Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lembaga perbankan sebagai salah satu lembaga keuangan, mempunyai nilai
strategis dalam kehidupan perekonomian nasional. Lembaga tersebut dimaksudkan
sebagai perantara pihak-pihak yang mempunyai kelebihan dana (surplus of fund),
dengan pihak-pihak yang kekurangan dan memerlukan dana (lack of funds), sehingga
peranan dari lembaga keuangan yang sebenarnya, yaitu sebagai perantara keuangan
masyarakat (financial intermediary). Dari berbagai lembaga perbankan tersebut, salah
satunya yaitu lembaga keuangan bank.1
Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu negara
khususnya di era globalisasi sekarang ini, di mana bank menjadi bagian dari sistem
keuangan dan sistem pembayaran dunia. Mengingat hal yang demikian itu, maka
begitu suatu bank telah memperoleh izin berdiri dan beroperasi dari otoritas moneter
dari negara yang bersangkutan, bank tersebut menjadi "milik" masyarakat.2 Oleh
karena itu, eksistensinya bukan saja hanya harus dijaga oleh para pemilik bank itu
sendiri dan pengurusnya, tetapi juga oleh masyarakat nasional dan global.
Peranan perbankan dalam memajukan perekonomian di Indonesia sangat
besar, dimana hampir di semua sektor yang berhubungan dengan kegiatan keuangan


1

Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000, hal 77
2
Sutan Remy Sjahdeini, Rahasia Bank: Berbagai Masalah Disekitarnya, Makalah, Diskusi
Mengenai Legal Isues Seputar Pengaturan Rahasia Bank, Bank Indonesia, Jakarta. Juni 2005, hal. 1.

1

Universitas Sumatera Utara

2

senantiasa membutuhkan jasa bank. Peran strategi bank terletak pada fungsi utama
bank dalam menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat, khususnya
dalam kegiatan penyediaan dana untuk menunjang kegiatan usaha.
Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan (Selanjutnya disebut UU

No. 10 Tahun 1998) menyebutkan bahwa “Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Pengertian ini menggambarkan bahwa
bank sebagai lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana atau uang dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana atau uang kepada
masyarakat yang berupa pinjaman dana atau uang bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya berdasarkan prinsip bunga maupun berdasarkan prinsip syariah.
Dalam menjalankan peranannya, maka bank bertindak sebagai salah satu
bentuk lembaga keuangan yang bertujuan memberikan kredit, dan jasa-jasa lainnya.
Adapun pemberian kredit itu dilakukan dengan jalan memperedarkan alat-alat
pembayaran baru berupa uang giral.3 Dana yang diterima dari masyarakat, apakah itu
berbentuk simpanan berupa tabungan, giro, atau deposito, pada akhirnya diedarkan
kembali oleh bank, misalnya lewat pasar uang (money market), pendepositoan
investasi dalam bentuk lain dan terutama dalam pemberian kredit. 4 Kredit dalam

3
4

O.P. Simorangkir, Kamus Perbankan, Bina Aksara, Bandung, 1989, hal 33
Muhammad Djumhana, Op. Cit, hal 298


Universitas Sumatera Utara

3

kegiatan perbankan merupakan kegiatan usaha yang paling utama, karena pendapatan
terbesar dari usaha bank, berasal dari pendapatan kegiatan usaha kredit, yaitu berupa
bunga dan provisi.
Kredit merupakan bisnis utama dari sebuah bank dan merupakan sumber
pendapatan utama bagi bank. Adanya kredit bermasalah tentu akan mempengaruhi
pendapatan bagi bank. Kredit bermasalah ini tidak saja berpengaruh terhadap
perolehan bunga melainkan juga dapat menyebabkan biaya ekstra untuk menangani
kredit bermasalah tersebut bahkan dapat jadi pokok pinjaman yang diberikan tidak
kembali sehingga bank dapat mengalami kerugian. Kondisi ini menunjukkan bahwa
bank dalam pelayanan pemberian atau penyaluran kredit kepada masyarakat tidak
luput dari berbagai permasalahan, diantaranya adalah kredit macet, dimana nasabah
sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajiban kepada bank seperti
yang telah diperjanjikan. Oleh karena itu, bank dituntut untuk setiap waktu
memastikan bahwa kredit yang disalurkan sudah memenuhi ketentuan perbankan
terutama hal-hal yang menyangkut orang/badan dan agunan yang digunakan oleh

orang/ badan tersebut.
Lembaga perbankan dalam menjalankan fungsinya di sektor penyaluran dana
atau kredit kepada calon debitur (nasabah) haruslah melaksanakan prinsip prinsip
dasar perkreditan atau azas prudentialitas, antara lain memiliki keyakinan bahwa
debitur memiliki kesanggupan untuk melunasi hutangnya serta memegang teguh
prinsip kehati-hatian, seperti yang tertuang dalam Pasal 8 ayat (1) UU No. 10 Tahun
1998 yang menyatakan:

Universitas Sumatera Utara

4

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank
umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas
itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.
Kredit yang disalurkan oleh bank kepada pihak penerima kredit (debitur) yang
dibuat dalam suatu bentuk perjanjian, menimbulkan hak dan kewajiban pada masingmasing pihak, bank sebagai pemberi atau penyalur kredit berkewajiban untuk
menyediakan uang dan pihak debitur juga berkewajiban untuk mengembalikan

kreditnya sesuai dengan jangka waktu yang telah disepakati bersama.
Kredit ini sangat dibutuhkan oleh banyak orang/badan dalam menata
kehidupan ekonomi yang lebih baik. Kebutuhan akan kredit tidak hanya dibutuhkan
oleh masyarakat yang berpenghasilan tidak tentu tetapi juga masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti Pegawai Negeri Sipil maupun karyawan yang bekerja
pada perusahaan.
Pendapatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang hanya bergantung pada gaji
bulanan tidak jarang memaksa mereka untuk mencari sumber pendapatan lain dalam
rangka pemenuhan kebutuhan konsumtifnya. Kredit bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan konsumtif bagi para Pegawai Negeri Sipil yang membutuhkannya dimana
pelunasannya dilakukan dengan sistem pemotongan gaji oleh Bendahara Satuan Kerja
Perangkat Daerah dimana Pegawai Negeri Sipil tersebut bertugas.
Kredit yang akan disalurkan harus memenuhi beberapa syarat salah satunya
harus adanya jaminan atau agunan. Agunan dapat berupa benda yang menurut
hukum digolongkan sebagai barang yang tidak bergerak seperti tanah dan bangunan;

Universitas Sumatera Utara

5


berupa benda yang menurut hukum digolongkan sebagai barang bergerak seperti
kendaraan bermotor; agunan berupa surat-surat berharga maupun surat-surat yang
didalamnya melekat hak tagih, seperti : saham, efek, Surat Keputusan5 Pegawai
Negeri Sipil atau berupa Surat Keputusan Pensiun Pegawai Negeri Sipil. Walaupun
Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil bukan merupakan benda yang dapat
dipindahtangankan tetapi perkembangan dalam praktek perbankan dilihat pada sisi
ekonomis pada surat tersebut sehingga menjadikannya dapat diterima sebagai
jaminan kredit.
Dalam rangka mengurangi potensi kegagalan usaha bank akibat dari
konsentrasi penyediaan dana untuk penyaluran kredit bank wajib menerapkan prinsip
kehati-hatian, antara lain dengan melakukan penyebaran dan diversifikasi portofolio
penyediaan dana terutama melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada pihak
terkait maupun kepada pihak bukan terkait sebesar persentase tertentu dari modal
bank atau yang dikenal dengan “Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK)”. 6
Berdasarkan prinsip dasar penyaluran kredit di atas, maka bank dalam
manajemen kreditnya harus memahami unsur unsur dalam kredit sebagai bagian yang
penting dalam melakukan tata kelolanya, unsur unsur tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang,
jasa dan barang) yang diberikanannya akan benar-benar diterimanya kembali
dimasa tertentu yang akan datang.


5

Sjachran Basyah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi Negara, Alumni,
Bandung, 2004 hal. 230
6
Penjelasan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 Tentang Batas
Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum.

Universitas Sumatera Utara

6

2. Waktu, bahwa antara pemberian prestasi dan pengambilannya dibatasi oleh
suatu masa waktu tertentu. Dalam unsur waktu ini terkandung pengertian
tentang uang bahwa uang sekarang lebih bernilai dari uang di masa yang akan
datang.
3. Degree of risk, yaitu pemberian kredit menimbulkan tingkat risiko, di masamasa tenggang adalah masa abstrak. Risiko timbul bagi pemberian karena
uang/barang yang berupa prestasi telah lepas kepada orang lain.
4. Prestasi yang diberikan, adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa

dan uang. Dalam pekembangan perkreditan ini, maka yang dimaksud dengan
pemberian kredit adalah uang.7
Dasar hukum penerapan prinsip kehati-hatian dalam perjanjian kredit pada
bank, diatur dalam Pasal 2 UU No. 10 Tahun 1998 yang menyebutkan bahwa
“perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi
dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”. Menurut Pasal 2 ayat (1) Surat
Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991,
Jaminan dalam Pemberian Kredit merupakan keyakinan bank atas kesanggupan
debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Guna memperoleh
keyakinan tersebut maka bank sebelum memberikan kreditnya harus melakukan
penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek
usaha dari debitur. Bentuk penilaian tersebut dikenal dengan istilah 5C dan 7P.
Penilaian terhadap melalui 5C adalah guna melihat karakteristik debitur/nasabah yang
(bancable), yang terdiri dari :
1. Character, merupakan sifat-sifat calon debitur seperti kejujuran, perilaku dan
ketaatannya.
2. Capital, merupakan struktur modal/ kinerja hasil dari modal itu sendiri dari
perusahaan apabila debiturnya merupakan perorangan.

7


Muchdarsyah Sinungan, Dasar-Dasar Dan Teknik Managmen Kredit, Bumi Aksara,
Jakarta, 1993, hal. 3.

Universitas Sumatera Utara

7

3. Capacity, merupakan perhatian terhadap kemampuan debitur, yaitu
menyangkut kepemimpinan dan kinerjanya dalam perusahaan.
4. Collateral, merupakan kemampuan calon debitur memberikan agunan serta
memiliki nilai baik secara hukum dan ekonomis.
5. Condition of Economy, yaitu segi kondisi yang sangat cepat berubah.8
Kesemua hal tersebut harus menjadi perhatian bank dalam menentukan
prasyarat pada saat penyaluran kredit khususnya terhadap

jaminan atau agunan

(colalteral). Bank harus meminta jaminan/agunan yang gunanya adalah untuk
melindungi kelancaran kredit yang diberikan, karena jaminan sangat menentukan

bagi kedudukan bank pada saat piutang bank bermasalah.
Dalam praktek, bank memberikan kredit dengan mewajibkan adanya barang
jaminan, baik berupa barang bergerak ataupun barang tidak bergerak. Hal ini sangat
tergantung dari nilai kredit yang diminta, dan biasanya bank hanya memberikan
kredit sebesar 60 % sampai 70 % dari nilai jaminan. Selain itu, juga tergantung pada
kepercayaan, tenggang waktu, degree of risk, dan prestasi atau obyek kredit.

9

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa dalam perkreditan istilah
jaminan sering bertukar dengan istilah agunan. Menurut Muhammad Djumhana,
apabila yang dimaksud jaminan itu adalah sebagaimana yang disebutkan dalam pasal
2 ayat (1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal
28 Februari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit, maka jaminan itu adalah suatu
keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit sesuai dengan yang

8

M. Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2003, hal.40.

9
Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Andi, Yogyakarta, 2000, hal
51-52.

Universitas Sumatera Utara

8

diperjanjikan. Menurut Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 adalah lembaga
jaminan yang disebut jaminan fidusia.10
Jaminan Fidusia adalah lembaga jaminan yang dapat digunakan untuk
mengikat objek jaminan yang berupa barang bergerak dan barang yang tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat dibebani hak tanggungan. Objek jaminan
fidusia tetap dalam penguasaan pemiliknya. Maka menurut Djumhana istilah yang
tepat sebenarnya harus memakai istilah agunan. Selain itu, perlu diketahui bahwa
jaminan-jaminan yang ideal dalam pemberian kredit oleh Bank dapat dilihat dari :
1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit oleh pihak yang
memerlukannya;
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) si penerima kredit untuk meneruskan
usahanya;
3. Memberikan kepastian kepada kreditor dalam arti bahwa mudah diuangkan
untuk melunasi hutangnya si debitor.11

Menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia
yang dimaksudkan dengan agunan yang ideal, yaitu agunan yang berkualitas tinggi
serta mudah dicairkan,12 meliputi surat berharga dan atau tagihan yang diterbitkan
oleh pemerintah/badan hukum lain yang mempunyai peringkat tinggi, berdasarkan
hasil penilaian lembaga pemerintahan yang kompeten dan sewaktu-waktu dapat
dengan mudah di jual ke pasar.

10
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2007, hal.50
11
Soebekti, Jaminam-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia, Bandung:
Alumni, 1986, hal.29.
12
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, Pasal 11 ayat (2)

Universitas Sumatera Utara

9

Dengan demikian Bank dituntut untuk setiap waktu memastikan bahwa
agunan yang diterima telah memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, sehingga dapat dipastikan bahwa seluruh aspek yuridis yang berkaitan
dengan pengikatan agunan kredit telah disediakan dan mampu memberikan
perlindungan yang memadai bagi bank yang bersangkutan.
Namun demikian penggunaan Surat Keputusan

Pegawai Negeri Sipil ini

sebagai agunan tidak dapat memperkecil resiko terhadap bank, apalagi jika terhadap
PNS tersebut terjadi hal yang tidak terduga seperti diberhentikan atau dipecat
sebelum memasuki masa pensiun. Kondisi seperti ini mengakibatkan hilangnya hakhak kepegawaian dari PNS tersebut termasuk diberhentikannya pembayaran gaji yang
tentunya berdampak pada tertunggaknya pembayaran angsuran kredit Bank. Atas
dasar hal tersebut tentunya Bank akan kesulitan untuk melakukan eksekusi apabila
terjadi kredit macet dalam masa pelunasan atas kredit dimaksud.
Pemberian kredit kepada Pegawai Negeri Sipil yang menggunakan Jaminan
Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Bank harus benar-benar memperhatikan halhal yang memang meyakinkan Bank bahwa penerima kredit mempunyai kesanggupan
membayar dan beritikad baik. Selain itu, pihak bank dapat saja menambah
persyaratan tertentu seperti penambahan agunan atau jaminan lain seperti benda
bergerak berupa kenderaan bermotor yang dapat diikat dengan fidusia dan benda
tetap berupa tanah dan bangunan yang diikat dengan hak tanggungan.
Pemberian kredit kepada Pegawai Negeri Sipil dapat berpotensi menjadi
kredit bermasalah dan berpotensi macet. Kondisi ini dipengaruhi oleh beberapa hal

Universitas Sumatera Utara

10

diantaranya karena kelalaian bendahara memotong gaji PNS, karena dipecat atau
diberhentikan sebelum masa pensiun dan adanya pinjaman rangkap (double Credit).
Dari ketiga hal di atas maka penulisan tesis ini akan membahas tentang penyelesaian
kredit bermasalah dengan jaminan surat keputusan Pegawai Negeri Sipil terhadap
Pegawai Negeri Sipil yang dipecat.
Adanya kredit bermasalah yang disebabkan oleh Pegawai Negeri Sipil yang
dipecat juga terjadi pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang. Guna mengatasi hal
ini PT. Bank Aceh mengahadapi masalah yang tidak mudah sehingga perlu segera
dilaksanakan eksekusi terhadap agunan yang diberikan oleh Pegawai Negeri Sipil
penerima kredit.

Berdasarkan uraian tersebut

sangat menarik untuk dikaji dan

dibahas lebih lanjut mengenai eksekusi terhadap jaminan yang kemudian dituangkan
dalam bentuk Tesis yang

berjudul “Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan

Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil
yang Dipecat (Studi pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang merupakan permasalahan yang
menarik untuk dikaji lebih lanjut adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan eksekusi atas kredit macet dengan menggunakan
Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil ?
2. Bagaimana kedudukan jaminan kredit dengan Surat Keputusan Pegawai
Negeri Sipil apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut di pecat ?

Universitas Sumatera Utara

11

3. Bagaimana upaya PT. Bank Aceh dalam penyelesaian kredit macet terhadap
Pegawai Negeri Sipil yang di pecat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan yang
hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan eksekusi atas kredit macet dengan
menggunakan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil.
2. Untuk mengetahui kedudukan jaminan kredit dengan Surat Keputusan
Pegawai Negeri Sipil apabila Pegawai Negeri Sipil tersebut di pecat.
3. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan oleh PT. Bank Aceh Cabang Kota
Sabang terhadap penyelesaian kredit macet apabila Pegawai Negeri Sipil
tersebut dipecat.
D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara
teoritis maupun secara praktis, seperti yang dijabarkan sebagai berikut:
1.

Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbang saran dalam ilmu
pengetahuan hukum pada umumnya dan hukum perbankan yang dijalankan
khususnya ketentuan tentang pelaksanaan eksekusi atas kredit bermasalah
dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil pada PT. Bank Aceh
Cabang Kota Sabang dalam penyelesaian tunggakan atau permasalahan dalam
hal terjadinya kredit bermasalah.

Universitas Sumatera Utara

12

2.

Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada masyarakat,
khususnya kepada nasabah Pegawai Negeri Sipil penerima kredit dengan jaminan
Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan
memberikan informasi mengenai alternatif konsep yang lebih baik dalam hal
mengantisipasi terjadinya kredit bermasalah dan berpotensi macet akibat
Pegawai Negeri Sipil yang di pecat. Selain itu, diharapkan secara praktis dapat
memberikan sumbangan pemikiran kepada PT. Bank Aceh tentang upaya yang
dapat dilakukan untuk menyelesaikan kredit bermasalah macet yang disebabkan
oleh Pegawai Negeri Sipil yang dipecat.

E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang ada dan sepanjang penelusuran kepustakaan yang
ada di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya di
lingkungan Magister Kenotariatan dan Magister Ilmu Hukum Universitas sumatera
Utara, belum ada penelitian terdahulu tentang judul “Penyelesaian Kredit Bermasalah
Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri
Sipil Yang Dipecat”.
Akan tetapi, ditemukan beberapa penelitian yang menyangkut masalah kredit
macet dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil yang dilakukan oleh
mahasiswa Magister Kenotariatan dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, diantaranya :

Universitas Sumatera Utara

13

1. Saudari Jurista Siburian (NIM. 127005091), Mahasiswi Magister Kenotariatan
Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “ Upaya-Upaya Hukum
PT. Bank Perkreditan Rakyat Eka Prasetya Dalam Penyelesaian Perjanjian
Kredit Macet”.
2. Saudara Jefri Lumban Tobing (NIM. 080200078) mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara, dengan judul penelitian “Tinjauan Yuridis
Terhadap Penyelesaian Kredit Macet Dalam Perjanjian Kredit Perbankan
dengan Jaminan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (Studi
pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk Cabang Lubuk Pakam).
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian kedua tesis di atas
adalah :
1. Bagaimanakah kedudukan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil sebagai
jaminan Perjanjian Kredit Perbankan?
2. Bagaimana prosedur pengikatan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil
sebagai jaminan kredit perbankan?
3. Faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya kredit macet dengan
jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil?
4. Bagaimana prosedur dalam penyelesaian kredit macet pada perjanjian kredit
bank dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil?
Oleh

karena

dipertanggungjawabkan

itu,

maka

penelitian

secara ilmiah.

Hal

yang

dilakukan

ini dikarenakan

jelas

dapat

penulis selalu

Universitas Sumatera Utara

14

memperhatikan ketentuan-ketentuan atau etika penelitian yang harus dijunjung tinggi
sebagai peneliti ataupun sebagai akademisi.
F. Kerangka Teori Dan Konsepsi
1.

Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan susunan dari beberapa anggapan, pendapat, cara,

aturan, asa, keterangan sebagai satu kesatuan yang logis menjadi landasan, acuan dan
pedoman untuk mencapai tujuan.13 Teori adalah penjelasan mengenai gejala yang
terdapat dalam dunia fisik tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana
pendekatan secara rasional digabungkan dengan pengalaman empiris.14 Kerangka
teori merupakan landasan teori atau dukungan teori dalam membangun dan
memperkuat kebenaran dari permasalahan yang dianalisis.15 Untuk itu kerangka teori
dalam penelitian tesis ini sangat diperlukan guna memperjelas nilai-nilai, azas-azas
dan norma-norma serta dasar hukum sampai kepada landasan filosofis yang tertinggi.
Teori hukum sendiri dapat dikatakan sebagai kelanjutan dari mempelajari
hukum positif, setidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan
kehadiran teori hukum secara jelas. Bagi suatu penelitian teori dan kerangka teori
mempunyai kegunaan yang paling sedikit mencakup hal-hal sebagai berikut : 16
1. Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam fakta
2. Teori sangat berguna didalam klasifikasi fakta
13

Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004, hal. 72 -73
14
M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandar Maju, Bandung, 1994, hal. 27
15
Jimly Asshidiqhie, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Konstitusi Press, Jakarta, 2006,
hal.61
16
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI PRESS, Jakarta, 1981, hal.121

Universitas Sumatera Utara

15

3. Teori merupakan ikhtiar dari hal-hal yang diuji kebenarannya.
Teori menguraikan jalan fikiran menurut kerangka yang logis, artinya masalah
penelitian yang telah dirumuskan dalam kerangka teoritis yang relevan, yang mampu
menerangkan masalah tersebut.
Sejalan dengan kegunaan teori yang disebutkan diatas maka teori yang
digunakan sebagai pisau analisis dalam penelitian ini adalah teori “kepastian hukum”.
Kepastian hukum memungkinkan adanya “predictability”.17 Kepastian hukum
mengandung 2 (dua) pengertian yaitu pertama adannya aturan yang bersifat umum
membuat individu mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, kedua
adanya rasa aman bagi individu karena dapat mengetahui apa saja yang boleh
dibebankan atau dilakukan oleh negara terhadap individu.18
Tanpa kepastian hukum orang tidak tahu apa yang harus diperbuatnya dan
akhirnya dapat menimbulkan keresahan. Sedangkan bila kita terlalu menitikberatkan
kepada kepastian hukum, terlalu ketat mentaati peraturan hukum maka akan berakibat
kaku dan akan menimbulkan rasa tidak adil.
Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum, terutama
untuk norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan makna
karena tidak dapat dipergunakan sebagai pedoman bagi setiap orang. Kepastian
merupakan salah satu tujuan dari hukum dan apabila dilihat secara historis,

17

Pieter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2009, hal. 158
18
Riduan Syahrani, Rangkuman Intisari Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999,
hal.23

Universitas Sumatera Utara

16

perbincangan mengenai kepastian hukum merupakan perbincangan yang telah
muncul semenjak adanya gagasan pemisahan kekuasaan dari Montesqiueu.
Kepastian hukum bagi subjek hukum dapat diwujudkan dalam bentuk yang
telah ditetapkan terhadap suatu perbuatan dan peristiwa hukum. Hukum yang berlaku
pada prinsipnya harus ditaati dan tidak boleh menyimpang atau disimpangkan oleh
subjek hukum. Kepastian hukum bermuara pada ketertiban sosial dimana dalam
kehidupan sosial kepastian adalah menyetarakan kedudukan subjek hukum dalam
suatu perbuatan dan peristiwa hukum.
Selanjutnya teori yang digunakan adalah “teori perjanjian. ”Perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih19 secara lisan atau tertulis. Menurut R. Subekti perjanjian adalah
suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang
atau lebih saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal.20
Menurut Sudikno Mertokusumo, perjanjian adalah hubungan hukum antara
kedua orang yang bersepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dua pihak sepakat
untuk menentukan peraturan atau kaedah atau hak- hak dan kewajiban yang mengikat
mereka untuk ditaati atau dijalankan.21 Dan menurut Munir Fuady perjanjian atau
kontrak adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan antara dua orang atau lebih yang
dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan hubungan hukum. 22

19

Guse Prayudi, Seluk Beluk Perjanjian Yang Penting Untuk Diketahui: Mulai dari A-Z,
Pustaka Peena, Yogyakarta. hal. 1
20
Subekti, Hukum Perjanjian, cetakan keduapuluh satu, Intermasa, Jakarta, 2006, hal. 1
21
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 2009,
hal. 34
22
Munir Fuady, Hukum Bisnis dalam Teori dan Praktek, Citra Karya Aditya Bakti, Bandung,
1999,

Universitas Sumatera Utara

17

Perjanjian merupakan sarana untuk membentuk hubungan hukum antara satu
pihak ke pihak lain, karena dengan perjanjian akan menghasilkan hak dan tanggung
jawab. Karenanya setiap orang memiliki kebebasan dalam membentuk perjanjian.
Kebebasan untuk melakukan suatu perjanjian didasarkan dari suatu teori kebebasan
berkontrak dimana sebagai sarana timbulnya perjanjian tersebut.
Hukum Perdata Indonesia mengenal asas kebebasan berkontrak yang
tercantum dalam Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Disebutkan
bahwa kedua belah pihak yang mengadakan perjanjian dapat menentukan sendiri apa
isi dari perjanjian tersebut dan apa yang tertuang dalam perjanjian tersebut akan
menjadi undang-undang bagi pihak yang bersangkutan dengan perjanjian tersebut.
Oleh karena itu perjanjian atau kontrak harus dibuat dengan kesepakatan bersama
oleh kedua belah pihak dan harus mewakili kepentingan kedua belah pihak, tidak
boleh berat sebelah.
Pada saat membuat perjanjian juga harus dicantumkan klausula mengenai
kejadian-kejadian yang tidak terduga di masa yang akan datang yang mungkin terjadi,
termasuk juga mengenai penyelesaian sengketa serta mengenai pilihan hukum yang
dikehendaki bersama kedua belah pihak. Ini semua menunjukan bahwa ada
perwujudan perlindungan hukum yang preventif.
2.

Konsepsi
Bagian konsepsi ini akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan konsep

yang digunakan dalam penelitian ini. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan

Universitas Sumatera Utara

18

abstraksi yang digeneralisasikan dari hal yang berbentuk khusus.23 Konsepsi adalah
salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsep dalam penelitian adalah untuk
menghubungkan antara abstraksi dengan realitas.24
Penggunaan konsep terhadap istilah yang digunakan terutama dalam judul
penelitian bukanlah untuk keperluan komunikasi semata – mata dengan pihak lain
yang menimbulkan salah tafsir tetapi demi menuntun

peneliti sendiri di dalam

menangani proses penelitian dimaksud.25
Tujuan utama konsepsi adalah untuk menghindari salah pengertian atau
penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena
itu dalam pengertian ini didefinisikan beberapa konsep dasar atau istilah agar di
dalam pelaksanaanya diperoleh hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan penelitian,
yaitu :
1.

Kredit
Menurut Thomas Suyatno, dkk kredit adalah penundaan pembayaran dari
prestasi yang diberikan sekarang baik dalam bentuk barang, uang dan jasa.26
Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU No 10 Tahun 1998 disebutkan bahwa “Kredit
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
23

Sumadi Suryabrata, Metodelagi Penelitian, PT. Raja Grafindo, Jakarta, 1998, hal. 4
Masri Singaribun dkk, Metode Penelitian Survey, LP3ES, Jakarta, 1989, hal. 34
25
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,
hal. 107-108.
26
Thomas Suyatno, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003,
hal. 12
24

Universitas Sumatera Utara

19

pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kredit adalah:
a. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan
mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;
b. Suatu tindakan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut terdapat
jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan
oleh unsur waktu;
c. Suatu hak yang dengan hak tersebut seseorang dapat mempergunakannya
untuk tujuan tertentu dalam batas waktu tertentu dan atas pertimbangan
tertentu pula.
2.

Jaminan
Menurut Thomas Suyatno dkk jaminan adalah penyerahan kekayaan atau
pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggulangi pembayaran kembali
suatu utang.27 Sedangkan menurut Pasal 8 UU No 10 Tahun 1998, pengertian
jaminan adalah “Keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk
melunasi hutangnya sesuai dengan yang diperjanjikan”.

3.

Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil
Dalam hal ini keputusan diartikan sebagai beschikking yaitu keputusan tertulis
dari administrasi negara yang mempunyai akibat hukum.28 Walaupun Surat

27

Ibid, hal. 18
Sjachran Basah, Eksistensi dan Tolak Ukur Badan Peradilan Administrasi Negara, Alumni,
Bandung, 2004, hal. 230
28

Universitas Sumatera Utara

20

Keputusan Pegawai Negeri Sipil bukan merupakan benda yang dapat
dipindahtangankan, tetapi perkembangan dalam praktek perbankan yang melihat
dari sisi ekonomi pada surat tersebut dalam hal ini Surat Keputusan
Pengengkatan Pegawai Negeri Sipil dapat diterima sebagai jaminan kredit.
4.

Pengertian Pegawai Negeri Sipil
Pada awalnya menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 dalam pasal 1

huruf a, sebagai berikut :
“Pegawai Negeri adalah mereka yang setelah memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku, diangkat oleh
pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam sesuatu jabatan Negeri atau
diserahi tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan sesuatu peraturan
perundang-undangan yang berlaku.”
Selanjutnya undang-undang tersebut diubah dengan Undang-Undang Nomor
43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dan pengertian Pegawai Negeri
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1 angka 1 menjadi :
“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara indonesia yang telah memenuhi
syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi
tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”
Sementara itu di dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara disebutkan bahwa “Pegawai Negeri Sipil yang
selanjutnya disingkat PNS adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat
tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatus Sipil Negara secara tetap oleh pejabat
pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan.”

Universitas Sumatera Utara

21

Berdasarkan definisi yang disebutkan di atas dapat maka dapat disimpulkan
bahwa Pegawai Negeri Sipil itu harus memenuhi kriteria sebagai berikut :
a. syarat-syarat yang ditentukan dalam Undang-Undang,
b. diangkat oleh pejabat yang berwenang,
c. diserahi tugas dan sebuah jabatan dan atau tugas negara
lainnya yang didasarkan pada peraturan yang berlaku
d. digaji menurut Undang-undang yang berlaku.
5.

Kredit Bermasalah
Menurut As. Mahmoeddin kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya

tidak memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya.29 Sedangkan
menurut S. Mantaboybir, kredit bermasalah adalah suatu keadaan dimana debitur
wanprestasi/ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan yang
diperjanjikan.30
Berdasarkan definisi diatas jelaslah bahwa kredit bermasalah merupakan suatu
kondisi ketidakmampuan debitur untuk menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan
waktu yang telah diperjanjikan
G. Metode Penelitian
Penelitian merupakan sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan
maupun teknologi yang berguna untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis,
29

As. Mahmoeddin, Melacak Kredit Bermasalah, Pustaka Sinar Harapan, 2002, hal.2
S. Mantayboybir, et.al, Hukum Piutang dan Lelang Negara di Indonesia, Pustaka Bangsa,
Medan, 2002, hal.23
30

Universitas Sumatera Utara

22

metodologis dan konsisten.31 Sementara itu penelitian hukum atau legal research
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu dengan cara menganalisisnya.32
1.

Sifat Penelitian
Spesifikasi penelitian dalam penulisan ini bersifat deskriptif analisis yaitu data

hasil penelitian baik yang berupa data hasil studi dokumen yang menggambarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku33 dikaitkan dengan teori-teori hukum
dan praktek pelaksanaan hukum in concerto yang menyangkut permasalahan maupun
penelitian lapangan yang berupa hasil pengamatan dianalisa secara kualitatif.
Pendekatan masalah mengacu pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku terhadap aspek hukum penanganan kredit bermasalah dan berpotensi macet
khususnya terhadap kredit yang disalurkan bagi pegawai negeri sipil yang kemudian
diberhentikan sehingga tidak lagi melanjutkan kewajibannya pada PT. Bank Aceh
Cabang Sabang.
2.

Jenis Penelitian
Pendekatan ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif yaitu

penelitian hukum kepustakaan. Menggunakan pendekatan yuridis normatif, karena
sasaran penelitian ini adalah prilaku individu atau masyarakat dalam kaitannya
dengan hukum34 atau kaedah (norm). Pengertian kaedah meliputi asas hukum, kaedah
dalam arti sempit (value), peraturan hukum konkrit. Penelitian yang berobjekan
31

Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hal 1
32
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 2006, hal 3
33
Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, loc, cit
34
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2010,
hal.87.

Universitas Sumatera Utara

23

hukum normatif berupa asas-asas hukum dan sistem hukum.35 Secara umum masalah
yang dikaji dengan metode ini merupakan masalah yang terkait dengan efektifitas
aturan hukum.36
3.

Metode Pengumpulan Data
Pada tahap awal pengumpulan data, penulis melakukan inventarisasi terhadap

seluruh data atau dokumen yang relevan dengan topik pembahasan dalam penelitian
ini. Kemudian penulis mengkatagorikan kualifikasi terhadap keseluruhan data
tersebut berdasarkan rumusan permasalahan yang telah ditetapkan.
Penelitian ini menitikberatkan pada studi kepustakaan. Dalam mencari dan
mengumpulkan data yang diperlukan dalam penulisan ini menggunakan data
sekunder dan data primer. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari studi
kepustakaan. Arsip-arsip, bahan pustaka, data resmi pada instansi pemerintah,
Undang-undang, makalah yang ada kaitannya dengan masalah yang sedang diteliti
dari :
a) Bahan hukum primer
Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari aturan hukum yang
terdapat pada peraturan perundang-undangan atau berbagai perangkat hukum
seperti Undang-undang, Peraturan pengganti Undang-undang, Peraturan
Pemerintah37 secara umum dan khususnya Undang – undang tentang

35

Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Op,Cit, hal. 70
Peter Mahmud Marzuki, Op,Cit., hal 87
37
Soerjono Soekanto dan Sri Mamadji, Op.Cit, hal. 13
36

Universitas Sumatera Utara

24

perbankan dan peraturan lainnya yang menyangkut tentang perbankan dan
perjanjian kredit bank.
b) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan bahan hukum
primer, antara lain berupa tulisan atau pendapat pakar hukum di bidang
perbankan mengenai perjanjian kredit.
c) Bahan hukum tertier
Bahan-bahan hukum yang sifatnya penunjang Pengumpulan Data untuk dapat
memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan
sekunder, seperti jurnal hukum, jurnal ilmiah dan surat khabar serta makalahmakalah yang berkaitan dengan objek penelitian.
4.

Alat Pengumpulan Data
Guna mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini
diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara :
a) Studi Dokumen
Studi dokumen merupakan penelitian bahan hukum primer, yaitu peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan hukum perbankan, khususnya
analisis hukum atas terjadinya kredit bermasalah dan berpotensi macet pada
perjanjian kredit perbankan ditinjau dari segi hukum jaminan. Studi dokumen
digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan membaca, mempelajari,

Universitas Sumatera Utara

25

meneliti, mengidentifikasi dan menganalisis data sekunder yang berkaitan
dengan materi penelitian38.
b) Studi Lapangan
Selain studi dokumen, penelitian ini dilakukan juga dengan studi lapangan,
yaitu melalui wawancara. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data
dimana akan dilakukan percakapan atau tatap muka yang terarah kepada
pihak yang berkepentingan dalam hal ini adalah pihak bank sebagai nara
sumber guna memperoleh keterangan yang diperlukan dan sebagai penunjang
dalam pelaksanaan penelitian ini.
5.

Analisis Data
Dalam suatu penelitian sangat diperlukan analisis data yang berguna untuk

memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Analisis data merupakan
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan suatu
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti
yang disarankan data.39 Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian tesis ini
adalah analisis kualitatif, yaitu analisis yang berdasarkan peraturan perundangundangan dan keterangan dari nara sumber sehingga dapat menjawab permasalahan
dari penelitian ini.

38

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia
Press, Jakarta, 1986, hal 21
39
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Press, Jakarta. 1990, hal. 41

Universitas Sumatera Utara

26

Penelitian ini bersifat deskriptif. Data hasil penelitian yang berupa data hasil
studi dokumen (data Sekunder) dan data studi lapangan dianalisis dengan metode
analisis kualitatif,40 dengan maksud untuk memaparkan apa yang telah dianalisis
secara sistematis dan menyeluruh untuk menjawab permasalahan yang diteliti. Untuk
menemukan penyelesaian permasalahan secara normatif maka seluruh data ini akan
diolah dengan menggunakan logika berfikir deduktif, yaitu proses penalaran untuk
menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan
fakta-fakta yang bersifat umum atau dengan kata lain dimulai dari hal-hal yang
bersifat umum menuju kepada hal- hal yang bersifat khusus.

40

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2004, hal 58.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

STRATEGI PENGEMBANGAN SISTEM INSENTIF PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL: STUDI KASUS PEMERINTAH KOTA MEDAN

0 46 11

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik (Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Tamiang)

9 136 135

Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban Bencana Alam Tsunami Di Nanggroe Aceh Darussalam (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)

1 27 100

Mekanisme objek agunan kredit pada Bank Rakyat Indonesia dengan jaminan surat keputusan pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintahan daerah khusus ibukota Jakarta

0 8 104

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur).

0 1 12

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 0 13

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 0 2

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 2 53

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang) Chapter III V

2 53 58

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 0 6