidak saja mengandalkan
sumber daya alam dan modal uang (financial capital) melainkan modal sosial (social
capital). Elemen modal sosial saat ini haruslah digali dan dikembangkan secara
berkesinambungan, baik sikap, sifat saling percaya dan dipercaya, baik dalam bentuk
relasi vertikal/horizontal, sehingga bangsa tersebut layak dipredikati high trust
society.
Menurut James S. Colemen,(1998: 9) menegaskan modal social sebagai alat
untuk memahami aksi social secara teorotis yang mengkombinasikan perspektif
sosiologis dan ekonomi. Ia bertujuan untuk mengintrodusir pemikiran ekonomi
tentang prinsip-prinsip tindakan rasional dan diaplikasikan dalam analisis system
social. Modal social terdiri dari 3 bentuk :
1. Kewajiban dan pengharapan yang bergantung pada lingkungan social yang layak
dipercaya (trustworthiness).
2. Kapabilitas informasi yang mengalir dalam struktur social supaya menyediakan
media/sarana untuk bertindak.
3. Kehadiran norma-norma social yang disertai dengan sanksi efektif.
Sedikit berbeda dengan Ismail Sarageldin (dalam Paul Collier,1998: 9) dalam
social capital and poverty menyatakan bahwa modal social disebut “social” karena
modal sosial selalu melibatkan masyarakat dan menjadikan bermasyarakat dan juga
karena modal sosial muncul bukan dari interaksi pasar meskipun mempunyai efek
ekonomis. Mereka memberikan klafikasi modal sosial , misalnya interaksi sosial yang
tahan lama (tetapi hubungan searah): pengajaran ,perdagangan, tetapi ada juga yang
pola hubungan resiprokal/timbale balik : yaitu jaringan sosial /asosiasi ,dan ada juga
modal sosial yang mempunyai efek tahan lama (tapi hubungan yang searah), yaitu :
kepercayaan,rasa hormat,imitasi : sedangkan yang berpola hubungan timbal balik
adalah gosip ,reputasi, pooling ,norma sosial,peranan sosial dan koordinasi.
Kemudian menurut Heri Sangkot Marisi Lubis,(2002:19) bahwa Modal social
sebagai intitusi social ( jaringan social dan kelembagaan) pola hubungan antar
masyarakat , norma-norma yang disepakati sejak kelompok masyarakat itu ada,
berkembang serta pembagian peran dan kekuasaan diantara warga masyarakat dan
pada prinsipnya dibuat dan dilaksanakan secara konsisten yang diorentasikan bagi
mereka sendiri.
Modal social sebagimana yang dirumuskan oleh tim peneliti Fisipol UGM
(Eddy Mahati,2002: 38),bahwa modal social terdiri atas tiga level yaitu :
1. Level nilai kultur dan persepsi
Pada level ini modal social bisa berbentuk simpati, rasa memiliki,
kewajiban ,percaya ,pertukaran dan pengakuan serta penerimaan timbale balik.
2. Level institusi
Pada level institusi modal social dapat berupa keterangan yang mapan
(civil agreement) kebiasaan yang melembaga, asosiasi jaringan social.
3. Level mekanisme
Pada level mekanisme modal social bisa berupa perilaku kerjasama atau
institusi yang sinergi satu samal lain.
Dari ketiga pendapat mengenai defenisi modal social maka dapat
disimpulkan secara sederhana bahwa modal social adalah :
1. Sebuah proses interaksi dalam masyarakat yang timbul berdasarkan
kesepakatan bersama.
2. Kepentingan bersama
3. Mengandung sanksi
4. Hubungan timbal balik
5. Kesadaran kritis masyarakat dengan intervensi pemerintah yang minimal.
6. Mencapai kesejahteraan bersama.
Dalam pengertian diatas dapat ketahui bahwa seluruh masyarakat memiliki
modal social : perbedaan-perbedaan yang nyata diantara mereka berkaitan dengan apa
yang mungkin disebut sebagai radius kepercayaan yaitu norma-norma kooperatif
seperti kejujuran dan kesedian untuk menolong yang bisa dibagi diantara kelompok-
kelompok tertentu didalam masyarakat dan bukan dengan kelompok yang lainnya
dalam masyarakat yang sama .
Seperti yang di katakan Putman(dalam Sutoro Eko,2004:154) tentang modal
sosial ,maka berbagai bentuk kerakteristik nilai-nilia serta norma yang ada dalam
suatu komunitas dapat digolongkan sebagai modal sosial. modal sosial mengacu pada
nilai-nilai kolektifitas komunitas seperti kemampuan, kebersamaan, keberdayaan,
saling percaya (trust), saling tergantung, kerjasama, kekeluargaan, persaudaraan, rasa
aman dalam mencari rezeki, rasa memiliki tanah dan kampung sendiri.
4. Gotong royong
Menurut Sartono Kartodirjo, (dalam Nat J. Coletta dan Umar Kayam,
1987: 254) bahwa gotong royong merupakan suatu bentuk saling menolong yang
berlaku di desa Indonesia. Selain itu, gotong royong merupakan bentuk solidaritas
masyarakat agraris tradisional. yaitu masyarakat yang terikat dengan satu sama lain
berdasarkan relasi sosial yang disebut ikatan primordial,yaitu lewat ikatan keluarga.
Spirit awal gotong –royong adalah suatu etos masyarakat untuk melakukan
kerja sama untuk tujuan menyelesaian persoalan bersama dengan pola kerja saling
meringankan beban demi mencapai kesejahteraan bersama, munculnya gotong
royong atau sambatan ditengah- tengah kehidupan masyarakat karena didasarkan atas
suatu sudut pandang bersama sehingga gotong –royong merupakan hal yang vital
dikehidupan masyarakat Indonesia hingga merupakan hal yang sangat penting.
(Sartono Kartodirjo,1987:44)
Didalam sosiologi, fenomena gotong royong sebagaimana yang umum
terdapat dikalangan petani Jawa dapat dikatagorikan sebagai suatu bentuk kerja sama,
yakni jenis kerja sama langsung(direct cooperation). Dalam kerja sama langsung ini
tidak dikenal upah dalam bentuk uang, tidak dikenal harga tenaga kerja dalam artian
ekonomik. imbalan yang dikenal adalah dalam bentuk balas jasa berupa tenaga.
Menurut Soedtijo Sosrodiharjo(dalam Rahardjo,2002:32) menyebutkan
bahwa gotong rotong merupakan system barter tenaga. System tenaga barter ini
umum terdapat dikalangan petani yang belum terkena pengaruh ekonomi uang.
Selain itu, dalam analisis Boeke(dalam Rahardjo,2002:32) menyatakan
bahwa masyarakat petani belum mengenal ekonomi uang (kapitalisme) semacam itu
digolongkan sebagai masyarakat petani prakapitalistik. Ini berarti bentuk kerja sama
seperti gotong royong itu memang terdapat hampir di semua daerah di Indonesia,
khususnya daerah-daerah dengan latar belakang agraris subsisten-tradisonal yang
kuat. Kenyataan semacam inilah yang menjadi dasar pemahaman bahwa gotongroyong merupakan kepribadian bangsa indoensia.
E. METODE PENELITIAN
1.
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian yang bersifat deskriptif bertujuan menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan
frekuensi atau penyebaran suatu gejala atau frekuensi adanya hubungan tertentu
anatar suatu gejala dan gejala lain dalam masyarakat. (Koentjaraningrat, 1989 : 29).
Penelitian ini hanya pada usaha mengungkapkan suatu masalah atau keadaan
atau peristiwa sebagaimana adanya sehingga brsifat sekedar untuk mengungkapkan.
(Hadari Nawawi, 1993 : 31)
Hasil penelitian ditekankan pada usaha memberikan gambaran secara obyektif
tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang diteliti. Akan tetapi untuk
mendapat manfaat yang lebih luas dalam penelitian ini. Sering kali disamping
pengungkapan fakta juga dilakukan pemberian interpretasi yang lebih kuat.
Melalui uraian diatas dapat disimpulkan ciri-ciri metode deskriptif adalah :
a. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada saat penelitian
dilakukan (saat sekarang) atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
b. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang ade-quet (Hadari Nawawi,
1993 : 63-64).
2. Ruang Lingkup Penelitian
a. Obyek Penelitian
Pada penelitian, obyek penelitian sangat penting untuk menyusun dan
menyampaikan rencana kegiatan sehingga dapat berjalan dengan baik, teratur dan
sistematis dengan demikian akan memudahkan dalam melakukan segala
aktivifitas untuk membatasi ruang lingkup pembahasan obyek penelitian.
Pada penelitian ini yang menjadi obyek penelitian adalah Fenomena
bertahannya Tradisi Gotong –royong di Dusun Kliripan Desa Hargorejo Kec.
Kokap kab. Kulon Progo Provinsi D.I.Y.
b. Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1989 : 33) :
Konsep yakni istilah definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara
abstrak : kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian
ilmu sosial.
Ada dua jenis konsep ; pertama, konsep-konsep yang jelas hubungannya
dengan fakta atau realitas yang mereka wakili; dan kedua, konsep-konsep yang
lebih abstrak atau lebih kabur hubungannya dengan fakta atau realitas.
Jadi Definisi konsep dalam penelitian ini, yaitu:
1.
Fonemena adalah suatu bentuk keadaan dan peristiwa yang dapat diamati.
2.
Solidaritas adalah bentuk kerja sama yang memiliki nilai moral terhadap
masyarakat.
3.
Modal social adalah suatu bentuk modal sosial yang dimiliki oleh
masyarakat untuk dapat terjalinnya kerjasama.
4.
Gotong –royong adalah suatu bentuk kerja sama dan saling tolong
menolong yang secara langsung tidak mengenal upah dalam bentuk uang.
5.
Sambatan adalah istilah tradisi jawa yang berarti sebuah gotong royong
bersama masyarakt dalam pembangunan.
c. Definisi Operasional
Definisi Operasional, yaitu definisi yang menunjukkan indikator-indikator
suatu gejala sehingga memudahkan pengukurannya (Tatang M. Amirin, 1995:
63).
Agar varibel yang masih bersifat abstarak dapat diteliti maka perlu
dihubungkan dengan kejadian nyata agar dapat diobservasi. Sehingga pada
pebelitian ini definisi operasionalnya adalah :
1. Bentuk tradisi gotong royong “sambatan”.
2. Keterlibatan masyarakat dalam bergotong royong.
3. Bentuk reward atau penghargaan dalam kegiatan gotongroyong.
4. Panismen atau sanksi yang tidak mengikuti gotong royong.
5. Kendala –kendala didalam bergotong royong.
6. Upaya mempertahankan gotong-royong.
3. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian adalah narasumber yang dijadikan sebagai informan
atau responden untuk mendapatkan informasi serta data yang diperlukan dalam
penelitian.
Dalam penelitian ini ada 10 informan yang dijadikan sebagai penelitian
yaitu Perangkat Desa, Kepala Dusun, Rw, RT dan Masyarakat.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini menggunakan tiga teknik pengumpulan data untuk
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, yaitu:
1) Observasi
James A. Black dan Dean J. Champion (2001: 286) menjelaskan
pengertian observasi secara sempit, ialah mengamati (watching) dan
mendengar (listening) perilaku seseorang selam beberapa waktu tanpa
melakukan manipulasi atau pengendalian, serta mencatat penemuan yang
memungkinkan atau memenuhi syarat untuk digunakan kedalam tingkat
penafsiran analisis.
Dalam Observasi tersebut, penelitian yang digunakan yaitu dengan
meninjau secara langsung objek penelitian, pengamatan dan pencacatan dari
hasil data yang diteliti, nyata serta untuk mendapatkan hasil yang
diharapkan.
2) Wawancara
Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
bentuk komunikasi
antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin
memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (Deddy Mulyana,
2002 : 180).
Dalam melakukan wawancara minimal dilakukan oleh dua pihak
yaitu pihak pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaanpertanyaan dan pihak yang diwawancarai (interview) yang memberikan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.Wawancara ini
berfungsi untuk memperoleh data secara langsung dari responden
mengenai masalah yang diteliti.
3) Dokumentasi
Dokumentasi ialah setiap bahan tertulis ataupun film, lain dari
record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan dari penyidik.
(Maxy J. Moleong, 1994: 161).
Melalui pengertian tersebut, dokumnentasi dapat dipahami sebagai
pengumpulan data dengan membaca, dan mengamati bahan-bahan tertulis
yang sudah ada mengenai hal-hal yang terdapat pada obyek peneliti.
5. Teknik Analisi Data
Menurut Noeng Muhadjir (1990:183) Analisis data adalah upaya mencari
dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya
untuk meningkatkankan pemahaman peneliti tntang kasus yang diteliti dan
menyajikannya sebagi temuan bagi orang lain.
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data yang bersifat
kualitatif. Penelitian Kualitatif menurtut Bogdan dan Taylor (dalam Laxy J.
Moeloeng 1994: 3) “sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati”.
Interview Guide
PERANGKAT DESA
Nama
Pekerjaan
Jabatan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
1.
2.
3.
4.
:
:
:
:
:
:
:
:
Sejak kapan bapak menjabat perangkat desa? 1984Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di desa hargerejo?
Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?
Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin dilaksanakan
gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
KEPALA DUSUN
Nama
Pekerjaan
Umur
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
1.
2.
3.
4.
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Sejak kapan bapak menjabat Kepala Dusun ?
Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan?
Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?
Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin
dilaksanakan gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
KEPALA RW 20
Nama Responden
:
Umur
:
Pekerjaan
:
Agama
:
Tempat Tinggal
:
Tingkat Pendidikan
:
Tanggal
:
Jam
:
1. Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RW? 2010
2. Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan?
3. Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong? Gotong fisik
4. Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong?dan apakah masih rutin
dilaksanakan gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
KEPALA RT
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat pendidikan
Tanggal
Jam
:
:
:
:
:
:
:
:
1.
2.
3.
4.
Sejak kapan Bapak menjabat Kepala RT?
Bagaimana menurut Bapak mengenai gotong royong di Dusun Kliripan?
Apa saja bentuk—bentuk Gotong royong?
Apakah ada hari tertentu untuk bergotong-royong? dan apakah masih rutin
dilaksanakan gotong royong.
5. Bagaimana bentuk keterliban masyarakat dalam bergotong –royong?
6. Apa yang mempengarui masyarakat mau ikut dalam bergotong royong?
7. Apakah semua masyarakat ikut dalam bergotong-royong?
8. Mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
9. Apakah masih ada bentuk rewerd atau penghargaan dalam bergotong royong?
10. Seperti apa bentuk rewerd/penghargaannya? Berupa apa!!
11. Adakah sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?seperti apa sanksinya!!
12. Adakah anggaran dalam gotong –royong? dari mana anggaran gotong –royong?
13. Siapa yang menganggarkan sumbangan gotong-royong?
14. Apakah ada sumbangan suka rela dari masyarakat sendiri?
15. Adakah kendala-kendala dalam mempertahankan gotong –royong?
16. Seperti apa bentuk kendala mempertahankan gotong-royong?
17. Apakah menurut Bapak gotong royong sekarang sudah cukup relevan dilaksanakan?
18. Apa yang Bapak lakukan dalam mempertahankan gotong royong?
19. Apa harapan Bapak untuk kedepannya agar tetap bertahan gotong-royong?
Interview Guide
MASYARAKAT
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
:
:
:
:
:
:
:
:
1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang ada diusun tersebut? Seperti apa
bentuknya, hari apa saja dan apakah masih rutin dilaksanakannya.
2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong? Gotong royong apa yang
anda ikuti!
3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?
4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat kapan dan kenapa!
5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam bergotong royong?
7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?
seperti apa sanksinya!
8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong royong?sumbangan seperti
apa!
9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan gotong rotong?
10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini masih ada?
11. Harapan anda untuk kedepannya agar gotong-royong semakin erat silaturahmi ?
Interview Guide
MASYARAKAT
Nama Responden
Umur
Pekerjaan
Agama
Tempat Tinggal
Tingkat Pendidikan
Tanggal
Jam
:
:
:
:
:
:
:
:
1. Menurut anda, apa saja bentuk Gotong royong yang ada diusun tersebut? Seperti apa
bentuknya, hari apa saja dan apakah masih rutin dilaksanakannya.
2. Apakah anda selalu ikut aktif dalam hal bergotong royong? Gotong royong apa yang
anda ikuti!
3. Kenapa anda mau ikut dalam bergotong royong?
4. Apakah anda pernah tidak ikut bergotong royong? pada saat kapan dan kenapa!
5. Menurut anda mengapa masih ada bentuk kerja sama dalam gotong royong ?
6. Apakah anda pernah mendapatkan penghargaan dalam bergotong royong?
7. Apakah anda pernah mendaptkan sanksi apabila tidak mengikuti kegiatan tersebut?
seperti apa sanksinya!
8. Apakah anda pernah sumbangan suka rela dalam gotong royong?sumbangan seperti
apa!
9. Kendala apa yang anda alami selama mengikuti kegiatan gotong rotong?
10. Apa yang anda lakukan agar gotong royong ini masih ada?
11. Harapan anda untuk kedepannya agar gotong-royong semakin erat silaturahmi ?