PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PEMILIHAN METODE PENILAIAN PERSEDIAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012) Neni Maryani FE Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi e-mail : nenimaryani19yahoo.com Rudiana Po

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

PENGARUH DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP PEMILIHAN METODE
PENILAIAN PERSEDIAAN
(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Indutri
Periode 2010 -s.d. 2012)
Neni Maryani
FE Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi
e-mail : [email protected]
Rudiana
Politeknik Praktisi Bandung
e-mail: [email protected]

Abstract
Based on the data from manufacturing companies financial statement that were
published on IDX on 2012, 28 out of 38 or 80% of manufacturing companies uses their
inventory as collateral for their loan.
This study aimed to determine the effect of debt to equity ratio for the selection of
inventory valuation methods. This study uses purposive sampling method along with
manufacturing companies listed on IDX from the year 2010-2012 as the object of study.

For the hypotesis testing, this study uses logistic regression with an additional SPSS
program vers.20.0.
The result of research indicate that the companieswith the debt to equity ratio less than
1 or over than 1 have the same goal; to avoid the high tax. So the company that has a
high or low debt to equity ratio will still choose the inventory valuation method that will
increase their profit, which is the average method, as of it doesn’t follow the hypotesis
of positive accounting theory.
The conclusion of study shows that the debt to equity ratio doesn’t has any significant
correlation with the selection of inventory valuation method.
Keywords: the selection of inventory valuation method, debt to equity ratio

1.

PENDAHULUAN
Pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan untuk pelaporan keuangan di
Indonesia diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 14. Metode
akuntansi penilaian persediaan dalam PSAK 14 (1994) terdiri dari 3 metode akuntansi
penilaian persediaan yaitu, metode FIFO (First In First Out), metode rata-rata
(average), dan metode LIFO (Last In First Out). Namun terdapat perubahan pada tahun
2008 menjadi PSAK 14 (Revisi 2008) yang hanya mengakui 2 metode akuntansi

penilaian persediaan dari yang semula 3 metode akuntansi penilaian persediaan,
diantaranya metode FIFO (First In First Out) dan metode rata-rata (average). Hal
tersebut sejalan dengan disahkannya Undang-Undang PPh No. 36 Tahun 2008 yang
19

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

hanya mengakui 2 metode akuntansi penilaian persediaan yaitu metode FIFO (First In
First Out) dan metode rata-rata (average) dalam melaporkan pajak yang terutang.
Data yang diperoleh di Bursa Efek Indonesia tahun 2009 saat diberlakukan
efektifnya PSAK 14 revisi 2008 yang berkaitan dengan metode akuntansi penilaian
persediaan berdasarkan biaya menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur sektor
aneka industri sebanyak 9 dari 38 perusahaan atau 23,68% perusahaan manufaktur
sektor aneka industri yang memilih metode first in first out (FIFO), sedangkan 29 dari
38 perusahaan manufaktur sektor aneka industri atau 76,32% memilih metode average
(rata-rata). Perbedaan pengunaan dan kekonsistenan penggunaan metode akuntansi
penilaian persediaan pada setiap perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
mengindikasikan bahwa setiap perusahaan memiliki motivasi dan tujuan yang berbeda

dalam memilih metode akuntansi penilaian persediaan, maka motivasi manajemen
dalam memilih metode akuntansi penilaian persediaan perlu diteliti.
Laporan keuangan perusahaan manufaktur yang bergerak dalam sektor aneka
industri yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia pada tahun 2012 menunjukkan
bahwa 28 dari 38 perusahaan manufaktur sektor aneka industri atau sebesar 80%
perusahaan manufaktur sektor aneka industri menjaminkan persediaannya untuk
pinjaman.
Berdasarkan Hipotesis Ekuitas Utang bahwa semakin tinggi utang terhadap
ekuitas perusahaaan yaitu semakin ketatnya perusahaan terhadap batasan-batasan yang
terdapat didalam perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran
perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan
bahwa manajer menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba.
Berdasarkan latar belakang dan uraian diatas, maka masalah yang diidentifikasi
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana debt equity ratio pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang tedaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode 2010 s.d 2012.
2. Bagaimana metode akuntansi penilaian persediaan yang digunakan pada
perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang tedaftar di BEI (Bursa Efek
Indonesia) pada periode 2010 s.d 2012.
3. Bagaimana debt equity ratio berpengaruhi terhadap pemilihan metode akuntansi

penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang
tedaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia) pada periode 2010 s.d 2012.

2.
TINJAUAN PUSTAKA
Tujuan Rasio Hutang (Leverage)
Menurut Kasmir (2013:153-154) tujuan perusahaan dengan menggunakan rasio
hutang (leverage) yakni :
1. Untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap
kewajiban kepada pihak lainnya
(kreditor).

20

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

2.
3.
4.

5.
6.
7.

Untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang bersifat
tetap (seperti angsuran pinjaman termasuk bunga).
Untuk menilai keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan
modal.
Untuk menilai seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang.
Untuk menilai seberapa besar pengaruh utang perusahaan terhadap pengelolaan
aktiva.
Untuk menilai atau mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang.
Untuk menilai berapa dana pinjaman yang segera akan ditagih, terdapat sekian
kalinya modal sendiri yang dimiliki.

Alasan Memilih Debt to Equity Ratio
Manajemen perusahaan harus dapat mempertimbangkan dan mengambil
keputusan dengan matang mengenai sumber dana apakah cukup dengan modal sendiri
atau melakukan pinjaman. Kedua hal tersebut tentu berkaitan didalam jenis rasio

leverage ini.
Menurut Kasmir (2013:113) keuntungan dengan mengetahui rasio ini antara
lainnya adalah :
“1. Dapat menilai kemampuan posisi perusahaan terhadap kewajiban kepada pihak lain.
2. Menilai kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban yang bersifat tetap.
3. Mengetahui keseimbangan antara nilai aktiva khususnya aktiva tetap dengan modal.
4. Guna mengambil keputusan penggunaan sumber dana ke depan.”
Adapun rumus dari jenis rasio leverage yang digunakan adalah rumus debt to
equity menurut Kasmir (2013:158): “Debt to equity ratio= Total kewajiban
Total ekuitas”
Indeks Leverage Keuangan (FLI)
Menurut Lyn M. Fraser dan Aileen Ormiston (2008:248) :
“Financial leverage indeks (FLI) digunakan untuk mengukur seberapa efektif
perusahaan menggunakan leverage keuangan. Adapun rumus FLI :
Pengembalian/imbalan atas ekuitas
Pengembalian/imbalan atas aktiva yang disesuaikan”
Adapun analisis financial leverage indeks (FLI) menurut Lyn M. Fraser dan
Aileen Ormiston (2008:248):
“Bilamana indeks leverage keuangan (FLI) lebih besar daripada 1, menunjukkan bahwa
pengembalian/imbalan atas ekuitas melebihi pengembalian/imbalan atas aktiva, maka

perusahaan menggunakan manfaat hutang. Suatu indeks leverage keuangan (FLI)
kurang dari 1 berarti perusahaan tidak sukses menggunakan hutang.”

21

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

Pengertian Persediaan
Pengertian persediaan menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) dalam PSAK
No. 14 (revisi 2008:14.2), definisi persediaan, yaitu:
“Persediaan adalah aset:
a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa;
b. Dalam proses produksi untuk penjualan tersebut; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi
atau pemberian jasa.”
Metode Akuntansi Penilaian Persediaan
PSAK 14 revisi 2008 serta UU No 36 Tahun 2008 tentang pajak penghasilan
yang hanya mengakui kedua metode tersebut. Oleh karena itu, metode last in first out

(LIFO) tidak dapat digunakan kembali oleh perusahaan. Adapun metode akuntansi
penilaian persediaan menurut PSAK 14 revisi 2008 (14.8):
“1. MPKP (Masuk Pertama Keluar Pertama)
Formula MPKP mengasumsikan item persediaan yang pertama dibeli akan dijual
atau digunakan terlebih dahulu sehingga item yang tertinggal dalam persediaan akhir
adalah yang dibeli atau diproduksi kemudian.
2. Biaya rata-rata tertimbang
Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya setiap item ditentukan berdasarkan biaya
rata-rata tertimbang dari item yang serupa pada awal periode dan biaya item yang serupa
yang dibeli atau diproduksi selama suatu periode. Perhitungan rata-rata dapat dilakukan
secara berkala atau pada setiap penerimaan kiriman, tergantung pada keadaan entitas.”
Pengertian Teori Akuntansi Positif
Berikut yang dimaksud teori akuntansi positif menurut Suwardjono (2010:26)
menjelaskan:
“Bahwa penjelasan akuntansi positif berisi pernyataan tentang sesuatu (kejadian,
tindakan, atau perbuatan) seperti apa adanya sesuai dengan fakta atau apa yang terjadi
atas dasar pengamatan empiris. Selain itu, penjelasan akuntansi positif diarahkan
untuk memberi jawaban apakah sesuatu pernyataan itu benar atau salah atas dasar
kriteria ilmiah.”
Hipotesis Teori Akuntansi Positif

Hipotesis teori akuntansi positif menurut Belkoui (2006:189) adalah sebagai
berikut:
1. Hipotesis rencana bonus berpendapat bahwa manajer perusahaan dengan rencana
bonus kemungkinan besar menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan
laporan laba periode di periode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa tindakan
seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak terdapat
penyesuaian terhadap metode terpilih.

22

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

2. Hipotesis ekuitas utang berpendapat bahwa semakin tinggi utang/ ekuitas
perusahaaan yaitu semakin ketatnya perusahaan terhadap batasan-batasan yang
terdapat didalam perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran
perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan
bahwa manajer menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba.
3. Hipotesis biaya politisi berpendapat bahwa perusahaan besar dan bukannya
perusahaan kecil kemungkinan besar akan memilih untuk menurunkan laporan laba.

Berdasarkan hipotesis diatas, maka penjelasan mengenai teori akuntansi positif
ditekankan pada kepentingan manajer perusahaan, kreditur, dan pemerintah dalam
pemilihan metode akuntansi yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka.
Hubungan Teori Akuntansi Positif dengan Teori Agensi
Hubungan antara teori akuntansi positif dengan teori agensi itu, teori akuntansi
positif (Watts dan Zimmerman, 1986) terdiri dari tiga hipotesis, yaitu rencana bonus,
hipotesis ekuitas utang, dan hipotesis biaya politis. Ketiga hipotesis tersebut secara tidak
langsung mengakui tiga bentuk keagenan yaitu, antara pemilik dengan manajemen,
antara kreditor dengan manajemen, dan antara pemerintah dengan manajemen. Sehingga
principal bukan hanya sebagai pemilik perusahaan, tetapi juga bisa berupa pemegang
saham, kreditur, maupun pemerintah.
Keterkaitan leverage dengan Pemilihan Metode Akuntansi Penilaian Persediaan
Leverage ialah ukuran sampai seberapa jauh aset perusahaan dibiayai dengan
utang. Leverage menggambarkan tingkat ketergantungan perusahaan pada debtholder.
Semakin tinggi leverage, maka ketergantungan perusahaan pada debtholder juga
semakin tinggi sehingga keinginan untuk menghindari pelanggaran perjanjian utang
juga semakin tinggi. (Zhou, 2000 dalam Citra, 2011).
Leverage dapat mempengaruhi pemilihan metode akuntansi penilaian
persediaan. Ketika rasio leverage tinggi, maka hutang perusahaan juga tinggi. Kukuh
(2012), menerangkan perusahaan akan memilih metode FIFO ketika terjadi inflasi

karena akan menaikkan persediaan akhir yang nantinya akan berakibat pada naiknya
aktiva lancar. Selain itu, dengan memilih metode FIFO maka laba yang dihasilkan juga
akan naik sehingga kemampuan untuk membayar hutang juga akan naik. Sebaliknya,
ketika leverage rendah maka perusahaan dapat memilih metode akuntansi yang dapat
menurunkan laba agar biaya pajaknya juga turun. Ketika perusahaan memiliki tingkat
leverage yang tinggi, maka perusahaan akan memilih metode yang bisa menaikkan laba
yaitu metode FIFO.
Menurut Zmijewski & Hagerman (1981) dalam Kukuh (2012), jumlah hutang
yang lebih besar dalam struktur modal perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih
memilih metode yang menaikkan laba yaitu metode akuntansi penilaian persediaan
FIFO karena akan menurunkan kemungkinan perusahaan mengalami technical default
atau melanggar perjanjian hutang. Sebaliknya, ketika perusahaan memiliki tingkat

23

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

leverage rendah, maka perusahaan dapat menggunakan metode akuntansi penilaian
persediaan yang menurunkan laba yaitu metode rata-rata agar dapat menghemat pajak.
Penelitian Terdahulu
Penelitian Taqwa (2001) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan
metode persediaan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Jakarta
pada periode 1997-2000. Hasil penelitian ini menghasilkan bahwa ukuran perusahaan
dan varibilitas persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pemilihan
metode persediaan, sedangkan struktur kepemilikan, financial leverage, dan rasio lancar
tidak berpengaruh secara signifikan pada pemilihan metode persediaan.
Sastra (2011) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode
penilaian persediaan sesuai dengan PSAK No. 14 (Revisi 2008) pada perusahaan
consumer goods yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Adapun hasil
dari penelitian ini yaitu, struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, financial leverage,
variabilitas persediaan, dan rasio lancar tidak mempunyai pengaruh terhadap pemilihan
metode penilaian persediaan yang sesuai dengan PSAK No. 14 (revisi 2008).
Citra (2011) yang menguji Pengaruh profitabilitas, leverage, dan ukuran
perusahaan terhadap pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2009. Dengan hasil penelitian
profitabilitas dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode
akuntansi penilaian persediaan, sedangkan leverage berpengaruh terhadap pemilihan
metode akuntansi penilaian persediaan.
Shofaa Marwah (2012) meneliti mengenai Analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan metode penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2007-2010, menunjukkan Likuiditas, laba sebelum pajak
dan leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode penilaian persediaan,
sedangkan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi
penilaian persediaan.

3.
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
Objek Penelitian
Objek penelitian dalam penelitian ini, leverage sebagai variabel independen dan
pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan sebagai variabel dependen. Sedangkan
subjek penelitian adalah perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d.
2012.
Metode Penelitian
Sugiyono (2012:2) menerangkan bahwa: “Metode penelitian pada dasarnya
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.”
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
survei data sekunder. Menurut Moh. Nazir (2011:54) metode deskriptif adalah:
24

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

“Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, objek, suatu set kondisi, suatu
sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan
membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.”
Operasional Variabel
Variabel terbagi kedalam dua jenis yaitu, variabel independen dan variabel
dependen. Berikut pengertian kedua variabel tersebut menurut Sugiyono (2012:38):
“Variabel independen (bebas) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan variabel
dependen (terikat) sendiri adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas.”

Variabel
Penelitian
Variabel
Independen
(Leverage)
X
(Kasmir, 2013 )
Variabel Dependen
(Metode akuntansi
penilaian
persediaan)
Y
(PSAK 14 revisi
2008)

Tabel 1. Operasional Variabel
Konsep
Indikator
Rasio yang digunakan untuk Leverage =
mengatur
sejauh
mana Total kewajiban/
aktivitas
perusahaan Total ekuitas
dibiayai dengan utang.

Metode akuntansi penilaian
persediaan adalah berbagai
pilihan cara pengukuran
penilaian persediaan yang
dapat digunakan dalam
perusahaan. Ada 2 metode
akuntansi
penilaian
persediaan
diantaranya
yaitu:
Metode FIFO
Metode AVERAGE
Sumber: Hasil olah penulis (2016)

Skala
Ukur
Rasio

Nominal
Diberi nilai
1 = jika perusahaan
menggunakan
Metode FIFO
0 = jika perusahaan
menggunakan
Metode Average

Rancangan Pengujian Hipotesis
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software
SPSS 20.0. Adapun langkah-langkah yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
adalah sebagai berikut:
Pemilihan Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2012:80) pengertian populasi adalah sebagai berikut :

25

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/ subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.”
Sedangkan yang dimaksud dengan sampel menurut Sugiyono (2012:81) adalah
sebagai berikut: “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.”
Hal ini sejalan dengan teknik pengambilan sampel yang menggunakan metode
purposive sampling dengan kriteria-kriteria yang digunakan dalam menentukan sampel
penelitian ini yaitu:
1. Perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2010 s.d 2012.
2. Terdapat laporan keuangan tahunan yang telah diaudit periode 2010 s.d 2012 yang
diterbitkan di website resmi Bursa Efek Indonesia.
3. Perusahan hanya menggunakan satu metode akuntansi penilaian persediaan untuk
seluruh persediaan.
4. Tidak melakukan perubahan metode akuntansi persediaan selama periode
penelitian.
Populasi sebanyak 114 dari 38 perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang terdaftar di BEI selama tiga periode pengamatan 2010 s.d 2012. Dikarenakan
pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling, maka total sampel ialah
sebanyak 69 dari 23 perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di BEI
selama tiga periode pengamatan 2010 s.d 2012 .
Penetapan Hipotesis
Penentuan hipotesis dalam penelitian ini berdasarkan hipotesis operasional.
Menurut Jonathan Sarwono (2013:71) hipotesis operasional adalah :
“Hipotesis operasional merupakan hipotesis yang bersifat objektif, artinya peneliti
merumuskan hipotesis tidak semata-mata berdasarkan anggapan dasarnya, tetapi juga
berdasarkan objektivitasnya, bahwa hipotesis penelitian yang dibuat belum tentu benar
setelah diuji dengan menggunakan data yang ada.”
Pengujian tersebut dilakukan dengan terlebih dahulu memformulasikan hipotesis
nol (Ho) dan Hipotesis alternative (Ha). Perumusan hipotesis tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Ho : Leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode
akuntansi penilaian persediaan.
2. Ha : Leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi
penilaian persediaan.
Pemilihan Uji Statistik
Data tersebut diperoleh dari www.idx.com. Data yang diperoleh akan dianalisis
dengan berbagai macam uji seperti uji analisis statistik yaitu:
1. Uji analisis deskriptif
2. Uji multivariate logistic regresion.
26

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

Menurut Jonathan Sarwono (2013:18) regresi logistik adalah:
“Regresi logistik merupakan suatu teknik untuk membuat prediksi terhadap variabel
tergantung berskala nominal dengan menggunakan variabel bebas berskala interval.”
Pengujian uji regresi logistik yang meliputi:
a. Uji regresi logistik (logistic regression hosmer and lemeshow goodness of fit test )
untuk menguji kelayakan dan kecocokan model regresi. Model logistic regression
dapat dilihat sebagai berikut:
Ln y = α + β ln L
1-y
Dimana:
Ln = log natural
y = metode akuntansi penilaian persediaan
α = konstanta
β = koefisien
L = leverage
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan regresi logistik yang dilakukan
secara bersama-sama bagi kedua variabel yaitu leverage dengan tingkat signifikansi
5%. Imam Ghozali (2013) mengemukakan apabila variabel bebas merupakan
campuran antara variabel metrik dan non parametrik maka dapat dianalisis dengan
menggunakan regresi logistik.
b. Uji Nagelkerke 's R Square. Uji ini dilakukan untuk menilai seberapa besar
variasi dari variabel dependen (metode penilaian persediaan) dapat dijelaskan oleh
variabel independen (leverage). Dasar pengambilan hasil dalam uji Nagelkerke's R
Square dapat dilihat pada nilai Nagelkerke's R Square.
Penarikan Kesimpulan
Langkah selanjutnya setelah mengolah data adalah menarik kesimpulan dengan
memperhatikan uraian – uraian dibawah ini :
1. Kelayakan model regresi
Untuk menguji kelayakan model regresi, gunakan uji hipotesis berikut:
H0 : tidak ada perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dan
diamati.
H1 : ada perbedaan yang signifikan antara klasifikasi yang diprediksi dan diamati.
Dasar keputusannya adalah
a. Jika probabilitas > 0,05, Ho diterima (dilihat dari signifikansi tabel hosmer and
lemeshow goodness of fit test).
b. Jika probabilitas < 0,05, Ho ditolak (dilihat dari signifikansi tabel hosmer and
lemeshow goodness of fit test).
2. Hasil pengujian Nagelkerke's R Square dapat dilhat dalam kolom Nagelkerke's R
Square dengan dasar keputusan sebagai berikut:
a. Jika Nagelkerke's R Square ≤ 0 , 0 5 Hal ini berarti variabel independen tidak
cukup kuat untuk menjelaskan hubungannya dengan variabel dependen.
27

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

b. Jika Nagelkerke's R Square ≥ 0 , 0 5 Hal ini berarti variabel independen cukup
kuat untuk menjelaskan hubungannya dengan variabel dependen.
3. Menguji koefisien regresi
Untuk menguji apakah koefisien regresi berpengaruh atau tidak berpengaruh
menggunakan angka probabilitas (signifikansi) hasil perhitungan uji t pada kolom
variables in equation, dengan hipotesis:
H0 : Koefisien regresi tidak berpengaruh
H1 : Koefisien regresi berpengaruh
Dasar keputusannya adalah
a. Jika signifikansi/probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima.
b. Jika signifikansi/probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak.
4.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian
Leverage Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri Tahun 2010 s.d 2012
Berdasarkan perhitungan leverage yang menggunakan debt to equity ratio pada
perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2010 s.d. 2012 yang dijadikan sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1

Gambar 1. Grafik leverage perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode
2010 hingga 2012.
Berdasarkan perhitungan leverage perusahaan manufaktur sektor aneka industri
yang ditetapkan menjadi sampel penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 27 dari 69
sampel penelitian atau 39,13% perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode
2010 s.d. 2012 memiliki leverage dibawah 1, sedangkan 34 dari 69 sampel penelitian
atau 49,28% perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012
memiliki leverage diatas 1, dan sisanya 8 dari 69 sampel penelitian atau 11,59%
perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 memiliki leverage
yang bernilai negatif. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hampir setengah dari
perusahaan manufaktur sektor aneka indutstri memiliki leverage diatas 1 yang artinya
perusahaan kurang memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajibannya dengan modal
yang dimilikinya.

28

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

Leverage perusahaan dari tahun ke tahun mengalami perubahan baik penurunan
maupun kenaikan, untuk melihat seberapa efektif perusahaan menggunakan leverage
keuangan maka dapat dilakukan analisis menggunakan financial leverage indeks (FLI).
Adapun rumus financial leverage indeks yaitu:
FLI =
Pengembalian/imbalan atas ekuitas
Pengembalian/imbalan atas aktiva yang disesuaikan
Dengan adanya perhitungan financial leverage indeks ini perusahaan akan lebih
mudah dalam mengelola rasio leverage sehingga perusahaan dapat menyeimbangkan
pengembalian atas kewajiban dengan resiko yang dihadapi.
Berdasarkan data perhitungan financial leverage indeks perusahaan manufaktur
sektor aneka industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 s.d. 2012
pada tabel 4.2. menunjukkan bahwa sebanyak 50 dari 69 sampel penelitian atau 72,46%
perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 memiliki financial
leverage indeks diatas 1, artinya lebih dari setengah perusahaan manufaktur sektor
aneka industri dapat memanfaatkan penggunaan hutang atau dengan kata lain
perusahaan sukses menggunakan leverage keuangan, sebab pengembalian/imbalan atas
ekuitas melebihi pengembalian/imbalan atas aktiva. Sedangkan 9 dari 69 sampel
penelitian atau 13,04% perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d.
2012, yaitu PT. Ricky Putra Globalindo Tbk (2010 s.d. 2011), PT. Prima Alloy Steel
Tbk (2010 s.d. 2011), dan PT. Panasia Indo Resources Tbk (2010 dan 2012), PT.
Multistrada Arah Sarana Tbk (2012), PT. Sunson Textile Manufacture Tbk (2010) dan
PT. Nusantara Inti Corpora Tbk (2012) memiliki indeks leverage keuangan dibawah 1,
hal ini menunjukkan perusahaan tidak sukses dalam menggunakan leverage keuangan.
Kondisi ini terlihat dari pengembalian /imbalan atas ekuitas yang lebih kecil dari
pengembalian/imbalan atas aktiva. Kemudian 10 dari 69 sampel penelitian atau 14,50%
perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 yaitu, PT Asia
Pasific Fibers Tbk (2010 s.d. 2012), PT. Eratex Djaja Tbk (2010 s.d. 2011), PT. Sunson
Textile Manufacturer Tbk (2011 s.d. 2012), dan PT. Unitex Tbk (2010 s.d. 2012)
dengan financial leverage indeks bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena perusahaan
mengalami kerugian dan defisiensi modal, artinya perusahaan tidak mampu
memanfaatkan hutang atau dalam kata lain tidak sukses menggunakan leverage
keuangannya.
Metode Akuntansi Penilaian Persediaan Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri Tahun 2010 s.d. 2012.
Data pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan oleh perusahaan diambil
dari catatan atas laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada laporan keuangan
perusahaan pada periode 2010 s.d. 2012.

29

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

Gambar 2. Grafik metode akuntansi penilaian persediaan yang digunakan
perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012.
Berdasarkan data dari catatan atas laporan keuangan perusahaan menunjukkan 2
dari 23 perusahaan atau 8,7% perusahaan manufaktur sektor aneka industri yang
menggunakan metode akuntansi penilaian persediaan FIFO (first in first out) dan 21
perusahaan dari 23 perusahaan atau 91,3% perusahaan manufaktur sektor aneka industri
menggunakan metode average. Perusahaan yang menggunakan metode akuntansi
penilaian persediaan FIFO diantaranya yaitu PT. Nippress Tbk yang bergerak dibidang
otomotif dan komponen, dan PT. Nusantara Inti Corpora Tbk yang bergerak dibidang
garment. Sedangkan perusahaan yang memilih average adalah PT. Asia Pasific Fibers
Tbk, PT. Century Textile Industri Tbk, PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Gajah Tunggal Tbk,
PT. Good Year Tbk, PT. Indo Kordsa Tbk, PT. Indorama Synthetics Tbk, PT.
Indospring Tbk, PT. KMI Wire&Cable Tbk, PT. Multistarda Arah Sarana Tbk, PT.
Multi Prima Sejahtera Tbk, PT. Panasia Indo Resources Tbk, PT. Polychem Indonesia
Tbk, PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk, PT. Ricky Globalindo Tbk, PT. Sat Nusa
Persada Tbk, PT. Selamat Sempurna Tbk, PT. Sunson Textile Manufacturer, PT.
Supreme Cable & Commerce (SUCACO) Tbk, PT. Unitex Tbk, dan PT. Voksel Electric
Tbk. Perbedaan penggunaan metode akuntansi penilaian persediaan ini disebabkan
karena adanya perbedaan kepentingan di setiap perusahaan. Hal ini berkaitan dengan
tujuan dan motivasi perusahaan, apakah perusahaan ingin menaikkan laba atau
menurunkan laba. Kecenderungan perusahaan menggunakan metode akuntansi
penilaian persediaan average bisa disebabkan karena perusahaan ingin menurunkan laba
untuk memperkecil biaya pajak, selain itu kondisi perusahaan yang listing di BEI yang
mudah di awasi oleh pemerintah membuat perusahaan memilih kebijakan tersebut untuk
menurunkan biaya pajak. Sedangkan perusahaan yang menggunakan FIFO, memiliki
motivasi untuk meningkatkan laba, hal ini bisa dikaitkan dengan teori akuntansi positif
hipotesis ekuitas hutang yang menggambarkan hubungan perusahaan dengan kreditor.
Perusahaan ingin terlihat mampu memenuhi kewajibannya, untuk membuat kreditor
30

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

memberikan tambahan pinjaman atau menyetujui pinjaman yang diajukan oleh
perusahaan.

Pengaruh Leverage Terhadap Pemilihan Metode Akuntansi Penilaian Persediaan
Berdasarkan hasil Analisis deskriptif ini dilakukan untuk mengetahui nilai ratarata, maksimun dan minimum dari variabel penelitian leverage secara keseluruhan
maupun berdasarkan metode akuntansi penilaian persediaan.Semua data atau 69 data
terolah tanpa ada data yang hilang. Hal ini terlihat dari kolom Included 100% data
terolah dan kolom Excluded N=0 atau 0% tidak ada ada yang hilang.
Hasil perhitungan uji kelayakan model regresi yang diperoleh melalui
perhitungan menggunakan software SPSS 20, menunjukkan besarnya nilai statistik
Hosmer and Lemeshow Goodness of Fit Test sebesar 6,791 dan terlihat bahwa nilai
signifikansi 0,559 lebih besar dari 0,05, maka artinya H0 diterima. Hasil menunjukkan
bahwa model regresi biner layak digunakan pada analisis selanjutnya karena tidak
terdapat perbedaan antara klasifikasi yang diprediksi dan yang diamati.
Uji Nagelkerke's R Square yang diperoleh melalui perhitungan menggunakan
software SPSS 20, terlihat besarnya adalah 0,004 lebih kecil dari 0,05, jadi dapat
disimpulkan variabel independen (leverage) tidak cukup kuat untuk menjelaskan
hubungannya dengan variabel dependen (metode akuntansi penilaian persediaan)
sebesar 0,4% dan sisanya 99,6% dapat dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian
ini. Dengan kata lain bahwa pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen
kemungkinan hanya sebesar 0,4%.
Pengujian hipotesis data diperoleh persamaan model regresi logistik adalah
sebagai berikut:
Ln MPP = -2,276 + (-0,067) L
1-MPP
Persamaan tersebut di atas dapat dilihat bahwa nilai koefisien β bertanda negatif
yaitu sebesar -0,067 yang menunjukkan bahwa apabila nilai leverage semakin besar,
maka probabilitas pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan FIFO semakin kecil
dan probabilitas pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan average semakin
besar. Sedangkan tingkat signifikansi yang dihasilkan adalah sebesar 0,754 lebih besar
dari 0,05 dan artinya Ho diterima. Hal ini menunjukan bahwa leverage tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi penilaian
persediaan. Hasil ini didukung dengan hasil analisa tanpa uji statistik bahwa data
leverage dan metode akuntansi penilaian persediaan yang digunakan perusahaan tidak
sesuai dengan teori akuntansi positif, dimana perusahaan dengan leverage diatas 1
cenderung memilih metode average dibandingkan metode FIFO.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori akuntansi positif (Belkoui, 2006)
dengan hipotesis ekuitas utang yang menyatakan semakin tinggi leverage perusahaaan
maka akan semakin ketat perusahaan terhadap batasan-batasan yang terdapat didalam
perjanjian utang yang dibuat kreditor dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran
31

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

ISSN : 1829 - 7188

perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis, maka semakin besar kemungkinan
bahwa manajer menggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba.
Ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori akuntansi hipotesis ekuitas hutang
disebabkan karena sebagian besar sampel penelitian memilih metode akuntansi
penilaian persediaan average pada periode 2010 s.d. 2012, sedangkan hanya 2
perusahaan yang menggunakan metode akuntansi penilaian persediaan FIFO (first in
first out) pada periode 2010 s.d. 2012. Selain itu, jika melihat dari data leverage dan
metode akuntansi penilaian persediaan yang digunakan perusahaan dan
membandingkannya dengan teori akuntansi positif hipotesis ekuitas hutang, keduanya
memang tidak berbanding lurus. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan
dengan tingkat leverage diatas maupun dibawah 1 memiliki tujuan yang sama yaitu
menghindari biaya pajak yang tinggi maka semua perusahaan dengan leverage yang
tinggi ataupun rendah cenderung akan memilih metode akuntansi penilaian persediaan
yang dapat menurunkan laba, yaitu metode average. Sebab, perusahaan dengan tingkat
leverage yang tinggi memiliki biaya yang tinggi juga. Maka dengan metode akuntansi
penilaian persediaan tersebut dapat mengurangi pembayaran pajak agar biaya yang
ditanggung perusahaan dapat berkurang. Sedangkan perusahaan dengan leverage yang
rendah dinilai mampu memenuhi kewajibannya sehingga kemungkinan perusahaan
tidak akan dikenakan biaya akibat tidak bisa memenuhi kewajibannya, dengan kata lain
modal yang dimiliki cukup untuk membiayai aktivitas operasionalnya. Namun, dengan
kondisi tersebut perusahaan ingin melakukan penghematan biaya pajak sehingga
perusahaan dengan leverage dibawah 1 cenderung memilih metode akuntansi penilaian
persediaan average.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taqwa (2001),
Sastra (2011), dan Shofaa (2012) yang menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan. Menurut Shofaa (2012)
leverage tidak berpengaruh terhadap pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan
karena perusahaan tidak memperhatikan besar kecilnya hutang jangka panjang dalam
memilih metode akuntansi penilaian persediaan, melainkan perusahaan cenderung
memilih metode yang dapat meminimalisasi biaya pajak.

5.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh leverage
terhadap pemilihan metode akuntansi penilaian persediaan pada perusahaan manufaktur
sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 dan sesuai dengan tujuan penelitian, maka
dapat ditarik kesimpulan:
1. Leverage pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012
yang diukur dengan debt to equity ratio memperoleh hasil yang beragam untuk
setiap perusahaan tersebut. Bahwa sekitar 27 dari 69 sampel penelitian atau 39,13%
32

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

2.

3.

perusahaan memiliki nilai debt to equity ratio dibawah 1 dan 34 dari 69 sampel
penelitian atau 49,28% perusahaan memiliki nilai debt to equity ratio diatas 1. Hal
ini berarti bahwa perusahaan kurang baik dalam memenuhi kewajibannya kepada
kreditor sebab nilai hutang lebih besar dari modal yang dimiliki perusahaan
sehingga kreditor akan lebih ketat terhadap batasan-batasan yang terdapat dalam
perjanjian hutang. Sedangkan sisanya 8 dari 69 sampel penelitian atau 11,59%
memiliki leverage yang bernilai negatif. Hal ini disebabkan perusahaan mengalami
kerugian dan defisiensi modal sehingga sudah dapat dipastikan bahwa perusahaan
kurang memiliki kemampuan dalam memenuhi kewajibannya dengan modal yang
dimilikinya. Namun jika melihat dari keefektifan perusahaan menggunakan
leverage keungannya menunjukkan bahwa 72,64% perusahaan manufaktur sektor
aneka industri periode 2010 s.d. 2012 sukses menggunakan leverage keuangannya,
sedangkan sisanya 27,54% perusahaan manufaktur sektor aneka indutri tidak
sukses menggunakan leverage keuangannya. Hal ini dikarenakan 13,04%
perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 memiliki nilai
FLI (financial leverage indeks) dibawah 1 dan 14,50 % perusahaan manufaktur
sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 bernilai negatif.
Metode akuntansi penilaian persediaan yang digunakan oleh perusahaan
manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012 diperoleh hasil bahwa
8,7% perusahaan memilih metode akuntansi FIFO untuk menilai seluruh
persediaannya dan 91,3% perusahaan cenderung memilih metode akuntansi
penilaian persediaan average. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir seluruh
perusahaan manufaktur sektor aneka industri pada periode 2010 s.d. 2012 memiliki
tujuan yang sama yaitu untuk menurunkan laba sehingga dapat memperkecil biaya
pajak.
Berdasarkan hasil pengujian regresi logistik menunjukkan bahwa leverage tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pemilihan metode akuntansi penilaian
persediaan. Metode akuntansi penilaian persediaan yang digunakan oleh
perusahaan manufaktur sektor aneka industri periode 2010 s.d. 2012, yang tidak
sesuai dengan teori akuntansi positif hipotesis ekuitas hutang. Hal ini disebabkan
karena adanya kepentingan yang berbeda pada setiap perusahaan. Selain itu,
perusahaan cenderung memilih kebijakan yang bersifat jangka pendek yang dinilai
lebih efektif untuk menghindari pelanggaran perjanjian hutang yang dapat
menimbulkan biaya bagi perusahaan daripada memilih metode akuntansi yang
dapat meningkatkan laba yang bersifat jangka panjang.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan
saran sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan baik perusahaan manufaktur sektor
aneka industri maupun perusahaan lainnya dan bagi penelitian selanjutnya, saran-saran
tersebut:

33

Portofolio Volume 12 Nomor 1 Mei 2015, 19 – 35

1.

2.

ISSN : 1829 - 7188

Dalam pemilihan dan penetapan metode akuntansi yang akan digunakan
perusahaan sebaiknya perusahaan melakukan pertimbangan yang didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi perusahaan. selain itu, sebaiknya metode akuntansi
digunakan sebagai cara mengelola laba perusahaan.
Dalam pemilihan subjek penelitian diharapkan lebih disesuaikan dengan teori
akuntansi positif dimana pada penelitian ini diharapkan perusahaan yang
menggunakan metode FIFO harus lebih besar daripada metode average sehingga
hasil penelitian akan lebih akurat karena disesuaikan dengan teori akuntansi postif.

DAFTAR PUSTAKA
Citra., 2011, Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Pemilihan Metode Akuntansi Penilaian Persediaan Pada Perusahaan
Manufaktur Periode 2007-2010, Skripsi, Universitas Padjajaran, Bandung.
Fraser Lyn M, Aileen Ormiston., 2008, Memahami Laporan Keuangan, Alihbahasa
oleh: Priyo Darmawan, Edisi Ketujuh, Indonesia : PT. Indeks.
Ikatan Akuntan Indonesia., 2011, Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta : Salemba
Empat.
Imam Ghazali., 2013, Aplikasi Analisis Mutivariat dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi, Edisi Ketujuh, Semarang : Badan Penerbit Universitas
Diponogoro.
Jonathan Sarwono., 2013, Statistik Multivariat Aplikasi Untuk Riset Skripsi, Yogyakarta
: CV Andi Offset.
Kasmir., 2013, Analisis laporan Keuangan, Edisi Kesatu, Jakarta : Rajawali Pers.
Kukuh Budi Setiyanto., 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan
Metode Akuntansi Penilaian Persediaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Dagang
dan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2008 s.d 2010, Skripsi,
Universitas Diponogoro, Semarang.
Nazir, Moh., 2011, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Riahi, Ahmad dan Belkoui., 2006, Teori Akuntansi, Edisi Ketiga, Jakarta : Salemba
Empat.
Shofaa Marwah., 2012, Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Metode
Akuntansi Penilaian Persediaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar
Di BEI Periode 2007 s.d 2010, Skripsi, Universitas Diponogoro, Semarang.
Sugiyono., 2012, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D, Cetakan ke-16,
Bandung : Alfabeta.
Suwarjono., 2010, Teori Akuntansi, Edisi Ketiga, Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta

34

Pengaruh Debt To Equity Ratio Terhadap Pemilihan Metode Penilaian Persediaan (Studi Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Indutri Periode 2010 -s.d. 2012)

Taqwa, dkk., 2001, Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode akuntansi
persediaan pada perusahaan manufaktur di BEJ pada periode 1997-2000,
Tesis, Universitas Diponogoro, Semarang.
Watts, R. dan J.L Zimmerman., 1986, Positive Accounting Theory. United States of
America: Prentice Hall, Inc.
www.idx.co.id

BIODATA PENULIS :
Neni Maryani, SE., M.Si., Ak.,CA.,CPA. adalah dosen Fakultas Ekonomi Universitas
Jenderal Achmad Yani
Rudiana, S.E.,CPSAK.,M.Ak.,Ak.,CA.,CPA adalah dosen Politeknik Praktisi Bandung

35

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25