Pembinaan Klinik Rehabilitasi Medan Plus terhadap Pengguna Narkoba dalam Revitalisasi Konsep Diri

BAB II
KLINIK PEMULIHAN ADIKSI NARKOBA MEDAN PLUS

2.1

Sejarah singkat berdirinya Klinik Pemulihan Adiksi Medan Plus
Medan Plus salah satu tempat yang menangani korban penyalahgunaan

narkoba yang ada di Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Dan juga Medan
Plus adalah organisasi

berbasis komunitas yang didirikan sebagai wadah

berkumpul komunitas untuk berbagi informasi seputar Narkoba & HIV AIDS ,
Medan Plus konsern terhadap pemberdayaan Pengguna Narkoba serta Orang
dengan HIV AIDS (ODHA) yang ada di Sumatera Utara. Berdiri pada tanggal 23
September 2003, Medan Plus dibangun dan dijalankan

untuk merespon

banyaknya kesenjangan dan ketidakadilan dalam memenuhi dan melindungi hakhak pengguna Napza serta Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) di Sumatera Utara.

Medan Plus juga memberikan layanan bagi masyarakat untuk mendapatkan
informasi yang benar tentang HIV AIDS dan Narkoba. Berawal dari sebuah panti
rehabilitasi ketergantungan NAPZA ( Narkotika, Alkohol, Psikotropika & Zat
Adiktif Lainnya ). Dimana empat pribadi diantara seluruh penghuni panti
berupaya untuk mencuri waktu yang mampu menawarkan ketenangan,
kenyamanan, kebersamaan serta kerahasiaan untuk saling berbagi dan saling
memberi dukungan. Sebab HIV telah hadir didalam hidup mereka. Dari kondisi
itulah Medan Plus bergerak berjuang untuk membantu mereka diluar sana yang
terinfeksi HIV dan ketergantungan Narkoba agar tetap dapat informasi yang benar
serta penguatan secara psikologis

35
Universitas Sumatera Utara

Salah satu pendiri Medan Plus, Eban Totonta Kaban, salah satu alasannya
mendirikan Medan Plus ini adalah termotivasi untuk pulih dari kecanduan
narkoba dan mendirikan klinik pemulihan ini berawal dari kegelisahan melihat
beberapa teman meninggal dunia disebabkan narkoba. Dengan menempatkan 12
tenaga konselor sebaya (mantan pecandu yang sudah pulih) dengan dibantu 2
orang psikolog, 2 orang dokter dan 2 orang rohaniawan maka Medan Plus optimis

penanganan korban Narkoba dapat semakin baik.Hal itu juga ditunjang dengan
adanya kerjasama yang baik antar lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non
pemerintah. Sekarang medan plus memiliki 4 cabang yang menangani korban
penyalahgunaan narkoba dan 1 tempat untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
diantaranya yaitu :
1. Cabang Medan Plus yang merupakan tempat pertama berdirinya Medan
Plus yaitu di Jalan. Jamin Ginting, Pasar VII No 45 Padang Bulan Kota
Medan. Cabang Medan Plus ini berfungsi sebagai panti rehabilitasi
ketergantungan narkoba dan layanan kesehatan dasar khusu bagi wanita.
2. Cabang Medan Plus yang beralamat Jalan. Jendral Sudirman Lorong
Murni, Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat. Medan Plus di Stabat ini
khusus menangani Klien/Residen dewasa rentang usia 20-24 tahun keatas,
dan berfungsi sebagai panti rehabilitasi narkoba cabang stabat.
3. Cabang Medan Plus beralamat di Jalan Jamin Ginting Km.13 Kelurahan
Lauchi, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan. Medan Plus cabang
Lauchi ini berfungsi sebagai panti rehabilitasi ketergantungan narkoba
khusus Usia 20 tahun kebawah.

36
Universitas Sumatera Utara


4. Cabang Medan Plus yang beralamat di Jalan Jamin Ginting, Komplek
Gereja Advent, Sumbul, Kabanjahe. Cabang Medan Plus ini berfungsi
sebagai panti rehabilitasi ketergantungan narkoba rawat jalan.
5. Cabang Medan Plus yang beralamat di Jalan Bunga Wijaya Kesuma
No.108 Tanjung Sari, Kota Medan. Cabang Medan Plus ini khusus
menangani untuk kasus atau klien dengan penyakit HIV/AIDS, dan
berfungsi sebagai kantor pusat, sekretariat Program Pemberdayaan ODHA
dan pengorganisasian komunitasi.
Kelima cabang Medan Plus ini hadir untuk membantu masyarakat yang
menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Dan memberi pemahaman yang benar
tentang narkoba dan korban penyalahgunaan narkoba.
Sedangkan Untuk masalah rehabilitasi sendiri, sudah tercantum dalam Pasal 54
UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, menindaklanjuti hal tersebut,
dikeluarkan juga Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2010
tentang penempatan peyalahguna, korban penyalahgunaan narkotika ke dalam
lembaga medis dan sosial. Diperkuat dengan dukungan pemerintah yang tak
setengah-setengah maka dikeluarkan juga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25
Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Wajib Lapor Pecandu Narkotika untuk
mendapatkan layanan terapi dan rehabilitasi. Maka Menteri Kesehatan RI

mengeluarkan

Keputusan

Menteri

Kesehatan

(Kepmenkes)

Nomor

1305/menkes/SK/VI/2011 yang menunjuk 131 IPWL di 33 Provinsi.
UU, SEMA dan PP tersebut sebagai langkah konkret pemerintah dalam
upaya menyelamatkan generasi penerus dari jeratan narkotika dan obat terlarang

37
Universitas Sumatera Utara

lainnya, agar Bangsa Indonesia tak mengalami Lost Generation lebih dari itu,

upaya ini dilakukan agar korban penyalahgunaan narkoba dan pecandu
memperoleh haknya untuk sembuh dan menjalani kehidupannya kembali dengan
normal dan bersosialisasi lagi bersama masyarakat seperti sedia kala. Maka
rehabilitasi secara medis dan sosial benar-benar ada wadahnya, bagi residen yang
mampu ataupun tidak mampu akan dilayani sama, sebagai bukti pelayanan yang
berperikemanusiaan dan keleuargaan.
Untuk langkah awal, agar dapat pelayanan rehabilitasi dari pemerintah,
residen wajib melaporkan diri, ada dua cara mekanisme pelaporan IPWL BNN,
diantaranya :
1. Sukarela, pecandu melaporkan dirinya atas kesadaran sendiri, pertama
akan menjalani asesmen dengan menjalani wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, psikis, agar didapatkan informasi dan riwayat pecandu
sebagai bahan pendukung untuk terapi selanjutnya. Selesai asesmen,
menjalani proses administrasi dan ditempatkan di pusat terapi dan
rehabilitasi yang telah disepakati tanpa melalui proses hukum.
2. Program Wajib Lapor Tersangka, Bagi pecandu yang sudah ditangani
penyidik, akan menjalani asesmen terlebih dahulu, jika terbukti
berhubungan dengan jaringan kriminalitas narkoba, maka akan diproses
secara hukum.


38
Universitas Sumatera Utara

2.2

Visi dan Misi Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus
Misi Medan Plus merupakan pernyataan mengenai mengapa sebuah

intitusi rehabilitasi didirikan, apa tugasnya, dan untuk siapa intitusi rehabilitasi
tersebut melakukan kegiatan. Misi Medan Plus dapat menggambarkan tugas,
cakupan, tindakan yang dilakukan, kelompok masyarakat yang dilayaninya,
nilainya, dan lain sebagainya. Visi merupakan gambaran mengenai keadaan
lembaga di masa depan yang berpijak dari masa sekarang. Visi dari Medan Plus
yaitu “ MENGHAPUSKAN STIGMA DAN DISKRIMINASI TERHADAP
ODHA DAN KORBAN NARKOBA “ . Berangkat dari visi tersebut Medan Plus
berharap kepada seluruh elemen masyarakat untuk tidak mengkucilkan dan
memandang sebelah mata kepada korban penyalahgunaan narkoba dan ODHA.
Karena mereka adalah korban yang selayaknya perlu ditolong dan dibimbing agar
dapat sembuh dari ketergantungan dan penyalahgunaan narkoba. Kita sebagai
masyarakat juga selayaknya peduli terhadap mereka dengan memberikan

pemahaman – pemahaman tentang bahaya narkoba dan tidak seharusnya
mengkucilkan dan menjauhkannya dari kehidupan sosial mereka.
Sedangkan misi mencakup pernyataan mengenai tujuan yang akan dicapai
oleh institusi rehabilitasi. Ada dua misi yang ingin dicapai oleh Klinik Pemulihan
Adiksi Medan Plus yaitu :
1. MENINGKATKAN MUTU HIDUP ODHA DAN KORBAN NARKOBA
2. MENDORONG TERCIPTANYA LINGKUNGAN YANG KONDUSIF
BAGI ODHA DAN KORBAN NARKOBA.

39
Universitas Sumatera Utara

Dua misi tersebut yang akan di kerjakan dan diperjuangkan untuk
memberdayakan korban narkoba agar dapat kembali kedalam kehidupan sosialnya
dan dapat menjadi individu yang lebih berkualitas. Dengan dua misi tersebut
Medan Plus membuat beberapa program – program yang dapat membantu korban
penyalhgunaan narkoba untuk dapat bangkit dan pulih dari ketergantungannya
terhadap narkoba dan dapat kembali ke kehidupannya dengan perubahan kualitas
diri yang lebih baik.
2.3


Alur Prosedur Pelayanan

Alur layanan bagi pecandu yang baru bergabung dengan Medan Plus.

Berikut adalah prosedur bagi setiap klien yan baru bergabung dengan Medan Plus,
setiap klien pastinya melewati semua prosedur yang sudah ditentukan oleh Medan
Plus, berikut adalah penjelasannya :

40
Universitas Sumatera Utara

1. Penerimaan awal
Ditahap ini setiap calon klien harus melakukan wawancara awal yang
dilakukan oleh staf Medan Plus, sembari mengisi formulir pendaftaran
biasanya calon klien ditemani oleh keluarganya untuk mengisi formulir
tersebut, sementara itu staf Medan Plus yang lain melakukan pemeriksaan
barang bawaan yang dibawa oleh pihak keluarga untuk calon klien. Ini
dilakukan agar tidak ditemukannya barang – barang yang berhubungan
dengan narkoba yang dampaknya akan mengganggu proses pemulihan

calon klien ataupun penghuni yang lain. Barang yang biasanya dibawah
seperti barang – barang keperluan pribadi seperti celana, baju, makanan
ringan atau snack dan lain sebagainya. Setelah proses yang lain selesai
selanjutnya calon klien akan

diperiksa tubuhnya untuk mengukur

seberapa banyak kadar zat adiktif dalam tubuhnya, pemeriksaan ini
biasanya melakukan tes urine, ataupun tes darah.
2. Pra Rehabilitasi
Sebelum bergabung dengan program yang akan dijalaninnya dalam
lingkungan Medan Plus, calon klien tersebut sebelumnya akan
diperkenalkan terlebih dahulu oleh staf Medan Plus tentang Program –
program apa saja yang akan dia ikuti selama berada di Rehabilitasi Medan
Plus. Selanjutnya calon klien akan didetoksifikasi untuk mengurangi kadar
zat adiktif didalam tubuhnya. Kalau hasil tes negatif ia akan berada di
ruangan detoks selama dua sampai tiga hari saja. Sedangkan jika hasil tes

41
Universitas Sumatera Utara


menunjukan positif maka ia akan berada di ruangan detoks kurang lebih
selama seminggu.
3. Tahap Intensif
Pada tahap ini klien akan direhabilitasi kurang lebih selama sebulan untuk
menentukan program apa yang cocok dengan kasus penyalahgunaan
narkobanya. Dalam tahap ini staf Medan Plus akan melakukan assesment
aawal untuk menentukan program dan treatment yang cocok untuk dirinya
sebelumnya klien ini sudah bergabung dengan kelompok yang sudah
mengikuti terapi, pada tahap ini juga klien akan diberikan konselor pribadi
yang akan membimbing dia ketika dia sedang ingin menceritakan masalah
– masalah tertentu,agar ia dan konselor pribadinya dapat mencari solusi
terbaik bagi masalahnya itu. Dalam tahap ini ada beberapa fase yang akan
dihadapi klien yaitu :
a. Fase Awal (1 minggu pertama)
Klien akan diberikan assesment awal yang berguna bagi evaluasi untuk
kedepannya bagi konselor yang menanganinya. Diminggu pertama ini
dia akan diberikan pemahaman tentang bahaya zat adiksi, apa
dampaknya bagi tubuh, serta diberikan pemahaman tentang kesehatan
dirinya di dalam lingkungan Medan Plus agar ketika keluar nanti tidak

ada penyakit yang akan terjangkit pada dirinya.
b. Fase Madya (Minggu ke 2 -3)
Difase ini klien akan diberikan rencana treatment pemulihan yang akan
dijalaninnya selama berada di rehabilitasi Medan Plus. Difase ini juga

42
Universitas Sumatera Utara

diberikan pemahaman tentang bagaimana ini harus memulihkan
dirinya dari ketergantungan narkoba dan mempunya konsep diri yag
positif ketika kembali kedalam lingkungnnya nanti. Disini juga ia
diberikan bekal keterampilan hidup yang akan sangat berguna ketika ia
keluar dari rehabilitasi dan mengaplikasikan keterampilan tersebut
untuk pengembangan dirin dan hidup kedepannya. Dan yang tidak
kalah penting ia juga akan diberikan bagaimana cara untuk tidak
terjebak lagi atau tidak kambuh lagi memakai narkoba ketika sudah
keluar nanti.
c. Fase Akhir (Minggu ke 4-5)
Difase ini klien akan diberikan pemantapan rencana rehabilitasi bagi
dirinya selama berada di Medan Plus, difase ini juga masih diberikan
langkah – langkah seperti yang di fase Madya. Di fase akhir ini
konselor akan mempertemukan keluarga klien untuk berdialog agar
ketika klien sudah keluar, keluarga juga ikut berperann untuk
mengaawasi, mendukung, klien agar tidak terjebak lagi dalam
penyalahgunaan narkoba.
4. Tahap Reguler (Rawat Jalan Atau Rawat Inap Kurang Lebih 5
Bulan)
Ditahap ini klien sudah hampir selesai menjalani program dari
hasil keputusan dialog keluarga klien dengan konselornya, menentukan
klien bisa pulang atau masih perlu melakukan rawat jalan yang akan

43
Universitas Sumatera Utara

dilakukan dengan rentang waktu yang sudah ditentukan untuk mengontrol
pemulihannya.
2.4

Denah dan Fasilitas yang Ada di Klinik Pemulihan Adiksi Medan
Plus

44
Universitas Sumatera Utara

Ini adalah gambaran denah di lingkungan Rumah pemulihan Medan Plus
beserta fasilitas penunjang dalam proses rehabilitasi. Fasilitas yang ada di medan
plus digunakan untuk kepentingan pemulihan seluruh para residen. Ada juga
beberapa fasilitas khusus yang digunakan pihak Medan Plus untuk residen yang
baru bergabung di rumah pemulihan Medan Plus. fasilitas – fasilitas yang terdapat
di lingkungan Medan Plus diantaranya yaitu :
a. Satu dinning room, yang digunakan oleh seluruh residen untuk tempat
makan siang dan saling bercengkrama. Selain tempat makan fusngsi
dinning room lainnya adalah untuk tempat bercengkrama ketika pada saat
makan agar saling mengenal residen satu sma lain. Dan saling mensuport
sesama residen untuk sembuh
b. Satu aula, yang fungsinya digunakan untuk tempat kegiatan tiap sesi
selama satu hari, dimulai dari sesi Morning Meeting/Morning Briefing
sampai dengan sesi Wrap up. Ruangan ini sangat penting karena
digunakan oleh seluruh reriden dan staf program untuk melakukan
kegiatan dari awal sampai akhir sesi.
c. Satu ruangan Detoksifikasi, ruangan ini digunakan oleh pihak Medan Plus
yang dkhususkan bagi residen yang baru bergabung dengan rumah
pemulihan Medan Plus. Sebelum mengikuti program, residen yang baru
masuk di rumah pemulihan,wajib berada di ruangan ini untuk meredakan
kadar zat adiktifnya. Residen berada di ruangan ini tergantung kondisi
fisik masing – masing, kandungan zat masih positif maka dia akan berada
di ruangan tersebut 3 – 5 hari, sedangkan jika negatif residen hanya berada

45
Universitas Sumatera Utara

diruangan 1- 2 hari saja. Dan baru setelah itu residen dapat ikut bergabung
dalam program dengan residen lainnya.
d. Satu ruangan konseling, ruangan ini digunakan oleh para residen dan
didampingi oleh konselornya untuk tempat meluapkan keluh kesah yang
dihadapi oleh para residen dengan konselornya. Ruangan ini sangat
berguna bagi residen karena diruangan ini mereka meluapkan emosi secara
bebas dan mencari solusi akan emosinya tersebut, tentunya didampingi
konselor yang telah ditunjuk agar dapat mengarahkan emosinya kearah
yang lebih positif dan tidak mengarah kerah yang memikirkan narkoba.
Fasilitas diatas merupakan beberapa fasilitas utama yang berada di rumah
pemulihan Medan Plus, sedangkan fasilitas penunjang yang terdapat di
lingkungan Medan Plus diantaranya yaitu :
a. Tiga kamar tidur atau 3 dome (1 dome diisi oleh 6 sampai dengan 8
residen)
b. Tiga kamar mandi atau toilet (2 untuk para residen dan 1 untuk pegawai
Medan Plus)
c. Satu ruangan fitness untuk berolahraga.
d. Satu ruangan administrasi untuk pegawai
e. Satu ruangan loker, yang fungsinya untuk tempat penyimpanan snack atau
makanan yang diberikan oleh pihak keluarga masing – masing residen.
f. Satu ruangan santai/tv
g. Satu ruangan mushollah utama, dan satu mushollah cadangan.
h. Satu lapangan olahraga

46
Universitas Sumatera Utara

i. Satu ruangan untuk ibadah bagi residen yang non muslim.
2.5

Aktivitas klien atau residen di Rumah Pemulihan Adiksi Medan Plus
Aktivitas harian residen setiap hari itu dijadwal oleh staf program yang

akan diikuti oleh setiap residen yang yang ada di rumah pemulihan Medan Plus.
Kegiatan para residen sudah di susun dalam daily schedule yang memiliki
beberapa sesi yang bertujuan membentuk pola kegiatan yang membuat tiap – tiap
residen yang ada di rumah pemulihan itu dalam satu hari menciptakan goals –
goals atau tujuan yang ingin dilakukan dalam waktu satu hari tersebut dan
bagaimana cara untuk mewujudkannya. Jadwal ini juga dibuat untuk mengisi
waktu kosong mereka, apabila dalam satu hari banyak waktu yang tidak diisi
dengan kegiatan – kegiatan yang tidak menunjang untuk proses pemulihan mereka
dikhawatirkan para residen akan tersugest untuk menggunakan narkoba. Tiap –
tiap sesi dilakukan selama 30 – 60 menit, serta Dalam satu hari ada sesi – sesi inti
yang wajib diikuti oleh semua residen yang yang ada di rumah pemulihan Medan
Plus, diantaranya yaitu ada :
1. Morning Meeting / Morning Briefing
Pertemuan pada pagi hari yang diikuti seluruh residen termasuk staf
program yang membicarakan mengenai hal- hal yang terjadi di rumah
pemulihan,termasuk sikap – sikap dan perilaku dengan urutan dan caracara tertentu. Pada akhirnya diputuskan dan dirumuskan suatu concept of
the day yang berkaitan dengan masalah(isu) umum dalam rumah

pemulihan. Konsep tersebut menjadi garis panduan seluruh residen dalam
berfikir,berasa dan bertingkah laku pada hari itu. Sesi yang pertama ini

47
Universitas Sumatera Utara

biasanya dilakukan tiap pagi hari pada jam 9 pagi sampai dengan jam 10
atau setengah 11. Dalam sesi pertama ini wajib dikuti oleh setiap residen.
Dalam awal sesi ini para residen satu persatu mengungkapkan perasaan
mereka pada pagi hari itu seperti apa, lalu apa yang mereka rasakan hari
ini itu seperti apa, serta apa motivasi mereka pada hari tersebut. Dalam
morning meeting ini juga banyak dibahas beberapa hal yang berhubungan
dengan keadaan lingkungan rumah pemulihan tersebut. Hal – hal yang
dibahas

dalam

morning

meeting

diantaranya

seperti,

pull

up

(memberitahukan sikap-sikap negatif), penghargaan, request fasilitas,
awarness, pengumuman, isu, dan saran. Morning Meeting ini biasanya
dilakukan setiap hari senin sampai kamis, sedangkan pada hari jumat –
minggu biasanya berganti menjadi morning briefing. Morning briefing
sendiri yaitu pertemuan yang dilaksanakan pada pagi hari pada akhir
pekan (weekend), yang diikuti oleh seluruh residen dan staf program untuk
membahas isu- isu yang terjadi di dalam rumah dan juga membahas
tentang perasaan hatinya pada saat itu.
2. Seminar
Sesi kedua ini yaitu seminar. Dalam hal ini para residen seperti belajar
atau mengikuti sebuah seminar yang membahas tentang pemahaman –
pemahaman

bahaya

seputar

narkoba,

sesi

ini

bertujuan

untuk

pengembangan intelektual agar pola pikir residen kembali terarah. Dalam
sesi ini mereka diberitahukan tentang bahaya – bahaya narkoba seperti
apa, bagaimana cara menangulanginya, bagaimana cara agar pulih dari

48
Universitas Sumatera Utara

ketergantungan,bagaimana cara agar tidak terpengaruh oleh lingkungan
yang sudah terkena narkoba dan lain sebagainya. Dalam sesi seminar ini
diadakan setiap dua kali dalam sehari yaitu pada jam 11.00 – 12.00 dan
pada jam 14.00 – 15.00 topik yang dibahas pun berbeda – beda tiap
seminar.
3. Wrap up
Sesi ini khusus untuk membahas goals – goals yang telah disebutkan oelh
masing – masing residen pada saat morning meeting ataupun morning
briefing. Pada sesi ini juga dikoreksi goals – goals apa saja yang sudah,
maupun yang belum trealisasikan dalam waktu satu hari melakukan
aktivitas di lingkungan rumah pemulihan Medan Plus. Sesi wrap up ini
dilakukan pada jam 9 – 10 malam.
2.6

Metode Rehabilitasi yang dipakai Klinik Pemulihan Adksi Medan
Plus
Dalam penanganan pecandu narkoba di Indonesia terdapat bebErapa

metode terapi dan rehabilitasi yang digunakan yaitu:
1. Cold Turkey
2. Metode Alternatif
3. Terapi Substitusi Opioda
4. Therapeutic Community (Tc)
5. Metode 12 Steps

49
Universitas Sumatera Utara

Dalam hal ini Metode yang digunakan oleh pihak Medan Plus dalam
merehabilitasi dan menangani para residen adalah dengan Metode Theurapic
Community (TC) dan Metode 12 Steps/langkah (Minnesota Model).

2.6.1

Metode Theurapic Community (TC)

Therapeutic community (TC) didefinisikan sebagai metode dan lingkungan

yang terstruktur untuk mengubah perilaku manusia dalam konteks kehidupan
komunitas yang bertanggung jawab (Richard Hayton, 1998). Prinsip yang
digunakan dalam TC adalah “Self-help, Mutual-help”. Anggota komunitas
(resident) bertanggungjawab untuk saling menolong satu sama lain, dengan
menolong orang lain ia sekaligus juga menolong dirinya sendiri. Komunitas yang
saling membantu ini diyakini dapat mengembalikan seorang pecandu pada
kehidupan yang benar (right living)

Tujuan utama TC adalah menghentikan penyalahgunaan NAPZA dan
mendorong ke arah pertumbuhan pribadi. Kegiatan di komunitas mendorong
mereka untuk mengenal diri sendiri baik dari segi emosional, intelektual, spiritual,
perilaku, dan ketrampilan. TC percaya bahwa manusia bisa berubah dan
pembelajaran itu terjadi melalui teguran dan aksi, pengertian, serta saling
membagikan pengalaman antar sesama residen.

a. Cara pandang
1. Penyalahgunaan NAPZA:

50
Universitas Sumatera Utara

TC memandang penyalahgunaan NAPZA sebagai suatu kekacauan
(disorder ) dalam diri seseorang secara menyeluruh, yang mempengaruhi
setiap aspek dalam kehidupannya seperti: kognitif (cara berpikir), perilaku
(cara bertindak), emosional (perasaan), spiritual, kehidupan sosial,
kesehatan (medical), pendidikan dan ketrampilan.

2. Person (Pribadi):

TC memandang seorang penyalahguna NAPZA sebagai orang yang harus
dan dapat merubah perilaku, sikap, dan kepercayaan dirinya, serta dapat
menjadi anggota masyarakat yang produktif;

3. Pemulihan (Recovery):

Recovery berarti bukan hanya bersih dari alkohol dan narkoba tetapi
membangun secara terus menerus atau membangun kembali suatu gaya
hidup baru. Recovery dalam TC menghasilkan perubahan cara berpikir,
perasaan, perilaku, nilai, dan identitas diri.

4. Hidup benar (Right Living):

Hidup benar berarti lebih dari sekedar bersih dari narkoba, tetapi juga
dapat memahami nilai-nilai sebagai berikut :

-

Kejujuran dalam kata dan perbuatan: jujur dalam ekspresi dan
emosi, reaksi yang muncul menunjukkan identitas diri yang
sesungguhnya kepada diri sendiri dan orang lain.

51
Universitas Sumatera Utara

-

Tanggungjawab

individu

&

sosial:

residen

harus

dapat

menunjukkan bahwa mereka peduli pada diri sendiri dan orang
lain. Tanggungjawab & kepedulian adalah penting untuk menolong
diri sendiri dan orang lain.
-

Etos kerja: memiliki rasa percaya diri, unggul, pantas dihargai,
merasa bangga, dan berkomitmen untuk menjadi anggota
masyarakat yang produktif.

-

Aktif dan belajar terus menerus: Belajar tentang diri sendiri dan
dunia

sekitar

akan

meningkatkan

kemampuan

dalam

mempertahankan recovery.
b. Empat Kategori Struktur Program Dalam TC
1. Behaviour

Management

Shaping

(Pembentukan tingkah

laku)

Perubahan perilaku yang diarahkan pada kemampuan untuk mengelola
kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilainilai, norma-norma kehidupan masyarakat.
2. Emotional And Psychological (Pengendalian emosi dan psikologi)
Perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan
penyesuaian diri secara emosional dan psikologis.
3. Intellectual And Spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian)
Perubahan

perilaku

yang

diarahkan pada

peningkatan

aspek

pengetahuan, nilai-nilai spiritual, moral dan etika, sehingga mampu
menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya maupun
permasalahan yang belum terselesaikan.

52
Universitas Sumatera Utara

4. Vocational And Survival (Keterampilan kerja dan keterampilan
bersosial serta bertahan hidup). Perubahan perilaku yang diarahkan
pada peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat
diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari maupun
masalah dalam kehidupannya.

c. Lima pillars (Lima tonggak dalam program TC)
1. Family milieu concept (Konsep kekeluargaan).
Lingkungan keluarga sebagai faktor penunjang bagi pemulihan addict.
2. Peer pressure (Tekanan rekan sebaya)Menciptakan tekanan antar
rekan yang positif, sehingga dapat memicu perubahan.
3. Therapeutic session (Sesi terapi)Berbagai kerja kelompok untuk
meningkatkan rasa percaya diri dan pengembangan pribadi dalam
rangka membantu proses pemulihan.
4. Spiritual session (Sesi spiritual) Proses untuk meningkatkan nilai-nilai
dan pemahaman agama serta penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Role modelling (Keteladanan) Proses pembelajaran dimana seorang
residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah berhasil.

d. Tahapan dalam Program Therapeutic Community
1.

Induction

Tahap ini berlangsung pada sekitar 30 hari pertama saat residen mulai
masuk. Tahap ini merupakan masa persiapan ke tahap Primary yang
meliputi : penilaian dan orientasi program TC, penegasan latar belakang

53
Universitas Sumatera Utara

dan keinginan resident, kecocokan, penyesuaian dalam komunitas, dan
partisipasi harian.
2. Primary

Tahap ini difokuskan pada perkembangan sosial dan psikologis residen.
Dalam tahap ini residen diharapkan dapat melakukan sosialisasi,
mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan psikologis
dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi teraputik yang telah
ditetapkan. Dilaksanakan selama kurang lebih 6 sampai dengan 9 bulan.
Primary terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:
-

Younger member

-

Middle member

-

Older member

3. Re-entry

Re-entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-entry
memiliki tujuan untuk memfasilitasi residen agar dapat bersosialisasi
dengan kehidupan luar setelah menjalani perawatan di Primary. Tahap ini
dilaksanakan selama maksimal 6 bulan.
4. Aftercare

Program

yang

ditujukan

bagi

eks-residen/alumni.

Program

ini

dilaksanakan di luar panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah
supervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama.
Dengan budaya TC seperti di atas, maka diharapkan pelaksanaan program
benar-benar dijalankan oleh residen. Residen sebagai objek dan subjek yang

54
Universitas Sumatera Utara

menjalankan treatment. Program disusun untuk membuat residen terlibat secara
penuh dalam setiap kegiatan, sesuai dengan job function-nya masing-masing.
Kedudukan petugas hanya sebagai pengawas, yang mengawasi jalannya program.
Setelah mengikuti program TC diharapkan seorang residen dapat melakukan
internalisasi yaitu penerapan budaya TC dalam perilakunya sehari-hari. Selain itu
juga dapat mengalami perubahan dalam dirinya ( self-change). Kata „self‟ disini
mengacu pada keseluruhan pribadi orang tersebut. Untuk membuat perubahan,
residen hendaknya tidak berperilaku sekedar hanya untuk menaati aturan dalam
TC akan tetapi hendaknya membuat perubahan yang fundamental dalam cara
hidup dan penerimaan dirinya. Dalam hal ini beberapa hal yang ada di Metode
Therapeutic Community ini dianut oleh Medan Plus untuk menangani dan
merehabilitasi para residen yang ada dilingkungan rumah pemulihan. Tetapi
efektif atau tidaknya metode ini semuanya tergantung kepada residen itu sendiri
karena ketika arahan yang ada di dalam metode ini benar-benar dilakukan dengan
baik oleh residen. Kualitas diri mereka tentu akan kembali dan ketergantungan
akan narkoba juga akan pulih seiring dengan pengaruh yang diberikan oleh
metode itu sendiri.

55
Universitas Sumatera Utara

2.6.1

Metode 12 langkah (Minnesota Model)

Minnesota Model pertama kali muncul dan diterapkan di negara bagian
Minnesota, Amerika Serikat, pada akhir 1940an. Tiga institusi yang terpisah di
negara bagian itu mengembangkan metode ini, tetapi ketiganya mempunyai
kesamaan yang kemudian menjadi esensi program, yaitu penekanan kepada
falsafah 12 Langkah untuk pemulihan dari kecanduan dan alkoholisme seperti
yang diterapkan komunitas Alcoholics Anonymous (AA) dan (Narcotics
Anonymous). Salah satu dari ketiga institusi ini, yaitu Hazelden Foundation,

kemudian berkembang menjadi pusat penelitian adiksi berskala internasional dan
publikasi berbagai literatur mengenai model ini khususnya dan berbagai jenis
kecanduan pada umumnya. Hazelden Foundation juga mempunyai pusat
pendidikan dan pelatihan yang menghasilkan tenaga profesional di bidang
konselor adiksi.
Abstinensi total atau berpantang penuh dari segala jenis narkoba dan
alkohol, serta perubahan cara hidup adalah tujuan dari program ini. Jangka masa
program biasanya tidak lama, antara 1-3 bulan untuk masa rawatan awal, dan
apabila diperlukan, masa akan ditambah selama 2-4 bulan lagi dalam fase yang
disebut sebagai Extended Care . Bentuk aplikasi dari model ini cukup variatif,
tetapi semuanya mempunyai target yang sama, yaitu bagaimana seorang pecandu
atau alkoholik dapat menerima kondisi dirinya, mengenali kekuatan dan
kelemahan serta faktor pendukung yang ada, dan menunjukkan kemauan untuk
menjalani proses pemulihannya dengan berpartisipasi sebagai anggota dalam

56
Universitas Sumatera Utara

komunitas 12 Langkah seperti AA dan NA. Minnesota model memandang dan
memperlakukan ketergantungan terhadap Narkoba dan alkohol berdasarkan
paradigma Disease Model of Addiction , di mana adiksi dianggap sebagai suatu
penyakit fisik, mental, dan terutama spiritual yang bersifat kronis, artinya akan
dapat kambuh kembali sewaktu-waktu.
Keterlibatan staf dari berbagai disiplin ilmu ( multidisciplinary staff).
Karena Minnesota model melihat adiksi merusak beberapa aspek dari kepribadian
klien seperti psikologis, fisik, dan spiritual, maka diperlukan satu tim staf yang
terdiri dari berbagai tenaga ahli, masing-masing untuk membantu si klien dalam
memenuhi kebutuhan pada aspek-aspek tertentu. Contohnya, setiap klien akan
dibantu oleh seorang psikolog, psikiater, dokter, ahli kebugaran, dan sebagainya
sesuai dengan dimensi apa dari dirinya yang memerlukan bantuan. Tim dari
berbagai disiplin ilmu ini tetap akan dikepalai oleh seorang konselor adiksi atau
Chemical Dependency Counselor yang tetap akan menulis rancangan rawatan

(Treatment Plan ) utamanya.

Komponen-komponen berikutnya yang juga memainkan peran sebagai
bagian dari Minnesota model adalah keterlibatan keluarga dan rekreasi atau
kegiatan luar fasilitas dalam kelompok yang bersifat kebugaran. Anggota keluarga
akan diminta partisipasinya dalam program keluarga di mana mereka pun akan
diperkenalkan kepada penyakit adiksi ini dan bagaimana penyakit itu
mempengaruhi mereka juga. Setelah itu, solusi dari masalah ini akan didiskusikan
dan bahkan terapi yang berkelanjutan dengan si klien akan diadakan apabila

57
Universitas Sumatera Utara

dianggap perlu. Kegiatan luar atau rekreasi bagi klien digunakan sebagai satu cara
untuk mengajarkan para klien bagaimana menikmati hidup tanpa narkoba dan
alkohol. Semua kegiatan luar diadakan dalam bentuk kelompok, untuk
mengajarkan kepada klien agar terbiasa untuk berinteraksi dalam kelompok
sebagaimana program 12 Langkah diterapkan dengan berbasis kelompok.

Metode 12 Langkah secara garis besar memuat tentang prinsip-prinsip
spiritual yang dapat membantu pecandu untuk menjalankan pemulihan. Berikut
ini adalah urutan langkah-langkah yang harus diambil oleh pecandu untuk dapat
mencapai gerbang kepulihan:

1. Kita mengakui bahwa kita tidak berdaya terhadap adiksi kita sehingga
hidup kita menjadi tidak terkendali.
2. Kita tiba pada keyakinan bahwa ada Kekuatan yang Lebih Besar daripada
diri kita sendiri yang mampu mengembalikan kita pada kewarasan.
3. Kita membuat keputusan untuk mengalihkan niatan dan kehidupan kita
pada kasih Tuhan sebagaimana kita memahami-Nya.
4. Kita membuat inventaris moral diri kita sendiri secara penuh seluruh dan
tanpa rasa gentar.
5. Kita mengakui kepada Tuhan, kepada diri kita sendiri, serta kepada
seorang manusia lainnya, setepat mungkin sifat dari kesalahan-kesalahan
kita.
6. Kita menjadi siap secara penuh agar Tuhan menyingkirkan semua
kecacatan karakter kita.

58
Universitas Sumatera Utara

7. Kita dengan rendah hati memintaNya untuk menyingkirkan kelemahankelemahan kita.
8. Kita membuat daftar orang-orang yang telah kita sakiti, dan bersiap diri
untuk menebusnya kepada mereka semua.
9. Kita menebus kesalahan kita secara langsung kepada orang-orang tersebut
bilamana memungkinkan, kecuali bila melakukannya akan justru melukai
mereka atau orang lain.
10. Kita secara terus-menerus melakukan inventaris pribadi kita dan bilamana
kita bersalah, segera mengakui kesalahan kita.
11. Melakukan pencarian melalui doa dan meditasi utuk memperbaiki kontak
sadar kita dengan Tuhan sebagaimana kita memahamiNya, berdoa hanya
untuk mengetahui niatan Tuhan atas diri kita dan kekuatan untuk
melaksanakannya.
12. Setelah memperoleh pencerahan pribadi sebagai akibat dari langkahlangkah ini, kita mencoba untuk membawa pesan ini kepada para pecandu
lainnya, dan untuk menerapkan prinsip-prinsip ini dalam semua urusan
keseharian kita.

Menjalankan 12 Langkah juga tidak akan menjamin 100 persen bahwa
seseorang akan pulih atau tidak menggunakan narkoba lagi. Ini semua kembali
kepada masing-masing individu, bagaimana ia dapat memahami dan menerapkan
prinsip-prinsip yang ada di dalam 12 Langkah itu sendiri di dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan dari metode ini sendiri bukan untuk membentuk individu yang
sempurna, tetapi lebih ke arah memberikan sebuah pandangan baru untuk

59
Universitas Sumatera Utara

menghadapi masalah-masalah yang muncul. Yang dicari dari 12 Langkah adalah
kemajuan secara spiritual, bukan kesempurnaan spiritual. Ini kembali pada
kenyataan bahwa kita semua adalah manusia biasa, dan bukan Tuhan. Yang
paling penting langkah awal dari program 12 Langkah itu sendiri adalah kemauan
sungguh-sungguh untuk berhenti menggunakan Narkoba dan menjalankan apa
yang sudah disarankan di dalam 12 Langkah tersebut.
Dari metode yang dipakai oleh Medan Plus untuk merehabilitasi pecandu
narkoba tersebut diharapkan dengan ini klien dapat pulih dari ketergantungan
terhadap narkoba dan tidak terjebak lagi kedalam penyalahgunaan narkoba. Dan
konsep diri

yang telah dibangun melalui serangkaian program dapat

dipertahankan agar kelak kedepannya mampu menjalani kehidupan yang lebih
berkualitas dari sebelumnya. Di dalam lingkungan Medan Plus konsep diri
pecandu narkoba dibentuk oleh serangkaian program, aktivitas, dan interaksi yang
diberikan oleh staf maupun hal – hal yang dilakukannya dengan penghuni lainnya.
Dalam membentuk konsep diri yang positif staf Medan Plus selalu mengajarkan
untuk tetap membuka diri dan jujur terhadap apapun, ini berguna untuk
menyelesaikan masalah – masalah yang dihadapi oleh klien ketika suasana hati
klien sedang tidak bagus. Mereka juga diajarkan untuk saling peduli satu – sama
lain, peduli tentang lingkungan sekitar rumah pemulihan serta lebih peduli tentang
kebersamaan mereka untuk pulih dengan cara sama – sama mendorong dan
memotivasi khsusunya dirinya dan penghuni lain agar tidak terjebak lagi oleh
narkoba. Banyak hal yang diajarkan oleh staf Medan Plus bagi Klien untuk pulih
dari ketergantungan narkoba dan tidak minder kembali kedalam lingkungannya.

60
Universitas Sumatera Utara

Diantaranya harus membentengi diri dari segala hal yang dapat menjerumuskan
dia kedalam penyalahgunaan narkoba lagi, contohnya dengan melakukan kegiatan
– kegiatan yang bermanfaat yang tujuannya agar dia tidak memikirkan tentang
narkoba lagi, mempererat hubungan dengan keluarga serta teman – teman yang
dahulunya menjauhi mereka, serta jangan lupa untuk tetap beribadah.
Konseor juga mempunyai peran penting dalam proses pemulihan dan
pembentukan bagi pecandu yang ada di lingkungan Medan Plus, konselor terus
mengarahkan

dan mendamping mereka

ketika

pecandu

tersebut

ingin

mengungkapkan sesuatu yang mengganjal dalam dirinya. Konselor juga
mempunyai metodenya masing- masing untuk membuat pecandu itu sendiri sadar
dan kedepannya tidak terjerat lagi kedalam narkoba. Ada konselor yang
menerapkan kedisiplinan dalam segala hal ketika menangani kiennya, ini
bertujuan untuk membiasakan dirinya untuk tetap terus berdisiplin tinggi ketika
berada di lingkungan Medan Plus maupun ketika mereka keluar nanti. Ini berguna
untuk memperkuat sikap tegas mereka terhadap hal – hal negatif terutama
terhadap hal yang berhubungan dengan narkoba. Ada juga konselor yang
menerapkan sikap keterbukaan dan kejujuran, ini berguna ketika klien sedang ada
masalah diharapkan ia mau menceritakan dan mensharingnya sejujur- jujurnya
dengan konselornya agar masalah yang dihadapinya dapat dicari jalan keluarnya
bersama – sama dengan konselornya agar klien tersebut tidak menangngung
masalah tersebut sendiri apa lagi dipendam – pendam dan pada akhirnya di
memikirkan narkoba lagi

61
Universitas Sumatera Utara