Melemahnya Identitas Nasional Dalam Masyarakat Indonesia

(1)

MEMUDARNYA IDENTITAS NASIONAL DALAM

MASYARAKAT INDONESIA

MAKALAH

Diajukan sebagai Tugas Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan(KU2071)

disusun oleh:

Fareza Wahyu 13009009 Nabilla Tamimi 13009049

Muh. Reza 13009101

Antony 13009105

Martin Andreas 13009106

Fritz 13609036

Andro 13609031

Muzaki Maulana T. 12209039 Kofa Dewanda 12209015 Dosen: Qoriah Alibasyah Siregar, M.A.

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG


(2)

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Identitas nasional merupakan ciri khas dari sebuah negara. Begitu juga dengan negara kita negara Indonesia, memiliki identitas tersendiri sebagai sebuah bangsa dari bagian

internasional. Tetapi masyarakat Indonesia sendiri mulai meninggalkan identitasnya. Banyak yang sudah melupakan budaya asli yang mencerminkan ciri khas negaranya. Untuk itu diperlukan solusi akan masalah memudarnya identitas nasional di kalangan masyarakat.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi penyempurnaan makalah ini. Dengan demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi

mahasiswa untuk memahami identitas nasional dan masalah yang terkait dengannya di negara Indonesia.

Bandung, Oktober 2010


(3)

Memudarnya Identitas Nasional dalam Masyarakat Indonesia

I. Pengertian Identitas Nasional

Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga

menunjukkan suatu keunikannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nation yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, yang dimaksud dengan identitas nasional adalah ciri-ciri, kepribadian, atau jati diri yang dimiliki oleh suatu bangsa yang membedakannya dengan bangsa lain di dunia.

Identitas nasional pada hakikatnya merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang dalam berbagai aspek kehidupan suatu bangsa dengan ciri-ciri khas. Dengan ciri-ciri khas tersebut, suatu bangsa berbeda dengan bangsa lain dalam hidup dan kehidupannya.

II. Identitas Nasional Negara Kita

Indonesia adalah negara besar. Negara dengan pulau terbanyak di dunia (17.504), lebih dari 300 suku bangsa, serta tidak kurang dari 200 bahasa daerah dengan 67 bahasa induk. Jumlah penduduk Indonesia menurut BPS pada tahun 2009 ini berjumlah 231 juta jiwa. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang plural dan semboyan Bhinneka Tunggal Ika adalah pemersatu bangsa kita.

Apa identitas bangsa Indonesia sesungguhnya? Pertanyaan ini penting untuk menilai keberadaan bangsa Indonesia yang terus membangun identitasnya. Bangsa yang terbentuk dari berbagai kelompok, dalam proses integrasinya, tentu berusaha hidup dengan identitas kebangsaan yang mengatasi identitas primordialnya. Di sinilah terletak urgensi dari

pertanyaan di atas. Jika Indonesia bukan Jawa, bukan Ambon, bukan Batak, bukan Madura, bukan Sunda, bukan Dayak, bukan Islam, bukan Kristen, bukan Hindu, bukan Buddha, bukan Konghucu, dst. Indonesia itu apa? Dari telaah identitas Indonesia dengan paham nasionalnya, maka Indonesia adalah semuanya. Integrasi dari semuanya adalah Indonesia, tanpa harus mengeliminir satu kelompok, dan tanpa didominasi oleh satu kelompok. Proses interaksi antar kelompok dalam prinsip kesetaraan akan menghasilkan sebuah identitas Indonesia. Minimal ciri-ciri utama yang melekat sebagai identitas nasional Indonesia adalah:


(4)

a. Pluralisme dan Multikulturalisme

Kita tidak dapat mengingkari sifat pluralistik bangsa kita sehingga perlu pula memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama yang dianut oleh warganegara Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarnai perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu berseiringan, saling melengkapi dan saling mengisi, tidak berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan (fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari.

Dalam konteks itu pula maka ratusan suku-sukubangsa yang terdapat di Indonesia perlu dilihat sebagai aset negara berkat pemahaman akan lingkungan alamnya, tradisinya, serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya, yang keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi pembangunan nasional. Di pihak lain, setiap sukubangsa juga memiliki hambatan budayanya masing-masing, yang berbeda antara sukubangsa yang satu dengan yang lainnya. Maka menjadi tugas negaralah untuk memahami, selanjutnya mengatasi hambatan-hambatan budaya masing-masing sukubangsa, dan secara aktif memberi dorongan dan peluang bagi munculnya potensi-potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.

Ini adalah cara hidup orang-orang Indonesia yang harus saling menghargai sebagai sesama bangsa Indonesia. Sejarah adanya Indonesia adalah sejarah kelompok-kelompok yang mau hidup bersama. Dengan menyadari asal keberadaannya sebagai bangsa Indonesia, maka menghargai pluralitas dan bersikap multikultural harus menjadi ciri khas dalam diri bangsa Indonesia.

b. Kesetaraan

Dengan identitas pluralis dan multikulturalis itu bangunan interaksi dan relasi antara manusia Indonesia akan bersifat setara. Paham kesetaraan akan menandai cara berpikir dan perilaku bangsa Indonesia, apabila setiap orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan merupakan

identitas nasional Indonesia. c. Karakter Nasional

Karakter nasional adalah gambaran umum mengenai identitas nasional Indonesia. Karakter ini hanya akan muncul secara kuat apabila identitas sebagai bangsa Indonesia jelas. Maksudnya apabila kesadaran pluralitas dan multikultural itu jelas bagi


(5)

bangsa Indonesia, maka karakter bangsa Indonesia akan muncul dan terlihat. Jika dicirikan dengan lebih spesifik, apabila manusia Indonesia menjadikan pluralisme dan

multikulturalisme yang melahirkan paham kesetaraan sebagai wawasan dan tradisi bangsa, akan muncul sosok manusia Indonesia yang berkarakter merdeka, otonom, demokrat, humanis, bertanggung jawab, hormat terhadap bangsa-bangsa lain, dan berwawasan universal.

III. Indikasi Pudarnya Identitas Nasional 1. Budaya asli nasional semakin tenggelam

Dewasa ini budaya dan adat yang menjadi ciri khas nasional kita semakin ditinggalkan. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin

banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukkan, clubbing, memakai pakaian mini,bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah biasa di Indonesia. Meskipun gaya hidup tersebut tidak semuanya dinilai jelek, tetapi dengan menerima dan mengaplikasikan gaya hidup barat tersebut lambat laun akan menggeser budaya asli yang ada di negara kita.

Situasi Budaya Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Pasalnya, semakin banyak kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara tetangga kita sendiri yaitu Malasyia. Seperti tari reog ponorogo dan tari pendet yang diklaim juga oleh Malaysia. Hak paten atas kebudayaan dalam hal ini sangat berperan penting. Pemerintah baru menyadari akan perlunya hak paten tersebut setelah adanya klaim-mengklaim Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia.

2. Rasa memiliki terhadap identitas Indonesia menurun

“Cintailah produk dalam negeri”, sebuah kalimat yang mulai digalakkan seiring dengan persaingan produk dengan luar negeri. Masyarakat Indonesia lebih memperhatikan merk yang berasal dari luar negeri dibanding buatan lokal. Ini berarti masyarakat mulai kehilangan rasa cinta akan tanah air, rasa nasionalisme. Begitu juga dalam hal cinta dan peduli akan identitas bangsa sendiri. Simbol ataupun ciri yang melambangkan negara tidak begitu diperhatikan lagi. Nilai-nilai yang terkandung dalam lambang negara kita, Pancasila, tidak lagi diterapkan sepenuhnya. Tradisi ataupun adat dipandang sebagai produk masa lalu yang cukup dikenang saja, tanpa dipertahankan keutuhannya. Rasa malu untuk menggunakan budaya dalam negeri akibat adanya budaya asing juga menjadi indikasi turunnya rasa nasionalisme.


(6)

3. Mendahulukan kepentingan kelompok dan disintegrasi bangsa

Munculnya kelompok-kelompok dan gerakan yang bertujuan untuk memisahkan diri dari bangsa ini adalah salah satu indikasi melemahnya identitas bangsa. Keanekaragaman bangsa tidak dipandang sebagai pemersatu melainkan sebagai bagian-bagian terpisahkan yang memiliki kepentingan tersendiri antara satu dengan lainnya. Salah satu adalah bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), etnis (FBR, Laskar Melayu) dan ras. Akibatnya, sering terjadi konflik kepentingan antarkelompok dan tidak jarang juga berakhir dengan kekerasan.

4. Lupa sejarah

Faktor integrasi bangsa Indonesia salah satunya rasa senasib dan

sepenanggungan serta rasa seperjuangan di masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan. Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran ini, maka keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia tidak dipermasalahkan semuanya bersatu, berjuang untuk merdeka. Sehingga terbentuklah negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika.

Tetapi seiring berlalunya waktu, hal tersebut mulai dilupakan. Masyarakat Indonesia kebanyakan sekarang tidak menganggap penting nilai sejarah masa lalu tersebut seakan-akan terlena dengan kenikmatan yang dirasakan. Padahal terbentuknya Negara Indonesia melalui perjuangan keras para pahlawan dan seharusnya identitas negara ini juga dijaga dan dipertahankan.

IV. Penyebab Pudarnya Identitas Nasional 1. Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.

Globalisasi tentunya membawa dampak yang cukup besar bagi negara manapun di dunia global ini termasuk bagi Indonesia. Di samping dampak positif, globalisasi juga membawa efek negatif bagi kebangsaan Indonesia. Dampak positif dari globalisasi antara lain.


(7)

a. Dalam bidang politik, pemerintahan menjadi lebih terbuka dan demokratis. Hal ini akan membentuk hubungan yang baik antara pemerintah dan rakyat sehingga pembangunan negara lebih baik.

b. Dalam bidang ekonomi, terbukanya kesempatan kerja tingkat global dan pasar internasional yang dapat meningkatkan devisa negara. Dengan demikian taraf hidup bangsa dapat ditingkatkan.

c. Dalam bidang sosial budaya, pengaruh pola berpikir dan etos kerja yang tinggi, serta perkembangan iptek yang dapat memajukan bangsa.

Selain dampak positif, berikut dampak negatif globalisasi:

a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang. b. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk

dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti McDonald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

c. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

e. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

2. Menyepelekan arti identitas

Memudarnya identitas nasional dalam masyarakat juga disebabkan oleh sikap dan kepedulian terhadap identitas yang sangat minim. Tidak menjunjung tinggi hukum dan perundangan merupakan salah satunya. Padahal hukum yang berlaku merupakan salah satu identitas dari sebuah negara. Di Indonesia misalnya terdapat Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi. Tetapi banyak rakyat


(8)

yang menyepelekan hukum tersebut. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka pelanggaran hukum di negara kita.

3. Masalah nasional dan penyimpangan hukum

Kasus-kasus penggusuran yang tidak memihak rakyat dan termasuk kasus-kasus pelumpuhan dan pemiskinan terhadap suatu kelompok, merupakan hal-hal yang bertentangan dengan mutualisme dan keadilan sosial, dan harus segera dihentikan. Hal ini bertentangan dengan amanah Pembukaan UUD 1945: “… melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

Di dalam pemerintahan sendiri banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan hukum yang telah merusak moral bangsa. Kasus-kasus yang berhubungan dengan korupsi, lalainya pemerintah dalam menjalankan tugasnya telah mencoreng etika dalam berpolitik di negara ini, seperti kasus Bank Century, kasus korupsi Gayus, dan titip absen anggota DPR. Akibatnya timbul ketidakpercayaan rakyat terhadap

pemerintah, yang berlanjut kepada ketidakdukungan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Dengan demikian tentunya rasa nasionalisme akan berkurang dan negara akan mengalami kemerosotan.

V. Cara-cara untuk Mengatasi Memudarnya Identitas Nasional

1. Pendidikan tentang kebangsaan untuk memberikan pemahaman yang kuat mengenai identitas nasional

Rasa nasionalisme sebisanya ditanamkan dalam tiap masyarakat sedini mungkin. Nilai-nilai luhur dan budaya nasional diperkenalkan dengan baik dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat agar mereka semakin menjunjung tinggi dan bangga akan identitas nasional. Penanaman dan pengamalan nilai yang terkandung dalam Pancasila juga dapat dilakukan sebagai usaha mempertahankan ciri bangsa sekaligus menwujudkan insan yang seutuhnya karena nilai-nilai Pancasila adalah baik dan benar.

Secara akademik, dapat dilakukan dengan melakukan pengajaran kepada siswa tentang identitas bangsa, misalnya dengan adanya mata pelajaran Pancasila dan Kewarganegaran baik di tingkat sekolah maupun tingkat universitas agar masyarakat semakin mengerti dengan negaranya. Dari rasa pengertian itulah, diharapkan dapat tumbuh kepekaan dan cinta akan bangsa dan negaranya.

2. Membangun kebudayaan nasional Indonesia

Kebudayaan merupakan aset yang penting sebagai identitas nasional. Negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan banyak suku bangsa tentunya juga


(9)

mempunyai beragam budaya dan kesenian daerah. Kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut merupakan pembentuk identitas budaya nasional kita sehingga harus dijaga dan dikembangkan. Kebudayaan nasional yang beraneka ragam unsurnya dapat dilestarikan dengan mempolulerkan budaya tersebut, dan jika bisa hingga ke tingkat internasional.

Membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan

entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”.

3. Menjaga integritas bangsa

Integritas nasional adalah suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.

Negara kita juga tentunya telah mengalami proses integrasi yang tidak mudah mengingat keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Rasa persatuan dan kesatuan harus dipupuk secara kontinu untuk menjaga keutuhan bangsa. Selain itu diperlukan rasa toleransi dalam masyarakat untuk mencegah terjadinya perpecahan ataupun peperangan yang melibatkan unsur golongan atau kelompok tertentu.

Pemerintah juga memegang peranan yang penting dalam menjaga integritas bangsa. Faktor keamanan menjadi penentu yang utama. Untuk itu diperlukan aparat atau perangkat keamanan nasional yang tangguh dalam menjaga keutuhan bangsa.

Daftar Pustaka

www.bappenas.go.id

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1979420-dampak-globalisasi/ http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/


(1)

a. Pluralisme dan Multikulturalisme

Kita tidak dapat mengingkari sifat pluralistik bangsa kita sehingga perlu pula memberi tempat bagi berkembangnya kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama yang dianut oleh warganegara Indonesia. Dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan sukubangsa dan kebudayaan agama, bersama-sama dengan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara, mewarnai perilaku dan kegiatan kita. Berbagai kebudayaan itu berseiringan, saling melengkapi dan saling mengisi, tidak berdiri sendiri-sendiri, bahkan mampu untuk saling menyesuaikan (fleksibel) dalam percaturan hidup sehari-hari.

Dalam konteks itu pula maka ratusan suku-sukubangsa yang terdapat di Indonesia perlu dilihat sebagai aset negara berkat pemahaman akan lingkungan alamnya, tradisinya, serta potensi-potensi budaya yang dimilikinya, yang keseluruhannya perlu dapat didayagunakan bagi pembangunan nasional. Di pihak lain, setiap sukubangsa juga memiliki hambatan budayanya masing-masing, yang berbeda antara sukubangsa yang satu dengan yang lainnya. Maka menjadi tugas negaralah untuk memahami, selanjutnya mengatasi hambatan-hambatan budaya masing-masing sukubangsa, dan secara aktif memberi dorongan dan peluang bagi munculnya potensi-potensi budaya baru sebagai kekuatan bangsa.

Ini adalah cara hidup orang-orang Indonesia yang harus saling menghargai sebagai sesama bangsa Indonesia. Sejarah adanya Indonesia adalah sejarah kelompok-kelompok yang mau hidup bersama. Dengan menyadari asal keberadaannya sebagai bangsa Indonesia, maka menghargai pluralitas dan bersikap multikultural harus menjadi ciri khas dalam diri bangsa Indonesia.

b. Kesetaraan

Dengan identitas pluralis dan multikulturalis itu bangunan interaksi dan relasi antara manusia Indonesia akan bersifat setara. Paham kesetaraan akan menandai cara berpikir dan perilaku bangsa Indonesia, apabila setiap orang Indonesia berdiri di atas realitas bangsanya yang plural dan multikultural itu. Identitas kesetaraan ini tidak akan muncul dan berkembang dalam susunan masyarakat yang didirikan di atas paham dominasi dan kekuasaan satu kelompok terhadap kelompok yang lain. Kesetaraan merupakan

identitas nasional Indonesia. c. Karakter Nasional

Karakter nasional adalah gambaran umum mengenai identitas nasional Indonesia. Karakter ini hanya akan muncul secara kuat apabila identitas sebagai bangsa Indonesia jelas. Maksudnya apabila kesadaran pluralitas dan multikultural itu jelas bagi


(2)

bangsa Indonesia, maka karakter bangsa Indonesia akan muncul dan terlihat. Jika dicirikan dengan lebih spesifik, apabila manusia Indonesia menjadikan pluralisme dan

multikulturalisme yang melahirkan paham kesetaraan sebagai wawasan dan tradisi bangsa, akan muncul sosok manusia Indonesia yang berkarakter merdeka, otonom, demokrat, humanis, bertanggung jawab, hormat terhadap bangsa-bangsa lain, dan berwawasan universal.

III. Indikasi Pudarnya Identitas Nasional 1. Budaya asli nasional semakin tenggelam

Dewasa ini budaya dan adat yang menjadi ciri khas nasional kita semakin ditinggalkan. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini kebudayaan barat yang masuk ke Indonesia semakin berkembang pesat. Hal ini dapat kita lihat dari semakin

banyaknya rakyat Indonesia yang bergaya hidup kebarat-baratan seperti mabuk-mabukkan, clubbing, memakai pakaian mini,bahkan berciuman di tempat umum seperti sudah biasa di Indonesia. Meskipun gaya hidup tersebut tidak semuanya dinilai jelek, tetapi dengan menerima dan mengaplikasikan gaya hidup barat tersebut lambat laun akan menggeser budaya asli yang ada di negara kita.

Situasi Budaya Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Pasalnya, semakin banyak kebudayaan Indonesia yang diklaim oleh negara tetangga kita sendiri yaitu Malasyia. Seperti tari reog ponorogo dan tari pendet yang diklaim juga oleh Malaysia. Hak paten atas kebudayaan dalam hal ini sangat berperan penting. Pemerintah baru menyadari akan perlunya hak paten tersebut setelah adanya klaim-mengklaim Malaysia terhadap kebudayaan Indonesia.

2. Rasa memiliki terhadap identitas Indonesia menurun

“Cintailah produk dalam negeri”, sebuah kalimat yang mulai digalakkan seiring dengan persaingan produk dengan luar negeri. Masyarakat Indonesia lebih memperhatikan merk yang berasal dari luar negeri dibanding buatan lokal. Ini berarti masyarakat mulai kehilangan rasa cinta akan tanah air, rasa nasionalisme. Begitu juga dalam hal cinta dan peduli akan identitas bangsa sendiri. Simbol ataupun ciri yang melambangkan negara tidak begitu diperhatikan lagi. Nilai-nilai yang terkandung dalam lambang negara kita, Pancasila, tidak lagi diterapkan sepenuhnya. Tradisi ataupun adat dipandang sebagai produk masa lalu yang cukup dikenang saja, tanpa dipertahankan keutuhannya. Rasa malu untuk menggunakan budaya dalam negeri akibat adanya budaya asing juga menjadi indikasi turunnya rasa nasionalisme.


(3)

3. Mendahulukan kepentingan kelompok dan disintegrasi bangsa

Munculnya kelompok-kelompok dan gerakan yang bertujuan untuk memisahkan diri dari bangsa ini adalah salah satu indikasi melemahnya identitas bangsa. Keanekaragaman bangsa tidak dipandang sebagai pemersatu melainkan sebagai bagian-bagian terpisahkan yang memiliki kepentingan tersendiri antara satu dengan lainnya. Salah satu adalah bermunculannya organisasi sosial yang berkedok pada agama (FPI, JI, MMI, Organisasi Aliran Islam/Mahdi), etnis (FBR, Laskar Melayu) dan ras. Akibatnya, sering terjadi konflik kepentingan antarkelompok dan tidak jarang juga berakhir dengan kekerasan.

4. Lupa sejarah

Faktor integrasi bangsa Indonesia salah satunya rasa senasib dan

sepenanggungan serta rasa seperjuangan di masa lalu ketika mengalami penjajahan. Penjajahan menimbulkan tekanan baik mental ataupun fisik. Tekanan yang berlarut-larut akan melahirkan reaksi dari yang ditekan. Sehingga muncul kesadaran ingin memperjuangkan kemerdekaan. Dengan kesadaran ini, maka keberagaman suku atau golongan yang ada di Indonesia tidak dipermasalahkan semuanya bersatu, berjuang untuk merdeka. Sehingga terbentuklah negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyannya Bhineka Tunggal Ika.

Tetapi seiring berlalunya waktu, hal tersebut mulai dilupakan. Masyarakat Indonesia kebanyakan sekarang tidak menganggap penting nilai sejarah masa lalu tersebut seakan-akan terlena dengan kenikmatan yang dirasakan. Padahal terbentuknya Negara Indonesia melalui perjuangan keras para pahlawan dan seharusnya identitas negara ini juga dijaga dan dipertahankan.

IV. Penyebab Pudarnya Identitas Nasional 1. Globalisasi

Globalisasi adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.

Globalisasi tentunya membawa dampak yang cukup besar bagi negara manapun di dunia global ini termasuk bagi Indonesia. Di samping dampak positif, globalisasi juga membawa efek negatif bagi kebangsaan Indonesia. Dampak positif dari globalisasi antara lain.


(4)

a. Dalam bidang politik, pemerintahan menjadi lebih terbuka dan demokratis. Hal ini akan membentuk hubungan yang baik antara pemerintah dan rakyat sehingga pembangunan negara lebih baik.

b. Dalam bidang ekonomi, terbukanya kesempatan kerja tingkat global dan pasar internasional yang dapat meningkatkan devisa negara. Dengan demikian taraf hidup bangsa dapat ditingkatkan.

c. Dalam bidang sosial budaya, pengaruh pola berpikir dan etos kerja yang tinggi, serta perkembangan iptek yang dapat memajukan bangsa.

Selain dampak positif, berikut dampak negatif globalisasi:

a. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang. b. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk

dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti McDonald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

c. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

d. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

e. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

2. Menyepelekan arti identitas

Memudarnya identitas nasional dalam masyarakat juga disebabkan oleh sikap dan kepedulian terhadap identitas yang sangat minim. Tidak menjunjung tinggi hukum dan perundangan merupakan salah satunya. Padahal hukum yang berlaku merupakan salah satu identitas dari sebuah negara. Di Indonesia misalnya terdapat Pancasila sebagai ideologi negara dan UUD 1945 sebagai dasar konstitusi. Tetapi banyak rakyat


(5)

yang menyepelekan hukum tersebut. Hal ini dapat dilihat dari masih tingginya angka pelanggaran hukum di negara kita.

3. Masalah nasional dan penyimpangan hukum

Kasus-kasus penggusuran yang tidak memihak rakyat dan termasuk kasus-kasus pelumpuhan dan pemiskinan terhadap suatu kelompok, merupakan hal-hal yang bertentangan dengan mutualisme dan keadilan sosial, dan harus segera dihentikan. Hal ini bertentangan dengan amanah Pembukaan UUD 1945: “… melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

Di dalam pemerintahan sendiri banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan hukum yang telah merusak moral bangsa. Kasus-kasus yang berhubungan dengan korupsi, lalainya pemerintah dalam menjalankan tugasnya telah mencoreng etika dalam berpolitik di negara ini, seperti kasus Bank Century, kasus korupsi Gayus, dan titip absen anggota DPR. Akibatnya timbul ketidakpercayaan rakyat terhadap

pemerintah, yang berlanjut kepada ketidakdukungan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Dengan demikian tentunya rasa nasionalisme akan berkurang dan negara akan mengalami kemerosotan.

V. Cara-cara untuk Mengatasi Memudarnya Identitas Nasional

1. Pendidikan tentang kebangsaan untuk memberikan pemahaman yang kuat mengenai identitas nasional

Rasa nasionalisme sebisanya ditanamkan dalam tiap masyarakat sedini mungkin. Nilai-nilai luhur dan budaya nasional diperkenalkan dengan baik dan meluas ke seluruh lapisan masyarakat agar mereka semakin menjunjung tinggi dan bangga akan identitas nasional. Penanaman dan pengamalan nilai yang terkandung dalam Pancasila juga dapat dilakukan sebagai usaha mempertahankan ciri bangsa sekaligus menwujudkan insan yang seutuhnya karena nilai-nilai Pancasila adalah baik dan benar.

Secara akademik, dapat dilakukan dengan melakukan pengajaran kepada siswa tentang identitas bangsa, misalnya dengan adanya mata pelajaran Pancasila dan Kewarganegaran baik di tingkat sekolah maupun tingkat universitas agar masyarakat semakin mengerti dengan negaranya. Dari rasa pengertian itulah, diharapkan dapat tumbuh kepekaan dan cinta akan bangsa dan negaranya.

2. Membangun kebudayaan nasional Indonesia

Kebudayaan merupakan aset yang penting sebagai identitas nasional. Negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dengan banyak suku bangsa tentunya juga


(6)

mempunyai beragam budaya dan kesenian daerah. Kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut merupakan pembentuk identitas budaya nasional kita sehingga harus dijaga dan dikembangkan. Kebudayaan nasional yang beraneka ragam unsurnya dapat dilestarikan dengan mempolulerkan budaya tersebut, dan jika bisa hingga ke tingkat internasional.

Membangun kebudayaan nasional Indonesia harus mengarah kepada suatu strategi kebudayaan untuk dapat menjawab pertanyaan, “Akan kita jadikan seperti apa bangsa kita?” yang tentu jawabannya adalah “menjadi bangsa yang tangguh dan entrepreneurial, menjadi bangsa Indonesia dengan ciri-ciri nasional Indonesia, berfalsafah dasar Pancasila, bersemangat bebas-aktif mampu menjadi tuan di negeri sendiri, dan mampu berperanan penting dalam percaturan global dan dalam kesetaraan juga mampu menjaga perdamaian dunia”.

3. Menjaga integritas bangsa

Integritas nasional adalah suatu proses penyatuan atau pembauran berbagai aspek sosial budaya ke dalam kesatuan wilayah dan pembentukan identitas nasional atau bangsa (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989) yang harus dapat menjamin terwujudnya keselarasan, keserasian dan keseimbangan dalam mencapai tujuan bersama sebagai suatu bangsa.

Negara kita juga tentunya telah mengalami proses integrasi yang tidak mudah mengingat keanekaragaman suku, agama, dan budaya. Rasa persatuan dan kesatuan harus dipupuk secara kontinu untuk menjaga keutuhan bangsa. Selain itu diperlukan rasa toleransi dalam masyarakat untuk mencegah terjadinya perpecahan ataupun peperangan yang melibatkan unsur golongan atau kelompok tertentu.

Pemerintah juga memegang peranan yang penting dalam menjaga integritas bangsa. Faktor keamanan menjadi penentu yang utama. Untuk itu diperlukan aparat atau perangkat keamanan nasional yang tangguh dalam menjaga keutuhan bangsa.

Daftar Pustaka www.bappenas.go.id

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1979420-dampak-globalisasi/ http://dahlanforum.wordpress.com/2009/10/11/kebudayaan-nasional/