Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban Bencana Alam Tsunami Di Nanggroe Aceh Darussalam (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)

(1)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI

SIPIL KEPADA PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA

ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

(Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)

SKRIPSI

-

-syarat

Oleh :

DEWI NOVITA TARIGAN

NIM : 030200161

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI

SIPIL KEPADA PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA

ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

(Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)

SKRIPSI

-

-syarat

untuk

Oleh :

DEWI NOVITA TARIGAN

NIM : 030200161

Departemen Hukum Keperdataan Program Kekhususan Hukum Perdata Dagang

Disahkan Oleh:

Ketua Bagian Hukum Keperdataan Dagang

PROF.Dr. TAN KAMELLO, SH., MS. NIP : 131 764 556

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

ABDUL MUIS, SH., MS. RAMLI SIREGAR, SH. NIP : 131 702 285 NIP : 131 281 010


(3)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan kasih dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dengan judul “PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPADA PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)”

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus atas bantuan, bimbingan dan petunjuk yang diberikan oleh :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I sekaligus Penasihat Akademik;

3. Bapak Prof. Dr. Tan Kamelo, SH, MS, selaku Ketua Jurusan Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Abdul Muis, SH, MS, selaku Pembimbing I, atas bimbingan dan sarannya dalam penulisan skripsi ini;

5. Bapak Ramli Siregar, SH, selaku Pembimbing II, atas bimbingan dan sarannya dalam penulisan skripsi ini;

6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis, dan khususnya kepada Ibu Rafiqoh, SH,


(4)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

M.Hum, atas segala dukungan dan bantuan yang tiada hentinya diberikan kepada penulis selama ini hingga akhirnya Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. PT Taspen Persero Cabang NAD, atas kesempatan yang diberikan kepada Penulis, serta Bapak Dasril Darami selaku Kepala Bidang Personalia dan Umum dan Bapak Eddy Armay selaku Kepala Seksi Personalia yang telah banyak memberikan bantuan dan bimbingannya.

8. Kedua orangtua yang penulis hormati dan sayangi Amran Tarigan, SH dan Siti Yunida Saragih atas segenap doa dan dukungan serta kasih sayang yang tanpa batas, serta saudara-saudara yang penulis cintai dan sayangi, kak Ayu, Ime, Weni dan Kiki makasih ya atas dukungannya.

9. Rekan seangkatan 2003 atas kerjasamanya, khususnya Anju, Margaretta, Reny, Yasmine, Ester, dan Dwinda yang telah membantu dan memberi dukungan selama penulisan skripsi ini.

10.Serta yang Penulis sayangi, Didik Widiyanto yang selalu memberi dukungan dan mendampingi Penulis selama 5 tahun ini.

Akhir kata Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca, fakultas perusahaan, dan pihak-pihak yang membutuhkannya. Semoga Allah Swt meridhoi kita semua, Amin.

Medan, Agustus 2007


(5)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

DAFTAR ISI

Kata Pengantar……….. ………...i

Daftar Isi ………...ii

Abstraksi ………..…iii

BAB I. PENDAHULUAN………..……1

A. Latar Belakang………..……….1

B. Perumusan Masalah………..……….4

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan……….……….5

D. Keaslian Kepustakaan ………...………..7

E. Tinjauan Kepustakaan……….………..7

F. Metode Penelitian……….12

G. Sistematika Penulisan………..………14

BAB II. TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI DAN TABUNGAN ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL...16

A. Pengertian Asuransi.………16

B. Jenis-jenis Asuransi……….20

C. Gambaran Umum tentang Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil………...…….……….…33

D. Pihak-pihak dalam Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil……….37 BAB III. TINJAUAN UMUM TENTANG PT TASPEN PERSERO

CABANG NANGGROE ACEH DARUSSALAM SEBAGAI PENGELOLA ASURANSI SOSIAL


(6)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

PEGAWAI NEGERI SIPIL………...…………42

A. Sejarah Singkat PT TASPEN………..42

B. Struktur Organisasi………..………44

C. Dasar Hukum Pembentukan PT TASPEN..………54

D. Program-program Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil………...….………..57

BAB IV. PELAKSANAAN PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL TERHADAP PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM………...…..……..66

A. Dasar Hukum Prosedur Pengurusan Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Terhadap Para Ahli Waris Korban Tsunami di NAD………...………..66

B. Prosedur Pengurusan Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Terhadap Para Ahli Waris Korban Tsunami di NAD……….………68

C. Ketentuan Mengenai Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil…..…………...……...77

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….….81

Kesimpulan……….……….….81


(7)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

ABSTRAKSI

Bencana alam yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai bencana nasional telah mengakibatkan sejumlah Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun meninggal dunia atau hilang. Bencana alam tersebut juga mengakibatkan rusak atau hilangnya dokumen kepegawaian, sehingga guna memperlancar pelayanan dalam pemberian hak-hak kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang tersebut, perlu adanya pengaturan yang mengatur secara khusus mengenai hal tersebut.

Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini yaitu apa yang menjadi dasar hukum dari pelaksanaan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam, bagaimana prosedur mengenai pengurusan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam serta bagaimana ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini meliputi : penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian di lapangan (field research) yang dilakukan penulis pada PT Taspen Persero Cabang Nanggroe Aceh Darussalam melalui wawancara secara langsung.

Kesimpulan yang dapat diperoleh, yaitu guna memperlancar pelayanan dalam pemberian hak-hak kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang tersebut, perlu pengaturan secara khusus dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 63 Tahun 2004 tentang pengecualian prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, Nomor 13 Tahun 2003, Nomor 14 Tahun 2003, dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 04/SE/1980 yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang karena bencana alam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyarankan hendaknya dalam menerapkan pelaksanaan pembayaran klaim asuransi pegawai negeri sipil yang tertimpa bencana alam PT Taspen (Persero) dapat lebih meningkatkan pelayanan kepada para ahli waris serta memperhatikan ketentuan-ketentuan pembayaran yang telah ditetapkan, selain itu perlu juga diadakan sosialisasi secara langsung tentang prosedur pengurusan hak Peserta Program Taspen sehingga para peserta dan ahli warisnya tidak mengalami kesulitan dalam melakukan pengajuan klaim asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.


(8)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya kehidupan dan kegiatan manusia mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat “tidak kekal.” Sifat yang tidak kekal merupakan sifat alami yang tidak dapat dipastikan, ketidakpastian tersebut dapat berwujud dalam berbagai bentuk dan peristiwa yang belum tentu menimbulkan rasa tidak aman dalam diri manusia. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang berakal budi selalu berupaya untuk menghindari resiko yang membuat ia merasa tidak aman sehingga dapat menjadi aman. Resiko yang diderita dapat berupa seperti kerusakan, kerugian, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan sehingga menyebabkan timbulnya pikiran manusia berupaya untuk menghindari dan mengalihkan resiko kepada pihak lain yang bersedia menanggungnya, dalam hal ini adalah pihak asuransi.

Pegawai Negeri Sipil sebagai aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat mempunyai potensi yang dapat menentukan kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional sehingga perlu dibina dan dikembangkan tingkat kesejahteraannya. Sistem yang akan diterapkan dalam penyelenggaraan pemberian kesejahteraan ini adalah sistem asuransi, yaitu dengan usaha menyelenggarakan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil dimana sebagai Badan Penyelenggara adalah PT Taspen (Persero), yaitu suatu Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan oleh Pemerintah untuk menyelenggarakan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, yaitu suatu asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta yang diterima pada saat yang bersangkutan berhenti karena


(9)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

pensiun. Selain dari itu, sebagai tambahan diberikan juga jaminan Asuransi Kematian bagi peserta dan keluarganya.1

1

Djoko Prakoso, SH, 1997, “Hukum Asuransi Indonesia” cet. IV, Rineka Cipta, Jakarta hal. 328

Bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami yang terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang terjadi pada tanggal 26 Desember 2004 telah meluluhlantakkan sebagian besar Provinsi NAD. Gempa tektonik yang berkekuatan (magnitude) 8,9 pada skala richter (SR) dengan titik episenter (pusat gempa) di 2,9 Lintang Utara (LU) dan 95,6 Bujur Timur (BT), di 149 Km lepas pantai selatan Meulaboh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) mengguncang keras selama hampir lima menit, dimulai pada pukul 07.58 WIB hingga pukul 08.38 WIB yang getarannya dapat dirasakan hingga Sumatera bagian Selatan dan beberapa Negara di kawasan Asia Tenggara lainnya.tercatat sebagai gempa paling dahsyat sejak permulaan abad ke-20 yang menimbulkan gelombang tsunami yang diperkirakan mencapai ketinggian 11 (sebelas) meter. Akibatnya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami kelumpuhan dengan hancurnya sarana prasarana dasar seperti rumah sakit, sekolah, kantor pemerintahan dan kurangnya sumber daya manusia. Bencana alam yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagai bencana nasional ini juga telah mengakibatkan sejumlah Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun meninggal dunia atau hilang. Bencana alam tersebut juga mengakibatkan rusak atau hilangnya dokumen kepegawaian, sehingga menghambat pelayanan dalam pemberian hak-hak kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang tersebut.


(10)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang mulai berlaku tanggal 30 Juli 1981. Persyaratan, jumlah dan tata cara pembayaran Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 478/KMK.06/2002 tanggal 19 November 2002 dan petunjuk pelaksanaannya berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Taspen (Persero) yang telah beberapa kali mengalami perubahan, dan yang terakhir yaitu untuk kejadian sejak 1 Januari 2001 sampai sekarang ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 478/KMK.06/2002 tanggal 19 November 2002,

Dengan terjadinya bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami yang mengakibatkan sejumlah Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun meninggal dunia atau hilang maka perlu adanya pengaturan secara khusus dengan Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 63 Tahun 2004 tentang pengecualian prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, Nomor 13 Tahun 2003, Nomor 14 Tahun 2003, dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 04/SE/1980 yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang karena bencana alam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Peraturan ini dibuat untuk mempermudah proses pelayanan serta sebagai pedoman bagi Pejabat Pembina Kepegawaian atau pejabat instansi terkait dan petugas yang ditunjuk dalam menyelesaikan hak-hak kepegawaian bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang karena bencana alam. Dalam prakteknya, Surat Keputusan


(11)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

tersebut belum memasyarakat dalam lingkungan Pegawai Negeri Sipil maupun keluarga Pegawai Negeri Sipil, sehingga masih banyak para Pegawai Negeri Sipil maupun keluarganya yang kurang mengerti prosedur mengajukan klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil yang tertimpa bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami.

Dengan demikian hal yang sangat menarik bagi penulis untuk membahasnya dan berdasarkan uraian diatas penulis memilih judul :

“PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPADA PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam)”

B. Perumusan Masalah

Permasalahan menyatakan suatu persoalan tentang sesuatu yang harus dicari jawabannya. Sebagaimana biasanya suatu karya tulis tentu mempunyai permasalahan yang akan diangkat dan diolah untuk menguraikan dan memecahkannya. Sehubungan dengan itu, berdasarkan pengamatan dan penelaahan penulis terhadap literatur, Perundang-undangan dan praktek di lapangan, dalam penulisan skripsi ini penulis membuat pembatasan masalah guna memudahkan pembahasan agar tidak menyimpang dari materi pokok penulisan skripsi ini.

Adapun pokok permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :


(12)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

1. Apa yang menjadi dasar hukum dari pelaksanaan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam?

2. Bagaimana prosedur pengurusan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam?

3. Bagaimana ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk memahami dan mengetahui pelaksanaan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis khususnya di bidang Ilmu Huku m Asuransi Sosial.

3. Untuk menyumbangkan buah pikiran penulis kepada setiap orang yang membutuhkan pengetahuan tentang pelaksanaan pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam.

4. Untuk melengkapi dan memenuhi persyaratan untuk dapat mengikuti ujian sarjana pada Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara dalam rangka mengakhiri perkuliahan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum.


(13)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Dan yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : a. Segi Teoritis

1. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sekedar sumbangan pemikiran dalam rangka perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya, Hukum Perdata pokoknya dan khususnya mengenai pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam.

2. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi Pembuat Undang-Undang dalam menetapkan kebijaksanaan terhadap peserta Program Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang tertimpa bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam.

3. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberi sumbangan informasi kepada pendidikan Ilmu Hukum mengenai pelaksanaan kaidah hukum abad ini.

b. Segi Praktis

1. Penulisan skripsi ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Penanggung, dalam hal ini PT Taspen (Persero) cabang Nanggroe Aceh Darussalam dalam menyelesaikan pembayaran klaim peserta Program Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang tertimpa bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam

2. Penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi para peserta Program Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil maupun ahli warisnya yang tertimpa bencana alam dalam mengurus klaim Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil yang akan diperolehnya.


(14)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini didasarkan kepada ide/gagasan maupun hasil pemikiran penulis secara pribadi dari awal hingga akhir penyelesaian tulisan ini dengan melihat kenyataan yang terjadi di lapangan dalam hal pengajuan klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil pasca bencana tsunami kepada masyarakat Aceh yang terjadi di akhir tahun 2004 yang lalu. Sehingga tulisan ini bukanlah hasil ciptaan atau hasil pandangan karya tulis orang lain, karena itu keaslian penulisan ini terjamin adanya, kalaupun ada pendapat atau pandangan orang lain semata-mata sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam tulisan ini, karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan tulisan ini.

Sepanjang pengetahuan penulis penulisan skripsi mengenai PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPADA PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (Studi Kasus PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam) yang bercerita mengenai prosedur yang harus ditempuh oleh masyarakat Aceh dalam pengajuan klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil pada PT. Taspen (Persero) Cabang Nanggroe Aceh Darussalam pasca bencana tsunami adalah yang pertama kali, sehingga sekali lagi penulisan ini dapat dikatakan sebagai tulisan yang pertama.

E. Tinjauan Pustaka

Skripsi ini berjudu l PEMBAYARAN KLAIM ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL KEPADA PARA AHLI WARIS KORBAN BENCANA ALAM TSUNAMI DI NANGGROE ACEH DARUSSALAM (Studi Kasus


(15)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

PT. TASPEN Cab. Nanggroe Aceh Darussalam) yang bercerita mengenai prosedur yang harus ditempuh oleh masyarakat Aceh dalam pengajuan klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil pada PT. Taspen (Persero) Cabang Nanggroe Aceh Darussalam pasca bencana tsunami.

Asuransi atau dalam Bahasa Belanda “Verzekering” berarti Pertanggungan. Dalam pengertian verzekering pihak penanggung istilahnya “verzekeraat” dan pihak tertanggung disebut “verzekerde”, sedangkan dalam istilah asuransi menimbulkan istilah”Assuradeur” atau “assurador” bagi penanggung dan istilah “geassureerde” atau “yang diasuransikan” bagi tertanggung.

Dalam suatu Asuransi terlibat dua pihak, yang satu sanggup akan menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian dari suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum tentu dapat ditentukan saat akan terjadinya.

Selaku kontra prestasi dari pertanggungan ini bahwa pihak yang ditanggung itu diwajibkan membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung. Uang tersebut akan tetap menjadi milik pihak yang menanggung apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksud itu tidak terjadi2

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian,

. Pada pasal 246 KUHD, dikatakan bahwa :

2

Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, SH. Hukum Asuransi Indonesia, PT Intermasa, Jakarta, Cet. VIII, 1987, Hal. 1.


(16)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin diderita akibat peristiwa tak tertentu.”3

“Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian dua pihak atau lebih dengan mana pihak Penanggung mengikatkan diri pada Tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada Tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita Tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Menurut ketentuan pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian :

4

“Asuransi pada umumnya adalah suatu perjanjian timbal balik dalam mana pihak Penanggung dengan menerima suatu premi, Penanggung mengikatkan diri untuk memberikan pembayaran kepada pengambil asuransi atau orang yang ditunjuk karena terjadinya suatu peristiwa yang belum pasti, yang disebut dalam perjanjian baik karena pengambilan asuransi atau tertunjuk menderita kerugian yang disebabkan oleh peristiwa tadi, maupun karena peristiwa tadi mengenai hidup kesehatan atau validituit seorang tertanggung.”

Dr. Santoso Poedjo Subroto, SH mengatakan :

5

3

Prof. R. Subekti, SH, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Penerbit Predya Paramita, Jakarta, Cet. XV, 1985, hal. 3.

4

Abdul Muis, SH, MS. Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum USU, 2005, hal. 4.

5

Santoso Poedjo Subroto, Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Bhatara, Jakarta, 1969, hal. 6.


(17)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Kemudian H. M. N. Poerwosutjipto, SH memberikan definisi asuransi itu adalah sebagai berikut ::

“Suatu perjanjian timbal balik antara penanggung dengan penutup asuransi, dimana penanggung mengikatkan diri untuk mengganti kerugian dan/atau membayar sejumlah uang atau santunan yang ditetapkan pada waktu penutupan perjanjian, kepada penutup asuransi atau orang lain yang ditunjuk, pada waktu terjadinya evenemen, sedangkan penutup asuransi mengikatkan diri untuk membayar uang premi.”6

“Suatu perjanjian untung-untungan (Konsovereenkomst) adalah suatu perbuatan yang hasilnya mengenai untung ruginya, baik bagi semua pihak, maupun bagi sementara pihak, bergantung pada suatu kejadian yang belum tentu. Dengan demikian termasuk ke dalam perjanjian untung-untungan ini adalah pertanggungan (asuransi), bunga cagak hidup/bunga untuk selama hidup seseorang (lijfrente), perjudian dan pertaruhan.”

Menurut Pasal 1774 KUHPerdata bahwa :

7

“Dalam suatu asuransi terlibat dua pihak, yaitu yang satu sanggup menanggung atau menjamin bahwa pihak lain akan mendapat penggantian suatu kerugian, yang mungkin akan ia derita sebagai akibat dari suatu peristiwa yang semula belum tentu terjadi atau semula belum dapat ditentukan saat terjadinya. Suatu kontra prestasi dari pertanggungan ini, pihak yang ditanggungkan itu diwajibkan

Menurut pendapat Wirjono Projodikoro bahwa :

6

H.M.N.Poerwosutjipto, SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia dan Hukum Pertanggungan, cet. III, Djambatan, Jakarta, 1990, Hal. 10.

7


(18)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

membayar sejumlah uang kepada pihak yang menanggung, apabila kemudian ternyata peristiwa yang dimaksudkan itu akan terjadi.”8

“Suatu perjanjian antara penanggung dengan tertanggung, dimana penanggung yang telah menerima premi berjanji akan memberikan ganti rugi atau sejumlah santunan kepada tertanggung, yang mempunyai kepentingan dan jika terjadi peristiwa karena macam-macam bahaya yang diasuransikan menimbulkan kerugian

Menurut R. Ali Ridho, SH, asuransi merupakan :

9

Menurut Subekti, asuransi atau pertanggungan adalah : “Suatu perjanjian yang termasuk dalam golongan perjanjian untung-untungan (kansovereenkomst), yaitu suatu macam perjanjian temasuk pula perjanjian perjudian dan perjanjian lijfrente.”

.

10

“Perbedaan yang jelas antara asuransi dengan judi adalah: pertama, kegiatan asuransi lebih berkenaan dengan resiko spekulatif; kedua, asuransi adalah menjamin suatu ganti rugi apabila resiko yang dijamin terjadi sedangkan judi justru menciptakan resiko yang baru; ketiga, bahwa asuransi berusaha membebaskan diri dari suatu resiko karena adanya ketidakpastian akan menderita suatu kerugian keuangan, sedangan judi mengharapkan terjadinya suatu peristiwa Sonni Dwi Harsono, mengatakan perbedaan antara asuransi dengan perjudian adalah sebagai berikut :

8

Prof. Dr. Wirjono Projodikoro, SH, Hukum Asuransi Indonesia, op. cit. hal. 1.

9

R. Ali Ridho, SH, Hukum Dagang, Penerbit Alumni, Bandung, 1992, hal. 3.

10


(19)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

yang membawa keuntungan, dengan kata lain prinsip asuransi adalah prinsip ganti rugi sedangkan judi adalah keuntungan.”11

a. Penelitian Kepustakaan, yaitu kegiatan mengumpulkan data-data sekunder yang terdiri dari :

F. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Analitis yang menggambarkan secara sistematis data mengenai masalah yang akan dibahas. Data yang terkumpul dianalisis secara sistematis sehingga dapat ditarik kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian.

2. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Yuridis Normatif, yaitu penelitian hukum yang dilakukandengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder berupa hukum positif dan bagaimana penerapannya dalam praktek di Indonesia.

3. Tahap Penelitian

Tahap penelitian yang dilakukan Penulis meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Bahan hukum primer, yaitu ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat.

11

Sonni Dwi Harsono, Prinsip-prinsip dan Praktek Asuransi, Yayasan Pengembanagn Ilmu Asuransi, Jakarta, 1994, hal. 42.b.


(20)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan hukum yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer.

3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan hukum yang memberikan informasi dan penjelasan mengenai bahan hukum primer dan sekunder.

b. Penelitian Lapangan, yaitu kegiatan mengumpulkan, meneliti dan menyeleksi data primer yang diperoleh langsung dari lapangan untuk menunjang data sekunder.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Dokumen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap dokumen-dokumen yang erat kaitannya dengan kegiatan Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil guna mendapatkan landasan teoritis dan memperoleh informasi dalam bentuk hukum formal dan data melalui naskah resmi yang ada.

b. Wawancara, yaitu kegiatan Tanya jawab yang dilakukan untuk memperoleh data primer secara langsung dengan responden yang terlibat langsung dalam bidang Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil khususnya pembayaran klaim asuransi Pegawai Negeri Sipil kepada para ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam. 5. Analisis Data

Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam pnelitian ini adalah metode Analisis Normatif Kualitatif, dengan demikian akan memperoleh analisis data tanpa mempergunakan rumus dan data matematis.


(21)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

F. Sistematika Penulisan

Guna pemahaman atas isi dari skripsi ini serta untuk memberikan kemudahan bagi para pembaca yang berminat dengan skripsi ini, maka penulis membuat suatu sistem pembahasan yang dibuat secara teratur yang didalamnya mempunyai hubungan yang terkait satu sama lainnya. Dalam penulisan skripsi ini penulis menguraikan sistem penulisannya yang secara garis besar terdiri dari lima bab. Adapun sistem penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan.

Dalam bab ini secara umum diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan

BAB II Tinjauan Umum tentang Asuransi dan Tabungan Asuransi Pegawai Negeri Sipil.

Pada bab ini penulis memaparkan hal-hal umum dalam perasuransian dan tabungan asuransi pegawai negeri sipil yang meliputi pengertian asuransi, jenis-jenis asuransi, gambaran umum tentang tabungan asuransi pegawai negeri sipil, dan pihak-pihak dalam tabungan asuransi pegawai negeri sipil. BAB III Tinjauan Umum tentang PT. Taspen Persero Cabang

Nanggroe Aceh Darussalam sebagai Pengelola Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.


(22)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Pada bab ini diuraikan tentang sejarah singkat perusahaan, struktur organisasi perusahaan, dasar hukum pembentukan perusahaan, dan program-program tabungan asuransi sosial pegawai negeri sipil.

BAB IV Pelaksanaan Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil terhadap Para Ahli Waris Korban Bencana Alam Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam.

Pada bab ini penulis mengemukakan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT. Taspen (Persero) Cabang Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam bab ini akan dibahas antara lain mengenai dasar hukum prosedur pengurusan pembayaran klaim asuransi pegawai negeri sipil terhadap para ahli waris korban bencana alam tsunami di NAD, prosedur pengurusan pembayaran klaim asuransi pegawai negeri sipil terhadap para ahli waris korban bencana alam tsunami di NAD, dan ketentuan mengenai pelaksanaan pembayaran klaim asuransi pegawai negeri sipil.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini penulis menyimpulkan apa yang telah penulis bahas pada bab-bab terdahulu dan dari hasil penelitian dan penulisan ini penulis mengemukakan saran-saran.

Demikian gambaran singkat skripsi ini yang memberikan satu batasan dalam ruang lingkup pembahasan selanjutnya.


(23)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ASURANSI DAN TABUNGAN

ASURANSI PEGAWAI NEGERI SIPIL

A. Pengertian Asuransi

Dalam Hukum Asuransi kita mengenal bermacam-macam istilah. Ada yang mempergunakan istilah hukum pertanggungan atau hukum asuransi. Dalam bahasa Belanda disebut dengan verzekering recht dan dalam istilah bahasa Inggris disebut Insurance Law. Sedangkan dalam praktek, sejak zaman Hindia Belanda sampai sekarang banyak dipakai istilah assuransie (assurantie).

Sebelum penulis membahas lebih lanjut mengenai asuransi ini, ada baiknya dikemukakan beberapa pengertian umum mengenai asuransi.

1. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Berdasarkan ketentuan pasal 1774 ayat (2) KUHPerdata, perjanjian asuransi dimasukkan menjadi salah satu jenis dari perjanjian untung-untungan (kans overeenskomst), disamping lijfrente (bunga cagak hidup) dan pertaruhan atau perjudian. Penggolongan perjanjian asuransi ke dalam kans overeenskomst adalah kurang tepat12

12

Djoko Prakoso, SH, 1997, op. cit. hal. 22.

, sebab didalam kans overeenskomst itu secara sengaja atau sadar para pihak didalam perjanjian menjalani suatu kesempatan atau kemungkinan untung-untungan dimana prestasi secara timbal balik tidak seimbang. Kiranya hanyalah tepat apabila penggolongan perjanjian asuransi dalam jenis kans overeenskomst itu menurut pasal 1774 KUHPerdata tersebut ditafsirkan di dalam pengertian bahwa pelaksanaan kewajiban penanggung di dalam perjanjian asuransi itu adalah bergantung pada suatu peristiwa yang masih


(24)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

akan terjadi dan terjadinya itu juga belum tentu terjadi. Diantara keduanya terdapat perbedaan yang sangat penting, terutama mengenai akibat hukum, karena terhadap pertaruhan dan perjudian undang-undang tidak memberikan suatu akibat hukum, namun hanya timbul suatu naturlijke verbintenis dari pertanggungan timbul suatu perikatan sempurna (volledige cicele verbintenis).

2. Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang Menurut ketentuan Pasal 246 KUHD :

“Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin diderita akibat peristiwa tak tertentu.”

Berdasarkan pengertian asuransi atau pertanggungan diatas, dapat diuraikan unsur-unsur yuridis dari suatu asuransi atau pertanggungan adalah sebagai berikut :

1. Adanya pihak tertanggung ( pihak yang kepentingannya diasuransikan) 2. Adanya pihak penanggung (pihak perusahaan asuransi yang menjamin

akan membayar ganti rugi)

3. Adanya perjanjian asuransi (antara penanggung dengan tertanggung) 4. Adanya pembayaran premi (oleh tertanggung kepada penanggung)

5. Adanya kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan (yang diderita oleh tertanggung)


(25)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Salah satu unsur penting dalam peristiwa asuransi yang terdapat dalam rumusan pasal 246 KUHD adalah ganti kerugian13

Pasal 41 New York Insurance Law menyebutkan

. Unsur tersebut hanya menunjuk kepada asuransi kerugian (loss insurance) yang objeknya adalah harta kekayaan. Asuransi jiwa (life insurance) tidak termasuk ke dalam rumusan pasal 246 KUHD, karena jiwa manusia bukanlah harta kekayaan. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa ketentuan pasal 246 KUHD hanya mencakup bidang asuransi kerugian, tidak termasuk asuransi jiwa.

3. Menurut New York Insurance Law

14

Terjemahan bebasnya adalah : perjanjian asuransi merupakan suatu kesepakatan atau transaksi lainnya dimana satu pihak yang biasa disebut dengan penanggung, berkewajiban untuk membayar atas kepentingan bermanfaat yang dinilai dengan uang kepada pihak lain yang biasa disebut dengan tertanggung atau ahli warisnya, tanggungan atas kejadian yang tidak dapat dipastikan terjadinya

:

“The insurance contract is any agreement or other transaction where by one party herein called the insurer, is obligated to confer benefit of pecuniary value upon another party herein called the insured or beneficiary, dependent up on the happening of a fortuitous event in which the insured or beneficiary has, or expected to have at the time of such happening a material interest which will be adversely affected by the happening of such event. A fortuitous event is any occurrence or failure to occur which is, or is assumed by the parties to be, to a substantial extend beyond the control of either party.”

13

Abdulkadir Muhammad, SH, 2006, op. cit. hal. 8.

14


(26)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

yang dialami oleh tertanggung atau ahli warisnya, atau sesuatu yang disangka pada waktu tertentu dapat terjadi atas kepentingan benda yang akan mengalami kerugian yang tidak dapat dipastikan terjadinya. Suatu peristiwa yang tidak dapat dipastikan terjadinya merupakan suatu peristiwa atau kelalaian yang terjadi, atau diperkirakan oleh satu pihak akan terjadi, penting untuk disampaikan diluar pengawasan pihak lain.

Definisi dalam pasal 41 New York Insurance Law meliputi asuransi kerugian dan asuransi jumlah yang lebih luas daripada rumusan Pasal 246 KUHD. Dalam definisi tersebut digunakan kata-kata “to confer benefit of pecuniary value,” tidak digunakan kata-kata “to confer indemnity of pecuniary”, sebab pengertian “benefit” tidak hanya meliputi ganti kerugian terhadap harta kekayaan, tetapi juga meliputi pengertian “yang ada manfaatnya” bagi tertanggung. Jadi, termasuk juga pembayaran sejumlah uang pada asuransi jiwa.

4. Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian Dalam ketentuan Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dikatakan bahwa :

“Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara 2 (dua) pihak atau lebih dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan


(27)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.”

Rumusan tersebut lebih luas dibandingkan dengan rumusan didalam KUHD karena tidak hanya meliputi asuransi kerugian, tetapi juga asuransi jiwa15

Menurut Abdul Muis, SH, MS, bahwa dalam garis besarnya menurut pembahagian klasik ada dua jenis asuransi yaitu asuransi sejumlah uang ( sommen verzekering) dan asuransi ganti kerugian (schade verzekering). Tetapi dengan perkembangan usaha perasuransian muncul satu jenis asuransi lagi yaitu asuransi varia (varia verzekering)

. Hal ini dapat diketahui dari kata-kata bagian akhir rumusan yaitu :”untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.” Dengan demikian, objek asuransi tidak hanya meliputi harta kekayaan, tetapi juga jiwa dan raga manusia. Rumusan pasal ini juga memiliki kesesuaian dengan rumusan pasal 41 New York Insurance Law.

B. Jenis-jenis Asuransi

Terdapat bermacam-macam jenis-jenis asuransi yang kita kenal saat ini, maka untuk kepentingan tulisan ini penulis perlu meninjau tentang penjenisan asuransi yang didapat dari berbagai sumber.

16

15

Ibid, hal. 11.

16

H. Abdul Muis, SH,MS., Op. cit. hal 11.

. Menurut beliau bahwa dalam asuransi sejumlah uang (sommen verzekering), besarnya uang asuransi sudah ditentukan sebelumnya tanpa perlu ada suatu hubungan antara kerugian yang diderita dengan besarnya jumlah uang yang diberikan penanggung kepada tertanggung harus seimbang


(28)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

dengan kerugian yang diderita dan kerugian itu adalah akibat dari peristiwa untuk mana asuransi itu diadakan. Sedangkan asuransi varia atau disebut juga dengan asuransi campuran merupakan campuran (kombinasi) unsur-unsur yang ada dalam asuransi sejumlah uang dan asuransi ganti kerugian. Timulnya ganti rugi yang akan dibayar oleh penanggung tidak lagi digantungkan pada besar kecilnya kerugian tetapi sudah ditentukan besarnya jumlah uang. Dalam hukum asuransi adakalanya premi yang dibayar tertanggung pada suatu masa tertentu akan dikembalikan kepada tertanggung.

Menurut Abdul Muis, SH, MS, maka asuransi dapat dibedakan menjadi : 1. Asuransi murni.

Jenis asuransi seperti ini uang premi yang dibayar tertanggung tidak mungkin dikembalikan kepada tertanggung kecuali kalau terjadi premi restorno

2. Asuransi tidak murni.

Dalam jenis asuransi ini terkandung unsur menabung. Jadi, walaupun tidak terjadi onzekker voorval (peristiwa yang tidak pasti yang menjadi objek asuransi), penanggung dalam jangka waktu tertentu aakan membayar sejumlah uang yang sudah diperjanjikan kepada tertanggung. Asuransi jenis ini biasanya kita jumpai dalam asuransi sejumlah uang seperti misalnya asuransi jiwa dwi guna, tri guna, dan sebagainya.

Dalam pasal 247 KUHD merinci asuransi dalam lima jenis, yaitu : 1. Asuransi kebakaran


(29)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

3. Asuransi jiwa

4. Asuransi di lautan dan perbudakan

5. Asuransi pengangkutan darat dan di sungai-sungai serta di perairan-perairan pedalaman.

Pembagian ini kalau kita bandingkan dengan perkembangan asuransi itu sendiri tentu saja sudah tidak rasional lagi dan ketinggalan zaman17

1. Asuransi kerugian (schadeverzekering).

, karena sekarang sudah banyak dikenal jenis-jenis asuransi yang tidak disebutkan didalam pasal diatas. Hanya saja pembuat Undang-undang tidak menutup kemungkinan munculnya jenis-jenis asuransi lain di kemudian hari, yang ditandai dengan awal kalimat “pertangungan-pertanggungan antara lain dapat mengenai pokok… dan seterusnya.”

Namun pada umumnya secara yuridis asuransi dibagi menjadi dua golongan, yaitu :

Asuransi kerugian adalah suatu perjanjian asuransi yang berisikan ketentuan bahwa penanggung mengikatkan dirinya untuk melakukan prestasi berupa memberikan ganti kerugian kepada tertanggung seimbang dengan kerugian yang diderita oleh pihak tertanggung. Asuransi yang termasuk kepada penggolongan asuransi kerugian adalah semua jenis asuransi yang kepentingannya dapat dinilai dengan uang, misalnya asuransi pencurian (theft insurance), asuransi pembongkaran (burglary insurance), asuransi perampokan (robbery insurance), asuransi kebakaran (fire insurance) dan asuransi terhadap bahaya yang mengancam hasil pertanian (crop insurance).

17


(30)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Menurut Abdulkadir Muhammad, asuransi kerugian dibagi atas asuransi kebakaran, asuransi laut dan asuransi tanggung jawab18

Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak . 19

2. Asuransi Jumlah (sommenverzekering)

, penggolongan asuransi kerugian, yaitu asuransi kebongkaran, kecelakaan buruh, accident insurance, kendaraan bermotor, kaca etalase, cash in safe insurance, cash in transit insurance, aviation hull insurance, machinery insurance, asuransi hasil industri, contractors all risk insurance, loss of profit insurance (asuransi kerugian usaha), erection insurance, boiler insurance, asuransi kredit, theft insurance, dan lain-lain.

Asuransi jumlah adalah suatu perjanjian asuransi yang berisi ketentuan bahwa penanggung terikat untu melakukan prestasi berupa pembayaran sejumlah uang yang besarnya sudah ditentukan sebelumnya. Beberapa ciri dari asuransi jumlah, antara lain kepentingannya tidak dapat dinilai dengan uang, sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh penanggung setelah ditentukan sebelumnya, jadi tidak berlaku prinsip indemnitas seperti halnya dalam asuransi kerugian serta tidak berlaku pula subrogasi. Sebagai contoh asuransi jumlah adalah asuransi jiwa, asuransi sakit (apabila prestasi penanggung sudah ditentukan sebelumnya), asuransi kecelakaan ( apabila prestasi penanggung berupa pembayaran sejumlah uang besarnya sudah ditentukan sebelumnya).

Emmy Pangaribuan Simanjuntak20

1. asuransi dwi guna,

, membagi bidang asuransi jumlah menjadi:

18

Abdulkadir Muhammad, op cit hal 147

19

Emmy Pangaribuan Simanjuntak, 1980. “Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya”. Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, hal. 32-33

20


(31)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

2. asuransi dwi guna dengan bonus khusus, 3. asuransi dwi guna suami isteri,

4. asuransi dwi guna bertahap, 5. asuransi dwi guna hari tua, 6. asuransi eka warsa,

7. asuransi jangka warsa, 8. asuransi dana bea siswa,

9. asuransi (dana) bea siswa ideal, 10.asuransi aneka guna,

11.asuransi bea asuhan, 12.asuransi kumpulan, 13.asuransi bekal dewasa, 14.asuransi dana haji,

15.asuransi kelangsungan pelajar, 16.asuransi jiwa mahasiswa, 17.asuransi hari tua,

18.asuransi kesehatan, 19.asuransi ABRI (Asabri),

20.asuransi tabungan asuransi pensiun, 21.asuransi jiwa kredit (credit life insuance),

22.asuransi pinjaman perumahan (housing loan insurance), 23.asuransi tri jaya perseorangan,

24.asuransi dwi jaya perseorangan, 25.asuransi tri bakti perseorangan,


(32)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

26.asuransi dwi paralaya, 27.dan lain-lain.

Dengan perkembangan usaha perasuransian muncul satu jenis asuransi lagi yaitu :

3. Asuransi Varia (Varia Verzekering)21

Asuransi varia yang disebut juga dengan asuransi campuran, karena merupakan campuran (kombinasi) unsur-unsur yang ada dalam asuransi sejumlah uang dan asuransi ganti kerugian. Timbulnya ganti rugi yang akan dibayar oleh penanggung tidak lagi digantungkan kepada besar kecilnya kerugian, tetapi sudah ditentukan besarnya jumlah uang.

Emmy Pangaribuan Simanjuntak22 1. cash in safe insurance,

membagi asuransi varia menjadi:

2. cash in transit insurance, 3. machinery insurance,

4. contractors all risk insurance, 5. boiler insurance,

6. asuransi kredit (credit insurance), 7. theft insurance,

8. robbery insurance, 9. burglary insurance, 10.fraudality insurance 11.dan lain-lain.

21

Abdul Muis, Op. Cit. Hal 11

22


(33)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Menurut pasal 3 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian disebutkan, bahwa usaha asuransi terdiri dari :

1. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.

2. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seserang yang dipertanggungkan.

3. Usaha reasuransi yang memberikan jasa pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa.

Menurut Emmy Pangaribuan Simanjuntak (1980 : 38)23

1. Asuransi Jiwa (life insurance)

, di bidang praktek asuransi di Indonesia dikenal penggolongan besar asuransi, yaitu :

2. Asuransi Pengangkutan Laut (Marine Insurance) 3. Asuransi Kebakaran (Fire Insurance)

4. Asuransi Varia.

Adapun yang dimaksud dengan asuransi varia adalah semua golongan asuransi yang tidak termasuk pada asuransi jiwa, asuransi kebakaran dan asuransi pengangkutan laut.

H. Gunanto menggolongkan asuransi menjadi : 1. Asuransi Kerugian

23

Man Suparman Sastrawidjaja, 1997. “Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga”. Penerbit Alumni, Bandung, hal 82


(34)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Terdiri atas asuransi muatan kapal, rangka kapal, penerbangan, kebakaran, kontraktor, pemasangan mesin, kerusakan mesin, uang dalam khazanah dan uang dalam perjalanan, kendaraan bermotor, kecelakaan diri orang, tanggung gugat, biaya masuk rumah sakit, dan asuransi satelit.

2. Asuransi Jiwa24

Menurut beliau bahwa kedua jenis asuransi ini tidak boleh diusahakan bersama oleh satu perusahaan.

Menurut jangka waktunya, asuransi dapat digolongkan menjadi : 1. Asuransi Jangka Pendek

2. Asuransi Jangka Panjang.

Asuransi jiwa pada umumnya merupakan asuransi jangka panjang dan asuransi kerugian merupakan asuransi jangka pendek. Namun ada asuransi jiwa yang berjangka waktu lebih pendek daripada asuransi kerugian.

Di Amerika dikenal penggolongan asuransi dalam garis besar, yaitu : 1. Life Insurance;

2. Fire and Marine Insurance; 3. Casualty Insurance.

Menurut Emmy P. Simanjuntak25

24

H. Gautama, 1984. “Asuransi Kebakaran di Indonesia”. Tira Pustaka, Jakarta hal. 18

25

Prof. Emmy P. op. cit. hal. 38-39.

casualty insurance adalah golongan asuransi yang termuda dan ruang lingkupnya terutama adalah mencakup semua bentuk-bentuk pertanggungan baru. Untuk memberikan suatu defenisi yang pas memang agak sulit karena luas dan bermacam-macam jenis kebutuhan atau kepentingan yang menjadi dasar timbulnya asuransi ini. Asuransi varia yang


(35)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

dikenal dalam praktek di Indonesia menurut Emmy P. Simanjuntak tidak berbeda dengan pengertian Casualty Insurance.

Jika kita meninjau dari unsur persesuaian kehendak, asuransi dapat kita bedakan menjadi :

1. Asuransi Sukarela (Voluntary Insurance atau Free Voluntary Insurance). Para pihak dalam jenis asuransi ini didalam mengadakan perjanjian bebas atau tidak ada paksaan dari pihak luar atau pihak lawan. Penanggung secara sukarela dengan persetujuannya sendiri mengikatkan diri untuk memikul resiko, sedang pihak tertanggung juga dengan sukarela membayar premi sebagai imbalan memperlihatkan resikonya kepada pihak penanggung. Jenis asuransi ini memang merupakan salah satu usaha untuk mencari keuntungan, oleh sebab itu asuransi ini selalu juga disebut Commercial Insurance. Tetapi asuransi yang tidak hanya mencari keuntungan dan biasanya bertujuan sekedar memberi perlindungan kepada anggota-anggota masyarakat tertentu sebagai suatu perkumpulan, walaupun menutup asuransi ini bersifat sukarela disebut dengan nama “Cooperative Insurance.”

2. Asuransi Wajib (Compulsary Insurance).

Asuransi ini ada unsur paksaan bagi pihak tertanggung karena diwajibkan oleh suatu peraturan. Pihak yang mewajibkan ini biasanya ialah pihak pemerintah, tetapi tidak selalu dimonopoli oleh pemerintah sebab bisa saja pemerintah menunjuk badan swasta sebagai penanggung. Tujuan pemerintah mewajibkan masuk asuransi ini dengan pertimbangan melindungi golongan lemah dari bahaya-bahaya yang bakal menimpanya


(36)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

atau dengan perkataan lain untuk memberikan jaminan sosial sebagai suatu sosial insurance atau social government insurance. Sebenarnya dengan adanya asuransi wajib ini tujuan lain dapat juga dicapai oleh pemerintah yaitu pengumpulan dana dari masyarakat yang diperoleh dari pembayaran premi yang akan dipergunakan untuk kegiatan ekonomi dan pembangunan.

Asuransi Pegawai Negeri Sipil termasuk ke dalam golongan asuransi wajib (compulsory insurance).

Berdasarkan tujuannya, maka asuransi dapat digolongkan menjadi : 1. Asuransi Komersial (commercial insurance)

Pada umumnya, asuransi komersial diadakan oleh perusahaan asuransi sebagai suatu bisnis, sehingga tujuan utamanya adalah untuk memperoleh keuntungan.oleh karena itu, segala sesuatu yang berkaitan dengan perjanjian ini, misalnya besarnya premi, besarnya ganti kerugian, didasarkan pada perhitungan-perhitungan ekonomis. Semua jenis asuransi yang diatur dalam KUHD merupakan asuransi komersial, dan memang pada dasarnya asuransi komersial merupaan asuransi sukarela.

2. Asuransi Sosial (Social Insurance)

Asuransi sosial diselenggarakan tidak dengan tujuan memperoleh keuntungan, tetapi bermaksud untuk memberikan jaminan sosial (social security) kepada masyarakat atau sekelompok masyarakat. Sebagai contoh adalah asuransi Jaminan Sosial Tenaga Kerja, Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, dan lain sebagainya.


(37)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Sedangkan berdasarkan sifat dari penanggung, maka asuransi dapat digolongkan menjadi :

1. Asuransi Premi (premieverzekering)

Asuransi premi merupakan suatu perjanjian asuransi antara penanggung dan masing-masing tertanggung dan antara tertanggung satu dengan yang lainnya tidak ada hubungan hukum. Dalam perjanjian asuransi ini, setiap tertanggung mempunyai kewajiban untuk membayar premi kepada penanggung.

2. Asuransi Saling Menanggung (onderlingeverzekering)

Dalam asuransi saling menanggung terdapat suatu perkumpulan yang terdiri dari para tertanggung sebagai anggota. Jadi dibentuknya perkumpulan tersebut karena antara para anggota terdapat suatu hubungan hukum dan mempunyai tujuan yang sama. Setiap anggota tidak membayar premi, tetapi membayar semacam iuran tetap kepada perkumpulan tersebut. Apabila terdapat anggota yang mengalami kerugian karena suatu peristiwa yang sejak semula belum dapat dipastikan, perkumpulan aan memberikan pembayaran sejumlah uang kepada yang bersangkutan. Asuransi saling menanggung mempunyai sifat kerjasama (cooperatief karakter), tujuannya bukan untuk memperoleh keuntungan melainkan saling membagi resiko.

Didalam hukum asuransi adakalanya premi yang dibayar tertanggung pada suatu masa tertentu akan dikembalikan kepada tertanggung. Jika kita tinjau dari sudut ini, maka asuransi dapat dibedakan menjadi26

1. Asuransi murni

:

26


(38)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Jenis asuransi seperti ini uang premi yang dibayar tertanggung tidak mengkin dikembalikan kepada tertanggung, kecuali kalau terjadi premi restorno.

2. Asuransi tidak murni

Jenis asuransi ini terkandung unsur menabung. Jadi, walaupun tidak terjadi onzekkervoorval (peristiwa yang tidak menjadi objek asuransi), penanggung dalam jangka waktu tertentu akan membayar sejumlah uang yang sudah diperjanjikan kepada tertanggung. Asuransi jenis ini biasanya dijumpai dalam asuransi jumlah, seperti asuransi jiwa, dwiguna, triguna, dan sebagainya.

Sedangkan penggolongan mutakhir jenis asuransi kerugian yang dianut oleh MEE dari tahun 1973 terdiri dari27

1. asuransi kecelakaan

:

2. asuransi kesehatan

3. asuransi alat angkut darat kecuali kereta api; 4. asuransi kereta api;

5. asuransi kapal terbang; 6. asuransi kapal;

7. asuransi pengangkutan barang;

8. asuransi kebakaran dan musibah alamiah;

9. asuransi kerusakan lain pada barang, akibat turunnya salju, jalan, atau lainnya;

10.asuransi tanggung gugat kendaraan bermotor;

27


(39)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

11.asuransi tanggung gugat pesawat udara; 12.asuransi tanggung gugat kapal;

13.asuransi tanggung gugat umum;

14.asuransi kredit, termasuk asuransi kebangkrutan, kredit ekspor, kredit cicilan, hipotik, kredit usaha tani;

15.asuransi jaminan

16.asuransi aneka kerugian keuangan, yakni asuransi tanggung gugat, kecelakaan perburuhan, tidak cukupnya penghasilan, cuaca buruk, hilangnya keuntungan, pengeluaran umum yang terus menerus, pengeluaran niaga yang tak terduga, merosotnya harga pasaran, hilangnya sewa atau pemasukan, kerugian niaga tak langsung.

Dari uraian-uraian diatas tampak bahwa terdapat kaitan yang erat antara golongan-golongan asuransi sehingga dapat dibuat sistematika sebagai berikut :

1. Asuransi Komersial

dapat merupakan asuransi kerugian atau asuransi jumlah, bersifat sukarela, dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta;

2. Asuransi Sosial

dapat mengandung unsur asuransi kerugian dan asuransi jumlah, bersifat wajib, diselenggarakan oleh pemerintah dan sebagai asuransi premi; 3. Asuransi Saling Menanggung


(40)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

C. Gambaran Umum tentang Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

1. Pengertian Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil.

Di Indonesia, asuransi sosial merupakan salah satu dari beberapa jenis asuransi yang umumnya relatif masih baru dibandingkan dengan jenis asuransi lainnya28

Pada dasarnya asuransi sosial hampir sama dengan asuransi pada umumnya, tetapi harus ada satu unsur lagi ialah adanya unsur wajib, sehingga unsur asuransi sosial itu adalah

. Hal ini disebabkan timbulnya asuransi sosial berbeda latar belakangnya dengan asuransi yang lain.dimana asuransi sosial justru timbul karena adanya suatu kebutuhan masyarakat akan terselenggaranya suatu jaminan sosial (social security). Jadi, karena adanya suatu kebutuhan masyarakat berhubung keadaan dan perkembangannya, dimana suatu jaminan sosial itu sudah merupakan suatu hal yang demikian mendesak dan tidak dapat ditunda.

Menurut pasal 1 angka (3) Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional asuransi sosial adalah suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.

29

a. Penanggung, biasanya suatu organisasi dibawah wewenang Pemerintah; :

b. Tertanggung, biasanya masyarakat luas anggota/golongan masyarakat tertentu;

c. Risiko, suatu kerugian yang sudah diatur dan ditentukan lebih dahulu;

28

Djoko Prakoso, SH, op. cit. hal. 338

29


(41)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

d. Wajib, berdasarkan suatu ketentuan undang-undang atau peraturan lain. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil, yaitu suatu program asuransi yang memberikan jaminan keuangan bagi peserta pada waktu mencapai usia pensiun ataupun bagi ahli warisnya pada waktu peserta meninggal dunia sebelum mencapai pensiun30

Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1981 tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

.

31

Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) termasuk jenis asuransi wajib (Compulsory Insurance) karena

, Lembaran Negara Nomor 37 Tahun 1981 yang mulai berlaku 30 Juli 1981. Peraturan Pemerintah ini merupakan salah satu peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang No. 11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, Lembaran Negara No. 42 Tahun 1969 mulai berlaku sejak tanggal diundangkan dan berlaku surut sejak 1 November 1966. Peraturan Pemerintah ini merupakan dasar dari berlakunya Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens). Peraturan Pemerintah ini secara teknis dilaksanakan dengan Kepmenkeu No. 45/KMK.013/1992 tentang Besarnya Tunjangan Hari Tua dan Asuransi Kematian Pegawai Negeri Sipil.

32

a. Berlakunya Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) karena diwajibkan oleh Peraturan Perundang-undangan, bukan berdasarkan perjanjian;

:

30

Ibid, hal. 340.

31

Abdulkadir Muhammad, SH, op. cit, hal.236.

32


(42)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

b. Pihak penyelenggara Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) adalah pemerintah yang didelegasikan kepada Badan Usaha Milik Negara (pasal 14 ayat (1) Undang-Undang No. 2 Tahun 1992);

c. Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Aspens) bermotif perlindungan masyarakat (social security) yang dananya dihimpun dari masyarakat Pegawai Negeri Sipil dan digunakan untuk kepentingan masyarakat Pegawai Negeri Sipil yang diancam resiko pensiun dan hari tua;

d. Dana yang sudah terkumpul dari masyarakat pegawai negeri sipil tetapi belum digunakan sebagai dana pensiun dan hari tua, dimanfaatkan untuk kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil melalui program investasi.

Penyelenggara asuransi sosial adalah negara atau suatu organisasi dibawah wewenang negara, dalam hal ini menurut pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981 adalah PT Taspen (Persero). Disamping itu, pasal 14 PP No. 25 Tahun 1981, menyatakan bahwa dalam hal Perusahaan Perseroan (Persero) tersebut dalam pasal 13 ayat (1) tidak dapat memenuhi kewajibannya terhadap Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah ini, maka negara bertanggung jawab penuh untuk itu. Jadi, negara berkedudukan sebagai penanggung dan sekaligus sebagai penguasa dana. Dengan demikian fungsi sosial dari asuransi sosial tampak jelas, yaitu bahwa di satu pihak asuransi sosial ini menuju ke satu sistem jaminan sosial, untuk kesejahteraan masyarakat, dan di lain pihak dana yang terkumpul dan yang dikuasai negara itu akan kembali lagi kepada masyarakat33

33

Ibid, hal. 147.


(43)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

2. Tujuan dan Manfaat Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

Bagi pemerintah Indonesia usaha-usaha untuk meningkatkan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil adalah sangat penting, karena Pegawai Negeri Sipil sebagai alat negara dan abdi negara serta abdi masyarakat mempunyai potensi yang dapat menentukan kelancaran pelaksanaan pembangunan nasional sehingga dianggap perlu untuk selalu dibina kesejahteraannya agar dapat dipelihara dan dikembangkan daya cipta, daya guna dan hasil gunanya34

Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil atau sering juga disebut Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri Sipil adalah suatu asuransi semacam asuransi dwiguna yang memberikan jaminan pada saat seseorang itu pensiun maupun membayarkan haknya kepada ahli warisnya bilamana peserta itu

.

Usaha pembinaan kesejahteraan dimaksud berupa jaminan sosial yang merupakan perlindungan kesejahteraan masyarakat yang diselenggarakan atau dibina oleh pemerintah untuk menjaga dan meningkatkan taraf hidup rakyat, yang dalam hal ini berwujud asuransi sosial.

Berhubung dengan itu, ditetapkanlah Peraturan Pemerintah tentang asuransi sosial untuk Pegawai Negeri Sipil dimana dititikberatkan guna memenuhi kebutuhan akan jaminan sosial, yang pada dasarnya tujuan dari asuransi sosial itu adalah berkaitan dengan perlindungan terhadap jaminan sosial dalam masyarakat. Di Indonesia hal ini sangat sesuai dengan usaha-usaha pemerintah guna mewujudkan program kesejahteraan sosial, dalam rangka lebih menjamin akan adanya kesejahteraan masyarakat.

34


(44)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

meninggal dunia35

35

Djoko Prakoso, op. cit, hal. 346.

. Kemudian ditambah juga pada program Taspen ialah asuransi kematian yang tidak lain adalah sekadar sumbangan kematian yang dapat dipakai untuk uang kubur, bilamana peserta itu sendiri meninggal dunia, istri maupun anak-anaknya. Asuransi kematian ini berlaku seumur hidup, sehingga bilamana peserta yang pensiun dan meninggal dunia, maka ia masih mempunyai hak asuransi kematian dirinya sendiri, istri, untuk anak-anaknya sampai dengan batas 21 tahun, asuransi yang diselenggarakan Taspen ini mengandung suatu ciri khas, bahwa premi hanya dibayarkan pada saat seseorang itu aktif, biasanya bila seseorang sudah pensiun, maka ia tidak akan dipungut premi lagi, namun demikian hak asuransinya berjalan terus, sehingga bilamana meninggal dunia sebagai penerima pensiun maka kepada dirinya masih akan dibayarkan asuransi kematian.

D. Pihak-pihak dalam Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil

Menurut pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 pegawai negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai aparatur negara, Pegawai Negeri Sipil dapat dinilai mempunyai potensi yang menentukan kelancaran pelaksanaan tugas pemerintah dan pembangunan nasional. Untuk mendukung potensi ini perlu dibina dan dikembangkan tingkat kesejahteraannya.


(45)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Tabungan Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (Taspen) dibentuk untuk memberikan jaminan pada masa pensiun, asuransi kematian, dan nilai tunai asuransi sebelum pensiun dengan memberikan suatu jumlah sekaligus (lump sum) kepada peserta atau ahli warisnya, disamping pembayaran bulanan dari pensiunnya. Program ini diperluas dengan pensiun hari tua, ahli waris, dan cacat untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981. Meskipun baru ditetapan pada tahun 1963, tetapi iuran wajib telah berlaku sejak tanggal 1 Juli 1961. Untuk pengelolaan iuran ini didirikan suatu Badan Usaha Milik Negara dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1963 pada tanggal 17 April 1963 yang disebut Perusahaan Negara Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (PN Taspen) yang kemudian berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 diubah dan kemudian menjadi Perum Taspen. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1981 merubah status Perum Taspen menjadi PT Taspen (Persero). Sesuai dengan maksud dan tujuannya, maka peserta Taspen adalah seluruh pegawai negeri, yaitu mereka yang diangkat dan dipekerjakan dalam suatu jabatan negeri oleh pejabat negara atau badan negara yang berwenang mengangkatnya, dan digaji menurut peraturan gaji yang berlaku baginya dan dibayar atas beban Belanja Pegawai dari Anggaran Belanja Negara atau Daerah.

Dalam pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981, yang dimaksud sebagai peserta adalah semua Pegawai Negeri Sipil, kecuali Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Departemen Pertahanan Keamanan adalah peserta asuransi sosial36

36

Djoko Prakoso, op. cit. hal 336.


(46)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

menyebutkan bahwa pegawai lain termasuk Pegawai Badan Umum Milik Negara dapat ditetapkan sebagai peserta asuransi sosial dengan Peraturan Pemerintah sendiri.

Menurut ketentuan pasal 6 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981, peserta wajib membayar iuran setiap bulannya sebesar 8% (delapan persen) dari penghasilan perbulan tanpa tunjangan pangan.

Penyelenggara asuransi sosial adalah negara atau suatu organisasi di bawah wewenang negara, dalam hal ini menurut pasal 13 PP No.25/1981, menentukan bahwa untuk menyelenggarakan asuransi sosial ini didirikan suatu Badan Umum Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 1969. Dengan demikian fungsi sosial dari asuransi sosial tampak jelas, yaitu bahwa disatu pihak asuransi sosial ini menuju ke satu sistem jaminan sosial, untuk kesejahteraan masyarakat, dan dilain pihak dana yang terkumpul dan yang dikuasai negara itu akan kembali kepada masyarakat.

Berdasarkan ketentuan pasal-pasal tersebut, dapat dipahami bahwa hubungan hukum yang terjadi antara peserta dan Badan Penyelenggara dalam Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil ditentukan oleh Perundang-undangan. Dalam hukum asuransi, pihak yang membayar premi disebut tertanggung, sedangkan pihak penerima premi disebut penanggung. Dalam asuransi pensiun peserta adalah pihak yang membayar iuran kepada Badan Penyelenggara, yang berposisi sebagai tertanggung. Sedangkan, badan penyelenggara adalah pihak yang menerima iuran dari peserta, yang berposisi sebagai penanggung. Tegasnya, peserta adalah tertanggung dalam asuransi pensiun, Badan Penyelenggara adalah


(47)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

penanggung dalam Asuransi Pensiun. Penanggung ini adalah pemerintah yang didelegasikan kepada Badan Umum Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero)37

Perusahaan Perseroan yang dimaksud diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 tahun 1981 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Perum Taspen) menjadi Perusahaan Perseroan (PT Taspen). Dalam pasal 6 Keputusan Menteri Keuangan Nomor 45/KMK.013/1992 tentang Persyaratan dan Besarnya Tabungan Hari Tua dan Asuransi Kematian bagi Pegawai Negeri Sipil ditentukan bahwa ketentuan-ketentuan teknis mengenai pelaksanaan keputusan ini akan diatur lebih lanjut oleh Direksi PT Taspen (Persero). Berdasarkan ketentuan ini, jelas bahwa Badan Penyelenggara Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil adalah PT Taspen (Persero)

.

38

Memperhatikan peraturan-peraturan diatas yang mengatur tentang Program Taspen dan Peserta Taspen maka yang dimaksud sebagai Peserta Taspen adalah sebagai berikut

.

39

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat :

a. Pegawai Negeri.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah Otonom.

b. Pegawai Perusahaan Milik Negara (Ex IBW-ICW) 1. Pegawai PN Damri

2. Pegawai PN Garam

3. Pegawai Persero Negara INNUTARI

37

Abdulkadir Muhammad, op. cit. hal. 237.

38

Djoko Prakoso, op. cit. hal 238.

39


(48)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

4. Pegawai Perusahaan Jawatan Kereta Api 5. Perum Listrik Negara

6. Perusahaan Jawatan Pegadaian 7. Perum Pos dan Giro

8. Perum Perhutani

9. Badan Penguasa Pelabuhan 10.PN Percetakan Negara 11.PN Soda Waru

12.Perum Telekomunikasi

13.PN Tambang, Batubara Ombilin 14.PN Tambang Batubara Tanjung Enim 15.PT Timah (Persero)

16.PT Taspen (Persero). c. Pejabat Negara

1. Presiden dan Wakil Presiden 2. Ketua dan Wakil Ketua MPR RI

3. Ketua/Wakil Ketua dan Anggota DPR RI 4. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota BPK 5. Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPA RI 6. Menteri-menteri Kabinet

7. Ketua, Wakil Ketua Muda, dan akim Anggota MA 8. Gubernur, Walikota dan Bupati Kepala Daerah 9. Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI


(49)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

10.Pejabat-pejabat lain yang ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PT TASPEN PERSERO

CABANG NANGGROE ACEH DARUSSALAM

SEBAGAI PENGELOLA ASURANSI SOSIAL PEGAWAI

NEGERI SIPIL

A. Sejarah Singkat PT Taspen

Asuransi sosial timbul karena adanya kebutuhan akan terselenggaranya jaminan sosial (social security)40

Ketentuan umum Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1994 tentang Usaha Perasuransian Pasal 14 ayat (1) ditentukan bahwa program asuransi sosial hanya dapat diselenggarakan oleh Badan Umum Milik Negara (BUMN)

. Dapat dikatakan bahwa asuransi sosial merupakan bagian dari jaminan sosial, dimana jaminan sosial mempunyai ruang lingkup yang luas yaitu asuransi sosial. Asuransi sosial hanya menjadikan perlindungan dasar bagi para pesertanya dan pelaksanaannya dilakukan secara nasional dan bersifat wajib.

41 . Penyelenggara asuransi sosial adalah negara atau suatu organisasi dibawah wewenang negara, dalam hal ini menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 1981 adalah PT Taspen (Persero)42

40

R. Ali Ridho, SH, 1992, Hukum Dagang, Penerbit Alumni, Bandung, hal. 376.

41

Agus Prawoto, SH, MA, 1995, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, cet. II, BPFE, Yogyakarta, hal. 94.

42

Djoko Prakoso, op. cit. hal. 334.


(50)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

PT Taspen (Persero) adalah BUMN yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan asuransi sosial pegawai negeri sipil. Disamping bertugas memberikan perlindungan atau jaminan asuransi untuk pesertanya, juga berperan sebagai pengumpul atau penghimpun dana dari masyarakat pegawai atau pesertanya, dan pada dasarnya dana tersebut merupakan akumulasi modal dalam negeri yang dapat menunjang atau membantu pembangunan nasional43

Taspen didirikan pada tanggal 17 April 1963 dengan Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1963 dan statusnya adalah Perusahaan Negara (PN) yaitu berdasarkan Undang-undang No. 19 Tahun 1960 tentang Perusahaan Negara

. Usaha Taspen adalah merupakan suatu usaha asuransi sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pegawai negeri, dengan memberikan sejumlah modal secara sekaligus kepada pegawai negeri pada saat mereka mengakhiri masa pengabdiannya kepada pemerintah (pensiun), atau memberikan sejumlah modal kepada keluarganya apabila si pegawai negeri tersebut meninggal dunia dalam masa aktifnya, atau apabila salah seorang dari keluarganya (yang telah didaftarkan) meninggal dunia dalam masa aktifnya (pegawai negeri tersebut masih bekerja) maka tabungan tersebut dapat diambil.

44

43

Djoko Prakoso, op. cit. hal. 372.

44

Djoko Prakoso, op. cit. hal. 340.

. Pemikiran tentang pendirian Taspen ini mulai dirintis melalui Konferensi Kesejahteraan Pegawai Negeri yang dihadiri oleh semua urusan pegawai dari seluruh departemen pada tanggal 25 sampai dengan 26 Juli 1960 di Jakarta sebagai pelaksanaan dari Undang-undang No. 18 Tahun 1961 (yang berlaku pada waktu itu) bahwa pemerintah menyelenggarakan usaha-usaha kesejahteraan pegawai dalam bidang-bidang jasmani dan rohaniah. Hasil konferensi secara


(51)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

formal dituangkan dalam Keputusan Menteri Pertama Republik Indonesia No. 338/MPR/1960 Tanggal 25 Agustus 1960 yang menetapkan, antara lain, untuk merencanakan dan melaksanakan dibentuknya Jaminan Hari Tua bagi pegawai negeri yang bersangkutan meninggal dunia.

Kemudian dengan keluarnya Undang-undang No. 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 11 Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang, maka pada tahun 1970 dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. Kep. 749/MK/IV/11/1970 Taspen berubah menjadi Perusahaan (Negara) Umum (Perum). Perkembangan tugas-tugas yang dibebankan kepada Taspen menyebabkan pula peninjauan kembali bentuk Badan Usaha Taspen dari Perum menjadi Persero.

Perusahaan tersebut sebagai pelaksanaan dari Peraturan Pemerintah No. 25 dan No. 26 Tahun 1981. maka dengan Akta Notaris Imah Fatimah, SH. Nomor 4 Tahun 1982 kemudian diubah dengan Nomor 3 Tahun 1982 pendirian PT Taspen (Persero) ditetapkan sejak tanggal 4 Januari 1982.

B. Struktur Organisasi

Perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari terdiri dari beberapa bagian, dimana bagian yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan erat. Untuk memperjelas kedudukan dan bagian dari tiap personalia dibutuhkan adanya suatu stuktur organisasi yang jelas.

Struktur organisasi merupakan pemisahan yang jelas bagi setiap bagian perusahaan. Dari struktur organisasi tersebut dapat kita lihat dengan jelas


(52)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

pendelegasian wewenang dari setiap bagian. Pendelegasian wewenang mengandung unsur penugasan. Jadi, melalui unsur-unsur tersebut sertap personalia pada perusahaan dapat menentukan sampai dimana personalia tersebut harus mempertanggungjawabkan tugas serta kewajibannya.

PT Taspen (Persero) Cabang Nanggroe Aceh Darussalam memiliki struktur organisasi berbentuk garis, dimana pemimpin bertindak sebagai puncak tanpa diatur atau dipengaruhi oleh orang lain pada posisinya. Dengan kedudukan sebagai puncak struktur, pimpinan membawahi bagian-bagian lainnya.

Struktur organisasi PT Taspen (Persero) telah beberapa kali mengalami perubahan atau penyempurnaan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan perusahaan. Struktur perusahaan yang dipergunakan sekarang merupakan kombinasi jabatan struktural dan fungsional. Penetapan jabatan fungsional pada dasarnya mempunyai dua tujuan utama yaitu untuk menampung tenaga-tenaga professional yang belum tertampung pada jabatan structural dan memberi kesempatan bagi pegawai untuk mengembangkan keahliannya.


(53)

(54)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Keterangan Gambar :

1. Kepala Kantor Cabang

Bertanggung jawab kepada : - Direksi

Membawahi langsung : - Kepala Bidang Pelayanan - Kepala Bidang Keuangan - Kepala Bidang Personalia dan

Umum

- Kepala Bidang Sistem

Informasi Tugas Pokok :

Memimpin Kantor Cabang, mengemban misi untuk mencapai tujuan serta sasaran perusahaan, mempunyai fungsi merencanakan, membina dan mengendalikan kegiatan Kantor Cabang dan mengkoordinasikan Kantor Cabang di wilayah kerjanya.

Uraian Tugas :

a. Melakukan tindakan untuk dan atas nama Direksi serta mengikat cabang dengan pihak lain atas persetujuan Direksi PT Taspen (Persero);

b. Merencanakan pelaksanaan dan seluruh kegiatan Kantor Cabang untuk mengkoordinasikan Kantor Cabang di wilayah kerjanya sesuai dengan program kerja dan besarnya anggaran yang ditetapkan;

c. Mengarahkan kegiatan operasional Kantor Cabang sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan;


(55)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

d. Mengkoordinasikan seluruh kebijaksanaan operasional Kantor Cabang di bawah wilayah kerjanya sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan.

2. Kepala Bidang Pelayanan

Bertanggung jawab kepada : - Kepala Kantor Cabang

Membawahi Langsung : - Kepala Seksi Penetapan Klaim - Kepala Seksi Data Peserta dan

Pemasaran. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Kantor Cabang serta bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan bidang pelayanan.

Uraian Tugas :

a. Merencanakan dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan pelayanan dan pemasaran;

b. Mengkoordinasikan kegiatan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data peserta program TASPEN;

c. Menyetujui keabsahan dan pembayaran manfaat klaim yang diajukan; d. Menyetujui besarnya tagihan premi peserta program TASPEN.

Bidang Pelayanan terdiri dari 2 (dua) seksi, yaitu : 1. Kepala Seksi Penetapan Klaim

Bertanggung jawab kepada : - Kepala Bidang Pelayanan Membawahi langsung : - Pelaksana


(56)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

a. Mengesahkan kebenaran pengajuan klaim manfaat program TASPEN; b. Menetapkan besarnya klaim manfaat program TASPEN;

c. Melaksanakan pelaksanaan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, memverifikasi dan melaporkan kepada manajemen perusahaan;

d. Bertanggung jawab atas terselenggaranya kegiatan seksi penetapan klaim;

e. Bertanggung jawab atas peningkatan kualitas pelayanan kepada peserta.

2. Kepala Seksi Data Peserta dan Pemasaran

Bertanggung jawab kepada : - Kepala Bidang Pelayanan Membawahi langsung : - Pelaksana

Tugas Pokok :

Membantu Kepala Bidang Pelayanan serta bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan Seksi Data Peserta dan Pemasaran.

Uraian Tugas :

a. Mengkoordinasikan kegiatan pengadministrasian dan pemeliharaan data peserta program TASPEN;

b. Mengkoordinasikan pengiriman atau penerimaan data ke atau dari Kantor Pusat dan antara Kantor Cabang dan/atau instansi terkait sesuai kebutuhan;

c. Menetapkan besarnya tagihan premi peserta program TASPEN.


(57)

Dewi Novita Tarigan : Pembayaran Klaim Asuransi Pegawai Negeri Sipil Kepada Para Ahli Waris Korban

Bertanggung jawab kepada : - Kepala Kantor Cabang Membawahi langsung : - Kepala Seksi Personalia

- Kepala Seksi Umum Tugas Pokok :

Membantu Kepala Kantor Cabang serta bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan Bidang Personalia dan Umum.

Uraian Tugas :

a. Mengkoordinasikan kegiatan Bidang Personalia dan Umum;

b. Mengkoordinasikan kegiatan kesekretariatan, kehumasan dan keamanan, kearsipan, pendidikan dan latihan, serta non kedinasan lainnya;

c. Menyetujui daftar gaji dan kompensasi lainnya serta penyelesaian kewajiban pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bidang Personalia dan Umum terdiri dari 2 (dua) seksi, yaitu : 1) Kepala Seksi Personalia

Bertanggung jawab kepada : - Kepala Bidang Personalia dan Umum

Membawahi langsung : - Pelaksana Tugas Pokok :

Membantu Kepala Bidang Personalia dan Umum serta bertanggung jawab atas pelaksanaan seluruh kegiatan Seksi Personalia. Uraian Tugas :

a. Menyiapkan data untuk menyelenggarakan administrasi personalia dan serta menetapkan fasilitas bagi karyawan dan keluarganya;


(1)

a. Bahwa surat keterangan hilang dianggap sebagai pengganti surat keterangan kematian bagi persyaratan pembayaran manfaat Tabungan Hari Tua dan Asuransi Kematian;

b. Apabila peserta Pegawai Negeri Sipil/Badan Umum Milik Negara yang hilang diketemukan kembali, maka manfaat Tabungan Hari Tua yang telah dibayarkan akan diperhitungkan dengan hak Tabungan Hari Tua yang timbul pada saat peserta Pegawai Negeri Sipil/Badan Umum Milik Negara tersebut berhenti dengan tidak memperhitungkan bunga dan apabila haknya lebih kecil dari manfaat yang telah dibayarkan, maka kelebihan manfaatnya tidak diperhitungkan;

c. Sedangkan untuk Asuransi Kematian keluarga peserta Pegawai Negeri Sipil atau Badan Umum Milik Negara atau Asuransi Kematian keluarga penerima pensiun yang hilang apabila diketemukan kembali, manfaat yang telah dibayarkan tidak ditagih kembali tetapi manfaat selanjutnya tidak ada lagi (catatan pada Data Basenya TEDIB);

d. Ahli waris yang dimaksud disini adalah ahli waris yang sah sesuai dengan maksud Surat Direksi Nomor : SRT-186/DIR/0698 tanggal 12 Juni 1998 perihal penerima pensiun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang meninggal dunia;

e. Pelaksanaan pembayaran manfaat kepada peserta, penerima pensiun dan ahli warisnya berpedoman pada Surat Direktur Keuangan PT Taspen (Persero) Nomor : SRT-022/DIR/012005 Tanggal 10 Januari 2005 perihal tata laksana keuangan khusus Kantor Cabang PT Taspen (Persero) Banda Aceh;


(2)

f. Apabila yang mengajukan klaim untuk kejadian peserta Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Badan Umum Milik Negara yang hilang atau meninggal dunia adalah isteri/suami/anak/orangtua kandung, maka mempergunakan Surat Pernyataan Ahli Waris yang diketahui/dilegaisir oleh Pengadilan Negeri sesuai dengan Surat Ketua Mahkamah Agung Nomor : KMA/276/IX/1998 Tanggal 1 September 1998.

B. Saran

1. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam mengajukan prosedur pengurusan klaim asuransi pegawai negeri sipil bagi para peserta maupun ahli waris korban bencana alam tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam maka perlu dilakukan usaha pensosialisasian secara langsung mengenai prosedur dan tata cara pengurusannya yang diatur dalam Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 63 Tahun 2004 tentang pengecualian prosedur yang diatur dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, Nomor 13 Tahun 2003, Nomor 14 Tahun 2003, dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 04/SE/1980 yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun yang meninggal dunia atau hilang karena bencana alam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara.

2. PT Taspen (Persero) harus meneliti dan memastikan kebenaran dokumen yang diajukan oleh para peserta apakah memang benar pihak yang mengajukan klaim tersebut merupakan ahli waris yang berhak sehingga


(3)

dapat menghindari terjadinya pemalsuan data maupun penipuan yang dapat menimbulkan kerugian bagi para pihak di kemudian hari.

3. PT Taspen (Persero) harus dapat bersikap tegas apabila ditemukan adanya data yang tidak sesuai dengan memberikan sanksi kepada pihak yang melakukan penipuan/pemalsuan data sehingga dapat memberikan efek jera bagi pihak yang tidak bertanggung jawab yang melakukan penipuan atau pemalsuan data


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Ridho, R., S.H, Hukum Dagang, Penerbit Alumni, Bandung, 1992. Darmawi, Herman, Drs., Manajemen Asuransi, Bumi Aksara, Jakarta, 2000. Gautama, H., Asuransi Kebakaran di Indonesia, Tira Pustaka, Jakarta, 1984. Harsono, Sonni Dwi, Prinsip-prinsip dan Praktek Asuransi, Yayasan

Pengembangan Ilmu Asuransi, Jakarta, 1994.

Hartono, Sri Rejeki, S.H, Asuransi dan Hukum Asuransi, Untag. 1981.

Kadir Muhammad, Abdul S.H., Hukum Asuransi Indonesia, Cet. IV, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006.

M.N.Poerwosutjipto, H., SH, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia dan Hukum Pertanggungan, cet. III, Djambatan, Jakarta, 1990.

Muis, Abdul, S.H, M.S. Hukum Asuransi dan Bentuk-bentuk Perasuransian, Fakultas Hukum USU, Medan, 2005.

Pangaribuan Simanjuntak, Emmy, Hukum Pertanggungan dan Perkembangannya, Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 1980.

Prakoso, Djoko, S.H., Hukum Asuransi Indonesia, Cet. IV, Rineka Cipta, Jakarta, 1997.

Prawoto, Agus, S.H, M.A, Hukum Asuransi dan Kesehatan Perusahaan Asuransi, cet. II, BPFE, Yogyakarta, 1995.


(5)

Subekti, R., Prof., SH, Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, Penerbit Predya Paramita, Jakarta, Cet. XV, 1985.

Subroto Poedjo, Santoso, Beberapa Aspek tentang Hukum Pertanggungan Jiwa di Indonesia, Bhatara, Jakarta, 1969.

Suparman Sastrawidjaja, Man, Aspek-aspek Hukum Asuransi dan Surat Berharga, Penerbit Alumni, Bandung, 1997.

Keputusan Direksi PT Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) Nomor : SK-44/DIR/2004 tentang Pedoman Kerja Pelaksanaan Pembayaran Tabungan Hari Tua (THT) PT Taspen (Persero).

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 500/KMK.06/2004 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 478/KMK.06/2002 tentang Persyaratan dan Besar Manfaat Tabungan Hari Tua bagi Pegawai Negeri Sipil.

Undang-undang Nomor 11 tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda atau Duda Pegawai;

Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1981 tentang Asuransi Pegawai Negeri Sipil (PNS);

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengecualian Prosedur yang Diatur dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 12 Tahun 2002, Nomor 13 Tahun 2003, Nomor 14 Tahun 2003,, dan Surat Edaran Kepala Badan Administrasi Kepegawaian Negara Nomor 04/SE/1980 yang diperuntukkan bagi Pegawai Negeri Sipil dan Penerima Pensiun yang Meninggal Dunia


(6)

atau Hilang karena Bencana Alam di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara.

Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional; Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-undang