Analisis Pelaksanaan Pelayanan Gigi Dan Mulut Pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang Tahun 2015 Chapter III VI

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh dan
mendalam tentang pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas
Kabupaten Deli Serdang tahun 2015.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanjung Morawa dan Puskesmas
Muliorejo yang ada di Kabupaten Deli Serdang. Alasan pemilihan lokasi penelitian
yaitu kedua puskesmas merupakan puskesmas rawat inap yang berada di daerah
perkotaan dan kawasan industri, namun yang membedakan adalah Puskesmas
Tanjung Morawa sudah memakai ISO 9001 : 2008 (suatu standar internasional di
bidang sistem manajemen mutu bidang kesehatan dalam hal pemberian pelayanan
kesehatan kepada masyarakat) sementara Puskesmas Muliorejo belum ada.
Proses penelitian ini diawali dengan disetujuinya judul penelitian, dilanjutkan
dengan konsultasi, seminar kolokium, penelitian lapangan, seminar hasil dan proses
akhir berupa komprehensif yang membutuhkan waktu lebih kurang selama 8
(delapan) bulan terhitung bulan Maret sampai dengan Oktober 2015.


54
Universitas Sumatera Utara

3.3. Sumber Informasi Penelitian
Informan penelitian ini adalah : Kepala Puskesmas, Dokter gigi, dan Perawat
gigi pada 2 (dua) puskesmas. Informan lainnya adalah masyarakat yaitu pasien poli
gigi sebagai sasaran dari penerima layanan. Penentuan informan dari pasien
digunakan tehnik pengambilan sampel secara accidental sampling yaitu pasien JKN
yang datang ke poli gigi puskesmas saat kita melakukan penelitian di lokasi.

3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara mendalam (depth interview) dengan para informan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari data-data terkait yaitu dengan melakukan
penelusuran serta pengumpulan dokumen berupa berbagai keterangan maupun
informasi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, seperti laporan dan
referensi/catatan yang berkaitan.
Metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah dengan proses trianggulasi, yaitu :

1.

Wawancara mendalam (Indepth Interview)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Wawancara dilakukan
oleh kedua belah pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang akan mengajukan
pertanyaan

terhadap

informan

(interviewee)

dengan

bantuan

panduan

wawancara. Supaya hasil wawancara terekam baik maka digunakan alat bantu

yaitu alat tulis, kamera, handphone untuk merekam.

Universitas Sumatera Utara

2.

Pengamatan/ Observasi
Observasi diartikan sebagai pengamatan meliputi pemusatan perhatian terhadap
suatu objek dengan menggunakan alat indra.

3.

Dokumentasi
Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen pendukung yang
diperlukan dalam bentuk tertulis, baik dari laporan dan hasil penelitian, referensi
termasuk buku – buku yang dipakai dalam studi kepustakaan.

3.5. Definisi Istilah
1. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut adalah pencapaian pelaksanaan pelayanan
poli gigi sesuai manfaat dan prosedur yang ditetapkan meliputi segala upaya

peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan dan pengobatan penyakit gigi
dan mulut serta pemulihan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan atas dasar
hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan
individu / masyarakat yang membutuhkannya, sehingga tercapai keadaan yang
bebas dari penyakit gigi.
2. Kepatuhan memenuhi standar pelayanan gigi dan mulut adalah suatu bentuk
perilaku yang timbul akibat adanya keinginan untuk mencapai suatu hasil yang
baik yang sesuai dengan aturan dan berdisiplin di dalam pelayanan poli gigi
puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

3. Fasilitas Kesehatan Poli Gigi adalah ketersediaan sarana dan peralatan juga bahan
habis pakai di Puskesmas dalam memberikan pelayanan peserta Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) .
4. Kompetensi dokter gigi dan perawat gigi adalah mencakup kemampuan tenaga
kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi) untuk melakukan atau menyiapkan
kegiatan tertentu yang bersifat kompleks/komprehensif dalam melayani
masyarakat di poli gigi puskesmas sesuai kewenangannya mencakup layanan
promotif, preventif, kuratif dan rehabiltatif, sehingga tercapai apa yang menjadi

harapan dari pasien, ditinjau juga dari ada tidaknya penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan dari instansi.
5. Pola komunikasi adalah suatu hubungan dokter-pasien atau perawat-pasien yang
terjalin, dengan tujuan utama penyampaian informasi atau pemberian penjelasan
yang diperlukan dalam rangka membangun kerja sama antara dokter gigi dan
perawat gigi dengan pasien. Meliputi : kemampuan kognitif tenaga kesehatan
dalam mengerti kebutuhan pasien; menunjukkan afektifitas/sensitifitas terhadap
perasaan

pasien;

kemampuan

perilaku

tenaga

kesehatan

dalam


memperlihatkan/menyampaikan empatinya kepada pasien.

3.6. Metode Analisis Data
Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisa datadata terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai
makna (Moleong, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Menurut Sugiyono (2010) analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan
ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang
penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Huberman dan Miles (1992) yang diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi (2009),
menyebutkan proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung pada saat
sebelum terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan proses analisis data selama di
lapangan. Analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung

dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara
peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai. Bila
jawaban informan setelah dianalisis terasa belum memuaskan maka peneliti akan
melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu.
Langkah-langkah dalam analisis data secara interaktif adalah sebagai berikut :
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.
1. Reduksi data
Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan ,
pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar’’ yang muncul dari catatan – catatan
tertulis di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian penyajian
yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang
valid. Penyajian data bisa dalam bentuk matriks, grafik, jaringan maupun bagan.
3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi
Kesimpulan dalam penelitian ini dapat berupa suatu temuan baru yang sebelumnya

belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran hubungan
kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.
Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan
istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2010), dimana untuk
uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Kredibilitas (credible),
Keteralihan (transferability), Keandalan (dependability, auditability) dan dapat
Dikonfirmasi (Confirmability).
Uji Kredibilitas (credible) dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan
berbagai cara, salah satunya dengan cara Triangulasi yang diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu,
dimana :
1. Triangulasi Sumber : dimana untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang
selanjutnya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang
berbeda, dan mana yang spesifik dari berbagai sumber data tersebut. Data yang

Universitas Sumatera Utara

telah dianalisis oleh peneliti, menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya
dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik : dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data
yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh
dengan cara wawancara, lalu dicek kembali dengan cara observasi, dokumentasi
yang ada atau dengan kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas
data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti harus
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang
lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya
benar dikarenakan sudut pandang yang berbeda-beda.
3. Triangulasi Waktu : data dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari,
diharapkan belum banyak masalah dan urusan akan memberikan data yang lebih
valid sehingga akan lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas
data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji
menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan dengan cara berulang-ulang
agar kepastian datanya bisa diperoleh.

Universitas Sumatera Utara

BAB 4
HASIL PENELITIAN


4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1. Gambaran Geografis
Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai
Timur Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada posisi 2o 57o Lintang Utara
- 3o 16o Lintang Selatan dan 98o 27o Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.497,72
km2, yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 desa. Ketinggian wilayah berkisar 0 500 meter di atas permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka

Sebelah Selatan

: Berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun

Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo

Sebelah Timur


: Berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan dan memiliki 34
Puskesmas, diantaranya adalah Puskesmas Mulyorejo dan Puskesmas Tanjung
Morawa.
1. Puskesmas Mulyorejo
merupakan puskesmas yang terletak di Jl. Pembangunan Km 12 Kecamatan
Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Secara geografis letak wilayah kerja
Puskesmas Mulyorejo berbatasan langsung dengan 4 wilayah yaitu :
Sebelah Barat

: Berbatasan dengan desa Sumber Melati Diski

61
Universitas Sumatera Utara

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kodya Medan

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan desa Mencirim (Medan Krio)
Sebelah Utara

: Berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak.

Wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo memiliki luas sekitar 2.920 Ha dengan
jumlah penduduk 145.735 dengan 29.491 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari
7 desa yaitu Mulyorejo dengan jumlah penduduk 30.586, Kampung Lalang
13.293 penduduk, Purwodadi 20.764 penduduk, Puji Mulio 15.004 penduduk,
Paya Geli 21.295 penduduk, Tanjung Gusta 21.110 penduduk dan Helvetia
23.683 penduduk.
2. Puskesmas Tanjung Morawa
merupakan puskesmas yang terletak di Jl. Irian Kecamatan Tanjung Morawa
Kabupaten Deli Serdang, dengan luas tanah 450 meter. Secara geografis letak
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa berbatasan langsung dengan 4 wilayah
yaitu :
Sebelah Barat

: Berbatasan dengan Kecamatan Patumbak

Sebelah Timur

: Berbatasan dengan Kecamatan Galang, Kecamatan Merbau,
Kecamatan Lubuk Pakam

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir
Sebelah Utara

: Berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu X

Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa memiliki luas wilayah 80.73
km2, jumlah penduduk 118.604 dengan 27.891 Kepala Keluarga (KK) yang
terdiri dari 16 desa.

Universitas Sumatera Utara

4.2. Input
Terdapat 3 (tiga) komponen yang menjadi perhatian dalam penelitian ini,
yaitu fasilitas kesehatan, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi serta pola
komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas.
4.2.1. Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi
Pelayanan yang baik akan terwujud kepada masyarakat apabila keadaan
sarana dari fasilitas kesehatan sudah tersedia dengan keadaan cukup dimana
ketersediaan sarana dan peralatan juga bahan habis pakai di dalam poli gigi
puskesmas merupakan faktor penting untuk terlaksananya tindakan pelayanan kepada
masyarakat. Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, memuat tentang
peralatan, perlengkapan, bahan habis pakai yang seharusnya tersedia di ruangan poli
gigi puskesmas. Hasil wawancara tentang sarana dan peralatan, bahan habis pakai di
puskesmas Muliorejo adalah sebagai berikut :
”Ya, masih bisa dipergunakanlah. Ada juga yang perlu diperbaiki. Bahan habis
pakai dan obat sudah terpenuhi dan tersedia”. (Kapus Muliorejo)
”Fasilitasnya sepertinya sudah memenuhi, ada beberapa alat yang merupakan
milik pribadi dari dokter, misalnya scaler. Ada juga beberapa alat yang rusak
Bahan habis pakai sudah cukup, tersedia. Untuk sterilisasi, satu di puskesmas
ini dan bisa digunakan untuk semua ruang/poli dan digunakan kira – kira 2
kali seminggu, sterilisasi kering namanya.”(Dokter Gigi Puskesmas Muliorejo)
”Sudah memenuhi, ada yang rusak. Bahan habis pakai tercukupi, sebelum dan
sesudah JKN sama saja. Memiliki sterilisasi kering, punya satu di puskesmas
untuk digunakan bersama, dipakai dua kali seminggu.” (Dokter Gigi
Puskesmas Muliorejo)
”Sepertinya sudah memenuhi, ada beberapa alat yang dulu ada, sekarang gak
nampak, hilanglah itu. Ada alat – alat disini juga punya dokter. Bahan habis
pakai boleh dikatakan sudah tercukupi lah, sebelum dan sesudah JKN, sama

Universitas Sumatera Utara

aja, gak jauh beda lah dulu dengan sekarang. Untuk sterilisasi alat, punya satu
di puskesmas dan itu untuk digunakan beberapa poli.” (Perawat Gigi
Puskesmas Muliorejo)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan sudah
terpenuhi seperti set kursi gigi elektronik, beberapa set tang pencabutan dewasa,
skeler ultrasonik di dalam poli gigi puskesmas. Namun untuk melengkapi hasil
wawancara tersebut, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap ketersediaan
fasilitas kesehatan di poli gigi dengan memakai pedoman daftar peralatan dan bahan
habis pakai di poli gigi menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, yang dapat dilihat
pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75
Tahun 2014 di Puskesmas Muliorejo
No

Jenis Peralatan

I.
1

Set Kesehatan Gigi & Mulut
Atraumatic
Restorative
Treatment
(ART):
฀ Enamel Access Cutter
฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran
Kecil (Spoon Excavator Small)
฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran
Sedang (Spoon Excavator Medium)
฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran
Besar (Spoon Excavator Large)
฀ Double Ended Applier and Carver
฀ Spatula Plastik
฀ Hatchet
฀ Batu Asah
Bein Lurus Besar
Bein Lurus Kecil
Bor Intan (Diamond Bur Assorted)
untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan
Tinggi) (round, inverted dan fissure)

2
3
4

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan






Rusak





Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. (Lanjutan)
No

Jenis Peralatan

I.
5

Set Kesehatan Gigi & Mulut
Bor Intan Kontra Angle Hand Piece
Conventional
(Kecepatan
Rendah)
(round, inverted dan fissure)
Ekskavator Berujung Dua (Besar)
Ekskavator Berujung Dua (Kecil)
Gunting Operasi Gusi
Handpiece Contra Angle
Handpiece Straight
Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai
Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu
Standar)
Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari :
฀ Kursi
฀ Cuspidor Unit
฀ Meja Instrumen
฀ Foot Controller untuk Hand Piece
฀ Kompresor Oilless 1 PK
Jarum exterpasi
Jarum K-File (15-40)
Jarum K-File (45-80)
Light Curing
Mikromotor dengan Straight dan Contra
Angle Hand Piece (Low Speed Micro
Motor portable)
Pelindung Jari
Pemegang Matriks (Matrix Holder)
Penahan Lidah
Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial
(Cryer Distal)
Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial
(Cryer Mesial)
Penumpat Plastis
Periodontal Probe
Penumpat Semen Berujung Dua
Pinset Gigi
Polishing Bur
Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri
(Type Chisel/Mesial)
Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan
(Type Chisel/Mesial)

6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan





















Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. (Lanjutan)
No

Jenis Peralatan

I.
Set Kesehatan Gigi & Mulut
31 Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type
Hook)
32 Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan
(Type Chisel/Mesial)
33 Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri
(Type
34 Chisel/Mesial)
35 Skeler Ultrasonik
36 Sonde Lengkung
37 Sonde Lurus
38 Spatula Pengaduk Semen
39 Spatula Pengaduk Semen Ionomer
Set Tang Pencabutan Dewasa (set) :
฀ Tang gigi anterior rahang atas dewasa
฀ Tang gigi premolar rahang
฀ Tang gigi molar kanan rahang atas
฀ Tang gigi molar kiri rahang atas
฀ Tang molar 3 rahang atas
฀ Tang sisa akar gigi anterior rahang
฀ Tang sisa akar gigi posterior rahang
฀ Tang gigi anterior dan premolar
rahang bawah
molar rahang bawah
฀ Tang gigi
kanan/kiri
฀ Tang gigi molar 3 rahang bawah
40 ฀ Tang sisa akar rahang bawah
Set Tang pencabutan gigi anak :
฀ Tang gigi anterior rahang atas
฀ Tang molar rahang atas
฀ Tang molar susu rahang atas
฀ Tang sisa akar rahang atas
฀ Tang gigi anterior rahang bawah
฀ Tang molar rahang bawah
41 ฀ Tang sisa akar rahang bawah
42 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar)
43 Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil)
44 Skalpel, Tangkai Pisau Operasi
Tangkai kaca mulut

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan





















Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.1. (Lanjutan)
No
II.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Jenis Peralatan

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan

Perlengkapan

Baki Logam Tempat Alat Steril
Korentang, Penjepit Sponge (Foerster)
Lampu Spiritus Isi 120 cc
Lemari peralatan
Lempeng Kaca Pengaduk Semen
Needle Destroyer
Silinder Korentang Steril
Sterilisator kering
Tempat Alkohol (Dappen Glas)
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan
Tutup (50x70mm)
11 Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm)
12 Waskom Bengkok (Neirbeken)
III.
Bahan Habis Pakai
1 Betadine Solution atau Desinfektan
lainnya
2 Sabun tangan atau antiseptic
3 Kasa
4 Benang Silk
5 Chromik Catgut
6 Alkohol
7 Kapas
8 Masker
9 Sarung tangan
IV.
Meubelair
1 Kursi Kerja
2 Lemari arsip
3 Meja Tulis ½ biro









Rusak

Milik puskesmas untuk
pemakaian bersama
(tidak milik poli gigi)













Hasil observasi menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi belum
terpenuhi dan ada beberapa alat kesehatan yang tidak berfungsi dengan baik atau
rusak yang perlu diperbaiki. Berdasarkan pengamatan peneliti, yang dibantu melalui
daftar tabel peralatan di puskesmas bahwa masih belum keseluruhan fasilitas
terpenuhi, seperti ketersediaan sterilisasi yang merupakan milik puskesmas dan bukan

Universitas Sumatera Utara

milik poli gigi sendiri dapat memengaruhi kondisi kebersihan alat, beberapa tang
untuk pencabutan anak yang belum lengkap, spatula plastik yang rusak sehingga
dapat memengaruhi tindakan penambalan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Hasil wawancara tentang sarana dan peralatan, bahan habis pakai di puskesmas
Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :
”Sarana dan prasarananya yang ada di poli gigi puskesmas ini, saya rasa
sudah lengkap lah, nanti anda lihat lah. Kondisi nya sebelum dan sesudah JKN,
hmmm.. pastinya saat ini diupayakan agar pasien bisa menerima layanan yang
baik.” (Kapus Tj.Morawa)
”Fasilitasnya tidak memadai, tidak cukup, ya gak digunakan lah dengan baik,
contohnya bor – nya, bor ya gak hidup atau kursinya naik – turun aja tidak
bisa, airnya pun gitu, sedikit. Kan sudah diperbaiki beberapa kali, dah benar
tapi rusak lagi. Kemarin pernah diperbaiki berapa kali tapi rusak lagi, gitu aja,
sudah pernahlah dua kali tapi rusak lagi,sudah diperbaiki tapi rusak lagi, ini
sudah 3 minggu air tidak lancar. Sedikitlah..sudah tercukupi tapi ada juga
yang masih belum, tapi ya sudahlah bilang. Kalau dulu sih memang iya,
sebelum apa, memang, dicukupi sih, kalau dulu sih maksudnya kita yang beli
gitu tapi uangnya dikasi dari mereka tapi kalau sekarang semenjak adanya
BPJS ini, JKN ini kan sudah langsung disediakan dari dinas ke apotik, kan
memang lumayan, lumayan terpenuhi sih, sedikit demi sedikit lah,ya
namanya..yaa. Kan sudah nampak sendiri kek gini, gak ada, pokoknya sudah
dibilang , sudah nampak sendiri, gak ada, ya maksudnya atas kebijakan kami
sendiri sterilisasinya kalau dari sini tidak ada sterilisasinya. Atau cairan lah
setidaknya disediakan dari sini, tapi itupun kek ya gak ada ya kan, jadinya ya
kami beli sendiri ” (Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”Belum…yaitu lah misalnya alat sterilisasi belum ada, dental chair ya pun
belum lengkap dan alat – alat giginya pun belum lengkap dan perlu ditambahi
lah. Sekarang ini kondisinya ada yang tidak baik, ada cara nya misalnya lampu
dental rusak ya kami pakai senter mengatasinya, ya gitulah caranya, lumayan
juga memengaruhi pekerjaan. Bahan, ya sudah. Sebelum apa ini JKN ini,
memang hari itu agak , agak kita sering juga menambah beli sendirilah gitu, ya
kayak sarung tangan sudah dikasi tapi kalau dulu kami beli sendiri, iya, sudah
agak lumayanlah gak kayak kami yang dulu, sekarang sudah dikasi.” (Perawat
Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Universitas Sumatera Utara

”Menurut saya gak tentulah, alat seperti dental ini, sudah rusak, tang gigi anak
ada beberapa yang gak ada. Lampunya gak ada. Ya terganggu tapi namanya
pasien mana mengerti. Hari itu ada masalah, air macet. Bahan habis pakai,
kita mohonkan, dulu handshoen gak ada, sekarang sudah ada. Dulu sebelum
JKN, beli sendiri, sekarang setelah JKN baru dari dinas. Sterilisasi di poli gigi
gak ada.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan masih belum
memadai, belum lengkap atau belum terpenuhi, dan ada dalam kondisi rusak seperti
set kursi gigi elektronik, skeler ultrasonik, alat bor, lampu dental unit, kondisi air
yang tidak baik, beberapa tang gigi anak yang tidak lengkap, tidak adanya sterilisasi
di dalam poli gigi puskesmas. Untuk melengkapi hasil wawancara tersebut, peneliti
juga melakukan pengamatan terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di poli gigi
dengan memakai pedoman daftar peralatan dan bahan habis pakai di poli gigi
menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.2. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75
Tahun 2014 di Puskesmas Tanjung Morawa
No

Jenis Peralatan

I.
1

Set Kesehatan Gigi & Mulut
Atraumatic Restorative Treatment (ART):
฀ Enamel Access Cutter
฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran
Kecil (Spoon Excavator Small)
฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran
Sedang (Spoon Excavator Medium)
฀ Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran
Besar (Spoon Excavator Large)
฀ Double Ended Applier and Carver
฀ Spatula Plastik
฀ Hatchet
฀ Batu Asah
Bein Lurus Besar
Bein Lurus Kecil

2
3

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan







Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. (Lanjutan)
No

Jenis Peralatan

I.
4

Set Kesehatan Gigi & Mulut
Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk
Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi)
(round, inverted dan fissure)
Bor Intan Kontra Angle Hand Piece
Conventional (Kecepatan Rendah) (round,
inverted dan fissure)
Ekskavator Berujung Dua (Besar)
Ekskavator Berujung Dua (Kecil)
Gunting Operasi Gusi
Handpiece Contra Angle
Handpiece Straight
Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai
Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu
Standar)
Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari :
฀ Kursi
฀ Cuspidor Unit
฀ Meja Instrumen
฀ Foot Controller untuk Hand Piece
฀ Kompresor Oilless 1 PK
Jarum exterpasi
Jarum K-File (15-40)
Jarum K-File (45-80)
Light Curing
Mikromotor dengan Straight dan Contra
Angle Hand Piece (Low Speed Micro
Motor portable)
Pelindung Jari
Pemegang Matriks (Matrix Holder)
Penahan Lidah
Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial
(Cryer Distal)
Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial
(Cryer Mesial)
Penumpat Plastis
Periodontal Probe
Penumpat Semen Berujung Dua
Pinset Gigi
Polishing Bur

5

6
7
8
9
10
11
12
13

14
15
16
17
18

19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan







Rusak



Rusak



Rusak






Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. (Lanjutan)
No

Jenis Peralatan

I.
29

Set Kesehatan Gigi & Mulut
Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri
(Type Chisel/Mesial)
Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan
(Type Chisel/Mesial)
Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type
Hook)
Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan
(Type Chisel/Mesial)
Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type
Chisel/Mesial)
Skeler Ultrasonik
Sonde Lengkung
Sonde Lurus
Spatula Pengaduk Semen
Spatula Pengaduk Semen Ionomer
Set Tang Pencabutan Dewasa (set) :
฀ Tang gigi anterior rahang atas dewasa
฀ Tang gigi premolar rahang
฀ Tang gigi molar kanan rahang atas
฀ Tang gigi molar kiri rahang atas
฀ Tang molar 3 rahang atas
฀ Tang sisa akar gigi anterior rahang
฀ Tang sisa akar gigi posterior rahang
฀ Tang gigi anterior dan premolar
rahang bawah
฀ Tang gigi
molar rahang bawah
kanan/kiri
฀ Tang gigi molar 3 rahang bawah
฀ Tang sisa akar rahang bawah
Set Tang pencabutan gigi anak :
฀ Tang gigi anterior rahang atas
฀ Tang molar rahang atas
฀ Tang molar susu rahang atas
฀ Tang sisa akar rahang atas
฀ Tang gigi anterior rahang bawah
฀ Tang molar rahang bawah
฀ Tang sisa akar rahang bawah
Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar)
Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil)
Skalpel, Tangkai Pisau Operasi
Tangkai kaca mulut

30
31
32
33
34
35
36
37
38
39

40

41
42
43
44

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan

















Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.2. (Lanjutan)
No

Jenis Peralatan

II.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Perlengkapan
Baki Logam Tempat Alat Steril
Korentang, Penjepit Sponge (Foerster)
Lampu Spiritus Isi 120 cc
Lemari peralatan
Lempeng Kaca Pengaduk Semen
Needle Destroyer
Silinder Korentang Steril
Sterilisator kering
Tempat Alkohol (Dappen Glas)
Toples Kapas Logam dengan Pegas dan
Tutup (50x70mm)
Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm)
Waskom Bengkok (Neirbeken)
Bahan Habis Pakai
Betadine Solution atau Desinfektan
lainnya
Sabun tangan atau antiseptic
Kasa
Benang Silk
Chromik Catgut
Alkohol
Kapas
Masker
Sarung tangan
Meubelair
Kursi Kerja
Lemari arsip
Meja Tulis ½ biro

11
12
III.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
IV.
1
2
3

Ketersediaan
Tidak
Ada
Ada

Keterangan

















Hasil observasi menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi belum
terpenuhi atau tidak memadai dan masih ada ditemukan beberapa alat kesehatan yang
tidak berfungsi dengan baik atau rusak yang perlu diperbaiki, seperti set kursi gigi
elektronik, lampu dental gigi, belum memiliki alat sterilisasi, alat cabut gigi untuk
anak-anak yang belum lengkap. Berdasarkan pengamatan peneliti, fasilitas kesehatan

Universitas Sumatera Utara

di puskesmas masih belum terpenuhi, kondisi air yang tidak baik menyebabkan
aktivitas pelayanan menjadi lambat, kondisi dental chair yang rusak membuat
ketidaknyamanan bekerja bagi petugas, hal ini tentunya memengaruhi kegiatan untuk
pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
Hasil wawancara tentang peran kepala puskesmas dalam upaya penyediaan
fasilitas kesehatan (peralatan, bahan habis pakai) yang mendukung pelayanan poli
gigi puskesmas adalah sebagai berikut :
”Tentang peran saya untuk dukungan ke poli gigi, yaa setiap kerusakan tetap
kita laporkan permintaan ke dinas”. Untuk bahan habis pakai kita sepertinya
sudah tercukupi, kan itu sudah ditentukan, sebelum dan sesudah JKN, ya tidak
begitu berbeda, tetap mengikuti aturan yang ditentukan” (Kapus Tj.Morawa)
”Alat yang rusak kita usulkan untuk dilakukan perbaikan. Ya perhatianlah ya
kan, ditanya apa kira-kira masalah di poli gigi. Apakah alatnya, pelayanan ke
pasiennya, pasiennya puas apa engggak, datang ke puskesmas ini, ke poli gigi
ada masalah apa enggak... Menerima keluhan” (Kapus Muliorejo)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kepala puskesmas tetap berusaha
memberikan perhatian kepada pelayanan poli gigi yang ditujukan bagi masyarakat,
yaitu dengan menindaklanjuti laporan ataupun usulan ke dinas tentang permintaan
perbaikan alat yang rusak, pemenuhan bahan habis pakai yang dibutuhkan di poli
gigi.
4.2.2. Kompetensi Dokter Gigi dan Perawat Gigi di Poli Gigi
Kompetensi dokter gigi dan perawat gigi adalah mencakup kemampuan
tenaga kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi) untuk melakukan atau menyiapkan
kegiatan tertentu yang bersifat kompleks/komprehensif dalam melayani masyarakat

Universitas Sumatera Utara

di poli gigi puskesmas sesuai kewenangannya mencakup layanan promotif, preventif,
kuratif dan rehabiltatif, sehingga tercapai apa yang menjadi harapan dari pasien.
Setiap tenaga kesehatan memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap
profesinya di tempat dia bekerja, masing – masing memiliki tugas dan wewenangnya
khususnya petugas kesehatan poli gigi puskesmas.
Hasil wawancara tentang wewenang petugas kesehatan dalam menangani
pelayanan di poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :
”Mencabut gigi anak-anak yaa, bantu bersihkan alat, untuk penambalan saya
kerjakan.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Pencabutan gigi semua bisa tapi dengan diawasi dokter, membersihkan alat
lah.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Pencabutan gigi dewasa maupun anak –anak, penambalan, pembersihan
karang gigi/scaling, tapi untuk scaling saya gak diberi pegang oleh dokter yang
satu, karena dia takut alatnya nanti rusak, beri resep atau pengobatan, buat
tampon.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)
”Kadang kek ginilah mengobati, mau juga kalau gak ada saya ya kan, ya
membersihkan alat, juga menangani pasien sekali-kali bisa, suntik mau juga
sekali-kali karena Ibu ini kan sudah lama, sudah ada Ibu ini 20 tahun disini
tapi ada saya disini, kadang ibu ini menensi, kan kami menensi dulu, ya
semualah ya ganti-gantianlah kami disini.”(Dokter Gigi Puskesmas
Tj.Morawa)
”Saya, pencabutan untuk anak – anak, pengobatan bisa juga, pemberian obat
misalnya gigi yang bengkak, abses, mengerjakan incisi tapi sebenarnya itu
pekerjaan dokter”. (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”Nyuci alat, membersihkan alat, membersihkan ruangan, pembersihan karang
gigi, menyuntik gigi yang mau.”(Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa untuk beberapa tindakan
pelayanan kepada pasien diberikan kepada perawat gigi untuk mengerjakannya

Universitas Sumatera Utara

dengan pengawasan atau diawasi oleh dokter gigi. Namun sebaliknya berdasarkan
pengamatan peneliti, saat melakukan tindakan pencabutan gigi dewasa (bukan sisa
akar gigi/radix), dilakukan oleh perawat gigi, itu tanpa pengawasan dari dokter gigi.
Berdasarkan observasi juga terlihat kondisi dokter gigi dan perawat gigi sama-sama
melakukan tindakan pelayanan ke pasien yang berbeda yaitu dokter gigi melakukan
penambalan di dental unit dan perawat gigi di kursi kerja melakukan pencabutan gigi
dewasa (molar tiga) tanpa pengawasan dokter gigi. Untuk scaling, dokter gigi tidak
mengijinkan perawat membantunya, jadi kurangnya kerjasama. Selain itu dalam
menjalankan tindakan ataupun memberikan pelayanan kepada masyarakat, di poli
gigi Puskesmas Muliorejo tidak didukung dengan adanya standar prosedur (SOP),
dan ini berbeda dengan poli gigi Puskesmas Tanjung Morawa.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang penting bagi
implementasi program JKN. Suatu keahlian dan kemampuan dari tenaga kesehatan
sangat diperlukan (kompeten dan kecakapan profesi) untuk menjalankan pelayanan
program yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan atau sosialisasi
dari instansi.
Hasil wawancara tentang penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan bagi
tenaga kesehatan gigi adalah sebagai berikut :
”Belum pernah ada Pelatihan ya, untuk profesi kesehatan gigi.”(Kapus
Tj.Morawa)
”Kayaknya ada sekali, ada untuk perawat gigi.”(Kapus Muliorejo)
”Yang dari dinas atau puskesmas sini, tidak ada ya melaksanakan pelatihan,
gak pernah.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

Universitas Sumatera Utara

”Tidak pernah.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Tidak pernah.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)
”Iya, ada sekali.” (Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”Saya gak pernah.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”Kalau dari dinas untuk perawat gigi saya tidak pernah pelatihan, berkaitan
dengan gigi tidak pernah.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk profesi kesehatan yang ada
di poli gigi puskesmas tidak pernah dilakukan pendidikan dan pelatihan terkait
kesehatan gigi dan mulut, hal ini dikarenakan puskesmas lebih mengutamakan upaya
kesehatan wajib puskesmas.
Dalam hal memberikan jasa pelayanan kepada masyarakat, maka setiap
tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hasil wawancara tentang kepemilikan SIP dan SIK tenaga kesehatan untuk
poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :
”Untuk dokter gigi dan perawat gigi sudah ada, jadi sudah membantu proses
pelayanan. Sepertinya semua sudah mengurus ya, karena untuk jaspel harus
ada SIP dan SIK, kan itu sebagai persyaratan kredensialing juga.”(Kapus
Tj.Morawa)
”Sudah, wajib sudah ada SIPnya.”( Kapus Muliorejo)
”Ada SIP saya.” (Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Untuk SIP, saya punya tapi ya sudah habis masa berlakunya, belum
diperpanjang lagi.” (Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”SIP, saya punya itu tapi ya sudah habis masa berlakunya, belum diurus lagi.”
(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)

Universitas Sumatera Utara

”Ada saya punya SIP.” (Dokter gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”SIP, iya saya punya itu.” (Perawat gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”SIP ada.” (Perawat gigi Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa pegawai kesehatan di poli gigi
sudah memiliki surat ijin praktek dokter gigi demikian juga perawat giginya sudah
memiliki surat ijin kerja dikarenakan ini adalah persyaratan kredensialing dan syarat
dalam pembagian jasa pelayanan harus melampirkan surat ijin praktek dan surat ijin
kerja tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti dari nomor registrasi SIP dan SIK
pegawai, bahwa masih ada pegawai yang surat ijin kerja sudah habis masa berlakunya
dan perlu proses pengurusan kembali.
4.2.3. Pola Komunikasi di Poli Gigi
Terbinanya hubungan yang baik antara petugas kesehatan poli gigi dengan
pasien menimbulkan terlaksananya kegiatan penanganan secara efektif, dimana
kemampuan dan keterampilan dari petugas kesehatan dalam menyampaikan
informasi akan membina komunikasi yang efektif, sehingga banyak hal – hal yang
negatif dapat dihindari.
Hasil wawancara tentang pola komunikasi tenaga kesehatan gigi adalah sebagai
berikut :
”Pasien yang datang ya kita tanya, apa keluhannya, sudah berapa lama
sakitnya kalau misalnya pasien datang dengan gigi yang bengkak, sudah
makan obat apa selama sakit. Kita harus beritahukan apa alasannya kenapa
tidak dilakukan cabut gigi misalnya, akibatnya apa nanti. Kita beritahu bahwa
sikat gigi itu sebelum tidur, bukan untuk anak aja, ibu nya juga dan anggota
keluarga lain”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

Universitas Sumatera Utara

”Kita dudukkan pasien, baru kita tanya riwayat penyakitnya, apakah ada sakit,
apa keluhannya, kita lihat kondisi mulutnya baru setelah kita tahu, kita
menegakkan diagnosanya.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Sejak kapan mulai giginya sakit, sudah berapa lama, sebelum ke puskesmas
obat apa yang sudah dimakan, ntah dari bidan klinik lain atau dari apotek,
setelah makan obat reaksinya bagaimana, setelah itu langsung berobat kesini
atau dibiarkan dulu karena sudah sembuh, atau kambuh lagi balik baru datang
lagi ke puskesmas.” (Perawat Gigi Puskesmas Muliorejo)
”Pasiennya datang, ya kita tanyai lah semua ya kan, penyakit, apa maksudnya
dah berapa lama sakitnya, sakitnya, ntah bagaimana sakitnya ntah jatuh,ntah
trauma dia atau sudah ditanya semua, atau ada penyakit lain, atau ada alergi
lain, baru kita periksa. Kita kasi pengarahan kan sama dia. Kita harus
jelaskan, kalau kita langsung cabut kan gak mungkin.”(Dokter gigi Puskesmas
Tj.Morawa)
”Ya kita tanyakanlah sakitnya, kita tanyakan sakitnya gitu, trus itu berapa
lama sakitnya, berapa hari.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”Pasien datang kita suruh masuk, apa keluhannya bu ? mungkin giginya sakit,
silahkan duduk, baru kita periksa giginya yang mana yang sakit, apa yang
perlu dilakukan kasitahu sama dokternya, selanjutnya dokter lah bagaimana,
apakah sudah bisa dicabut,kalau sudah bisa, disuruh kami nyuntik.”(Perawat
gigi Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk pola komunikasi tenaga
kesehatan terhadap pasien dari segi kemampuannya untuk mengerti keluhan pasien,
terlihat para petugas sudah memberikan komunikasi yang baik, yaitu sudah
melakukan anamnesa meliputi pemeriksaan dengan melakukan tanya jawab terhadap
perasaan pasien meliputi apa yang dirasakan pasien, sudah berapa lama sakit, keluhan
utamanya apa, riwayat penyakitnya apa. Selanjutnya memberikan tindakan
penanganan sesuai dengan keluhan pasien yang datang ke poli gigi puskesmas.

Universitas Sumatera Utara

Kemampuan atau kepekaan tenaga kesehatan terhadap perasaan pasien sangat
memberi rasa nyaman bagi pasien yang datang. Sehingga sikap dan emphati dari
petugas sangat memberi dampak positif bagi kepuasan pasien.
Hasil wawancara tentang pola komunikasi yaitu sikap tenaga kesehatan gigi
adalah sebagai berikut :
”Saya datang untuk minta rujuk, karena dulu berobat dan sekarang belum
sembuh juga, jadi mau minta suratlah biar ke RS. Petugasnya memberikan
penanganan ataupun periksanya seperti gak senang, apa karena minta ke RS
ya..jadi mau ke RS aja kah, gak mau disini, gitu katanya.” (Pasien 1 Puskesmas
Muliorejo)
”Saya datang ke sini untuk bawa anak saya cabut gigi, biasalah anak –anak
kan takut, nangis, saya juga sudah bujuk, tapi petugasnya malah bilang, ya
sudah bu bawa aja anaknya keluar datang aja jika sudah mau.” ( Pasien 2
Puskesmas Muliorejo)
”Maunya mereka berikan informasi lalu memberikan tindakanlah, kemarin itu
saya datang sikap petugasnya mau cepat aja, kan ini pemerintah harus berikan
layanan yang baik dong…saya selalu tidak puas akan responnya, mereka tidak
ramah, gak ngerti dengan mau kita.” (Pasien 3 Puskesmas Muliorejo)
”Kebetulan ya apa itu, giginya apa namanya, terasa nyeri maka datang kemari
memakai kartu BPJS. Mereka cukup melayani, kebetulan saya perhatikan tadi,
karena kondisi anak, jadi dipercepatkan pemanggilan pemeriksaan
kesehatannya. Respon saya cukup positiflah, mereka ada menjelaskan dan ada
penyampaiannya.” (Pasien 1 Puskesmas Tj.Morawa)
”Saya datang cabut gigi, yaa gitu mereka biasa aja gak ada jelaskan, kita
cabut ya, sudah gitu, disuruh nunggu sampai kebas.” ( Pasien 2 Puskesmas
Tj.Morawa)
”Ada gigi ya berlobang jadi minta dicabut. Ya selama ini saya disini mudah –
mudahan masih baiklah pelayanannya. Ya alhamdullilah baik- baik. Ya dia
bilang kalau giginya masih sakit itu tidak boleh dicabut itu kalau sudah baik itu
dikasi ya obat berapa hari lagi datang itu giginya bisa dicabut.”( Pasien 3
Puskesmas Tj.Morawa)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk pola komunikasi tenaga
kesehatan terhadap pasien dari segi kemampuannya untuk menunjukkan sikap
emphati dalam menangani keluhan pasien, masih ada kurangnya penyampaian
informasi yang baik dan jelas kepada pasien. Berdasarkan pengamatan peneliti
terhadap sikap peka petugas terhadap pasien yang datang ke poli gigi khususnya
pasien anak – anak, petugas cenderung tidak sabar dan tidak mau memberikan
perhatian yang lebih untuk menciptakan kenyamanan pada pasien. Petugas kurang
memperlihatkan emphatinya kepada pasien khususnya lansia dan anak –anak.
Persetujuan tindakan medik merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh
pasien atau keluarganya, atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Hal ini perlu untuk menghindari masalah –
masalah yang akan muncul setelah atau pada saat proses pelayanan diberikan
terhadap kesehatan gigi dan mulut.
Hasil wawancara tentang tindakan persetujuan sebelum melakukan tindakan
adalah sebagai berikut :
”Ya, sebelum melakukan tindakan kita terlebih dahulu menanyakan tentang
kesiapan pasien, setelah iya setuju baru kita kerjakan.”(Dokter Gigi
Muliorejo)
”Ada.”(Dokter Gigi Muliorejo)
”Ya, memang ada persetujuan, karna kita bilang nanti menyangkut biaya yang
dimiliki pasien.”(Perawat Gigi Muliorejo)
”Ya, misalnya untuk pasien yang mau cabut tapi kondisinya tidak baik, ya
tanda tangan di statusnya.”(Dokter Gigi Tanjung Morawa)

Universitas Sumatera Utara

”Ya, biasanya itu untuk ini, untuk pasien yang kita curigai, misalnya punya
penyakit gula, darah tinggi, jantung, ahh itu yang kira-kira kita
curigailah.”(Perawat Gigi Tanjung Morawa)
”Ya, harus, manatahu ada kasus yang tidak memungkinkan dicabut.”(Perawat
Gigi Tanjung Morawa)
”Yaa gitulah” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)
”Tidak ada ditanyaipun, ini aja dibiarin” ( Pasien 2 Puskesmas Muliorejo)
” Ada, ada ditanyakan ” (Pasien 3 Puskesmas Muliorejo)
”Ohh..Tidak ada.” (Pasien 1 Puskesmas Tj.Morawa)
”Biasa ajalah pokoknya.” ( Pasien 2 Puskesmas Tj.Morawa)
”Ya ada.”( Pasien 3 Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk permintaan persetujuan
kepada pasien telah dilakukan sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan
mulut. Berdasarkan pengamatan peneliti, untuk melakukan tindakan pelayanan
kepada pasien, kadang petugas langsung melakukan tindakan misal untuk pencabutan
gigi, tanpa meminta persetujuan ke pasien.

4.3. Proses Kepatuhan Memenuhi Standar Pelayanan Gigi dan Mulut
Kepatuhan adalah upaya perilaku yang timbul akibat adanya keinginan untuk
mencapai suatu hasil yang baik yang sesuai dengan aturan dan berdisiplin di dalam
pelayanan poli gigi puskesmas. Pembagian tugas, penanganan kasus atau keluhan
dari pasien yang datang mampu menciptakan pelayanan yang baik sesuai yang
diharapkan. Program JKN sendiri juga memberikan cakupan pelayanan yang dijamin
untuk pelayanan poli gigi.

Universitas Sumatera Utara

Hasil wawancara tentang tindakan pelayanan yang ditangani di poli gigi
puskesmas adalah sebagai berikut :
”Kita melakukan penambalan, pembersihan karang gigi dan pencabutan, kita
juga memberikan penyuluhan atau edukasi, sikat gigi ya pagi sesudah sarapan
dan malam sebelum tidur.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Pencabutan, penambalan, pembuatan protesa,
gigi/scaling.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

pembersihan

karang

”Kasus pencabutan gigi, penambalan gigi, pembersihan karang gigi.”(Perawat
gigi Puskesmas Muliorejo)
”Paling pengobatan, paling penambalan tapi tidak terlalu banyak, sama
scaling pun ada juga, paling daruratnya incisi sekali-kali.”(Dokter Gigi
Puskesmas Tj.Morawa)
”Ya yang mau cabut gigi, pengobatan, scaling/pembersihan karang gigi,
nempel gigi, penambalan sekali- kali, tapi penambalannya yang belum
mengenai saraf bukan perawatan saraf gigi tapi penambalan. Tapi itupun
gimana mau nambal ya alatnya ya aja gak lengkap, tidak bisa kerja kan.”
(Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
”Paling gigi yang berlubang, gigi yang gangrein, gigi yang goyang, atau yang
sudah tumbuh berlapis.”(Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk tindakan pelayanan yang
dilakukan di poli gigi adalah pencabutan, penambalan, pembersihan karang gigi dan
pengobatan juga rujukan.
Untuk menangani kasus pasien yang datang maka diperlukan adanya
penyampaian informasi yang baik, untuk itu kepekaan dari petugas akan kebutuhan
pasien perlu diberikan.
Hasil wawancara tentang kemampuan petugas dalam menanggapi keluhan
pasien yang datang berobat ke poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

”Misal untuk cabut gigi, pasien datang kan langsung meminta untuk cabut gigi,
kita periksa dulu bagaimana tensinya, kan tidak sembarangan apalagi
orangtua, kita jelaskan kalau kondisinya bisa atau tidak untuk
dicabut.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)
”Ya misalnya dia keluhannya sakit, kita periksa, kita lihat kondisi giginya, kita
lakukan perkusi, kalau pada saat perkusi masih sakit, kita lihat ada terjadi
abses kita lakukan pemberian obat dulu. Kalau kita lakukan perkusi tidak ada
apa-apa, tidak terjadi pembengkakan, misalnya giginya minta dicabut ya kita
cabut, kalau masih bisa dirawat kita sarankan dirawat saluran akar.”(Dokter
gigi Puskesmas Muliorejo)
”Kalau disitu melihat kondisi diagnosa pasien, bila perlu langsung
dilaksanakan, bila tidak diberikan resep pengobatan. Apabila mau dilakukan
penambalan jadi disuruh pasiennya menjaga kebersihan giginya agar giginya
tidak rusak jadi setelah itu dilakukan penambalan baru dilakukan penyuluhan,
memeriksakan gigi paling lama 6 bulan sekali, biar lebih dini kita mengetahui
ada kelainan di dalam mulut.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)
”Misalnya cabut gigi, Iyalah harus dijelaskan, kalau kita langsung cabut gak
mungkin kita anamnesa gitu nanya ke dia, kan gak mungkin kita langsung
cabut. Gak ngerti lah mereka jadi harus dijelaskan. Atau misalnya dia minta
cabut gigi yang ini dan disini ada juga, ada 2 misalnya kanan kiri, tapi gusinya
yang paling sehat adalah sebelah sini untuk gigi gerahamnya, kita bilang ini
gak bisa, memang dua-dua gak pernah sakit tapi nanti bu ini pasti sakit dan ibu
gak pernah cabut, jadi itu contohnya, kita terangkan, jika ini saya cabut pasti
ibu trauma jika langsung cabut ini, ini gusinya tidak sehat, akan sakit sekali,
ini masih perlu obat kalau yang satu lagi gak perlu obat.”(Dokter Gigi
Puskesmas Tj.Morawa)
”Pemeriksaanlah, kita lihat dulu keadaan giginya yang mana yang sakit, kalau
misalnya giginya misalnya gangrein kita lihat, maksudnya bengkak apa gak,
kalau misalnya akar atau bengkak, kita kasi pengobatan, kalau misalnya
pulpitis yang masih berlobang, lagi sakit kali sementara kita kasi apalah
pengobatan eugenol itu kita masukkan ke lobang giginya.” (Perawat Gigi
Puskesmas Tj.Morawa)
Ya..kalau masih sakit giginya, kata dokter makan obat dulu, kalau sudah
sembuh beberapa hari lagi baru datang lagi kalau mau dicabut. Ya..kalau
memang keadaan giginya gak harus dicabut, kita kasih motivasilah, sayang
dicabut, kan ada gitu dia pingin kali dicabut padahal giginya masih bisa
dipertahankan.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk melakukan tindakan
pelayanan kepada pasien, petugas kesehatan sudah memberikan penjelasan akan hal –
hal apa yang akan dilakukan terhadap keluhan pasien seperti pencabutan gigi, apakah
sudah bisa dilakukan tindakan atau masih perlu memakan obat sampai kondisi gigi
tidak sakit, pemeliharaan kebersihan gigi, pemberian eugenol terhadap gigi yang
berlobang dan sakit sebelum ditambal. Namun menurut pengamatan peneliti, saat
pasien datang dengan keluhannya, untuk beberapa kasus tidak memberikan
penjelasan ataupun pemeriksaan kepada pasien di kursi dental unit.
Pada program JKN ini, Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional mencakup
pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif termasuk pelayanan obat
dan bahan medis habis pakai sesuai dengan kebutuhan medis. Menurut Peraturan
BPJS Kesehatan No.1 Tahun 2014, Cakupan Pelayanan yang akan diterima oleh
peserta yang datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama di poli gigi meliputi :
Administrasi pelayanan, terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi
lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan lain ;
Pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi medis ; Premedikasi ; Kegawatdaruratan
oro-dental ; Pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi) ; Pencabutan gigi permanen
tanpa penyulit ; Obat pasca ekstraksi ; Tumpatan komposit/GIC ; Skeling gigi (1x
dalam setahun).
Hasil wawancara tentang pelayanan di poli gigi puskesmas adalah sebagai
berikut :

Universitas Sumatera Utara

”Untuk pasien JKN, kita tidak ada meminta biaya.”(Dokter Gigi Muliorejo)
”Kalau pemegang kartu, gratis semuanya.”(Dokter Gigi Muliorejo)
”Ya, untuk pasien JKN kita tidak minta biaya, tapi untuk bersihkan karang gigi
ya dokter meminta biayanya, kalau pembersihan Rp.50000, kan itu lumayan
pekerjaan ya.”(Perawat Gigi Muliorejo)
”scaling kan manual, trus lama, namanya manual, jaranglah, paling maulah
sekali kali,itupun cari hari yang sunyi, karena kan lama, jika ada ya 15 atau
10 kadang mau kalau dia banyak kali sampai ke 20, tapi 15 lah.”(Dokter Gigi
Tanjung Morawa)
”Yaa itulah kemarin melakukan tindakan bersihkan karang gigi, baru itu, tapi
saya diminta biayanya Rp.25 rb gitulah” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)
Berdasarkan hasil wawancara dengan sumber informasi di atas menunjukkan
bahwa setelah melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, pasien tidak dikenakan
biaya, namun untuk pelayanan pembersihan karang gigi, pasien dikenakan tarif.

4.4. Output Pelayanan Gigi dan Mulut Sesuai Standar Pelayanan
Program JKN memberikan manfaat kepada masyarakat terhadap tindakan
pelayanan yang diberikan oleh poli gigi puskesmas sebagai FKTP BPJS. Kemudahan
ini diberikan untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setingi-tingginya.
Standar digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan
dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di
Puskesmas (Depkes RI, 2009), meliputi :
1. Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut yang ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya, yaitu : upaya menghilangkan rasa sakit