BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Nilai Pendidikan - Nilai Pendidikan pada Novel Kakak Batik Karya Seto Mulyadi : Analisis Sosiologi Sastra

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep

2.1.1 Nilai Pendidikan

  Salah satu karya sastra seperti novel terdapat di dalamnya nilai pendidikan yang dapat dipetik oleh pembaca melalui perbuatan-perbuatan tokoh yang dikisahkan dalam novel. Wicaksono (2014:254) mengatakan bahwa nilai merupakan kadar relasi positif antara suatu hal terhadap seseorang. Nilai adalah sesuatu atau hal-hal yang berguna bagi kemanusiaan. Nilai berkaitan erat dengan kebaikan yang ada pada sesuatu hal. Nilai dapat membantu kita menyadari, mengakui, mendalami dan memahami hakikat kaitan antara nilai satu dengan yang lainnya serta peranan dan kegunaannya bagi kehidupan.

  Lebih lanjut, Wicaksono (2015:255) menyebutkan bahwa nilai merupakan suatu yang abstrak, tetapi secara fungsional mempunyai ciri mampu membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Suatu nilai jika dihayati seseorang, nilai tersebut akan sangat berpengaruh terhadap cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak dalam mencapai tujuan hidupnya.

  Pengertian pendidikan menurut pandangan Wicaksono (2014:259-260) adalah usaha sadar, terencana, terus-menerus serta penuh tanggung jawab yang merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya dalam usaha pendewasaan melalui upaya pengajaran dan latihan.

  Berdasarkan pengertian nilai dan pendidikan di atas, Wicaksono (2014:263) berpendapat bahwa nilai pendidikan adalah segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan manusia yang diperoleh melalui proses pengubahan sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik dalam upaya mendewasakan diri, baik dari segi kognitif (berdasar pada pengetahuan faktual empiris/berdasarkan pengalaman), afektif (berkenaan dengan perasaan dan emosi), maupun psikomotorik (berhubungan dengan aktivitas fisik yang berkaitan dengan proses mental dan psikologi).

  Lebih lanjut, Suarman (2000) seperti dikutip Nofalinda (2014:5) menjelaskan nilai pendidikan berarti ukuran terhadap baik dan buruk yang dapat diterima oleh umum atau orang banyak, mengenai perbuatan, sikap, tingkah laku, atau budi pekerti. Nilai pendidikan mencakup beberapa aspek di antaranya pendidikan agama, sosial, budi pekerti, kecerdasan, dan kesejahteraan keluarga.

  Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan adalah segala hal yang mendidik dan dapat mengembangkan potensi orang lain dalam mendewasakan manusia baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

  Karya sastra merupakan salah satu hal penting sebagai sebuah sarana yang mendidik bagi masyarakat pembaca. Sebagaimana dikatakan Pradopo (dalam Nurdiana, 2010:2) menyebutkan karya sastra sebagai hasil olahan sastrawan yang mengambil bahan dari segala permasalahan dalam kehidupan dapat memberikan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh pengetahuan lain. Hal ini merupakan kelebihan karya sastra. Kelebihan lain dari karya sastra ialah bahwa karya sastra dapat memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap cara berpikir mengenai hidupnya sendiri ataupun bangsanya. Sastra sebagai produk kehidupan mengandung nilai-nilai sosial, filosofi, religi dan sebagainya. Adapun hal yang berhubungan dengan nilai pendidikan, yaitu dampak sastra pada pembaca. Nilai didik dalam karya sastra erat kaitannya dengan fungsi karya sastra sebagai sesuatu yang patut mendapatkan perhatian .

  Sejalan dengan pandangan di atas, Sumardjo (dalam Parmini,dkk. 2014:2) menyebutkan bahwa nilai-nilai dalam karya sastra merupakan hasil ekspresi dan kreasi estetik pengarang (sastrawan) yang ditimba dari kebudayaan masyarakatnya. Nilai ideal pengarang tersebut berupa das sollen tentang aspek nilai-nilai kehidupan, khususnya nilai-nilai pendidikan. Suatu karya sastra bisa dikatan baik jika mengandung nilai-nilai yang mendidik.

  Sumardjo (dalam Parmini,dkk.2014:2) juga mengungkapkan bahwa nilai-nilai pendidikan dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal di antaranya melalui pemahaman dan penikmatan sebuah karya sastra. Ada empat macam nilai pendidikan dalam sastra, yaitu nilai pendidikan religius, moral, sosial, dan budaya. Nilai-nilai tersebut tentunya tidak berbeda dengan nilai-nilai yang ada di kehidupan nyata sebuah masyarakat. Bahkan, nilai-nilai tersebut adalah nilai-nilai yang diidealkan pengarang untuk mengupas suatu masalah yang terjadi di kehidupan nyata.

  Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa nilai pendidikan dalam karya sastra adalah hal-hal mendidik yang ada dalam karya sastra yang bermanfaat bagi pembaca dan dapat dicontoh untuk kebaikan pembaca.

2.2 Landasan Teori

  Landasan teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi sastra. Menurut Ratna (2003:1) sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra.

  Sosiologi berasal dari kata sosio (Yunani) (socius bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi (logos berarti sabda,perkataan, perumpaan). Perkembangan berikutnya mengalami perubahan makna, soio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional dan empiris.

  Sastra dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk dan instruksi. Akhiran tha berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk atau buku pengajaran yang baik.

  Sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan dalam kajian sastra yang memahami dan menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan. Sejalan dengan pandangan Jabrohim (2001:169), sosiologi sastra adalah pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan oleh beberapa penulis.

  Endraswara (2008:77) Sosiologi sastra adalah cabang penelitian sastra yang bersifat reflektif. Penelitian ini banyak diminati oleh peneliti yang ingin melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat. Lebih lanjut dikatakan sosiologi sastra merupakan penelitian yang terfokus pada masalah manusia. Sastra sering mengungkapkan perjuangan umat manusia dalam menentukan masa depannya, berdasarkan imajinasi, perasaan dan intuisi. Hal tersebut menandakan bahwa perjuangan panjang hidup manusia akan selalu mewarnai teks sastra. Hal penting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Walaupun demikian, sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan.

  Endraswara (2008:87) mengemukakan bahwa secara esensial sosiologi sastra adalah penelitian tentang: (a) studi ilmiah manusia dan masyarakat secara objektif, (b) studi lembaga-lembaga sosial dan masyarakat dan sebaliknya, (c) studi proses sosial yaitu bagaimana masyarakat bekerja, bagaimana masyarakat mungkin dan bagaimana mereka melangsungkan hidupnya.

  Dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra adalah penelitian suatu karya sastra terhadap hubungannya dengan masyarakat, yakni masyarakat sebagai pembaca karya sastra, masyarakat sebagai pencipta karya sastra, dan penerimaan masyarakat terhadap karya sastra. Penelitian sosiologi sastra lebih banyak memperbincangkan hubungan antara pengarang dengan kehidupan sosialnya. Baik aspek bentuk maupun isi karya sastra akan terbentuk oleh suasana lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu. Dalam hal ini, teks sastra dilihat sebagai sebuah pantulan zaman, karena itu teks sastra menjadi saksi zaman sekaligus aspek imajinasi dan manipulasi tetap dalam sastra, aspek sosial pun juga tidak bisa diabaikan. Aspek -aspek kehidupan sosial akan memantul penuh ke dalam karya sastra.

2.3 Tinjauan Pustaka

  Tinjauan pustaka berfungsi untuk memaparkan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh peneliti lain. Novel Kakak Batik karya Kak Seto merupakan novel yang sarat akan motivasi agar tetap berusaha dan bersyukur dalam menggapai cita-cita di tengah banyaknya kesulitan tinggal di ibukota. Kak Seto merangkai kata demi kata dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami pembaca. Sepanjang pengetahuan peneliti, novel Kakak Batik karya Kak Seto belum pernah dikaji oleh peneliti lain mengingat novel tersebut baru beredar sekitar pertengahan tahun 2014.

  Tinjauan penelitian ini hanya memaparkan beberapa penelitian sejenis yang telah meneliti tentang nilai pendidikan. Hasil penelitian sebelumnya yang dapat dijadikan acuan serta masukan bagi peneliti di antaranya adalah skripsi Yosefinu s Yusanfri (2013) dengan judul ”Analisis Nilai-Nilai Pendidikan dalam Novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata.

  ” Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata yaitu: 1) nilai pendidikan religius yaitu: keberanian hidup, kemandirian, tanggung jawab, kewaspadaan hidup, dan rendah hati, sopan santun; 2) nilai pendidikan moral yaitu: rasa hormat kepada sesama, sikap saling memaafkan, adil terhadap sesama, sifat lemah lembut dan kasih sayang terhadap sesama, keberanian dalam hidup, menghargai perbedaan antar sesama, toleransi antar sesama; 3) nilai pendidikan sosial yaitu : menghormati, tolong menolong, adil terhadap orang lain, kebersamaan dalam hidup, sopan santun, lemah lembut dan penuh kasih sayang, pemaaf; dan 4) nilai pendidikan budaya yaitu: toleransi antarsesama, keberanian dalam hidup, sigap dan tanggap, memberikan kebebasan dalam berpikir, rasa hormat terhadap sesama, menghargai perbedaan orang lain.

  Penelitian juga dilakukan oleh Diyah Hastuti (2011) juga meneliti tentang nilai pendidikan yang berjudul ”Nilai Pendidikan dalam Kumpulan Cerpen Emak

  ingin Naik Haji karya Asma Nadia.

  ” Penelitian tersebut menggunakan analisis deskriptif dan disimpulkan bahwa pada kelima cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Emak Ingin Naik Haji Karya Asma Nadia, mempunyai nilai-nilai pendidikan sebagai berikut:

  1. Nilai pendidikan moral terlihat dari sikap dan tindakan, kepedulian dan empati dalam cerpen ”Emak Ingin Naik Haji”, ”Jendela Rara”, ”Bulan Kertas”, ”Cinta Laki-Laki Biasa”, Humor dalam cerpen ”Emak Ingin Naik Haji”. Keteguhan hati dan komitmen dalam cerpen ”Jendela Rara”, ”Sepuluh Juta Rupiah”, rasa tanggung jawab dalam cerpen ”Bulan Kertas”, ”Sepuluh Juta Rupiah”.

  2. Nilai pendidikan agama atau religiusitas terlihat dari sikap, perbuatan, dan ucapan tokoh-tokohnya. Sikap atau perbuatan berupa tindakan tokoh-tokoh dalam menjalankan ibadah, dan tingkat keimanan masing-masing tokohnya. Kata syukur dalam cerpen ”Emak Ingin Naik Haji”, ”Jendela Rara”, ”Bulan Kertas”, ”Sepuluh Juta Rupiah”, dan ”Cinta Laki-Laki Biasa”

  Berdasarkan acuan tersebut, diharapkan dapat membantu penulis dalam melakukan penelitian dengan judul “Nilai Pendidikan dalam Novel Kakak Batik Karya Seto Mulyadi: Analisis Sosiologi Sas tra”.

  Penelitian ini berusaha untuk mengungkap unsur yang mendukung novel dan nilai-nilai pendidikan dalam novel Kakak Batik karya Kak Seto. Penelitian ini mengkaji nilai-nilai pendidikan yang mencakup (1) nilai pendidikan moral, (2) nilai pendidikan sosial, (3) nilai pendidikan budaya, dan (4) nilai pendidikan religius dalam novel Kakak Batik melalui analisis sosiologi sastra.