Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat di Kota Medan

18

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak
untuk ditangani, khususnya di wilayah perkotaan. Salah satu ciri umum dari kondisi
fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar
lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh di
bawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu.
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada
bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi
Sumatera Utara sebanyak 1.481.300 orang atau sebesar 11,33 persen terhadap jumlah
penduduk seluruhnya. Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun
2010 yang jumlah penduduk miskinnya sebanyak 1.490.900. Dengan demikian, ada
penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 9.600 orang namun dilihat
persentasenya bertambah sebesar 0,02 persen dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Berdasarkan data resmi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara
No.44/07/12/Th. XIV, 1 Juli 2011 (sumut.bps.go.id/f_brs/Miskin-010807.pdf), selama
periode Maret 2010 – Maret 2011, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang

11.700 orang, sementara di daerah perkotaan bertambah sekitar 2.100. Persentase
penduduk miskin di daerah perkotaan dan perdesaan tidak terlalu jauh berbeda. Pada
bulan Maret 2011, penduduk miskin berada di daerah perdesaan sebesar 11,89 persen

Universitas Sumatera Utara

111

dan di daerah perkotaan sebesar 10,75 persen. Pada bulan Maret 2011 garis
kemiskinan Sumatera Utara sebesar Rp. 246.560,- per kapita perbulan. Untuk daerah
perkotaan, garis kemiskinannya sebesar Rp. 271.713,- per kapita per bulan, dan untuk
daerah perdesaan sebesar Rp. 222.226,- per kapita per bulan. Indeks Keparahan
Kemiskinan di Sumatera Utara tahun 2011 menurun dibanding tahun 2010, yaitu
menjadi 0,51 dari 0,57. Demikian pula untuk Indeks Kedalaman Kemiskinan,
angkanya mengalami penurunan, yakni dari 2,04 tahun 2010 menjadi 1,84 pada tahun
2011. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung
makin mendekati garis kemiskinan dan tingkat ketimpangannya juga semakin
menurun.
Tabel 1.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Utara
Tahun 1999 – 2011

Tahun
(1)

Jumlah (ribu jiwa)
(2)

Persentase
(3)

Februari 1999
Februari 2002
Februari 2003
Maret 2004
Juli 2005
Mei 2006
Maret 2007
Maret 2008
Maret 2009
Maret 2010
Maret 2011


1.972,7
1.883,9
1.889,4
1.800,1
1840,2
1.979,7
1.768,4
1.613,8
1.499,7
1490,9
1.481,3

16,74
15,84
15,89
14,93
14,68
15,66
13,90

12,55
11,51
11,31
11,33

Sumber: Diolah dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tahun 2011
http://sumut.bps.go.id/

111
Universitas Sumatera Utara

112

Pemerintah Indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum, telah melakukan
berbagai upaya penanganan masalah kemiskinan di perkotaan dan perluasan
kesempatan kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat
yang ada di berbagai kementerian/lembaga yaitu Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) Mandiri sejak tahun 2007. Salah satu Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri adalah PNPM Mandiri Perkotaan.
PNPM Mandiri Perkotaan ini merupakan adopsi dari Program Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999. Oleh sebab
itu, mulai tahun tersebut PNPM Mandiri P2KP diarahkan untuk mendukung upaya
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia dan pencapaian sasaran Millennium
Development Goals (MDGs), sehingga tercapai pengurangan penduduk miskin
sebesar 50% di tahun 2015. Tahun 2008 secara penuh P2KP menjadi Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM Mandiri Perkotaan).
Dalam pelaksanaan pengentasan masyarakat dari kemiskinan, PNPM Mandiri
Perkotaan meletakkan sasaran utamanya kepada Kelompok Swadaya Masyarakat
(KSM) yang tergolong kalangan ekonomi lemah untuk ditumbuhkan kemandiriannya,
sehingga bukan masyarakat miskin secara perseoranganlah yang akan diberdayakan,
melainkan sejumlah orang dalam masyarakat yang tergabung dalam suatu wadah
KSM yang dikenai tindakan (treatment) berupa pemberian bantuan kredit usaha
ekonomi produktif.

112
Universitas Sumatera Utara

113

Selanjutnya untuk tahap pemantapan PNPM Mandiri Perkotaan, BKM (Badan

Keswadayaan Masyarakat) tetap melaksanakan sosialisasi. Salah satu peran BKM
adalah Pengurus BKM mendatangi acara pertemuan warga di masing-masing Rukun
Warga (RW) dan meminta waktu untuk memberikan informasi ke-PNPM Mandiri
Perkotaan serta perkembangan keberhasilan pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan
khususnya yang telah dinikmati oleh masing-masing warga RW setempat. Dalam
acara sosialisasi berupa penyampaian informasi tersebut terjadi dialog atau tanya
jawab yang sangat responsif antara pengurus BKM dengan warga masyarakat RW
yang dikunjungi. Dari acara itulah banyak diperoleh saran dan masukan dari warga
dan aparat Rukun Tetangga (RT)/RW untuk ikut mensukseskan dan bahkan
mengupayakan mengamankan aset BKM yang berupa dana bergulir untuk seluruh
komponen masyarakat.
Para pengurus BKM sangat menyadari bahwa partisipasi warga masyarakat
kelompok sasaran terhadap semua program pembangunan, akan sangat tergantung
kepada kelancaran komunikasi informasi antara penyelenggara dengan penerima
manfaat. Dengan demikian diperlukan juga kualitas sumber daya manusia yaitu dari
pemberi program maupun masyarakat penerima program, dalam hal ini berupa
kemampuan organisasi yang dimiliki sumber daya manusia dalam mengorganisir
masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan dan interaksi komunikasi anggota
masyarakat. Hal ini berkaitan juga dengan motivasi kerja BKM dan kualitas
pelayanan yang diberikan oleh BKM.


113
Universitas Sumatera Utara

114

Menurut Winardi (2001 : 1), “istilah motivasi berasal perkataan latin, yaitu
movere yang berarti “menggerakkan” (to move). Dengan demikain secara etimologi,
motivasi berkaitan dengan alasan-alasan atau hal-hal yang mendorong atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada sisi lain, Arep dan Tanjung
(2003 : 12) mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang pokok yang menjadi
dorongan seseorang untuk bekerja.
Adapun Kualitas pelayanan menurut Lukman (2000 : 10) adalah: Kualitas
pelayanan adalah suatu kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan prinsip : lebih murah, lebih baik, cepat, tepat, akurat, ramah, sesuai dengan
harapan pelanggan. Kualitas pelayanan juga dapat diartikan sebagai kegiatan
pelayanan yang diberikan kepada seseorang atau orang lain, organisasi pemerintah
atau swasta (sosial, politik, LSM, dll) sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Kualitas pelayanan sektor publik adalah pelayanan yang memuaskan
masyarakat sesuai dengan standar pelayanan dan azas-azas pelayanan publik.

Selanjutnya dengan adanya keberhasilan pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan

Masyarakat

tentunya

diharapkan

menciptakan

kemandirian

masyarakat. Dalam konteks pembangunan, sikap mandiri harus dijadikan tolok ukur
keberhasilan, yakni apakah rakyat atau masyarakat menjadi lebih mandiri atau malah
semakin bergantung. Oleh sebab itu, penelitian ini ingin melihat apakah pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat telah berhasil? dan seberapa besar
keberhasilan tersebut dalam menciptakan kemandirian masyarakatnya?

114

Universitas Sumatera Utara

115

1.2. Perumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah:
1.

Bagaimana pengaruh motivasi kerja BKM, kualitas pelayanan BKM dan
peran BKM terhadap keberhasilan pelaksanaan PNPM?

2.

Bagaimana pengaruh keberhasilan pelaksanaan Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) terhadap kemandirian masyarakat di
Kota Medan?

1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.


Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh motivasi kerja BKM,
kualitas pelayanan BKM, dan peran BKM terhadap keberhasilan
pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.

2.

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh keberhasilan pelaksanaan
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) terhadap
kemandirian masyarakat di Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
1.

Bagi BKM dan KSM serta pemerintah sebagai pemberi program,
penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi dalam meningkatkan
efektifitas pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan.
115
Universitas Sumatera Utara


116

2.

Bagi program studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara, penelitian ini merupakan tambahan pemahaman dan
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (motivasi kerja
dan kualitas pelayanan) serta tambahan kekayaan penelitian untuk dapat
dipergunakan/dikembangkan di masa mendatang.

3.

Bagi peneliti dapat menambah wawasan secara ilmiah dalam bidang Ilmu
Manajemen khususnya yang berkaitan dengan ilmu yang didapat selama
mengikuti perkuliahan dan mengaplikasikannya dalam tugas sehari-hari.

4.

Bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian
yang sama di masa mendatang.

116
Universitas Sumatera Utara