Gambaran Kasus Benda Asing Esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2014

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Tengku Mafazi Faruqi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir : Pangkal Pinang/25 September 1994

Warga Negara : Indonesia

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sei Martebing No. 15 Medan

Email : tengkumafazi@gmail.com

Riwayat Pendidikan :

1. SD N 15 Mangkubumen Lor (2000-2006) 2. SMP N 2 Bandung (2006-2009)

3. SMA N 1 Medan (2009-2012)


(2)

LAMPIRAN 2

1 57 Per empuan Gigi Palsu Ser vikal Orang

t ua/ Lansia

2 4 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

3 5 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

4 39 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

5 7 Laki-laki Koin Torakal Anak-anak

6 28 Laki-laki Gigi Palsu Torakal Dew asa

7 15 Per empuan Jar um

pent ul

Ser vikal Dew asa

8 7 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

9 8 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

10 9 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

11 15 Per empuan Jar um

pent ul

Ser vikal Dew asa

12 2 Per empuan Koin Ser vikal Anak-anak

13 1 Per empuan Ant ing Ser vikal Anak-anak

14 45 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

15 52 Laki-laki Gigi Palsu Torakal Orang

t ua/ Lansia

16 17 Laki-laki Gigi Palsu Torakal Dew asa

17 7 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

18 0 Laki-laki Koin Torakal Anak-anak

19 5 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

20 7 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

21 4 Laki-laki Koin Abdominal Anak-anak

22 4 Per empuan Koin Ser vikal Anak-anak

23 48 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

24 31 Laki-laki Gigi Palsu Torakal Dew asa

25 49 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

26 5 Per empuan Koin Ser vikal Anak-anak

27 9 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

28 42 Laki-laki Gigi Palsu Torakal Dew asa

29 4 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

30 4 Per empuan Koin Torakal Anak-anak

31 4 Per empuan Koin Ser vikal Anak-anak

32 40 Per empuan Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

33 3 Per empuan Koin Ser vikal Anak-anak

34 54 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Orang

t ua/ Lansia

35 7 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak

36 55 Per empuan Gigi Palsu Ser vikal Orang

t ua/ Lansia

37 2 Per empuan Koin Torakal Anak-anak


(3)

39 45 Per empuan Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

40 13 Per empuan Jar um

pent ul

Ser vikal Anak-anak

41 21 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

42 8 Per empuan Koin Ser vikal Anak-anak

43 42 Laki-laki Gigi Palsu Ser vikal Dew asa

44 53 Per empuan Gigi Palsu Ser vikal Orang

t ua/ Lansia

45 9 Laki-laki Koin Ser vikal Anak-anak


(4)

Statistics

Usia Jenis Kelamin

Jenis Benda Asing

Lokasi Benda

Asing Golongan Usia

N Valid 46 46 46 46 46

Missing 0 0 0 0 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 28 60.9 60.9 60.9

Perempuan 18 39.1 39.1 100.0

Total 46 100.0 100.0

Jenis Benda Asing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Anting 1 2.2 2.2 2.2

Gigi Palsu 18 39.1 39.1 41.3

Jarum pentul 3 6.5 6.5 47.8

Koin 24 52.2 52.2 100.0

Total 46 100.0 100.0

Lokasi Benda Asing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Servikal 35 76.1 76.1 76.1

Torakal 10 21.7 21.7 97.8

Abdominal 1 2.2 2.2 100.0


(5)

Golongan Usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Anak-anak 26 56.5 56.5 56.5

Dewasa 15 32.6 32.6 89.1

Orang

tua/Lansia 5 10.9 10.9 100.0


(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Asroel, H.A. & Aboet, A., 2001. Penanganan Benda Asing Daging Pada Esophagus Dengan Enzim Proteolitik. Dalam: Kumpulan Abstrak PIT Perhati-KL. Palembang : 180.

Chandramata, 2000. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 361.

Conners, G.P., 2014. Pediatric Foreign Body Ingestion, University of

Missouri-Kansas City School of Medicine. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/801821-overview. [Accessed 19 April 2015]

Dehghani, N., Ludemann, J.P., Skarsgard, E., Eddy, Ng, 2006. Ingested Foreign Bodies, University of British Columbia. Available from: http://www.bcmj.org/sites/default/files/BCMJ_49_Vol9_Ingested_Foreign _Bodies.pdf. [Accessed 22 April 2015]

Liang, T., 2011. Suspected Foreign Body Ingestion, University of British Columbia. Available from: http://learnpediatrics.com/files/2011/08/GI_-_suspected_foreign_body_ingestion_FINAL.pdf. [Accessed 22 April 2015]

Louie, J.P., Alpern, E.R., Windreich, R.M., 2005. Witnessed and Unwitnessed Esophageal Foreign Bodies in Children, Department of Emergency Medicine, Children's Hospital and Clinics of Minnesota. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16160661?dopt=Abstract.

[Accessed 19 April 2015]

Marasabessy, S.N., Mengko, S.K., Palandeng, O.I., 2015. Benda Asing Esofagus di Departemen/SMF THT-KL Blu RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Januari 2010 Desember 2014. Available from:


(11)

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/7390.[Accessed 19 April 2015]

Munter, D.W., 2014. Gastrointestinal Foreign Bodies, Eastern Virginia Medical School. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/776566-overview#showall. [Accessed 19 April 2015]

Nastia, P. 2012. Prevalensi Benda Asing Pada Telinga, Hidung, Trakeobronkial, dan Esofagus di Departemen THT FK USU/RSUP H Adam Malik tahun 2010., Universitas Sumatera Utara. Available from: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/31256. [Accessed 23 April 2015]

Needlman, R.D., 2000. Pertumbuhan dan Perkembangan. Dalam: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, A.M. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 53-55.

Netter, F.H., 2011. Atlas of Human Anatomy. Edisi Kelima. USA: Saunders Elsevier.

Nwaorgu, O.G., Onakoya, P.A., Sogebi, O.A., Kokong, D.D., Dosomu, O.O.,

2004. Esophageal Impacted Dentures, Department of

Otorhinolaryngology, University College Hospital, Ibadan, Nigeria.

Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2568546/pdf/jnma00179-0102.pdf. [Accessed 14 January 2016]

Pramono, 2001. Deskripsi Benda Asing dalam Esofagus di THT RSUP Dr Kariadi Semarang tahun 1994-1998 dan Resume Singkat 2 Kasus dengan Komplikasi. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah Kongres Nasional XII PERHATI. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Oktober, 445-53.


(12)

Ratcliff, K.M., 2006. Esophageal Foreign Bodies, University of Missouri. Available from: http://hannaziegler.tripod.com/ent/varia/ratcliff.pdf. [Accessed 6 April 2015]

Rebhandl, W., et al, 2007. In vitro study of ingested coins: leave them or retrieve them?, Vienna Medical University. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17923204?dopt=Abstract.

[Accessed 19 April 2015]

Shaariyah, M.M., Goh, B.S., 2009. Retrospective Review of Surgical Management of Foreign Body Ingestion, Department of Otorhinolaryngology-Head and Neck Surgery, Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre. Available from: http://www.e-mjm.org/2009/v64n4/Foreign_Body_Ingestion.pdf [Accessed 1 December 2015]

Sherwood, L. 2009. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 652-654.

Shivakumar, A.M., Naik, A.S., Prashanth, K.B., Hongal, G.F., Chaturvedy, G., 2006. Foreign Bodies in Upper Digestive Tract, Department of E.N.T, Bapuji Hospital, J.J.M. Medical College, Davangere. Available from: http://medind.nic.in/ibd/t06/i1/ibdt06i1p63.pdf [Accessed 6 April 2015] Siegel, L.G. 2014. Penyakit Trakea dan Esofagus Servikalis. Dalam: Adams,

G.L., Boies, L.R., Jr., Higler, P.A. Boies: Buku Ajar Penyakit THT. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 455.

Soepardi, E.A., 2007. Kesulitan Menelan. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 276-280.

Swartz, M.H., 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 78-88.


(13)

Upadhyaya, E.V. et al., 2009. Double coin in esophagus at same location and same alignment - a rare occurrence: a case report, Department of E.N.T.,

India. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2740069/ [Accessed 14 January, 2016]

Yunizaf, M., 2007. Benda Asing di Esofagus. Dalam: Soepardi, E.A., Iskandar, N., Bashiruddin, J., Restuti, R.D. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Edisi Keenam. Jakarta: Balai Penerbit FK UI, 299-302.


(14)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3.1.: Skema kerangka konsep penelitian

3.2. Definisi Operasional

1. Jenis kelamin: merupakan sifat jasmani yang dibedakan menjadi wanita dan pria. Penilaian karakteristik jenis kelamin berdasarkan skala nominal. 2. Umur: merupakan lama waktu hidup atau keberadaan seseorang dari mulai

lahir hingga ulang tahun terakhir. Kategori umur dalam penelitian ini yaitu:

 0-14 tahun : anak-anak

 15-49 tahun : dewasa

 ≥50 tahun : orang tua/lansia

3. Lokasi benda asing: letak benda asing secara anatomi esofagus.

 Servikal : setentang vertebra C2 – Th1

 Torakal : setentang vertebra Th2 – Th10

 Abdominal : setentang vertebra Th10 – L3

Umur Jenis kelamin Jenis benda asing Lokasi benda asing Benda asing


(15)

4. Jenis benda asing: benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada.

3.3. Cara Ukur

Meneliti dan menganalisa data rekam medis pasien dengan kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 - 2014.

3.4. Alat Ukur


(16)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014 dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari data rekam medis pasien.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - November 2015. 4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh pasien dengan diagnosa benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2014 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.3.2. Sampel

Sampel penelitian adalah subyek yang diambil dari rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan dengan metode total sampling, dimana seluruh populasi dijadikan sampel.

 Kriteria Inklusi : Seluruh rekam medis dengan kasus benda asing esofagus pada tahun 2012-2014.

 Kriteria Eksklusi : Data rekam medis yang tidak lengkap tahun 2012-2014.


(17)

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pencatatan data rekam medis pasien dengan kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan teknik komputerisasi kemudian dianalisis secara deskriptif menggunakan tabel distribusi.


(18)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik Medan. Pengambilan data dilaksanakan selama lima bulan yaitu mulai bulan Juli hingga November 2015.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Dari penelitian ini didapatkan status yang lengkap dari kejadian benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 - 2014 yaitu 46 orang. Dari keseluruhan sampel tersebut, karakteristik sampel yang diamati adalah jenis kelamin, umur, lokasi benda asing, dan jenis benda asing.


(19)

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik sampel penelitian sebagai berikut:

Tabel 5.2.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Umur Umur Frekuensi (n) Persentase (%)

Anak-anak 26 56.5

Dewasa 15 32.6

Orang Tua/Lansia 5 10.9

Total 46 100.0

Didapati bahwa kasus benda asing esofagus dengan kelompok anak-anak merupakan yang paling banyak dengan jumlah 26 orang (56,5%), kelompok dewasa adalah sebanyak 15 orang (32,6%), kelompok orang tua/lansia merupakan yang paling sedikit adalah sebanyak 5 orang (10,9%).

Tabel 5.2.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki 28 60.9

Perempuan 18 39.1

Total 46 100.0

Didapati bahwa kasus benda asing esofagus dengan jenis kelamin laki-laki merupakan kasus terbanyak yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) dan perempuan hanya sebanyak 18 orang (39,1%).


(20)

Tabel 5.2.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Benda Asing

Jenis Benda Asing Frekuensi (n) Persentase (%)

Anting 1 2.2

Gigi Palsu 18 39.1

Jarum Pentul 3 6.5

Koin 24 52.2

Total 46 100.0

Didapati bahwa jenis benda asing yang paling sering menyebabkan kasus benda asing esofagus adalah koin sebanyak 24 kasus (52,2%), sedangkan benda asing yang paling sedikit ditemukan adalah anting sebanyak 1 kasus (2,2%).

Tabel 5.2.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Lokasi Benda Asing

Lokasi Benda Asing Frekuensi (n) Persentase (%)

Servikal 35 76.1

Torakal 10 21.7

Abdominal 1 2.2

Total 46 100.0

Didapati bahwa lokasi benda asing esofagus yang terbanyak yaitu pada daerah servikal dengan 35 kasus (76,1%), sementara 10 kasus (21,7%) pada daerah torakal, dan 1 kasus (2,2%) pada daerah abdominal.


(21)

5.3. Pembahasan

5.3.1. Karakteristik Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 5.2.1. didapati bahwa kasus benda asing esofagus dengan jenis kelamin laki-laki merupakan kasus terbanyak yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) dan perempuan hanya sebanyak 18 orang (39,1%).

Hal ini sesuai dengan penelitian Nastia (2012) di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010. Dari 24 kasus didapatkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13 orang (54,2%) dan perempuan sebanyak 11 orang (45,8%) dengan perbandingan yang hampir sama.

5.3.2. Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur

Berdasarkan tabel 5.2.2. diketahui bahwa kelompok anak-anak merupakan yang paling banyak yaitu 26 orang (56,5%), dewasa adalah sebanyak 15 orang (32,6%), dan orang tua merupakan yang paling sedikit yaitu sebanyak 5 orang (10,9%).

Perkembangan kognitif pada anak usia 6-12 bulan, pada tahap awal semuanya masuk ke dalam mulut. Terkadang, benda-benda baru diambil, diperiksa, dipindahkan dari tangan ke tangan, dibanting, dijatuhkan, dan kemudian dimasukkan ke dalam mulut. Pada usia 12-18 bulan dimana anak-anak sudah mulai berjalan dan mengenali benda-benda yang dilihatnya. Pada anak-anak, yang mempunyai resiko tinggi adalah yang berumur 18 bulan pada saat fase oral dan 6 bulan ketika gigi molar tumbuh. Pada anak-anak yang akan tumbuh gigi mulai akan memasukkan barang yang bisa dicapainya ke mulut. Pada saat menangis, tertawa, ataupun pada saat makan tersedak, bisa menyebabkan benda asing yang di dalam mulut masuk ke dalam tubuh. (Needlman, 2000)

Faktor predisposisi pada anak antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan – 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik yang mendasarinya. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau


(22)

pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa (Yunizaf, 2007).

Menurut Shivakumar (2006) dari 1998-2002 di RS Bapuji Karmataka India didapati 152 kasus diantaranya adalah anak-anak dengan 104 kasus, diikuti orang dewasa dengan 34 kasus, dan orang tua/lansia sebanyak 14 kasus.

5.3.3. Karakteristik Penderita Berdasarkan Lokasi Benda Asing

Berdasarkan tabel 5.2.3. didapati bahwa lokasi benda asing esofagus yang paling banyak ditemukan yaitu pada daerah servikal dengan 35 kasus (76,1%), lalu daerah torakal sebanyak 10 kasus (21,7%), dan 1 kasus (2,2%) pada daerah abdominal merupakan yang paling sedikit.

Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan pertama ini merupakan yang paling sempit. Daerah penyempitan kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal (Chandramata, 2000).

Dalam penelitian Shaariyah (2009) di Rumah Sakit Universitas Kebangsaan Malaysia tahun 1998-2007 ditemukan 48 kasus benda asing esofagus dengan lokasi terbanyak pada daerah servikal sebanyak 43 kasus (89,6%), sedangkan pada daerah torakal sebanyak 3 kasus (6,5%), dan 2 kasus (4,2%) pada daerah abdominal.

5.3.4. Karakteristik Penderita Berdasarkan Jenis Benda Asing

Berdasarkan tabel 5.2.4. didapati bahwa jenis benda asing yang paling sering menyebabkan kasus benda asing esofagus adalah koin sebanyak 24 kasus (52,2%), diikuti gigi palsu sebanyak 18 kasus (39,1%), jarum pentul sebanyak 3 kasus (6,5%), sedangkan benda asing yang paling sedikit ditemukan adalah anting yaitu sebanyak 1 kasus (2,2%).


(23)

Koin adalah benda asing yang paling umum ditelan pada kelompok usia anak. Kurang perhatiannya orang tua dalam mengawasi anak dalam bermain merupakan faktor resiko yang paling penting dalam kasus benda asing esofagus (Upadhyaya, 2009).

Gigi palsu yang tertelan juga bisa diakibatkan karena makanan yang keras, mengunyah makanan dengan terlalu cepat, serta ketidakpatuhan untuk memeriksakan gigi palsu ke dokter gigi. Sebuah studi di Nigeria tentang kasus gigi palsu esofagus menyimpulkan bahwa kebanyakan pasien gigi palsu dalam esofagus di Afrika, memiliki riwayat tidak pernah memeriksakan gigi palsunya ke dokter gigi sejak awal pemasangan gigi palsu (Nwaorgu, 2004).

Menurut Marasabessy (2015) dari 52 kasus jenis benda asingdi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2010-2014 yang paling banyak ditemukan adalah gigi palsu sebanyak 25 kasus (48,1%), uang logam sebanyak 18 kasus (34,7%), jarum sebanyak 3 kasus (5,8%), dan yang peling sedikit ditemukan tulang, cincin, plastik, daging babi, mata kalung dan besi magnet masing-masing sebanyak 1 kasus (1,9%).


(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Jenis kelamin terbanyak yang mengalami masuknya benda asing adalah laki-laki

2. Umur terbanyak dijumpai adalah kelompok anak-anak 3. Jenis benda asing yang paling banyak ditemukan adalah koin 4. Lokasi benda asing paling banyak ditemukan pada daerah servikal


(25)

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu:

1. Diharapkan bagi tenaga kesehatan di RSUP H. Adam Malik untuk melengkapi data pasien di berkas rekam medis, sehingga pada penelitian selanjutnya tidak terdapat data yang tidak diketahui.

2. Jumlah sampel yang sedikit dapat mempengaruhi ketepatan hasil penelitian, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan agar jumlah sampel diperbanyak dengan cara memperlebar interval tahun penelitian. 3. Diharapkan tenaga-tenaga medis seperti dokter, dan paramedis, terutama

yang bekerja di Puskesmas dapat memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang bahayanya benda asing yang masuk ke dalam tubuh, khususnya pada orang tua yang mememiliki anak kecil diberikan informasi bahwa sangat bahaya membiarkan anak-anak bermain/memegang benda-benda kecil yang dapat di masukkan ke mulutnya tanpa sepengetahuan orang tua. Serta berharap para orang tua lebih mengawasi anak-anaknya ketika bermain, pada saat makan, dan lain-lain.


(26)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Esofagus

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm (Chandramata, 2000).

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v.pulmonalis inferior, 30-35 cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45cm. Pada anak, panjang esofagus saat lahir bervariasi antara 8 dan 10 cm dan ukuran sekitar 19 cm pada usia 15 tahun (Chandramata, 2000).

Bagian servikal:

1. Panjang 5-6 cm, setinggi vertebra cervicalis VI sampai vertebrathoracalis I 2. Anterior melekat dengan trachea

3. Anterolateral tertutup oleh kelenjar tiroid

4. Sisi dextra/sinistra dipersarafi oleh nervus recurren laryngeus 5. Posterior berbatasan dengan hipofaring

6. Pada bagian lateral ada carotid sheath beserta isinya (Chandramata,2000).

Bagian torakal:

1. Panjang 16-18 cm, setinggi vertebra torakalis II-IX


(27)

3. Dalam rongga toraks disilang oleh arcus aorta setinggi vertebratorakalis IV dan bronkus utama sinistra setinggi vertebra torakalisV

4. Arteri pulmonalis dextra menyilang di bawah bifurcatio trachealis

5. Pada bagian distal antara dinding posterior esofagus dan ventralcorpus vertebralis terdapat ductus thoracicus, vena azygos, arteri dan vena intercostalis (Chandramata, 2000).

Bagian abdominal:

1. Terdapat pars diaphragmatica sepanjang 1 - 1,5 cm, setinggi vertebratorakalis X sampai vertebra lumbalis III

2. Terdapat pars abdominalis sepanjang 2 - 3 cm, bergabung dengan cardia gaster disebut gastroesophageal junction (Chandramata, 2000).

Gambar 2.1. Gross Anatomy Esophagus (Netter, 2011)

Esofagus mempunyai tiga daerah normal penyempitan yang sering menyebabkan benda asing tersangkut di esofagus. Penyempitan pertama adalah disebabkan oleh muskulus krikofaringeal, dimana pertemuan antara serat otot striata dan otot polos menyebabkan daya propulsif melemah. Daerah penyempitan


(28)

kedua disebabkan oleh persilangan cabang utama bronkus kiri dan arkus aorta. Penyempitan yang ketiga disebabkan oleh mekanisme sfingter gastroesofageal (Chandramata, 2000).

Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal seperti berikut, 1) pembentukan bolus makanan dengan ukuran dan konsistensi yang baik, 2) upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini dalam fase-fase menelan, 3) mempercepat masuknya bolus makanan ke dalam faring pada saat respirasi, 4) mencegah masuknya makanan dan minuman ke dalam nasofaring dan laring, 5) kerjasama yang baik dari otot-otot di rongga mulut untuk mendorong bolus makanan ke arah lambung, 6) usaha untuk membersihkan kembali esofagus. Proses menelan di mulut, faring, laring, dan esofagus secara keseluruhan akan terlibat secara berkesinambungan (Soepardi, 2007).

Menelan dibagi menjadi tahap orofaring dan tahap esofagus. Tahap orofaring berlangsung sekitar 1 detik dan terdiri dari pemindahan bolus dari mulut melalui faring untuk masuk ke esofagus. Ketika masuk ke faring, bolus makanan harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke lubang-lubang lain yang berhubungan dengan faring. Dengan kata lain, makanan harus dijaga agar tidak masuk kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea (Sherwood, 2009).

Posisi lidah yang menekan langit-langit keras menjaga agar makanan tidak masuk kembali ke mulut sewaktu menelan (Sherwood, 2009). Kontraksi m.levator palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring akan terangkat pula. Bolus terdorong ke posterior karena lidah terangkat ke atas. Selanjutnya terjadi kontraksi m.palatoglosus yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m.palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut (Soepardi, 2007).

Uvula terangkat dan menekan bagian belakang tenggorokan, menutup saluran hidung atau nasofaring dari faring sehingga makanan tidak masuk ke hidung (Sherwood, 2009).


(29)

Makan dicegah masuk ke trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan erat pita suara di pintu masuk laring atau glotis (Sherwood, 2009). Faring dan laring bergerak ke arah atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.salfingofaring, m.tirohioid dan m.palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m.ariepiglotika dan m.aritenoid obligus. Bersamaan dengan ini terjadi juga pengentian aliran udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan, sehingga bolus makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas. Selanjutnya bolus makanan akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah dalam keadaaan lurus (Soepardi, 2007).

Tahap esofagus dari proses menelan kini dimulai. Pusat menelan memicu gelombang peristaltik primer yang menyapu dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus di depannya menelusuri esofagus untuk masuk ke lambung. Gelombang peristaltik memerlukan waktu sekitar 5 sampai 9 detik untuk mencapai ujung bawah esofagus. Perambatan gelombang dikontrol oleh pusat menelan, dengan persarafan melalui saraf vagus. Sewaktu gelombang peristaltik menyapu menuruni esofagus, sfingter gastroesofagus melemas secara refleks sehingga bolus dapat masuk ke dalam lambung. Setelah bolus masuk ke lambung, proses menelan tuntas dan sfingter gastroesofagus kembali berkontraksi (Sherwood, 2009).

2.2. Definisi

Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara maupun tidak sengaja (Yunizaf, 2007).

2.3. Epidemiologi

Sulit untuk memperkirakan kejadian tertelan benda asing pada anak-anak. Berdasarkan survei yang dilakukan lima tahun di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Amerika kota besar ditemukan 255 kasus benda asing esofagus yang terjadi pada


(30)

anak-anak, 214 diantaranya disaksikan orang tua atau pengasuh (Louie, 2005). Pada survei cross-sectional menemukan bahwa dari 1.500 orang tua, 4% melaporkan tertelan koin pada anak mereka dan hal tersebut sangat umum terjadi pada anak-anak (Conners, 2014).

2.4. Etiologi dan Faktor Predisposisi

Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Penyebab pada anak antara lain, anomaly congenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah (Yunizaf, 2007).

Faktor predisposisi antara lain :

1. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik.

2. Koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan sampai 1 tahun.

3. Retardasi mental

4. Gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik lain yang mendasarinya.

5. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum, pada pasien gangguan mental dan psikosis (Yunizaf, 2007). Faktor predisposisi lain ialah adanya penyakit-penyakit esofagus yang menimbulkan gejala disfagia kronis, yaitu esofagitis refluks, striktur pasca esofagitis korosif, akhalasia, karsinoma esofagus atau lambung, cara mengunyah yang salah dengan gigi palsu yang kurang baik pemasangannya, mabuk (alkoholisme) dan intoksikasi (keracunan) (Yunizaf, 2007).

2.5. Patofisiologi

Untuk dapat menentukan prognosis dan pengobatan yang tepat dari kasus benda asing esofagus perlu diketahui terlebih dahulu dimana lokasi benda asing yang tertelan. Hal ini dapat dikategorikan berdasarkan anatomi esofagus dan lambung atau saluran pencernaan yang lebih rendah. Biasanya pada salah satu dari


(31)

3 daerah penyempitan fisiologis yaitu 1) sekitar 70% pada sfingter esofagus bagian atas atau sfingter faringoesofagus, 2) sekitar 15% terjadi di pertengahan esofagus, 3) Sekitar 15% di atas sfingter esofagus bagian bawah atau sfingter esofagogastrik (Liang, 2011).

Koin yang mencapai lambung sangat mungkin untuk masuk ke dalam usus kecil. Objek dengan diameter lebih besar dari 2 cm lebih kecil kemungkinannya untuk melewati pilorus, dan benda-benda lebih dari 6 cm dapat terperangkap baik di pilorus ataupun duodenum. Benda yang mencapai usus kecil terkadang terhambat oleh katup ileocecal (Munter, 2014).

Benda asing tertentu seperti baterai alkali mempunyai toksisitas intrinsik lokal dan sistemik dengan reaksi edema dan inflamasi lokal, terutama bila terjadi pada anak-anak. Batu baterai (disc battery) mengandung elektrolit, baik Natrium atau Kalium hidroksida dalam larutan kaustik pekat (concentrated caustic solution). Pada penelitian binatang in vitro dan in vivo, bila baterai berada dalam lingkungan yang lembab dan basah, maka pengeluaran elektrolit akan terjadi dengan cepat, sehingga terjadi kerusakan jaringan (tissue saponification) dengan ulserasi lokal, perforasi atau pembentukan striktur. Absorbsi bahan metal dalam darah menimbulkan toksisitas sistemik. Oleh karena itu benda asing batu baterai harus segera dikeluarkan (Yunizaf, 2007).

2.6. Gejala Klinis

Gejala sumbatan akibat benda asing esofagus tergantung pada ukuran, bentuk dan jenis benda asing, lokasi tersangkutnya benda asing, komplikasi yang timbul akibat benda asing tersebut dan lama benda asing tertelan (Yunizaf, 2007).

Gejala-gejala dikaitkan dengan tertelan benda asing terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama gejala-gejala awal, serangan hebat dari batuk atau muntah. Hal ini terjadi ketika benda asing pertama tertelan. Tahap kedua adalah interval tidak ada gejala. Benda asing telah tersangkut, serta gejala-gejala tidak lagi ditimbulkan. Dalam tahap ini dapat berlangsung untuk sesaat atau sementara. Selanjutnya, tahap ketiga terdiri dari gejala-gejala yang ditimbulkan oleh


(32)

komplikasi. Kemungkinan timbul rasa tidak nyaman, disfagia, sumbatan, atau perforasi esofagus dengan dihasilkan mediastinitis (Siegel, 2014).

Gejala disfagia bervariasi tergantung pada ukuran benda asing. Disfagia lebih berat bila telah terjadi edema mukosa yang memperberat sumbatan, sehingga timbul rasa sumbatan esofagus yang persisten. Gejala lain ialah odinofagia yaitu rasa nyeri ketika menelan makanan atau ludah, hipersalivasi, regurgitasi dan muntah. Kadang-kadang ludah berdarah. Nyeri di punggung menunjukkan tanda perforasi atau mediastinitis. Ganggung napas dengan gejala dispnoe, stridor dan sianosis terjadi akibat penekanan trakea oleh benda asing (Yunizaf, 2007).

2.7. Diagnosis

Diagnosis benda asing di esofagus ditegakkan berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dengan gejala dan tanda, pemeriksaan radiologik dan endoskopik. Tindakan endoskopi dilakukan untuk tujuan diagnostik dan terapi (Yunizaf, 2007).

A. Anamnesis

Bila pasien tampak mengeluh diduga kelainan esofagus, diikuti riwayat spesifik sebaiknya diperoleh dan digolongkan sebagai lokasi, awitan, durasi, frekuensi, berhubungan dengan makanan, dan faktor yang dapat meminimalkan atau meningkatkan gejala-gejala penyerta (Siegel, 2014).

1. Kesukaran dalam menelan (disfagia) makanan padat atau cairan 2. Sumbatan komplit (ketidakmampuan untuk menelan)

3. Rasa tidak nyaman dalam menelan (odinofagia) 4. Regurgitasi dari makanan yang belum dicerna 5. Hematemesis (muntah darah)

6. Sensasi benda asing

7. Sumbatan dalam tenggorokan 8. Rasa panas dalam perut 9. Penurunan berat badan 10. Suara serak


(33)

B. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, terdapat kekakuan lokal pada leher bila benda asing terjepit akibat edema yang timbul progresif. Bila benda asing tersebut ireguler menyebabkan perforasi akut, dan didapatkan tanda-tanda pneumo-mediastinum,emfisema leher dan pada auskultasi terdengar susara getaran di daerah prekordial atau di antara skapula. Bila terjadi mediastinitis, tanda efusi pleura unilateral atau bilateral dapat dideteksi. Perforasi langsung ke rongga pleura dan pneumotoraks jarang terjadi tetapi dapat timbul akibat komplikasi tindakan endoskopi. Pada anak-anak, gejala nyeri atau batuk dapat disebabkan oleh aspirasi dari air liur atau minuman dan pada pemeriksaan fisik didapatkan ronki, mengi, demam, abses leher atau tanda-tanda emfisema subkutan. Selain itu, bisa didapatkan tanda-tanda lanjut seperti berat badan menurun dan gangguan pertumbuhan. Benda asing yang berada di daerah servikal esofagus dan di bagian distal krikofaring, dapat menimbulkan gejala obstruksi saluran nafas dengan bunyi stridor, karena menekan dinding trakea bagian posterior, dan edema periesofagus. Gejala aspirasi rekuren akibat obstruksi esofagus sekunder dapat menimbulkan pneumonia, bronkiektasis dan abses paru (Yunizaf, 2007).

C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiografi pada esofagus adalah kemungkinan cara paling berguna untuk pemeriksaan organ ini. Persiapan radiogram dada dan film pengintai leher harus didahului fluoroskopi dengan barium atau menelan minyak yodida. Teknik videoradiografi juga dapat berguna jika tersedia. Lapisan barium esofagus dengan demikian seharusnya tidak dipakai sebagai zat kontras jika esofagoskopi direncanakan singkat setelah radiogram dilakukan. Uji diagnostik lain dapat dilakukan dalam kaitannya dengan radiografi, termasuk pengukuran tekanan intraluminal. Pada penyelidikan ini, tuba terisi air ditempatkan untuk mengukur perubahan tekanan dalam lumen esofagus selama proses penelanan. Gangguang fungsi motor dan efek terapi penekanan secara kuantitatif menggunakan teknik ini (Siegel, 2014).


(34)

Gambaran radiologik benda asing batu baterai menunjukkan pinggir bulat dengan gambaran densitas ganda, karena bentuk bilaminer. Foto polos sering tidak menunjukkan gambaran benda asing, seperti daging dan tulang ikan, sehingga memerlukan pemeriksaan esofagus dengan kontras (esofagogram). Esofagogram pada benda asing radiolusen akan memperlihatkan “filling defect persistent”. Xeroradiografi dapat menunjukkan gambaran penyangatan (enhancement) pada daerah pinggir benda asing. Computed tomography scan (CT Scan) esofagus dapat menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses. Magnetic resonance imaging (MRI) dapat menunjukkan gambaran semua keadaan patologik esofagus (Yunizaf, 2007).


(35)

Gambar 2.3. Koin berada pada tingkat lengkung aorta (Munter, 2014)


(36)

2.8. Penatalaksanaan

Benda asing di esofagus dikeluarkan dengan tindakan esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Bila benda asing telah berhasil dikeluarkan harus dilakukan esofagoskopi ulang untuk menilai adanya kelainan-kelainan esofagus yang telah ada sebelumnya. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asingnya. Benda asing uang logam di esofagus bukan keadaan gawat darurat, namun uang logam tersebut harus dikeluarkan sesegera mungkin dengan persiapan tindakan esofagoskopi yang optimal untuk mencegah komplikasi. Benda asing baterai bundar (disk/button battery) di esofagus merupakan benda yang harus segera dikeluarkan karena risiko perforasi esofagus yang terjadi dengan cepat dalam waktu ± 4 jam (Yunizaf, 2007).

Esofagoskopi merupakan kontraindikasi bila ada aneurisma aorta. Ada dua tipe dasar esofagoskop. Tipe satu adalah tuba logam kaku dengan suatu lumen berbentuk oval yang mengandung pembawa ringan serta saluran untuk aspirasi sekresi. Tipe kedua adalah esofagoskop fleksibel dengan ilumminasi seratoptik serta gambaran seratoptik. Adanya saluran kecil untuk aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi serta pengeluaran benda asing. Esofagoskopi dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau umum. Pilihan anestesi dan esofagoskop tergantung pada ahli endoskopi, usia, dan umumnya kesehatan pasien, serta penyakit dicurigai (Siegel, 2014).

2.9. Komplikasi

1. Benda asing di orofaring

 Laserasi mukosa orofaring

 Perforasi

 Abses retrofaring

 Infeksi atau abses jaringan lunak 2. Benda asing di esofagus


(37)

 Nekrosis esofagus

 Abses retrofaring

 Striktur esofagus

 Perforasi esofagus

 Mediastinitis

 Pneumotoraks

 Perikarditis

 Fistel trakeo-esofagus

3. Benda asing di lambung/usus kecil

 Terperangkapnya objek dalam divertikulum Meckel

 Perforasi yang menyebabkan peritonitis dan sepsis berat


(38)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Peristiwa tertelan dan tersangkutnya benda asing merupakan masalah utama pada anak usia 6 bulan sampai 6 tahun dan dapat terjadi pada semua umur pada tiap lokasi di esofagus, baik di tempat penyempitan fisiologis maupun patologis dan dapat pula menimbulkan komplikasi fatal akibat perforasi (Yunizaf, 2007). Penyebabnya adalah kebiasaan makan dan minum terburu-buru serta cara penyediaan makanan yang kurang tepat (Asroel, 2001).

Secara klinis masalah yang timbul akibat benda asing esofagus dapat dibagi dalam golongan anak dan dewasa. Faktor predisposisi pada anak antara lain belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada kelompok usia 6 bulan – 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan dan penyakit-penyakit neurologik yang mendasarinya. Pada orang dewasa tertelan benda asing sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita gangguan jiwa. Gejala yang timbul berupa rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), disfagia, muntah (Yunizaf, 2007).

Berbagai jenis benda asing yang ditemukan pada esofagus berupa gigi palsu, uang logam, jarum, tulang ikan, potongan biji durian, cincin, plastik, kacang-kacangan, mata kalung dan benda kecil lainnya (Nastia, 2012).

Tujuh puluh persen dari 2394 kasus benda asing esofagus ditemukan di daerah servikal, dibawah sfingter kriko faring, 12% didaerah hipofaring dan 7,7% didaerah esofagus torakal. Dilaporkan 48% kasus benda asing yang tersangkut di daerah esofagogaster menimbulkan nekrosis tekanan atau infeksi lokal (Yunizaf, 2007).


(39)

Terdapat varian rasio perbandingan pria dan wanita pada kasus benda asing esofagus. Dari Departemen THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2010 didapati kasus benda asing esofagus sejumlah 24 kasus dengan pria sebanyak 13 orang dan wanita sebanyak 11 orang (Nastia, 2012). Sedangkan dari Departemen/SMF THT-KL RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dari Januari 2010-Desember 2014 didapati kasus benda asing esofagus sejumlah 52 kasus. Didapati pria dengan 25 kasus dan wanita dengan 27 kasus (Marasabessy, 2015).

Berdasarkan Marasabessy (2015) berpendapat bahwa kejadian benda asing esofagus paling sering terjadi pada kelompok umur 0-10 tahun sebanyak 17 kasus. Kemudian golongan umur >51 tahun dengan 12 kasus, setelah itu golongan umur 41-50 tahun dengan 11 kasus, golongan umur 11-20 tahun dengan 6 kasus, golongan umur 21-30 tahun dengan 4 kasus, dan golongan umur 31-40 tahun dengan 2 kasus (Marasabessy, 2015).

Di RSUP Dr. Kariadi Semarang dari 1994-1998 mendapatkan 121 kasus benda asing esofagus dengan 52 kasus dijumpai pada anak berumur dibawah 5 tahun dan 29 kasus pada anak berumur 6-14 tahun. Dari 81 kasus tersebut, benda asing terbanyak berupa uang logam sebanyak 78 kasus (Pramono, 2001).

Berdasarkan uraian diatas dan mengingat belum adanya data penelitian tentang gambaran kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik tahun 2012-2014, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014.

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah gambaran kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014?”


(40)

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014.

1.3.2. Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui jumlah kasus benda asing esofagus.

2. Untuk mengetahui data demografi, yaitu gambaran umur dan jenis kelamin penderita yang mengalami kejadian benda asing esofagus. 3. Untuk mengetahui jenis benda asing di esofagus.

4. Untuk mengetahui lokasi benda asing di esofagus

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kasus benda asing esofagus

2. Sebagai tambahan informasi untuk dokter melakukan penatalaksanaan benda asing esofagus

3. Hasil penelitian ini sebagai bahan untuk pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan dan memberikan data untuk mendukung penelitian-penelitian selanjutnya.


(41)

ABSTRAK

Latar Belakang: Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014 dan untuk mengetahui jenis kelamin, golongan umur, jenis benda asing, dan lokasi benda asing yang terbanyak dalam kasus benda asing esofagus.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data rekam medis pasien. Sampel penelitian adalah semua penderita yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan dengan diagnosa benda asing esofagus, pada tahun 2012-2014.

Hasil: Dari penelitian yang didapatkan sebanyak 46 pasien dengan diagnosa benda asing esofagus dari tahun 2012-2014. Anak-anak dengan umur 0-14 tahun adalah yang paling banyak menjadi pasien kasus benda asing esofagus sebanyak 26 kasus (56,5%). Jenis kelamin laki-laki adalah yang paling sering sebanyak 28 kasus (60,9%). Benda asing tersering yang menjadi penyebab benda asing esofagus adalah koin dengan 24 kasus (52,2%) dan gigi palsu menjadi benda asing tersering kedua dengan 18 kasus (39,1%). Dari 46 kasus, benda asing umumnya berada setentang servikal pada esofagus dengan 35 kasus (76,1%).

Kesimpulan: Dari penelitian yang didapatkan jumlah kasus benda asing esofagus sebanyak 46 kasus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014.


(42)

ABSTRACT

Introduction: Esophageal foreign body is sharp or blunt objects or food stuck and wedged in the esophagus for swallowing, either intentionally or unintentionally. The purpose of this study was to determine the number of cases of esophageal foreign bodies in the Adam Malik Hospital in 2012-2014 and to determine the sex, age group, type of foreign body, and the location of most foreign objects in cases of esophageal foreign bodies.

Methods: This research used descriptive method using data from medical records of patients. The samples were all patients who came to the Adam Malik Hospital with the diagnosis of esophageal foreign body, in the year 2012-2014.

Result: In this study the authors found 46 patients with a diagnosis of esophageal foreign bodies from the year 2012-2014. Children aged 0-14 years were the most patients with esophageal foreign body cases with 26 cases (56.5%). Male were the most frequent with 28 cases (60.9%). The most common foreign bodies that cause esophageal foreign bodies are coins with 24 cases (46.8%) and dentures become the second most common foreign bodies in 18 cases (39.1%). Out of the 46 cases, foreign objects usually at the cervical level of the esophagus with 35 cases (76.1%).

Conclusions: In this study the authors found the number of cases of esophageal foreign bodies were 46 cases in the Adam Malik Hospital in 2012-2014.


(43)

GAMBARAN KASUS BENDA ASING ESOFAGUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2014

Oleh :

Tengku Mafazi Faruqi 120100298

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(44)

GAMBARAN KASUS BENDA ASING ESOFAGUS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012-2014

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

Tengku Mafazi Faruqi 120100298

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2015


(45)

(46)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Gambaran Kasus Benda Asing Esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2014

Nama : Tengku Mafazi Faruqi NIM : 120100298

Pembimbing

(Prof. Dr. dr. Abdul Rachman Saragih, Ph.D., Sp.THT-KL(K), FICS) NIP. 19471130 198003 1 002

Penguji I

(dr. Ariyati Yosi, Sp.KK) NIP. 19740906 200801 2 015

Penguji II

(dr. Badai Buana Nasution, M.Ked(Ped), Sp.A) NIP. 19810422 200812 1 003

Medan, Desember 2015 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP. 19540220 198011 1 001


(47)

ABSTRAK

Latar Belakang: Benda asing esofagus adalah benda yang tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kasus benda asing esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014 dan untuk mengetahui jenis kelamin, golongan umur, jenis benda asing, dan lokasi benda asing yang terbanyak dalam kasus benda asing esofagus.

Metode: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan menggunakan data rekam medis pasien. Sampel penelitian adalah semua penderita yang datang ke RSUP H. Adam Malik Medan dengan diagnosa benda asing esofagus, pada tahun 2012-2014.

Hasil: Dari penelitian yang didapatkan sebanyak 46 pasien dengan diagnosa benda asing esofagus dari tahun 2012-2014. Anak-anak dengan umur 0-14 tahun adalah yang paling banyak menjadi pasien kasus benda asing esofagus sebanyak 26 kasus (56,5%). Jenis kelamin laki-laki adalah yang paling sering sebanyak 28 kasus (60,9%). Benda asing tersering yang menjadi penyebab benda asing esofagus adalah koin dengan 24 kasus (52,2%) dan gigi palsu menjadi benda asing tersering kedua dengan 18 kasus (39,1%). Dari 46 kasus, benda asing umumnya berada setentang servikal pada esofagus dengan 35 kasus (76,1%).

Kesimpulan: Dari penelitian yang didapatkan jumlah kasus benda asing esofagus sebanyak 46 kasus di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014.


(48)

ABSTRACT

Introduction: Esophageal foreign body is sharp or blunt objects or food stuck and wedged in the esophagus for swallowing, either intentionally or unintentionally. The purpose of this study was to determine the number of cases of esophageal foreign bodies in the Adam Malik Hospital in 2012-2014 and to determine the sex, age group, type of foreign body, and the location of most foreign objects in cases of esophageal foreign bodies.

Methods: This research used descriptive method using data from medical records of patients. The samples were all patients who came to the Adam Malik Hospital with the diagnosis of esophageal foreign body, in the year 2012-2014.

Result: In this study the authors found 46 patients with a diagnosis of esophageal foreign bodies from the year 2012-2014. Children aged 0-14 years were the most patients with esophageal foreign body cases with 26 cases (56.5%). Male were the most frequent with 28 cases (60.9%). The most common foreign bodies that cause esophageal foreign bodies are coins with 24 cases (46.8%) and dentures become the second most common foreign bodies in 18 cases (39.1%). Out of the 46 cases, foreign objects usually at the cervical level of the esophagus with 35 cases (76.1%).

Conclusions: In this study the authors found the number of cases of esophageal foreign bodies were 46 cases in the Adam Malik Hospital in 2012-2014.


(49)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Kasus Benda Asing Esofagus di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012-2014” berhasil diselesaikan. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW, satu-satunya teladan hingga akhir zaman.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua serta keluarga yang selalu mendoakan serta memberikan nasihat dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan pendidikan dan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selain itu, penelitian ini dapat diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya:

1. Prof. Dr. dr. Abdul Rachman Saragih, Ph.D., Sp.THT-KL(K), FICS selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan.

2. Dokter Ariyati Yosi, Sp.KK dan dr. Badai Buana Nasution, M.Ked(Ped), Sp.A selaku Dosen Penguji I dan II yang telah memberikan banyak kritik dan saran yang membangun terhadap penelitian ini.

3. Dokter Evita Mayasari, M.Kes. selaku Dosen Penasehat Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan akademik selama proses perkuliahan.

4. Seluruh dosen pengajar Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan ilmu selama proses perkuliahan dan seluruh pegawai FK USU yang telah membantu agar Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

5. Luthfi Wal Ikram, Rezky Prianka Bagaskara, Arif Darmawan, Rian Satria, Rama Dhanianda Siregar, Syekh Ahmad Arafat Husain, M. Arief Fadhillah Aulia, Yovi Eko Azhra, Umar Ar Rasyidin Lubis, Farid Maulana Nasution, Rauzatul Fitri, Febrina Setiawan, M. Yusuf Adira Putra, Baginda Asyraf Hasibuan, Rizqy Joeandri, Febrina Fajria, Milla Shera Perangin-angin, Abraham Sihotang, Hansel Ardy Parulian Tambunan, Andrea Agitha Tarigan, M. Ikhsan Fadillah, M. Reza Hakim Nasution, M. Nasir Nasution, Kiko Michael Valentino Sihombing, Sergio Pratama Tarigan, Dimas Sofani Lubis, teman-teman Mafia Medis. Terima kasih atas dukungan dan dorongan yang sangat berharga untuk penulis. Walking with a friend in the dark is truly better than walking alone in the place full of light.


(50)

6. Seluruh teman-teman CEMAS best in town, Ahmady Haryanto Sitompul, Anif Fauzi Harahap, Budi Pratama, Fadhil Herfiansyah, Louis Siagian, Luthfi Wal Ikram, Naringgo Yudo Pratomo, OK Faisal Harlan, Prana Prahara Rajagukguk, Tengku Faozan Boorcansyah, Vido Hawari. Terima kasih untuk semangat, do’a dan bantuan baik secara moril maupun materil demi lancarnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

7. Teman-teman sejawat Fakultas Kedokteran USUangkatan 2012 yang selama ini telah bersama berbagi ilmu, memberikan semangat dan bantuan tenaga terutama dalam proses penyiapan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Semua pihak yang telah memberikan bantuan secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari penelitian dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan seperti yang diharapkan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.

Medan, Desember 2015 Penulis


(51)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Anatomi dan Fisiologi Esofagus ... 4

2.2. Definisi ... 7

2.3. Epidemiologi ... 7

2.4. Etiologi dan Faktor Predisposisi ... 8

2.5. Patofisiologi ... 8

2.6. Gejala Klinis ... 9

2.7. Diagnosis ... 10

A. Anamnesis ... 10

B. Pemeriksaan Fisik ... 11

C. Pemeriksaan Penunjang ... 11

2.8. Penatalaksanaan ... 14

2.9. Komplikasi ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 16

3.1. Kerangka Konsep ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.3. Cara Ukur ... 17

3.4. Alat Ukur ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian... 18


(52)

4.2.1.Waktu Penelitian ... 18

4.2.2.Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2.Sampel ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 19

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 20

5.3. Pembahasan... 23

5.3.1.Karakteristik Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin .... 23

5.3.2.Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur ... 23

5.3.3.Karakteristik Penderita Berdasarkan Lokasi Benda Asing 24 5.3.4.Karakteristik Penderita Berdasarkan Jenis Benda Asing 24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27


(53)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.2.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Umur 21 5.2.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis

Kelamin

21

5.2.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Lokasi Benda Asing

22

5.2.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Benda Asing


(54)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Gross Anatomy Esophagus ... 5

Gambar 2.2. Sebuah koin berada pada tingkat otot krikofaringeus ... 12

Gambar 2.3. Koin berada pada tingkat lengkung aorta ... 13

Gambar 2.4. Koin berada pada tingkat sfingter esofagus bawah ... 13


(55)

DAFTAR SINGKATAN

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

CT Computed Tomography Scan

MRI Magnetic Resonance Imaging


(56)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 32

Lampiran 2 Data Penelitian ... 33

Lampiran 3 Surat Health Research Ethical Committee ... 37

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Fakultas Kedokteran USU ... 38

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan ... 39 Lampiran 6 Surat Izin Survei Awal Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan 40


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR SINGKATAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Anatomi dan Fisiologi Esofagus ... 4

2.2. Definisi ... 7

2.3. Epidemiologi ... 7

2.4. Etiologi dan Faktor Predisposisi ... 8

2.5. Patofisiologi ... 8

2.6. Gejala Klinis ... 9

2.7. Diagnosis ... 10

A. Anamnesis ... 10

B. Pemeriksaan Fisik ... 11

C. Pemeriksaan Penunjang ... 11

2.8. Penatalaksanaan ... 14

2.9. Komplikasi ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL... 16

3.1. Kerangka Konsep ... 16

3.2. Definisi Operasional ... 16

3.3. Cara Ukur ... 17

3.4. Alat Ukur ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 18

4.1. Jenis Penelitian... 18

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 18


(2)

4.2.1.Waktu Penelitian ... 18

4.2.2.Tempat Penelitian ... 18

4.3. Populasi dan Sampel ... 18

4.3.1. Populasi ... 18

4.3.2.Sampel ... 18

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Pengolahan dan Analisa Data ... 19

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

5.1. Hasil Penelitian ... 20

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 20

5.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 20

5.3. Pembahasan... 23

5.3.1.Karakteristik Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin .... 23

5.3.2.Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur ... 23

5.3.3.Karakteristik Penderita Berdasarkan Lokasi Benda Asing 24 5.3.4.Karakteristik Penderita Berdasarkan Jenis Benda Asing 24 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 25

6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

5.2.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Umur 21 5.2.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis

Kelamin

21

5.2.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Lokasi Benda Asing

22

5.2.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis Benda Asing

22


(4)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Gross Anatomy Esophagus ... 5

Gambar 2.2. Sebuah koin berada pada tingkat otot krikofaringeus ... 12

Gambar 2.3. Koin berada pada tingkat lengkung aorta ... 13

Gambar 2.4. Koin berada pada tingkat sfingter esofagus bawah ... 13

Gambar 3.1. Skema kerangka konsep penelitian ... 16


(5)

DAFTAR SINGKATAN

RSUP Rumah Sakit Umum Pusat

CT Computed Tomography Scan

MRI Magnetic Resonance Imaging

IGD Instalasi Gawat Darurat


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 32

Lampiran 2 Data Penelitian ... 33

Lampiran 3 Surat Health Research Ethical Committee ... 37

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Fakultas Kedokteran USU ... 38

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan ... 39 Lampiran 6 Surat Izin Survei Awal Penelitian RSUP H. Adam Malik Medan 40