MAKALAH UNSUR UNSUR PENDIDIKAN ISLAM

UNSUR-UNSUR PENDIDIKAN ISLAM

Mata Kuliah
Dosen Pengampu

: Ilmu pendidikan islam
: Drs. Abdullah Thahir, M.Si

Disusun oleh :
Semester IV.A
Nama : Dayanti
Nim/Nimko : 14010003/8072114003
Semester IV.A
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DDI
PINRANG
TAHUN 2016

UNSUR – UNSUR DASAR PENDIDIKAN ISLAM
1

I.


PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan sebagai salah satu bidang yang paling penting untuk dapat

mempersiapkan SDM untuk menghadapi era globalisasi, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Tanggung jawab Pendidikan semakin tinggi pula yang
disertai tantangan dari lingkungan sendiri, yaitu adanya kesenjangan antara teori dan
peraktek, serta meningkatnya kesadaran konsumen akan kualitas produk (barang dan
jasa). Terkait dengan Pendidikan sebagai salah satu usaha yang terencana untuk
mendewasakan manusia atau menyiapkan sumber daya manusia, maka menjadi
landasan isu yang mendasari kebijakan perintah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi di bidang pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas dan mutu
pendidikan, yang berarti menempatkan kehadiran sekolah sebagai suatu institusi yang
mandiri dalam menyiapkan sumber daya manusia bagi pembangunan. Dalam arti
bahwa beban pendidikan akan semakin berat dalam rangka melakukan proses
pembinaan potensi manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
menjadi modal dasar dalam pembangunan Nasional. Oleh karena itu perlu
pembahasan lebih lanjut mengenai pendidik peserta didik, dan kurikulum dalam
perspektif filsafat pendidikan islam.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Esensi Pendidik dalam perspektif filsafat pendidikan islam?
2. Bagaimana Esensi peserta didik dalam perspektif filsafat pendidikan islam?
3. Bagaimana Esensi kurikulum dalam perspektif filsafat pendidikan islam?

II.

PEMBAHASAN

2

A. ESENSI PENDIDIK DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN
ISLAM
1. Pengertian Pendidik dalam Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan suatu usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara
bertahap. Oleh karena itu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi
perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui
proses demi proses ke arah tujuan akhir perkembangan/pertumbuhan anak didik
(manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Dan tujuan yang hendak dicapai

adalah terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan
sosial serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.1
Pengertian pendidik secara umum adalah orang yang memiliki tanggung jawab
untuk mendidik. Sementara secara khusus, pendidik dalam perspektif pendidikan
Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik
dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi peserta didik, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.2
Menurut kajian pendidikan Islam, pendidik dalam bahasa arab disebut dengan
mu’allim, ustadz, murabbiy, mursyid, mudarris dan mu’addib, masing-masing dengan
makna yang berbeda, sesuai dengan konteks kalimatnya, walaupun dalam situasi
tertentu mempunyai kesamaan makna.3
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat dipahami bahwa pendidik dalam
perspektif pendidikan Islam ialah orang yang bertanggung jawab terhadap upaya
perkembangan jasmani dan rohani peserta didik agar mencapai tingkat kedewasaan
sehingga ia mampu menunaikan tugas-tugas kemanusiaannya sesuai dengan nilai
1 H.M. Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Hal 11
2 Dr.H. Samsul Nizar,M.A, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), Hal 41
3 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015), Hal
126


3

ajaran Islam. Oleh karena itu, pendidik dalam konteks ini bukan hanya terbatas pada
orang-orang yang bertugas di sekolah tetapi semua orang yang terlibat dalam proses
pendidikan anak mulai sejak dalam kandungan hingga ia dewasa, bahkan sampai
meninggal dunia.
2. Karakteristik Pendidik
Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik
yang membedakan dari orang lain. Dengan karakteristiknya, menjadi ciri dan sifat
yang akan menyatu dalam seluruh totalitas kepribadiannya. Totalitas tersebut
kemudian akan teraktualisasi melalui seluruh perkataan dan perbuatannya. Dalam hal
ini An-Nahlawi, membagi karakteristik pendidik muslim kepada beberapa bentuk,
yaitu:4
a. Tingkah laku dan pola pikir guru bersifat Rabbani, yaitu orang yang sempurna
ilmu dan takwanya kepada Allah SWT. Jika guru telah memiliki sifat
Rabbani, segala kegiatan pendidikannya bertujuan menjadikan para pelajarnya
sebagai orang-orang Rabbani.
b. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh keikhlasan. Dengan kata lain,
dengan profesinya sebagai pendidik dan dengan keluasan ilmunya, guru hanya
bermaksud mendapatkan keridaan Allah, mencapai, dan menegakkan

kebenaran.
c. Menjalankan aktivitas pendidikan dengan penuh kesabaran.
d. Menyampaikan apa yang diserukan dengan penuh kejujuran. Tanda kejujuran
itu ialah ia menerapkan anjuran pada dirinya sendiri. Jika ilmu dengan
amalnya telah sejalan, maka peserta didiknya akan mudah meniru dan
mengikutinya dalam setiap perkataan dan perbuatannya.

4 Dr. Al Rasyidin, M.Ag, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012)
Hal 146

4

e. Senantiasa membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan senantiasa terus
menerus mempelajari dan mengkajinya.
f. Memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar secara
bervariasi, menguasainya dengan baik, serta mampu menentukan dan memilih
metode mengajar yang selaras dengan materi pembelajaran dan situasi belajarmengajar.
g. Memiliki kemampuan pengelolaan belajar yang baik, tegas dalam bertindak
serta meletakkan berbagai perkara secara propesional.
h. Mampu memahami kondisi kejiwaan peserta didik yang selaras dengan

perkembangannya, sehingga ia dapat memperlakukan mereka sesuai dengan
kemampuan akal dan kesiapan psikis mereka.
i. Memiliki sikap yang tanggap dan responsif terhadap berbagai kondisi dan
perkembangan dunia yang dapat mempengaruhi jiwa, keyakinan dan pola
pikir peserta didik. Selain itu, hendaknya memahami pula berbagai problema
kehidupan modern serta cara Islam menghadapi dan mengatasinya.
j. Memperlakukan peserta didik dengan adil, tidak cenderung kepada salah satu
golongan dan tidak melebihkan seseorang atas yang lain, dan segala
kebijaksanaan dan tindakannya ditempuh dengan jalan yang benar.
3. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik Muslim
Dalam Islam, tugas seorang pendidik dipandang sebagai sesuatu yang sangat
mulia. Posisi ini menyebabkan mengapa islam menempatkan orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi derajatnya bila dibanding dengan
manusia lainnya. Hal ini didasarkan kepada Firman Allah SWT:

5

ۡ
ۡ ْ ‫س فَ ۡٱف َسسح‬
ْ ‫يل لَ ُكمۡ تَفَ لسح‬

‫ح ل‬
َ ‫ٰيَٓأَيهَُا ٱلل ِذ‬
ُ‫ٱل‬
َ ِ‫ين َءا َمنُ ٓو ْا إِ َذا ق‬
ِ ِ‫ُوا فِي ٱل َم ٰ َجل‬
ِ ‫ُوا يَف َسس‬
ْ ‫ين أُوتُس‬
ْ ‫ين َءا َمنُس‬
ْ ‫وا فَٱن ُش ُز‬
ْ ‫يل ٱن ُش ُز‬
‫وا يَ ۡرفَ ِع ل‬
‫سوا ۡٱل ِع ۡل َم‬
َ ‫سوا ِمن ُكمۡ َوٱلل ِذ‬
َ ‫ٱلُ ٱلل ِذ‬
َ ِ‫لَ ُكمۡۖ َوإِ َذا ق‬
‫ت َو ل‬
ٞ ِ‫ون َخب‬
١١ ‫ير‬
َ ُ‫ٱلُ بِ َما تَ ۡع َمل‬
ٖ ۚ ‫َد َر ٰ َج‬

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapanglapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.(QS. Al Mujadilah: 11)
Secara umum, tugas pendidik adalah mendidik. Dalam operasionalisasinya,
mendidik merupakan rangkaian proses mengajar, memberikan dorongan, memuji,
menghukum, memberi contoh, membiasakan, dll. Batasan ini memberi arti bahwa
tugas pendidik bukan hanya sekedar mengajar sebagaimana pendapat kebanyakan
orang. Di samping itu, pendidik juga bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam
proses belajar mengajar, yaitu proses dimana peserta didik dibina agar dapat
merealisasikan seluruh potensi yang dimilikinya secara maksimal, sehingga seluruh
potensi peserta didik dapat teraktualisasi secara baik dan dinamis.5
Sementara dalam batasan lain, tugas pendidik dapat dijabarkan dalam
beberapa pokok pikiran, yaitu :6
a. Sebagai pengajar (instruksional) yang bertugas merencanakan program
pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan
pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.

5 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015), Hal

135
6 Ibid,. Hal 136

6

b. Sebagai pendidik (edukator) yang mengarahkan peserta didik pada tingkat
kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring dengan tujuan
penciptaan-Nya.
c. Sebagai pemimpin (managerial) yang memimpin, mengendalikan diri (baik
diri sendiri, peserta didik, maupun masyarakat), upaya pengarahan,
pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program
yang dilakukan.
B. ESENSI

PESERTA

DIDIK

DALAM


PERSPEKTIF

FILSAFAT

PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Peserta Didik
Dalam paradigma pendidikan Islam, peserta didik merupakan orang yang belum
dewasa dan memiliki sejumlah potensi (kemampuan) dasar yang masih perlu
dikembangkan. Disini, peserta didik merupakan makhluk Allah yang memiliki fitrah
jasmani maupun rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran,
maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi ruhaniah, ia memiliki
bakat, memiliki kehendak, perasaan, dan pikiran yang dinamis dan perlu
dikembangkan. Berikut ini adalah pengertian peserta didik dari sudut pandang
pendidikan Islam, yaitu :7
a. Muta’allim
Muta’allim adalah orang yang sedang diajar atau orang yang sedang belajar.
Muta’allim erat kaitannya dengan mua’allim karena mua’allim adalah orang yang
mengajar, sedangkan muta’allim adalah orang yang diajar.
b. Mutarabbi
7 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015), Hal

139

7

Mutarabbi adalah orang yang dididik dan orang yang diasuh dan orang yang
dipelihara.
c. Muta’addib
Muta’addib adalah orang yang diberi tata cara sopan santun atau orang yang
dididik untuk menjadi orang baik dan berbudi.
Dalam bahasa Indonesia ada tiga sebutan untuk pelajar, yaitu murid, anak didik
dan peserta didik. istilah murid dalam Islam mengandung arti orang yang sedang
belajar, menyucikan diri dan sedang berjalan menuju Tuhan. Sebutan anak didik
mengandung arti guru menyayangi murid seperti anaknya sendiri, faktor kasih sayang
guru terhadap anak didik adalah satu kunci keberhasilan pendidikan, sedangkan
sebutan peserta didik adalah sebutan yang paling mutakhir, istilah ini menekankan
pentingnya murid berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan demikian
perubahan istilah dari murid ke anak didik kemudian menjadi peserta didik,
bermaksud memberikan perubahan pada peran pelajar dalam proses pembelajaran.8
2. Sifat Yang Harus Dimiliki Peserta Didik
Belajar bukanlah aktivitas yang mudah untuk dilakukan. Meskipun seorang
peserta didik telah mendatangi sejumlah guru dan membaca banyak buku, namun
hasil belajar yang baik belum tentu bisa dicapai. Belajar tidak hanya membutuhkan
kehadiran, apalagi dalam arti fisik, tetapi juga kemauan, kasadaran, kesabaran, dan
masih banyak lagi sifat-sifat lain yang idealnya dimiliki peserta didik. Dalam
perspektif

Islam,

kepemilikan

sifat-sifat

itu

merupakan

prasyarat

untuk

mempermudah jalannya proses pembelajaran, berhasilnya pencapaian tujuan,
berkahnya ilmu pengetahuan, dan kemampuan mengamalkan ilmu dalam kehidupan.9
8 Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islami (Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu, Memanusiakan
Manusia). (Bandung: Remadja Rosdyakarya, 2006) Hal 165
9 Al Rasyidin, op.cit. Hal 154

8

3. Tugas dan Tanggung Jawab Peserta Didik
Agar pelaksanaan proses pendidikan Islam dapat mencapai tujuan yang
diinginkan, maka setiap peserta didik hendaknya senantiasa menyadari tugas dan
kewajibannya. Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban yang perlu
dipenuhi peserta didik adalah:10
a. Peserta didik hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum menuntut
ilmu.
b. Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan berbagai
sifat keutamaan.
c. Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di berbagai
tempat.
d. Setiap peserta didik wajib menghormati pendidiknya.
e. Peserta didik hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam
belajar.
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi
sentral dalam proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik
adalah pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Jadi, dalam proses belajar-mengajar yang perlu
diperhatikan pertama kali adalah perserta didik, bagaimana keadaan dan
kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain.

C. ESENSI

KURIKULUM

DALAM

PERSPEKTIF

FILSAFAT

PENDIDIKAN ISLAM
1. Pengertian Kurikulum
10 Ahmad Tafsir. Filsafat Pendidikan Islami (Integrasi Jasmani, Rohani dan Kalbu, Memanusiakan
Manusia). (Bandung: Remadja Rosdyakarya, 2006) Hal 165

9

Istilah kurikulum telah dikenal dalam dunia pendidikan dan merupakan istilah
yang tidak asing lagi. Secara etimologi, kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu
curir yang artinya pelari dan curere yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah
kurikulum berasal dari dunia olahraga pada zaman Romawi Kuno yang mengandung
pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis start sampai garis
finis. Dari kata ini, kurikulum dalam dunia pendidikan diartikan secara sederhana
sebagai jumlah mata pelajaran yang harus diselesaikan anak didik untuk memperoleh
ijazah.11
Dalam kosa kata Arab, istilah yang selalu digunakan untuk menyebutkan
kurikulum pendidikan adalah manhaj ‫ ))منُج‬yang berarti jalan terang yang harus
dilalui pendidik atau guru latih dengan orang-orang yang didik atau dilatihnya untuk
mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap mereka.12
2. Asas-Asas Kurikulum Pendidikan Islam
Secara etimologi, asas bermakna hukum dasar, dasar suatu yang menjadi tumpuan
berfikir, atau dasar cita-cita. Kata ini sebenarnya berasal dari kosa kata bahasa Arab,
yaitu al-asas yang bermakna fundamen (alas, dasar) bangunan atau dapat juga berarti
asal, pangkal, atau dasar dari segala sesuatu. Karenanya, yang dimaksud dengan asas
dalam bahasan ini adalah landasan yang menjadi dasar dalam pembentukan
kurikulum Pendidikan Islam. Dalam konteks ini, bangunan dan semua unsur yang
membentuk bangunan kurikulum pendidikan islam tersebut harus tersusun dan
mengacu

kepada

suatu

sumber

kekuatan

yang

menjadi

landasan

dalam

11 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2015) Hal
144
12 Dr. Al Rasyidin, M.Ag, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012)
Hal 161

10

pembentukannya. Sumber kekuatan itulah yang disebut dengan asas-asas pembentuk
kurikulum pendidikan islam.13
Kurikulum merupakan kekuatan utama yang mempengaruhi dan membentuk
proses pembelajaran. Kesalahan dalam penyusun kurikulum akan menyebabkan
kegagalan suatu pendidikan dan penzaliman terhadap peserta didik. 14 Dalam
pendidikan Islam ada usaha-usaha untuk mentransfer dan menanamkan nilai-nilai
agama sebagai titik sentral tujuan dan proses pendidikan islam.
3. Ruang Lingkup Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum cakupun kurikulum pendidikan islam meliputi seluruh kawasan
kehidupan manusia muslim, baik dalam ruang lingkup wilayah kekhilafahan maupun
pengabdiannya kepada Allah SWT sebagai makhluk ibadah. Karena itu, dalam
konteks wilayah kekhalifahan manusia, maka kurikulum pendidikan islam harus
memuat tentang:15
a. Hakikat manusia sebagai:
a) Kreaksi atau makhluk yang diciptakan Allah swt
b) Makhluk

yang

dianugrahi

potensi

jismiyah

dan

ruhiyah

sehingga

berkemampuan membelajarkan diri,
c) Makhluk yang dipilih sebagai khalifah dimuka bumi yang diberi tugas untuk
memimpin dan memakmurkan kehidupan didalamnya
b. Kapasitas atau kemampuan manusia dalam meneladani dan mengembangkan
sifat-sifat ketuhanan yang tersimpul dalam al-asma al-husna kedalam dirinya.
c. Adab atau akhalak al-kharimah, yakni nilai-nilai universal untuk menata
kehidupan diri sendiri, masyarakat dan alam semesta yang sejahtera, anggun
dan mulia
13 Salminawati, op.cit, Hal 145
14 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2015), Hal
146
15 Salminawati, op.cit, hal 148

11

d. Al-ilm, yaitu ilmu pengetahuan yang dibutuhkan manusia untuk mampu
menjalankan tugas kekhalifahannya, naik ilmu-ilmu yang didatangkan Allah
SWT melalui Nabi dan Rasulnya dialam semesta dan dalam diri manusia,
yang

dapat

didekati

manusia

lewat

pengindraan,

pemikiran,

dan

eksperimentasi ilmiah. Karenanya dalam konteks ini, kurikulum pendidikan
islam harus memuat ilmu-ilmu kealaman dan ilmu-ilmu terapan
e. Sunnah allah, yaitu perubahan dan perkembangan alam serta kehidupan
manusia dimana mereka dipersyarakan untuk membekali diri dengan ilmu
pengetahunan , keterampilan, dan kepribadian agar mampu menyiasati dan
mewarnai perubahan tersebut kearah yang lebih baik.
4. Karakteristik Kurikulum Pendidikan Islam
Secara umum, kurikulum pendidikan islam dapat dikarakteristikan dengan
pencerminan nilai- nilai Islami yang hasilkan dari pemikiran kefilsafatan dan
termanifestasi dalam seluruh aktivitas dan kegiatan pendidikan. Dalam konteks ini
harus dipahami bahwa karekteristik kurikulum pendidikan Islami senantiasa memiliki
keterkaitan yang dapat dipisahkan dari prinsip- prinsip yang telah diletakkan Allah
Swt dan Rasulnya. Inilah yang membedakan kurikulun pendidikan Islami dengan
kurikulum pendidikan umum lainya.
Menurut Al- Syaibaniy, diantara kurikulum pendidikan islam itu adalah: 16
a. Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan
dan kandungan, kaidah, alat dan tekniknya.
b. Meluaskan

perhatian

dan

kandungan

hingga

mencakup

perhatian,

perkembangan serta bimbingan terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi
intelektual, psikologi, sosial dan spritual.

16 Dr. Salminawati, MA, filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Citapustaka Media Perintis,2015), Hal
149

12

c. Adanya prinsip keseimbangan antara kandungan kurikulum tentang ilmu dan
seni, pengalaman dan kegiatan pengajar yang bermacam- macam.
d. Menekankan konsep menyeluruh dan keseimbangan pada kandungannya yang
tidak hanya terbatas pada ilmu- ilmu teoritis, baik yang bersifat aqli maupun
naqli, tetapi meliputi seni halus, aktivitas pendidikan jasmani, latihan militer
dan bahasa asing.
e. Keterkaitan antara kurikulum pendidikan islam dengan minat kemampuan,
keperluan dan perbedaaan individu antara siswa.
Kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak dilaksanakan
dalam situasi dan kondisi dimana tercita interaksi eduktif yang timbal balik antara
pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain.
Aspek kurikulum yang tertulis dan lebih populer itu sering disebut “stated
curriculum” atau “manifested curriculum”. Adapun aspek kurikulum yang tidak
tertulis itu sering disebut “hidden curriculum” atau unstudied curriculum”.
Karakteristik dari kurikulum terutama stated curriculum ialah:
a. Kurikulum harus bersifat fleksibel, mudah diubah menuju kesempurnaan ,
sesuai dengan kebutuhan dan kemajuan ilmu pengetahuan.
b. Kurikulum adalah merupakan deskripsi atau uraian tentang rencana atau
program yang akan dilaksanakan.
c. Kurikulum biasanya berisi tentang bermacam-macam bidang study (area of
learning)
d. Kurikulum dapat diperuntukkan bagi seorang pelajar saja atau disusun bagi
suatu kelompok yang besar.
e. Kurikulum selalu berhubungan dengan program dari suatu lembaga
pendidikan (educational centre)
Karakteristik kurikulum sebagai program pendidikan islami sebagai mana
dikemukakan diatas selanjutnya tidak hanya menempatkan peserta didik sebagai
objek didik, melainkan juga sebagai sabjek didik yang memiliki potensi dan sedang
13

berada dalam proses pengembangan diri menuju kedewasaan sesuai dengan ajaran
islam. Karenanya, kurikulum tersebut tidak akan bermakna apapun apabila tidak
dilaksanakan dalam suatu situasi dan kondisi dimana tercipta interaksi edukatif timbal
balik antara pendidik disatu sisi dengan peserta didik disisi lain. Disinilah ciri khas
kurikulum pendidikan islami yang memandang peserta didik sebagai makhluk
potensial untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui aktivitas kependidikan dan
pembelajaran. Pendidikan dan seluruh komponen kependidikan lainnya termasuk
kurikulum hanyalah merupakan media atau sarana yang dibutuhkan untuk
menciptakan situasi dan kondisi yang memungkinkan bagi proses pengembangan itu
menuju kesempurnaan atau sesuatu yang dipandang sempurna.17

III.

PENUTUP

KESIMPULAN
17 Dr. Al Rasyidin, M.Ag, Falsafah Pendidikan Islami, (Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012)
Hal 173

14

Dari pembahasan yang telah dipaparkan di muka, maka dapat diambil sebuah
kesimpulan bahwa pendidik, peserta didik dan kurikulum, mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses pendidikan Islam. Semua komponen tersebut saling
berkesinambungan, saling memenuhi antara fungsi yang satu dengan fungsi yang
lainnya. Keoptimalan proses pendidikan Islam ditentukan oleh bagaimana pendidikan
dapat mengoptimalkan peran kurikulum, pendidik, dan peserta didik maupun
lingkungan dalam proses kegiatan pendidikan dan diantara kesemuanya tidak dapat
dipisahkan perannya untuk dapat mewujudkan tujuan dari pendidikan secara
menyeluruh, yaitu memanusiakan manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Arifin, H.M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2005

15

Nizar, Samsul, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Pers, 2002
Rasyidin, Falsafah Pendidikan Islami, Bandung: Citapustaka Media Perintis,
2012
Salminawati,

Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Citapustaka Media

Perintis, 2015
Tafsir,Ahmad. Filsafat Pendidikan Islami (Integrasi Jasmani, Rohani dan
Kalbu, Memanusiakan Manusia). Bandung: Remadja Rosdyakarya, 2006

16