Konflik Dalam Relokasi Pasar (Studi Kasus Di Pasar Sutomo,Kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Pasar berperan penting sebagai penggerak ekonomi mikro dibidang sektor
informal.Di pasar kita dapat menemukan berbagai macam keperluan yang kita
butuhkan sehari-hari.Pasar juga memiliki peran sebagai penyerap tenaga kerja
yang besar. Masyarakat sudah sangat lama mengenal pasar, mulai dari sistem
barter sampai sudah mengenal mata uang dan mulai dari pasar yang melakukan
transaksi di atas kapal tradisional sampai pasar modern di dalam sebuah gedung.
Di pasar tradisional cenderung memilki harga yang lebih murah
dibandingkan dengan tempat-tempat lain seperti super market dan mini market, itu
karena siklus atau proses masuknya barang kepajak tidak terlalu panjang karena
para pedagang langsung berhubungan dengan toke-toke 1 atau juga pabrik barang,
dan juga tidak ada tambahan biaya yang dibebankan kepada konsumen seperti kita
berbelanja di pasar modern lainnya.
Keberadaan pasar dewasa ini mulai berkurang, karena pola pikir
masyarakat

sekarang


mengutamakan

soal

yang

sudah

kenyamanan,

berubah,

sehingga

kebersihan

dan

masyarakat
kemudahan


lebih
disaat

berbelanja.Kita tahu bagaimana kondisi pasar kita, tidak bersih, bau dan waktu di
pasar hanya dalam jam-jam tertentu.Itulah sebabnya banyak masyarakat yang
enggan belanja dipasar. Padahal jika kita berbelanja di pasar tradisional kita akan
lebih membantu dan memajukan para pedagang-pedagang kecil yang berjualan,

1

toke-tokeadalah distributor yang menampung dan menyalurkan barang.

Universitas Sumatera Utara

dan itu akan lebih meningkatkan perekonomian masyarakat saat ini, tidak seperti
berbelanja di supermarket yang untungnya untuk para investor-investor yang
memilki modal besar untuk membangun supermarket. Masayarakat lebih memilih
supermarket karena, supermarket menawarkan apa yang diinginkan masyarakat
saat ini, seperti kenyamanan, kebersihan, dan mudah untuk mengunjunginya

kapan saja dibutuhkan.
Untuk menjaga eksistensi pasar tradisional, pemerintah mengeluarkan
kebijakan melalui perpres No 112 tahun 2007 tentang penataan dan pembinaan
pasar tradisional, pusat perbelanjaan serta modern (biasa disebut perpres pasar
modern), akhirnya ditandatangani oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono
pada 27 Desember 2007 lalu, dan tentang Peraturan Daerah No 2 tentang
perpasaran swasta, sudah diatur bahwa jarak antara pasara tradisional dengan
pasar modern adalah 2.5 KM.
Tetapi peraturan ini kurang dipatuhi, karena pasar-pasar modern tetap saja
bebas

mendirikan

bangunan

meskipun

itu

dekat


dengan

pasar

tradisional.Dihampir setiap tempat keramaian ada mini market kecil yang mengisi
segala kebutuhan masyarakat.
Sama seperti halnya di Medan, pasar lebih dikenal sebagai pajak.Banyak
sekali terdapat pasar-pasar tradisional yang menawarkan berbagai macam barang
di Medan, baik pasar pakaian, sayur dan buah-buahan.Untuk pasar sayur dan
buah-buahan yang paling terkenal adalah pajak sutomo.Meskipun bernama pasar
sutomo, tetapi juga meliputi jalan Veteran, jalan Bulan, jalan Bintang dan jalan
Seram. Pasar Sutomo beroprasi mulai dari subuh sekitar pukul02.00 WIB sampai

Universitas Sumatera Utara

dengan jam 09.00 WIB pagi. Konsumen yang berbelanja di pasar sutomo juga
rata-rata merupakan pembeli yang ingin menjual kembali barang yang dibelinya.
Berbeda dengan pasar-pasar umumnya yang berada di dalam sebuah
gedung, pasar ini menggunakan bahu jalan sebagai tempat mereka berjualan,

sehingga ruko-ruko yang ada di dalamnya banyak sekali yang tutup dikarena kan
tidak efektif untuk tempat berjualan karena terhalang dari pedagang sayur dan
buah tadi. Pada awalnya pasar ini terbentuk karena merupakan tempat sementara
para pedagang yang lapaknya terbakar tetapi semakin hari semakin berkembang
seiring dengan ramainya pembeli atau konsumen yang berbelanja.Dengan
demikian jalan disekitaran pajak ini juga sangat macet karena jalan menjadi sangat
kecil, padahal jalan ini merupakan jalan alternatif yang dilalui banyak kendaraan
menuju jalan-jalan besar.
Atas kejadian itu pemerintah pun mulai melakukan kebijakan seperti
penertiban dan relokasi.Sejalan dengan itu pemerintah membangun sebuah pasar
sebagai pusat penjualan sayur dan buah-buahan seperti kota-kota lainnya yaitu
pasar induk.Pasar ini terletak simpang Lau Cih, Medan Tuntungan.Pemerintah
berencana memindahkan para pedagang pajak Sutomo ke pasar induk, namun
sebagian besar pedagang menolak untuk di relokasi dengan berbagai macam
alasan yang kompleks, mereka memilih tetap bertahan dengan alasan mereka
sendiri.
Akibat dari ini pemerintah dengan tegas bertindak kepada pedagang yang
memilih tetap bertahan, Pemerintah mengerahkan seluruh elemennya untuk
berjaga-jaga dilokasi pajak sutomo agar para pedagang tidak lagi berjualan di


Universitas Sumatera Utara

tempat tersebut.Para pedagang juga tidak tinggal diam mereka semakin kuat
bersama-sama untuk melawan tindakan yang dilakukan pemerintah, karena
meganggap kebijakan untuk menggusur mereka dari pajak sutomo itu tidak
tepat.Atas kejadian itu sempat beberapa kali terjadi konflik yang sangat tegang
hingga terjadi bentrokan antara pedagang dan aparat (satpol PP, Polisi, dan
TNI).Pedagang dan aparat saling lempar batu yang berujung berjatuhan korban
luka-luka baik dari pihak aparat maupun dari pihak pedagang.
Sebenarnya kebijakan dari pemerintah ini sudah sangat baik, agar para
pedagang lebih nyaman dalam melakukan kegiatan usahanya, dan dibuatlah
sebuah solusi untuk merelokasi pedagang ketempat yang sesuai dengan peraturan
pemerintah tentang pasar. Tujuan relokasi pedagang ini untuk menata kembali
lokasi ini agar kembali bersih dan lalu lintas dilokasi pasar ini tidak lagi macet
yang sangat panjang, kemacetan sendiri terjadi karena disekitaran pasar ada
sekolah internasional yaitu sekolah Sutomo, rata-rata para siswa menggunakan
mobil dan motor untuk datang ke sekolah dan mau tidak mau harus melintasi
daerah pajak ini.
Terutama di jalan Sutomo dan jalan bulan yang merupakan jalan paling
ramai dilewati orang-orang. Tidak tahu siapa yang salah dari masalah ini, karena

para pedagang meng klaim itu sebagai hak mereka berjualan dan juga penolakan
yang dilakukan pedagang dikarenakan aspirasi mereka yang tidak di dengar oleh
pemerintah dan juga mereka menyayangkan tindakan dari PD Pasar yang tidak
melakukan sosialisasi dan pendekatan yang tidak tepat kepada para pedagang dan
dinilai tidak memihak kepada para pedagang.

Universitas Sumatera Utara

Penolakan yang dilakukan para pedagang tersebut membuat pemerintah
sangat sulit merelokasi, sepertinya pedagang memiliki power (kekuatan) untuk
menolak kebijakan itu.Sebenarnya dari mana pedagang memiliki kekuatan untuk
melawan pemerintah?Fenomena apakah ini, atau adakah pihak-pihak asing yang
terlibat atau memiliki kepentingan sendiri dengan keberadaan pajak ini?Mungkin
saja ini bisa terjadi, karena kita tahu banyak organisasi-organisasi kepemudaan
dan kemasyarakatan yang sejatinya seperti orang yang mengamankan pajak ini
dan meminta uang restribusi dan uang keamanan kepada pedagang. Bisa saja
organisasi ini juga ikut turut serta atas konflik perlawanan pedagang atas
kebijakan pemerintah atas perelokasian pajak sutomo ini atau adakah organisasi
lain yang dari pihak pemerintah atau lainnya yang berkepentingan terhadap
kelanjutan dari aktifitas pajak ini.

Seperti terbitan Koran Tribun Medan online pada senin, tanggal 28 maret
2016 di katakan, ratusan pedagang menggelar aksi di depan kantor DPRD Medan
menolak relokasi mereka ke pasar induk, penolakan ini bukan tanpa alasan,
mereka mengatakan bahwa tidak sanggup berjualan di sana karena pasar yang sepi
dan sewa toko yang sangat mahal Rp 30 juta padahal penghasilan sangat minim.
Berarti permasalahan dari relokasi ini yaitu tempat relokasi atau lokasi pedagang
yang baru tidak strategis dan sangat sepi dan juga memperoleh tempat sangat sulit
dicapai oleh pedagang-pedagang bermodal kecil. Dari informasi yang beredar,
tidak banyak pedagang dari pajak sutomo ini yang berjualan di pasar induk akan
tetapi lokasi atau toko di pasar induk Medan Tuntungan ini sudah penuh terisi.

Universitas Sumatera Utara

Disini dapat dikatakan bahwa perelokasian yang dilakukan pemerintah kurang
berjalan tepat sasaran.
Seperti penelitian yang dilakukan sebelumnya, dikatakan bahwa para
pedagang telah senang dan nyaman berjualan dipasar ini, karena mereka dapat
menggantungkan hidupnya dipasar ini dan memperoleh hidup juga disini.Ini
berarti menggambarkan bahwasanya sebelum di relokasi keadaan pasar ini amanaman saja, banyak orang yang mendapatkan pekerjaan dari pasar ini, baik itu
pedagang dan para tukang becak yang menjual jasanya membawa barang

dagangan pedagang kelokasi pasar.
Kemudian informasi yang didapatkan dilapangan setelah relokasi yang
berujung konflik tersebut, para pedagang sebagian tidak lagi berjualan dan
sebagian besar tetap bertahan. Mereka berjualan jika tidak dijaga oleh aparat dan
jika dijaga mereka memilih untuk berjualan ditempat yang lain, ada yang memilih
berjualan di jalan-jalan yang tidak begitu jauh dari pasar dan ada juga yang
memilih berjualan di jalan aksara dan juga jalan pancing. Inilah fakta yang terjadi
dilapangan bahwasanya para pedagang tidak setuju untuk direlokasi dan adanya
resistensi dari masyarakat atas kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
Karena permasalahan ini sudah sangat lama terjadi, sepertinya juga
pemerintah setengah hati dalam penggusuran dan pemindahan dari para pedagang,
karena apabila pemerintah sungguh-sungguh dalam penanganan kasus ini, relokasi
ini dapat dengan cepat diatasi.Kita tidak tahu apakah ada faktor kepentingan
setiap lapisan atau unsur pemerintah yang memiliki kepentingan di pasar ini,
sehingga relokasi ini sangat alot terjadi.

Universitas Sumatera Utara

Seperti yang kita ketahui, setiap terjadi konflik pasti ada perbedaan tujuan
dan keinginan ditengah-tengah masyarakat yang memicu terjadinya perselisihan

dan perbedaan pendapat yang memicu perpecahan atau pemberontakan.Jika ada
benar faktor-faktor kepentingan didalam permasalahan ini, dimanakah atau di
lapisan mana saja faktor kepentingan tersebut? Penulis juga belum mengetahui hal
tersebut

1.2. Tinjauan pustaka
Antropologi

merupakan

ilmu

yang

mengkaji

manusia

dan


kebudayaannya.Kebudayaan disini juga mencakup tentang interaksi antara
individu dan individu lainnya melalui bahasa dalam mencapai sebuah kesepakatan
atau kepentingan bersama guna mewujudkan masyarakat yang tertib dan damai.
Kita tahu Indonesia merupakan daerah kepulauan yang terdiri dari 5 pulau besar
dan ribuan pulau kecil yang tersebar dari sabang sampai merauke, dengan
penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia merupakan Negara dengan
pluralisme yang sangat beragam, Sehingga terjadi percampuran suku disebagian
daerah, dengan ini akan terjadi perbedaan pemikiran dan tujuan. Setiap kelompok
pasti akan lebih mengutamakan kepentingan kelompoknya sendiri dari kelompok
lain yang ada di dekatnya. Dengan keberagaman seperti ini sangat memicu yang
namanya konflik antar masyarakat yang beragam, baik itu konflik kelompok,
antar-kelompok maupun individu dengan individu lain.
Dalam kehidupan sosial masyarakat, di mana saja bisa dan kapan saja,
tidak lepas dari yang namanya “konflik” (Chandra, 1992; Lauer, 1993). Konflik

Universitas Sumatera Utara

secara etimologis berasal dari bahasa latin “con” yang berarti bersama dan
“fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian “konflik” dalam
kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain lain
yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Dalam International
encyclopaedia of the social scienes Vol 3 (halaman 236-241) diuraikan mengenai
pengertian konflik dari aspek antropologi, yakni ditimbulkan sebagai akibat dari
persaingan antara paling tidak dua pihak; di mana tiap-tiap pihak dapat berupa
perorangan, keluarga, kelompok, kekerabatan, satu komunitas ataumungkin satu
lapisan kelas sosial pendukung ideologi tertentu, satu organisasi politik, satu suku
bangsa, atau satu pemeluk agama tertentu (Nader, t.t). Dengan demikian pihakpihak yang dapat terlihat dalam konflik meliputi banyak macam bentuk dan
ukurannya. Selain itu pula dipahami bahwa pengertian konflik secara antropologi
tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan secara bersama-sama dengan pengertian
konflik menurut aspek-aspek lain yang semuanya itu turut ambil bagian dalam
memunculkan konflik sosial dalam kehidupan kolektif manusia (Chang, 2001).
Selaras dengan ini, konflik juga dapat terjadi antara sebuah kelompok
masyarakat dengan negaranya sendiri.Ini dapat terjadi akibat adanya ketidakpuasan masyarakat terhadap aparatur Negara yang di nilai tidak memihak kepada
masyarakat, sehingga terjadi sebuah resistensi terhadap Negara tersebut.Karena
tantangan terbesar dari sebuah Negara dalam membangun bangsanya yaitu
mempertautkan kepentingan masyarakat yang berbeda, karena terdapatnya
perbedaan kepentingan dan tujuan masyarakat dalam struktur dan budaya
masyarakatnya.Sering sekali perbedaan menjadikan cita-cita pembangunan selalu

Universitas Sumatera Utara

gagal, padaha jika kita melihat secara arif, pluraisme merupakan sebuah rahmat
tuhan yang dapat mengantarkan manusia kepada suatu kebijaksanaan (wisdom).
Menurut Hoebel dalam kajian para antropologi hokum, dalam mengkaji
masyarakat yang belum mengenl tulisan telah dikembangkan 3 alur pengkajian:
1. Alur pertama disebut alur ideologis, dalam pengkajian itu diidentifikasikan
aturan yang umumnya dilingkungan masyarakat yang bersangkutan
dipersepsikan sebagai pedoman untuk dan memang dianggap seharusnya
menguasai perilaku.
2. Alur kedua disebut dengan metode/alur deskrpitif, metode ini menkaji
tentang bagaimana nyanta-nyatanya manusia bertindak.
3. Alur ketiga yang mengkaji adalah apakah yang merupakan sengketa,
bagaimanakah motif dari orang yang berperilaku dan bagaimana cara
mengatasinya, dan apa caara penyelesaiannya.
Menurut Nader dalam penelitiannya bersama dengan temannya dinyatakan
bahwa dalam pengumpulan data tentang bersengketa melalui dokumentasi “kisah
hidup” sengketa atau kisah terjadinya dan bergulirnya perbedaan pendapat
diantara orang-orang atau kelompok. Demi Pengembangan peristilahan yang
sama, dicapailah kesepakatan untuk mengidentifikasi paling sedikit 3 fase atau
tahap dalam proses bersengketa:
1. Tahap pra-konflik atau tahap keluhan,
2. Tahap konflik dan
3. Tahap sengketa.

Universitas Sumatera Utara

Tahap-tahap konflik ini juga berlaku dalam relokasi pasar Sutomo, dimana
pada awal sebelum konflik itu terjadi, pedagang melakukan komplain atau
tindakan penolakan relokasi terhadap kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah.
Dalam relokasi pasar Sutomo tahap terakhir yang dikemukakan oleh Nader
tersebut belum sampai, karena hingga saat ini tidak ada kasus sengketa yang
terjadi antara pedagang dan Pemerintah. Penyelesaian konflik relokasi pasar
Sutomo juga belum ada akhirnya sampai saat ini.
Jika dilihat secara lintas budaya, maka dapatlah dikemukakan bahwa dalam
setiap masyarakat berkembang berbagai tradisi mengenai bagaimana keluhankeluhan tertampung, bagaimana sengketa ditangani. Jangan disimpulkan bahwa
sengketa hanya diatasi dengan mengajukannya kesuatu forum pengadilan.
Sebaliknya terdapat aneka ragam lembaga pranata yang dapat menangani
sengketa, seperti yang dikemukan Nader and Todd dalam menanggapi keluhankeluhan sengketa.
1. Membiarkan saja, Pihak yang merasakan perlakuan tidak adil, gagal dalam
upaya untuk menekankan tuntutannya dan dia meneruskan tuntutannya
kepada pihak yang merugikan.
2. Mengelak, Pihak yang merasa dirugikan memilih untuk mengurangi
hubungan-hubungan dengan pihak yang merugikannya.
3. Bentuk ketiga adalah paksaan, satu pihak memaksakan pemecahan pada
pihak yang lain. Ini adalah tindakan yang Unilateral atau yang memaksa.

Universitas Sumatera Utara

4. Perundingan, Dua pihak yang berhadapan yang merupakan para pengambil
keputusan. Pemecahan masalah yang mereka hadapi, mereka pecahkan
sendiri tanpa bantuan pihak lain.
5. Mediasi, Pemecahan menurut perantara, Dalam cara ini ada pihak ketiga
yang berguna sebagai penengah dalam permasalahan yang ada, Pihak
ketiga ini dianggap netral dan tidak memihak kepada salah satu pihak.
Dalam relokasi ini para pedagang tidak mendapat solusi atas konflik yang
mereka alami terhadap pemerintah. Yang terjadi hanyalah upaya pedagang untuk
mempertahankan haknya tetap berjualan di pasar Sutomo dan itu berbenturan
dengan program pemerintah terhdap Kota Medan. Tidak ada pihak yang dapat
memfasilitasi dan menjadi mediasi atas ketegangan pedagang dan pemerintah.
Konflik ini terjadi akibat adanya pembagian kerja yang berbeda, yang
menghasilkan sebuah perbedaan kepentingan demi mencapai sebuah target atau
tujuan dari sebuah pekerjaan.Sebab kekuasaan, kekayaan dan kelebihan dari suatu
kelas merupakan kelemahan dari kelas lainnya sehingga konflik antar kelas sangat
rentan terjadi.
Konflik pada hakekatnya merupakan suatu pertentangan yang diakibatkan
oleh kondisi sosial yang tidak sesuai dalam suatu kelompok maupun antar
kelompok yang menimbulkan pertikaian. Akan tetapi, konflik dapat diartikan
sebagai sebagai proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan,
dan pemeliharaan struktur sosial.
Konflik juga dapat memperkuat identitas kelompok dan melidunginya
agar tidak lebur kedalam dunia sosial yang ada disekelilingnya (Dwi Sosilo, 2008

Universitas Sumatera Utara

: 229). Disini konflik juga memiliki fungsi sebagai penguat identitas kelompok
jika konflik ini dianggap sebagai masalah yang harus mereka hadapi bersama.
Lewis coser menjelaskan beberapa fungsi konflik antara lain :
1. Konflik dapat memperkuat solidaritas suatu kelompok yang agak longgar.
Dalam masyarakat yang terancam perpecahan, konflik dengan masyarakat lain
bisa menjadi kekuatan yang mempersatukan.
2. Konflik dengan kelompok lain dapat menghasilkan solidaritas didalam
kelompok tersebut dan solidaritas itu dapat menghantarnya kepada aliansialiansi dengan kelompok-kelompok lain.
3. Konflik juga bisa menyebabkan anggota-anggota yang terisolir menjadi
berperan secara aktif berpartisipasi.
4. Konflik juga berfungsi untuk berkomunikasi.
Berbagai teori para ahli besar dunia ini sangat saling mendukung sehingga
penulis berkesimpulan bahwa konflik bisa terjadi dimana saja dan oleh siapa saja
pelakunya, baik itu antar kelompok atau antar individu, dan konflik juga terjadi
akibat adanya perbedaan kepentingan setiap orang atau kelas sosial yang memiliki
kepentingan yang saling berbenturan satu sama lain, konflik berhubungan dengan
kelas-kelas ekonomi.
Perlu diketahui bahwa selain hal-hal tersebut di atas, tindakan individu
manusia itu juga ditentukan olehorientasi subjektifnya, yaitu berupa orientasi
motivasional dan orientasi nilai. Perlu diketahui pula bahwa tindakan

Universitas Sumatera Utara

individutersebut dalam realisasinya dapat berbagai macam karena adanya unsurunsur sebagaimana dikemukakan di atas 2
Brian Bery (Astronik; 1967) menyatakan bahwa pasar adalah tempat dimana
terjadi proses tukar menukar. Proses ini terjadi bila ada komunikasi antara penjual
dan pembeli dan diakhiri dengan keputusan untuk membeli barang tersebut. Pasar
akan selalu mengalami perubahan, terutama secara fisik, mengikuti perubahan
tingkah laku penggunanya.
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007,
mendefenisikan pasar tradisional sebgai pasar yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan
Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta berupa tempat usaha
took, kios, los dan tenda yang dikelola atau dimiliki pedagang kecil, menengah,
swadaya masyarakat atau koperasi debgan usaha skala kecil, modal kecil dan
dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Seperti yang diterangkan di atas tadi, bahwasanya konflik dapat terjadi
dimana saja dan kapan saja. Di pasar juga dapat terjadi konflik, baik itu konflik
antar pedagang, konflik pedagang dan produsen atau pun pedagang dan
pemerintah dan dinas terkait lainnya sangat terbuka peluang lahirnya konflik.
Sama seperti kasus yang terjadi di pasar Sutomo, konflik ini antara
pedagang dan pemerintah dan aparatur terkait. Konflik disini akibat benturan
kepentingan pemerintah yang memiliki kepentingan dan keinginan untuk
mengatur ruang bagi pedagang dengan menyediakah gedung sebagai pasar/pajak

2

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/45194/4/Chapter%20II.pdf

Universitas Sumatera Utara

untuk pedagang dan disisi lain para pedagang menganggap bukan ini solusi yang
diinginkan mereka, pedagang ingin tetap berjualan dipajak sutomo ini karena
lokasi yang central bagi para konsumen karena berada di tengah kota.
Pasar ini sangat ramai karena berada ditengah kota dan sarana dan
prasaranan sangat didukung karena dapat dileawati oleh berbagai transportasi.
Seperti yang dikemukan Webber, pemilihan suatu tempat/lokasi didasarkan pada
tiga faktor yaitu; transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi dan
deglomerasi.Menurut Isard dalam Tarigan (2005) masalah lokasi merupakan
penyeimbang antara biaya dengan pendapatan yang dihadapkan pada suatu
ketidakpastian yang berbeda-beda.
Sebagian studi kasus 3 berciri kualitatif dan sebagian lagi berciri
kuantitatif. Studi kasus kualitatif lebih dominan dengan minat naturalistik,
holistik, kultural dan fenomenologis yang kuat. Studi kasus bukanlah pilihan
metodologis namun lebih sebagaipilihan obyek yang diteliti. Jika kita memilih
untuk meneliti kasus (studi kasus) maka kita akan mengkajinya dengan banyak
cara.Langkah metodik yang paling sederhana dalam studi kasus kualitatif adalah
sebagai berikut; Konsentrasikan perhatian kepada semua kasus yang terjadi
dengan catatan bahwa aktivitas tersebut bukan observasional tetapi bersifat
reflektif.

3

Studi kasus adalah metode penelitian dalam ilmu sosial yang menkaji tentang peristiwa atau
kejadian disebuah tempat

Universitas Sumatera Utara

1.3.Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana relokasi pasar Sutomo terjadi?
2. Bagaimana konflik terjadi dan upaya penyelesaian konflik relokasi pasar
Sutomo?

1.4.Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dalam penyelesaian penelitian ini dilakukan di Pasar
Sutomo Medan. Pasar ini berada di jalan Sutomo, jalan Bulan, jalan Seram, jalan
Bintang, dan jalan veteran, di kelurahan Pusat Pasar, Kecamatan Medan Kota,
Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penulis memilih lokasi ini dikarenakan ;
a. Kota Medan merupakan salah satu kota terbesar di Indoneia, kota yang
yang modern dan memiliki pluralisme yang tinggi, akan tetapi pasar dikota medan
tidak tertata dengan baik.
b. Pasar Sutomo merupakan pasar penjual sayur dan buah terbesar di kota
Medan, Pasar Sutomo ini bukan berada disebuah gedung akan tetapi di pinggir
jalan sehingga direlokasi.

1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan dari
relokasi pasar sutomo, kemudian bagaimana cara pemerintah melakukan relokasi.

Universitas Sumatera Utara

Hal ini disertai pula dengan bagaimana bisa terjadi konflik dengan pedagang yang
tak kunjung berakhir dan selesai direlokasi dan faktor-faktor apa saja yang
menyebabkan terjadinya konflik. Kemudian tahapan selanjutnya bertujuan agar
mengetahui solusi apa saja yang bisa menyelasikan masalah atau konflik ini atau
dengan kata lain win-win solution yang diharapkan oleh semua masyarakat.

1.6.Manfaat Penelitian
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi pemerintah untuk
mencari solusi yang tepat bagi semua kalangan, dan memalui tulisan ini juga
dapat meberi pelajran bahwa tidak semua kebijakan dapat diterima masyarakat,
dan jika ingin diterima oleh masyarakat alangkah baiknya harus bersosialisasi atau
melakukan komunikasi dua arah yaitu dari pemabuat kebijakan dan obyek
kebijakan. Selain itu penulis juga berharap penelitian ini dapat berguna dan
bermanfaat bagi dunia pendidikan, bagi dunia sosial dan bagi seluruh masyarakat
agar tidak lagi terjadi konflik. Manfaat dari penelitian ini diharapkan penulis ma

1.7.Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang dilakukan di pasar sutomo ini adalah metode yang
biasa digunakan dalam ilmu antropologi, metode penelitian observasi dan
kualitatif yang penulis lakukan dalam kajian penulisan penelitian ini yang bersifat
deskriptif dan observasi.
Metode ini¸ penulis menjumpai masyarakat atau pedagang secara langsung
dan membangun rapport agar hubungan penulis dan informan terjalin dengan baik

Universitas Sumatera Utara

dan data-data atau informasi yang dibutuhkan dalam penulisan ini dapat dimiliki
dan dituangkan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga mengambil data
primer dari kantor Lurah dan antor PD Pasar Kota Medan dan PD Pasar wilayah 1
atau guna untuk melengkapi data-data yang sudah ada.

1.8.Pengalaman Penelitian
Pengalaman penelitian sangat banyak didapatkan penulis selama
melakukan penelitian dilapangan, baik itu pengalaman hidup maupun ilmu
didalam pendidikan. Pada awal penulisan, saya mendatangi kantor PD Pasar Kota
Medan untuk memberikan surat permohonan penelitian dilokasi pasar Sutomo,
kemudian saya langsung kebagian Humas dan Kepegawaian, dan pegawai
mengatakan 2 hari lagi untuk mengambil surat balasan dari PD Pasar. Saya
menepati janji untuk datang 2 hari kemudaian mengambil surat balasan, akan
tetapi pegawai bilang bahwa surat belum ditandatangani oleh Kabag karena beliau
tidak masuk kerja hari itu. Akhirnya saya pulang dengan rasa kesal dihati, tetapi
saya tidak menyerah 2 Hari kemudian saya kembali ke PD Pasar untuk
mengambil surat itu dan akhirnya surat pun selesai ditandatangani oleh Kabag.
Dari sini dapat saya simpulkan bahwa birokrasi pemerintahan ini tidak begitu baik
dan pegawai kurang konsisten dalam melakukan segala pekerjaannya.
Pada hari pertama pada pukul 06.00 WIB saya sampai dilokasi penelitian
di Pasar Sutomo, saya sedikit merasa canggung karena saya melihat semua para
pedagang sibuk dengan kegiatan masing-masing meladeni para pembeli.Akhirnya
saya putuskan untuk jalan-jalan mengelilingi pasar sambil melihat kondisi pasar

Universitas Sumatera Utara

yang masih ramai oleh pedagang dan mengambil bebrapa foto kondisi
pasar.Setelah itu pada pukul 08.10 saya meninggalkan pasar untuk pulang
kerumah.Keesokan harinya

saya kembali ke pasar Sutomo dan mulai

mendekatkan diri dengan para pedagang, saya beranikan diri bertanya kepada
pedagang yang berjualan dijalan bintang, dengan sedikit bertanya-tanya tentang
keberadaan pasar, tetapi ibu tersebut kurang open dengan pertanyaan saya dan
menjawab dengan seadanya dan informasi yang diberikan cenderung cuek dan
asal-asalan.
Kemudian pada hari-hari berikutnya saya menemani saudara saya yang
selalu belanja kepasar Sutomo, jadi saya seakan-akan menjadi pembeli, karena
saudara saya ini belanja dari beberapa pedagang maka saya pura-pura menjaga
barang yang sudah dibeli di lapak pedagang tersebut.Inilah menjadi awal dari
kedekatan saya dengan beberapa pedagang dan saya mulai leluasa bertanya
kepada pedagang disaat menjaga barang yang saudara saya beli.Beberapa hari ikut
menemani saudara berbelanja akhirnya saya mengakui kalau saya adalah seorang
mahasiswa setelah dekat dengan pedagang, karena pedagang sepertinya mulai
curiga karena saya sering bertanya-tanya tentang pasar tersebut.
Pada hari-hari selanjutnya sewaktu menemui informan saya jam 05.30
saya ikut membantu pedagang berjualan karena saya ingin memberikan bantuan
juga agar tercipta hubungan timbal-balik yang saling menguntungkan. Saya
melayani pembeli disaat ibu itu sibuk mengurus pembeli yang lain. Momen ini
saya manfaatkan sebagai waktu saya juga bertanya kepada para pembeli, dan
sepertinya pembeli yang satu ini memberikan respon yang baik dalam

Universitas Sumatera Utara

menanggapi pertanyaan saya ini.Wawancara ini berlangsung sambil transaksi
dagang, disini saya seolah-olah berlagak seperti pedagang pada umumnya
melayani pembeli.
Disesi selanjutnya saat wawancara dengan informan saya, informan saya
cerita panjang lebar saat awal ibu mulai jualan di pasar ini saat itu awal-awal, ibu
meneteskan air mata saat bercerita tentang relokasi pasar ini, ibu menganggap dia
orang yang tidak penting sehingga tidak dipedulikan pemerintah dan tidak
didengar apa keinginannya. Saat itu saya jadi canggung dan juga sedih atas apa
yang dialami ibu ini, saya juga seperti merasakan apa yang dialami
Pengalaman saya selanjutnya pada saat penelitian subuh hari, saya
dicuekin oleh informan yang sudah biasa saya jumpai karena dia sibuk berjualan
dan sepertinya dia juga sedang ada maslah, sehingga saya memutuskan untuk
tidak jadi mewawancarai informan tersebut, sehingga saya kembali kepada ibu
tersebut 2 hari kemudian agar mood ibu tersebut sudah balik dan mau saat saya
wawancarai.
Hari-hari selanjutnya, pada pagi hari dihari senin pukul 07.00 WIB saya
kembali mendatangi informan saya, ibu sedang duduk santai, karena hampir
semua dagangannya habis, ini momen bagi saya untuk mewawancaranya, kami
cerita begitu panjang lebar baik itu tentang pasar Sutomo sampai cerita tentang
kehidupannya yang mampu mensekolahkan 4 orang anaknya melalui kerjanya
jualan di pasar ini, Ibu ini begitu semangat bercerita dan saya juga sambil
menyisipkan canda tawa disela-sela wawancara agar suasananya tidak terlalu
monoton.

Universitas Sumatera Utara

Pada lain kesempatan saya juga menyempatkan diri ke Pasar Induk Lau
Cih, saat itu saya dating sedikit agak siang yaitu sekitar ajm 10.00 WIB, saya
melihat-lihat keadaan pasar dan sekali-kali mengabadikan foto-foto dan
melakukan sedikit wawancara kepada pedagang, dan dengan sedikit pendekatan
pedagang tersebut bersedia untuk diwawancarai oleh saya asalkan barang
dagangannya dibeli, dan saya bersedia untuk membeli sedikit barang dagangannya
yaitu buah jeruk.

Universitas Sumatera Utara