Pengembangan Model Pembelajaran Asuhan b

Pengembangan Model Pembelajaran Asuhan bayi, Balita dan Prasekolah
terintegrasi pada pendidikan Kebidanan
Bayu Irianti, Mahasiswa Program Studi Magister Kebidanan, fakultas kedokteran,
Universitas Padjadjaran, Bandung-Indonesia;
Abstrak
Rendahnya kualitas asuhan yang diterima oleh masyarakat merupakan salah satu
hasil dari proses pembelajaran yang dilakukan di institusi pendidikan. Institusi
pendidikan harus mampu menghasilkan peserta didik yang mumpuni dan kompeten
dalam memberikan asuhan sesuai kewenangan. Pembelajaran merupakan kesatuan
proses sinergis antara perencanaan dan pelaksanaan belajar dan mengajar. Tercapai
tidaknya suatu kompetensi ditentukan oleh kerangka pembelajaran yang disusun.
Kerangka pembelajaran dalam bentuk model pembelajaran harus mampu memenuhi
standar luaran pendidikan serta sesuai kebutuhan masyarakat. Metode penulisan artikel
dengan menggunakan pendekataan studi literatur, untuk memaparkan tahap
pengembangan model asuhan bayi balita dan prasekolah terintegrasi. Pengembangan
Model asuhan bayi, balita dan prasekolah dengan memasukan nilai agama, budaya,
komunikasi, psikologi dan softskill mampu meningkatkan pencapaian kompetensi
mahasiswa dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Model menggambarkan kerangka
pembelajaran secara utuh tanpa terpisah-pisah sehingga membentuk pemahaman
mahasiswa secara utuh dan menyeluruh.
Kata kunci


: model pembelajaran terintegrasi, asuhan bayi-balita-prasekolah

Development Baby Toodler and Preschool Care Integrating Moduls in Midwifery
Education Diploma

Bayu Irianti, Midwifery Master Program Student, Departemen of Midwifery Master
Program, Faculty of Medicine, Padjadjaran University, Bandung, West Java-Indonesia

Abstract

A lower quality care access which people gain it ’s become one of the several
educations learning outcome. Education institution has to produce competence and
capable person which serve authority care. Learning is amount of systematic process,
between planning and doing in learning and teaching. Lesson pla n is the important
thing in competence achievement “if we lose in planning we plan lose”. Lesson plan in
learning models has plan by an appropriate goals, which is achieve a profile outcome
and people needs. This is an articles written by literature study, which aim to explain the
step of arrange baby toddler and preschool integration models care. The developing
models by integrating a value of religion, social culture, communication, psychology

and soft skill in baby toddler and preschool care subject to gain student competencies
and fulfill people needs. The model is explaining about structure in learning process
without separated value. Its make student understand with comprehend and holistic.

Key word:

Integrating learning

models,

baby toddler

and preschool care

Pendahuluan
Rendahnya kepuasan masyarakat dalam menerima asuhan tenaga kesehatan
khususnya bidan menjadi salah satu faktor tidak terpenuhinya program pemerintah
dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan. Kepuasan masyarakat erat kaitannya
dengan pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan data kementrian
kesehatan, didapatkan kualiatas kompetensi lulusan bidan di Indonesia di bawah 70%,

yang mengakibatkan permasalahan kesehatan ibu dan anak (KIA) di Indonesia masih
tergolong tinggi. 1-3
Kualitas lulusan bidan dipengaruhi oleh sistem pendidikan tinggi yang dijalankan,
khususnya pendidikan kebidanan. Jumlah institusi kebidanan yang mengalami
peningkatan (tahun 2013 tercatat sebanyak 660 institusi), menjadikan pengontrolan
terhadap mutu pendidikan kurang, sehingga kualitas lulusan rendah.

4-5

Pembelajaran

merupakan salah satu unsur terpenting untuk menilai kualitas luaran institusi
pendidikan. Pembelajaran yang disusun sesuai dengan arahan tujuan pembelajaran,
menjadi penentu tercapainya kompetensi lulusan yang handal. 6-11
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara proses belajar dan proses
mengajar yang melibatkan kurikulum dan instruksional didalamnya.

2, 6, 10, 12-14

setiap


proses pembelajaran yang berlangsung memerlukan suatu kerangka konsep yang
menggambarkan lingkungan, materi ajar dan media pembelajaran sehingga proses yang
dilakukan terarah dan mencapai tujuan pembelajaran.

6-11

. Dikenal dua pendekatan

dalam pembelajaran, yaitu pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa ( student
centered learning-pembelajaran siswa aktif) dan pembelajaran yang menjadikan guru

sebagai pusat dalam proses belajar (teacher centered learning ). 2, 10, 14-15
Sistem pendidikan kesehatan di Indonesia saat ini mulai mengarahkan
pembelajaran yang berpusat pada keaktifan siswa dan menyiapkan siswa sesuai keadaan
nyata sehingga mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.

16-21

Kebutuhan masyarakat


merupakan hal yang kompleks sehingga saat pembelajaran dibutuhkan suatu proses
yang dapat membentuk pemahaman peserta didik secara holistik dan sesuai dengan
keadaan sebenarnya. Berdasarkan hasil penelitian mengenai penerapan model
pembelajaran terintegrasi, didapatkan bahwa model pembelajaran terintegrasi mampu
meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam asuhan kebidanan di dalam pembelajaran

kelas dan berdampak pada peningkatan pencapaian kompetensi yang dimiliki peserta
didik.
Pembelajaran dapat terarah dan dilaksanakan sesuai dengan tujuan jika disajikan
dalam langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Langkah praktis
yang dibuat dijabarkan dalam bentuk dokumen silabus dan Rancangan perencanaan
pembelajaran (RPP) sebagai dokumen penuntun dosen dan mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Dokumen silabus dan RPP merupakan bagian dari modul dalam model
pembelajaran yang menjadi arahan dalam setiap langkah belajar dan mengajar.

10,2,3, 8

Model pembelajaran dalam membangun asuhan bayi, balita dan anak prasekolah
terintegrasi merupakan model pembelajaran yang dibuat dengan mengintegrasikan nilainilai pembangun kompetensi asuhan sesuai dengan hasil studi pengetahuan. Nilai yang

dibangun merupakan nilai agama, budaya, psikologi, etika dan hukum, softskill (hasil
studi pendahuluan pada penelitian mengenai model pembelajaran terintegrasi) yang
diintegrasikan pada asuhan inti bayi, balita dan prasekolah, sehingga mampu
membentuk pemahaman mahasiswa secara holistik dan sesuai kebutuhan masyarakat.

Metode
Pemaparan mengenai pengembangan model pembelajaran asuhan bayi, balita dan
prasekolah terintegrasi menggunakan pendekatan studi literatur dengan pendalam materi
melalui pelatihan mengenai pembuatan model pembelajaran terintegrasi (silabus dan
RPP). Pembahasan dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber yang kemudian
dilakukan analisis dan sintesa bahan kajian.

Hasil dan diskusi
a. Pembelajaran Terintegrasi
Pembelajaran terintegrasi dikenal dengan beberapa istilah yaitu pembelajaran
interdisipliner, multidisipliner, tematik atau pembelajaran sinergis. Pembelajaran
terintegrasi dapat diartikan sebagai proses pendidikan yang terdiri dari proses belajar
dan mengajar dengan meramu beberapa aspek keilmuan terkait keadaan nyata
dilingkungan, serta membentuk keterkaitan berarti dalam suatu bidang ilmu. 22-25
Proses pembelajaran dengan menggabungkan beberapa tema pada bidang

keilmuan (bahan kajian) atau ide maupun nilai dan mengaitkan pada keadaan

sebenarnya sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas belajar peserta
didik.2,

10, 23-24

Pembelajaran terintegrasi bukan hal baru dalam pendidikan,

pembelajaran ini telah dikenal sejak tahun 1938 yang dipengaruhi oleh aliran filsafat
John Dewey dan Aiken pada tahun 1942. Pembelajaran terintegrasi merupakan
pengembangan dari aliran progresivisme, dan filsafat konstruktivisme, yaitu
memaknai proses pembelajaran sebagai sesuatu yang membentuk peserta didik untuk
berfikir cerdas dan kreatif dalam memecahkan permasalahan. 2, 14, 25
Proses pembelajaran yang terjadi memfokuskan pada keterlibatan aktif peserta
didik dengan memberikan pengalaman langsung sesuai dengan keadaan nyata di
masyarakat dengan menggabungkan beberapa konsep keilmuan sehingga dapat
terhindar dari tumpang tindih pengetahuan dan menimbulkan kebermaknaan.

14, 22, 24,


26

Selama beberapa dekade terakhir, pengembangan model pembelajaran
terintegrasi menjadi salah satu sorotan dalam pendidikan, penelitian mengenai hal ini
banyak dilakukan, salah satunya oleh Robin Fogarty (1991), yang dikenal sebagai
salah satu tokoh dalam model pembelajaran terintegrasi. 2,

23-26

Menurutnya

pembelajaran terintegrasi memiliki 10 model, yaitu: 2, 23, 25-26
a) Fragmented/Celluler, yaitu mengintegrasikan suatu topik atau tema bahasan
dalam mata ajaran yang saling terpisah, suatu topik diintegrasikan pada setiap
mata ajaran, tanpa menghubungkannya secara langsung (masih terpisah-pisah).
Model ini disebut dengan model integrasi tradisional.
b) Connected, pembelajaran ini menghubungkan satu topik dengan topik lainnya,
satu konsep dengan konsep lain, begitu juga dengan penugasan yang diberikan
pada mata ajaran yang sama. Model ini memungkinkan peserta didik untuk

memahami suatu konsep secara mendalam, namun tidak mengintegrasikan dengan
keilmuan lain yang berkaitan dengan pelajaran inti.
c) Nested, mengintegrasikan berbagai keterampilan dalam satu mata pelajaran
(multiple learning target) sehingga memungkinkan tercapainya beberapa tujuan
pembelajaran dalam satu waktu. Model ini dapat memperkaya pengalaman dan
tujuan belajar peserta didik, namun seringkali menyebabkan kebingungan pada
peserta didik jika tidak direncanakan secara matang. Keterampilan yang

ditanamkan meliputi keterampilan sosial, keterampilan berfikir dan keterampilan
spesifik-konten.
d) Sequenced, proses pembelajaran dilakukan dengan mengajarkan topik yang
hampir sama dan saling berikatan pada mata ajar yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan. Pembelajaran dilakukan dengan team teaching, namun terkadang
setiap pengajar tidak memiliki hak otoritas penuh.
e) Shared, proses pembelajaran dilakukan bersamaan di antara mata ajar yang
memiliki topik yang saling berkaitan, sehingga jika terdapat topik yang sama
maka akan dibahas bersamaan sehingga menghindari terjadinya tumpang tindih
materi.
f) Webbed/tematik, proses pembelajaran yang mengaitkan suatu tema utama dengan
beberapa mata ajar, sehingga satu topik sangat mungkin dibahas dari berbagai sisi

keilmuan. Namun perlu adanya patokan tujuan pembelajaran, sehingga
menghindari perluasan pembahasan dan menyimpang dari tujuan pembelajaran.
g) Threaded, proses pembelajaran dengan pendekatan metakulikuler, yaitu peserta
didik dilatih untuk mengasah keterampilan berfikir, keterampilan sosial,
kecerdasan multipel, teknologi dan keterampilan melalui berbagai disiplin ilmu.
Pada model ini peserta didik diajak untuk memahami perlunya mempelajari suatu
ilmu sehingga dapat meningkatkan motivasi.
h) Integrated, pembelajaran terpadu dengan menggunakan pendekatan antar bidang
studi (mata pelajaran) memperjelas topik-topik dan konsep-konsep yang sedang
dipelajari, sehingga menjadi suatu kesatuan yang saling berkaitan dan
menghindari terjadinya tumpang tindih. Perencanaan yang matang dan kesiapan
dari semua elemen proses pembelajaran menjadi hal yang penting, sehingga dapat
menciptakan lingkungan belajar yang mendekati ideal, lebih fokus dan efisien.
i) Immersed, pembelajaran ini membagi peserta didik untuk mempelajari sub topik
dari topik utama, yang satu sama lain saling berkaitan secara spesifik. Model ini
mengutamakan kebutuhan peserta didik, yaitu setiap topik diintegrasikan sesuai
kebutuhan dan peminatan peserta didik.
j) Networked, peserta didik memfokuskan topik yang ingin dipelajarinya (seperti
pada Immersed), kemudian memperjelas fokus yang dipelajarinya dengan
mengaitkan topik-topik yang mendukung.


Berdasarkan sifat keterpaduannya, sepuluh model integrasi dapat dibedakan menjadi
3, yaitu:27-28
a. Model dalam satu desain ilmu (within single disciplines) yang meliputi model
connected dan nested

b. Model antar bidan studi (across several disciplines) yang meliputi model
sequenced, model shared, model webbed, model threaded dan model integrated

c. Model lintas siswa (within and across learners) yang meliputi model immersed
dan model networked
Drake (1993) melakukan penelitian mengenai pembelajaran terintegrasi berdasarkan
model Fogary dan James untuk menghilangkan batasan-batasan dalam pembelajaran
terintegrasi, yaitu dengan mengelompokkannya dalam tiga pendekatan, multidisipliner
(intradisipliner dan fusi), interdisipliner, dan transdisipliner. Keseluruhan pendekatan
yang disebutkan berdasar pada tingkat materi yang diintegrasikan. 24, 26
Keuntungan dari pembelajaran terintegrasi diantaranya: a) Fokus perhatian peserta
didik akan suatu tema lebih mudah; b) Peserta didik dapat mengembangkan berbagai
pengetahuan dan kompetensi dasar dari berbagai ilmu yang saling terkait; c)
Pemahaman akan suatu materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan; d) Kompetensi
dasar dapat berkembang karena dikaitkan bidang keilmuan lain dengan pengalaman
peserta didik; e) Manfaat dari setiap proses pembelajaran dapat dirasakan oleh peserta
didik; f) Meningkatkan motivasi peserta didik selama proses pembelajaran; g) Dapat
mengefektifkan waktu pembelajaran karena beberapa keilmuan diintegrasikan dalam
satu waktu. 7, 10, 24-26
Karakteristik pembelajaran terintegrasi menyajikan proses pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik, memberikan pengalaman langsung pada peserta didik,
pemisahan mata pelajaran tidak kentara, materi dibahas dengan menggunakan berbagai
sudut pandang keilmuan, bersifat fleksibel dalam memilah bidang keilmuwan yang akan
diintegrasikan, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta didik,
prinsip pembelajaran kreatif dan menyenangkan. 7, 10, 14, 24
Pemilihan topik yang diintegrasikan menentukan keluasan dan kedalaman suatu
materi dalam pembelajaran terintegrasi. Sehingga untuk menjamin kesesuaian terhadap
tujuan, unit pembelajaran dalam bentuk pertanyaan fokus menjadi pembatasnya. 29-30

b. Asuhan Bayi, Balita dan Prasekolah Terintegrasi
Keberhasilan dalam pembelajaran terintegrasi dipengaruhi oleh persiapan yang
dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan potensi peserta didik. Pembelajaran terintegrasi
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ibu (hardskills dan softskills) pada asuhan bayi,
balita dan anak prasekolah. Proses integrasi dilakukan dengan menggunakan model fusi
(nested Fogarty).2, 23, 25-26 Nilai yang dimasukan pada mata kuliah inti merupakan nilai
pada bahan kajian pendukung (ilmu budaya, agama, psikologi, komunikasi, gizi dan
etika) untuk membangun pemahaman, keterampilan dan sikap secara utuh sehingga
dapat memenuhi kebutuhan ibu. Berikut merupakan gambaran integrasi yang dilakukan:

Asuhan Bayi, Balita dan
anak prasekolah terintegrasi

Nilai

Memasukan kebutuhan ibu
dalam pembelajaran

Nilai

Kebutuhan
Ibu

Nilai

Memasukan nilai pada bahan
kajian budaya, agama,
psikologi, komunikasi, dan
etika yang membentuk
karakter secara nested untuk
membangun kebutuhan

Bagan 2.2. Integrasi kebutuhanNilai
ibu dengan mengaitkan nilai dari beberapa bahan kajian
dan memasukan karakter secara hidden curriculum dengan model nested

Gambar 1. Model integrasi asuhan bayi balita dan anak prasekolah, dengan mengambil
dasar model nested Fogarty
Asuhan bayi, balita dan anak prasekolah terintegrasi menyatukan kebutuhan ibu ke
dalam kompetensi dasar asuhan bayi, balita dan anak prasekolah. Kebutuhan yang
dimaksud merupakan kesatuan utuh (holistik-menyeluruh) dari aspek fisiologis,
psikologis, sosial-budaya, spiritual serta pengharapan ibu. 17, 31,32
Bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai kebutuhan ibu dan anak sebagai
pusat asuhan. Ibu merupakan makhluk holistik yang memiliki sifat dan karakter
berbeda, sehingga bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan harapan dan
kebutuhan.
memastikan

33-35

Fokus asuhan bidan dalam bayi, balita dan anak prasekolah adalah

kesehatannya,

yaitu

melalui

upaya

deteksi

dini

pertumbuhan

perkembangan, deteksi dini masalah yang terjadi pada bayi, balita dan anak prasekolah,
serta imunisasi (hardskills).

17, 31, 36

Selain asuhan bayi, balita dan anak prasekolah,

softskills menjadi tuntutan ibu yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam
memberikan asuhan.
Softskills merupakan atribut yang melekat pada seseorang untuk dapat berinterakasi

secara inter maupun intrapersonal, sebagai pelengkap hardskills yang dimiliki. Softskills
dapat dilihat melalui prilaku keseharian, yaitu berupa cara berfikir, berkata, bertindak
dan bersikap (karakter). Kualitas softskills seseorang dapat ditingkatkan melalui
pelatihan diri, pengalaman nyata dan pelatihan.16, 37-38
Saat ini pendidikan memasukan elemen softskills sebagai atribut kompetensi yang
harus ditanamkan, karena pengaruh softskills sangat besar dalam kehidupan.38 Studi di
Harvard menunjukkan bahwa 80% keberhasilan seseorang dalam bekerja dipengaruhi
oleh kualitas softskills.16, 37-39 Proses integrasi softskills dalam pembelajaran tidak dapat
diberikan secara langsung seperti penyampaian pada hardskills.16,

38

Penyampaian

softskills dapat dilakukan dengan pengajar sebagai teladan (Lecturer role model).16, 38,

pesan moral (Message of the week).16, dan tertanam dalam kurikulum (Hidden
curriculum)16, 40

Atribut softskills yang dikembangkan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan ibu,
yaitu berupa kemampuan bidan dalam memberi penjelasan, kemampuan memahami,
empati, ramah tamah, dan kemampuan berkomunikasi (data primer, 2013).16 Softskills
yang akan diintegrasikan meliputi kemampuan bekerjasama ( teamwork), kemampuan
mencari sumber informasi dan berfikir kritis (information gathering), kemampuan
memahami

permasalahan

(problem

definition),

kreatifitas

(idea

generation),

kemampuan mengevaluasi dan mengambil keputusan ( evaluation and decision making),
serta kemampuan komunikasi (communication) dengan mengintegrasikan bidang
keilmuan yang sesuai secara fleksibel. 2, 7, 10, 40-45
Pembelajaran menggambarkan keseluruhan aktifitas yang dilakukan oleh pengajar
dan peserta didik untuk mencapai tujuan (kompetensi) yang ditetapkan. 46 Perencanaan
proses pembelajaran dijabarkan dalam bentuk:
1) Silabus
Silabus merupakan suatu rancangan, garis besar, ikhtisar atau pokok materi
pembelajaran yang dijabarkan dalam unit kompetensi sebagai panduan dalam proses

pembelajaran. Silabus mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi/pokok
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. 7, 12, 47-51
Silabus haruslah memenuhi prinsip pengembangan: a) Ilmiah, yaitu seluruh isi
silabus memiliki dasar keilmuan; b) Relevan, memiliki tingkat kedalaman, kesulitan
dan keluasan yang sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik peserta didik; c)
Sistemastis, di antara pokok materi memiliki keterkaitan yang sinergis; d) Konsisten,
adanya harmonisasi antara kompetensi dasar, indikator hingga alat ukur dalam
evaluasi; e) Memadai, yaitu materi haruslah memenuhi pencapaian kompetensi; f)
Aktual dan kontekstual, materi harus relevan dengan kebutuhan dan kemajuan IPTEK;
g) Fleksibel, keseluruhan silabus dapat diterapkan dan diikuti oleh seluruh civitas
akademika; h) Menyeluruh, silabus harus dapat mencakup ketiga aspek dalam
kompetensi. 7, 12, 48
Langkah dalam penyusunan silabus asuhan bayi, balita dan anak prasekolah
terintegrasi meliputi: 2, 7, 10, 12, 22, 24, 50
a) Identifikasi mata kuliah, yaitu dengan menentukan asuhan bayi, balita dan anak
prasekolah sebagai mata kuliah yang akan diorganisasikan;
b) Perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar (tujuan pembelajaran),
perumusan dilakukan berdasarkan standar kompetensi lulusan bidan yang
ditentukan oleh Pusdiklatnakes, kompetensi ICM, undang-undang dan peraturan
perundang-undangan sebagai aspek legal praktik bidan dan kebutuhan ibu sebagai
pengguna.
Kompetensi bidan dalam asuhan bayi, balita dan anak prasekolah meliputi
kemampuan berperilaku profesional, beretika dan bermoral serta tanggap
terhadap nilai sosial budaya, mampu melakukan komunikasi efektif dalam
memberikan pelayanan kebidanan, mampu memberikan asuhan pada bayi, balita
dan anak prasekolah secara efektif, aman dan holistik dengan memerhatikan
aspek budaya pada kondisi normal berdasarkan standar praktik kebidanan dan
kode

etik

profesi

dan

kebutuhan,

mampu

memberikan

penanganan

kegawatdaruratan pada bayi, balita dan anak prasekolah sesuai dengan
kewenangannya, mampu melakukan upaya promotif, preventif, deteksi dini dan

pemberdayaan masyarakat dalam asuhan bayi, balita dan anak prasekolah. 18, 22, 3435, 48, 52-53

Berdasar pada kompetensi yang harus dipenuhi oleh seorang bidan dalam
asuhan bayi, balita dan anak prasekolah, akan direalisasikan dalam bentuk
pembelajaran terintegrasi, yaitu menjembatani kebutuhan ibu (hasil studi
pendahuluan) dan kompetensi lulusan dengan berpedoman pada skema Bloom. 2, 7,
10, 42-44

c) Menentukan materi pokok dan uraian materi pokok, langkah ini dilakukan dengan
studi jurnal penelitian mengenai kebutuhan masyarakat terkait asuhan bayi, balita
dan anak prasekolah untuk membangun kompetensi dasar (tema ajar) yang telah
diintegrasikan oleh nilai-nilai yang diharapkan. Adapun tema yang dibentuk yaitu:
(a) Pola pengasuhan di masyarakat yang memengaruhi kesehatan bayi, balita dan
anak prasekolah dengan mengintegrasikan psikologi perkembangan bayi, balita
dan anak prasekolah, nilai agama dan budaya mengenai pola asuh anak
(pandangan mengenai gizi), kemampuan berkomunikasi serta memahami
batasan kewenangan sebagai seorang bidan (komunikasi dan etik); 54-61
(b) Asuhan imunisasi pada bayi, balita dan anak prasekolah sesuai kewenangan
(etik) dengan memperhatikan dan memahami (kemampuan komunikasi)
pandangan agama serta budaya yang melekat di masyarakat;62,63,64,65
(c) Asuhan bayi, balita dan anak prasekolah dengan masalah kesehatan sesuai
kewenangan (etik) dan kebutuhan ibu, yaitu dengan memahami (komunikasi)
nilai budaya mengenai gejala yang terjadi pada anak dan pengobatan awal yang
dilakukan;66,102,103;
(d) Serta asuhan pertumbuhan dan perkembangan pada bayi, balita dan anak
prasekolah sesuai kewenangan (etik dan kemampuan komunikasi) 67-71
Nilai yang diintegrasikan pada setiap tema berbeda dengan tema lainnya dan
disesuaikan dengan kebutuhan ibu serta kompetensi yang harus dicapai.
d) Pemilihan

pengalaman

belajar,

melalui

pemilihan

strategi

dan

metode

pembelajaran yang digunakan; Model pembelajaran asuhan bayi, balita dan anak
prasekolah terintegrasi menggunakan SCL sebagai strategi pembelajaran dengan
metode pembelajaran kooperatif.

e) Menentukan indikator dalam penilaian pencapaian kompetensi; berdasarkan
kompetensi dasar yang ada, akan diturunkan menjadi satuan indikator sebagai
panduan dalam mencapai tujuan pembelajaran serta memudahkan dalam membuat
alat evaluasi (sebagai panduan evaluasi)
f) Menjabarkan indikator pada instrumen penilaian; penjabaran evaluasi yang
dilakukan dengan menyesuaikan pencapaian level pengetahuan, keterampilan dan
sikap berdasarkan pencapaian taksonomi pembelajaran Bloom, yaitu :

(a) Cognitive/Pengetahuan
Pengetahuan merupakan pengalaman belajar yang didapatkan seseorang
meliputi

pengetahuan

dasar

dan

prinsip

pengembangan

ilmu

secara

berkelanjutan. Pada taksonomi Bloom, tahapan penerimaan pengetahuan
meliputi: i) Mengingat (knowledge), yaitu kemampuan mengingat apa yang telah
dipelajari; ii) Pemahaman (comprehension), yaitu memahami, menerjemahkan
dan menafsirkan fakta hingga dapat memprediksi akibat yang mungkin
ditimbulkan; iii) Penerapan (application), yaitu kemampuan menggunakan
konsep yang dipahami pada situasi baru; iv) Analisis (analysis), yaitu
kemampuan menguraikan, mengidentifikasi dan menyatukan konsep yang
didapatkan; v) Sintesis (synthesis), yaitu kemampuan membuat suatu
kesimpulan utuh sehingga mampu menyelesaikan permasalahan dan penilaian
(evaluation), yaitu kemampuan menilai sesuatu berdasar pada kriteria yang telah
dipahami secara menyeluruh (Bloom revisi); vi) Penciptaan ( create) mencipta,
menghasilkan sesuatu yang baru berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki.
72

50,

Level pengetahuan yang ingin dicapai pada pembelajaran asuhan bayi, balita

dan anak prasekolah terintegrasi mencapai level sintesa dan evaluasi yaitu C5
pada taksonomi Bloom revisi.
(b) Afective/sikap
Sikap merupakan aspek kompetensi bersifat abstrak dan tidak dapat
dideskripsikan secara jelas, yang meliputi kemampuan dalam menanamkan
suatu nilai terkait pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang.
Bloom membagi sikap dalam taksonominya meliputi: i) Penerimaan ( receiving),
yaitu menerima sesuatu dengan menunjukkan perhatian dan kepekaan; ii)

Penanggapan (responding), yaitu memberikan tanggapan secara mandiri
terhadap sesuatu dengan ikut serta; iii) Penghargaan terhadap nilai ( value), yaitu
memahami nilai akan sesuatu; iv) Pengorganisasian ( organization), yaitu
memahami dan dapat mengaitkan suatu nilai dan menggunakannya dalam
membuat suatu konsep; v) Internalisasi dalam karakter ( characterization), yaitu
nilai yang diyakininya akan tertanam dan terlihat dari sikap dan gaya hidup. 50, 73
Level sikap yang ingin dibentuk pada model asuhan bayi, balita dan anak
prasekolah terintegrasi adalah level pengorganisasian (A5).
(c) Psikomotor /keterampilan
Keterampilan merupakan aspek kompetensi yang berhubungan dengan
kemampuan menampilkan (perform) suatu keterampilan sesuai kriteria unjuk
kerja yang ingin dicapai. Bloom membaginya menjadi: i) Meniru ( imitative),
yaitu tahap mengikuti apa yang dicontohkan; ii) Manipulasi ( manipulation),
yaitu siap melakukan tanpa adanya contoh secara langsung dan dilakukan
dengan bimbingan; iii) Presisi (precision), yaitu mulai belajar dengan komplek
dan dapat melakukan dengan lancar disertai bimbingan; iv) Artikulasi
(articulation), yaitu dapat melakukan tindakan dengan kompleks, tepat dan
lancar tanpa adanya bimbingan; v) Adaptasi (adaptation), yaitu dapat melakukan
tindakan dengan baik dan sesuai dengan kondisi yang ada; vi) Naturalisasi
(naturalization), yaitu melakukan secara terpola tanpa adanya keraguan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang ada.

50, 73

Level keterampilan yang ingin

dibentuk pada model asuhan bayi, balita dan anak prasekolah terintegrasi yaitu
mahasiswa mampu melaksanakan keterampilan dengan benar tanpa adanya
bantuan dengan lancar (P4).
g) Menentukan alokasi waktu; penentuan waktu pembelajaran berdasar pada jumlah
satuan kredit semester (SKS) pada mata kuliah asuhan neonatus bayi dan balita,
yaitu sebanyak 4 SKS yang terdiri atas 2 SKS teori (setara dengan 2 x 50 menit
pembelajaran) dan 2 SKS praktik (setara dengan 4 x 50 menit pembelajaran)
dengan total pembelajaran 300 menit dalam satu minggu.
h) Menentukan sumber, alat, bahan atau media pembelajaran yang disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran (kompetensi dasar dan indikator pembelajaran).
2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun oleh pengajar untuk memudahkan
pelaksanaan proses pengajaran yang telah ditentukan pada silabus. Sehingga
dikatakan bahwa RPP merupakan bagian khusus dari silabus yang memuat
perencanaan proses pembelajaran pada setiap materi pokok.

2, 7, 10, 12, 51

Pada RPP

terdapat langkah kegiatan pembelajaran, berupa uraian rencana kegiatan yang akan
dilakukan pengajar dalam proses belajar, sehingga proses tersebut dapat mencapai
kompetensi yang diharapkan. 2,10, 12,51

c. Hasil Pengujian
Setelah melalui beberapa tahap penyusunan silabus dan RPP (modul) terintegrasi,
selanjutnya dilakukan pengujian dalam proses pembelajaran di kelas. Tujuan penelitian
yang dilakukan untuk menganalisis apakah pembelajaran yang dilakukan dengan
menggunakan modul pembelajaran asuhan bayi, balita dan anak prasekolah terntegrasi
mampu meningkatkan kompetensi asuhan yang di evaluasi pda tatanan kelas dan
praktik klinik laboratorium (skill lab).
Pengujian dilakukan dilakukan pada 36 responden di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Widya Dharma Husada Tangerang, Prodi D III Kebidanan semester II, untuk
melihat pencapaian kompetensi mahasiswa dalam asuhan bayi, balita dan prasekolah
terintegrasi. Penilaian kompetensi yang dilakukan merupakan keseluruhan penilaian
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai mahasiswa setelah 6 kali pertemuan,
dengan waktu 300 menit setiap sesinya.

Daftar Pustaka
1. Hermanto D. Pengaruh persepsi Mutu Pelayanan Kebidanan terhadap Kepuasan
Pasien Rawat Inap Kebidanan di RSUD Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo Bulungan
Kalimantan Timur [Penelitian]. Semarang: Diponegoro; 2010.
2. Majid A. Strategi pembelajaran. 1 ed. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2013.
3. Frenk J, Chen L, Bhuttan ZA, Cohen J, et.al. Health Professionals for a new
century:transforming education to strengthen health systems in an interdependent
world. the lancet. 2010;376(9756):37.

4. Moeloek NF, editor. Peran Pofesi dalam Mewujudkan Human Capital yang Unggul
untuk Pembangunan Menuju Bangsa Cerdas. Pertemuan Ilmiah Bidan II; 2013;
Universitas Padjadjaran.
5. Suseno U, editor. Pemberdayaan Bidan Dalam Menjawab Tantangan MDGs Dan
Kaitannya Dengan Penerapan SJSN. Pertemuan Ilmiah Bidan II; 2013; Universitas
Padjadjaran.
6. Indriana D. Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Jogjakarta: DIVA press;
2011.
7. Trianto. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara; 2012.
8. Amri S. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Prestasi Pustaka Karya; 2013.
9. Suprijono A. Cooperative Learning. 9 ed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2013.
10. Rusman. Model-Model Pembelajaran : Mengembangkan Profesionalisme Guru. 5
ed. Jakarta: Rajawali Pers; 2012.
11. Joyce B, Weil M, Calhoun E. Models Of Teaching. 8 ed. Edition I, editor. Canada:
Pearson; 2011.
12. Hanafiah N, Suhana C. Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Refika
Aditama; 2012.
13. Mulyasa E. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya; 2010.
14. Sumardi K. Pengembangan Model-Model Pembelajaran. Universitas Pendidikan
Indonesia. 2012:1-21.
15. Asmani JMm. 7 Tips Aplikasi PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan). Jogjakarta: DIVA Press; 2011.
16. Sailah I. Pengembangan Softskill di Pendidikan Tinggi. Jakarta: Dirjen Pendidikan
Tinggi; 2010.
17. Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia No. 369/MENKES/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Bidan, 2007.
18. Kemenkes. Kurikulum Inti Pendidikan Diploma III Kebidanan. In: BPPSDM,
editor. Jakarta: Kemenkes RI; 2011.
19. Barrett T, Moore S. New Aproaches To Problem-Based Learning Revitalising Your
Practice In Higer Education. New York: Routledge; 2011.
20. Tee MY, Lee SS. Advancing Understanding using Nonaka's Model Of Knowledge
Creation And Problem Based Learning. Spring. 2013;1(8):313-41.

21. Alavia C. Problem Based Learning in Health Sciences curriculum New York:
Routledge; 2002.
22. Malik AS, Malik RH. Twelve Tips for Developing an Integrated Curricum. Medical
Teacher. 2011;33:99-105.
23. Fogarty R. How To Integrate The Curricula. California: SAGE ltd; 2009.
24. Drake SM, Burns RC. Meeting Standards Through Integrated Curriculum. United
State: ASCD; 2004.
25. Lake K. Integrated Curriculum. School Improvement Research Series. 2000;16:14.
26. Drake SM. Creating Standards-Based Integrated Curriculum : The Common Core
State Standard 3ed. Standar MKtyB, editor. Jakarta Barat: Indeks; 2013.
27. Majid A. Strategi Pembelajaran. Kuswandi E, editor. Bandung: Remaja Rosdakarya;
2013.
28. Fogarty R. Ten Ways to Integrate Curriculum. Educational Leadership. 1991:61-5.
29. Collins G, Dixon H. Integrated Learning-Planned Curriculum Units. Gosford:
Bookshelf Publishing Australia; 1991.
30. Fogarty R. How to Integrate The Curricula. Noblitt JE, editor. Palatine, Illinois: IRI/
Skylight Publishing; 1991.
31. Peraturan Mentri Kesehatan republik Indonesia no. 1464/Menkes/Per/X/2010, 2010.
32. Ruhimat T. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2012.
33. Midwives ACo. Philosophy for Midwifery. 2011.
34. ICM. Global Standard International Confederation of Midwives United Kingdom.
2010 Contract No.: 1
35. ICM. International Confederation of Midwives. Essential Competencies for Basic
Midwifery Practice. United Kingdom: ICM; 2013. 1-19.
36. ICM. Curriculum Mapping Tool. Concordance of Midwifery Curriculum With ICM
Essensial Competencies for Basic Midwifery Practice. United Kingdom2013. 28.
37. Muqowim. Pengembangan Softskill Guru. Yogyakarta: Pedagodia; 2012.
38. Schulz B. The Important of Soft Skills: Education beyond academic knowledge.
Journal of Language and Communication. 2008:10.
39. DIKTI. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia. In: Kemahasiswaan DPd, editor.
Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; 2010. 25.

40. Woodward BS, Sendall P, Ceccucci W. Integrating Soft Skill Competencies
Through Project-based Learning Across the Information Systems Curriculum.
Information Systems Education Journal. 2010;8(8):15.
41. Welsh M, Kechagias K, Waglund P, Luca S, Plompen S, dkk. Teaching and
Assessing Soft Skills. Thessaloniki: Neapolis; 2011.
42. Woodward BS, Sendall P, Ceccucci W. Integrating Soft Skill Competencies Trough
Project Based Learning Across the Information curriculum. Information System
Education Journal. 2010;8(8):1-13.
43. Mai RC, Simkin K, Cartledge D. Developing Soft Skill in malaysia Polythechnics.
La trobe university. 2012.
44. UTAR. Program for May-September 2013. In: competency dos, editor.
Malaysia2013.
45. Keputusan Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya
Kesehatan Nomor: HK-02.05/I/III/2/0879/2011 tentang Kurikulum Inti Pendidikan
Diploma III Kebidanan, HK-02.05/I/III/2/0879/2011 2011.
46. Sumardi K. Pengembangan Model-model Pembelajaran2012.
47. DIKTI. Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian di Perguruan Tinggi. In: Nasional P, editor. Jakarta: Kemendikbud;
2006.
48. MKDP t. Kurikulum dan pembelajaran. Depok: Rajawali Pers; 2012.
49. Rusmilati A. Model Kurikulum terintegrasi pada Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional di SMA Negeri 3 Madiun [penelitian]. Malang: Muhammadyah; 2007.
50. Cartono. Evaluasi Hasil Belajar Berbasis Standar. 2 ed. Bandung: Prisma Press;
2010.
51. Penyusunan Garis-Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): Workshop Penyusunan GBPP dan SAP22
Juli.2010.
52. WHO. Strengthening Midwifery Toolkit. Switzerland: WHO library; 2011.
53. Collage BV. Learning for Life: An ESL Literacy Curriculum Framework. Stage I :
Understand Needs. Canada: Bow Valley Collage; 2011. 31.
54. Eka F, Setiyaningsih A. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan perkembangan
Motorik Kasar Anak Usia 1-3 Tahun. jurnal Kebidanan. 2012;IV(2):1-14.
55. Susetyo, Ratnasari y, Hidayati DA. Peran Ayah Dalam Perkembangan Anak Balita
(Studi Pada Keluarga Yang Memiliki Anak Balita Di kelurahan Labuan Ratu
Kecamatan Kedaton Bandar Lampung). Sosiologi Unla. 2012.

56. Apriastuti DA. Analisa Tingkat Pendidikan dan Pola Asuh Orangtua Dengan
Perkembangan Anak Usia 48-60 Bulan. Jurnal Ilmiah Bidan. 2013;4(1):1-14.
57. Yuswono L, Wurandiati E. Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Perkembangan
Personal Sosial, Motorik dan Bahasa Anak Prasekolah di Paud Al-Hidayah. PPNI.
2012.
58. Hidayati F, Kaloeti DVS, Karyono. Peran Ayah dalam Pengasuhan anak. Jurnal
Psikologi Undip. 2011;9(1):1-10.
59. Anapratiwi D, Handayani SSD, Kurniawati Y. Hubungan Antara Kelekatan Anak
Pada Ibu dengan kemampuan Sosialisasi Anak Usia 4-5 Tahun (Studi Pada Ra Sinar
Pelangi dan Ra Al Iman Kecamatan Gunungpati, Semarang). Early Childhood
Education Paper. 2013;2(1):23-30.
60. Khasanah N. Dampak Persepsi Budaya Terhadap Kesehatan Reproduksi Ibu dan
Anak di Indonesia. Muwazah. 2011;3(2).
61. Putri VD. Praktik Pengasuhan Anak Pada Keluarga Petani Peserta Bina Keluarga
Balita (BKB) Melati 3 Di Desa Nguken Kecamatan Pdangan Kabupaten Bojinegoro.
Journal Early Childhood Education Paper. 2012;1(1):1-11.
62. Proverawati A. Imunisasi dan Vaksinasi. Yogyakarta: Nuha Offset; .2010.
63. Marimbi H. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.; 2010.
64. Hidayat AA. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. . Jakarta. : Salemba Medika. ;
2008.
65. O’Keefe A, Frederick J, Bonnie Harmon. Update on Vaccine-Derived Polioviruses.
Morbidity and Mortality Weekly Report. 2012;16:741-6.
66. Siregar SP. Faktor Atopi dan Asma Bronkial pada Anak. Sari Pediatrik.
2000;2(1):23-9.
67. Lubis FY. Aspek Kognitif Pada Anak Usia 0-7 tahun. Parenting; 14 Maret 2009;
Bandung: Unpad; 2009. 1-8.
68. Hirzi AT. Mengomunikasikan Musik Kepada Anak. Mediator. 2005;8(2):201-11.
69. Sari A, Hubeis VS, Mangkuprawira S, Saleh A. Pengaruh Pola Komunikasi
keluarga dalam fungsi Sosialisasi Keluarga terhadap Perkembangan Anak. Jurnal
komunikasi Pembangunan. 2010;8(2).
70. Tine N. Keluarga dan Peranannya Dalam Pembentukan kecerdasan Emosional anak.
2008.
71. Khobir A. Upaya Mendidik nak Melalui Permainan Edukatif. Forum Tarbiyah
2009;7(2).

72. WHO. Strengthening Midwifery Toolkit-Competencies for midwifery practice
(Module 4). Geneva: WHO; 2011.
73. Dikti. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta:
Direktorat Ketenagaan Dikti; 2010.