Pembinaan Klinik Rehabilitasi Medan Plus terhadap Pengguna Narkoba dalam Revitalisasi Konsep Diri Chapter III V
BAB III
Konsep Diri Pengguna Narkoba
3.1
Riwayat singkat Informan
3.1.1
Fitra Nugraha (Informan I)
Bro fitra adalah salah satu pegawai di Medan Plus. Ia merupakan salah
satu staf konselor di rumah pemulihan Medan Plus. Ia lahir pada tanggal 2 april
1992 dikota Medan dan sekarang berusia 24 tahun dan pendidikan Bro Fitra
sebelum pendapat Pelatihan menjadi konselor adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) . Bro Fitra pernah menjadi pengguna narkoba tahun 2012 dan direhab di
Lido, dulu sebelum menggunakan narkoba ia tergolong anak muda yang baik dan
berada di pergaulan yang baik pula, namun setelah ia masuk disekolah
penerbangan beberapa semester,namun ketika akan melakukan penerbangannya
yang pertama, ia dipaksa oleh seniornya menggunakan sabu untuk terbang ke
solo,karena takut dia terpaksa memakainya. Sejak saat itu ia aktif menggunakan
narkoba jenis sabu-sabu sekitar kurang lebih 3 tahun. Namun setelah sadar akan
bahaya dan dampak yang ditimbulkan narkoba Bro.Fitra bertekad untuk pulih dan
berhadap bisa mengabil pelajaran dari apa yang selama ini dilakukannya. Setelah
terbebas dan bersih dari penyalahgunaan narkoba ia menjadi Volunteer di Medan
Plus dan menjadi staf konselor. Tugas utama Bro Fitra tentu memberikan
konseling kepada residen, serta juga bertugas sebagai incharge (orang atau staf
medan plus yang menjalankan rumah dan mengawasi seluruh residen). Ia
melakukan tugasnya sebagai konselor dan inchage
1
1
itu menerapkan sikap
Incharge adalah pegawai Medan Plus yang bertanggung jawab dan mengawasi rumah pemulihan.
62
Universitas Sumatera Utara
kedisiplinan pada segala aspek, pola hidup sehat, dan kerapian pada setiap residen
ketika menjalani program dan konseling.
Bro Fitra ini orangnya tegas terhadap residen agar setiap residen,
mengikuti setiap program dengan baik dan benar. Ketika menjadi konselor, bro
fitra mengusahakan hubungan dengan residen itu tidak formal,biasanya dengan
mengajak mengobrol atau sesekali memberikan rokok agar residen yang
konseling dengan dia lebih bisa terbuka lagi dalam menceritakan masalahnya. Jadi
residen dan staf konselor khususnya Bro Fitra seperti teman yang saling
mensuport dan sama – sama mencari solusinya ketika ada masalah. Kata Bro Fitra
ada hal yang menghambat ketika residen sudah direhabilitasi di medan Plus,
“kurang kerjasama keluarga klien, keluarga klien masih takut terhadap
anaknya. Menurut kami si.anak udah bisa pulang nih, tapi keluarga masih
takut anaknya makek lagi,kalo begini kapan lagi orang tua ngasih
kepercayaan sama anaknya”
Jadi solusi yang diberikan oleh Medan Plus khusunya staf konselor yaitu dengan
mempertemukan residen, keluarga, dan konselor lalu menceritakan kemajuan dan
perkembangan residen tersebut selama direhabilitasi di Medan Plus agar keluarga
percaya lagi bahwa residen tersebut sudah mulai pulih terhadap penggunaan
narkoba. Kedepannya Bro. Fitra berhadap dapat membantu lebih banyak lagi
pengguna narkoba yang sudah terjebak lebih dalam terhadap penyalahgunaan
narkoba.
Ia
berkeinginan
dapat
membantu
mereka
agar
pulih
dari
ketergantungnnya, karena Bro. Fitra tahu betul seperti apa sakitnya ketika sudah
terjebak oleh narkoba dan banyak dijauhi oleh teman – teman terdekat bahkan
dijauhi keluarg sendiri. Serta dapat memberdayakan mereka agar ketika keluar
63
Universitas Sumatera Utara
dari Medan Plus dapat mandiri mengembangkan potensi dirinya dan tidak terjebak
lagi kedalam penyalahgunaan narkoba.
3.1.2
Muhammad Faisal (Informan II)
Bro Faisal adalah salah satu pegawai di Medan Plus. Ia merupakan staf
program di rumah pemulihan Medan Plus. Ia lahir pada tanggal 20 juni 1980 di
kota Tanjung Pura. Bro Faisal saat ini berusia 36 tahun dan pendidikan terakhir
yang diterima Bro Faisal sebelum mendapat kan Pelatihan tentang Narkoba dan
aktif menjadi staf di Medan Plus yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Bro
Faisal juga merupakan staf yang dulunya juga pernah menggunakan narkoba
kurang lebih selama 5 tahun. Sebelum terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba
dulunya Bro.Faisal biasa seperti kebanyakan anak muda lainya. Namun pengaruh
teman yang mengajaknya untuk mencoba – coba narkoba dengan alasan tidak
keren kalau tidak pakai narkoba, disitu lah awal mula dia terjebak kedalam
penyalahguanaan narkoba. Setelah terjebak kedalam narkoba dia menjadi tertutup,
barang apapun yang bisa digadai akan digadaikan demi mendapatkan narkoba.
Namun pada satu waktu dia sadar mau sampai kapan dia menggunkan narkoba,
waktu terbuang sia – sia dan tubuh juga akan rusak. Mulai saat itu ia mulai
bertekad untuk pulih dari ketergantungan narkoba khususnya sabu, setelah
beberapa tahun pulih dan mengikuti program rehabilitasi Bro.Faisal mencoba
untuk memfokuskan membantu orang – orang yang bernasib sama dengan dia,
membantu dan mendukung mereka untuk pulih dari ketergantungannya dan
merubah konsep dirinya agar mampu dan tidak minder melanjutkan kehidupannya
64
Universitas Sumatera Utara
yang lebih berguna lagi. Oleh karena itu ia mengikuti pelatihan menjadi volunteer
serta akhirnya menjadi pegawai di Medan Plus dan ditunjuk sebagai staf program.
Staf program ini bertugas mengawasi, menyusun, dan menjalankan
program untuk para residen yang ada di rumah pemulihan. Pada sesi seminar staf
program ini juga membawakan materinya lalu dijelaskan kepada para residen,
serta memastikan program yang dibuat itu berjalan tepat waktu sesuai dengan
jadwal harian. Staf program ini juga yang memberikan pemahaman tentang
bahaya narkoba, dari penjelasan staf program ini disesi seminar diharapkan para
residen paham tentang bahaya narkoba, cara menanganinya, dan cara agar tidak
terjebak lagi. Dengan pribadi yang sudah bersih dan pulih dari ketergantungan
narkoba Bro.Faisal sudah banyak berubah dari yang dulunya tertutup dikarenakan
masih memakai narkoba, dan sekarang lebih terbuka dan lebih berani berpendapat
untuk mengaspirasikan tentang pemulihan ketergantungan narkoba. Dia sukses
merubah konsep dirinya menjadi lebih baik dan berhasil keluar dari jerat narkoba.
Bro.Faisal berharap kedepannya ia dapat banyak membantu proses pemulihan
orang-orang yang terkena narkoba, karena mereka butuh dukungan yang besar
untuk pulih bukan hanya dari keluarga tetapi dari orang yang berada disekitanya.
3.1.3
Ahmad Lutfhi Syahputra (Informan III)
Bro Lutfhi adalah salah satu pegawai Medan Plus. ia merupakan staf
konselor di rumah pemulihan Medan Plus. Bro Lutfhi ini merupakan staf termuda
diantara staf yang ada di Medan Plus. Ia lahir pada tanggal 28 Agustus tahun 1994
dan sekarang sudah berumur 22 tahun, pendidikan terakhir yaitu Sekolah
Menengah Atas (SMA). Ia termasuk salah satu konselor yang diutus oleh dinas
65
Universitas Sumatera Utara
sosial untuk bertugas di rumah pemulihan Medan Plus. Tugas pelaksanaan Bro
Lutfhi yang ia prioritaskan adalah mengembalikan paradigma pecandu menjadi
berkualitas. Ia menekankan pada pembentukan moral si.pecandu untuk diperbaiki
agar terbebas dari stigma – stigma negatif yang beredar di masyarakat. Tugas Bro
Lutfhi sebagai konselor itu lebih kearah individual konseling, agar si.pecandu dan
konselornya dapat membina hubungan yang baik, yang selanjutnya dapat
berpengaruh kepada proses penyembuhan si.pecandu. Pendekatan yang dilakukan
Bro Lutfhi ini lebih kearah pendekatan emosional agar si.pecandu dapat
mengungkapkan keluh kesanya dengan jujur, jadi si.pecandu tidak menjadi
tertutup terhadap masalah yang dihadapinya.
Konselor hadir untuk membantu mencari solusi bersama agar masalah
si.pecandu dapat terselesaikan. Dalam masa penyembuhan, konselor akan
memberikan banyak sekali ilmu kepada residen guna mencegah relaps (kambuh).
Ilmu yang diberikan adalah seputar pencegahan kekambuhan seperti pengetahuan
adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba sampai efek yang ditimbukan serta
dampaknya, cara pencegahan relaps (kambuh) seperti tidak berkumpul dengan
lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan seperti pola makan, pola tidur,
dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya saat residen merasa
dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah selesai direhabilitasi, saat
seperti ini orang yang terdekatnya misalnya seperti keluarga harus membantu
mengalihkan pikiran residen pada hal-hal yang bermanfaat jangan sampai residen
berpikiran atau tersugest untuk menggunakan narkoba lagi. Rangkul lah residen
untuk mengikuti kegiatan – kegiatan yang bermanfaat terutama yang membangun
66
Universitas Sumatera Utara
konsep diri agar tidak terjebak lagi dalam penyalahgunaan narkoba yang membuat
dirinya hancur.
3.1.4
Jontra Alexander Sinaga (Informan IV)
Jontra adalah salah satu residen di rumah pemulihan Medan Plus. Ia lahir
pada tanggal 21 januari 1997 di kota Medan. Ia sekarang berusia 20 tahun dan
pendidikan terakhir yang sudah dienyamnya yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA). Ia menjadi residen di rumah pemulihan Medan Plus sudah 3 bulan.
Sebelumnya ia menggunakan jenis narkoba sabu – sabu. Dulu ketika sebelum
memakai sabu dan itu waktu jaman di SMP dia tidak mengenal narkoba dan jauh
dari hal – hal seperti itu. Belum terpengaruh yang namanya narkoba namun
menginjak waktu SMA ia mulai perlahan-lahan terjebak oleh ajakan temannya. Ia
memakai narkoba awalnya karena diajak oleh teman – temannya yang ada
dilingkungan tempat tinggalnya. Awalnya ia tidak tahu mau ngapain diajak oleh
temannya ke sebuah rumah kosong, barulah ketika dirumah kosong itu, ia ditawari
memakai sabu – sabu. Dimulai dari situ ia terjebak kedalam penyalahgunaan
narkoba. Ia menuturkan bahwa ketika memakai sabu badan akan terasa on
terus,dan tidak ada capeknya, tapi ketika efek sabu sudah hilang, badan akan
terasa lemas, dan serasa ingin tidur saja. Ia memakai sabu sudah hampir satu
setengah tahun,tepatnya pada jaman dia masi di sekolah menengah atas (SMA).
Semua barang berharga dirumahnya, termasuk motor sudah dijual hanya untuk
membeli sabu-sabu , bahkan ia juga pernah mencuri karena sudah kehabisan uang
untuk membeli sabu.
67
Universitas Sumatera Utara
Orang tua ia juga mulai curiga ketika barang – barang dirumahnya sudah
tidak ada, motor yang dibelikan juga sudah tidak kelihatan lagi serta pola hidup
anaknya yang tidak karuan/teratur. Setelah ditelusuri oleh orang tuanya bahwa ia
menggunakan sabu – sabu bersama anaknya, selanjutnya ketika ketahuan
memakai sabu, ornag tuanya langsung memberi langkah tegas dengan
memasukannya ke tempat rehabilitasi Medan Plus. Akhirnya ia masuk ke
rehabilitasi Medan Plus tepat pada tanggal 28 november 2016. Pada awalnya ia
masuk ke rumah pemulihan medan plus ia tentu menolak tetapi karena dipaksa
oleh orang tua mau tidak mau ia harus direhab di Medan Plus. Diawal program ia
hanya sekedar mengikuti saja dan tidak peduli terhadap program. Tetapi setelah
diberi pengetahuan tentang bahayanya narkoba, apa efeknya kalau terjebak lagi
kedalam penyalahgunaan narkoba, perlahan – lahan ia mulai sadar dan harus
berubah. Karena ketika ia masih memakai narkoba, ia juga dijauhi oleh teman –
temannya tetangga dilingkungan sekitarnya bahkan saudara – saudara nya
memandang ia sebelah mata. Orang tuanya juga sudah tidak percaya lagi padanya
karena barang – barang dirumahnya sudah dijual hanya untuk memakai narkoba.
Ia berada di Medan Plus,banyak perubahan yang terjadi didalam dirinya yang
dudlu ketika masih menggunakan narkoba makan tidak teratur, istrahat tidak
teratur, ketika berada di Medan Plus, semuanya mulai dikontrol untuk diperbaiki
dan bisa hidup teratur lagi. Napsu akan menggunakan narkoba juga mulai pudar
karena diberikan penjelasan tentang bahayanya dan efeknya bagi kehidupan dia
kedepannya. Jontra ini juga sempat menjadi Chief, chief itu petugas yang
mengontrol dan mengawasi semua residen untuk mengikuti kegiatan, atau dengan
68
Universitas Sumatera Utara
kata lain bisa juga disebut ketua kelasnya. Ia berharap kedepannya ketika ia sudah
selesai mengikuti program dari Medan Plus dan pulang kerumah ia mau merantau
“ aku mau merantau aja pas keluar dari sini (Medan Plus), kalo aku
pulang kerumah main – main disitu lagi, pasti aku jatuh lagi, karena kan
kawan – kawanku disitu kalo makek, pasti ngajak aku, makannya aku mau
merantau aja, carik kerja bagus – bagus”
Menurut penulis penyebab utama ia menjadi pengguna nakoba akibat pengaruh
buruk teman sebayanya. Oleh karena itu ia mengambil langkah yang sangat tepat
untuk merantau agar tidak lagi jatuh kedalam penyalahgunaan narkoba. Disisi ini
dia punya kemauan untuk pulih dari ketergantuangannya dan siap untuk merubah
segala perilaku buruk ketika memakai narkoba. Disini setelah mengikuti program
banyak perubahan dalam dirinya. Dia juga sudah merubah konsep dirinya yang
dulu nya kearah negatif sekarang sudah mengarah kearah yang positif.
Kedepannya ia lebih terlihat percaya diri dan aktif dalam setiap kegiatan, serta
mampu mencari solusi bagi dirinya ketika ia akan selesai program nanti.
Dibandingkan ketika dia baru masuk tingkat percaya dirinya masih rendah dan
masih hanya sekedar ikut tetapi tidak aktif dalam setiap sesi. Disini mulai nampak
perubahan yang diberikan oleh program-program yang ada di Medan Plus mampu
merubah sedikit demi sedikit konsep diri mereka mengarah kearah yang lebih
positif lagi.
3.1.5
Renaldy Marbun (Informan V)
Aldy adalah salah satu residen di rumah pemulihan Medan Plus, ia lahir
pada tanggal 2 febuari 1998 di Rantau Prapat. Sekarang ia sudah berusia 19 tahun
dan Pendidikan Terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), sempat
melanjutkan kejenjang perkuliahan namun, berhenti ditengah jalan karena
69
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba ini. Ia sudah 3 setengah bulan menjadi residen di rumah
pemulihan Medan Plus. Sebelumnya ia menggunakan narkoba seperti, pil ekstasi,
sabu – sabu, heroin, serta juga meminum minuman keras. Ia menuturkan sebelum
terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba, awalnya pada saat berada di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ia jauh dari yang namanya narkoba, bahkan merokok
pun tidak. Artinya dulu sewaktu SMP dia masih terkontrol dan masih mempunyai
konsep diri yang positif jauh dari hal-hal mengenai narkoba. Namun ketika salah
satu orang tuanya meninggal dunia, yaitu ayahhnya, kehidupan pergaulannya
menjadi bebas. Sejak ayahnya meninggal arah pergaulannya juga menjadi tidak
terkontrol lagi, padahal ketika ayahnya masih ada arah pergaulan dia terarah
bahkan ketat, tetapi sejak ayahnya meninggal yang mengawasi pergaulan dia
menjadi tidak ada. Pengaruh lingkungan juga membuat dia terjebak memakai
narkoba, karena teman – temannya yang memakai narkoba. Biasanya ketika ia
memakai narkoba bersama teman – temannya mereka memakai di rumahnya.
Renaldy ini juga pernah menjadi kurir narkoba jenis sabu – sabu, ia mengambil
sabu – sabu dari medan dan disebar di sekitaran kota Rantau Perapat. Ia juga
sempat kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di kota Medan,
namun tidak sanggup melanjutkan karena sudah terjebak terlalu jauh dalam
penyalahgunaan narkoba. Disini ketika sudah terjebak narkoba otomatis konsep
dirinya berubah kearah yang negatif karena tejebak pergaulan bebas dan situasi
keluarga yang tidak mendukung pada saat itu kehilangan seorang sosok ayah.
Ketika
terjebak
narkoba
mengontrol
emosi
sudah
dikendalikan,
tidak
70
Universitas Sumatera Utara
memperdulikan orang sekitar, yang penting dia memakai narkoba dan tidak ada
yang mengganggu dia.
Pada saat masuk kerehabilitasi Medan Plus, sebenarnya ia tidak tahu kalau
akan dimasukan ke klinik rehabilitasi Medan Plus, ia diintervensi oleh orang
tuanya, lalu melaporkan ke pihak Medan Plus. Selanjutnya pihak Medan Plus
menjemput ia langsung di kota Rantau Prapat. Awalnya ia menolak seperti residen
lainnya. Namun ketika mengikuti program dan banyak juga mendapat masukan
dari konselornya, ia sadar harus berubah. Menurutnya banyak sekali manfaat yang
ia terima ketika berada di Medan Plus, walaupun pada awalnya ia menolak
“disini aku bang,, bisa ngontrol tingkah laku awak. Karena kalau diluar
ada kawan bikin nggak senang aja, langsung kuajak main (berkelahi).
Terus disini juga diajarin ngontrol emosi juga bang, jadi nggak bisa suka
– suka kalau aku nggak senang sama orang”
Banyak perubahan yang ia terima dari mengikuti program yang ada di Medan
Plus. Mulai dari fisik banyak berubah, mental ia yang dulunya tertutup sekarang
menjadi lebih terbuka dan jujur kepada orang lain, lebih berani berbicara
mengemukakan pendapatnya. Tetapi ada juga kesulitan yang dihadapinya yaitu
kadang sulit beradaptasi dengan residen lainnya, karena banyak sifat – sifat
residen lainnya yang tidak cocok dengannya. Soal moral dan spiritual ia juga
banyak berubah.
“dulu dirumah, sholat lima waktu aja nggak pernah, apa lagi aku sholat
jumat bang. Tapi alhamdulillah disini ibadah ku nggak pernah tingga.
Emosi ku juga uda stabil nggak kaya diluar dulu, nggak karuan kalau
suasana hati lagi nggak bagus.”
Harapan Renaldy ketika ia sudah selesai mengikuti program dan sudah keluar dari
panti rehabilitasi Medan Plus, ia berharap tidak lagi terjebak dalam
71
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba. Atas saran dari konselornya juga ia mau sekolah di
sekolah konselor yang ada di kota Bogor. Ia juga berharap kepada temannya yang
masih memakai narkoba untuk segera berhenti, karena ketika terus memakai
narkoba masa depan mereka menjadi tidak jelas.
3.1.6
Kuntara (Informan VI )
Kuntara adalah salah satu residen di rumah peulihan Medan Plus, Ia lahir
pada tanggal 13 april 1996 di kota Medan. Sekarang ia berusia 21 tahun dan
pendidikan terakhir yang ia dapatkan yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia
berada di klinik Pemulihan Medan Plus sudah tiga bulan, sebelumnya ia
menggunakan sabu – sabu. Kuntara ini menggunakan sabu – sabu karena
beberapa alasan diantaranya yaitu, karena ingin senang, dan utuk meredakan
masalah – masalah yang ada di rumahnya, serta ditawari beberapa temannya juga.
Ia memakai narkoba biasanya sendiri, namun terkadang juga memakai bersama
temannya. Tempat ia menggunakan narkoba biasanya di dalam rumah,
sebelumnya ia tidak mengetahui dampak negatif dan bahaya dari penggunaan
narkoba ini. Yang paling penting baginya, memakai sabu - sabu itu enak, beban
masalah jadi hilang, suasana pun jadi enak. Padahal efeknya bagi kesehatan dan
masa depannya sangat berbahaya.
Namun setelah masuk di rumah pemulihan Medan Plus, ikut dalam
program dan banyak mendapat materi – materi tentang bahayanya narkobadari
sesi – sesi seminar yang dibawakan oleh staf, ia sadar bahwa efeknya sangat
berbahaya bagi tubuh dan otak.
“jadi pas masuk sini (Medan Plus), aku baru tahu bang, kalau pakai
nrkoba itu ngerusak ratusan saraf pusat di otak. Jadi kedepannya aku
72
Universitas Sumatera Utara
takut makai sabu lagi. Nanti kalau aku pakai terus gerot pulak nanti aku
bang. “
Ia masuk kerumah pemulihan Medan Plus karena usulan dari kakaknya.
Karena kepedulian dari kakaknya ia diusulkan untuk di rehab di Medan Plus.
Namun orang tua Kuntara awalnya marah, karena dimasukan ke dalam Medan
Plus, karena Kuntara ini yang menjaga ibunya sedangkan ayahnya sudah
meninggal. Jadi ia yang menjaga ibunya, sedangkan kakaknya sibuk kerja. Namun
demi kebaikan Kuntara orang tuanya mengijinkan ia direhab di Medan Plus.
Ia berharap ketika berada di Medan Plus, ia baik – baik saja sampai selesai
program, dan kedepannya bisa terus recovery untuk pemulihan bebas dari
penyalahgunaan narkoba. Banyak perubahan yang ia dapat ketika berada di
Medan Plus, biasanya kalau diluar pola hidupnya tidak teratur ketika di Medan
Plus sudah mulai teratur, seperti bangun pagi, sarapan, ibadah, dan lain
sebagainya.Seperti pengguna narkoba lainnya ketika berada dilingkungan
sosialnya, banyak yang memandang sebelah mata. Kuntara ini pun begitu juga
dilingkungnnya ia seperti dikucilkan oleh tetangga di rumahnya. Sehingga ia pun
menjadi minder.
“aku kalau naik kereta atau jalan kaki lewat di dekat rumah ku, kadang
ada tetangga ngeliat pasti digosipin aku ba ng. Kadang ngeliatnya juga
macem ngerendahin gitu. Respon orang itu kadang bikin aku minder bang
“
3.1.7
Dharma Gunawan (Informan VII )
Dharma adalah salah satu residen di rumah pemulihan Medan Plus, ia lahir
pada tanggal 31 juli 1996 di Sibiru – biru. Sekarang ia berusia 21 tahun dan
pendidikan terakhir yang ia dapatkan yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia
73
Universitas Sumatera Utara
berada di klinik pemulihan Medan Plus sudah hampir tiga setengah bulan,
sebelumnya ia menggunakan sabu – sabu karena berada dalam lingkungan yang
suka ikut balapan liar dan juga ada dari ajakan atau dorongan teman – temannya
untuk memakai sabu. Ia menggunakan sabu sejak tahun 2014, hingga tahun 2016
akhir lalu dibawa oleh keluarganya ke klinik pemulihan Medan Plus berdasarkan
arahan dokter serta kemauan dari keluarga. Ia menceritakan bahwa ia pernah
overdosis hingga opname, dan solusi dari dokter serta persetujuan dari
keluarganya
ia
harus
dibawa
ketempat
rehabilitasi
agar
memulihkan
ketergantungannya terhadap narkoba khususnya pada sabu – sabu. Dharma
mengaku sudah jera menggunakan sabu, terlebih sampai dirawat dirumah sakit.
Dan dia merasa bersyukur bisa direhabilitasi di Medan Plus, karena banyak
perubahan yang diterimanya sejak ia masuk dan mengikuti program di Medan
Plus.
“bagus lah aku masuk sini (Medan Plus) bang, kalo nggak dibawak sama
mamak bapak ku kesini, mungkin aku udah jadi orang gila di luar sana.
Keliling – keliling nggak jelas di pinggir jalan kaya orang stres”
Memang pada awalnya ia bergabung dengan program di Medan Plus
menolak dan agak canggung, karena merasa belum kenal dengan residen lainnya.
Namun ketika sudah akrab dan paham tentang program yang diberikan oleh staf
Medan Plus, ia bertekad untuk pulih dari ketergantungnnya terhadap narkoba dan
kembali ke lingkungan keluarganya dan dapat mencari kerja dan berharap tidak
terjebak lagi untuk kedua kalinya. Dharma juga menceritakan bahwa sikap dan
perilaku konselor yang perhatian, tegas, dan tidak menghakimi ketika ia bercerita
tentang keluh kesahnya ketika diluar pada saat dia memakai narkoba adalah hal
74
Universitas Sumatera Utara
yang membuatnya merasa nyaman untuk jujur dan lebih terbuka untuk sharing
berbagai masalah dengan konselornya. Kedekatan residen dan konselornya
masing – masing sudah seperti teman, sehingga tidak canggung untuk bercerita.
Kebanyakan Konselor di Medan Plus juga merupakan mantan pengguna narkoba
yang sudah pulih dan mendapat pelatihan menjadi konselor, jadi mereka paham
akan segala keluh kesah yang residen ceritakan karena dulunya mereka juga
berada di posisi residen. Dharma juga sering mendapatkan pesan – pesan motivasi
dari konselornya.
“aku kadang sering dikasi masukan apa lagi motivasi dari konselor ku
bang, jadi pas mereka cerita aku juga kadang sering sadar juga. Aku
masih muda masak mau ngebuang waktu cuman buat make narkoba aja.
Masa depanku kan masih panjang dan masih bisa berubah buat jadi lebih
baik lagi.”
3.2
Hal-hal yang dilakukan Medan Plus dan Pegawai dalam Revitalisasi
Konsep Diri Pecandu Narkoba
Untuk menumbuh kembangkan konsep diri yang positif banyak cara yang
dipakai oleh klinik rehabilitasi Medan Plus, salah satu cara metode yang dipakai
oleh Medan Plus dalam menumbuh kembangkan konsep diri para pecandu adalah
dengan menggunakan Metode Terapi Komunitas (Therapeutic Community).
Metode ini menekan kan pada aktifnya interaksi pecandu dalam setiap sesi yang
dibuat oleh pihak Medan Plus, sehingga mereka dapat fokus dengan grup atau
komunitas yang ada disekitar mereka agar dapat merubah kebiasaan-kebiasaan
mereka yang lama menjadi lebih produktif dan positif. Terapi komunitas ini
terdiri dari staf yang pernah mengalami rasa sakit dan memiliki perilaku yang
timbul akibat ketergantungan narkoba, namun telah mampu dan mengetahui cara
75
Universitas Sumatera Utara
mengatasinya serta telah melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang
memenuhi syarat dan konselor. Tenaga professional hanya sebagai konsultan saja.
Di lingkungan khusus ini Pecandu di Medan Plus dilatih ketrampilan mengelola
waktu dan perilaku secara efektif serta kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
mengatasi keinginan mengonsumsi narkoba. Dalam komunitas ini semua aktif
dalam proses terapi jadi semua diwajibkan berinteraksi dan memberikan pendapat
nya ketika berada di dalam sesi. Medan Plus melakukan pendekatan behavioral
dalam mengubah suatu perilaku dan Konsep Diri pecandu dimana berlaku 2
sistem yaitu :
1. Reward (penghargaan/penguatan), dengan sistem reward ini diharapkan
pecandu yang berada di Medan Plus dapat menentukan self ideal bagi dirinya
ketika diberikan suatu penghargaan, yang akhirnya merujuknya kepada perubahan
konsep dirinya yang lebih baik. Reward ini bisa berupa dia dipilih menjadi chief,
head kitchen, atau pun head laundry.
2. Punishment (hukuman). Dengan sistem ini diharapkan dapat memperbaiki Citra
Diri dan Jati Diri dia yang keliru ketika ia mendapat hukuman ketika melakukan
kesalahan. Sehingga kedepannya dia dapat menentukan bagaimana yang terbaik
bagi dirinya dengan tidak melakukan kesalahan lagi dan mulai berubah untuk
memperbaiki dirinya dan konsep dirinya setelah mendapatkan hukuman tersebut.
Selain itu digunakan juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok
dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilakunya yang dulu. Melalui
kelompok ini para pecandu di Medan Plus diajarkan untuk saling Perduli sesama
satu kelompoknya untuk mendukung dan menguatkan mereka bersama-sama
76
Universitas Sumatera Utara
untuk sembuh dan merubah konsep dirinya. Untuk membentuk konsep diri para
pecandu, Medan Plus juga melakukan beberapa hal yang bertujuan untuk
mengarahkan mereka untuk membentuk konsep dirinya berdasarkan metode terapi
komunitas ini yaitu :
1. Perbaikan Tingkah Laku Sehari-hari
Setiap hari, residen diharuskan beraktivitas mengikuti jadwal yang telah
ditentukan, kecuali ada kendala seperti residen dalam keadaan sakit. Setiap
kegiatan sudah dijadwal secara padat dan teratur. Tujuannya agar mereka
diberi kesibukan sehingga tidak memiliki waktu untuk berdiam diri dan
berkhayal tentang memakai narkoba. Semua aktivitas dilakukan secara
bersama – sama, antara para kedisiplinan dan rasa kebersamaan dalam
suatu komunitas.
2. Pertemuan
Pertemuan ini dibedakan lagi menjadi 4 macam yaitu :
a. Morning Meeting
Kegiatan yang bersifat formal dilakukan pada pagi hari tepatnya jam 9.00
wib, sesudah makan, selama 30-45 menit. Kegiatan ini diikuti oleh staf
dan residen, kemudian mengucapkan moto hidup dari terapi komunitas
yang ada di Medan Plus agar memberi semangat dan bebas dari
ketergantungan narkoba. Yang di bahas dalam Morning Meeting ini ada
sekitaran lingkungan rymah pemulihan Medan Plus seperti, request
fasilitas, angkat awareness, isu, saran, full up dan lain sebgainya. Tujuan
kegiatan ini yaitu mempengaruhi aspek psikologi, dengan mengawali hari
77
Universitas Sumatera Utara
dengan baik, meningkatkan rasa keakraban dan persaudaraan dalam
komunitas dan yang terutama adalah memotivasi agar aktivitas sepanjang
hari dapat berlangsung dengan baik.
b. Seminar
Pertemuan formal yang dilakukan setiap sore selama 60-90 menit.,
biasanya diadakan pada dua kali sehari pada jam 12 dan jam 2 siang.
Kegiatan seminar dilakukan untuk mengasah kemampuan mendengarkan,
berbicara dan memperhatikan. Pada kegiatan ini para residen diberikan
pemahaman
tentang
bahaya
narkoba,
bagaimana
menghindarinya,bagaimana agar tidak terjebak lagi, dan lain sebagainya
yang pada dasarnya memberikan informasi bahaya tentang narkoba. Pada
kegiatan ini pasien diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat
secara bebas sehingga merangsang kemampuan berkomunikasi dan
berinteraks. Tujuan seminar adalah sebagai stimulasi intelektual, yaitu
merangsang kreatifitas untuk memberi ide dan tanggapan terhadap hal-hal
yang baru, dan membentuk pola berpikir yang benar dan sarana
berinteraksi sosial serta merupakan pastisipasi aktif dalam kegiatan
berkomunikasi. Penataan ruang biasanya disusun seperti susunan ruang
kelas agar terkesan formal
c. Wrap Up
Pertemuan yang dilakukan setiap malam hari, setelah makan malam. Sifat
pertemuan lebih akrab. Lama pertemuan sekitar 45-60 menit dan
dilakukan sekitar jam 9 malam. Situasi pada saat pertemuan adalah residen
78
Universitas Sumatera Utara
dalam keadaan santai, duduk tenang, pasif atau cenderung mendengarkan.
Tujuan wrap up ini adalah mengevaluasi semua kegiatan yang telah
dilakukan sepanjang hari, baik yang positif maupun yang negatif.
d. General Meeting
Pertemuan ini bersifat santai namun kekeluargaan. Lama pertemuan tidak
ditentukan. Tujuanya merayakan hal-hal yang membaanggakan atas
prestasi residen sehingga memotivasi dan meningkatkan kesadaran untuk
berperilaku positif.. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri
merupakan bagian yang sangat berarti bagi proses kesembuhan dan
pembentukan konsep diri yang lebih baik, terutama dalam pembentukan
citra diri masing-masing pecandu yang ada di Medan Plus.
3. Permainan
Berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama
dalam kelompok, mengasah kreativitas dan intelektual, mengembangkan
kemampuan untuk mengungapkan pendapat dan lain-lain. Disini salah satu
permainan yang dibuat oleh Medan Plus yaitu seperti Jaring Laba-laba,
jadi seluruh residen dibuat kedalam beberapa grup kecil dan tiap grup
dipilih 1 orang untuk melewati jaring tersebut tetapi tidak boleh
menyentuh jaring tersebut sedikit pun, disini mereka harus bekerja sama
dalam menentukan cara yang terbaik untuk melewati jaring tersebut.
4. Beribadah
Perbaikan mental spiritual sangat dibutuhkan oleh Pecandu. Memiliki
hubungan yang dekat dengan Tuhan dapat membantu pasien dalam
79
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan perilaku dan pola berpikir. Beribadah secara rutin akan
dapat membantu proses penyembuhan. Kegiatan beribadah dilakukan
bersama-sama.
5. Ketrampilan untuk bertahan mandiri
Pelatihan yang diberikan untuk mampu bertahan mandiri lepas dari
ketergantungan narkoba dengan pemberian tugas secara bertahap mulai
dari yang mudah hingga kompleks dan menuntut tanggung jawab dari
setiap individu. Pelatihan kepemimpinan dan penerapannya di lingkungan
komunitas, meliputi evaluasi dan pengambilan keputusan yang telah
dibuat dalam komunitas. Ini bisa diaplikasikan dalam bentuk atau peran
yang disebut Chief, Head Kitchen, dan Head Launrdy dalam lingkungan
Medan Plus mereka diberikan peran untuk mengatur dapur dan cucian
mereka dengan residen yang ditunjuk sebagai ketua yang akan
mengkordinir semua kegiatan yang berkenaan dengan cucian, dan makan
mereka. Sedangkan Chief ini bertugas mengkordinir residen yang lain
setiap ada kegiatan dan mengawasi mereka, kalau dalam sebuah kelas
dalam lingkungan sekolah biasanya disebut sebagai Ketua Kelas.
Pegawai juga memiliki cara tersendiri agar para residen/klien ini dapat
menumbuhkembangkan konsep dirinya kearah yang lebih baik, masing-masing
pegawai memiliki cara-cara yang berbeda sesuai dengan pengalaman dan
pelatihan yang diberikannya ketika ia pernah terjebak kedalam narkoba. Setiap
pegawai yang penulis wawancarai memiliki metodenya dalam membuat residen
80
Universitas Sumatera Utara
agar dapat pulih dan fokus mengikuti program yang pada akhirnya akan
menumbuhkan konsep diri yang baru yang kedepannya akan merubah dirinya
menjadi lebih baik ketika kembali kedalam lingkungan sosialnya. Beberapa
metode ataupun pendekatan yang diterapkan pegawai diantaranya yaitu :
1. Kedisiplinan tinggi
2. Teman sebaya
3. Motivasi perilaku
Dari pendekatan yang diterapkan oleh pegawai tersebut diharapkan cara itu dapat
menghilangkan kebiasaan lama klien dan menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang
baru yang dapat menciptakan kualitas dirinya yang lebih baik.
1. Kedisiplinan Tinggi
Metode ini digunakan oleh salah satu pegawai yaitu Bro.Fitra untuk
meningkatkan dan merubah sifat sehari-hari para klien yang dulunya tidak
beraturan menjadi lebih teratur dan mendapatkan pola hidup yang sehat selama
berada di Medan Plus. Menurut informan metode ini juga dapat mengarahkan
perilaku dan konsep dirinya yang dulunya negatif menjadi lebih positif,
kedisplinan tinggi ini diterapkan dalam segala aspek agar membiasakan klien
teratur menjalani kegiatan dalam waktu satu harian menjalani program yang ada
di Medan Plus. Kedisiplinan tinggi ini juga mengajarkan klien untuk sedikit demi
sedikit memangkas perilaku yang dulunya acak-acakan menjadi lebih terarah dan
mampu memanajemenkan dirinya menjadi lebih positif dan teratur.
2. Teman Sebaya
81
Universitas Sumatera Utara
Metode teman sebaya ini digunakan oleh salah satu pegawai yaitu Bro.Faisal, ia
menggunakan metode ini untuk mengarahkan klien untuk lebih terbuka dan lebih
jujur dengan menjadi teman sebayanya yang menjadi tempat menceritakan keluh
kesah dan masalah yang dihadapi klien. Dengan terbuka, jujur dan percaya diri
dalam melakukan kegiatan sehari-hari diharapkan klien tidak minder kedepanya
ketika selesai program dari Medan Plus. Ini juga mengarahkan klien untuk
menentukan self ideal atau diri ideal yang tepat untuk dirinya ketika akan
mengahadapi lingkungan sosialnya nanti.
3. Motivasi Perilaku
Metode motivasi perilaku ini digunakan oleh Bro.Lutfhi, ia menggunakan metode
ini untuk membentuk pola pikir dan perilakunya agar dapat diarahkan sesuai
dengan yang diharapkan oleh Bro.Lutfhi. dengan memberikan motivasi-motivasi
yang dapat membantu membangun dirinya dengan motivasi yang diberikan oleh
pegawai tersebut. Metode ini juga dapat memberikan gambaran tentang citra diri
yang baik dengan memberikan motivasi-motivasi yang dapat mengarahkan
perilaku klien dengan memberitahukan sosok-sosok yang paling cocok untuk
ditiru oleh si.klien, agar klien dapat menentukan dirinya seperti apa kedepannya.
Metode ini juga diharapkan dapat memangkas perilaku-perilaku terdahulu yang
cendrung brutal dan kasal menjadi lebih baik dan terarah serta positif kedepanya.
3.3
Konsep Diri Pecandu Narkoba Setelah Dirawat di Medan Plus
Setelah dirawat dan selesai mengikuti Program yang sudah diberikan klien
atau residen tidak serta merta lepas dari pengawasan pihak Medan Plus, mereka
82
Universitas Sumatera Utara
juga masih terus memantau perkembangan pemulihan dan perkembangan konsep
dirinya ketika kembali kedalam liugkungan sosialnya. Pihak Medan Plus terus
mengawasi sampai benar-benar mampu dan bertahan tanpa harus takut dengan
stigma-stigma yang beredar dikalangan masyarakat. Empat informan yang berupa
klien/residen yang akan selesai mengikuti program berdasarkan hasil wawancara
sudah mampu menentukan mau seperti apa ia ketika akan keluar dari Medan Plus,
disini menandakan mereka sudah menumbuhkan konsep diri yang positif dan akan
terus mengembangkan konsep dirinya agar tidak lagi terjebak kedalam
penyalahgunaan narkoba. Keempat residen yang penulis wawancara memiliki
kesamaan ketika akan selesai program diantarannya memiliki sikap yang akan
menuntunnya untuk terus pulih yaitu :
a. Percaya Diri
b. Jujur, dan
c. Terbuka
Berdasarkan hasil data dilapangan konsep diri informan setelah program
dan direhabilitasi di lingkungan Medan Plus menunjukkan perubahan yang
menunjukkan konsep diri yang lebih positif dipandang melalui 3 bagian utama
dari konsep diri yaitu, diri ideal, citra diri dan jati diri.
1. Jontra Alexander Sinaga
Konsep dirinya ketika sebelum masuk kedalam lingkungan Medan Plus
cenderung kearah yang negatif dan memandang dirinya rendah karena
dimasukan ke dalam institusi rehab narkoba. Tetapi ketika sudah masuk
kedalam program dan memahami apa yang telah dilakukannya dulu salah,
83
Universitas Sumatera Utara
ia berniat berubah dari kebiasaan buruknya termasuk memperbaiki sikap
dan perilaku yang dulu cenderung negatif terhadap orang disekitarnya.
Ketika sudah masuk kedalam program dan memahami program serta
sudah dapat menentukan tindakan selanjutnya kedepannya. Ia sudah dapat
menentukan diri ideal dia seperti apa yang cocok untuk perkembangan
dirinya agar kedepannya dapat melanjutkan hidupnya tanpa takut
terdiskiminasi dan ditekan oleh stigma-stigma negatif pecandu narkoba.
Ketika dia sudah menemukan diri ideal yang pantas untuk perubahan
dirinya,tanpa sadar dia sudah menunjukan citra dirinya ketika akan
kembali kedalam lingkungan sosialnya. Dia sudah dapat menentukan
tindakan dan rencana yang akan dijalaninya ketika ia sudah kembali
kedalam lingkungannya, dalam hal ini ia akan merantau untuk mencari
kerja. Ia memilih merantau karena ia tahu ketika ia tetap dilingkungan
sekitar rumahnya, pasti ia akan tergoda dan terjebak lagi kedalam
penyalahgunaan narkoba lagi, karena belum ada kontrol kuat untuk
menolak ajakan temannya. Maka dari itu ia akan mencari kerja diluar
daerah untuk mempersempit kesempatan ia dipengaruhi oleh temannya
lagi untuk memakai narkoba.
2. Renaldy Marbun
Sebelum ia bergabung kedalam rumah pemulihan Medan plus, sebenarnya
ia tidak setuju dan malah ia di intervensi oleh keluarganya dan pihak
Medan Plus untuk dijemput serta direhabilitasi di Medan Plus. disini
nampak konsep dirinya masih pada tingkat yang negatif karena belum ada
84
Universitas Sumatera Utara
kesadaran untuk berubah dari ketergantungan narkoba dan merubah
sikapnya yang lama. perilaku aldy ini sebelum bergabung dengan Medan
Plus cenderung keras kepala dan emosian. Awalnya ia belum menerima
dimasukan kedalam panti rehabilitasi Medan Plus, namun dengan
mendapatkan penjelasan yang diberikan oleh pihak Medan Plus bahwa dia
bergabung di Medan Plus
untuk kebaikannya dan pemulihan dirinya
terhadapt penyalahgunaan narkoba, pada akhrinya ia menerima dan ikut
program pemulihan di lingkungan Medan Plus. Secara tidak sadar ia sudah
merubah konsep dirinya dengan masuk dan mengikuti seluruh program
yang diberikan oleh pihak Medan Plus. perlahan tingkah laku dan
perilakunya yang dulu dirubah menjadi teratur oleh kegiatan yang
dilakukan setiap hari. Sesi-sesi yang dibuat oleh Medan Plus mengajarkan
dia untuk memilih dan menentukan diri idealnya ketika berada di Medan
Plus, ia sudah mampu menentukan bagaimana berperilaku yang positif
berkat masukan-masukan yang juga diberikan oleh konselornya. Atas
dasar masukan konselor dan juga keluarganya kedepannya setelah ia sudah
kembali kedalam lingkungannya, ia berkeinginan untuk bersekolah
konselor agar dapat membantu orang-orang seperti dirinya. Dalam titik ini
ia sudah dpat menentukan citra diri dan jati diri yang baik bagi dirinya
kedepannya. Dia sudah mampu menentukan rencana kedepannya untuk
merubah dirinya menjadi lebih baik agar suatu hari ia tidak terjebak lagi
kedalam penyalahgunaan narkoba. Dan mampu memperbaiki konsep
dirinya.
85
Universitas Sumatera Utara
3. Kuntara
Dulunya ia menganggap narkoba itu salah satu hal untuk menyelesaikan
masalah karena dengan menggunakan narkoba dia jadi merasa enak,beban
masalah menjadi hilang padahal ini persepsi yang salah yang diterimanya
dari teman-temannya. Ini menandakan dulunya ia masih terpengaruh
teman sebaya yang membuat konsep dirinya mengarah kearah yang
negatif. Namun untuk memperbaiki itu semua dia mendapat dukungan
yang sangat banyak dari keluarganya salah satunya kakak perempuannya
yang sangat peduli untuk kesembuhan dirinya. Berangkat dari keperdulian
pihak keluarga inilah Kuntara sendiri bersedia untuk direhabilitasi di
lingkungan Medan Plus. Disini ia termasuk klien yang aktif dalam setiap
kegiatan dan tidak banyak mencari masalah. Hal ini juga dikarenakan ia
sudah mendapat bekal dan pemahaman-pemahaman yang cukup ketika
berada di dalam program dari konselornya apa yang mesti ia lakukan
untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Keseharian yang dulunya tidak
teratur ketika diluar, sudah mampu diperbaiki dengan adanya kegiatan
yang dibuat oleh pihak Medan Plus yang secara tidak langsung merubah
konsep dirinya dan mampu menentukan diri ideal yang cocok dengan
dirinya ketika ia akan keluar nanti. Berangkat dari pengalaman Kuntara
yang selalu dipandang sebelah mata ketika ia menggunakan narkoba di
lingkungan rumahnya ia juga berniat akan merubah persepsi itu dengan
merubah citra dirinya yang dulu dianggap negatif karena narkoba dengan
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya. Kedepannya
86
Universitas Sumatera Utara
ia ingin bekerja bersama kakaknya untuk merubah dirinya dengan hal-hal
yang bermanfaat dan kedepannya ia juga berharap tidak lagi terjebak oleh
narkoba karena ingin membanggakan orang tuanya dengan cara ia
mendapatkan perkerjaan. Dalam tahap ini ia sudah merubah padangan
tentang
dirinya tentang memakai narkoba itu menjadi solusi untuk
menghilangkan masalahnya,karena ia sadar memakai narkoba hanya akan
menghancurkan dirinya saja. Disini ia sudah mampu merubah dan
memperbaiki konsep dirinya menjadi lebih positif dengan terus berusaha
untuk pulih dan sembuh dari ketergantungan narkoba serta merubah
perilakunya yang dulu.
4. Dharma Gunawan
Sebelum direhabilitasi di Medan Plus, Ia menggunakan narkoba karena
dulunya ia suka ikut balapan liar, disini ia dipengaruhi oleh temannya
kalah tidak memakai sabu tidak keren. Awal mulanya disini lah ia mulai
terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba dan mulai menjerumuskan
konsep dirinya kearah yang salah. Karena pandangan tentang keren harus
memakai narkoba dan keseringan ikut balapan liar itulah yang membuat
dia semakin dalam terjebak kedalam narkoba dan sempat opname karena
penyalhgunaan narkoba. Atas saran dokter dan keluarga ia akhrinya
disarankan untuk direhabilitasi di Medan Plus. Setelah direhabilitasi dan
mengikuti program ia merasa bersyukur
masuk Medan Plus, karena
banyak perubahan yang diterimanya terutama tentang pandangan memakai
narkoba. Disini ia sadar bahwa keren itu tidak harus memakai narkoba,
87
Universitas Sumatera Utara
malah ketika memakai narkoba masa depan dan tubuh bisa berantakan
dibuat narkoba. Ia mendapat banyak informasi dan pemahaman tentang
penyalahgunaan narkoba dan sedikit demi sedikit ia merubah konsep
dirinya melalui sharing-sharing dengan penghuni lain serta konselor yang
ada di Medan Plus. Dititik ini ia sadar akan konsep dirinya dan ingin
memperbaiki dirinya dengan ikut aktif dalam program di Medan Plus. Dia
sudah dapat menentukan apa yang baik bagi dirinya kedepannya dengan
akan mencari kerja ketika akan keluar nanti, dan tidak ikut balapan liar
lagi untuk mempersempit dipengaruhi oleh temannya lagi untuk memakai
narkoba.
3.4
Faktor Pembentuk Konsep Diri Pecandu Narkoba di Klinik
Rehabilitasi Medan Plus
Individu semenjak lahir dan mulai tumbuh mula-mula mengenal dirinya
dengan mengenal dahulu orang lain. Saat kita masih kecil, orang penting yang
berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-saudara. Bagaimana orang lain
mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita, konsep diri dapat terbentuk
karena berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor
tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep
diri yang akan dikembangkan oleh individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri para pecandu yang berada di Medan Plus yaitu :
1. Keadaan fisik : Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu
dalam menumbuhkan konsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh
cenderung memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang
88
Universitas Sumatera Utara
keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga
dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
2. Kondisi keluarga : Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
membentuk konsep diri anak. Perlakuan - perlakuan yang diberikan orang
tua terhadap anak akan membekas hingga anak menjelang dewasa dan
membawa pengaruh terhadap konsep diri anak baik konsep diri ke arah
positif atau ke arah negatif. Cooper Smith dalam Clara R Pudjijogyanti
(1995: 30-31) menjelaskan bahwa kondisi keluarga yang buruk dapat
menyebabkan konsep diri yang rendah. Yang dimaksud dengan kondisi
keluarga yang buruk adalah tidak adanya pengertian antara orang tua dan
anak, tidak adanya keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua
yang menikah lagi, serta kurangnya sikap menerima dari orang tua
terhadap keberadaan anak-anak. Dalam hal ini informan yang bernama
Renaldy berada dalam situasi kelurga yang kurang harmonis dengan
ibunya, dikarenakan pasca ayahnya meninggal ia mulai terjebak dalam
pergaulan yang salah sehingga mulai menggunakan narkoba.
“aku pakai sabu pas ayahku meninggalnya bang, dulu pas ada
ayahku mana berani aku pakai sabu,soalnya ayahku keras
orangnya,ketat juga kalo soal begituan. Ma ma ku pun nggak tahu
kalo aku pakai sabu, soalnya dia (mamanya) juga gak merhatiin
kali”
Sedangkan kondisi keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya
intregitas dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota
keluarga. Adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang
orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap orang tua dapat
89
Universitas Sumatera Utara
dipercaya sebagai tokoh yang dapat mendukung dirinya dalam
memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Jadi kondisi keluarga yang sehat
dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta percaya diri dalam
mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai pembentuk kepribadiannya.
Dari keempat residen yang diwawancarai semuanya ketika sudah masuk
kedalam panti rehabilitasi Medan Plus dan sudah mengikuti program sadar
akan kesalahan
mereka karena menggunakan sabu – sabu, dukungan
keluarga juga yang membantu mereka dapat membangun konsep dirinya
agar dapat pulih dari ketergantunga narkoba. Karena keluarga juga
merupakan faktor penting dalam pross pemulihan ketergantungan dan
pembentukan kembali konsep diri pengguna narkoba.
3. Reaksi orang lain terhadap individu : Dalam kehidupan sehari-hari, orang
akan memandang individu sesuai dengan pola perilaku yang ditunjukkan
individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin Rakhmat, 1996: 101)
menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi
karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan
menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri
kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung akan membenci
diri kita. Dalam hal ini semua informan mengalami dijauhi oleh orang
sekitar dianggap remeh, ataupun dipandang sebelah mata karena mereka
sudah dicap sebagai pemakai
narkoba oleh sebagian besar tetangga
bahkan keluarganya. Hal ini yang diutarakan oleh informan yang bernama
Jontra.
90
Universitas Sumatera Utara
“kalau aku lewat didepan tetangga ku bang, pasti aku digosipin
sma orang itu kalo aku pakai narkoba lah, maling lah, gadai
barang – barang dirumahku lah, tapi aku nggak perduli sama
orang itu. Yang penting aku pakai sabu, terus masalah ku ilang.
Kalau soal orang itu nggak urus ku lah bang. “
4. Tuntutan orang tua terhadap anak : Pada umumnya orang tua selalu
menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat diharapkan oleh
mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan
hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak.
Selain itu sikap orang tua yang berlebihan dalam melindungi anak akan
menyebabkan anak tidak dapat berkembang dan mengakibatkan anak
menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang
rendah.
5. Jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi : Konsep diri dapat
dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Clara R Pudjijogyanti (1995: 29)
memberikan pendapatnya melalui penelitian-penelitian para ahli bahwa
berbagai hasil penelitian yang dilakukan tersebut membuktikan bahwa
kelompok ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi rendah cenderung
mempunyai konsep diri yang rendah dibandingkan dengan kelompok ras
mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu untuk jenis
kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang bersumber dari keadaan
fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber
dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain, wanita akan
91
Universitas Sumatera Utara
bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar pada citra
kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing.
6. Keberhasilan dan kegagalan : Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh
keberhasilan atau kegagalan yang telah dialaminya. Keberhasilan dan
kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya dan ini
berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya.
Keberhasilan akan mewujudkan suatu perasaan bangga dan puas akan
hasil yang telah dicapai dan sebaliknya rasa frustasi bila menjadi gagal.
7. Orang-orang yang dekat dengan kita : Tidak semua individu mempunyai
pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh,
yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu yang disebut
significant others, yaitu orang lain yang sangat penting. Mereka adalah
orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Dari
mereka secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman,
pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri
secara positif. Hal ini juga tergambarkan dalam situasi 2 informan saya
yaitu yang pertama Renaldy, setelah masuk kedalam program Medan Plus
hubuang dia dan orang tuanya jadi membaik dukungan juga banyak
muncul dari teman – temannya, mamanya serta konselor yang ditunjuk
oleh Medan Plus.
“nanti kalau aku udah selesai program disini (Medan Plus), mama nawarin
masuk sekolah konselor itu juga dapat masukan dari konselor ku bang, jadi nanti
kau mau sekolah konselor dulu setelah keluar dari sini. Aku mau berubah
bang,Nggak bakalan lagi kusia - siain waktu ku cuman buat pakai narkoba lagi,
lebih bagus aku sekolah konselor terus nanti aku bisa sharing – sharing
pengalaman
92
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
LINGKUNGAN SOSIAL PENGGUNA NARKOBA YANG
DIREHABILITASI DI MEDAN PLUS
4.1
Lingkungan Sosial Pengguna Narkoba
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta
perubahan-perubaha
Konsep Diri Pengguna Narkoba
3.1
Riwayat singkat Informan
3.1.1
Fitra Nugraha (Informan I)
Bro fitra adalah salah satu pegawai di Medan Plus. Ia merupakan salah
satu staf konselor di rumah pemulihan Medan Plus. Ia lahir pada tanggal 2 april
1992 dikota Medan dan sekarang berusia 24 tahun dan pendidikan Bro Fitra
sebelum pendapat Pelatihan menjadi konselor adalah Sekolah Menengah Atas
(SMA) . Bro Fitra pernah menjadi pengguna narkoba tahun 2012 dan direhab di
Lido, dulu sebelum menggunakan narkoba ia tergolong anak muda yang baik dan
berada di pergaulan yang baik pula, namun setelah ia masuk disekolah
penerbangan beberapa semester,namun ketika akan melakukan penerbangannya
yang pertama, ia dipaksa oleh seniornya menggunakan sabu untuk terbang ke
solo,karena takut dia terpaksa memakainya. Sejak saat itu ia aktif menggunakan
narkoba jenis sabu-sabu sekitar kurang lebih 3 tahun. Namun setelah sadar akan
bahaya dan dampak yang ditimbulkan narkoba Bro.Fitra bertekad untuk pulih dan
berhadap bisa mengabil pelajaran dari apa yang selama ini dilakukannya. Setelah
terbebas dan bersih dari penyalahgunaan narkoba ia menjadi Volunteer di Medan
Plus dan menjadi staf konselor. Tugas utama Bro Fitra tentu memberikan
konseling kepada residen, serta juga bertugas sebagai incharge (orang atau staf
medan plus yang menjalankan rumah dan mengawasi seluruh residen). Ia
melakukan tugasnya sebagai konselor dan inchage
1
1
itu menerapkan sikap
Incharge adalah pegawai Medan Plus yang bertanggung jawab dan mengawasi rumah pemulihan.
62
Universitas Sumatera Utara
kedisiplinan pada segala aspek, pola hidup sehat, dan kerapian pada setiap residen
ketika menjalani program dan konseling.
Bro Fitra ini orangnya tegas terhadap residen agar setiap residen,
mengikuti setiap program dengan baik dan benar. Ketika menjadi konselor, bro
fitra mengusahakan hubungan dengan residen itu tidak formal,biasanya dengan
mengajak mengobrol atau sesekali memberikan rokok agar residen yang
konseling dengan dia lebih bisa terbuka lagi dalam menceritakan masalahnya. Jadi
residen dan staf konselor khususnya Bro Fitra seperti teman yang saling
mensuport dan sama – sama mencari solusinya ketika ada masalah. Kata Bro Fitra
ada hal yang menghambat ketika residen sudah direhabilitasi di medan Plus,
“kurang kerjasama keluarga klien, keluarga klien masih takut terhadap
anaknya. Menurut kami si.anak udah bisa pulang nih, tapi keluarga masih
takut anaknya makek lagi,kalo begini kapan lagi orang tua ngasih
kepercayaan sama anaknya”
Jadi solusi yang diberikan oleh Medan Plus khusunya staf konselor yaitu dengan
mempertemukan residen, keluarga, dan konselor lalu menceritakan kemajuan dan
perkembangan residen tersebut selama direhabilitasi di Medan Plus agar keluarga
percaya lagi bahwa residen tersebut sudah mulai pulih terhadap penggunaan
narkoba. Kedepannya Bro. Fitra berhadap dapat membantu lebih banyak lagi
pengguna narkoba yang sudah terjebak lebih dalam terhadap penyalahgunaan
narkoba.
Ia
berkeinginan
dapat
membantu
mereka
agar
pulih
dari
ketergantungnnya, karena Bro. Fitra tahu betul seperti apa sakitnya ketika sudah
terjebak oleh narkoba dan banyak dijauhi oleh teman – teman terdekat bahkan
dijauhi keluarg sendiri. Serta dapat memberdayakan mereka agar ketika keluar
63
Universitas Sumatera Utara
dari Medan Plus dapat mandiri mengembangkan potensi dirinya dan tidak terjebak
lagi kedalam penyalahgunaan narkoba.
3.1.2
Muhammad Faisal (Informan II)
Bro Faisal adalah salah satu pegawai di Medan Plus. Ia merupakan staf
program di rumah pemulihan Medan Plus. Ia lahir pada tanggal 20 juni 1980 di
kota Tanjung Pura. Bro Faisal saat ini berusia 36 tahun dan pendidikan terakhir
yang diterima Bro Faisal sebelum mendapat kan Pelatihan tentang Narkoba dan
aktif menjadi staf di Medan Plus yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Bro
Faisal juga merupakan staf yang dulunya juga pernah menggunakan narkoba
kurang lebih selama 5 tahun. Sebelum terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba
dulunya Bro.Faisal biasa seperti kebanyakan anak muda lainya. Namun pengaruh
teman yang mengajaknya untuk mencoba – coba narkoba dengan alasan tidak
keren kalau tidak pakai narkoba, disitu lah awal mula dia terjebak kedalam
penyalahguanaan narkoba. Setelah terjebak kedalam narkoba dia menjadi tertutup,
barang apapun yang bisa digadai akan digadaikan demi mendapatkan narkoba.
Namun pada satu waktu dia sadar mau sampai kapan dia menggunkan narkoba,
waktu terbuang sia – sia dan tubuh juga akan rusak. Mulai saat itu ia mulai
bertekad untuk pulih dari ketergantungan narkoba khususnya sabu, setelah
beberapa tahun pulih dan mengikuti program rehabilitasi Bro.Faisal mencoba
untuk memfokuskan membantu orang – orang yang bernasib sama dengan dia,
membantu dan mendukung mereka untuk pulih dari ketergantungannya dan
merubah konsep dirinya agar mampu dan tidak minder melanjutkan kehidupannya
64
Universitas Sumatera Utara
yang lebih berguna lagi. Oleh karena itu ia mengikuti pelatihan menjadi volunteer
serta akhirnya menjadi pegawai di Medan Plus dan ditunjuk sebagai staf program.
Staf program ini bertugas mengawasi, menyusun, dan menjalankan
program untuk para residen yang ada di rumah pemulihan. Pada sesi seminar staf
program ini juga membawakan materinya lalu dijelaskan kepada para residen,
serta memastikan program yang dibuat itu berjalan tepat waktu sesuai dengan
jadwal harian. Staf program ini juga yang memberikan pemahaman tentang
bahaya narkoba, dari penjelasan staf program ini disesi seminar diharapkan para
residen paham tentang bahaya narkoba, cara menanganinya, dan cara agar tidak
terjebak lagi. Dengan pribadi yang sudah bersih dan pulih dari ketergantungan
narkoba Bro.Faisal sudah banyak berubah dari yang dulunya tertutup dikarenakan
masih memakai narkoba, dan sekarang lebih terbuka dan lebih berani berpendapat
untuk mengaspirasikan tentang pemulihan ketergantungan narkoba. Dia sukses
merubah konsep dirinya menjadi lebih baik dan berhasil keluar dari jerat narkoba.
Bro.Faisal berharap kedepannya ia dapat banyak membantu proses pemulihan
orang-orang yang terkena narkoba, karena mereka butuh dukungan yang besar
untuk pulih bukan hanya dari keluarga tetapi dari orang yang berada disekitanya.
3.1.3
Ahmad Lutfhi Syahputra (Informan III)
Bro Lutfhi adalah salah satu pegawai Medan Plus. ia merupakan staf
konselor di rumah pemulihan Medan Plus. Bro Lutfhi ini merupakan staf termuda
diantara staf yang ada di Medan Plus. Ia lahir pada tanggal 28 Agustus tahun 1994
dan sekarang sudah berumur 22 tahun, pendidikan terakhir yaitu Sekolah
Menengah Atas (SMA). Ia termasuk salah satu konselor yang diutus oleh dinas
65
Universitas Sumatera Utara
sosial untuk bertugas di rumah pemulihan Medan Plus. Tugas pelaksanaan Bro
Lutfhi yang ia prioritaskan adalah mengembalikan paradigma pecandu menjadi
berkualitas. Ia menekankan pada pembentukan moral si.pecandu untuk diperbaiki
agar terbebas dari stigma – stigma negatif yang beredar di masyarakat. Tugas Bro
Lutfhi sebagai konselor itu lebih kearah individual konseling, agar si.pecandu dan
konselornya dapat membina hubungan yang baik, yang selanjutnya dapat
berpengaruh kepada proses penyembuhan si.pecandu. Pendekatan yang dilakukan
Bro Lutfhi ini lebih kearah pendekatan emosional agar si.pecandu dapat
mengungkapkan keluh kesanya dengan jujur, jadi si.pecandu tidak menjadi
tertutup terhadap masalah yang dihadapinya.
Konselor hadir untuk membantu mencari solusi bersama agar masalah
si.pecandu dapat terselesaikan. Dalam masa penyembuhan, konselor akan
memberikan banyak sekali ilmu kepada residen guna mencegah relaps (kambuh).
Ilmu yang diberikan adalah seputar pencegahan kekambuhan seperti pengetahuan
adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba sampai efek yang ditimbukan serta
dampaknya, cara pencegahan relaps (kambuh) seperti tidak berkumpul dengan
lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan seperti pola makan, pola tidur,
dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya saat residen merasa
dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah selesai direhabilitasi, saat
seperti ini orang yang terdekatnya misalnya seperti keluarga harus membantu
mengalihkan pikiran residen pada hal-hal yang bermanfaat jangan sampai residen
berpikiran atau tersugest untuk menggunakan narkoba lagi. Rangkul lah residen
untuk mengikuti kegiatan – kegiatan yang bermanfaat terutama yang membangun
66
Universitas Sumatera Utara
konsep diri agar tidak terjebak lagi dalam penyalahgunaan narkoba yang membuat
dirinya hancur.
3.1.4
Jontra Alexander Sinaga (Informan IV)
Jontra adalah salah satu residen di rumah pemulihan Medan Plus. Ia lahir
pada tanggal 21 januari 1997 di kota Medan. Ia sekarang berusia 20 tahun dan
pendidikan terakhir yang sudah dienyamnya yaitu Sekolah Menengah Atas
(SMA). Ia menjadi residen di rumah pemulihan Medan Plus sudah 3 bulan.
Sebelumnya ia menggunakan jenis narkoba sabu – sabu. Dulu ketika sebelum
memakai sabu dan itu waktu jaman di SMP dia tidak mengenal narkoba dan jauh
dari hal – hal seperti itu. Belum terpengaruh yang namanya narkoba namun
menginjak waktu SMA ia mulai perlahan-lahan terjebak oleh ajakan temannya. Ia
memakai narkoba awalnya karena diajak oleh teman – temannya yang ada
dilingkungan tempat tinggalnya. Awalnya ia tidak tahu mau ngapain diajak oleh
temannya ke sebuah rumah kosong, barulah ketika dirumah kosong itu, ia ditawari
memakai sabu – sabu. Dimulai dari situ ia terjebak kedalam penyalahgunaan
narkoba. Ia menuturkan bahwa ketika memakai sabu badan akan terasa on
terus,dan tidak ada capeknya, tapi ketika efek sabu sudah hilang, badan akan
terasa lemas, dan serasa ingin tidur saja. Ia memakai sabu sudah hampir satu
setengah tahun,tepatnya pada jaman dia masi di sekolah menengah atas (SMA).
Semua barang berharga dirumahnya, termasuk motor sudah dijual hanya untuk
membeli sabu-sabu , bahkan ia juga pernah mencuri karena sudah kehabisan uang
untuk membeli sabu.
67
Universitas Sumatera Utara
Orang tua ia juga mulai curiga ketika barang – barang dirumahnya sudah
tidak ada, motor yang dibelikan juga sudah tidak kelihatan lagi serta pola hidup
anaknya yang tidak karuan/teratur. Setelah ditelusuri oleh orang tuanya bahwa ia
menggunakan sabu – sabu bersama anaknya, selanjutnya ketika ketahuan
memakai sabu, ornag tuanya langsung memberi langkah tegas dengan
memasukannya ke tempat rehabilitasi Medan Plus. Akhirnya ia masuk ke
rehabilitasi Medan Plus tepat pada tanggal 28 november 2016. Pada awalnya ia
masuk ke rumah pemulihan medan plus ia tentu menolak tetapi karena dipaksa
oleh orang tua mau tidak mau ia harus direhab di Medan Plus. Diawal program ia
hanya sekedar mengikuti saja dan tidak peduli terhadap program. Tetapi setelah
diberi pengetahuan tentang bahayanya narkoba, apa efeknya kalau terjebak lagi
kedalam penyalahgunaan narkoba, perlahan – lahan ia mulai sadar dan harus
berubah. Karena ketika ia masih memakai narkoba, ia juga dijauhi oleh teman –
temannya tetangga dilingkungan sekitarnya bahkan saudara – saudara nya
memandang ia sebelah mata. Orang tuanya juga sudah tidak percaya lagi padanya
karena barang – barang dirumahnya sudah dijual hanya untuk memakai narkoba.
Ia berada di Medan Plus,banyak perubahan yang terjadi didalam dirinya yang
dudlu ketika masih menggunakan narkoba makan tidak teratur, istrahat tidak
teratur, ketika berada di Medan Plus, semuanya mulai dikontrol untuk diperbaiki
dan bisa hidup teratur lagi. Napsu akan menggunakan narkoba juga mulai pudar
karena diberikan penjelasan tentang bahayanya dan efeknya bagi kehidupan dia
kedepannya. Jontra ini juga sempat menjadi Chief, chief itu petugas yang
mengontrol dan mengawasi semua residen untuk mengikuti kegiatan, atau dengan
68
Universitas Sumatera Utara
kata lain bisa juga disebut ketua kelasnya. Ia berharap kedepannya ketika ia sudah
selesai mengikuti program dari Medan Plus dan pulang kerumah ia mau merantau
“ aku mau merantau aja pas keluar dari sini (Medan Plus), kalo aku
pulang kerumah main – main disitu lagi, pasti aku jatuh lagi, karena kan
kawan – kawanku disitu kalo makek, pasti ngajak aku, makannya aku mau
merantau aja, carik kerja bagus – bagus”
Menurut penulis penyebab utama ia menjadi pengguna nakoba akibat pengaruh
buruk teman sebayanya. Oleh karena itu ia mengambil langkah yang sangat tepat
untuk merantau agar tidak lagi jatuh kedalam penyalahgunaan narkoba. Disisi ini
dia punya kemauan untuk pulih dari ketergantuangannya dan siap untuk merubah
segala perilaku buruk ketika memakai narkoba. Disini setelah mengikuti program
banyak perubahan dalam dirinya. Dia juga sudah merubah konsep dirinya yang
dulu nya kearah negatif sekarang sudah mengarah kearah yang positif.
Kedepannya ia lebih terlihat percaya diri dan aktif dalam setiap kegiatan, serta
mampu mencari solusi bagi dirinya ketika ia akan selesai program nanti.
Dibandingkan ketika dia baru masuk tingkat percaya dirinya masih rendah dan
masih hanya sekedar ikut tetapi tidak aktif dalam setiap sesi. Disini mulai nampak
perubahan yang diberikan oleh program-program yang ada di Medan Plus mampu
merubah sedikit demi sedikit konsep diri mereka mengarah kearah yang lebih
positif lagi.
3.1.5
Renaldy Marbun (Informan V)
Aldy adalah salah satu residen di rumah pemulihan Medan Plus, ia lahir
pada tanggal 2 febuari 1998 di Rantau Prapat. Sekarang ia sudah berusia 19 tahun
dan Pendidikan Terakhirnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), sempat
melanjutkan kejenjang perkuliahan namun, berhenti ditengah jalan karena
69
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba ini. Ia sudah 3 setengah bulan menjadi residen di rumah
pemulihan Medan Plus. Sebelumnya ia menggunakan narkoba seperti, pil ekstasi,
sabu – sabu, heroin, serta juga meminum minuman keras. Ia menuturkan sebelum
terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba, awalnya pada saat berada di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) ia jauh dari yang namanya narkoba, bahkan merokok
pun tidak. Artinya dulu sewaktu SMP dia masih terkontrol dan masih mempunyai
konsep diri yang positif jauh dari hal-hal mengenai narkoba. Namun ketika salah
satu orang tuanya meninggal dunia, yaitu ayahhnya, kehidupan pergaulannya
menjadi bebas. Sejak ayahnya meninggal arah pergaulannya juga menjadi tidak
terkontrol lagi, padahal ketika ayahnya masih ada arah pergaulan dia terarah
bahkan ketat, tetapi sejak ayahnya meninggal yang mengawasi pergaulan dia
menjadi tidak ada. Pengaruh lingkungan juga membuat dia terjebak memakai
narkoba, karena teman – temannya yang memakai narkoba. Biasanya ketika ia
memakai narkoba bersama teman – temannya mereka memakai di rumahnya.
Renaldy ini juga pernah menjadi kurir narkoba jenis sabu – sabu, ia mengambil
sabu – sabu dari medan dan disebar di sekitaran kota Rantau Perapat. Ia juga
sempat kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di kota Medan,
namun tidak sanggup melanjutkan karena sudah terjebak terlalu jauh dalam
penyalahgunaan narkoba. Disini ketika sudah terjebak narkoba otomatis konsep
dirinya berubah kearah yang negatif karena tejebak pergaulan bebas dan situasi
keluarga yang tidak mendukung pada saat itu kehilangan seorang sosok ayah.
Ketika
terjebak
narkoba
mengontrol
emosi
sudah
dikendalikan,
tidak
70
Universitas Sumatera Utara
memperdulikan orang sekitar, yang penting dia memakai narkoba dan tidak ada
yang mengganggu dia.
Pada saat masuk kerehabilitasi Medan Plus, sebenarnya ia tidak tahu kalau
akan dimasukan ke klinik rehabilitasi Medan Plus, ia diintervensi oleh orang
tuanya, lalu melaporkan ke pihak Medan Plus. Selanjutnya pihak Medan Plus
menjemput ia langsung di kota Rantau Prapat. Awalnya ia menolak seperti residen
lainnya. Namun ketika mengikuti program dan banyak juga mendapat masukan
dari konselornya, ia sadar harus berubah. Menurutnya banyak sekali manfaat yang
ia terima ketika berada di Medan Plus, walaupun pada awalnya ia menolak
“disini aku bang,, bisa ngontrol tingkah laku awak. Karena kalau diluar
ada kawan bikin nggak senang aja, langsung kuajak main (berkelahi).
Terus disini juga diajarin ngontrol emosi juga bang, jadi nggak bisa suka
– suka kalau aku nggak senang sama orang”
Banyak perubahan yang ia terima dari mengikuti program yang ada di Medan
Plus. Mulai dari fisik banyak berubah, mental ia yang dulunya tertutup sekarang
menjadi lebih terbuka dan jujur kepada orang lain, lebih berani berbicara
mengemukakan pendapatnya. Tetapi ada juga kesulitan yang dihadapinya yaitu
kadang sulit beradaptasi dengan residen lainnya, karena banyak sifat – sifat
residen lainnya yang tidak cocok dengannya. Soal moral dan spiritual ia juga
banyak berubah.
“dulu dirumah, sholat lima waktu aja nggak pernah, apa lagi aku sholat
jumat bang. Tapi alhamdulillah disini ibadah ku nggak pernah tingga.
Emosi ku juga uda stabil nggak kaya diluar dulu, nggak karuan kalau
suasana hati lagi nggak bagus.”
Harapan Renaldy ketika ia sudah selesai mengikuti program dan sudah keluar dari
panti rehabilitasi Medan Plus, ia berharap tidak lagi terjebak dalam
71
Universitas Sumatera Utara
penyalahgunaan narkoba. Atas saran dari konselornya juga ia mau sekolah di
sekolah konselor yang ada di kota Bogor. Ia juga berharap kepada temannya yang
masih memakai narkoba untuk segera berhenti, karena ketika terus memakai
narkoba masa depan mereka menjadi tidak jelas.
3.1.6
Kuntara (Informan VI )
Kuntara adalah salah satu residen di rumah peulihan Medan Plus, Ia lahir
pada tanggal 13 april 1996 di kota Medan. Sekarang ia berusia 21 tahun dan
pendidikan terakhir yang ia dapatkan yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia
berada di klinik Pemulihan Medan Plus sudah tiga bulan, sebelumnya ia
menggunakan sabu – sabu. Kuntara ini menggunakan sabu – sabu karena
beberapa alasan diantaranya yaitu, karena ingin senang, dan utuk meredakan
masalah – masalah yang ada di rumahnya, serta ditawari beberapa temannya juga.
Ia memakai narkoba biasanya sendiri, namun terkadang juga memakai bersama
temannya. Tempat ia menggunakan narkoba biasanya di dalam rumah,
sebelumnya ia tidak mengetahui dampak negatif dan bahaya dari penggunaan
narkoba ini. Yang paling penting baginya, memakai sabu - sabu itu enak, beban
masalah jadi hilang, suasana pun jadi enak. Padahal efeknya bagi kesehatan dan
masa depannya sangat berbahaya.
Namun setelah masuk di rumah pemulihan Medan Plus, ikut dalam
program dan banyak mendapat materi – materi tentang bahayanya narkobadari
sesi – sesi seminar yang dibawakan oleh staf, ia sadar bahwa efeknya sangat
berbahaya bagi tubuh dan otak.
“jadi pas masuk sini (Medan Plus), aku baru tahu bang, kalau pakai
nrkoba itu ngerusak ratusan saraf pusat di otak. Jadi kedepannya aku
72
Universitas Sumatera Utara
takut makai sabu lagi. Nanti kalau aku pakai terus gerot pulak nanti aku
bang. “
Ia masuk kerumah pemulihan Medan Plus karena usulan dari kakaknya.
Karena kepedulian dari kakaknya ia diusulkan untuk di rehab di Medan Plus.
Namun orang tua Kuntara awalnya marah, karena dimasukan ke dalam Medan
Plus, karena Kuntara ini yang menjaga ibunya sedangkan ayahnya sudah
meninggal. Jadi ia yang menjaga ibunya, sedangkan kakaknya sibuk kerja. Namun
demi kebaikan Kuntara orang tuanya mengijinkan ia direhab di Medan Plus.
Ia berharap ketika berada di Medan Plus, ia baik – baik saja sampai selesai
program, dan kedepannya bisa terus recovery untuk pemulihan bebas dari
penyalahgunaan narkoba. Banyak perubahan yang ia dapat ketika berada di
Medan Plus, biasanya kalau diluar pola hidupnya tidak teratur ketika di Medan
Plus sudah mulai teratur, seperti bangun pagi, sarapan, ibadah, dan lain
sebagainya.Seperti pengguna narkoba lainnya ketika berada dilingkungan
sosialnya, banyak yang memandang sebelah mata. Kuntara ini pun begitu juga
dilingkungnnya ia seperti dikucilkan oleh tetangga di rumahnya. Sehingga ia pun
menjadi minder.
“aku kalau naik kereta atau jalan kaki lewat di dekat rumah ku, kadang
ada tetangga ngeliat pasti digosipin aku ba ng. Kadang ngeliatnya juga
macem ngerendahin gitu. Respon orang itu kadang bikin aku minder bang
“
3.1.7
Dharma Gunawan (Informan VII )
Dharma adalah salah satu residen di rumah pemulihan Medan Plus, ia lahir
pada tanggal 31 juli 1996 di Sibiru – biru. Sekarang ia berusia 21 tahun dan
pendidikan terakhir yang ia dapatkan yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Ia
73
Universitas Sumatera Utara
berada di klinik pemulihan Medan Plus sudah hampir tiga setengah bulan,
sebelumnya ia menggunakan sabu – sabu karena berada dalam lingkungan yang
suka ikut balapan liar dan juga ada dari ajakan atau dorongan teman – temannya
untuk memakai sabu. Ia menggunakan sabu sejak tahun 2014, hingga tahun 2016
akhir lalu dibawa oleh keluarganya ke klinik pemulihan Medan Plus berdasarkan
arahan dokter serta kemauan dari keluarga. Ia menceritakan bahwa ia pernah
overdosis hingga opname, dan solusi dari dokter serta persetujuan dari
keluarganya
ia
harus
dibawa
ketempat
rehabilitasi
agar
memulihkan
ketergantungannya terhadap narkoba khususnya pada sabu – sabu. Dharma
mengaku sudah jera menggunakan sabu, terlebih sampai dirawat dirumah sakit.
Dan dia merasa bersyukur bisa direhabilitasi di Medan Plus, karena banyak
perubahan yang diterimanya sejak ia masuk dan mengikuti program di Medan
Plus.
“bagus lah aku masuk sini (Medan Plus) bang, kalo nggak dibawak sama
mamak bapak ku kesini, mungkin aku udah jadi orang gila di luar sana.
Keliling – keliling nggak jelas di pinggir jalan kaya orang stres”
Memang pada awalnya ia bergabung dengan program di Medan Plus
menolak dan agak canggung, karena merasa belum kenal dengan residen lainnya.
Namun ketika sudah akrab dan paham tentang program yang diberikan oleh staf
Medan Plus, ia bertekad untuk pulih dari ketergantungnnya terhadap narkoba dan
kembali ke lingkungan keluarganya dan dapat mencari kerja dan berharap tidak
terjebak lagi untuk kedua kalinya. Dharma juga menceritakan bahwa sikap dan
perilaku konselor yang perhatian, tegas, dan tidak menghakimi ketika ia bercerita
tentang keluh kesahnya ketika diluar pada saat dia memakai narkoba adalah hal
74
Universitas Sumatera Utara
yang membuatnya merasa nyaman untuk jujur dan lebih terbuka untuk sharing
berbagai masalah dengan konselornya. Kedekatan residen dan konselornya
masing – masing sudah seperti teman, sehingga tidak canggung untuk bercerita.
Kebanyakan Konselor di Medan Plus juga merupakan mantan pengguna narkoba
yang sudah pulih dan mendapat pelatihan menjadi konselor, jadi mereka paham
akan segala keluh kesah yang residen ceritakan karena dulunya mereka juga
berada di posisi residen. Dharma juga sering mendapatkan pesan – pesan motivasi
dari konselornya.
“aku kadang sering dikasi masukan apa lagi motivasi dari konselor ku
bang, jadi pas mereka cerita aku juga kadang sering sadar juga. Aku
masih muda masak mau ngebuang waktu cuman buat make narkoba aja.
Masa depanku kan masih panjang dan masih bisa berubah buat jadi lebih
baik lagi.”
3.2
Hal-hal yang dilakukan Medan Plus dan Pegawai dalam Revitalisasi
Konsep Diri Pecandu Narkoba
Untuk menumbuh kembangkan konsep diri yang positif banyak cara yang
dipakai oleh klinik rehabilitasi Medan Plus, salah satu cara metode yang dipakai
oleh Medan Plus dalam menumbuh kembangkan konsep diri para pecandu adalah
dengan menggunakan Metode Terapi Komunitas (Therapeutic Community).
Metode ini menekan kan pada aktifnya interaksi pecandu dalam setiap sesi yang
dibuat oleh pihak Medan Plus, sehingga mereka dapat fokus dengan grup atau
komunitas yang ada disekitar mereka agar dapat merubah kebiasaan-kebiasaan
mereka yang lama menjadi lebih produktif dan positif. Terapi komunitas ini
terdiri dari staf yang pernah mengalami rasa sakit dan memiliki perilaku yang
timbul akibat ketergantungan narkoba, namun telah mampu dan mengetahui cara
75
Universitas Sumatera Utara
mengatasinya serta telah melalui pendidikan dan pelatihan khusus yang
memenuhi syarat dan konselor. Tenaga professional hanya sebagai konsultan saja.
Di lingkungan khusus ini Pecandu di Medan Plus dilatih ketrampilan mengelola
waktu dan perilaku secara efektif serta kehidupan sehari-hari, sehingga dapat
mengatasi keinginan mengonsumsi narkoba. Dalam komunitas ini semua aktif
dalam proses terapi jadi semua diwajibkan berinteraksi dan memberikan pendapat
nya ketika berada di dalam sesi. Medan Plus melakukan pendekatan behavioral
dalam mengubah suatu perilaku dan Konsep Diri pecandu dimana berlaku 2
sistem yaitu :
1. Reward (penghargaan/penguatan), dengan sistem reward ini diharapkan
pecandu yang berada di Medan Plus dapat menentukan self ideal bagi dirinya
ketika diberikan suatu penghargaan, yang akhirnya merujuknya kepada perubahan
konsep dirinya yang lebih baik. Reward ini bisa berupa dia dipilih menjadi chief,
head kitchen, atau pun head laundry.
2. Punishment (hukuman). Dengan sistem ini diharapkan dapat memperbaiki Citra
Diri dan Jati Diri dia yang keliru ketika ia mendapat hukuman ketika melakukan
kesalahan. Sehingga kedepannya dia dapat menentukan bagaimana yang terbaik
bagi dirinya dengan tidak melakukan kesalahan lagi dan mulai berubah untuk
memperbaiki dirinya dan konsep dirinya setelah mendapatkan hukuman tersebut.
Selain itu digunakan juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok
dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilakunya yang dulu. Melalui
kelompok ini para pecandu di Medan Plus diajarkan untuk saling Perduli sesama
satu kelompoknya untuk mendukung dan menguatkan mereka bersama-sama
76
Universitas Sumatera Utara
untuk sembuh dan merubah konsep dirinya. Untuk membentuk konsep diri para
pecandu, Medan Plus juga melakukan beberapa hal yang bertujuan untuk
mengarahkan mereka untuk membentuk konsep dirinya berdasarkan metode terapi
komunitas ini yaitu :
1. Perbaikan Tingkah Laku Sehari-hari
Setiap hari, residen diharuskan beraktivitas mengikuti jadwal yang telah
ditentukan, kecuali ada kendala seperti residen dalam keadaan sakit. Setiap
kegiatan sudah dijadwal secara padat dan teratur. Tujuannya agar mereka
diberi kesibukan sehingga tidak memiliki waktu untuk berdiam diri dan
berkhayal tentang memakai narkoba. Semua aktivitas dilakukan secara
bersama – sama, antara para kedisiplinan dan rasa kebersamaan dalam
suatu komunitas.
2. Pertemuan
Pertemuan ini dibedakan lagi menjadi 4 macam yaitu :
a. Morning Meeting
Kegiatan yang bersifat formal dilakukan pada pagi hari tepatnya jam 9.00
wib, sesudah makan, selama 30-45 menit. Kegiatan ini diikuti oleh staf
dan residen, kemudian mengucapkan moto hidup dari terapi komunitas
yang ada di Medan Plus agar memberi semangat dan bebas dari
ketergantungan narkoba. Yang di bahas dalam Morning Meeting ini ada
sekitaran lingkungan rymah pemulihan Medan Plus seperti, request
fasilitas, angkat awareness, isu, saran, full up dan lain sebgainya. Tujuan
kegiatan ini yaitu mempengaruhi aspek psikologi, dengan mengawali hari
77
Universitas Sumatera Utara
dengan baik, meningkatkan rasa keakraban dan persaudaraan dalam
komunitas dan yang terutama adalah memotivasi agar aktivitas sepanjang
hari dapat berlangsung dengan baik.
b. Seminar
Pertemuan formal yang dilakukan setiap sore selama 60-90 menit.,
biasanya diadakan pada dua kali sehari pada jam 12 dan jam 2 siang.
Kegiatan seminar dilakukan untuk mengasah kemampuan mendengarkan,
berbicara dan memperhatikan. Pada kegiatan ini para residen diberikan
pemahaman
tentang
bahaya
narkoba,
bagaimana
menghindarinya,bagaimana agar tidak terjebak lagi, dan lain sebagainya
yang pada dasarnya memberikan informasi bahaya tentang narkoba. Pada
kegiatan ini pasien diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapat
secara bebas sehingga merangsang kemampuan berkomunikasi dan
berinteraks. Tujuan seminar adalah sebagai stimulasi intelektual, yaitu
merangsang kreatifitas untuk memberi ide dan tanggapan terhadap hal-hal
yang baru, dan membentuk pola berpikir yang benar dan sarana
berinteraksi sosial serta merupakan pastisipasi aktif dalam kegiatan
berkomunikasi. Penataan ruang biasanya disusun seperti susunan ruang
kelas agar terkesan formal
c. Wrap Up
Pertemuan yang dilakukan setiap malam hari, setelah makan malam. Sifat
pertemuan lebih akrab. Lama pertemuan sekitar 45-60 menit dan
dilakukan sekitar jam 9 malam. Situasi pada saat pertemuan adalah residen
78
Universitas Sumatera Utara
dalam keadaan santai, duduk tenang, pasif atau cenderung mendengarkan.
Tujuan wrap up ini adalah mengevaluasi semua kegiatan yang telah
dilakukan sepanjang hari, baik yang positif maupun yang negatif.
d. General Meeting
Pertemuan ini bersifat santai namun kekeluargaan. Lama pertemuan tidak
ditentukan. Tujuanya merayakan hal-hal yang membaanggakan atas
prestasi residen sehingga memotivasi dan meningkatkan kesadaran untuk
berperilaku positif.. Hal ini akan meningkatkan rasa percaya diri
merupakan bagian yang sangat berarti bagi proses kesembuhan dan
pembentukan konsep diri yang lebih baik, terutama dalam pembentukan
citra diri masing-masing pecandu yang ada di Medan Plus.
3. Permainan
Berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama
dalam kelompok, mengasah kreativitas dan intelektual, mengembangkan
kemampuan untuk mengungapkan pendapat dan lain-lain. Disini salah satu
permainan yang dibuat oleh Medan Plus yaitu seperti Jaring Laba-laba,
jadi seluruh residen dibuat kedalam beberapa grup kecil dan tiap grup
dipilih 1 orang untuk melewati jaring tersebut tetapi tidak boleh
menyentuh jaring tersebut sedikit pun, disini mereka harus bekerja sama
dalam menentukan cara yang terbaik untuk melewati jaring tersebut.
4. Beribadah
Perbaikan mental spiritual sangat dibutuhkan oleh Pecandu. Memiliki
hubungan yang dekat dengan Tuhan dapat membantu pasien dalam
79
Universitas Sumatera Utara
mengendalikan perilaku dan pola berpikir. Beribadah secara rutin akan
dapat membantu proses penyembuhan. Kegiatan beribadah dilakukan
bersama-sama.
5. Ketrampilan untuk bertahan mandiri
Pelatihan yang diberikan untuk mampu bertahan mandiri lepas dari
ketergantungan narkoba dengan pemberian tugas secara bertahap mulai
dari yang mudah hingga kompleks dan menuntut tanggung jawab dari
setiap individu. Pelatihan kepemimpinan dan penerapannya di lingkungan
komunitas, meliputi evaluasi dan pengambilan keputusan yang telah
dibuat dalam komunitas. Ini bisa diaplikasikan dalam bentuk atau peran
yang disebut Chief, Head Kitchen, dan Head Launrdy dalam lingkungan
Medan Plus mereka diberikan peran untuk mengatur dapur dan cucian
mereka dengan residen yang ditunjuk sebagai ketua yang akan
mengkordinir semua kegiatan yang berkenaan dengan cucian, dan makan
mereka. Sedangkan Chief ini bertugas mengkordinir residen yang lain
setiap ada kegiatan dan mengawasi mereka, kalau dalam sebuah kelas
dalam lingkungan sekolah biasanya disebut sebagai Ketua Kelas.
Pegawai juga memiliki cara tersendiri agar para residen/klien ini dapat
menumbuhkembangkan konsep dirinya kearah yang lebih baik, masing-masing
pegawai memiliki cara-cara yang berbeda sesuai dengan pengalaman dan
pelatihan yang diberikannya ketika ia pernah terjebak kedalam narkoba. Setiap
pegawai yang penulis wawancarai memiliki metodenya dalam membuat residen
80
Universitas Sumatera Utara
agar dapat pulih dan fokus mengikuti program yang pada akhirnya akan
menumbuhkan konsep diri yang baru yang kedepannya akan merubah dirinya
menjadi lebih baik ketika kembali kedalam lingkungan sosialnya. Beberapa
metode ataupun pendekatan yang diterapkan pegawai diantaranya yaitu :
1. Kedisiplinan tinggi
2. Teman sebaya
3. Motivasi perilaku
Dari pendekatan yang diterapkan oleh pegawai tersebut diharapkan cara itu dapat
menghilangkan kebiasaan lama klien dan menciptakan kebiasaan-kebiasaan yang
baru yang dapat menciptakan kualitas dirinya yang lebih baik.
1. Kedisiplinan Tinggi
Metode ini digunakan oleh salah satu pegawai yaitu Bro.Fitra untuk
meningkatkan dan merubah sifat sehari-hari para klien yang dulunya tidak
beraturan menjadi lebih teratur dan mendapatkan pola hidup yang sehat selama
berada di Medan Plus. Menurut informan metode ini juga dapat mengarahkan
perilaku dan konsep dirinya yang dulunya negatif menjadi lebih positif,
kedisplinan tinggi ini diterapkan dalam segala aspek agar membiasakan klien
teratur menjalani kegiatan dalam waktu satu harian menjalani program yang ada
di Medan Plus. Kedisiplinan tinggi ini juga mengajarkan klien untuk sedikit demi
sedikit memangkas perilaku yang dulunya acak-acakan menjadi lebih terarah dan
mampu memanajemenkan dirinya menjadi lebih positif dan teratur.
2. Teman Sebaya
81
Universitas Sumatera Utara
Metode teman sebaya ini digunakan oleh salah satu pegawai yaitu Bro.Faisal, ia
menggunakan metode ini untuk mengarahkan klien untuk lebih terbuka dan lebih
jujur dengan menjadi teman sebayanya yang menjadi tempat menceritakan keluh
kesah dan masalah yang dihadapi klien. Dengan terbuka, jujur dan percaya diri
dalam melakukan kegiatan sehari-hari diharapkan klien tidak minder kedepanya
ketika selesai program dari Medan Plus. Ini juga mengarahkan klien untuk
menentukan self ideal atau diri ideal yang tepat untuk dirinya ketika akan
mengahadapi lingkungan sosialnya nanti.
3. Motivasi Perilaku
Metode motivasi perilaku ini digunakan oleh Bro.Lutfhi, ia menggunakan metode
ini untuk membentuk pola pikir dan perilakunya agar dapat diarahkan sesuai
dengan yang diharapkan oleh Bro.Lutfhi. dengan memberikan motivasi-motivasi
yang dapat membantu membangun dirinya dengan motivasi yang diberikan oleh
pegawai tersebut. Metode ini juga dapat memberikan gambaran tentang citra diri
yang baik dengan memberikan motivasi-motivasi yang dapat mengarahkan
perilaku klien dengan memberitahukan sosok-sosok yang paling cocok untuk
ditiru oleh si.klien, agar klien dapat menentukan dirinya seperti apa kedepannya.
Metode ini juga diharapkan dapat memangkas perilaku-perilaku terdahulu yang
cendrung brutal dan kasal menjadi lebih baik dan terarah serta positif kedepanya.
3.3
Konsep Diri Pecandu Narkoba Setelah Dirawat di Medan Plus
Setelah dirawat dan selesai mengikuti Program yang sudah diberikan klien
atau residen tidak serta merta lepas dari pengawasan pihak Medan Plus, mereka
82
Universitas Sumatera Utara
juga masih terus memantau perkembangan pemulihan dan perkembangan konsep
dirinya ketika kembali kedalam liugkungan sosialnya. Pihak Medan Plus terus
mengawasi sampai benar-benar mampu dan bertahan tanpa harus takut dengan
stigma-stigma yang beredar dikalangan masyarakat. Empat informan yang berupa
klien/residen yang akan selesai mengikuti program berdasarkan hasil wawancara
sudah mampu menentukan mau seperti apa ia ketika akan keluar dari Medan Plus,
disini menandakan mereka sudah menumbuhkan konsep diri yang positif dan akan
terus mengembangkan konsep dirinya agar tidak lagi terjebak kedalam
penyalahgunaan narkoba. Keempat residen yang penulis wawancara memiliki
kesamaan ketika akan selesai program diantarannya memiliki sikap yang akan
menuntunnya untuk terus pulih yaitu :
a. Percaya Diri
b. Jujur, dan
c. Terbuka
Berdasarkan hasil data dilapangan konsep diri informan setelah program
dan direhabilitasi di lingkungan Medan Plus menunjukkan perubahan yang
menunjukkan konsep diri yang lebih positif dipandang melalui 3 bagian utama
dari konsep diri yaitu, diri ideal, citra diri dan jati diri.
1. Jontra Alexander Sinaga
Konsep dirinya ketika sebelum masuk kedalam lingkungan Medan Plus
cenderung kearah yang negatif dan memandang dirinya rendah karena
dimasukan ke dalam institusi rehab narkoba. Tetapi ketika sudah masuk
kedalam program dan memahami apa yang telah dilakukannya dulu salah,
83
Universitas Sumatera Utara
ia berniat berubah dari kebiasaan buruknya termasuk memperbaiki sikap
dan perilaku yang dulu cenderung negatif terhadap orang disekitarnya.
Ketika sudah masuk kedalam program dan memahami program serta
sudah dapat menentukan tindakan selanjutnya kedepannya. Ia sudah dapat
menentukan diri ideal dia seperti apa yang cocok untuk perkembangan
dirinya agar kedepannya dapat melanjutkan hidupnya tanpa takut
terdiskiminasi dan ditekan oleh stigma-stigma negatif pecandu narkoba.
Ketika dia sudah menemukan diri ideal yang pantas untuk perubahan
dirinya,tanpa sadar dia sudah menunjukan citra dirinya ketika akan
kembali kedalam lingkungan sosialnya. Dia sudah dapat menentukan
tindakan dan rencana yang akan dijalaninya ketika ia sudah kembali
kedalam lingkungannya, dalam hal ini ia akan merantau untuk mencari
kerja. Ia memilih merantau karena ia tahu ketika ia tetap dilingkungan
sekitar rumahnya, pasti ia akan tergoda dan terjebak lagi kedalam
penyalahgunaan narkoba lagi, karena belum ada kontrol kuat untuk
menolak ajakan temannya. Maka dari itu ia akan mencari kerja diluar
daerah untuk mempersempit kesempatan ia dipengaruhi oleh temannya
lagi untuk memakai narkoba.
2. Renaldy Marbun
Sebelum ia bergabung kedalam rumah pemulihan Medan plus, sebenarnya
ia tidak setuju dan malah ia di intervensi oleh keluarganya dan pihak
Medan Plus untuk dijemput serta direhabilitasi di Medan Plus. disini
nampak konsep dirinya masih pada tingkat yang negatif karena belum ada
84
Universitas Sumatera Utara
kesadaran untuk berubah dari ketergantungan narkoba dan merubah
sikapnya yang lama. perilaku aldy ini sebelum bergabung dengan Medan
Plus cenderung keras kepala dan emosian. Awalnya ia belum menerima
dimasukan kedalam panti rehabilitasi Medan Plus, namun dengan
mendapatkan penjelasan yang diberikan oleh pihak Medan Plus bahwa dia
bergabung di Medan Plus
untuk kebaikannya dan pemulihan dirinya
terhadapt penyalahgunaan narkoba, pada akhrinya ia menerima dan ikut
program pemulihan di lingkungan Medan Plus. Secara tidak sadar ia sudah
merubah konsep dirinya dengan masuk dan mengikuti seluruh program
yang diberikan oleh pihak Medan Plus. perlahan tingkah laku dan
perilakunya yang dulu dirubah menjadi teratur oleh kegiatan yang
dilakukan setiap hari. Sesi-sesi yang dibuat oleh Medan Plus mengajarkan
dia untuk memilih dan menentukan diri idealnya ketika berada di Medan
Plus, ia sudah mampu menentukan bagaimana berperilaku yang positif
berkat masukan-masukan yang juga diberikan oleh konselornya. Atas
dasar masukan konselor dan juga keluarganya kedepannya setelah ia sudah
kembali kedalam lingkungannya, ia berkeinginan untuk bersekolah
konselor agar dapat membantu orang-orang seperti dirinya. Dalam titik ini
ia sudah dpat menentukan citra diri dan jati diri yang baik bagi dirinya
kedepannya. Dia sudah mampu menentukan rencana kedepannya untuk
merubah dirinya menjadi lebih baik agar suatu hari ia tidak terjebak lagi
kedalam penyalahgunaan narkoba. Dan mampu memperbaiki konsep
dirinya.
85
Universitas Sumatera Utara
3. Kuntara
Dulunya ia menganggap narkoba itu salah satu hal untuk menyelesaikan
masalah karena dengan menggunakan narkoba dia jadi merasa enak,beban
masalah menjadi hilang padahal ini persepsi yang salah yang diterimanya
dari teman-temannya. Ini menandakan dulunya ia masih terpengaruh
teman sebaya yang membuat konsep dirinya mengarah kearah yang
negatif. Namun untuk memperbaiki itu semua dia mendapat dukungan
yang sangat banyak dari keluarganya salah satunya kakak perempuannya
yang sangat peduli untuk kesembuhan dirinya. Berangkat dari keperdulian
pihak keluarga inilah Kuntara sendiri bersedia untuk direhabilitasi di
lingkungan Medan Plus. Disini ia termasuk klien yang aktif dalam setiap
kegiatan dan tidak banyak mencari masalah. Hal ini juga dikarenakan ia
sudah mendapat bekal dan pemahaman-pemahaman yang cukup ketika
berada di dalam program dari konselornya apa yang mesti ia lakukan
untuk merubah dirinya menjadi lebih baik. Keseharian yang dulunya tidak
teratur ketika diluar, sudah mampu diperbaiki dengan adanya kegiatan
yang dibuat oleh pihak Medan Plus yang secara tidak langsung merubah
konsep dirinya dan mampu menentukan diri ideal yang cocok dengan
dirinya ketika ia akan keluar nanti. Berangkat dari pengalaman Kuntara
yang selalu dipandang sebelah mata ketika ia menggunakan narkoba di
lingkungan rumahnya ia juga berniat akan merubah persepsi itu dengan
merubah citra dirinya yang dulu dianggap negatif karena narkoba dengan
melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya. Kedepannya
86
Universitas Sumatera Utara
ia ingin bekerja bersama kakaknya untuk merubah dirinya dengan hal-hal
yang bermanfaat dan kedepannya ia juga berharap tidak lagi terjebak oleh
narkoba karena ingin membanggakan orang tuanya dengan cara ia
mendapatkan perkerjaan. Dalam tahap ini ia sudah merubah padangan
tentang
dirinya tentang memakai narkoba itu menjadi solusi untuk
menghilangkan masalahnya,karena ia sadar memakai narkoba hanya akan
menghancurkan dirinya saja. Disini ia sudah mampu merubah dan
memperbaiki konsep dirinya menjadi lebih positif dengan terus berusaha
untuk pulih dan sembuh dari ketergantungan narkoba serta merubah
perilakunya yang dulu.
4. Dharma Gunawan
Sebelum direhabilitasi di Medan Plus, Ia menggunakan narkoba karena
dulunya ia suka ikut balapan liar, disini ia dipengaruhi oleh temannya
kalah tidak memakai sabu tidak keren. Awal mulanya disini lah ia mulai
terjebak kedalam penyalahgunaan narkoba dan mulai menjerumuskan
konsep dirinya kearah yang salah. Karena pandangan tentang keren harus
memakai narkoba dan keseringan ikut balapan liar itulah yang membuat
dia semakin dalam terjebak kedalam narkoba dan sempat opname karena
penyalhgunaan narkoba. Atas saran dokter dan keluarga ia akhrinya
disarankan untuk direhabilitasi di Medan Plus. Setelah direhabilitasi dan
mengikuti program ia merasa bersyukur
masuk Medan Plus, karena
banyak perubahan yang diterimanya terutama tentang pandangan memakai
narkoba. Disini ia sadar bahwa keren itu tidak harus memakai narkoba,
87
Universitas Sumatera Utara
malah ketika memakai narkoba masa depan dan tubuh bisa berantakan
dibuat narkoba. Ia mendapat banyak informasi dan pemahaman tentang
penyalahgunaan narkoba dan sedikit demi sedikit ia merubah konsep
dirinya melalui sharing-sharing dengan penghuni lain serta konselor yang
ada di Medan Plus. Dititik ini ia sadar akan konsep dirinya dan ingin
memperbaiki dirinya dengan ikut aktif dalam program di Medan Plus. Dia
sudah dapat menentukan apa yang baik bagi dirinya kedepannya dengan
akan mencari kerja ketika akan keluar nanti, dan tidak ikut balapan liar
lagi untuk mempersempit dipengaruhi oleh temannya lagi untuk memakai
narkoba.
3.4
Faktor Pembentuk Konsep Diri Pecandu Narkoba di Klinik
Rehabilitasi Medan Plus
Individu semenjak lahir dan mulai tumbuh mula-mula mengenal dirinya
dengan mengenal dahulu orang lain. Saat kita masih kecil, orang penting yang
berada disekitar kita adalah orang tua dan saudara-saudara. Bagaimana orang lain
mengenal kita, akan membentuk konsep diri kita, konsep diri dapat terbentuk
karena berbagai faktor baik dari faktor internal maupun eksternal. Faktor-faktor
tersebut menjadi lebih spesifik lagi dan akan berkaitan erat sekali dengan konsep
diri yang akan dikembangkan oleh individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
konsep diri para pecandu yang berada di Medan Plus yaitu :
1. Keadaan fisik : Keadaan fisik seseorang dapat mempengaruhi individu
dalam menumbuhkan konsep dirinya. Individu yang memiliki cacat tubuh
cenderung memiliki kelemahan-kelemahan tertentu dalam memandang
88
Universitas Sumatera Utara
keadaan dirinya, seperti munculnya perasaan malu, minder, tidak berharga
dan perasaan ganjil karena melihat dirinya berbeda dengan orang lain.
2. Kondisi keluarga : Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dalam
membentuk konsep diri anak. Perlakuan - perlakuan yang diberikan orang
tua terhadap anak akan membekas hingga anak menjelang dewasa dan
membawa pengaruh terhadap konsep diri anak baik konsep diri ke arah
positif atau ke arah negatif. Cooper Smith dalam Clara R Pudjijogyanti
(1995: 30-31) menjelaskan bahwa kondisi keluarga yang buruk dapat
menyebabkan konsep diri yang rendah. Yang dimaksud dengan kondisi
keluarga yang buruk adalah tidak adanya pengertian antara orang tua dan
anak, tidak adanya keserasian hubungan antara ayah dan ibu, orang tua
yang menikah lagi, serta kurangnya sikap menerima dari orang tua
terhadap keberadaan anak-anak. Dalam hal ini informan yang bernama
Renaldy berada dalam situasi kelurga yang kurang harmonis dengan
ibunya, dikarenakan pasca ayahnya meninggal ia mulai terjebak dalam
pergaulan yang salah sehingga mulai menggunakan narkoba.
“aku pakai sabu pas ayahku meninggalnya bang, dulu pas ada
ayahku mana berani aku pakai sabu,soalnya ayahku keras
orangnya,ketat juga kalo soal begituan. Ma ma ku pun nggak tahu
kalo aku pakai sabu, soalnya dia (mamanya) juga gak merhatiin
kali”
Sedangkan kondisi keluarga yang baik dapat ditandai dengan adanya
intregitas dan tenggang rasa yang tinggi serta sikap positif dari anggota
keluarga. Adanya kondisi semacam itu menyebabkan anak memandang
orang tua sebagai figur yang berhasil dan menganggap orang tua dapat
89
Universitas Sumatera Utara
dipercaya sebagai tokoh yang dapat mendukung dirinya dalam
memecahkan seluruh persoalan hidupnya. Jadi kondisi keluarga yang sehat
dapat membuat anak menjadi lebih tegas, efektif, serta percaya diri dalam
mengatasi masalah kehidupan dirinya sebagai pembentuk kepribadiannya.
Dari keempat residen yang diwawancarai semuanya ketika sudah masuk
kedalam panti rehabilitasi Medan Plus dan sudah mengikuti program sadar
akan kesalahan
mereka karena menggunakan sabu – sabu, dukungan
keluarga juga yang membantu mereka dapat membangun konsep dirinya
agar dapat pulih dari ketergantunga narkoba. Karena keluarga juga
merupakan faktor penting dalam pross pemulihan ketergantungan dan
pembentukan kembali konsep diri pengguna narkoba.
3. Reaksi orang lain terhadap individu : Dalam kehidupan sehari-hari, orang
akan memandang individu sesuai dengan pola perilaku yang ditunjukkan
individu itu sendiri. Harry Stack Sullivan (Jalaludin Rakhmat, 1996: 101)
menjelaskan bahwa jika kita diterima orang lain, dihormati dan disenangi
karena keadaan diri kita, kita akan cenderung bersikap menghormati dan
menerima diri kita. Sebaliknya, bila orang lain selalu meremehkan diri
kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita cenderung akan membenci
diri kita. Dalam hal ini semua informan mengalami dijauhi oleh orang
sekitar dianggap remeh, ataupun dipandang sebelah mata karena mereka
sudah dicap sebagai pemakai
narkoba oleh sebagian besar tetangga
bahkan keluarganya. Hal ini yang diutarakan oleh informan yang bernama
Jontra.
90
Universitas Sumatera Utara
“kalau aku lewat didepan tetangga ku bang, pasti aku digosipin
sma orang itu kalo aku pakai narkoba lah, maling lah, gadai
barang – barang dirumahku lah, tapi aku nggak perduli sama
orang itu. Yang penting aku pakai sabu, terus masalah ku ilang.
Kalau soal orang itu nggak urus ku lah bang. “
4. Tuntutan orang tua terhadap anak : Pada umumnya orang tua selalu
menuntut anak untuk menjadi individu yang sangat diharapkan oleh
mereka. Tuntutan yang dirasakan anak akan dianggap sebagai tekanan dan
hambatan jika tuntutan tersebut ternyata tidak dapat dipenuhi oleh anak.
Selain itu sikap orang tua yang berlebihan dalam melindungi anak akan
menyebabkan anak tidak dapat berkembang dan mengakibatkan anak
menjadi kurang tingkat percaya dirinya dan memiliki konsep diri yang
rendah.
5. Jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi : Konsep diri dapat
dipengaruhi oleh ketiga hal tersebut. Clara R Pudjijogyanti (1995: 29)
memberikan pendapatnya melalui penelitian-penelitian para ahli bahwa
berbagai hasil penelitian yang dilakukan tersebut membuktikan bahwa
kelompok ras minoritas dan kelompok sosial ekonomi rendah cenderung
mempunyai konsep diri yang rendah dibandingkan dengan kelompok ras
mayoritas dan kelompok sosial ekonomi tinggi, selain itu untuk jenis
kelamin terdapat perbedaan konsep diri antara perempuan dan laki-laki.
Perempuan mempunyai sumber konsep diri yang bersumber dari keadaan
fisik dan popularitas dirinya, sedangkan konsep diri laki-laki bersumber
dari agresifitas dan kekuatan dirinya. Dengan kata lain, wanita akan
91
Universitas Sumatera Utara
bersandar pada citra kewanitaannya dan laki-laki akan bersandar pada citra
kelaki-lakiannya dalam membentuk konsep dirinya masing-masing.
6. Keberhasilan dan kegagalan : Konsep diri dapat juga dipengaruhi oleh
keberhasilan atau kegagalan yang telah dialaminya. Keberhasilan dan
kegagalan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya dan ini
berarti mempunyai pengaruh yang nyata terhadap konsep dirinya.
Keberhasilan akan mewujudkan suatu perasaan bangga dan puas akan
hasil yang telah dicapai dan sebaliknya rasa frustasi bila menjadi gagal.
7. Orang-orang yang dekat dengan kita : Tidak semua individu mempunyai
pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling berpengaruh,
yaitu orang-orang yang paling dekat dengan kita, yaitu yang disebut
significant others, yaitu orang lain yang sangat penting. Mereka adalah
orang tua, saudara dan orang yang tinggal satu rumah dengan kita. Dari
mereka secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri kita. Senyuman,
pujian, penghargaan, pelukan mereka menyebabkan kita menilai diri
secara positif. Hal ini juga tergambarkan dalam situasi 2 informan saya
yaitu yang pertama Renaldy, setelah masuk kedalam program Medan Plus
hubuang dia dan orang tuanya jadi membaik dukungan juga banyak
muncul dari teman – temannya, mamanya serta konselor yang ditunjuk
oleh Medan Plus.
“nanti kalau aku udah selesai program disini (Medan Plus), mama nawarin
masuk sekolah konselor itu juga dapat masukan dari konselor ku bang, jadi nanti
kau mau sekolah konselor dulu setelah keluar dari sini. Aku mau berubah
bang,Nggak bakalan lagi kusia - siain waktu ku cuman buat pakai narkoba lagi,
lebih bagus aku sekolah konselor terus nanti aku bisa sharing – sharing
pengalaman
92
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
LINGKUNGAN SOSIAL PENGGUNA NARKOBA YANG
DIREHABILITASI DI MEDAN PLUS
4.1
Lingkungan Sosial Pengguna Narkoba
Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
seseorang atau kelompok untuk dapat melakukan sesuatu tindakan serta
perubahan-perubaha