BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dismenore 2.1.1.Definisi. - Hubungan Pengetahuan Remaja Putri Tentang Dismenore Dengan Motivasi Untuk Periksa Ke Pelayanan Kesehatan Di Smu YPSA- Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Dismenore

  1,2,3,4

2.1.1.Definisi .

  Dismenore didefinisikan sebagai nyeri perut bagian bawah ketika menstruasi. Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani dys, yang berarti sulit / nyeri / tidak normal, meno yang berarti bulan, dan rrhea, yang berarti aliran.

  Dismenore adalah salah satu keluhan ginekologi yang paling umum pada wanita muda. Pengelolaan yang optimal dari gejala ini tergantung pada pemahaman tentang penyebab yang mendasari. Dismenore dibagi dalam dismenore primer (spasmodic) dan dismenore sekunder ( kongestif).

  1,4,6,7 2.1.2 Pembagian / klasifikasi.

2.1.2.1 Berdasarkan jenis nyeri

  1. Dismenore Spasmodik Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berasal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid. Nyeri ini terlokalisir di bawah pusat, disebabkan adanya spasme otot- otot rahim.

  2. Dismenore Kongestif Penderita Dismenore ini akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Dia akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung, penyangga payudara terasa ketat, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan. Proses menstruasi tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung.

2.1.2.2 Berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati

  1. Dismenore primer Dismenore primer didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan dengan patologi pelvis makroskopis. Kondisi yang berhubungan dengan siklus ovulasi, disebabkan kontraksi miometrium yang diinduksi oleh pelepasan prostaglandin dari sekretorik endometrium. Ini biasanya terjadi dalam beberapa tahun pertama setelah menarche dan mempengaruhi hingga 50% wanita setelah

  9,10

  puberitas. Timbul sejak haid pertama akan pulih sendiri dengan berjalannya waktu. Tepatnya saat lebih stabilnya hormon tubuh atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan.

  2. Dismenore sekunder Dismenore sekunder didefinisikan sebagai nyeri haid akibat adanya kelainan anatomi panggul dan / atau makroskopik, seperti pada wanita dengan endometriosis atau penyakit inflamasi kronis panggul. Kondisi ini paling sering ditemukan pada wanita berusia 30-45 tahun.

  1,5 2.1.3 Tingkatan Dismenore.

  Dismenore dapat dibagi berdasarkan intensitas dan tingkat keparahannya dalam 3 kategori : : Berlangsung beberapa saat dan dapat melakukan kerja sehari-

  • Ringan hari, aktifitas biasa tidak terganggu.

  :Diperlukan obat penghilang rasa nyeri ( analgesik) untuk

  • Sedang mengatasi nyeri, tanpa perlu meninggalkan pekerjaan.

  : Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala,

  • Berat nyeri menjalar hingga ke pinggang, diare, dan rasa tertekan. Sehingga penderita tidak bisa beraktifitas normal saat haid.

2.1.4 Etiologi dan Patofisiologi Dismenore.

  Etiologi dan patofisiologi dismenore belum sepenuhnya dimengerti. Meskipun demikian, berikut ini mungkin terlibat.

  Dismenore Primer.

  Dismenore primer disebabkan oleh peningkatan produksi prostaglandin endometrium. Senyawa ini ditemukan dalam konsentrasi tinggi pada endometrium sekretorik dibandingkan endometrium fase proliferatif.

  Hiperaktifitas dari uterus pada wanita dengan dismenorea primer pertama kali dikemukakan pada tahun 1932. Peningkatan kadar PGF2α dalam darah menyebabkan kontraksi rahim dan vasokonstriksi yang mengakibatkan timbulnya nyeri berupa dismenore. Peningkatan kontraktilitas uterus bukan disebabkan perubahan kepekaan uterus meningkat terhadap PGF2α penderita dismenore. Kadar prostaglandin paling tinggi terjadi pada 2 hari pertama siklus haid.

  Skematik terjadinya dismenore primer diperlihatkan pada gambar 1.

  

Gambar 1: Skema etiologi dismenore primer

  Penurunan kadar progesteron pada fase luteal akhir memicu aksi enzimatik litik, menghasilkan pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan aktivasi dari jalur (COX) siklooksigenase. Biosintesis dan metabolisme prostaglandin dan tromboksan berasal dari asam arakidonat digambarkan pada Gambar.2

  

Gambar 2 : Biosintesis Prostaglandin dan Leukotrien. PLseA2, phospholipase

A2; LO, lipoxygenase; COX, cyclooxygenase; PG, prostaglandin; TxA2, thromboxane; LT, leukotriene.

  Bukti saat ini menunjukkan bahwa patogenesis dismenore primer diperankan prostaglandin F2alpha (PGF2alpha), rangsangan miometrium yang kuat dan

  

1,9,10

vasokonstriktor, di endometrium sekretori.

  Respon terhadap inhibitor prostaglandin pada pasien dengan dismenore mendukung pernyataan bahwa dismenore dimediasi oleh prostaglandin. Bukti substansial menunjukkan bahwa dismenore juga disebabkan kontraksi rahim yang berkepanjangan dan penurunan aliran darah ke miometrium. Peningkatan kadar prostaglandin ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenore dan

  11,12 berhubungan dengan derajat nyeri.

  Kadar prostaglandin dapat meningkat 3 kali lipat pada endometrium dari fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi selama menstruation.Peningkatan prostaglandin di endometrium yang diikuti penurunan progesterone pada akhir fase luteal menyebabkan meningkatnya tonus otot dan

  1 kontraksi miometrium.

  Leukotrien telah didalilkan meningkatkan sensitivitas nyeri serabut syaraf di dalam rahim. Sejumlah besar leukotrien telah ditemukan di endometrium wanita dengan dismenore primer yang tidak merespon pengobatan dengan antagonis

  9,13,14 prostaglandin.

  Hormon vasopressin mungkin terlibat dalam hipersensitivitas miometrium, menurunkan aliran darah rahim berkurang, dan mempengaruhi nyeri pada dismenore. Vasopressin primer dalam endometrium mungkin berhubungan dengan

  10,15,16 sintesis dan pelepasan prostaglandin.

  Hipotesis neuronal juga diduga sebagai patogenesis dismenore primer. Tipe C neuron nyeri distimulasi oleh metabolit anaerob yang dihasilkan oleh endometrium

  13 iskemik.

  Dismenore primer juga dikaitkan dengan faktor perilaku dan psikologis.Meskipun faktor-faktor ini belum terbukti sebagai penyebab, namun tetap

  12,13 harus dipertimbangkan jika terapi medikamentosa gagal.

  1,9,10,17 Dismenore Sekunder.

  Sejumlah faktor mungkin terlibat dalam patogenesis dismenore sekunder. Patologi pelvis berikut ini dapat menyebabkan dismenore :

  • Endometriosis • Penyakit radang panggul
  • Kista dan tumor ovarium
  • Fibroid • Uterine polip
  • Adhesi intrauterine, dll

  Hampir setiap proses yang dapat mempengaruhi visera pelvis dapat menghasilkan nyeri panggul siklik dengan intensitas nyeri yang berbeda- beda.Berat ringannya nyeri tergantung dari kelainan ginekologis yang mendasari dan faktor psikis penderita. Ada banyak hal yang mempengaruhi intensitas nyeri haid seperti awal usia saat menarche,haid yang panjang, jumlah darah haid yang banyak,

  16 merokok, ada riwayat keluarga dismenore, akan dapat memperberat dismenore.

  2.1.5. Epidemiologi.

  Prevalensi dismenore di seluruh dunia mirip dengan prevalensi di AS, dengan berkisar antara 15,8- 89,5%, dengan prevalensi yang lebih tinggi dilaporkan pada

  5,18 populasi remaja.

  2.1.6. Gejala Klinis

  Gejala-gejala klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama dan ke dua haid, dan jarang terjadi setelah itu. Rasa nyeri biasanya merupakan nyeri di garis tengah perut di atas tulang kemaluan, nyeri terasa hilang timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti gerakan rahim dan dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri dapat pula disertai mual,

  1,2,3 muntah, sakit kepala, dan mudah tersinggung atau depresi.

2.1.7. Bahaya Dismenore

  Masih banyak perempuan yang menganggap nyeri haid sebagai hal biasa, mereka beranggapan 1 – 2 hari sakitnya akan hilang. Padahal nyeri haid hebat bisa menjadi tanda gejala endometriosis yang bisa mengakibatkan sulitnya punya

  2,3,4 keturunan.

  1,2,19,20 2.1.8. Penanganan.

  19,20 Pengobatan/ Medikamentosa.

  Pengobatan dismenore primer ditujukan untuk mengurangi nyeri panggul/ kram perut bawah dan gejala terkait (misalnya, sakit kepala, mual, muntah, flushing, diare) yang biasanya menyertai atau segera mendahului munculnya aliran menstruasi. Rasa sakit bisa muncul pada panggul dan kadang-kadang menjalar ke punggung dan paha. Sampai saat ini, farmakoterapi telah menjadi pengobatan yang

  19,20 paling handal dan efektif untuk mengatasi dismenore.

  Karena hasil rasa sakit dari vasokonstriksi rahim, anoksia, dan kontraksi dimediasi oleh prostaglandin, mengurangi gejala-gejala sering dapat diperoleh dari penggunaan agen yang menghambat sintesis prostaglandin dan memiliki sifat anti- inflamasi dan analgesik. NSAID dan kombinasi kontrasepsi oral adalah modalitas terapi paling umum digunakan untuk pengelolaan dismenore primer. Agen ini memiliki mekanisme aksi yang berbeda dan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan dalam kasus-kasus refrakter. Kurangnya respon terhadap NSAIDs dan kontrasepsi oral (atau kombinasi) dapat meningkatkan kemungkinan tipe dismenore sekunder.

  19,20

  Terapi lain untuk dismenore telah diusulkan, tetapi sebagian besar tidak diperhatikan. Ini termasuk tiamin, vitamin E, omega-3 asam lemak, magnesium, akupunktur, akupresur, berbagai obat-obatan herbal, nitrogliserin transdermal, kalsium channel blocker, beta-adrenergik agonis, antileukotrienes, dan stimulasi

  19 saraf transkutan listrik (TENS) unit .

  Penggunaan topikal panas terus menerus pada tingkat rendah mungkin bermanfaat untuk beberapa pasien. Pengobatan dismenore sekunder melibatkan koreksi penyebab organik yang mendasari. Langkah-langkah spesifik (medis atau bedah) mungkin diperlukan untuk mengobati patologi pelvis (misalnya, endometriosis) dan untuk memperbaiki dismenore terkait. Penggunaan berkala agen

  19,20 analgesik sebagai terapi tambahan mungkin bermanfaat. 19,20

  Pembedahan

  • Pembedahan umumnya tidak diindikasikan untuk pasien dengan dismenore primer.
  • Pada pasien dengan dismenore sekunder, pengobatan patologi yang mendasari mungkin memerlukan intervensi bedah.

  Dalam kasus dismenore, laparoskopi presacral neurectomy (PSN) atau ablasi saraf uterosakral (LUNA) terbukti efektif pada beberapa pasien selama 12 bulan setelah pengobatan.

  Konsultasi .

  Pada pasien dengan gejala refrakter, pendekatan multidisiplin dapat diindikasikan. Penderita dapat menjalani konsultasi di prakter dokter sehubungan dengan keluhannya dan bertujuan untuk mendapatkan informasi lebih jelas sehingga

  1,19 strategi penanganan terhadap keluhan penderita akan lebih baik.

  Diet.

  Diet vegetarian rendah lemak dan minyak ikan suplemen telah dilaporkan dapat mengurangi nyeri haid pada beberapa perempuan. Menghindari minum kopi dan merokok juga disarankan untuk memperkecil resiko terjadinya dismenore. Penderita disarankan mengatur pola diet seimbang, jika memungkinkan

  1,19,20 berkonsultasi dengan ahli gizi.

2.2 Pengetahuan.

  2.2.1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari “tahu” yang terjadi melalui proses sensoris khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Overt

  21,22 Behavior). Menurut Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi, tingkatan

  21,22

  pengetahuan dalam domain kognitif dibagi atas 6 tingkatan, antara lain :

  1. Tahu (Know) Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

  Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dapat digunakan kata kerja antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

  2. Memahami (Comprehension) Kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  3. Aplikasi (Application) Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dalam hal ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum- hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

  4. Analisis (Analysis) Diartikan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari pemakaian kata kerja : dapat menggambarkan, membedakan, memilah, mengelompokkan, dan sebagainya.

  5. Sintesis (Synthesis) Kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Artinya kemampuan perancangan atau memformulasi sesuatu yang baru dengan formula yang sebelumnya.

  6. Evaluasi (Evaluation) Tingkat pengetahuan ini menjabarkan kemampuan seseorang dalam melakukan penilaian terhadap suatu objek dengan khasanah pengetahuan dan kriteria- kriteria sendiri atau kaidah/ kriteria yang telah ada.

  Seseorang dikategorikan memiliki tingkatan pengetahuan menurut Bloom sebagai berikut :

  • Tingkat rendah : bila hanya mampu menguasai materi/ penguasaan maupun pemahaman di bawah dari 40%.
  • Tingkat sedang : 40- 60 % dari total skoring - Tingkatan baik : bila mampu menguasai materi lebih dari 60%.

  2.3. Remaja.

  2.3.1 Definisi Remaja Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai

  23,24 transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

  2.4. Motivasi

  2.4.1 Definisi Motivasi Secara umum, motivasi artinya mendorong untuk berbuat atau beraksi.

  Menurut Nancy Stevenson (2001), “Motivasi adalah semua hal verbal, fisik, atau psikologis yang membuat seseorang melakukan sesuatu sebagai respon. Menurut

  Sarwono, S. W.

  (2000), “Motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh

  24 situasi tersebut merupakan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan.

  2.4.2 Proses Terjadinya Motivasi Motivasi itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi untuk segera beraktifitas mencapai tujuan. Motivasi merupakan tenaga penggerak dan kadang-kadang dilakukan dengan mengenyampingkan hal-hal yang

  24 dianggap kurang bermanfaat dalam mencapai tujuan.

  2.4.3 Motivasi penderita periksa ke pelayanan kesehatan Motif dapat timbul dari dalam diri kita karena ada kebutuhan dasar manusia.

  Misalnya saja seorang penderita memiliki keinginan untuk memeriksakan diri karena adanya dorongan atau motif yang timbul karena kebutuhan rasa aman terhindar dari rasa sakit dan penyakit. Motivasi yang terbaik memang motivasi yang berasal dari diri sendiri, namun motif dapat dirangsang dari luar, misalnya saja melalui

  24 pengetahuan yang telah didapat.

2.5. Pelayanan Kesehatan

  Pelayanan kesehatan merupakan unit yang ditujukan untuk penunjang

  6 layanan kesehatan.

Dokumen yang terkait

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistematika dan Morfologi Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) - Identifikasi Dan Prevalensi Ektoparasit Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Di Desa Tanjung Rejo Percut Sei Tuan Sumatera Utara

0 6 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perubahan Sosial di Pedesaan - Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

0 1 10

KATA PENGANTAR - Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Pasca Peralihan Jenis Tanaman Dari Kopi ke Jeruk

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Kerja Gotong royong Masyarakat Petani Padi di Indonesia - Memudarnya Sitem Kerja Bearian Pada Petani Padi Etnis Banjar(Di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu a. Nur Ainil Putri - Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 22

Pengaruh Konflik Peran Ganda Terhadap Stres Kerja Pada Karyawan Wanita Di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Manajemen Modal Kerja - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

KATA PENGANTAR - Pengaruh Manajemen Modal Kerja, Pertumbuhan Perusahaan, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 0 15

KATA PENGANTAR - Pengaruh Modal Kerja Dan Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perusahaan Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2013

0 2 15