LINGUISTIK DAN PROBLEMA TRANSLASI Muhammad Imaduddin imaduddin8888yahoo.co.id Abstrak - Linguistik dan Problema Translasi

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Juli 2014, 82-86 Tahun ke-8, No 2 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USU, ISSN 1978-8266

  

LINGUISTIK DAN PROBLEMA TRANSLASI

Muhammad Imaduddin

  

  

Abstrak

  Semakin maraknya permintaaan terhadap terjemahan sehingga banyak bermunculan penerjemah penerjemah yang menawarkan jasa dengan harga yang sangat murah serta dalam waktu yang sangat singkat namun sangat jauh dari kaidah keberterimaan, oleh karena itu jurnal ini akan mengulaskaidah penerjemahan yang harus diketahui oleh seorang penerjemah. Menurut Larson (1984) (dalam Tou:133), translasi yang terlalu bebas memiliki karakteristik sebagai berkut; (1) jika terdapat informasi yang tidak ada hubungannya dengan teks, (2) jika terdapat beberapa perubahan makna dari teks sumber, (3) jika terdapat distorsi fakta sejarah dan kebudayaan dari teks sumber. Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa banyak terdapat kesalahan yang harus diperbaiki oleh seorang penerjemah pemula seperti: Genre dan Ideologi, Variable yang harus disesuaikan, Pergeseran bentuk, Metafora dan idiom.

  PENDAHULUAN

  Translation atau penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Menurut Catford (1965)

  “the

replacement of textual material in one language (source language) by equivalent textual

material in another language (target language)”(mengganti bahan teks dalam bahasa

  sumber dengan bahan teks yang sepadan kedalam bahasa sasaran). Newmark (1988) juga memberikan definisi yang serupa: “rendering the meaning of a text into another language in the way that the author intended the text” (menerjemahkan makna suatu teks kedalam bahasa lain sesuai dengan yang dimaksud pengarang).Saat ini sangat banyak bermunculan penerjemah yang membuka layanan penerjemahan diberbagai tempat, satu sisi hal ini merupakan sebuah kemajuan sehingga masyarakat tidak sulit untuk menerjemahkan teks bahasa sumber kedalam bahasa target dengan harga yang sangat murah serta juga dengan waktu yang sangat singkat. Namun apakah hal tersebut akan memberikan konstribusi yang positif terhadap terhadap dunia ilmu pengetahuan khususnya ilmu translasi? Jawabnya tentu saja tidak. Karena para penerjemah dadakan tersebut hanya menggunakan software – software yang kaku dan tidak dilengkapi dengan pemahaman terhadap konteks linguistik dari (source language) bahasa sumber menuju (target language) bahasa target.

  PEMBAHASAN Interaksi sistem-sistem semiotik

  Seorang penerjemah harus mengetahui sifat suatu bahasa dimana didalam bahasa tersebut terdapat sesuatu yang dapat dipahami, dilaksanakan serta dikomunikasikan. Untuk memahami makna suatu ucapan maupun tulisan kita harus memahami system dalam bahasa tersebut. Halliday dan Hasan (1976) (dalam tou 1989:124) menyatakan bahwa bahasa dapat diinterpretasikan dalam tiga system strata semiotic (makna),

  Muhammad Imaduddin

  leksikogrammar (bentuk) dan system otografi atau fonologi (ekspresi). Agar suatu bunyi ataupun tulisan memiliki makna maka bunyi ataupun tulisan tersebut maka harus berhubungan dengan konteks.

  Genre dan Ideologi

  Berbicara tentang genre artinya kita sedangberbicara tentang konteks budaya yang mana penutur bahasa tersebut merupakan anggota/terlibat sebagai anggota dari budaya yang ada. Berikutnya ideology juga merupakan suatu semiotic konotatif terikat. Martin (1984) (dalam Tou 1989:126) mengajukan model relasi bahasa kontekstual sebagai berikut:

  Ideology Genre

  Register Language

  Perlu kita ketahui bersama bahwa makna merupakan suatu variable yang paling penting untuk mengetahui makna lengkap dari suatu teks. Dapat dikatakan bahwa seorang penerjemah bisa dikatakan baik jika dia dapat mengetahui bahasa, register, genre dan ideology terhadap suatu teks yang diterjemahkannya. Oleh sebab itu menjadi seorang penerjemah yang professional membutuhkan waktu untuk memahami dua karakter bahasa dengan budaya serta ideologi yang berbeda memang memerlukan waktu yang lama serta pengalaman dalam mentranslasi teks- teks bahasa sumber kedalam bahasa target.

  Variable yang harus disesuaikan

  Pada hakikatnya translasi merupakan perubahan bentuk dari (source language) bahasa sumber ke (target language) bahasa target. Bentuk bahasa sumber merupakan sesuatu yang harus tetap dipertahankan dalam bentuk bahasa target, dan perlu kita ketahui bahwasanya setiap bahasa didunia ini memiliki makna yang disandikan dan tercatat dalam kata dan bunyi atau ejaan dalam bahasa sumber. Yang mana makna ini akan dialihkan, disandikan serta tercatat dalam kata dan bunyi dan ejaan yang baru didalam bahasa target. Oleh karena itu didalm translasi kita tidak hanya merubah bentuk dari bahasa sumber kedalam bahasa target namun lebih dari itu kita juga harus menyesuaikan konteks kedua budaya serta ideology yang berbeda tersebut, sebagai contoh: Orang Inggris mengatakan “what is your name?” dalam hal ini kita tidak bisa mentranslasi langsung tanpa melihat pada segi budaya dan ideology. Tentu seorang penerjemah yang benar akan menerjemahk an dengan “siapakah nama anda?” dia tidak akan mentranslasi dengan “apakah nama anda?”. Karena didalam budaya masyarakat inggris nama merupakan (noun) benda sedangkan didalam budaya Indonesia nama merupakan (person) seseorang. Disinilah letak pentingnya bagi seorang penerjemah untuk memahami kedua budaya bahsa sumber serta bahasa target.

  Pergeseran bentuk

  Pergeseran bentuk merupakan suatu prosedur penerjemahan yang melibatkan pengubahan bentuk gramatikal dari bahasa sumber ke bahasa target. Ada empat jenis pergeseran bentuk atau disebut juga dengan “shift”: Seorang penerjemah harus melakukan pergeseran bentuk transposisi jika: (a)

  Nomina jamak dalam bahasa Inggris menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia. Contoh:

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014 1.

Pergeseran bentuk jenis pertama

  Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

  • -.a pair of trouser sebuah celana
  • -.a pair of glasess sebuah kaca mata
  • -.a pair of scissors

  Bahasa Inggris tidak mengenal pengulangan adjektiva. Contoh: (SL): Gedung pencakar langit di Jakarta bagus-bagus. (SL): The skyscrapers in

  Jakarta are built beautifully

  (c) jika adjektivanya dibentuk dari verba. Contoh: (SL). Living cells (TL). Sel-sel yang hidup.

  2. Pergeseran bentuk jenis kedua

  Pergerseran ini dilakukan jika struktur gramatikal dalam source language tidak terdapat didalam target language. Didalam bahasa Indonesia kita tidak mengenal peletakaan objek didepan namun berbeda dengan bahasa Inggris. Contoh:

  sebuah gunting (b)

  3. Pergeseran bentuk jenis ketiga

  Pergeseran berikutnya adalah suatu ungkapan dari bahasa sumber dapat diterjemahkan secara harfiah kedalam bahasa target secara grammatical, namun padanannya kaku dalam bahasa sumber. Contoh:

  (a) Kombinasi adjektiva bentukan dengan nomina atau frasa nominal dalam bahasa sumber menjadi nomina + nomina dalam bahasa target.

  Contoh:

  Bahasa Inggris Bahasa Indonesia

  Adj + nomina nomina + nomina Medical student mahasiswa kedokteran

  (b) Frase nominal dengan dengan adjectiva bentukan dari verba (tak) transitif dalam bahasa sumber menjadi nomina + klausa dalam bahasa target. Contoh: adjectiva + nomina nomina + klausa thinking person manusia yg berfikir

  4. Pergeseran bentuk jenis keempat

  Pergeseran yang terakhir ini dilakukan dengan maksud mengisi kesenjangan leksikal yang mempunyai fungsi tekstual seperti lah, pun. Contoh: (SL): it is the agreement which is referred to. (TL): perjanjian inilah yang diacu.

  (SL): Target ini harus kita capai (TL): We must reach the target.

  Muhammad Imaduddin Metafora

  Ada terdapat beberapa definisi yang berkenaan dengan metafora, menurut Collins English Dictionary, a metaphor is a figure of speech in which a word or phrase applied to

  

an object or action that it does not literally denote in order to imply a resemblance (suatu

  kiasan dengan menggunakan kata atau frase untuk merujuk ke suatu objek atau tindakan yang bukan merupakan acuan harfiahnya dengan maksud menunjukkkan suatu kemiripan).

  Masalah dalam penerjemahan metaphor adalah ketidak selarasan makna yang diinginkan dari bahasa sumber ke bahasa target, karena penerjemahan metaphor secara harfiah akan menghasilkan kalimat yang membingungkan. Contoh:

  (SL) he is a book worm (TL) ia adalah seorang cacing buku (SL) john is a lion in battle (TL) john adalah singa dalam peperangan

  Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa penerjemahan dapat dilakukan dengan menggunakan penggambaran metaforik yang sepadan dalam bahasa target. Namu apabila kita tidak dapat menjumpai kesepadanannya maka sebaiknya kita menggunakan teknik pemadanan fungsional dengan metode komunikatif.

  Idiom

  Menurut Collins English Dictionary idiom adalah

  “idiom is a group of words whose

meaning cannot be predicted from the meaning of the constituent words” (idiom adalah

  sekelompok kata yang maknanya tidak dapat dicari dari makna kata kata unsurnya).

  Dalam hal ini penerjemahan secara harfiah akan menghasilkan kata yang rancu serta tidak berterima kedalam bahasa target. Contoh: (SL) lip service (TL) layanan bibir (SL) let’s get the ball rolling (TL) biarkanlah bola bergelinding.

  Dari kedua kalimat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa terjemahan idiom secara harfiah akan menimbulkan makna yang sangat tidak berterima kedalam bahasa target.

  Maka solusinya adalah dengan menggunakan metode penerjemahan sistematis atau komunikatif yang menghasilkan padanan fungsional , yaitu padanan yang dapat dipahami dengan mudah. Pemadanan ini dilakukan dengan mempertimbangkan konteks. Sehingga makna yang tepat dari kedua kalimat diatas adalah:

  (SL) lip service (TL) manis mulut (SL)

  let’s get the ball rolling (TL) mari kita mulai Kesimpulan

  Translasi merupakan perubahan bentuk serta pengiriman makna bahasa sumber ke bahasa penerima. Translasi meliputi paling sedikit dua bahasa. Setiap bahasa memiliki ciri ciri konteksnya masing masing. Pada dasarnya setiap bahsa itu memiliki geniusnya masing masing, karena setiap bahasa diterjemahkan kedalam bahasa lainnya, dan untuk mempertahankan suatu pesan makna, mungkin saja bentuknya harus berubah, namun harus masih memiliki makna yang sama dengan bahasa sumbernya.

  Seorang penerjemah harus melibatkan lebih banyak kata dari apa yang dirujuk kata tersebut. Bahasa harus berhunbungan dengan konteks agar teks tersebut benar benar dapat

  Telangkai Bahasa dan Sastra, Tahun Ke-8, No 2, April 2014

  dipahami. Beberapa system pembentuk makna lain untuk dipertimbangkan dalam memahami teks dengan sepenuhnya, yaitu konteks situasional, kultural, ideology, dan intertekstual.

  DAFTAR PUSTAKA Nida, E.A. 1964. Toward a Science of Translating. Leiden: E.J.Brill.

  Machali Rochayah, 2000. Pedoman Bagi Penerjemah. Grasindo: Jakarta Echols, John M. and Hasan Shadily, 1975. Kamus Inggris Indonesia, Cornell University Press.

  Bloch & Trager. 1942. Outline of Ligustic Analysis, Linguisti Society of America, Baltimore. Halliday, M.A.K and Hasan, R. 1976.

  “Cohesion in English.” English Language Series 9. London: Longman Group, Ltd.

Dokumen yang terkait

KATA PENGANTAR - Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerja Gotong royong Masyarakat Petani Padi di Indonesia - Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar(Di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Nur Ainil Putri - Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 22

Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Modal Kerja - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

KATA PENGANTAR - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 0 15

KATA PENGANTAR - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 2 15

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1.Definisi. - Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Dengan Motivasi Untuk Periksa Ke Pelayanan Kesehatan Di Smu YPSA- Medan

0 0 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Hubungan Percaya Diri dengan Pengendalian Diri (SelfControl) Remaja pada Siswa/i di SMA Negeri 17 Medan

0 0 30