Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang) Chapter III V

80

BAB III
KEDUDUKAN JAMINAN KREDIT DENGAN SURAT KEPUTUSAN
PEGAWAI NEGERI SIPIL APABILA PEGAWAI NEGERI SIPIL
TERSEBUT DI PECAT
A. Pengertian Jaminan dan Jaminan Kredit
Dalam perjanjian kredit, pihak kreditur sebagai penyalur dana (biasanya
kreditur adalah bank) memerlukan suatu kepastian dari nasabahnya yaitu pihak
debitur yang hendak memerlukan dana, bahwa dana yang disalurkannya tersebut
dapat dikembalikan kepada kreditur seutuhnya berikut bunganya serta biaya-biaya
lain yang kemudian timbul setelah perjanjian tersebut dilakukan. Kepastian tersebut
memerlukan suatu jaminan yang harus diberikan oleh debitur kepada kreditur bahwa
ia dapat melunasi pinjaman dana atau hutangnya (kredit) tersebut terhadap kreditur
sebagai pihak penyalur kredit yang diatur dalam ketentuan hukum jaminan.
Apabila ditelaah dari sudut etimologi istilah hukum jaminan berasal dari
terjemahan zakerheidesstelling, zekerheidsrechten atau security of law. dimana,
istilah “hukum jaminan” itu meliputi pengertian baik jaminan kebendaan maupun
perorangan.

Berdasarkan


kesimpulan

tersebut,

pengertian

hukum

jaminan

memberikan bentang lingkup dari istilah hukum jaminan itu, yaitu meliputi jaminan
kebendaan dan jaminan perseorangan.
Sehubungan dengan pengertian hukum jaminan, tidak banyak literatur yang
merumuskan pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu
diartikan peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang

80

Universitas Sumatera Utara


81

kreditur terhadap seorang debitur. Ringkasnya hukum jaminan adalah hukum yang
mengatur tentang jaminan piutang seseorang.102Definisi ini difokuskan pada
pengaturan pada hak-hak kreditur semata-mata, tetapi juga erat kaitannya dengan
debitur. Sedangkan yang menjadi objek kajiannya adalah benda jaminan.
M. Bahsan mengatakan bahwa hukum jaminan merupakan himpunan
ketentuan yang mengatur atau berkaitan dengan penjaminan dalam rangka utang
piutang (pinjaman uang) yang terdapat dalam berbagai peraturan perundangundangan yang berlaku saat ini.103 Sementara itu, Salim HS memberikan perumusan
hukum jaminan adalah keseluruhan kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan
antara pemberi dan penerima jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan
untuk mendapatkan fasilitas kredit.104
Apabila ditelaah beberapa definisi diatas terdapat unsur-unsur yang tercantum
dalam hukum jaminan, antara lain :
1. Adanya kaidah hukum
Kaidah hukum dalam bidang jaminan, dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu kaidah hukum jaminan tertulis dan kaidah hukum jaminan tidak tertulis.
Kaidah hukum jaminan tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang terdapat
dalam peraturan perundang-undangan, traktat dan yurisprudensi. Sedangkan

kaidah hukum jaminan tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum jaminan
yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam masyarakat. Hal ini terlihat pada
gadai tanah dalam masyarakat yang dilakukan secara lisan.
2. Adanya pemberi dan penerima jaminan
Pemberi jaminan adalah orang-orang atau badan hukum yang menyerahkan
barang jaminan kepada penerima jaminan. Yang bertindak sebagai pemberi
102

J. Satrio, Hukum Jaminan Hak Jaminan Kebendaan, Citra Aditya Bakti, Bandung 2007,

hal. 3
103

M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia,
PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 3.
104
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2008, hal. 6.

Universitas Sumatera Utara


82

jaminan ini adalah orang atau badan hukum yang membutuhkan fasilitas
kredit. Orang ini lazim disebut dengan debitur. Penerima jaminan adalah
orang atau badan hukum yang menerima barang jaminan dari pemberi
jaminan. Yang bertindak sebagai penerima jaminan ini adalah orang atau
badan hukum. Badan hukum adalah lembaga yang memberikan fasilitas
kredit, dapat berupa lembaga perbankan dan atau lembaga keuangan nonbank.
3. Adanya jaminan
Pada dasarnya, jaminan yang diserahkan kepada kreditur adalah jaminan
materiil dan imateriil. Jaminan materiil merupakan jaminan yang berupa hakhak kebendaan, seperti jaminan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak.
Jaminan imateriil merupakan jaminan nonkebendaan.
4. Adanya fasilitas kredit
Pembebanan jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan bertujuan untuk
mendapatkan fasilitas kredit dari bank atau lembaga keuangan nonbank.
Pemberian kredit merupakan pemberian uang berdasarkan kepercayaan, dalam
arti bank atau lembaga keuangan nonbank percaya bahwa debitur sanggup
untuk mengembalikan pokok pinjaman dan bunganya. Begitu juga debitur
percaya bahwa bank atau lembaga keuangan nonbank dapat memberikan

kredit kepadanya.105
Jaminan merupakan kebutuhan kreditur untuk memperkecil risiko apabila debitur
tidak mampu menyelesaikan segala kewajiban yang berkenaan dengan kredit yang telah
dikucurkan. Dengan adanya jaminan apabila debitur tidak mampu membayar maka
debitur dapat memaksakan pembayaran atas kredit yang telah diberikannya.106
Jadi dengan demikian jaminan adalah sarana perlindungan bagi keamanan
kreditur, yaitu kepastian atas pelunasan hutang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi
oleh debitur atau oleh penjamin debitur. Keberadaan jaminan merupakan persyaratan
untuk memperkecil risiko bank dalam menyalurkan kredit. Walaupun demikian secara
prinsip jaminan bukan persyaratan utama. Bank memprioritaskan dari kelayakan usaha
yang dibiayainya sebagai jaminan utama bagi pengembalian kredit sesuai dengan jadwal

105

Ibid, hal. 7-8.
Badriyah Harun, Penyelesaian Sengketa Kredit Bermasalah, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2010, hal. 67.
106

Universitas Sumatera Utara


83

yang disepakati bersama. Sebagai langkah antisipatif dalam menarik kembali dana yang
telah di salurkan oleh kreditur kepada debitur, jaminan hendaknya dipertimbangkan dua
faktor, yaitu :107
a. Secured
Artinya jaminan kredit dapat diadakan pengikatan secara yuridis formal, sesuai
dengan ketentuan hukum dan perundang-undangan. Jika di kemudian hari terjadi
wanprestasi dari debitur, maka bank memiliki kekuatan yuridis untuk melakukan
tindakan eksekusi.
b. Marketable
Artinya jaminan tersebut bila hendak dieksekusi, dapat segera dijual atau
diuangkan
untuk
melunasi
seluruh
kewajiban
debitur.
Dengan

mempertimbangkan dua faktor di atas, jaminan yang diterima oleh pihak bank
dapat meminimalisir risiko dalam penyaluran kredit sesuai dengan prinsip kehatihatian (prudential banking). Secara normatif sarana perlindungan bagi kreditur
tercantum dalam berbagai ketentuan perundang-undangan.
Ketentuan mengenai jaminan ini secara umum diatur dalam Pasal 1131 dan Pasal
1132 di dalam KUH Perdata. Pasal 1131 KUH Perdata dinyatakan bahwa “segala
kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk
segala perikatan perseorangan”.
Pasal 1132 KUHPerdata menyatakan bahwa “kebendaan tersebut menjadi
jaminan bersama-sama bagi semua benda yang mengutangkan padanya, pendapatan
penjualan benda-benda itu dibagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecil
piutang masing-masing, kecuali diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah
untuk di dahulukan”. Ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata merupakan jaminan secara
umum atau jaminan yang lahir dari Undang-undang. Disini undang-undang memberikan
perlindungan bagi semua kreditur dalam kedudukan yang sama atau berlaku asas paritas
107

Johannes Ibrahim, Mengupas Tuntas Kredit Komersial dan Konsumtif Dalam Perjanjian
Kredit Bank (Perspektif Hukum Dan Ekonomi), Mandar Maju, Bandung, 2004, hal. 71.


Universitas Sumatera Utara

84

creditorum, dimana pembayaran atau pelunasan hutang kepada kreditur dilakukan secara
berimbang (ponds-ponds gewijs) Ketentuan khusus tentang perundang-undangan
perbankan, tidak menjelaskan tentang kedudukan dari para kreditur. Ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang jaminan kredit tercantum dalam Pasal 8 UU No 10 Tahun 1998
menyatakan bahwa
(1) Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas
itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi
utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang
diperjanjikan.
(2) Bank Umum wajib memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan dan
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang adalah
sesuatu yang mempunyai nilai dari debitur, yang disertakan dalam transaksi,
dalam rangka untuk menjamin hutangnya.
Apabila tanpa disertakannya jaminan, maka yang terjadi hanya suatu kontrak atas
hutang atau atas piutang, dan suatu kewajiban untuk melunasinya. Menurut R.Subekti,

mengemukakan bahwa jaminan kredit yang baik (ideal) adalah:108
1)
2)
3)

Yang dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang
memerlukannya.
Yang tidak melemahkan potensi (kekuatan) si pencari kredit untuk melakukan
(meneruskan) usahanya.
Yang memberikan kepastian kepada si pemberi kredit, dalam arti bahwa barang
jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, yaitu bila perlu dapat mudah
diuangkan untuk melunasi utangnya si penerima atau pengambil kredit.
Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa hak dan kekuasaan atas barang

jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada pihak bank guna menjamin pelunasan
utangnya apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang
diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau adendumnya. Jaminan kredit harus memiliki
108

R. Subekti, Jaminan-Jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia,

Alumni, Bandung, 1982, hal. 19.

Universitas Sumatera Utara

85

suatu nilai, dan tugas bank adalah menilai apakah jaminan yang diberikan oleh debitur
memenuhi kelayakan sebagai suatu jaminan.
Atas

dasar

uraian

diatas

jelaslah

bahwa


maksud

dan

tujuan

pengikatan/penguasaan jaminan dalam suatu perjanjian kredit adalah:
a. Guna memberikan hak dan kekuasaan kepada pihak bank untuk mendapatkan
pelunasan dengan barang-barang agunan tersebut bila nasabah bercedera janji,
yaitu tidak bisa membayar kembali utangnya pada waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian.
b. Menjamin agar nasabah berperan dan/atau turut serta dalam transaksi yang
dibiayai

sehingga

kemungkinan

nasabah

untuk

meninggalkan

usahanya/proyek dengan merugikan diri sendiri atau perusahaannya dapat
dicegah, atau minimum kemungkinan untuk berbuat demikian diperkecil.
c. Memberi dorongan kepada debitur untuk memenuhi perjanjian kredit
khususnya mengenai pembayaran kembali (pelunasan) sesuai dengan syaratsyarat yang telah disetujui agar debitur tidak kehilangan kekayaan yang telah
dijaminkan kepada bank.
Adapun barang yang dapat dijadikan sebagai jaminan kredit harus memenuhi
kriteria antara lain harus mempunyai nilai ekonomis, artinya dapat dinilai dengan
uang dan dapat dijadikan uang. Selain itu, juga harus dapat dipindahtangankan
kepemilikannya dari pemilik semula ke pihak lain dan juga harus mempunyai nilai
yuridis, dalam arti dapat diikat sehingga kreditor memiliki hak yang didahulukan
terhadap hasil pelelangan barang tersebut.

Universitas Sumatera Utara

86

B. Jenis Jaminan dalam Perjanjian Kredit
Apabila ditelaah dari jenisnya secara umum jaminan dapat dibedakan menjadi
dua yaitu umum dan khusus. Jaminan secara umum dapat dilihat pada ketentuan Pasal
1131 KUH Perdata. Sedangkan Pasal 1132 KUHPerdata disamping sebagai
kelanjutan dan penyempurnaan Pasal 1131 yang menegaskan persamaan kedudukan
para kreditur, juga memungkinkan diadakanya suatu jaminan khusus apabila diantara
kreditur ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan dan hal ini dapat terjadi
karena ketentuan Undang-Undang maupun karena diperjanjikan.109
Berdasarkan pendapat di atas jelas bahwa jaminan secara umum diatur dalam
Pasal 1131 KUHPerdata yang menetapkan bahwa segala hak kebendaan debitur baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan
ada di kemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya. Dengan
demikian, segala harta kekayaan debitur secara otomatis menjadi jaminan manakala
orang tersebut membuat perjanjian utang meskipun tidak dinyatakan secara tegas
sebagai jaminan. Terhadap jaminan ini akan timbul masalah manakala seorang
debitur memiliki lebih dari seorang kreditur di mana masing-masing kreditur
menginginkan haknya didahulukan.
Hukum mengantisipasi keadaan demikian dengan membuat jaminan yang
secara khusus diperjanjikan dengan hak-hak istimewa seperti hak tanggungan,
fiducia, gadai, maupun cessie piutang. Kreditur yang memegang hak tersebut

109

Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata Jilid 2, Ind-Hil Co, Jakarta, 2002,,

hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

87

memiliki hak utama untuk mendapatkan pembayaran kredit seluruhnya dari hasil
penjualan benda jaminan. Apabila terdapat kelebihan dalam penjualan benda jaminan
tersebut dapat diberikan kepada kreditur lain.
Eksistensi adanya perjanjian penjaminan tergantung pada perjanjian pokok.
Perjanjian pokok biasanya berupa perjanjian kredit. Perjanjian penjaminan tidak
mungkin ada tanpa perjanjian kredit. Apabila perjanjian pokoknya berakhir, maka
perjanjian penjaminan akan berakhir pula. Dasar hukum jaminan dalam pemberian
kredit adalah Pasal 8 ayat (1) UU No. 10 Tahun 1998 yang menyatakan bahwa :
“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, Bank
Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad
dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi utangnya atau
mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan.”
Jaminan dalam pemberian kredit menurut ketentuan Pasal 8 ayat (1) UU No.
10 Tahun 1998 adalah bahwa keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan nasabah
debitur untuk melunasi kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan. Untuk
memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan
penilaian yang seksama

terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek

usaha dari nasabah debitur.
Untuk lebih jelasnya mengenai jenis jaminan dalam perjanjian kredit dapat
ditelaah uraian berikut.
1. Jaminan Umum

Universitas Sumatera Utara

88

Dalam Pasal 1131 KUHPerdata yang menyatakan bahwa “segala kebendaan si
berhutang, baik yang bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada
maupun yang baru akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk
segala perikatan perseorangan”. Sedangkan dalam Pasal 1132 KUHPerdata
menyatakan bahwa “kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi
semua orang yang mengutangkan padanya, pendapat penjualan benda-benda
itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang
masing-masing kecuali apabila diantara para berpihutang itu ada alasan-alasan
yang sah untuk didahulukan”.
Berdasarkan ketentuan pasal tersebut di atas maka dapat dijelaskan bahwa
jaminan umum adalah jaminan yang diberikan bagi kepentingan semua kreditur dan
menyangkut semua harta kekayaan debitur. Hal ini berarti benda jaminan tidak
diperuntukkan bagi kreditur dan hasil penjualannya dibagi diantara para kreditur
seimbang dengan piutang masing-masing.
Oleh karena jaminan umum menyangkut seluruh harta benda debitur maka
ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata dapat menimbulkan dua kemungkinan yaitu
pertama adalah kebendaan tersebut sudah cukup memberikan jaminan kepada
kreditur paling sedikit (minimal) sama ataupun melebihi jumlah hutang-hutangnya
artinya hasil bersih penjualan harta kekayaan debitur dapat menutupi atau memenuhi
seluruh hutang-hutangnya, sehingga semua kreditur akan menerima pelunasan
piutang masing-masing karena pada prinsipnya semua kekayaan debitur dapat
dijadikan pelunasan hutang. Kemungkinan kedua adalah, harta benda debitur tidak

Universitas Sumatera Utara

89

cukup memberikan jaminan kepada kreditur dalam hal nilai kekayaan debitur itu
kurang dari jumlah hutang-hutangya atau bila pasivanya melebihi aktivanya. Hal ini
dapat terjadi mungkin karena harta kekayaannya menjadi berkurang nilainya atau
apabila harta kekayaan debitur dijual kepada pihak ketiga sementara hutang-hutangya
belum dibayar lunas atau dapat juga terjadi ada lebih dari seorang kreditur
melaksanakan eksekusi, sementara nilai kelayakan debitur hanya cukup untuk
menutupi satu piutang kreditur. Jika hanya ada satu kreditur saja, maka ia dapat
melaksanakan eksekusi atas kekayaan debitur secara bertahap sampai piutangnya
terlunasi semuanya atau sampai harta benda debitur habis terjual.
Uraian tersebut menjelaskan bahwa jaminan umum mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1) Para kreditur mempunyai kedudukan yang sama atau seimbang, artinya tidak
ada yang lebih didahulukan dalam pemenuhan piutangnya dan disebut sebagai
kreditur yang konkuren.
2) Ditinjau dari sudut haknya, para kreditur konkuren mempunyai hak yang
bersifat perorangan, yaitu hak yang hanya dapat dipertahankan terhadap orang
tertentu.
3) Jaminan umum timbul karena undang-undang, artinya antara para pihak tidak
diperjanjikan terlebih dahulu. Dengan demikian para kreditur konkuren secara
bersama-sama memperoleh jaminan umum berdasarkan undang-undang.
2. Jaminan Khusus

Universitas Sumatera Utara

90

Untuk mengatasi kelemahan yang ada pada jaminan umum, undang-undang
memungkinkan diadakannya jaminan khusus. Hal ini tersirat Pasal 1132 KUHPerdata
yang berbunyi ;
“kebendaan tersebut menjadi bersama-sama bagi orang yang mengutangkan
padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut
keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing kecuali
apabila diantara para piutang itu ada alasan-alasan yang sah didahulukan”.
Dengan

demikian

Pasal

1132

KUH

Perdata

mempunyai

sifat

mengatur/mengisi/melengkapi karena para pihak yang menyimpang. Dengan kata lain
ada kreditur yang diberikan kedudukan yang lebih didahulukan dalam pelunasan
hutangnya dibanding kreditur-kreditur lainnya. Kemudian Pasal 1133 KUH Perdata
memberikan pernyataan yang lebih tegas lagi yaitu “hak untuk didahulukan diantara
orang-orang berpihutang terbit dari hak istimewa, dari gadai, dan dari hipotek”.
Jaminan Khusus dapat dibedakan menjadi dua yaitu jaminan perorangan dan
jaminan kebendaan. Jaminan perorangan dapat dilakukannya melalui perjanjian
penanggungan misalnya borgtocht, garansi dan lain sebagainya sedangkan jaminan
kebendaan dapat dilakukan melalui gadai, fidusia, hipotek, dan lain sebagainya.
Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seseorang berpiutang atau kreditur
dengan seorang ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban si
berpiutang atau debitur. Adapun ciri-ciri dari jaminan perorangan antara lain :
1) Mempunyai hubungan langsung dengan orang tertentu.
2) Hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu.

Universitas Sumatera Utara

91

3) Seluruh harta kekayaan debitur menjadi jaminan pelunasan hutang misalnya
borgtocht.
Jika debitur melakukan wanprestasi maka dalam jaminan kebendaan kreditur
mempunyai hak didahulukan dalam pemenuhan piutangnya diantara kreditur-kreditur
lainnya dari hasil penjualan harta benda milik debitur. Dengan demikian jaminan
kebendaan mempunyai ciri-ciri yang berbeda dari jaminan perorangan, adapun ciricirin jaminan kebendaan perorangan antara lain :
1) Merupakan hak mutlak (absolut) atas suatu benda.
2) Kreditur mempunyai hubungan langsung dengan benda-benda tertentu milik
kreditur.
3) Dapat dipertahankan terhadap tuntutan oleh siapapun.
4) Selalu mengikuti bendanya ditangan siapapun benda itu berada (zaaksqevolg).
5) Mengandung asas prioritas, yaitu hak kebendaan yang lebih dulu terjadi akan
lebih diutamakan daripada yang terjadi kemudian (droit de preference).
6) Dapat diperlihatkan seperti hipotek
7) Bersifat perjanjian tambahan (accessoir)
Mengenai penilaian terhadap jaminan dalam pemberian kredit bank, dapat
dibedakan , yaitu :
1. Jaminan Perorangan (Personal Guaranty)
Jaminan Perorangan (Personal Guaranty) Adalah selalu suatu perjanjian
antara seorang berpiutang (kreditur) dengan seorang pihak ketiga, yang
menjamin dipenuhinya kewajiban si berhutang (debitur). Ia bahkan dapat
diadakan diluar (tanpa) pengetahuan si berhutang tersebut. Dalam jaminan
perorangan pengikatan jaminan dilakukan dengan akta penanggungan
(borgtocht). Pemberian penanggungan yang dilakukan orang perorangan

Universitas Sumatera Utara

92

dinamakan “personal guaranty”. Ketentuan tentang penanggungan (borgtocht)
diatur dalam buku ketiga tentang perikatan, Bab XVII tentang Penanggungan,
Pasal 1820 sampai dengan Pasal 1850 KUHPerdata. Dalam ketentuan
dimaksud, diatur bahwa penanggungan adalah suatu perjanjian asesor
(accessoir), yaitu eksistensi atau adanya penanggungan itu tergantung dari
adanya suatu perjanjian pokok, yaitu perjanjian yang pemenuhannya
ditanggung atau dijamin dengan perjanjian penanggungan itu.
2. Jaminan Kebendaan
Menjaminkan suatu benda berarti melepaskan sebagian kekuasaan atas benda
tersebut. Kekuasaan yang dilepaskan tersebut adalah kekuasaan untuk
mengalihkan hak milik dengan cara apapun, baik dengan cara menjual,
menukar atau menghibahkan.110
Pemberian jaminan kebendaan selalu berupaya menyendirikan suatu bagian
dari kekayaan seseorang, si pemberi jaminan, dan menyediakannya guna pemenuhan
(pembayaran) kewajiban (hutang) seorang debitur. Dalam jaminan kebendaan,
pengikatan jaminannya dilakukan antara lain, yaitu :
a. Hak Tanggungan
Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah, di
uraikan mengenai definisi Hak Tanggungan adalah: “Hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undangundang Nomor 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan
dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan
kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditorkreditor lain”.
b. Gadai (Pand)
Merupakan lembaga jaminan kebendaan bagi benda bergerak yang diatur
dalam KUHPerdata. Pengertian gadai terdapat dalam Pasal 1150 KUHPerdata,
yang berbunyi : “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas
suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh orang
lain atas namanya dan memberikan kekuasaan kepada kreditur untuk
mengambil pelunasan dari benda tersebut, secara didahulukan daripada

110

Johannes Ibrahim, Op.cit., hal. 80

Universitas Sumatera Utara

93

kreditur lainnya, dengan kekecualian untuk mendahulukan biaya lelang, biaya
penyelamatan benda setelah digadaikan.
c. Fidusia
Secara terminologi, fidusia berasal dari kata “fides” yang berarti
“kepercayaan”, dan merupakan bentuk lain lagi bagi jaminan atas benda
bergerak selain gadai. Fidusia adalah istilah lain lagi bagi lembaga fiduciere
eigendom overdracht (FEO), yang berarti penyerahan hak milik berdasarkan
kepercayaan. Sebagaimana perjanjian jaminan hutang lainnya, perjanjian
fidusia juga merupakan perjanjian asecor (accessoir) yang tidak mungkin
berdiri sendiri tetapi selalu mengikuti perjanjian induk atau pokoknya, yaitu
perjanjian hutang-piutang. Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor
42 Tahun 1999 Tentang Fidusia, maka pengaturan tentang fidusia disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat yang berkembang.
d. Cessie Piutang
Dalam praktik perbankan, cessie digunakan untuk memperjanjikan pengalihan
suatu piutang atau tagihan yang dijadikan jaminan suatu kredit. Dasar
penyerahan piutang tercantum dalam Pasal 613 KUHPerdata, yang
menyatakan bahwa : “Penyerahan akan piutang-piutang atas nama dan
kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan membuat suatu akta
otentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu
dilimpahkan kepada orang lain”. Jadi didalam melakukan penilaian terhadap
jaminan, sangat penting untuk disesuaikan dengan objek-objek jaminannya.
Karena tidak mungkin ada perjanjian jaminan tanpa ada perjanjian pokoknya.
Apabila dikaitkan dengan ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata
dapat diketahui bahwa ketentuan yang terdapat dalam Pasal 1131 KUH Perdata
mengandung prinsip umum dari hukum jaminan, yaitu:
1) Kekayaan seseorang yang merupakan jaminan dari hutang-hutangnya;
2) Kekayaan tersebut meliputi benda-benda yang telah maupun akan ada
kemudian;
3) Kekayaan tersebut meliputi benda-benda yang bergerak dan tidak bergerak.

Universitas Sumatera Utara

94

Oleh karena agunan merupakan bagian dari jaminan, maka prinsip umum dari
hukum jaminan tersebut juga sebagai dasar atau prinsip agunan. Oleh karena itu,
nasabah debitur selaku pemberi jaminan harus mempunyai kuasa penuh atas benda
yang diagunkan, atau dengan kata lain nasabah debitur harus mempunyai hak
kepemilikan atas benda yang diagunkannya sehingga mempunyai hak untuk menjual
atau mengagunkan benda tersebut. Jadi pada prinsipnya hanya pemilik yang dapat
menjaminkan kekayaannya kepada pihak lain atau kreditur untuk kredit yang
diterimanya. Namun secara hukum masih dimungkinkan bagi nasabah debitur
untuk menjaminkan harta pihak ketiga atau milik orang lain yang dibuktikan
dengan adanya surat kuasa khusus untuk menjaminkan harta tertentu. Lazimnya
surat kuasa yang diberikan tersebut tidak dapat dicabut kembali dan tidak berakhir
karena alasan apapun.
Penjelasan

tentang

fungsi

agunan

sebagaimana

telah

dikemukakan

sebelumnya, menggambarkan suatu prinsip yang tidak membenarkan kreditur
mengambil barang agunan tersebut untuk langsung dimiliki dan dianggap
sebagai pelunasan utang. Ketentuan undang-undang menetapkan perbuatan
kreditur yang demikian, yaitu langsung mengambil barang jaminan untuk
dimiliki dan menganggap lunas hutang debitur, batal demi hukum.
Mengenai kedudukan kreditur terhadap kebendaan (harta kekayaan) debitur
dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata yang menyebutkan
bahwa harta kekayaan debitur menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang
yang mengutangkan kepadanya. Menurut Pasal 1132 KUH Perdata, hasil penjualan

Universitas Sumatera Utara

95

benda-benda yang menjadi

kekayaan debitur dibagi kepada semua krediturnya

secara seimbang atau proporsional menurut perbandingan besarnya piutang masingmasing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk
didahulukan.
Kedua pasal tersebut di atas memberikan jaminan kepastian kepada kreditur
bahwa kewajiban debitur akan tetap dipenuhi/lunas dipenuhi dengan jaminan dari
kekayaaan debitur baik yang sudah ada maupun akan ada dikemudian hari
(kecuali barang warisan yang belum dibagi). Di samping juga memberikan kepastian
kepada setiap kreditur dengan kedudukan yang sama, sesuai dengan prestasinya.111
Bertolak dari prinsip bahwa kebendaan seseorang menjadi jaminan bagi para
kreditur secara bersama-sama dan pendapatan atas penjualan benda atau harta
dibagi menurut keseimbangan, maka pada dasarnya kebendaan atau harta nasabah
debitur harus dijual terlebih dahulu. Dalam hal terdapat lebih dari seorang kreditur
konkuren maka bank berhak atas sebagian hasil penjualan benda agunan. Lain
halnya jika hanya terdapat seorang kreditur maka bank selaku kreditur berhak atas
seluruh hasil penjualan dengan ketentuan bank tersebut mempunyai hak tagih yang
sama atau lebih besar dari hasil penjualan tersebut.
C. Pengikatan Jaminan dalam Perjanjian Kredit
Dalam hal pengikatan jaminan dilakukan dalam suatu bentuk perjanjian antara
kreditur dan debitur yang diikuti dengan penyerahan dokumen yang terkait dengan

111

Sri Redjeki Hartono, Hukum Perdata Sebagai Dasar Hukum Kepailitan Modern,
Jurnal Hukum Bisnis (Volume 7, 1999), hal 23.

Universitas Sumatera Utara

96

jaminan dimaksud. Pada prinsipnya hanya pemilik benda agunan yang dapat
mengagunkan kekayaannya kepada kreditur untuk fasilitas kredit yang diterimanya.
Pemilikan atas benda yang akan diagunkan juga harus dapat dibuktikan dengan
dokumen-dokumen yang bersangkutan. Suatu jaminan kredit (terutama yang
digolongkan sebagai jaminan kebendaan) pada umumnya dilengkapi dengan suatu
dokumen yang sah dan seringkali penerbitannya berdasarkan suatu peraturan
perundang-undangan atau suatu perbuatan hukum tertentu (misalnya berupa
perjanjian).112
Perjanjian dimaksud adalah suatu hubungan hukum mengenai kekayaan harta
benda antara dua orang, yang memberi hak pada yang satu untuk menuntut barang
sesuatu dari yang lainnya, sedangkan orang yang lainnya ini diwajibkan memenuhi
tuntutan itu.113 Salah satu kegiatan usaha perbankan adalah berupa perjanjian kredit.
Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara pihak bank dengan pihak nasabah.
Dengan melihat bentuk perjanjiannya, maka sebenarnya perjanjian kredit merupakan
perjanjian yang tergolong dalam jenis perjanjian pinjam pengganti. Meskipun
demikian adanya, namun perjanjian kredit tetap merupakan perjanjian khusus karena
di dalamnya terdapat kekhususan, dimana pihak kreditur adalah pihak bank
sedangkan objek perjanjian adalah uang. Perjanjian kredit ini dibuat secara tertulis,
tujuannya ialah untuk bukti lengkap mengenai apa yang mereka perjanjikan.114

112
M. Bahsan, Pengantar Analisis Kredit Perbankan Indonesia, Rejeki Agung, Jakarta,
2003, hal. 136.
113
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, Intermasa, Jakarta, 2003, hal. 122.
114
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
2000, hal. 226.

Universitas Sumatera Utara

97

Sebelum mengajukan kredit, seorang calon debitur haruslah terlebih dahulu
mengajukan surat permohonan kredit. Setelah permohonan kredit calon debitur
dianggap layak untuk disetujui, bank akan memberikan tanda persetujuannya yang
disebutnya Sebagai Surat Persetujuan Prinsip, yaitu surat kepada pemohon yang
memberitahukan setuju secara prinsip pemberian kredit.115
Pemberian kredit merupakan pemberian pinjaman uang oleh bank kepada
anggota masyarakat yang umumnya disertai dengan penyerahan jaminan kredit oleh
debitur (peminjam). Terhadap penerimaan jaminan kredit tersebut terkait dengan
berbagai ketentuan hukum jaminan.116 Banyak hal mengenai perjanjian kredit yang
dapat dikaitkan dengan ketentuan hukum jaminan. Salah satu contoh adalah tentang
penerapan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata yang mengatur tentang kedudukan
harta seorang yang berutang untuk menjamin utangnya. Bank sebagai pemberi kredit
hendaknya secara utuh memahami dan mematuhi ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata
tersebut untuk mengamankan kepentingannya sebagai pihak yang berpiutang.
Ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata seharusnya dipatuhi pada waktu bank melakukan
penilaian calon nasabah dan ketika melakukan penanganan kredit bermasalah debitur.
Pada waktu melakukan penilaian calon debitur yang mengajukan permohonan
kepadanya, bank seharusnya berdasarkan kepada ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata
dapat meyakini harta yang dimiliki oleh calon debitur untuk menjamin pelunasan
kredit di kemudian hari. Harta calon debitur adalah semua hartanya yang berupa
barang bergerak dan barang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan
ada di kemudian hari, sepenuhnya merupakan jaminan atas kredit yang bersangkutan.
115

H. R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
2005, hal. 133.
116
M. Bahsan, Op. Cit, hal. 70.

Universitas Sumatera Utara

98

Dengan demikian, berdasarkan ketentuan Pasal 1131 KUHPerdata tersebut,
jaminan atas kredit yang diterima debitur tidak terbatas pada harta debitur yang telah
dikuasai bank atau yang diikat melalui sesuatu lembaga jaminan. Semua harta debitur
adalah jaminan atas kredit yang diterimanya dari bank dan dalam praktik perbankan
mengenai harta debitur sebagaimana yang dimaksud oleh ketentuan KUHPerdata
tersebut sering dicantumkan dengan ketentuan perjanjian kredit. Sehubungan dengan
itu hukum jaminan sangat berkaitan dengan kegiatan perbankan, terutama
dalam perjanjian kredit yang dilakukannya. Secara umum dapat disimpulkan bahwa
dalam kegiatan perekonomian saat ini penerapan hukum jaminan lebih banyak
ditemukan dalam kegiatan perjanjian kredit perbankan.
D. Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Sebagai Jaminan Kredit
Dalam rangka mencapai tujuan nasional dan pelayanan publik diperlukan
adanya pegawai negeri sipil sebagai aparatur negara yang menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan. Moekijat mengatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil
adalah mereka yang diangkat dalam jabatan pemerintah pusat oleh pembesar yang
berwenang dan diberi gaji dari anggaran belanja negara, segala sesuatu yang
berlaku.117

Andi

Hamzah,

yang

dikutip

Ahmad

Gufron

dan

Sudarsono

menterjemahkan istilah “Ambtenar” menjadi istilah “Pegawai Negeri”. Demikian
pula dengan Wictor

M. Situmorang, juga menterjemahkan istilah “Ambtenar”

menjadi “Pegawai Negeri”.118

117

Moekijat, Manajemen Kepegawaian (Personnel Management), Alumni Bandung,
1990, hal. 37.
118
Ahmad Gufron dan Sudarsono, Hukum Kepegawaian Indonesia, Rineka Cipta,
Jakarta, 1991, hal. 11.

Universitas Sumatera Utara

99

Dalam kamus istilah tata negara membedakan pegawai kepada tiga golongan
dengan masing-masing pengertiannya sebagai berikut : “Pegawai daerah/pegawai
otonom, pegawai yang diangkat oleh pemerintah daerah berdasarkan Keputusan
Kepala Daerah; pegawai negeri yang diangkat oleh negara atau diserahi tugas negara
lainnya; Pegawai Negeri Sipil, Pegawai Republik Indonesia yang bukan berstatus
anggota Angkatan Bersenjata Republik Indonesia”.119
Sementara itu, Nur Alam dan Harmon Harun, mengatakan bahwa pegawai
negeri merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang
menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan merata, menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan
Undang-undang Dasar 1945.120
Pegawai negeri bukan saja unsur aparatur negara, tetapi juga adalah abdi
negara dan abdi masyarakat, yang hidup di tengah-tengah masyarakat agar dapat
dianggap sebagai pegawai negeri harus memenuhi unsur-unsur :
1. Pengangkatan oleh penguasa umum
2. Dalam suatu jabatan umum, dan
3. Melakukan sebagian dari tugas-tugas atau alat-alat perlengkapannya.121
Ketentuan umum mengenai pegawai negeri saat ini diatur dengan Undangundang Nomor 43 Tahun 1999 tentang tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (UU No.
43/1999) Pasal 1 Angka 1 UU No. 43/1999 dinyatakan bahwa :

119

Moekijat, Op.Cit., hal. 37.
Nur Alam, dan Harmon Harun, Himpunan Undang-undang Kepegawaian
(Reformasi Administrasi Publik), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hal. 1.
121
Ahmad Gufron dan Sudarsono, Op.Cit., hal. 12.
120

Universitas Sumatera Utara

100

Pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah
memenuhi syarat yang ditentukan diangkat oleh pejabat yang berwenang dan
diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Pegawai negeri merupakan tenaga yang sangat dibutuhkan dalam rangka
kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional.
Oleh karena itu, kesempurnaan seorang pegawai negeri berpengaruh pada
kesempurnaan pelaksanaan tugas aparatur negara. Dengan demikian, Pegawai Negeri
Sipil sebagai unsur aparatur negara maksudnya bertugas untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam
penyelenggaraan tugas negara, pemerintah dan pembangunan. Pegawai negeri
sebagai abdi negara, maksudnya ialah bahwa pegawai negeri harus selalu
melaksanakan tugas negara dan mendahulukan kepentingan negara di atas segalanya.
Pegawai negeri abdi masyarakat maksudnya adalah segala tugas yang dilaksanakan
oleh pegawai negeri adalah untuk kepentingan rakyat.
Pegawai Negeri Sipil dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Pegawai
Negeri Sipil Pusat dan Pegawai Negeri Sipil Daerah. Hal ini sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Menurut Pasal
1 ayat (1) dan (2) PP No 96/2000, disebutkan bahwa :
(1) Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya
dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja
pada Departemen, Kejaksaan Agung, Sekretariat Negara, Sekretariat

Universitas Sumatera Utara

101

Kabinet, Sekretariat Militer, Sekretariat Presiden, Sekretariat Wakil
Presiden, Kantor Menteri Koordinator, Kantor Menteri Negara,
Kepolisian Negara, Lembaga Pemerintahan Non Departemen,
Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Vertikal
didaerah Propinsi / Kabupaten / Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau
dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 Tentang Wewenang
Pengangkatan, Pemindahan, Dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil,
yang dimaksud Pegawai Negeri Sipil Daerah : ”Pegawai Negeri Sipil
Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi / Kabupaten/Kota
yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
dan bekerja pada pemerintahan daerah, dipekerjakan diluar instansi
induknya”.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat diketahui bahwa

Pegawai

Negeri Sipil yang diangkat oleh pejabat yang berwenang melalui Kantor Pusat
maupun Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/Daerah dan bekerja pada Pemerintahan atau
diperkerjakan diluar instansi induknya.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai Pegawai Negeri Sipil
diangkat dengan suatu bentuk surat Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri
Sipil. Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil merupakan Surat yang dikeluarkan atau
diterbitkan oleh Pemerintah kepada Pegawai Negeri Sipil yang meliputi
pengangkatan dan penyerahan tugas dalam suatu jabatan negara lainnya yang
ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan di gaji menurut
peraturan perundang-undangan yang ada.122

122

Bagus Sarwana. Analisis Terhadap Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan
Struktural di Instansi Pemerintah Provinsi DIY. Yogyakarta : Media Hukum, Vol 13 No 2.

Universitas Sumatera Utara

102

Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Pertama/SK CPNS adalah surat
keputusan pengangkatan yang diberikan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian kepada
Calon Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan lulus tes seleksi penerimaan Calon
Pegawai Negeri Sipil. Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2003 Tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan
Pemberhentian, golongan ruang adalah golongan ruang gaji pokok sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang gaji
Pegawai Negeri Sipil. Jadi, yang dimaksud Surat Keputusan Golongan terakhir yaitu
Surat Keputusan yang memuat mengenai golongan ruang gaji terakhir Pegawai
Negeri Sipil.
Berdasarkan peraturan perundang-undangan Pokok Kepegawaian Surat
Keputusan Pegawai Negeri Sipil terdapat beberapa fungsi diantaranya:
a. Sebagai persyaratan kenaikan pangkat;
b. Sebagai persyaratan kenaikan jabatan;
c. Sebagai persyaratan pensiun; dan
d. Sebagai kelengkapan ahli waris dalam mengurus tunjangan jika Pegawai
Negeri Sipil yang bersangkutan meninggal dunia.
Melihat dari fungsi Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil diatas, dapat
dijadikan alasan mendasar bahwa Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil merupakan
surat yang berharga bagi kalangan Pegawai Negeri Sipil sehingga, banyak digunakan
sebagai jaminan kredit oleh pemberi kredit.

Universitas Sumatera Utara

103

Surat Keputusan bukan merupakan benda-benda yang dapat dipindah
tangankan (yang mempunyai nilai pengoperan) tetapi dalam dunia perkreditan
(karena adanya kebutuhan) surat tersebut dapat diterima oleh bank-bank tertentu
sebagai jaminan kredit. Caranya adalah dengan menyerahkan surat gaji dan pensiun
serta memberikan surat kuasa kepada pihak bank untuk mengambil gaji dan pensiun
si penerima kredit. Surat kuasa tersebut ditandatangani pula oleh bendahara kantor
pemohon kredit, yang dimaksudkan sebagai pemberitahuan. Sekali pun surat kuasa
untuk menerima gaji dan pensiun tersebut dibuat sebagai

kuasa mutlak, tetapi

jaminan semacam itu kedudukannya sangat lemah karena gaji dan pensiun sangat
bersifat pribadi, sehingga kematian yang bersangkutan akan berarti berakhirnya gaji
dan pensiun tersebut.123 Namun demikian, perjanjian kredit dengan menggunakan
Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil tidak terdapat lembaga jaminan
yang menyertainya.
Bank lebih menekankan unsur kepercayaan untuk memberikan kredit dengan
jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil. Dari unsur tersebut dapat diketahui
bahwa pihak bank tetap memakai prinsip kehati-hatian dan prinsip mengenal nasabah,
dimana juga debitor sebagai Pegawai Negeri Sipil selalu menjaga dan tidak merusak
kredibilitasnya. Selain itu dilihat dari fungsi Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil
yang berharga untuk pegawai negeri sipil memberikan tingkat keamanan yang
mengikat.

123

J. Satrio. Hukum Jaminan, Hak-hak Jaminan Kebendaan. Bandung: Cira Aditya Bakti.
1993, hal 136.

Universitas Sumatera Utara

104

Syarat dan tata cara tersebut di atas adalah penerapan prinsip mengenal
nasabah (know your customer principles) sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah. Penerapan
prinsip mengenal nasabah yang dilakukan oleh pihak bank sebagai kreditur termasuk
dalam hal ini oleh PT Bank Aceh di Kota Sabang, sesuai ketentuan Pasal 2 ayat (2)
huruf a dan b Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/10/PBI/2001 yang tidak
menentukan secara spesifik mengenai tata cara penerapan prinsip tersebut. Dalam
menerapkan Prinsip Mengenal Nasabah sebagimana dimaksud dalam Peraturan Bank
Indonesia, Bank Wajib menetapkan :
a. kebijakan penerimaan nasabah;
b. kebijakan dan prosedur dalam mengidentifikasi nasabah.
Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa setiap Bank umum
dapat menetapkan kebijakan yang akan ditetapkannya dalam prinsip mengenal
nasabah asalkan dari kebijakan yang ditetapkannya tersebut dapat diperoleh
keyakinan terhadap kemampuan nasabah untuk melunasi hutangnya, termasuk
penjamin dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil. Prinsip tersebut dapat
dilakukan dengan sistem penilaian terhadap watak, kemampuan, modal dan prospek
usaha dari nasabah debitor tersebut dikenal dengan istilah The 5C’s of Credit Analysis
yang merupakan ukuran kemampuan penerima kredit (debitor) untuk mengembalikan
pinjamannya.
Surat Keputusan bukan merupakan benda-benda yang dapat dipindah
tangankan (yang mempunyai nilai pengoperan) tetapi dalam dunia perkreditan

Universitas Sumatera Utara

105

(karena adanya kebutuhan) surat tersebut dapat diterima oleh bank- bank tertentu
sebagai jaminan kredit. Caranya adalah dengan menyerahkan surat gaji dan pensiun
serta memberikan surat kuasa kepada pihak bank untuk mengambil gaji dan pensiun
si penerima kredit. Surat kuasa tersebut ditandatangani pula oleh bendahara kantor
pemohon kredit, yang dimaksudkan sebagai pemberitahuan. Sekali pun surat kuasa
untuk menerima gaji dan pensiun tersebut dibuat sebagai kuasa mutlak, tetapi
jaminan semacam itu kedudukannya sangat lemah karena gaji dan pensiun sangat
bersifat pribadi, sehingga kematian yang bersangkutan akan berarti berakhirnya gaji
dan pensiun tersebut.124
E. Kedudukan Jaminan Kredit Dengan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil
Apabila Pegawai Negeri Sipil Tersebut Dipecat
Penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank saat ini

begitu luas

menggambarkan cakupan transaksi ekonomi dan keuangan di mana kreditor
menyerahkan suatu nilai kepada debitur dan sebaliknya, debitur berjanji akan
mengembalikannya pada waktu yang telah ditetapkan pada masa depan. Adapun nilai
yang diserahkan tersebut berupa uang, jasa-jasa, barang, atau klaim keuangan, seperti
sertifikat atas benda tetap (SHM, HGU dll), obligasi atau comercial paper. Sekarang
ini begitu kompleksnya kegiatan yang menyangkut kredit tersebut berbeda sekali
dengan saat awal berkembangnya kredit.
Kredit sebagaimana dijelaskan sebelumnya pada awal kredit merupakan suatu
kegiatan pinjam-meminjam bermula karena adanya kepercayaan di antara mereka,

124

Ibid., hal 126

Universitas Sumatera Utara

106

yaitu si pemberi pinjaman percaya bahwa si peminjam akan mengembalikan
pinjamannya (baik dengan disertai bunga maupun tidak disertai bunga) pada saat
yang telah dijanjikan. Atas dasar adanya kepercayaan inilah pinjam-meminjam
berlangsung dan dikenal dengan sebutan kredit. Unsur utama dari kredit yaitu unsur
kepercayaan sedangkan unsur yang lainnya bersifat sebagai penunjang dari unsur
pertama dan utama tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa unsur tersebut berguna
dalam rangka pertimbangan yang menyeluruh dalam mendapatkan atau memperoleh
keyakinan dan kepercayaan untuk terjadinya suatu hubungan atau perikatan hukum
dalam bidang perkreditan tersebut.125
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa yang menjadi jaminan
penunjang dalam pemberian kredit adalah Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil.
Bank dalam memberikan kredit dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri
Sipil percaya bahwa jaminan tersebut sudah cukup menggambarkan kemampuan
nasabah dalam melunasi kredit yang diberikan. Hal ini sebagaimana diketahui, bahwa
PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang merupakan Badan Usaha Milik Daerah Aceh
juga menyalurkan kredit kepada pegawai di lingkungan Satuan Kerja Perangkat
Daerah Provinsi Aceh termasuk di Kota Sabang. Penyaluran kredit kepada Pegawai
Negeri Sipil ini dilakukan PT. Bank Aceh mengingat Pegawai Negeri Sipil yang
bersangkutan sepenuhnya berada dalam pengawasan pemerintah secara khusus
termasuk Pegawai Negeri Sipil.126

125

T. Nasrullah, Pimpinan PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang Wawancara tanggal 18 Juli
2016 di Sabang
126
T. Nasrullah, Pimpinan PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang Wawancara tanggal
18
Juli 2016 di Sabang

Universitas Sumatera Utara

107

Jadi pada saat nasabah yang merupakan Pegawai Negeri Sipil mengajukan
permohonan kredit kepada pihak Bank Aceh, sangat memudahkan pihak bank untuk
membangun kepercayaan kepada debitur yang merupakan Pegawai Negeri Sipil,
karena baik pihak Bank sebagai kreditur dan pihak Pegawai Negeri Sipil sebagai
debitur sama-sama berada dalam pengawasan dan naungan yang sama yaitu
Pemerintah Daerah Provinsi Aceh. Sehingga dengan jaminan SK Pegawai Negeri
Sipil sudah cukup bagi pihak bank untuk memberikan kredit. Terlebih lagi sebagian
besar PNS mendapatkan gaji dari pemerintah daerah melalui PT. Bank Aceh Cabang
Kota Sabang sebagai perantara. Sehingga mempermudah pihak Bank untuk
melakukan fungsi pengawasan terhadap PNS yang memiliki kredit di bank. Dengan
kondisi seperti ini, sangat kecil kemungkinan terjadinya kredit macet, karena
pembayaran kredit bisa secara langsung dipotong dari gaji yang diterima oleh PNS
yang bersangkutan. Seperti sebutan dari pihak bank terhadap debitur Pegawai Negeri
Sipil, yaitu Kredit Pegawai/Pensiunan Berpenghasilan Tetap (KPPT). Di mana
jaminan pokok/Sumber Pengembalian Kredit yaitu dari penghasilan gaji/pensiun PNS
setiap bulan dengan menyerahkan Surat Kuasa kepada bank untuk memotong
gaji/pensiun atau mendebet rekening tabungan untuk angsuran kredit.127
Untuk semakin meningkatkan tingkat kepercayaan bank sebagai kreditur
terhadap PNS sebagai debitur, maka debitur berkewajiban untuk menandatangani
Surat Perjanjian Kredit yang dikeluarkan pihak bank secara sepihak dengan
memperhatikan hukum yang berlaku dalam bidang perbankan. Hal ini sebagaimana
diatur dalam perjanjian bahwa :

127

Iswadi, Staf Account Oficer (AO) PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang tanggal
Wawancara tanggal 20 Juli 2016 di Sabang

Universitas Sumatera Utara

108

1) Sumber pelunasan kredit adalah dari hasil penyisihan gaji beserta penghasilan
lainnya termasuk pensiun dari peminjam berdasarkan Surat Kuasa yang
diserahkan kepada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang.
2) Jika peminjam dipindahkan / dimutasikan ke tempat lain / diberhentikan dari
pekerjaan maka peminjam harus segera menyelesaikan kewajiban hutangnya
kepada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang dan bila setelah mendapat
teguran dari PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang kemudian peminjam tetap
melalaikan kewajibannya tersebut maka PT Bank Aceh Cabang Kota Sabang
akan melakukan segala upaya untuk menyelesaikannya menurut ketentuan
hukum yang berlaku.128
Selain itu, dalam Perjanjian Kredit yang dikeluarkan oleh PT. Bank Aceh
Cabang Kota Sabang menyatakan bahwa untuk menjamin pelunasan kredit
sebagaimana mestinya, maka peminjam menyerahkan kepada Bank berupa :
a. Surat kuasa untuk mendebet rekening tabungan dan / atau menyisihkan
sejumlah uang sebesar angsuran kredit dari gaji / penghasilan pensiun yang
diterima oleh peminjam setiap bulan,
b. Kartu Taspen,
c. Kartu Pegawai,
d. Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai,
e. Surat Keputusan Pangkat Terakhir,

128

T. Nasrullah, Pimpinan PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang Wawancara tanggal 18 Juli
2016 di Sabang

Universitas Sumatera Utara

109

f. SK Berkala.
Terhadap perjanjian yang sudah disepakati kedua pihak berlaku pula
ketentuan Pasal 1131 dan 1132 KUHPerdata yakni harta benda peminjam baik yang
bergerak maupun tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada
dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala kewajiban hutangnya yang timbul
berdasarkan perjanjian ini. Atas perjanjian kredit tersebut berlaku pula ketentuanketentuan sebagai berikut:
a. Peminjam dengan ini menyatakan tidak akan melakukan penarikan atas
tabungan yang diblokir dengan alasan apapun selama kredit ini belum lunas
dan dengan ini memberi kuasa penuh kepada Bank untuk setiap saat dapat
memperhitungkan saldo tabungan dengan angsuran kredit jika kredit terdapat
tunggakan.
b. Selama kredit belum dinyatakan lunas oleh bank maka peminjam tidak akan
bermohon untuk dipensiunkan, kecuali karena suatu hal yang tidak
memungkinkan lagi untuk bekerja. Untuk itu, maka peminjam

akan

memberitahukan secara tertulis kepada bank dan akan menunjuk PT. Bank
Aceh Cabang Kota Sabang sebagai tempat pembayaran pensiun.
Berdasarkan penjelasan tersebut jelaslah bahwa pada prinsipnya terhadap
Pegawai Negeri Sipil yang menjadikan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil
sebagai jaminan yang tidak mewajibkan nasabah debitur untuk menyerahka

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Terhadap Kinerja Pegawai Negeri Sipil Dalam Pelayanan Publik (Studi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Tamiang)

9 136 135

Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban Bencana Alam Tsunami Di Nanggroe Aceh Darussalam (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)

1 27 100

Hubungan Pendidikan Dan Pelatihan Dengan Kompetensi Pegawai Negeri Sipil Di Bidang Pelayanan Publik (Studi Pada Pelaksanaan Pendidikan Dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV Angkatan V Tahun 2008 Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang)

0 37 268

Mekanisme objek agunan kredit pada Bank Rakyat Indonesia dengan jaminan surat keputusan pegawai negeri sipil dilingkungan pemerintahan daerah khusus ibukota Jakarta

0 8 104

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT KEPUTUSAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (Studi di PT. Bank Rakyat Indonesia Cabang Solo Slamet Riyadi Unit Palur).

0 1 12

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 0 13

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 0 2

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 6 26

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 2 53

Penyelesaian Kredit Bermasalah Dengan Jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil Terhadap Pegawai Negeri Sipil yang Dipecat (Studi Pada PT. Bank Aceh Cabang Kota Sabang)

0 0 6