BAB I PENDAHULUAN - 7. MAKALAH KELOMPOK III, Analisis masalah belajar dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk

  memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Tujuan belajar: batas cita2 yang diinginkan dlm suatu usaha, tujuan dapat pula diartikan sbg suatu yang ingin dicapai dlm suatu kegiatan belajar.

  Pembelajaran adalah suatu proses yang dilaksanakan secara sistematik dimana setiap komponen saling berpengaruh. Daalam proses secara implicit terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yg diinginkan.

  Suatu kenyataan yang perlu disadari oleh guru-guru ialah bahwa murid-murid yang dihadapi di kelas tidak sama satu dengan yang lainnya. Murid menpunyai perbedaan dalam banyak hal seperti : berbeda kemampuan, bakat, minat yang mereka miliki, berbeda dalam ketajaman melihat dan mendengar serta berbeda latar belakang kehidupannya. Oleh sebab itu guru tidak boleh menyamaratakan atau beranggapan bahwa semua anak mempunyai kemampuan dan kecepatan belajar yang sama, sehingga dalam waktu yang sama semua murid diangap akan dapat menyelesaikan isi pelajaran yang sama. Kenyataannya di dalam kelas selalu ada murid yang cepat dalam belajar, ada yang sedang atau normal dan ada murid yang lamban dalam mengikuti pelajaran.

  Murid yang lambat dalam belajar sering mangalami kesulitan, sebab setiap akhir kegiataan belajar murid belum mampu untuk menguasai seluruh materi yang seharusnya sudah dikuasai, guru telah melanjutkan pada materi berikutnya. Akibat lain yang timbul pada diri murid mungkin ia tidak ada perhatian terhadap pelajaran itu atau tidak punya minat untuk belajar atau tidak bersemangat untuk belajar. Oleh sebab itu guru hendaknya dapat memberikan perhatian khusus terhadap murid yang lambat dalam belajar atau mengalami masalah atau kesulitan dalam mencapai tujuan pelajaran yang ditetapkan. Pada hakekatnya guru mempunyai tanggung jawab yang lebih luas dari peranannya sebagai pengajar atau pembelajar. Guru sebagai pembelajar bertanggung jawab untuk membantu murid dalam mencapai perkembangan yang optimal. Oleh sebab itu guru diharapkan dapat menciptakan situasi kegiatan dalam belajar dan pembelajaran di sekolah yang efektif dan efisien, sehingga murid diharapkan mencapai hasil belajar yang optimal. Untuk mencapai hasil belajar yang optimal bagi murid, maka setiap kesulitan atau masalah yang timbul dalam belajar seyogyanya dapat segera diidentifikasi dan segera pula diberikan bantuan atau perbaikan. Ini berarti bahwa setiap pada murid yang mengalami kesulitan atau masalah dalam belajar, materi yang di bahas dalam masalah-masalah belajar dan pembelajaran ini meliputi :

  1. Jenis-jenis masalah belajar dan pembelajaran.

  2. Faktor-faktor penyebab masalah belajar dan pembelajaran

  3. Cara mengungkapkan masalah belajar

  4. Upaya pengentasan masalah belajar dan pembelajaran

  5. Bentuk layanan yang diberikan

B. Rumusan Masalah

  Dari latar belakang diatas penulis merumuskan masalah dalam laporan ini adalah:

  1. Apasajakah masalah-masalah dalam proses belajar dan pembelajaran?

  2. Bagaimanakah solusi- solusi untuk mengatasi masalah-masalah belajar dan pembelajaran?

BAB II PEMBAHASAN A. Masalah-masalah Belajar dan Pembelajaran

  1. Jenis-jenis masalah belajar Di sekolah, disamping banyaknya murid yang berprestasi belajar, sering pula dijumpai adanya murid yang gagal, seperti : nilai atau angka rapor banyak rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya. Secara umum, murid-murid yang mengalami hal seperti itu dapat dipandang sebagai murid yang mengalami masalah belajar. Masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ra- gamnya, menurut Prayitno (1994 : 90), mengemukakan masalah – masalah se-bagai berikut : a. keterampilan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memamfaatkannya secara optimal.

  b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki IQ 130 atau lebih tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk itu.

  c. Sangat lambat dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus

  d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar mereka seolah-olah tampak jera dan malas.

  e. Bersikap dan berkebiasan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatan atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistik dengan yang seharusnya, seperti suka menunda-nunda tugas, mengulur waktu, membenci guru, tidak mau bertanya untuk hal- hal yang tidak diketahuinya dan sebagainya.

  Menurut Modul Diagnostik Kesulitan Belajar Dan Pengajaran Remedial, beberapa ciri-ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar antara lain : a. Menunjukan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau dibawah potensi yang dimilikinya.

  b. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu berusaha untuk belajar dengan giat tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah

  c. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajar. Ia selalu tertinggal dari teman-temannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.

  d. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang,berpura-pura, dusta dan sebagainya.

  e. Menunjukkan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, menganggu dalam atau di luar kelas, tidak mau mencatat diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan sebagainya.

  f. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih atau menyesal, dsb

  Burton (1952 : 622-624) mengidentifikasi bahwa seorang siswa itu dapat dipandang atau dapat diduga sebagai mengalami kesulitan belajar kalau yang bersangkutan menunjukkan kegagalan ( failure) tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kegagalan belajar didefenisikan oleh Burton sebagai berikut : a. Siswa dikatakan gagal, apabila dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan (mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu seperti yang telah ditetapkan oleh orang dewasa atau guru (criterion referenced). Dalam kontek sistem pendidikan di Indonesia angka nilai batas lulus (passing grade, grade-standard- basis) itu ialah angka 6 atau 60% atau C (60% dari tingkat ukuran yang diharapkan atau ideal), siswa ini dapat digolongkan kepada lower group.

  b. Siswa dikatakan gagal, apabila yang bersangkutan tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang semestinya ( berdasarkan tingkat ukuran kemampuan : intelegensi : bakat ) ia diramalkan (predicted) akan dapat menyerjakan atau mencapai prestasi tersebut, siswa ini digolongkan kedalam under achievers.

  c. Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak dapat mewujudkan tugas-tugas perkembangan termasuk penyesuaian sosisal, dengan pola organismik (his/organismic pattern) pada sosial dan usia yang bersangkutan (norm referenced) siswa yang bersangkutan, dapat dikatagorikan ke dalam slow learners.

  d. Siswa dikatakan gagal, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan (mastery level) yang diperlukan sebagai persyaratan (prerequisisi) bagi kelanjutan (continuity) pada tingkat pelajaran berikutnya, siswa ini dapat digolongkan kedalam slow learners atau belum matang (immature) sehingga harus menjadi pengulang.

  Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar, kalau yang bersangkutan tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu. Seperti ukuran kriteria yang dinyatakan dalam TIK atau ukran tingkat kapasitas atau kemampuannya.

B. Faktor-faktor Penyebab Masalah Belajar

  Dalam kegiatan belajar mengajar yang dilalui atau dijalani murid-murid disekolah maupun diluar sekolah terdapat berbagai kesulitan yang dapat ber-sumber dari dirinya sendiri, pelajaran yang diterima, guru-guru, teman-teman, kelurga dan sebagainya. Oemar Hamalik (1983 : 112) merumuskan : “Adapun faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar itu dapat digolongkan menjadi : 1) Faktor yang bersumber dari diri pribadi, 2) Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, 3) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga, 4) Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat.

  Faktor yang bersumber dari diri pribadi sendiri yaitu faktor psikologis seperti intelegensi, bakat,minat, motivasi, kematangan. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Murid yang menpunyai intelegensi tinggi akan lebih mudah dalam atau lebih berhasil dibandingkan dengan murid-murid yang intelegensinya kesulitan dalam memahami pelajaran yang diberikan guru.

  Bakat akan dapat mempengaruhi seseorang dalam belajar atau dapat mendatangkan kesulitan misalnya bila bahan yang dipelajari oleh murid tidak sesuai dengan bakatnya. Misalnya murid yang tidak berbakat menari akan memngalami kesulitan dalam belajar menari walaupun tari itu mudah gerakkannya.

  Motivasi murid dalam proses belajar hendaknya diperhatikan guru, sebab motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar. Bila murid tidak mempunyai motivasi dalam belajar tentu prestasi belajar bisa menurun.

  Kesulitan belajar yang disebabkan faktor fisiologis seperti kesehatan fisik berpengaruh pada fikiran dan demikian juga pikiran dapat mempengaruhi fisik. Winarno Surahmad mengatakan bahwa : “ Ganguan visual (penglihatan) diseko-lah-sekolah diperkirakan sekitar 25% dari murid biasa, yang biasanya tidak mu-dah diketahui kareta tidak nyata seperti pada keadaan buta. Ganguan-gangguan visual yang tidak tampak sering kali disertai dengan gejala pusing, mual, sakit kepala, malas dan kehilangan konsetrasi pada pelajaran.” Jadi ganguan-ganguan fisik ini dapat berupa ganguan pada alat-alat penglihatan dan pendengaran yang dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar.

  Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar yaitu : kurikulum, metode mengajar, hubungan guru dengan guru, hubungan guru dengan murid, hubungan murid dengan murid, sarana dan prasarana. Kurikulum yang dapat menimbulkan kesulitan belajar-mengajar bila kurikulum terlalu padat, tidak sesuai dengan kemampuan murid, kurikulum yang sering berubah.

  Metode mengajar misalnya guru mengunakan metode yang dalam belajar. Hubungan guru dengan guru yang tidak baik dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar misalnya guru menyebutkan kelemahanya atau kekurangan guru pada murid-muridnya. Hubungan guru dengan murid yang dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar hubungan itu tidak baik, misalnya guru yang tidak menghargai murid dengan memarahi murid atau menyebutkan kelemahan murid dihadapan teman-temannya, guru menuntut sama semua murid dengan teman-teman yang berprestasi. Hubungan murid dengan murid yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, bila dalam satu kelas terdapat persaingan yang kurang sehat. Sarana dan prasarana yang dapat menimbulkan kesulitan dalam belajar seperti alat-alat belajar yang kurang atau tidak lengkap, buku-buku sumber yang diperlukan sulit didapatkan, ruang kelas tidak mencukupi syarat seperti terlalu panas, pengap, ruang kecil tida sesuai dengan jumlah siswa.

  Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga yang dapat menimbulkan kesulitan belajar yaitu : ekonomi keluarga, hubungan antar sesama keluarga, tuntutan orang tua, pendidikan orang tua. Keadaan ekonomi keluarga, akan mepengaruhi belajar anak. Bila anak hidup dalam keluarga yang miskin, tentu kebutuhan pokok tidak terpenuhi dan akan mengangu kesehatan sekaligus tentu mengganggu belajar anak. Anak harus bekerja membantu mencari tambahan ekonomi keluarga, seperti berjualan sebelum berangkat kesekolah atau pulang sekolah. Hal ini dapat menimbulkan kesulitan bagi anak, mungkin anak terlambat datang, tidak dapat membeli peralatan sekolah yang dibutuhkan, tidak dapat memusatkan perhatian, karena sudah lelah dan sebagainya.

  Hubungan antara sesama anggota keluarga dapat mendatangkan kesulitan belajar bagi anak bila hubungan antar anak, orang tua sering marah pada anak, orang tua otoriter, peraturan dalam keluarga kaku, orang tua keras dan sebagainya. Hal ini semua dapat mengangu anak belajar, sebagai akibatnya mungkin anak mungkin anak tidak bisa berkonsentrasi belajar, anak sering melamun waktu belajar atau anak mencari perhatian guru dengan menganggu teman dan sebagainya.

  Tuntutan orang tua yang dapat menimbulkan kesulitan belajar bagi anak, yaitu bila tuntutan orang tua itu tidak sesuai dengan kemampuan anak. Misalnya orang tua menuntut anaknya supaya juara dikelasnya, sedangkan anak sendiri tidak mampu atau ada orang tua menuntut agar nilai matematika, IPA harus tinggi, sedangkan anak tidak mampu atau anak tidak punya minat atau bakat untuk bidang studi itu.

  Faktor lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan kesulitan belajar seperti masmedia cetak, seperti komik, buku-buku pornografi, media elektronik TV, VCD, video, Play Station dan sebagainya.

C. Cara Pengungkapan Masalah Belajar

  Menurut Prayitno (1995; 90-94) : murid atau siswa yang mengalami ma-salah belajar dapat dikenali melalui prosedur pengungkapan melalui tes hasil bela-jar, tes kemampuan dasar, skala pengungkapan siakap dan kebiasaan belajar dan pengamatan. Tes hasil belajar adalah suatu alat yang disusun untuk mengungkapkan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan-tujuan pengajaranyang telah ditetapkan sebelumya.

  1. Tes kemampuan dasar Setiap siswa memiliki kemampuan dasar atau intelegensi tertentu.

  Tingkat ke-mampuan dasar ini biasanya diukur atau diungkapkan dengan mengadministra-sikan tes intelegensi yang sudah baku.

  Siswa mengisi alat ungkap masalah yang berkenan dengan masalah belajar. Alat ini dapat mengungkapkan prasyarat penguasaan materi, keterampilan belajar, sarana belajar, diri pribadi dan lingkungan belajar, (dibahas pada minggu keV).

  3. Tes Diagnostik Tes diagnostik merupakan instrumen untuk mengungkapkan adanya kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam bidang pelajaran tertentu, misalnya untuk bidang studi matematika, apakah dijumpai kesalahan-kesalahan dalam operasi matematika atau dalam pemakaian rumus. Dengan tes diagnostik sebenarnya sekaligus dapat diketahui kekuatan dan ke-lemahan siswa dalam bidang studi tertentu.

  4. Analisis Hasil Belajar Tujuan analisis hasil belajar sama dengan tujuan tes diagnostik, yaitu untuk men-gungkapkan kesalahan-kesalahan yang dialami oleh siswa dalam mata pelajaran atau bidang studi tertentu. Analisis hasil belajar prosedur dan pelaksanaannya di-lakukan dengan jalan memeriksa secara langsung materi hasil belajar yang di-tampilkan siswa, baik melalui tulisan, bentuk grafik atau gambar, bentuk tiga di-mensi berupa model, maket, dan bentuk tiga dimensi hasil kerajinan dan kete-rampilan tangan, gerak gerik suara, bentuk hasil belajar lainnya dapat berupa foto, film, ataupun rekaman video. Di samping pengungkapan masalah belajar tersebut di atas, dapat juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan mengunakan tes bakat dan minat terhadap siswa .

  5. Langkah-langkah atau prosedur dan teknik pengunaan masalah (diagnosa kesulitan belajar)

  a. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar. Cara yang dapat ditem-puh dalam mengidentifikasi siswa yang menandai siswa dalam satu kelas yang diperkirakan menga- lami kesulitan belajar dalam satu bidang studi b. Melokalisasi letaknya kesulitan ( permasalahan), setelah menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka selanjutnya yang ditelaah adalah : 1) Dalam bidang studi manakah kesulitan itu terjadi ? , 2) Pada kawasan tujuan ( aspek prilaku ) yang manakah kesulitan itu terjadi ?, 3) Pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi ?, 4) Dalam segi proses belajar manakah kesulitan itu terjadi?. c. Lokalisasi jenis faktor sifat yang menyebabkan mereka mengalami berbagai kesulitan. Pada garis besarnya sebab kesulitan timbul oleh dua hal yaitu : 1) Faktor internal yaitu faktor yang berada dan terletak pada diri murid itu sen-diri, antara lain disebabkan :

   Kelemahan mental, faktor kecerdasan, intelegensi, atau kecakapan/bakat khusus tertentu dapat diketahui melalui tes tertentu.  Kelemahan fisik, pancaindera, syaraf, kecacatan, karena sakit dan sebagainya.  Gangguan yang bersifak emosional.  Sikap dan kebiasaan yang salah dalam mempelajari bahan pelajaran –pelajaran tertentu.  Belum memiliki pengetahuan dan kecakapan dasar yang dibutuhkan untuk memenuhi bahan lebih lanjut. 2) Faktor eksternal yaitu faktor yang datang dari luar yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar, faktor ini meliputi :  Situasi atau proses belajar mengajar yang tidak merangsang murid untuk aktif antisitatif.  Sifat kurikulum yang kurang fleksibel  Ketidak seragaman pola dan dan standard administrasi  Beban studi terlalu berat  Metoda mengajar yang kurang memadai  Sering pindah sekolah  Kurangnya alat dan sumber belajar  Situasi rumah kurang mendukung untuk aktifitas belajar d. Perkiraan kemungkinan bantuan

  Kalau sudah ditelaah letak kesulitan, jenis dan sifat kesulitan dengan latar bela-kang, faktor-faktor yang menyebabkan, maka akan dapat memperkirakan : 1) Apakah siswa tersebut mungkin dapat dibantu untuk mengatasi kesulitan atau tidak. 2) Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membantu mengatasi kesuli-tan siswa tersebut. 3) Kapan dan dimana pertolongan itu diberikan. 4) Siapa yang dapat memberikan pertolongan. 5) Bagaimana cara memberikan pertolongan secara efektif 6) Siapa sajakah yang harus dilibatkan dalam memberikan pertolongan itu e. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya.

  Langkah kelima ini adalah langkah menyusun satu rencana atau beberapa alterna-tif rencana untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu, rencana hen-daknya berisi cara-cara yang harus ditempuh untuk mengatasi kesulitan yang di-alami siswa tersebut menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang.

  Kegiatan tindak lanjut dapat berupa : 1) melaksanakan bantuan berupa pemberian pengajaran perbaikan pada bidang studi yang mengalami kesulitan 2) Membagi tugas dan peranan pada orang-orang tertentu : guru bidang studi, guru pembimbing.

  3) Senantiasa mencek kemajuan siswa yang diberi bantuan 4) Mereveral siswa yang menurut perkiraan tidak bisa dibantu oleh guru studi atau guru pembimbing.

D. Upaya Pengentasan Masalah Belajar

  Murid yang mengalami masalah belajar perlu mendapat bantuan agar masalahnya tidak berlarut-larut nantinya dan siswa yang mengalami masalah belajar ini dapat berkembang secara optimal. Beberapa upaya yang dapat dilakukan menurut Prayitno ( 1994 ; 94- 99) sebagai berikut : a) Pengajaran perbaikan, b) Kegiatan pengayaan, c) Peningkatan motivasi belajar, dan d) Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif.

  1. Pengajaran perbaikan Pengajaran perbaikan merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok siswa yang menghadapi masalah-masalah belajar dengan maksud untuk memperbaiki kesalah-kelasalahan dalam proses dan hasil belajar siswa. Bentuk kesalahan yang paling pokok berupa salah pengertian, salah pemahaman, salah menafsirkan dan tidak menguasai konsep-konsep dasar. Dengan memperbaiki kesalahan-kesalahan itu maka siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

  2. Kegiatan pengayaan yang diberikan kepada seseorang atau beberapa orang siswa yang sangat cepat dalam belajar. Siswa yang cepat dalam belajar mempunyai sisa waktu yang berlebih dalam belajar, untuk itu mereka memerlukan tugas-tugas tambahan yang terencana untuk menambah atau memperluas pengetahuan dan keterampilan yang telah dimili-kinya dalam kegiatan belajar sebelumnya.

  3. Peningkatan motivasi belajar Di sekolah sebagian siswa mungkin, telah memiliki motif yang kuat, untuk belajar, tetapi sebagian lain mungkin belum.

  Disisi lain, mungkin juga ada siswa yang semula motifnya amat kuat, tetapi menjadi pudar. Tingkah laku seperti kurang bersemangat, jera, malas, bosan dan sebagainya dapat dijadikan indikator kurang kuatnya motif ( motivasi) dalam belajar. Guru bidang studi, guru pembimbing dan staf sekolah lainnya berkewajiban membantu siswa meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

  Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan menurut Prayitno (1994) adalah :

  a. Memperjelas tujuan-tujuan belajar, siswa akan didorong untuk lebih giat belajar apabila ia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak dicapai

  b. Menyesuaikan pengajaran dengan bakat, kemampuan dan minat siswa c. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, merangsang dan menyenangkan d. Memberikan hadiah ( penguatan dan hukuman bila perlu)

  e. Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara guru dan murid, serta antara murid dengan murid.

  f. Menghindari tekanan-tekanan dan suasana yang tidak mengecewakan, membingungkan, menjengkelkan) g. Melengkapi sumber dan peralatan mengajar.

  4. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik Setiap siswa diharapkan menerapkan sikap dan kebiasaan yang belajar yang efektif. Tetapi masih ada siswa yang yang mengamalkan sikap dan ke-biasaan belajar yang tidak diharapkan dan tidak efektif. Bila siswa tidak me-miliki sikap dan kebiasaan belajar yang baik maka dikhwatirkan siswa tersebut tidak akan mencapai hasil belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik itu diperoleh melalui usaha atau bahkan kerja keras.

  5. Layanan konseling individual Konseling dimaksud sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan tata muka ini klien dapat menyampaikan masalah- masalah yang dirasakan pada konselor dan masalah itu bisa dicermati dan diupayakan pengentasannya melalui pembahasan dengan konselor.

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kenyataan didalam kelas selalu ada murid yang cepat didalam

  belajar, ada yang sedang atau normal dan ada murid yang lambat dalam belajar. Murid yang lambat dalam belajar sering mengalami masalah atau kesulitan dalam memahami atau menguasai materi pelajaran yang diberikan guru. Kesulitan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar. Hambatan-hambatan itu bisa ada yang disadari dan mungkin juga tidak disadari oleh yang mengalami, dan hambatan itu dapat bersipat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan proses bela- jar. Orang yang mengalami kesulitan belajar akan mengalami hambatan dalam mencapai hasil belajarnya.

B. Saran

  antara guru-siswa mendorong perilaku belajar siswa. Siswa merupakan kunci terjadinya perilaku belajar dan ketercapaian sasaran belajar. Dengan demikian, bagi siswa perilaku belajar merupakan proses belajar yang dialami dan dihayatidan sekaligus merupakan aktivitas belajar tentang bahan belajar dan sumber belajar di lingkungannya.

  Kondisi diri siswa harus dipertimbangkan dalam merancang materi pembelajaran, metode dan media pembelajaran, serta pemilihan pendekatan belajar agar tidak menimbulkan hambatan belajar, melainkan dapat mengembangkan potensi diri siswa. Hasil yang diharapkan terbentuk pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAKEM). Guru sebagai sumber pembelajar memiliki kewajiban mencari, menemukan, dan diharapkan memecahkan masalah-masalah belajar siswa. Dalam pencarian dan penemuan masalah-masalah tersebut guru dapat melakukan langkah- langkah berupa (1) Mengidentifikasi adanya masalah belajar (2) Menelaah/menetapkan status siswa (3) Memperkirakan sebab terjadinya masalah belajar.

DAFTAR PUSTAKA

  Dimyati dan Mudjiono. (2006). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud berkerjasama dengan Rineka

  Siregar, Eveline dan Nara, Hartini. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta

  Depdikbud ( 1982/1983) Buku II : Modul Diagnostik Kesulitan Belajar DanPengaja-ran Remedial, Depdikbud Dikti Proyek Pengembangan Institusi Pendidikan Tinggi.

  Koestoer Partowisastro, (1982), Diagnosa dan Pemecahan Kesulitan Belajar, Jilid I, Tarsito Bandung. Oemar Hamalik, (1983), Metode Belajar Dan Kesulitan Belajar, Penerbit

  Tarsito Bandung Slameto, (1988), Belajar Dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Bina Aksara, Jakarta.

  Prayitno, (1994), Dasar-dasar Bimbingan Dan Konseling, Buku I, Jurusan PPB FIP IKIP Padang.