Profil Penderita Benda Asing pada Esofagus dan Traktus Trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Benda Asing pada Esofagus
2.1.1
Definisi
Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada
esofagus adalah benda tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan
terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja
(Yunizaf, 2011).
2.1.2
Epidemiologi
Kasus benda asing pada esofagus lebih banyak terjadi pada anak-anak
daripada orang dewasa. Umumnya, anak-anak sekitar 6 bulan sampai 5 tahun
lebih sering menelan benda asing. Pada orang dewasa sekitar 50 – 70 tahun juga
ditemukan kasus benda asing pada esofagus walaupun tidak sebanyak pada anakanak (Ekim, 2010).
Tertelannya benda asing dapat menjadi kondisi yang serius dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitasnya (Erbil et al., 2013). Pada tahun 1999,
American Association of Poison Control mendokumentasikan sebanyak 182.105
kejadian tertelannya benda asing pada pasien dibawah 20 tahun (Abdurehim et al.,
2014). Terdapat 1500-1600 insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang
terjadi karena benda asing pada esofagus di Amerika (Erbil et al., 2013).
2.1.3
Etiologi
Benda asing pada esofagus dapat dibagi menjadi golongan anak dan
dewasa. Pada anak-anak dapat disebabkan oleh anomali kongenital termasuk
stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah.
Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses
menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada usia 6 bulan sampai 1
tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan, dan penyakit neurologik juga
Universitas Sumatera Utara
6
dapat menjadi faktor predisposisi pada anak-anak. Pada orang dewasa, tertelannya
benda asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu, pemabuk, dan pada pasien
gangguan mental (Yunizaf, 2011). Pemakaian gigi palsu merupakan hal yang
paling sering terjadi pada orang dewasa karena menurunnya sensasi pada rongga
mulut (Rathore et al., 2009).
Pada orang dewasa, penyakit-penyakit medis juga sering menjadi
penyebab tertelannya benda asing. Striktur esofagus merupakan penyebab
tersering dikarenakan oleh penyakit medis. Keganasan pada esofagus dan akalasia
juga dapat menyebabkan impaksi benda asing pada esofagus (Ambe et al., 2012).
2.1.4
Lokasi Benda Asing
Benda asing pada esofagus lebih sering ditemukan pada segmen servikalis
atau pada sfingter krikofaringeal, dimana ini adalah lokasi pertama penyempitan
pada esofagus. Dapat juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan
esofagus kedua dan ketiga, yaitu pada rongga dada bagian tengah akibat tertekan
lengkung aorta dan pada hiatus esofagus (Rybojad et al., 2012).
2.1.5
Jenis Benda Asing
Jenis benda asing dapat dikategorikan sesuai dengan usia (Erbil et al.,
2013). Menurut penelitian yang dilakukan, benda asing yang banyak ditemukan
pada anak-anak adalah benda-benda organik seperti kacang-kacangan dan bijibijian. Sedangkan pada orang dewasa, sisa-sisa makanan dan tulang (tulang ayam,
tulang ikan, dll) juga menjadi benda yang paling sering menjadi penyebab kasus
benda asing (Saki et al., 2009).
Benda asing anorganik juga dapat ditemukan dalam kasus benda asing
pada esofagus. Benda-benda berbahan logam seperti baterai dan koin paling
banyak ditemukan pada kasus ini. Selain itu, benda-benda seperti mainan-mainan
kecil, kancing baju, dan cincin juga dapat ditemukan (Chinski et al., 2010).
Jenis benda asing juga dapat dibedakan berdasarkan negara. Umumnya,
pada negara dimana penduduk wanita nya banyak yang menggunakan jilbab,
peniti dapat menjadi benda asing yang banyak ditemukan (Erbil et al., 2013).
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.6
Gejala Klinis
Berdasarkan lokasinya, gejala yang ditimbulkan oleh benda asing pada
esofagus berbeda-beda. Batuk adalah gejala utama yang ditimbulkan setelah
tertelan benda asing. Gejala lain yang ditimbulkan adalah disfagia, muntah,
hipersalivasi, dan rasa sakit. Muntah dan hipersalivasi merupakan gejala yang
signifikan terjadi pada lokasi penyempitan pertama esofagus atau sfingter
krikofaringeal. Pada kasus benda asing pada esofagus, muntah dapat menjadi
gejala yang berbahaya karena tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan ruptur
dinding esofagus yang tipis. Gejala disfagia dapat terjadi pada semua lokasi di
esofagus, namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama dan
kedua esofagus (Rybojad et al., 2012).
2.1.7
Diagnosis
Data yang didapatkan dari hasil anamnesis dapat menjadi hal yang sangat
penting dalam menentukan diagnosis benda asing. Pemeriksaan tambahan dan
intervensi segera terhadap benda asing diputuskan sesuai dengan informasi yang
diberikan pasien mengenai jenis benda asing yang tertelan, keluhan klinis dan
pemeriksaan fisik (Erbil et al., 2013).
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan
lateral dapat dilakukan pada pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan
foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi. Hal ini dilakukan untuk
memastikan benda asing belum berpindah ke bagian distal (Yunizaf, 2011). Untuk
benda asing radiolusen, pemeriksaan foto rontgen tidak terlalu menunjukkan hasil
yang berarti. Oleh karena itu, pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan untuk
mendiagnosis benda asing dengan sensitifitas 100% dan spesifisitas 91% (Ambe
et al., 2012). Pemeriksaan CT-scan esofagus juga dapat menunjukkan gambaran
inflamasi jaringan lunak dan abses (Yunizaf, 2011).
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.8
Penatalaksanaan
Tertelannya benda asing dapat melewati saluran perncernaan tanpa
kesulitan. Sehingga, terapi konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus
benda asing dengan melalukan observasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda
asing tumpul, pendek (panjang < 6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing
akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat
bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu mengobservasi feses nya sampai
benda asing tersebut keluar. Tidak perlu ada perubahan pola makan dalam hal ini
(Ambe et al., 2012).
Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi
yaitu esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing
tersebut. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi
harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau
esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut (Yunizaf, 2011).
Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar. Tipe satu adalah tuba logam kaku
dengan suatu lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat
langsung gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran
benda asing (Siegel, 2012). Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus
dari bagian yang tajam pada benda asing (Rathore et al., 2009). Tipe kedua adalah
esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk melihat gambaran
mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi dan
pengeluaran benda asing (Siegel, 2012).
Tabel 2.1 Jadwal Endoskopi untuk Tertelannya Benda Asing (ASGE, 2011)
Emergent Endoscopy
Pasien dengan obstruksi esofagus
Baterai pada esofagus
Benda tajam dan runcing pada esofagus
Urgent Endoscopy
Benda asing non-tajam dan non-runcing pada esofagus
Impaksi makanan pada esofagus tanpa obstruksi total
Universitas Sumatera Utara
9
Nonurgent Endoscopy
Koin pada esofagus dapat diobservasi dahulu dalam 24 jam pertama
Benda asing berupa baterai jika sudah sampai di lambung tanpa adanya
gejala sistem gastrointestinal
Pembedahan dilakukan hanya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1
Benda Asing pada Esofagus
2.1.1
Definisi
Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh
atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada
esofagus adalah benda tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan
terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja
(Yunizaf, 2011).
2.1.2
Epidemiologi
Kasus benda asing pada esofagus lebih banyak terjadi pada anak-anak
daripada orang dewasa. Umumnya, anak-anak sekitar 6 bulan sampai 5 tahun
lebih sering menelan benda asing. Pada orang dewasa sekitar 50 – 70 tahun juga
ditemukan kasus benda asing pada esofagus walaupun tidak sebanyak pada anakanak (Ekim, 2010).
Tertelannya benda asing dapat menjadi kondisi yang serius dikaitkan
dengan morbiditas dan mortalitasnya (Erbil et al., 2013). Pada tahun 1999,
American Association of Poison Control mendokumentasikan sebanyak 182.105
kejadian tertelannya benda asing pada pasien dibawah 20 tahun (Abdurehim et al.,
2014). Terdapat 1500-1600 insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang
terjadi karena benda asing pada esofagus di Amerika (Erbil et al., 2013).
2.1.3
Etiologi
Benda asing pada esofagus dapat dibagi menjadi golongan anak dan
dewasa. Pada anak-anak dapat disebabkan oleh anomali kongenital termasuk
stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah.
Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses
menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada usia 6 bulan sampai 1
tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan, dan penyakit neurologik juga
Universitas Sumatera Utara
6
dapat menjadi faktor predisposisi pada anak-anak. Pada orang dewasa, tertelannya
benda asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu, pemabuk, dan pada pasien
gangguan mental (Yunizaf, 2011). Pemakaian gigi palsu merupakan hal yang
paling sering terjadi pada orang dewasa karena menurunnya sensasi pada rongga
mulut (Rathore et al., 2009).
Pada orang dewasa, penyakit-penyakit medis juga sering menjadi
penyebab tertelannya benda asing. Striktur esofagus merupakan penyebab
tersering dikarenakan oleh penyakit medis. Keganasan pada esofagus dan akalasia
juga dapat menyebabkan impaksi benda asing pada esofagus (Ambe et al., 2012).
2.1.4
Lokasi Benda Asing
Benda asing pada esofagus lebih sering ditemukan pada segmen servikalis
atau pada sfingter krikofaringeal, dimana ini adalah lokasi pertama penyempitan
pada esofagus. Dapat juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan
esofagus kedua dan ketiga, yaitu pada rongga dada bagian tengah akibat tertekan
lengkung aorta dan pada hiatus esofagus (Rybojad et al., 2012).
2.1.5
Jenis Benda Asing
Jenis benda asing dapat dikategorikan sesuai dengan usia (Erbil et al.,
2013). Menurut penelitian yang dilakukan, benda asing yang banyak ditemukan
pada anak-anak adalah benda-benda organik seperti kacang-kacangan dan bijibijian. Sedangkan pada orang dewasa, sisa-sisa makanan dan tulang (tulang ayam,
tulang ikan, dll) juga menjadi benda yang paling sering menjadi penyebab kasus
benda asing (Saki et al., 2009).
Benda asing anorganik juga dapat ditemukan dalam kasus benda asing
pada esofagus. Benda-benda berbahan logam seperti baterai dan koin paling
banyak ditemukan pada kasus ini. Selain itu, benda-benda seperti mainan-mainan
kecil, kancing baju, dan cincin juga dapat ditemukan (Chinski et al., 2010).
Jenis benda asing juga dapat dibedakan berdasarkan negara. Umumnya,
pada negara dimana penduduk wanita nya banyak yang menggunakan jilbab,
peniti dapat menjadi benda asing yang banyak ditemukan (Erbil et al., 2013).
Universitas Sumatera Utara
7
2.1.6
Gejala Klinis
Berdasarkan lokasinya, gejala yang ditimbulkan oleh benda asing pada
esofagus berbeda-beda. Batuk adalah gejala utama yang ditimbulkan setelah
tertelan benda asing. Gejala lain yang ditimbulkan adalah disfagia, muntah,
hipersalivasi, dan rasa sakit. Muntah dan hipersalivasi merupakan gejala yang
signifikan terjadi pada lokasi penyempitan pertama esofagus atau sfingter
krikofaringeal. Pada kasus benda asing pada esofagus, muntah dapat menjadi
gejala yang berbahaya karena tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan ruptur
dinding esofagus yang tipis. Gejala disfagia dapat terjadi pada semua lokasi di
esofagus, namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama dan
kedua esofagus (Rybojad et al., 2012).
2.1.7
Diagnosis
Data yang didapatkan dari hasil anamnesis dapat menjadi hal yang sangat
penting dalam menentukan diagnosis benda asing. Pemeriksaan tambahan dan
intervensi segera terhadap benda asing diputuskan sesuai dengan informasi yang
diberikan pasien mengenai jenis benda asing yang tertelan, keluhan klinis dan
pemeriksaan fisik (Erbil et al., 2013).
Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan
lateral dapat dilakukan pada pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing
radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan
foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi. Hal ini dilakukan untuk
memastikan benda asing belum berpindah ke bagian distal (Yunizaf, 2011). Untuk
benda asing radiolusen, pemeriksaan foto rontgen tidak terlalu menunjukkan hasil
yang berarti. Oleh karena itu, pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan untuk
mendiagnosis benda asing dengan sensitifitas 100% dan spesifisitas 91% (Ambe
et al., 2012). Pemeriksaan CT-scan esofagus juga dapat menunjukkan gambaran
inflamasi jaringan lunak dan abses (Yunizaf, 2011).
Universitas Sumatera Utara
8
2.1.8
Penatalaksanaan
Tertelannya benda asing dapat melewati saluran perncernaan tanpa
kesulitan. Sehingga, terapi konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus
benda asing dengan melalukan observasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda
asing tumpul, pendek (panjang < 6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing
akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat
bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu mengobservasi feses nya sampai
benda asing tersebut keluar. Tidak perlu ada perubahan pola makan dalam hal ini
(Ambe et al., 2012).
Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi
yaitu esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing
tersebut. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi
harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau
esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut (Yunizaf, 2011).
Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar. Tipe satu adalah tuba logam kaku
dengan suatu lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat
langsung gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran
benda asing (Siegel, 2012). Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus
dari bagian yang tajam pada benda asing (Rathore et al., 2009). Tipe kedua adalah
esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk melihat gambaran
mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi dan
pengeluaran benda asing (Siegel, 2012).
Tabel 2.1 Jadwal Endoskopi untuk Tertelannya Benda Asing (ASGE, 2011)
Emergent Endoscopy
Pasien dengan obstruksi esofagus
Baterai pada esofagus
Benda tajam dan runcing pada esofagus
Urgent Endoscopy
Benda asing non-tajam dan non-runcing pada esofagus
Impaksi makanan pada esofagus tanpa obstruksi total
Universitas Sumatera Utara
9
Nonurgent Endoscopy
Koin pada esofagus dapat diobservasi dahulu dalam 24 jam pertama
Benda asing berupa baterai jika sudah sampai di lambung tanpa adanya
gejala sistem gastrointestinal
Pembedahan dilakukan hanya