Pengelolaan Modal Pengetahuan Dalam Membangun Kemampuan Inovasi Pada UKM Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul

Pengelolaan Modal Pengetahuan Dalam Membangun Kemampuan Inovasi
Pada UKM Gerabah Kasongan Kabupaten Bantul
Hari Susanta Nugraha1
1

Jur. Administrasi Bisnis FISIP Universitas Dipenogoro Semarang
E-mail: hari3370@yahoo.com
ABSTRAK

UKM dengan kekuatan eksternal seperti konsumen, distributor, pemasok, dan pesaing menjadi
elemen penting sebagai sumber pengetahuan dalam pengembangan kemampuan inovasi. Penelitian
ini bersifat deskriptif menggunakan metode grounded research dan beberapa proses pendukung untuk
pengumpulan data penelitian. Obyek penelitian adalah aktivitas para perajin gerabah di Sentra UKM
Kasongan dalam mencari informasi, melakukan pembelajaran, dan merekayasa inovasi produk.
Penelitian berhasil menemu-kenali bahwa pengelolaan pengetahuan menyebabkan munculnya
karakter yang khas. Analisis terhadap proses pengelolaan dan pemanfaatan pengetahuan serta
rekayasa kemampuan inovasi dipengaruhi oleh aspek kemitraan yang ada di kawasan Kasongan.
Kedua elemen tersebut membedakan UKM dalam 2 kategori berdasarkan informational,
technological, dan innovation capability. Berdasarkan karakteristik kemampuan, maka disusun
kategori UKM dalam mengelola pengetahuan, yakni tradisional dan modern, dimana ada disparitas
dalam pengelolaan pengetahuan dan kemampuan inovasi.

Kata kunci : the economic of proximity, informational capability, technological capability, innovation
capability
UKM with external forces such as consumers, distributors, suppliers, and competitors become an
important element as a source of knowledge in the development of innovation capabilities. This study
was descriptive using methods of grounded research and several supporting processes for gathering
research data. Object of research is the activity of the crafters of pottery in the Sentra Kasongan
SMEs in finding information, doing the learning, and innovation to engineer the product. The study
managed to find recognize that the management of knowledge led to the emergence of a distinctive
character. The analysis of process management and utilization of engineering knowledge and
innovation capacity is influenced by aspects of partnerships that exist in the region Kasongan. Both of
these elements distinguish SMEs in two categories based on informational, technological, and
innovation capability. Based on the characteristics of ability, then set the category of SMEs in
managing knowledge, namely traditional and modern, where there are disparities in knowledge
management and innovation capability.
Keywords : the economic of proximity, informational capability, technological capability, innovation
capability

PENDAHULUAN

Pengembangan kemampuan inovasi UKM, didasari asumsi adanya proses pembelajaran dari

informasi yang diserap oleh unit usaha dari lingkungan bisnisnya sebagai bagian elementer
pengelolaan pengetahuan. Inovasi bukan peristiwa yang terjadi begitu saja, tetapi merupakan kegiatan
terencana dan sistematis yang berhubungan dengan tatacara bagaimana sistem menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan. Kemampuan menyusun sistematika inovasi yang konsisten membuat
UKM mampu menghasilkan produk-produk yang kompetitif. Meskipun pengetahuan terbukti
memiliki sumbangan terhadap daya saing dan kemampuan inovasi perusahaan, tetapi konsistensi dan
kebersinambungan proses pengelolaan masih belum dapat dijaga, apalagi perubahan-perubahan
lingkungan industri di Indonesia masih seringkali terjadi. Ini akan mempersulit UKM mengelola
modal pengetahuan secara efektif.
Penelitian ini menganalisis bagaimana proses dan struktur pengelolaan pengetahuan disusun oleh unit
usaha di sentra UKM Gerabah Kasongan yang mensyaratkan dinamika ketrampilan bagi para
pekerjanya. Walaupun proses pengelolaan dan pemindahan pengetahuan di UKM masih dilakukan
melalui cara-cara tradisional, seperti: tacit to tacit knowledge; learning by doing; serta trial and error,
namun skema tersebut dipertahankan secara terus-menerus dan terbukti efektif dalam meningkatkan
ketrampilan perusahaan. Di sisi lain, proses inovasi diperoleh melalui kerjasama jejaring kemitraan di
kawasan, misalnya bantuan permodalan, ketrampilan teknis, dan fasilitas teknologi. Pemilihan
kawasan UKM didorong oleh keinginan untuk mengetahui dinamika penyebaran pengetahuan yang
dimiliki oleh unit usaha, para pekerja, dan jejaring bisnis dalam rangka mendorong kemampuan
inovasi. Pada proses pengelolaan pengetahuan di UKM peran pimpinan dan pemilik sangat dominan
dalam mengelola proses pembelajaran para pekerja. Pimpinan juga harus melakukan adaptasi dalam

menghadapi perubahan lingkungan yang dramatis seperti bencana alam dan krisis ekonomi.
Kasongan telah menunjukkan kontribusi penting bagi perekonomian Kabupaten Bantul, khususnya
dalam kemajuan penguasaan pengetahuan bisnis masyarakat UKM melalui pengembangan
kemampuan inovasi. Para perajin mampu melakukan elaborasi terhadap modal pengetahuan yang
dibangun. Pengelolaan modal pengetahuan UKM Kasongan yang telah dilakukan meliputi; (1)
pengelolaan modal manusia dalam meningkatkan kemampuan pembelajaran personal dan kelompok
(individual & team learning); (2) dalam internal perusahaan melalui pengembangan proses internal
organisasi; dan (3) kemampuan mengelola jaringan bisnis sebagai modal eksternal. Pengembangan
kemampuan inovasi di sentra UKM Kasongan memberikan acuan perlunya pengelolaan kolektifitas
dan kolegalitas dalam kawasan UKM untuk membangun absorptive capacity unit usaha.
Walaupun secara umum UKM tidak menempatkan proses pembelajaran dan pengelolaan modal
pengetahuan sebagai hal yang dinyatakan secara eksplisit, tetapi banyak bisnis yang dapat bertahan
dan berkembang secara signifikan karena kreatifitas dan inovasi yang dilakukan dengan
memanfaatkan pengetahuan-pengetahuan yang bersifat lokal. Kelangsungan hidup UKM juga banyak
ditentukan oleh kerjasama dan interaksi informasi dengan bisnis yang lain. Hal inilah yang mesti
disadari oleh pelaku bisnis sebagai bagian penting dari proses pembelajaran. Bagaimanapun juga,
faktor utama yang mendorong kemampuan inovasi adalah membuka akses informasi kepada kekuatan
eksternal seperti lembaga stimulus pola pembiayaan R & D, lembaga pelatihan SDM, konsultan
penguatan kemampuan internal dalam memanfaatkan ketrampilan SDM, dan konsultan teknis
produksi & proses bisnis lainnya. Dengan demikian penelitian bertujuan untuk memahami faktorfaktor yang memberikan kontribusi dalam membangun kemampuan inovasi UKM, khususnya

dianalisis melalui proses pembelajaran internal dan peran jejaring bisnis di kawasan. Tercapainya
tujuan penelitian akan berimplikasi terhadap praktek pengelolaan pengetahuan di sektor UKM yang
bermanfaat kepada pelaku bisnis agar lebih kuat dalam membangun kemampuan inovasi.
METODA
Kemampuan pembelajar sangat penting bagi organisasi, karena akan memberikan dasar perumusan
kebijakan yang relevan dengan kondisi lingkungan internal maupun eksternal. Pembelajaran
merupakan cara bagaimana UKM mengetahui kondisi lingkungan melalui pengolahan informasi yang
bersumber dari lingkungan. Meski sebenarnya aspek perilaku yang merepresentasikan pengetahuan
merupakan elemen penting untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Munir

(2008), pembelajaran merupakan proses mendapatkan pengetahuan yang dilanjutkan dengan
aktualisasi pengetahuan dalam perilaku. Pendekatan ini meliputi: (1) proses “mengetahui bagaimana
caranya” merupakan kemampuan menghasilkan tindakan; (2) proses “mengetahui mengapa demikian”
yang menghasilkan pemahaman konseptual dari pengalaman. Dengan demikian proses pembelajaran
sebagaimana dikemukakan Garvin (1993), adalah ketrampilan yang dimiliki seseorang atau organisasi
dalam rangka menciptakan pengetahuan dan sekaligus menghasilkan perilaku yang merefleksikan
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai cara menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan.
Komponen penting dari proses pembelajaran meliputi informasi dan perilaku yang terbentuk dari
pengetahuan yang dimiliki. Apabila sudah mencapai hal tersebut, maka proses pembelajaran
menghasilkan kesuksesan baik dalam tingkatan individu maupun perusahaan.

Dengan demikian metode grounded, proses pembelajaran organisasi dapat dianggap sebagai jembatan
yang menghubungkan antara kebijakan yang dirumuskan oleh perusahaan dengan perubahan
lingkungan bisnis. Untuk mendapatkan keberhasilan secara kolektif, pembelajaran pada tingkat
individu harus didorong kepada tingkat yang lebih luas yakni tingkatan kelompok dan perusahaan,
sehingga pembelajaran akan menjadi kekuatan pengetahuan yang embedded (melekat) pada berbagai
tingkatan organisasi. Proses pemindahan pengetahuan melibatkan elemen individu maupun kelompok,
dimana sumber pengetahuan akan dipindahkan kepada pihak lain yang membutuhkan dalam
lingkungan perusahaan. Dalam rangka proses pemindahan pengetahuan dibutuhkan mekanisme yang
sistematis dan mapan agar secara keseluruhan proses tersebut mencapai keberhasilan. Selain
dirumuskan secara sistematis, diperlukan pemahaman terhadap pengetahuan sebagai entitas yang
dimengerti dan dilakukan secara bersama-sama, sehingga dapat dipindahkan. Dalam hal ini
pengetahuan dapat dibentuk dalam model tacit dan explicit knowledge. Pengetahuan tacit
(terpendam/terbatinkan) adalah bentuk pengetahuan yang berada dalam diri manusia berbentuk
intuisi, pengalaman, maupun ketrampilan yang bersifat personal. Bentuk pengetahuan yang
terbatinkan sangat sulit untuk dipindahkan kecuali melalui pembelajaran partisipasi. Pengetahuan
explicit (tersistematika) merupakan bentuk pengetahuan yang dikodifikasi dalam bahasa yang bisa
dimengerti dan dipahami pihak lain. Bentuk pengetahuan ini memudahkan pihak lain mengerti dan
memahami substansi pengetahuan yang mendorong perubahan perilaku.
Mengelola kedua bentuk pengetahuan sangat penting dan memerlukan skema proses untuk
memindahkannya. Skema OADI (Observation-Assesment-Design-Implementation) merupakan

sistematika yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran. Rancangan skema OADI digunakan
dalam penelitian ini disebabkan oleh proses pembelajaran dikembangkan dalam 2 tingkatan,
konseptual dan praktek operasional. Pembelajaran konseptual melibatkan proses evaluasi dan desain,
sedangkan pembelajaran praktek operasional melibatkan aspek observe dan implementasi. Kesulitan
dalam memindahkan pengetahuan terpendam mendorong diperlukan penanganan secara khusus dalam
pengelolaannya, yakni melibatkan kolektifitas melalui proses memberikan pengalaman bersama
sehingga pengetahuan lebih mudah dimasukkan kedalam pemikiran masing-masing anggota
kelompok. Skema ini mirip yang digunakan dalam UKM selama ini, dimana pemilik perusahaan
merupakan pusat pengetahuan yang menggunakan mekanisme learning by participating untuk
memindahkan pengetahuan yang dimiliki kepada pekerjanya. Skema OADI secara garis besar dapat
digambarkan pada diagram 1.
Skema OADI menghubungkan proses pembelajaran konseptual dan praktek operasional pada
organisasi. Fokus perhatian dalam proses pembelajaran adalah model mental dari Senge, yang
menyatakan bahwa model mental merupakan pemahaman personal terhadap suatu obyek akibat
eksistensi struktur mental individu dan pembelajaran akibat pengalaman yang diperolehnya.
Pengalaman bersifat terbatinkan dan personal, sehingga dalam memindahkan diperlukan partisipasi
kelompok.
Diagram 1. Skema OADI dalam Proses Pembelajaran Personal dan Kelompok

Analysis what happened;

why did it happen;

Assesement

Arranging new acting and
experimenting based on
the recently learnt

what does it mean.

Observation

Abstraction, generalization, and consideration what
kind of conclusion maybe made; what is it for good;

Design

How can the learnt
experience be used;
what now


what have we learnt.

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis metode grounded, diperoleh fakta bahwa kemampuan melakukan inovasi
merupakan elemen penting dalam membangun daya saing UKM. Kawasan UKM dapat mendorong
kemampuan bersaing melalui 3 cara, yakni; pekerja yang kompetitif, akses kepada pasar, dan
penyebar-luasan pengetahuan kawasan. Pendekatan kawasan bukan merupakan hal baru, skema
kawasan merupakan sistem “putting-out” dimana pengusaha memenuhi pesanan pasar dengan
melakukan sub-kontrak kepada beberapa pengusaha yang ada disekitarnya yang bekerja secara
berkelompok berdasarkan ikatan kekeluargaan. Sistem “putting-out” yang dipraktekkan pada
kawasan UKM membuktikan kemampuan dalam hal proses pembelajaran dan kemampuan inovasi.
Telaah empiris pada kawasan industri di negara maju mendukung kajian sistem, dimana ada 3 elemen
penting dalam membangun kemampuan inovasi perusahaan, yakni; dampak informasi, keterkaitan
pasar, dan pengalaman SDM. Di negara berkembang, UKM menghadapi kendala internal khususnya
pengembangan kemampuan inovasi karena rendahnya pembiayaan dalam bidang R&D serta
ketiadaan acuan kerangka kerja pembelajaran. Akibatnya, peran stakeholder sangat strategis dalam
rangka mendorong kemampuan inovasi. Kekuatan eksternal seperti pasar, pemasok, dan pesaing
menjadi elemen penting sebagai sumber informasi dan pengetahuan yang berguna bagi
pengembangan kemampuan inovasinya.

Di Kawasan UKM Kasongan ada tiga bentuk praktek pengetahuan yang memainkan peran penting
dalam membangun kemampuan inovasi UKM, yakni; (1) kemampuan informasional, yakni
pembelajaran terhadap aliran informasi dari pihak-pihak kekuatan eksternal UKM, dan adanya proses
pembelajaran komunal internal UKM; (2) kemampuan teknologis, dimana setiap unit usaha dalam
rangka menghasilkan kinerja tinggi menyusun kerangka sistem dan peralatan yang relevan untuk
menjawab tantangan lingkungan bisnis; (3) kemampuan inovatif, adalah kegiatan dan hasil dari
membangun output yang sejalan dengan keinginan pasar. Hasilnya, dalam praktek pengelolaan
pengetahuan terdapat disparitas yang tinggi. Untuk analisis lebih mendalam digunakan kategorisasi
UKM berdasarkan pengelolaan pengetahuan yang dimiliki. Kategori UKM tersebut meliputi;
tradisional dan modern. Dalam membangun kemampuan inovasi, modal manusia memiliki dominasi
dalam keseluruhan praktek pengelolaan modal pengetahuan khususnya melalui dimensi
kewirausahaan dan kepemimpinan. Dari aspek modal eksternal, kedekatan dengan berbagai elemen
stakeholder dan kemampuan menjangkau pasar merupakan faktor yang memiliki relevansi terhadap
kemampuan inovasi. Dari aspek modal internal, kemampuan berbagai pengetahuan merupakan faktor
yang memiliki relevansi terhadap kemampuan inovasi.
Model pengembangan kawasan berdasarkan telaah di Sentra UKM Gerabah Kasongan bertujuan
untuk membangun daya saing UKM yang diukur melalui kemampuan inovasi UKM. Kekuatan

bersaing disusun berdasarkan beberapa elemen strategis kekuatan pengetahuan di kawasan UKM
Gerabah Kasongan, yakni; orientasi bisnis yang bersifat market driven; hubungan kemitraan dengan

swasta-perguruan tinggi-instansi pemerintah; dan keterkaitan jejaring bisnis internal kawasan.
Sementara itu, dalam setiap unit usaha didukung oleh kemampuan pembelajaran organisasi,
kemampuan personal perajin, dan kedekatan dengan stakeholder bisnis. Pengembangan kawasan juga
tidak lepas dari dukungan elemen kemitraan, yakni; (1) mitra permodalan yang di dominasi oleh
sektor perbankan melalui skema kebijakan keuangan mikro; (2) mitra pasar produk gerabah UKM;
dan (3) mitra pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan kemampuan UKM melalui
dukungan pengembangan pekerja maupun teknologi. Skema pengelolaan pengetahuan yang meliputi
proses penciptaan dan penggunaan di UKM Gerabah Kasongan meliputi beberapa elemen operasional
dan konsep pengetahuan yang diterjemahkan dalam proses pengelolaan pengetahuan. Skema jaringan
pengetahuan UKM Kasongan pada tabel 1.
Tabel 1. Jaringan pengelolaan pengetahuan di Sentra UKM Gerabah Kasongan
No.

1.

2.

3.

4.


Praktek
Pengetahuan
UKM
Kompetensi
pekerja
(Modal
manusia)

Proses
pembelajaran
internal
organisasi
(modal
internal)
Kedekatan
hubungan
dengan pihakpihak eksternal
(modal
eksternal)
Kemampuan
melakukan
inovasi

Lingkup
Konsep

Pengelolaan pengetahuan
Proses penciptaan
Proses penggunaan
Pendalaman
pengalaman personal
melalui keterlibatan
langsung dengan
proses produksi.

 Learning by doing;

Orientasi kerjasama
kelompok (teamwork)
melalui kohesifitas unit
usaha

 Learning together;

 Orientasi eksternal
yang kuat bagi
UKM;

Skema kerjasama
internal dan kemitraan
dengan stakeholder



Kreatifitas personal



Dukungan
informasi
jaringan bisnis
internal kawasan;
Dukungan
informasi
pelanggan dan
pemasar produk
gerabah.

Mendorong
pembentukan
pengetahuan sistematis
melalui penuangan ide
kreatif kepada model.
Skema produk inovatif
adalah Ide kreatifinvensi-inovasi.

Technological
capability

Informational
capability

 Learning by
participating;
 Self-involvement
pada keseluruhan
proses kerja UKM.
 Specialization;
 Combination of
skills

 Memenuhi standar
kualitas dan
keinginan
pelanggan

Innovation
capability



Sumber: Telah diolah dari data penelitian, 2009
Skema proses pembelajaran oleh pemimpin unit usaha menjadi fokus perhatian dalam pembahasan
organisasi pembelajar. Pada pembentukan pengetahuan diperlukan upaya mendorong pembelajar pada
tingkat kelompok dan organisasi. Berdasarkan analisis kualitatif yang dilakukan menggunakan model
pembelajar Observasi, Assesment, Design, dan Implementasi (OADI), proses pembelajaran unit usaha

sangat ditentukan peranan pimpinan. Tingginya peranan individu (pimpinan unit usaha) dalam
mempengaruhi kemampuan inovasi UKM ditentukan oleh kemampuannya membangun dan
menjaring informasi bisnis, ketrampilan, dan pengalaman pimpinan. Skema OADI merupakan proses
menjembatani pengalaman sebagai proses pembelajaran. Skema ini digunakan karena, UKM lebih
banyak menggunakan faktor pengalaman dalam menjalin hubungan eksternal, memenuhi keinginan
pelanggan, dan merancang produk gerabah. Aspek pengalaman merupakan pembelajaran yang
melibatkan emosi dan psikologis pengusaha yang mempengaruhi karakteristik usahanya dalam proses
pembelajar organisasi, dimana unsur pengalaman merupakan masukan yang penting dalam
menjalankan siklus model OADI. Melalui penggalian kembali pengalaman yang telah dilakukan,
pengusaha dapat memperbaiki kesalahan, merancang produk lebih berkualitas, dan mengenal perilaku
pelanggan lebih baik.
Seperti dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa setiap tipe UKM memiliki hubungan kuat satu
sama lain di dalam kawasan UKM Gerabah Kasongan. Hubungan antar tipe UKM disebabkan oleh
adanya spesialisasi pada masing-masing tipe UKM dan serangkaian proses produksi gerabah. Ke-2
tipe UKM dibedakan menurut cara pengelolaan modal pengetahuan serta hasil kinerja, meliputi;
tradisional dan modern. Data dari lapangan berkaitan dengan modal pengetahuan UKM dapat
dikelompokkan dalam 3 hal, yakni; (1) pengetahuan bersumber dari internal UKM, (2) pengetahuan
dari pekerja yang dimiliki UKM, dan (3) pengetahuan yang bersumber dari eksternal UKM.
Pengetahuan yang bersumber dari dalam internal UKM adalah keseluruhan proses pembelajaran yang
dilakukan secara bersama-sama. Pengetahuan yang bersumber dari manusia adalah kompetensi
manusia dalam UKM. dan, pengetahuan yang bersumber dari eksternal UKM meliputi; mitra modal,
mitra pasar, mitra teknis & SDM, pesaing, dan jaringan bisnis UKM. Pengelolaan modal pengetahuan
yang dimiliki UKM tersebut selanjutnya dijabarkan melalui skema proses penciptaan, penggunaan,
dan penyimpanan modal pengetahuan.
Tipe UKM tradisional merupakan bentuk usaha terbanyak di kawasan Kasongan. Terdapat lebih
kurang 83% dari keseluruhan UKM Gerabah di Kasongan merupakan UKM tradisional. Ciri khasnya
adalah jumlah pekerja yang kurang dari 5 orang dengan 1 orang pekerja terampil yang merangkap
sebagai pemilik/pemimpin. Dengan demikian otoritas kepemimpinannya sangat dominan. Meskipun
jumlah mayoritas, tetapi kepemilikan modal pengetahuan sangat terbatas. Jumlah pekerja yang kurang
dari 5 orang didapatkan berdasarkan kedekatan kekerabatan atau tetangga di sekitar lokasi usaha,
tanpa melalui mekanisme seleksi atau kualifikasi ketrampilan tertentu. Bahkan tingkat pendidikan
bukan hal yang penting dalam proses penerimaan pekerja. Hal ini memberikan gambaran bahwa
ketrampilan dan kemampuan bersaing dari sisi modal manusia sangat lemah. Kemauan untuk
mengembangkan usaha merupakan hal yang kurang dipikirkan, kecuali bertahan dalam keterbatasan
modal dan peralatan.
Parameter modal internal unit usaha menunjukkan pemanfaatan peralatan tradisional yang tidak
memiliki kandungan teknologi tinggi. Mulai dari alat pemutar sampai dengan peralatan tungku
pembakaran tidak mendapatkan pemeliharaan dan perhatian, hal ini dikarenakan tidak memiliki
peralatan tersebut. Beberapa UKM bahkan masih menggunakan alat manual untuk proses pemutaran
gerabah. Produk gerabah yang dihasilkan dari proses internal mengindikasikan model yang
menekankan aspek fungsi, bahkan merupakan warisan nenek moyang yang sudah bertahan selama
ratusan tahun. UKM ini tidak melakukan renovasi maupun modifikasi produk karena ada rasa takut
tidak dibeli oleh pengepul. Perasaan tersebut membuat bertahan pada model produk yang sudah ada.
Keengganan untuk melakukan perubahan pada aspek produksi disebabkan oleh orientasi internal yang
menerima apa adanya. Ada ungkapan “ngene wae wis payu, ora perlu diapik-apik” (seperti ini saja
sudah laku, tidak perlu diperbaiki) sebagai landasan mengelola usaha yang dipercayai.
Kehadiran UKM modern adalah keberhasilan pengusaha memadukan ketrampilan dengan jiwa
wirausaha yang tinggi. UKM modern mengandalkan daya saing melalui proses pembelajaran internal
organisasi. Daya saing tersebut diwujudkan dengan; (1) komitmen terhadap kualitas produk, mulai
dari persiapan bahan baku, proses produksi, pembakaran, proses finishing produk, dan penyampaian
kepada konsumen dilakukan dengan prinsip yang menjunjung kualitas. (2) kemampuan melakukan
finishing produk yang mampu menghadirkan varian lebih banyak dan kualitas sangat baik. Kedua hal

tersebut masih dipadukan dengan nilai produk yang disebut sebagai handmade. Pada beberapa segmen
pasar, citra produk buatan tangan memiliki nilai tersendiri karena hanya ada dalam jumlah sedikit.
Dari sisi besaran unit usaha, UKM ini melibatkan lebih dari 50 pekerja dan berbagai unit kerja yang
memiliki tingkat spesialisasi masing-masing. Dalam bekerja, sudah digunakan peralatan dengan
teknologi tinggi. Misalnya dalam bidang pengeringan dan pembakaran gerabah sudah tidak
menggunakan pengeringan matahari, tetapi menggunakan tungku berukuran 3 meter kubik dengan
bahan bakar gas elpiji atau kayu bakar. Proses pematangan gerabah menjadi lebih cepat dengan hasil
yang merata berkualitas. Kemampuan akses terhadap pihak eksternal UKM tidak diragukan lagi.
Bahkan, pemilik usaha memberikan pembiayaan secara khusus untuk membangun hubungan
eksternal, misalnya mengikuti pameran skala internasional dan nasional. Dalam mengakses konsumen
dilakukan melalui peralatan teknologi komunikasi yang canggih dan responsif.
Pada aspek pemasaran, 95% produk UKM modern diperuntukkan bagi pasar luar negeri. Oleh sebab
itu, pengawasan terhadap kualitas dan proses pengiriman sangat diperhatikan. Dalam bidang
pengiriman dan pengepakan, UKM modern ini sudah mampu merancang proses pengepakan yang
aman sampai ke tempat tujuan. Secara non-fisik penjaminan pengiriman produk gerabah ke luar
negeri dilakukan dengan jaminan resiko, artinya apabila terjadi kerusakan produk ketika diterima,
maka pembeli berhak mendapatkan penggantian sesuai dengan produk yang dibeli. Secara rinci,
model pengelolaan modal pengetahuan pada tipe UKM modifikasi tradisional dapat dilihat pada tabel
3. Berdasarkan analisis terhadap UKM modern terdapat 7 elemen modal pengetahuan yang bernilai
bagi bisnis, yakni; (1) pengetahuan yang bersumber dari mitra modal; (2) pengetahuan yang
bersumber dari mitra teknis & SDM; (3) pengetahuan yang bersumber dari mitra pasar; (4)
pengetahuan yang bersumber dari pesaing; (5) pengetahuan yang bersumber dari jaringan bisnis UKM
dalam kawasan; (6) pengetahuan yang bersumber dari dalam internal UKM berupa proses manajemen
UKM, dan (7) pengetahuan yang bersumber dari kompetensi pekerja UKM.
KESIMPULAN
Kemampuan inovasi UKM dibangun melalui 3 faktor pendorong yang memiliki kontribusi penting,
yaitu; (1) Produk inovatif merupakan hasil dari proses pembelajaran internal yang melibatkan
berbagai sumber modal pengetahuan UKM semakin banyak pengetahuan tersistematik, unit usaha
semakin memiliki kemampuan melakukan inovasi. Pertumbuhan persaingan UKM mendorong
perkembangan kebutuhan akan pengetahuan yang baru dan suasana yang kondusif dalam rangka
memfasilitasi setiap pekerja berbagi pengetahuan atau knowledge shared. Pada gilirannya diperlukan
lagi pekerja operasional dan pengetahuan yang bersifat kolektif dalam rangka mendorong kemampuan
inovasi kembali. Kemampuan inovasi akan membutuhkan lebih banyak pekerja yang memiliki
kualifikasi terampil. Pertumbuhan kebutuhan pekerja operasional mendorong proses pembentukan
pengetahuan secara kolektif; (2) Berawal dari pertumbuhan pasar yang secara beruntun akan
mendorong pertumbuhan kebutuhan pekerja yang memiliki kualifikasi terampil atau skilled employee,
dimana dianggap memiliki kemampuan untuk membangun inisiatif proses pembelajaran karena
pengalaman yang dimiliki. Proses transfer pengetahuan ini akan mendorong pertumbuhan dari
parameter tacit knowledge shared by individual maupun explicit knowledge shared by individual.
Kedua hal tindakan ini akan mendorong penambahan lumbung pengetahuan perusahaan atau
knowledge repository of organization. Selanjutnya, penambahan knowledge perusahaan akan
membentuk iklim yang saling berbagi yang memberi keuntungan terhadap pengembangan kapasitas
individual; (3) Pengembangan kualitas produk. Tujuan pengembangan kualitas adalah untuk
meningkatkan jangkauan dan indikator kualitas baik dalam proses internal maupun eksternal melalui
pengembangan pembelajaran yaitu ketrampilan organisasi membangun kemampuan mengelola
pengetahuan dan menerapkannya dalam proses perbaikan kualitas dan desain produk gerabah.
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, H. (2003). Knowledge levels and their transformation: Towards the integration of knowledge
creation and individual learning. Journal of Management Studies, 40(8).pp.1997-2021

El-Badry. et.al. (2007). Controlling Company Knowledge Through The 4 Dimensional Cost of
Management Model: System Dynamics Approach. International Journal of Organizational
Learning, 8(5):309-321.
Feng, Xuaohong. (2005). Gaoyang Models: Model of China Rural Industrialization in the Modern
Time. China Economics History Review. 4(140-146)
Gopika & Aulbur. (2003). Relationship beween implementation, creativity and innovation in SMEs.
Journal of Small and Medium Enterprises. Stellenbosch. 20(1):98-106.
Guntur, (2000). Keramik Kasongan: Konteks Sosial dan Kultur Perubahan. Penerbit PT Bina Cipta
Pustaka, Wonogiri.
Herri. et.al. (2001). Studi Peningkatan Peran BPR dalam UKM. Laporan Penelitian di Sumatera Barat
Kerjasama Universitas Andalas dengan Bank Indonesia.
Koencoro, Mudrajad, (2007). Social Capital for Empowering the SME’s Cluster at Kasongan, Region
of Bantul. Journal of Small and Business Management. 44(2).p.22-33.
Le, Mai Anh & Carl Bronn (2007) Linking experience and learning: application to multi-project
building environments. Engineering, Construction, and Architectural Journal, vol.14(2)pp.150-163
Munir, Ningky. (2008). Knowledge Management Audit. Penerbit Sekolah Tinggi Manajemen PPM,
Jakarta
Sequeira & Rasheed. (2006). Start Up Growth of Immigrant Small Business: The Impact of Social
and Human Capital. Journal of Development Entrepreneurship. 11(4), pp. 357-375.
Sonobe, Tetshisu & Keijiro Otsuka (2006). Cluster-Based Industrial Development. A New
Model of East-Asia. New York: Palgrave Mac Millan
Wong & Aspinwall, (2004). A fundamental framework for knowledge management
implementation in SME’s. Journal of Information & Knowledge Management, 3(2), 155

Dokumen yang terkait

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45