Profil Penderita Benda Asing pada Esofagus dan Traktus Trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Viany Rehansyah Putri

Tempat/ Tanggal lahir : Medan / 18 Oktober 1995

Agama : Islam

Alamat : Jl. Prof H.M. Yamin No 229, Medan

Riwayat Pendidikan : 1. TK Bhayangkari 1998

2. SDI Al-Falah Jambi 2000

3. SMPN 49 Jakarta 2006

4. SMAN 1 Cilegon 2008

Riwayat Pelatihan : 1. National Symposium & Workshop PEMA FK USU “The Essentials of Major Cardiovascular Diseases


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

LAMPIRAN 6

N o

Nam a

Usia J K

Lokasi BA

Jenis BA Gejala Klinis Komplikasi Prognosi s

1

MS 40 L Esofagu s Gigi palsu Sulit menelan Sakit di tenggorokk an Laserasi esofagus Disertai komplika si 2

RS 31 L Esofagu s Gigi palsu Sakit di tenggorokk an Muntah Batuk Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 3

AS 28 L Esofagu s Gigi palsu Sakit di tenggorokk an Sulit menelan

Leukositosis Disertai komplika si

4

SW 4 L Esofagu s (1/3 anterior esofagu s) Uang logam Sakit di tenggorokk an

Leukositosis Disertai komplika si

5

FS 8 L Esofagu s (C6-C7) Uang logam Sakit di tenggorokk an Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 6

T 8 P Bronkus

(C5-C6) Teromp et mainan Sesak Batuk Nafas seperti bunyi terompet

Leukositosis Disertai komplika si

7

KS 8 L Trakea (C4-C7) Jarum pentul Sulit menelan Sakit di tenggorokk an Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 8

CW 34 L Esofagu s (C7) Gigi palsu Sulit menelan Sakit di tenggorokk an Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 9

KA 7 L Esofagu s (C7) Gigi palsu Sakit di tenggorokk an Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika


(7)

Sesak Sulit menelan

si

10

A 31 L Esofagu s (T1-T2) Gigi palsu Sakit di tenggorokk an Sulit menelan Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 11

SAT 9 L Esofagu s (C5-C7) Uang logam Sulit menelan Muntah Tersedak Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 12

PI 17 P Esofagu s (C4-7) Jarum pentul Tersedak Muntah Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 13

KS 1 P Bronkus Kertas Suara serak Batuk

Dipsnoe Disertai komplika si

14

MA 4 L Esofagu s Uang logam Batuk Hipersalivas i Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 15

TA 7 L Esofagu s (T2-T4) Uang logam Rasa mengganjal Sakit di tenggorokk an Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 16

KAD 2 P Esofagu s (C4-C6) Uang logam Tanpa gejala klinis Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si 17

AF 8 L Esofagu s (C6-C7) Uang logam Batuk Sakit di tenggorokk an Faring hiperemis Disertai komplika si 18

FA 1 L Esofagu s (T4) Per remote TV Batuk Tersedak Muntah Terbentuk jaringan granulasi Disertai komplika si 19

Z 7 P Esofagu

s Uang logam Sulit menelan Muntah Tidak ada komplikasi Sehat tanpa komplika si

P 5 P Esofagu

s Uang logam Muntah Batuk Sesak Tidak tertulis dalam RM Tidak tertulis dalam


(8)

menelan Sakit di tenggorokk an

21

MT 50 L Esofagu s (C7) Tulang ayam Sulit menelan Batuk

Leukositosis Disertai komplika si

22

NA 1 P Esofagu s (C7)

Anting Batuk Tersedak Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 23

B 5 P Esofagu

s Uang logam Tanpa gejala klinis Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 24

AH 42 L Esofagu s Gigi palsu Sulit menelan Sakit di tenggorokk an Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 25

MU 16 P Esofagu s (C5-C6) Jarum pentul Rasa mengganjal Tidak tertulis dalam RM Tidak tertulis dalam RM 26

F 35 P Esofagu s Gigi palsu Sakit di tenggorokk an Sulit menelan Pendarahan esofagus Disertai komplika si 27

AR 6 L Esofagu s (C3-C4) Duri ikan Rasa mengganjal Batuk Sakit di tenggorokk an Terdapat pus Disertai komplika si 28

IF 70 L Esofagu s (C4)

Uang logam

Muntah Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 29

AB 49 P Esofagu s (T1-T2) Gigi palsu Rasa mengganjal Sulit menelan Batuk Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 30

KG 10 L Esofagu s (C7-T1) Uang logam Sulit menelan Edema esofagus Disertai komplika si


(9)

31

AS 53 P Esofagu s Gigi palsu Rasa mengganjal Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 32

R 1 L Esofagu

s (C6)

Uang logam

Muntah Bronkospas me

Disertai komplika si

33

ZF 3 L Esofagu s Uang logam Muntah Sakit di tenggorokk an Tidak terdapat komplikasi Disertai komplika si 34

AK 29 L Esofagu s (C6-C7) Gigi palsu Sulit menelan Hipersalivas i Tidak terdapat komplikasi Disertai komplika si 35

APC 8 P Bronkus (C4-C6)

Bros Sakit di tenggorokk an Batuk Tersedak Tidak terdapat komplikasi Disertai komplika si 36

SR 4 P Esofagu s (C5-C6) Uang logam Tersedak Muntah Sulit menelan Batuk

Leukositosis Disertai komplika si

37

DYG 21 P Esofagu s Duri ikan Sakit di tenggorokk an Rasa mengganjal Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 38

SA 2 L Bronkus dekstra (T5-T6)

Baut Batuk Sakit di tenggorokk an Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 39

G 42 L Esofagu s (T1) Gigi palsu Sulit menelan Rasa mengganjal Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 40

AS 2 P Bronkus kiri (T4) Serbuk kulit kayu manis Batuk Sesak

Dipsnoe Disertai komplika si SA 37 P Esofagu

s Gigi palsu Sulit menelan Hipersalivas i Laserasi esofagus Disertai komplika si


(10)

tenggorokk an

42

I 41 P Esofagu s Gigi palsu Sulit menelan Edema esofagus Disertai komplika si 43

AL 43 L Esofagu s C5-C6 Gigi palsu Sulit menelan Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 44

CSM 6 P Bronkus kanan Teromp et mainan Rasa mengganjal Nafas seperti bunyi terompet Bronkus hiperemis Disertai komplika si 45

FAS 4 P Bronkus kiri C5-C6 Bola kecil mainan Sesak nafas Batuk Tidak tertulis dalam RM Tidak tertulis dalam RM 46

CAP 9 L Esofagu s C6-T1 Uang ogam Sulit menelan Sakit di tenggorokk an Sesak Rasa mengganjal

Leukositosis Disertai komplika si

47

NAS 0 (10bula n)

P Esofagu s C4-C6 SIM Card Tersedak Muntah Faring hiperemis Disertai komplika si 48

MF 10 L Bronkus kanan

Teromp et mainan

Batuk Leukositosis Disertai komplika si

49

F 7 L Esofagu

s C8 Uang logam Sakit di tenggorokk an Sulit menelan Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 50

FS 0 (8bulan)

P Esofagu s C7-T1

Cincin Tanpa gejala klinis Laserasi esofagus Disertai komplika si 51

LG 45 P Esofagu s C5 – T1 Gigi palsu Rasa mengganjal Sakit di tenggorokk an Laserasi esofagus Disertai komplika si


(11)

s C6-T1 logam Sulit menelan

hiperemis komplika si

53

RS 0 (7bulan)

L Bronkus kiri Bola kecil mainan Sesak Sulit menelan Rasa mengganjal Sakit di tenggorokk an Tidak disertai komplikasi Sehat tanpa komplika si 54

DFT 0 (5bulan)

L Esofagu s T1-2

Cincin Ronkhi Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 55

FK 8 L Esofagu s C6-C7 Uang logam Sulit menelan Sakit di tenggorokk an muntah Tidak terdapat komplikasi Sehat tanpa komplika si 56

MF 4 L Esofagu s C5-C6 Uang logam Sulit menelan Sakit di tenggorokk an muntah

Leukositosis Disertai komplika si

57

PH 48 L Esofagu s C6-C7 Gigi palsu Sulit menelan Rasa mengganjal Sakit di tenggorokk an

Leukositosis Disertai komplika si

58

GS 70 L Esofagu s Tulang biawak Sulit menelan Rasa mengganjal Sakit di tenggorokk an Edema esofagus Disertai komplika si


(12)

LAMPIRAN 7

Usia Penderita Benda Asing Berdasarkan Kelompok * Lokasi Benda Asing Crosstabulation

Lokasi Benda Asing

T Esofagus Trakea Bronkus Usia Penderita Benda Asing

Berdasarkan Kelompok

Balita Count 15 0 5

% within Lokasi Benda Asing 31.3% .0% 55.6%

Kanak-kanak Count 12 1 4

% within Lokasi Benda Asing 25.0% 100.0% 44.4%

Remaja Count 3 0 0

% within Lokasi Benda Asing 6.2% .0% .0%

Dewasa Count 13 0 0

% within Lokasi Benda Asing 27.1% .0% .0%

Lansia Count 4 0 0

% within Lokasi Benda Asing 8.3% .0% .0%

Manula Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Total Count 48 1 9

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis Kelamin Penderita Benda Asing * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Tot Esofagus Trakea Bronkus

Jenis Kelamin Penderita Benda Asing

Laki-laki Count 31 1 3

% within Lokasi Benda Asing 64.6% 100.0% 33.3%

Perempuan Count 17 0 6

% within Lokasi Benda Asing 35.4% .0% 66.7%

Total Count 48 1 9


(13)

Lokasi Benda Asing

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Esofagus 48 82.8 82.8 82.8

Trakea 1 1.7 1.7 84.5

Bronkus 9 15.5 15.5 100.0

Total 58 100.0 100.0

Jenis Benda Asing Kelompok * Lokasi Benda Asing Crosstabulation

Lokasi Benda Asing Esofagus Trakea Bronkus

Jenis Benda Asing Kelompok Benda Organik Count 4 0 1

% within Lokasi Benda Asing 8.3% .0% 11.1%

Benda Anorganik Count 44 1 8

% within Lokasi Benda Asing 91.7% 100.0% 88.9%

Total Count 48 1 9

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0%

Jenis Benda Asing * Lokasi Benda Asing Crosstabulation

Lokasi Benda Asing Esofagus Trakea Bronkus

Jenis Benda Asing Gigi Palsu Count 16 0 0

% within Lokasi Benda Asing 33.3% .0% .0%

Uang Logam Count 21 0 0

% within Lokasi Benda Asing 43.8% .0% .0%

Jarum Pentul Count 2 1 0

% within Lokasi Benda Asing 4.2% 100.0% .0%

Kertas Count 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 11.1%


(14)

Per Remote TV Count 1 0 0 % within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Tulang Ayam Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Duri Ikan Count 2 0 0

% within Lokasi Benda Asing 4.2% .0% .0%

Tulang Biawak Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Anting Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Bros Count 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 11.1%

Baut Count 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 11.1%

Serbuk Kulit Kayu Manis Count 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 11.1%

Bola Kecil Mainan Count 0 0 2

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 22.2%

SIM Card Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Cincin Count 2 0 0

% within Lokasi Benda Asing 4.2% .0% .0%

Total Count 48 1 9

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Sulit Menelan * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Sulit Menelan Positif Count 26 1 1 28


(15)

Negatif Count 22 0 8 30 % within Lokasi Benda Asing 45.8% .0% 88.9% 51.7%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Sakit di Tenggorokkan * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Sakit di Tenggorokkan

Positif Count 24 1 3 28

% within Lokasi Benda Asing 50.0% 100.0% 33.3% 48.3%

Negatif Count 24 0 6 30

% within Lokasi Benda Asing 50.0% .0% 66.7% 51.7%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Batuk * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Batuk Positif Count 10 0 7 17

% within Lokasi Benda Asing 20.8% .0% 77.8% 29.3% Gejala Klinis Tersedak * Lokasi Benda Asing Crosstabulation

Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Tersedak Positif Count 6 0 1 7

% within Lokasi Benda Asing 12.5% .0% 11.1% 12.1%

Negatif Count 42 1 8 51

% within Lokasi Benda Asing 87.5% 100.0% 88.9% 87.9%

Total Count 48 1 9 58


(16)

Negatif Count 38 1 2 41 % within Lokasi Benda Asing 79.2% 100.0% 22.2% 70.7%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Rasa Mengganjal * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Rasa Mengganjal

Positif Count 11 0 2 13

% within Lokasi Benda Asing 22.9% .0% 22.2% 22.4%

Negatif Count 37 1 7 45

% within Lokasi Benda Asing 77.1% 100.0% 77.8% 77.6%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Muntah * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Muntah Positif Count 14 0 0 14

% within Lokasi Benda Asing 29.2% .0% .0% 24.1%

Negatif Count 34 1 9 44

% within Lokasi Benda Asing 70.8% 100.0% 100.0% 75.9%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Suara Serak * Lokasi Benda Asing Crosstabulation


(17)

Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Suara Serak Positif Count 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 11.1% 1.7%

Negatif Count 48 1 8 57

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 88.9% 98.3%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Hipersalivasi * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Hipersalivasi Positif Count 3 0 0

% within Lokasi Benda Asing 6.3% .0% .0% 5.2%

Negatif Count 45 1 9 55

% within Lokasi Benda Asing 93.7% 100.0% 100.0% 94.8%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Sesak * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Sesak Positif Count 3 0 4 7

% within Lokasi Benda Asing 6.3% .0% 44.4% 12.1%

Negatif Count 45 1 5 51

% within Lokasi Benda Asing 93.7% 100.0% 55.6% 87.9%


(18)

Gejala Klinis Bunyi Nafas seperti Terompet * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Bunyi Nafas seperti Terompet

Positif Count 0 0 2

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 22.2% 3.4%

Negatif Count 48 1 7 56

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 77.8% 96.6%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Gejala Klinis Ronkhi * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Gejala Klinis Ronkhi Positif Count 1 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0% 1.7%

Negatif Count 47 1 9 57

% within Lokasi Benda Asing 97.9% 100.0% 100.0% 98.3%

Total Count 48 1 9 58

% within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Tanpa Gejala Klinis * Lokasi Benda Asing Crosstabulation Lokasi Benda Asing

Total Esofagus Trakea Bronkus

Tanpa Gejala Klinis Positif Count 3 0 0 3

% within Lokasi Benda Asing 6.3% .0% .0% 5.2%

Negatif Count 45 1 9 55


(19)

Total Count 48 1 9 58 % within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0% 100.0%

Komplikasi Benda Asing * Lokasi Benda Asing Crosstabulation

Lokasi Benda Asing Esofagus Trakea Bronkus

Komplikasi Benda Asing Laserasi Esofagus Count 4 0 0

% within Lokasi Benda Asing 8.3% .0% .0%

Jaringan Granulasi Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Edema Esofagus Count 3 0 0

% within Lokasi Benda Asing 6.3% .0% .0%

Pendarahan Esofagus Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Faring Hiperemis Count 3 0 0

% within Lokasi Benda Asing 6.3% .0% .0%

Bronkus Hiperemis Count 0 0 1

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 11.1%

Terdapat Pus Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Leukositosis Count 7 0 2

% within Lokasi Benda Asing 14.6% .0% 22.2%

Dipsnoe Count 0 0 2

% within Lokasi Benda Asing .0% .0% 22.2%

Bronkospasme Count 1 0 0

% within Lokasi Benda Asing 2.1% .0% .0%

Tidak Terdapat Komplikasi Count 24 1 3

% within Lokasi Benda Asing 50.0% 100.0% 33.3%


(20)

Total Count 48 1 9 % within Lokasi Benda Asing 100.0% 100.0% 100.0%

Prognosis Penderita Benda Asing * Lokasi Benda Asing Crosstabulation

Lokasi Benda Asing Esofagus Trakea Bronkus Prognosis Penderita Benda

Asing

Sehat Tanpa Komplikasi Count 24 1 3

% within Lokasi Benda Asing 50.0% 100.0% 33.3%

Disertai Komplikasi Count 21 0 5

% within Lokasi Benda Asing 43.8% .0% 55.6%

Tidak Tertulis dalam RM Count 3 0 1

% within Lokasi Benda Asing 6.3% .0% 11.1%

Total Count 48 1 9


(21)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurehim, Y., Yasin, Y., Yaming, Q., and Hua, Z. (2014) ‘Value and Efficacy of Foley Catheter Removal of Blunt Pediatric Esophageal Foreign Bodies’, ISRN Otolaryngology, 2014, pp. 1-4.

Ambe, P., Weber, S.A., Schauer, M., and Knoefel, W.T. (2012) ‘Swallowed Foreign Bodies in Adults’, Deutsches Arzteblatt International, 109(50), pp. 869-875.

ASGE Standards of Practice Committee (2011) ‘Management of Ingested Foreign Bodies and Food Impaction’, Gastrointestinal Endoscopy, 73(6), pp. 1085-1091.

Cakir, E., Torun, E., Uyan, Z. S., Akca, O., and Soysal, O. (2012) ‘An Unusual Case of Foreign Body Aspiration Mimicking Cavity Tuberculosis in Adolescent Patient: Thread Aspiration’, Italian Journal of Pediatrics, 38(17), pp. 1-3.

Chinski, A., Foltran, F., Gregori, D., Ballali, S., Passali, D., and Bellusi, L. (2010) ‘Foreign Bodies in the Oesophagus: The Experience of the Buenos Aires Paediatric ORL Clinic’, International Journal of Pediatrics, 2010, pp. 1-6. Ekim, H. (2010) ‘Management of Esophageal Foreign Bodies: A Report on 26

patients and literature review’, Eastern Journal of Medicine, 15, pp. 21-25. Erbil, B., Karaca, M.A., Aslaner, M.A., Ibrahimov, Z., Kunt, M.M., Akpinar, E.,

and Ozmen, M.M. (2013) ‘Emergency Admission Due to Swallowed Foreign Bodies in Adults’, World Journal Gastroenterology, 19(38), pp. 6447 – 6452.

Ellis, H. (2006) ‘Part One: The Thorax’. In: Clinical Anatomy. Australia: Blackwell, pp. 20-45.

Eroglu, A., Kurkcuoglu, I.C., Karaoglanoglu, N., Yekeler, E., Aslan, S., and Basoglu, A. (2003) ‘Tracheobronchial Foreign Bodies: A 10 Year Experience’, Turkish Journal of Trauma and Emergency Surgery, 9(4), pp. 262-266.


(22)

Fadhlia (2011) Profil Penderita Aspirasi Benda Asing di Traktus Trakheobronkial di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2006 – 2010.

Available at:

[Accessed 27 March 2014].

Fitri, F., Novialdi, and Triola, S. (2012) Penatalaksanaan Benda Asing Gigi

Palsu di Esofagus. Available at:

March 2014].

Fitri, F., Novialdi, and Roza, Y. (2012) Keterlambatan Tindakan Bronkoskopi pada Suspek Benda Asing di Bronkus. Available at:

http://tht.fk.unand.ac.id/makalah/135-keterlambatan-tindakan-bronkoskopi-pada-suspek-benda-asing-di-bronkus.html

Kam, J.C., Doraiswamy, V., Dieguez, J.F., Dabu, J., Cholankeril, M., Govind, M., Miller, R., and Adelman, M. (2013) ‘Foreign Body Aspiration Presenting with Asthma-Like Symptoms’, Case Reports in Medicine, 2013, pp. 1 – 4.

[Accessed 27 March 2014].

Korlacki, W., Korecka, K., and Dzielicki, J. (2011) ‘Foreign Body Aspiration in Children: Diagnostic and Therapeutic Role of Bronchoscopy’, Pediatr Surg Int, 27, pp. 833-837.

Novialdi and Rahman, S. (2012) Benda Asing Batu Kerikil di Bronkus. Available

at:

Orji, F.T. and Akpeh, J.O. (2010) ‘Tracheobronchial Foreign Body Aspiration in Children: How Reliable are Clinical and Radiological Signs in The Diagnosis?’, Clinical Otolaryngology, 35, pp. 479 – 485.

Petrovic, S., Cegar, S., Lovrenski, J., Barisic, N., and Till, V. (2012) ‘Foreign Body Aspiration in Children – a Diagnostic Challenge’, Balkan Med J, 29, pp. 96 – 98.


(23)

Rathore, P. K., Raj, A., Sayal, A., Meher, R., Gupta, B., and Girhotra, M. (2009) ‘Prolonged Foreign Body Impaction in Oesophagus’, Singapore Med J, 50(2), pp. 53.

Rodrigues, A.J., Oliveira, E.Q., Scordamaglio, P.R., Gregorio, M.G., Jacomelli, M., and Figueiredo, V.R. (2012) ‘Flexible bronchoscopy as the first-choice method of removing foreign bodies from the airways of adults’, J Bras Pneumology, 38(3), pp. 315-320.

Rybojad, B., Niedzielska, G., Niedzielski, A., Rudnicka-Drozak, E., and Rybojad, P. (2012) ‘Esophageal Foreign Bodies in Pediatrics Patients: A Thirteen-Year Retrospective Study’, The Scientific World Journal, 2012, pp. 1-6. Sahadan, D.Z., Zainudin, N.M., Kassim, A., Zahari, Z., Mahadzir, M., Daud,

C.Z.C., and Mohammad, N. (2011) ‘Case Series of Foreign Body Aspiration in Paediatric Institute, Hospital Kuala Lumpur’, Med J Malaysia, 66(5), pp. 484 – 486.

Saki, N., Nikakhlagh, S., Rahim, F., and Abshirini, H. (2009) ‘Foreign Body Aspiration in Infacy: 20-year experience’, International Journal of Medical Sciences, 6(6), pp. 322 – 328.

Ṣentṻrk, E. and Ṣen, S. (2011) ‘An Unusual Case of Foreign Body Aspiration and Review of the Literature’, Tṻberkṻloz ve Toraks Dergisi, 59(2), pp. 173 – 177.

Shlizerman, L., Mazzawi, S., Rakover, Y., and Ashkenazi, D. (2010) ‘Foreign Body Aspiration in Children: The Effects of Delayed Diagnosis’, American Journal of Otolaryngology – Head and Neck Medicine and Surgery, 31, pp. 320 – 324.

Siegel, L. G. (2012) ‘Penyakit Jalan Napas Bagian Bawah, Esofagus dan Mediastinum: Pertimbangan Endoskopik’ In: Effendi, H. and Santoso, R. A. K. eds. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC, pp. 458 – 469. Sloane, E. (2004) ‘Sistem Pernapasan’ In: Widyasturi, P. ed. Anatomi dan


(24)

Snell, R. S. (2006) ‘Thorax Bagian II: Cavitas Thoracis’ In: Huriawati, H. et al. eds. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC, pp. 87. Sosir, M. S., Palandeng, O.I., and Tumbel, R.E.C. (2012) ‘Benda Asing Telinga,

Hidung, Tenggorok di Bagian/SMF THT-KL BLU RSU Prof. DR. R. D. Kandou Manado’, Jurnal Biomedik, 4(3), pp. 153-157.

Stranding, S. (2008) ‘Anatomi Esofagus’ In: Gray’s Anatomy: The Anatomical Basic of Clinical Practice. Spain: Churchill Livingstone Elsevier.

Tortorra, G.J. and Derrickson, B. (2009) ‘Respiratory System Anatomy’ In: Principles of Anatomy and Physiology. USA: John Wiley and Sons, pp. 875-883.

Wu, T., Cheng, Y., Tzao, C., Chang, H., Hsieh, C., and Lee, S. (2012) ‘Longstanding Tracheobronchial Foreign Body in an Adult’, Respiratory Care, 57(5), pp. 808 – 810.

Yetim, T. D., Bayarogullari, H., Arica, V., Akcora, B., Arica, S.G., and Tutanc, M. (2012) ‘Foreign Body Aspiration in Children; Analysis of 42 Cases’, Pulmonary & Respiratory Medicine, 2(3), pp. 1 – 5.

Yunizaf, M. (2011) ‘Benda Asing di Esofagus’ In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: FK UI, pp. 299-302. Yunizaf, M. (2011) ‘Benda Asing di Saluran Nafas’ In: Buku Ajar Ilmu Kesehatan

Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher. Jakarta: FK UI, pp. 259 – 265.


(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3. 1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Gambar 3. 1 Kerangka Konsep

3. 2 Definisi Operasional 3.2.1 Benda Asing

Definisi: Benda yang berasal dari luar dan dalam tubuh manusia yang berada di dalam suatu organ yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing yang ditinjau dalam penelitian ini adalah benda asing yang berada pada esofagus dan traktus trakeobronkial

Alat Ukur: Anamnesis, pemeriksaan radiologis, dan pemeriksaan endoskopi yang didapat dari rekam medis

Cara Ukur: Survei rekam medis Penderita benda asing di esofagus dan traktus trakeobronkial

Usia

Jenis Kelamin Lokasi Benda Asing Jenis Benda Asing Gejala Klinis Komplikasi Prognosis


(26)

Hasil Ukur: Terdapatnya benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial

Skala Ukur: Skala nominal

3.2.2 Usia

Definisi: Lamanya waktu hidup atau keberadaan penderita saat didiagnosis terdapat benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial berdasarkan tahun sejak pasien lahir yang tercatat di rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan

Alat Ukur: Tanggal lahir penderita sesuai yang tercatat di rekam medis Cara Ukur: Survei rekam medis

Hasil Ukur: Kategori usia menurut Depkes RI (2009): - 0 – 5 tahun (balita)

- 5 – 11 tahun (kanak-kanak) - 12 – 25 tahun (remaja) - 26 – 45 tahun (dewasa) - 46 – 65 tahun (lansia) - ≥ 65 tahun (manula) Skala Ukur: Skala rasio

3.2.3 Jenis Kelamin

Definisi: Perbedaan antara perempuan dan laki-laki secara biologis sejak seseorang lahir

Alat Ukur: Rekam medis

Cara Ukur: Survei rekam medis Hasil Ukur: - Laki-laki

- Perempuan Skala Ukur: Skala nominal


(27)

3.2.4 Lokasi Benda Asing

Definisi: Tempat secara anatomis terdapatnya benda asing

Alat Ukur: Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan endoskopi yang didapat dari rekam medis

Cara Ukur: Survei rekam medis Hasil Ukur: - Esofagus

- Trakea - Bronkus Skala Ukur: Skala nominal

3.2.5 Jenis Benda Asing

Definisi: Suatu sifat fisik dan ciri khas suatu benda yang terdapat dalam suatu organ yang dalam keadaan normal tidak ada

Alat Ukur: Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan endoskopi yang didapat dari rekam medis

Cara Ukur: Survei rekam medis Hasil Ukur: - Benda organik

- Benda anorganik Skala Ukur: Skala nominal

3.2.6 Gejala Klinis

Definisi: Gejala yang ditunjukkan oleh pasien saat tertelan atau teraspirasi benda asing

Alat Ukur: Anamnesis yang didapat dari rekam medis Cara Ukur: Survei rekam medis

Hasil Ukur: - Batuk - Tersedak - Nyeri

- Sulit menelan - Sesak nafas


(28)

3.2.7 Komplikasi

Definisi: Penyakit baru yang timbul sebagai tambahan penyakit yang sudah ada

Alat Ukur: Rekam medis Cara Ukur: Survei rekam medis

Hasil Ukur: - Terbentuk jaringan granulasi - Edema jalan nafas

- Bronkitis - Bronkiektasis - Laserasi esofagus - Perforasi esofagus Skala Ukur: Skala nominal

3.2.8 Prognosis

Definisi: Prediksi dari kemungkinan perjalanan, durasi, dan hasil akhir dari penyakit

Alat Ukur: Rekam medis Cara Ukur: Survei rekam medis Hasil Ukur: - Sehat tanpa komplikasi

- Disertai komplikasi - Meninggal


(29)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif retrospective dengan desain cross sectional atau potong lintang yang bertujuan untuk menilai profil penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli – November 2014.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah semua penderita yang telah didiagnosis terdapat benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial yang berobat di RSUP Haji Adam Malik Medan sejak Januari 2011 – Oktober 2014.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah semua jumlah populasi yang didapat di bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan dan telah didiagnosis terdapat benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial. Jumlah sampel diambil dengan cara total sampling dimana jumlah sampel yang


(30)

4.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari bagian rekam medis penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.5 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisa dengan bantuan komputer menggunakan program SPSS. Data disajikan dalam bentuk tabel dan dideskripsikan.

4.6 Ethical Clearance

Ethical clearance atau kelayakan etik adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh komisi etik penelitian untuk penelitian yang melibatkan makhluk hidup serta manusia, hewan dan tumbuhan, dimana dinyatakan bahwa suatu proposal riset layak dilaksanakan setelah memenuhi persyaratan tertentu. Penelitian ini meminta persetujuan ethical clearance dari Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran USU dan data-data diambil dari bagian rekam medis penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan setelah mendapat persetujuan ethical clearance.


(31)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Pengambilan data ini dilaksanakan selama tiga bulan yaitu mulai bulan September hingga November 2014.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Sesuai dengan SK Menkes No. 355/Menkes/SK/VII/1990, RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP Haji Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memiliki standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2 Deskripsi Karakterisitik Sampel

Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang didapat dari bagian rekam medis RSUP Haji Adam Malik Medan. Pada penelitian ini, didapatkan sampel penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 sebanyak 58 orang. Dari keseluruhan sampel tersebut, profil penderita yang diamati adalah usia, jenis kelamin, benda asing, jenis benda asing, gejala klinis, komplikasi, dan prognosis.


(32)

Berdasarkan data-data tersebut, dapat disusun profil penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 sebagai berikut:

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Usia

Usia

Lokasi Benda Asing

Total

Esofagus Trakea Bronkus

Balita (0-5 tahun) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) (n) (%) 15 31,3% 12 25% 3 6,2% 13 27,1% 4 8,3% 1 2,1% 0 0% 1 100% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 5 55,6% 4 44,4% 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% 20 34,5% 17 29,3% 3 5,2% 13 22,4% 4 6,9% 1 1,7% Kanak-kanak (5-11 tahun) Remaja (12-25 tahun) Dewasa (26-45 tahun) Lansia (46-65 tahun) Manula (≥65 tahun)

Total (n)

(%) 48 100% 1 100% 9 100% 58 100%

Berdasarkan Tabel 5.1 didapati bahwa penderita terbanyak benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 berdasarkan usia adalah kelompok balita dengan jumlah 15 orang (31,3%) dan yang paling sedikit adalah kelompok manula dengan jumlah 1 orang (2,1%). Sedangkan pada penderita benda asing pada trakea, hanya ditemukan 1 orang (100%) yaitu pada kelompok usia kanak-kanak dan tidak ditemukan kasus benda asing pada kelompok lainnya. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati kelompok balita menjadi penderita terbanyak dengan jumlah 5 orang (55,6%), kanak-kanak dengan jumlah 4 orang (44,4%) dan tidak ditemukan kasus benda


(33)

asing pada kelompok usia lainnya. Secara keseluruhan, kelompok balita menjadi penderita terbanyak pada kasus benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin

Lokasi Benda Asing

Total

Esofagus Trakea Bronkus

Laki-laki (n) (%)

(n) (%)

31 64,6%

17 35,4%

1 100%

0 0%

3 33,3%

6 66,7%

35 60,3%

23 39,7%

Perempuan

Total (n)

(%)

48 100%

1 100%

9 100%

58 100%

Berdasarkan Tabel 5.2 didapati bahwa penderita terbanyak sesuai dengan jenis kelamin pada kasus benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah laki-laki dengan jumlah 31 orang (64,6%) dan perempuan dengan jumlah 17 orang (35,4%). Sedangkan pada penderita benda asing pada trakea, hanya ditemukan 1 orang (100%) dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ditemukan kasus pada perempuan. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati perempuan menjadi penderita terbanyak dengan jumlah 6 orang (66,7%) dan laki-laki hanya ditemukan pada 3 orang (33,3%). Secara keseluruhan, laki-laki merupakan jenis kelamin yang paling banyak ditemukan pada kasus benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014.


(34)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Lokasi Benda Asing

Lokasi Benda Asing Frekuensi (n) Persentase (%)

Esofagus 48 82,8%

Trakea 1 1,7%

Bronkus 9 15,5%

Total 58 100%

Berdasarkan Tabel 5.3 didapati bahwa lokasi benda asing terbanyak pada penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah esofagus dengan jumlah 48 orang (82,8%), diikuti pada bronkus dengan jumlah 9 orang (15,5%), dan yang paling sedikit adalah pada trakea dengan jumlah 1 orang (1,7%).

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Jenis Benda Asing

Jenis Benda Asing

Lokasi Benda Asing

Total

Esofagus Trakea Bronkus

Benda Organik

(n) (%)

4 8,3%

0 0%

1 11,1%

5 8,6%

Benda Anorganik

(n) (%)

44 91,7%

1 100%

8 88,9%

53 91,4%

Total (n)

(%)

48 100%

1 100%

9 100%

58 100%

Berdasarkan Tabel 5.4 didapati bahwa jenis benda asing terbanyak pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah benda anorganik dengan jumlah 44 orang (91,7%) dan diikuti dengan benda organik dengan jumlah 4 orang (8,3%). Pada penderita benda asing pada trakea, benda asing hanya ditemukan pada 1 orang (100%) dengan jenis benda anorganik dan tidak ditemukan kasus untuk jenis benda organik. Begitu juga dengan


(35)

bronkus, jenis benda asing terbanyak adalah benda anorganik dengan jumlah 8 orang (88,9%) dan benda asing organik hanya berjumlah 1 orang (11,1%). Secara keseluruhan, benda asing anorganik adalah jenis benda asing terbanyak yang ditemukan pada penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Benda Asing

Benda Asing

Lokasi Benda Asing

Total

Esofagus Trakea Bronkus

Gigi Palsu (n)

(%) 16 33,3% 0 0% 0 0% 16 27,6% Uang Logam (n) (%) 21 43,8% 0 0% 0 0% 21 36,2% Jarum Pentul (n) (%) 2 4,2% 1 100% 0 0% 3 5,2%

Kertas (n)

(%) 0 0% 0 0% 1 11,1% 1 1,7% Peniup Terompet Mainan (n) (%) 0 0% 0 0% 3 33,3% 3 5,2% Per Remote TV (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7% Tulang Ayam (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7%

Duri Ikan (n)

(%) 2 4,2% 0 0% 0 0% 2 3,5% Tulang Biawak (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7%

Anting (n)

(%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7%


(36)

Bros (n) (%) 0 0% 0 0% 1 11,1% 1 1,7%

Baut (n)

(%) 0 0% 0 0% 1 11,1% 1 1,7% Serbuk Kulit Kayu Manis (n) (%) 0 0% 0 0% 1 11,1% 1 1,7% Bola Kecil Mainan (n) (%) 0 0% 0 0% 2 22,2% 2 3,5%

SIM Card (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7%

Cincin (n)

(%) 2 4,2% 0 0% 0 0% 2 3,5%

Total (n)

(%) 48 100% 1 100% 9 100% 58 100%

Berdasarkan Tabel 5.5 didapati bahwa benda asing terbanyak pada penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah uang logam dengan jumlah 21 orang (43,8%) dan diikuti dengan gigi palsu dengan jumlah 16 orang (33,3%). Sedangkan pada trakea, benda asing yang ditemukan hanya jarum pentul dengan jumlah 1 orang (100%) dan tidak ditemukan kasus untuk benda asing lainnya. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati benda asing terbanyak adalah peniup terompet mainan dengan jumlah 3 orang (33,3%), bola kecil mainan dengan jumlah 2 orang (22,2%), serta kertas, bros, baut, dan serbuk kulit kayu manis dengan masing-masing berjumlah 1 orang (11,1%).


(37)

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Gejala Klinis

Gejala Klinis

Lokasi Benda Asing

Total

Esofagus Trakea Bronkus

+ - + - + -

Sulit Menelan (n)

(%) 26 54,2% 24 45,8% 1 100% 0 0% 1 11,1% 8 88,9% 58 100% Sakit di Tenggorokkan (n) (%) 24 50% 24 50% 1 100% 0 0% 3 33,3% 6 66,7% 58 100%

Tersedak (n)

(%) 6 12,5% 42 87,5% 0 0% 1 100% 1 11,1% 8 88,9% 58 100%

Batuk (n)

(%) 10 20,8% 38 79,2% 0 0% 1 100% 7 77,8% 2 22,2% 58 100% Rasa Mengganjal (n) (%) 11 22,9% 37 77,1% 0 0% 1 100% 2 22,2% 7 77,8% 58 100%

Muntah (n)

(%) 14 29,2% 34 70,8% 0 0% 1 100% 0 0% 9 100% 58 100%

Serak (n)

(%) 0 0% 48 100% 0 0% 1 100% 1 11,1% 8 88,9% 58 100%

Hipersalivasi (n)

(%) 3 6,3% 45 93,7% 0 0% 1 100% 0 0% 9 100% 58 100%

Sesak (n)

(%) 3 6,3% 45 93,7% 0 0% 1 100% 4 44,4% 5 55,6% 58 100% Bunyi Nafas seperti Terompet (n) (%) 0 0% 48 100% 0 0% 1 100% 2 22,2% 7 77,8% 58 100%

Ronkhi (n)

(%) 1 2,1% 47 97,9% 0 0% 1 100% 0 0% 9 100% 58 100% Tanpa Gejala Klinis (n) (%) 3 6,3% 45 93,7% 0 0% 1 100% 0 0% 9 100% 58 100%


(38)

Berdasarkan Tabel 5.6 didapati bahwa gejala klinis paling sering yang dialami oleh penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah sulit menelan dengan jumlah 26 orang (54,2%), dan diikuti dengan sakit di tenggorokkan dengan jumlah 24 orang (50%). Terdapat juga 3 orang (6,3%) dengan tanpa gejala klinis pada penderita benda asing pada esofagus. Sedangkan pada trakea, hanya terdapat gejala klinis seperti sulit menelan dan sakit di tenggorokkan dengan jumlah 1 orang (100%). Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati 7 orang (77,8%) dengan gejala klinis batuk. Gejala klinis lain yang ditemukan pada bronkus adalah sesak dengan jumlah 4 orang (44,4%), sakit di tenggorokkan dengan jumlah 3 orang (33,3%), rasa mengganjal dan bunyi nafas seperti terompet dengan masing-masing berjumlah 2 orang (22,2%), serta sulit menelan, tersedak, dan serak dengan masing-masing berjumlah 1 orang (11,1%).

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Komplikasi

Komplikasi Lokasi Benda Asing Total

Esofagus Trakea Bronkus

Laserasi Esofagus (n) (%) 4 8,3% 0 0% 0 0% 4 6,9% Jaringan Granulasi (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7% Edema Esofagus (n) (%) 3 6,3% 0 0% 0 0% 3 5,2% Pendarahan Esofagus (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7% Faring Hiperemis (n) (%) 3 6,3% 0 0% 0 0% 3 5,2% Bronkus Hiperemis (n) (%) 0 0% 0 0% 1 11,1% 1 1,7%


(39)

Terdapat Pus (n) (%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7%

Leukositosis (n) (%) 7 14,6% 0 0% 2 22,2% 9 15,5%

Dipsnoe (n)

(%) 0 0% 0 0% 2 22,2% 2 3,5%

Bronkospasme (n)

(%) 1 2,1% 0 0% 0 0% 1 1,7% Tidak Terdapat Komplikasi (n) (%) 24 50% 1 100% 3 33,3% 28 48,3% Tidak Tertulis dalam RM (n) (%) 3 6,3% 0 0% 1 11,1% 4 6,9%

Total (n)

(%) 48 100% 1 100% 9 100% 58 100%

Berdasarkan Tabel 5.7 didapati bahwa tidak terdapat komplikasi adalah hal yang paling sering dialami oleh penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 dengan jumlah 24 orang (50%). Pada esofagus, terdapat juga 3 orang (6,3%) yang tidak diketahui komplikasinya karena tidak tertulis dalam RM (Rekam Medis). Sedangkan pada trakea, hanya terdapat 1 orang (100%) dan tidak terjadi komplikasi. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati 3 orang (33,3%) dengan tidak terjadi komplikasi. Terdapat juga penderita yang tidak diketahui komplikasinya pada bronkus karena data tidak tertulis dalam RM dengan jumlah 1 orang (11,1%).


(40)

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Prognosis

Prognosis Lokasi Benda Asing Total

Esofagus Trakea Bronkus

Sehat Tanpa Komplikasi (n) (%) 24 50% 1 100% 3 33,3% 28 48,3% Disertai Komplikasi (n) (%) 21 43,7% 0 0% 5 55,6% 26 44,8%

Meninggal (n)

(%) 0 0% 0 0% 0 0% 0 0% Tidak Tertulis dalam RM (n) (%) 3 6,3% 0 0% 1 11,1% 4 6,9%

Total (n)

(%) 48 100% 1 100% 9 100% 58 100%

Berdasarkan Tabel 5.8 didapati bahwa sehat tanpa komplikasi adalah prognosis yang paling sering dialami oleh penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 dengan jumlah 24 orang (50%). Pada esofagus, terdapat 21 orang (43,7%) yang disertai komplikasi, 3 orang (6,3%) yang tidak diketahui karena data tidak tertulis dalam RM, dan tidak ada penderita yang meninggal. Sedangkan pada trakea, hanya terdapat 1 orang (100%) dengan prognosis sehat tanpa komplikasi. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati 5 orang (55,6%) yang disertai komplikasi, 3 orang (33,3%) dengan prognosis sehat tanpa komplikasi, 1 orang (11,1%) tidak diketahui prognosisnya karena data tidak tertulis dalam RM, dan tidak ada penderita yang meninggal.


(41)

5.2 Pembahasan

5.2.1 Profil Penderita Benda Asing berdasarkan Usia a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.1 didapati bahwa penderita terbanyak benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 berdasarkan usia adalah kelompok balita dengan jumlah 15 orang (31,3%), diikuti dengan kelompok dewasa dengan jumlah 13 orang (27,1%), kanak-kanak dengan jumlah 12 orang (25%), lansia dengan jumlah 4 orang (8,3%), remaja dengan jumlah 3 orang (6,2%) dan yang paling sedikit adalah kelompok manula dengan jumlah 1 orang (2,1).

Hal ini sesuai dengan penelitian Ekim (2010) di Turki, dari 26 pasien benda asing pada esofagus didapati 20 pasien adalah anak-anak dengan rentang usia 6 bulan – 5 tahun. Faktor yang dapat menyebabkan kejadian yang tinggi pada anak-anak adalah kebiasaan mereka memasukkan benda asing ke dalam mulut, sehingga dibutuhkan pengawasan lebih dari orang tua untuk mencegah hal tersebut (Rathore et al., 2009). Hal tersebut dilakukan oleh anak-anak sebagai usaha untuk mengenali lingkungan sekitarnya (Fitri et al., 2012).

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.1 juga didapati bahwa pada penderita benda asing pada trakea di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 sesuai dengan usia hanya ditemukan 1 orang (100%) yaitu pada kelompok usia kanak-kanak dan tidak ditemukan kasus benda asing pada kelompok lainnya. Sedangkan pada penderita benda asing pada bronkus, didapati kelompok balita menjadi penderita terbanyak dengan jumlah 5 orang (55,6%), kanak-kanak dengan jumlah 4 orang (44,4%) dan tidak ditemukan kasus benda asing pada kelompok usia lainnya.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Korlacki et al. (2011), dari 28 pasien aspirasi benda asing pada anak didapati 19 pasien adalah anak-anak dengan rentang usia 1 – 5 tahun, dan diikuti oleh anak-anak-anak-anak dengan rentang


(42)

usia 6 – 12 tahun sebanyak 6 orang, dan anak-anak dengan usia >12 tahun sebanyak 3 orang.

Menurut Fitri et al. (2012), faktor yang dapat mempengaruhi tingginya prevalensi aspirasi benda asing pada anak antara lain gigi geligi bagian posterior yang belum lengkap, mekanisme menelan dan proteksi yang belum sempurna, dan seringnya anak menangis, berteriak, berlari, atau bermain sementara ada benda dalam mulutnya. Sedangkan pada bayi, faktor yang yang lebih berperan adalah belum tumbuhnya gigi geligi bagian posterior dan kemampuan proteksi jalan nafas dan mekanisme yang belum matang.

5.3.2 Profil Penderita Benda Asing berdasarkan Jenis Kelamin a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.2 didapati bahwa penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 sesuai dengan jenis kelamin adalah laki-laki dengan jumlah terbanyak yaitu 31 orang (64,6%) dan perempuan dengan jumlah 17 orang (35,4%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chinksi et al. (2010), pada 320 penderita benda asing dapat ditemukan bahwa lebih banyak penderita berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 163 orang daripada perempuan yang berjumlah 157 orang. Laki-laki terutama anak-anak biasanya lebih banyak ditemukan dalam kasus benda asing karena memiliki kepribadian dan sifat ingin tahu yang lebih tajam daripada perempuan (Sahadan et al., 2011)

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.2 juga didapati bahwa pada penderita benda asing pada trakea, hanya ditemukan 1 orang (100%) dengan jenis kelamin laki-laki dan tidak ditemukan kasus pada perempuan. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati perempuan menjadi penderita terbanyak dengan jumlah 6 orang (66,7%) dan laki-laki hanya ditemukan pada 3 orang (33,3%).

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eroglu et al. (2003), pada 357 penderita benda asing pada traktus trakeobronkial didapati bahwa perempuan


(43)

adalah penderita terbanyak dengan jumlah 206 orang (57,7%) dan laki-laki dengan jumlah 151 orang (42,3%). Pada penelitian yang dilakukan di Turki tersebut, perempuan menjadi penderita terbanyak disebabkan oleh penggunaan jilbab yang memerlukan peniti maupun jarum pentul dan kebiasaan para perempuan yang menjepit benda asing tersebut dengan kedua bibirnya. Namun hal ini berbeda dengan penelitian ini, dimana jarum pentul yang ditemukan pada traktus trakeobronkial hanya 1 orang.

5.2.3 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Lokasi Benda Asing a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.3 didapati bahwa jumlah penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah esofagus dengan jumlah 48 orang (82,8%).

Menurut Ekim (2010), benda asing pada esofagus lebih sering dijumpai pada esofagus bagian atas atau tepatnya pada sfingter krikofaringeal yang juga merupakan bagian tersempit dari esofagus. Dapat juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan esofagus kedua dan ketiga, yaitu pada rongga dada bagian tengah akibat tertekan langsung lengkung aorta dan pada hiatus esofagus (Rybojad et al., 2012).

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.3 juga didapati bahwa lokasi terbanyak pada penderita benda asing pada traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah pada bronkus dengan jumlah 9 orang (15,5%), dan pada trakea hanya berjumlah 1 orang (1,7%).

Menurut Novialdi dan Rahman (2012), benda asing pada saluran nafas dapat tersangkut pada tiga lokasi, yaitu laring, trakea, dan bronkus, dimana 80-90% akan tersangkut pada bronkus. Benda asing pada bronkus lebih banyak ditemukan pada bronkus kanan daripada bronkus kiri karena bronkus kanan memiliki aliran udara lebih besar dan posisi yang lebih landai (Yunizaf, 2011).


(44)

penderita benda asing pada traktus trakeobronkial, dimana bronkus kanan adalah lokasi terbanyak pada kasus ini dengan jumlah 188 orang dan bronkus kiri dengan jumlah 107 orang. Benda asing pada trakea hanya ditemui pada 39 orang.

5.3.4 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Jenis Benda Asing

a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.4 didapati bahwa jenis benda asing terbanyak pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah benda anorganik dengan jumlah 44 orang (91,7%) dan diikuti dengan benda organik dengan jumlah 4 orang (8,3%). Berdasarkan Tabel 5.5 juga didapati bahwa benda asing terbanyak pada penderita benda asing pada esofagus adalah uang logam dengan jumlah 21 orang (43,8%) dan diikuti dengan gigi palsu dengan jumlah 16 orang (33,3%). Benda asing lainnya juga dapat ditemui dalam kasus ini seperti: jarum pentul, cincin, dan duri ikan dengan masing-masing berjumlah 2 orang (4,2%), serta per remote TV, tulang ayam, tulang biawak, anting, dan SIM Card dengan masing-masing berjumlah 1 orang (2,1%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Chinski (2010), benda asing yang paling banyak ditemui dari 320 penderita benda asing pada esofagus adalah uang logam dengan jumlah 268 orang. Hal ini sesuai dengan penelitian ini bahwa benda asing yang paling banyak ditemui adalah uang logam.

Benda asing yang dapat dijumpai pada orang dewasa umumnya adalah sisa-sisa makanan dan tulang ataupun gigi palsu, karena faktor pemakaian gigi palsu meningkat pada dewasa (Erbil et al., 2013). Tidak sengaja tertelan gigi palsu dapat terjadi karena penurunan sensasi di rongga mulut pada para pemakai gigi palsu (Rathore et al., 2009).

Jenis benda asing juga dapat ditentukan dari adat atau kebiasaan masyarakatnya berpakaian, contohnya pada negara yang dominan penduduknya adalah Muslim, dimana diwajibkan pada wanita untuk menggunakan jilbab. Sehingga, kebiasaan para wanita yang menjepit peniti maupun jarum diantara bibir mereka ketika akan memakai jilbab menjadi sebab utama tertelannya benda asing tersebut (Erbil et al., 2013).


(45)

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.4 juga didapati bahwa pada trakea, benda asing hanya ditemukan pada 1 orang (100%) dengan jenis benda anorganik dan tidak ditemukan kasus untuk jenis benda organik. Begitu juga dengan bronkus, jenis benda asing terbanyak adalah benda anorganik dengan jumlah 8 orang (88,9%) dan benda asing organik hanya berjumlah 1 orang (11,1%). Tabel 5.5 juga menjelaskan bahwa benda asing yang terdapat pada trakea adalah jarum pentul dengan jumlah 1 orang (100%) dan tidak ditemukan kasus untuk benda asing lainnya. Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati benda asing terbanyak adalah peniup terompet mainan dengan jumlah 3 orang (33,3%), bola kecil mainan dengan jumlah 2 orang (22,2%), serta kertas, bros, baut, dan serbuk kulit kayu manis dengan masing-masing berjumlah 1 orang (11,1%).

Jenis benda asing yang dapat ditemukan dalam kasus aspirasi benda asing berbeda masing-masing negara. Contohnya, pada negara industri, jenis benda asing terbanyak yang ditemukan adalah benda anorganik terutama plastik karena banyaknya penggunaan mainan-mainan kecil yang berbahan plastik terutama pada anak-anak (Eroglu et al., 2003).

5.3.5 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Gejala Klinis

a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.6 didapati bahwa gejala klinis paling sering yang dialami oleh penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah sulit menelan dengan jumlah 26 orang (54,2%), dan diikuti dengan sakit di tenggorokkan dengan jumlah 24 orang (50%). Gejala klinis lain yang dapat ditemui dalam kasus ini adalah muntah dengan jumlah 14 orang (29,2%), rasa mengganjal pada tenggorokkan dengan jumlah 11 orang (22,9%), batuk dengan jumlah 10 orang (20,8%), tersedak dengan jumlah 6 orang (12,5%), hipersalivasi dan sesak dengan masing-masing berjumlah 3 orang (6,3%), serta ronkhi dengan jumlah 1 orang (2,1%). Terdapat juga 3 orang (6,3%) dengan tanpa gejala klinis pada penderita benda asing pada


(46)

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erbil et al. (2013), bahwa gejala klinis yang paling sering ditemui pada 100 penderita benda asing adalah sulit menelan dengan jumlah 53 orang (53%), dan diikuti oleh sakit pada tenggorokkan dengan jumlah 33 orang (33%).

Sulit menelan dapat terjadi pada semua lokasi di esofagus, namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama dan kedua esofagus. Sedangkan muntah dapat menjadi gejala yang berbahaya pada kasus benda asing pada esofagus, karena tekanan yang dihasilkannya dapat menyebabkan ruptur dinding esofagus yang tipis (Rybojad et al., 2012).

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.6 juga didapati bahwa pada penderita benda asing pada trakea, hanya terdapat gejala klinis seperti sulit menelan dan sakit di tenggorokkan dengan jumlah 1 orang (100%). Pada penderita benda asing pada bronkus, didapati 7 orang (77,8%) dengan gejala klinis batuk. Gejala klinis lain yang ditemukan pada bronkus adalah sesak dengan jumlah 4 orang (44,4%), sakit di tenggorokkan dengan jumlah 3 orang (33,3%), rasa mengganjal dan bunyi nafas seperti terompet dengan masing-masing berjumlah 2 orang (22,2%), serta sulit menelan, tersedak, dan serak dengan masing-masing berjumlah 1 orang (11,1%).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Eroglu et al. (2003), pada kasus aspirasi benda asing ditemui gejala batuk pada 78% pasien. Gejala lain yang dapat ditemui adalah ronkhi, menurunnya suara pernafasan, dipsnoe, sianosis, dan demam. Menurut Ekim (2010), batuk atau stridor dapat terjadi karena adanya tekanan langsung dari trakea oleh karena benda asing itu sendiri.


(47)

5.3.6 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Komplikasi a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.7 didapati bahwa tidak terdapatnya komplikasi adalah hal yang paling sering dialami oleh penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 dengan jumlah 24 orang (50%). Komplikasi lainya yang dapat ditemui adalah leukositosis dengan jumlah 7 orang (14,6%), laserasi esofagus dengan jumlah 4 orang (8,3%), edema esofagus dan faring hiperemis dengan masing-masing berjumlah 3 orang (6,3%), serta terbentuk jaringan granulasi, pendarahan esofagus, terdapat pus, dan bronkospasme dengan masing-masing berjumlah 1 orang (2,1%). Pada esofagus, terdapat 3 orang (6,3%) yang tidak diketahui komplikasinya karena tidak tertulis dalam rekam medis.

Perforasi esofagus adalah hal yang jarang terjadi, tetapi memiliki mortalitas sebesar 22% dan terjadi lebih tinggi pada anak – anak yang menelan benda asing lebih dari 3 hari (Ekim, 2010). Perforasi dapat terjadi oleh karena edema pada dinding sekitar esofagus akibat terlalu lama nya benda asing di dalam esofagus (Rathore et al., 2009).

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.7 juga didapati bahwa pada penderita benda asing pada trakea hanya terdapat 1 kasus (100%) dan tidak terjadi komplikasi. Sedangkan pada penderita benda asing pada bronkus, didapati 3 orang (33,3%) dengan tidak terjadi komplikasi. Komplikasi yang ditemui terjadi pada bronkus adalah leukositosis dan dipsnoe dengan masing – masing berjumlah 2 orang (22,2%), bronkus hiperemis dengan jumlah 1 orang (11,1%), dan tidak tertulis dalam rekam medis sebanyak 1 orang (11,1%).

Diagnosis yang terlambat adalah pemicu utama terjadinya komplikasi pada penderita benda asing. Ketika benda asing telah masuk ke dalam esofagus maupun traktus trakeobronkial selama lebih dari 24 jam, maka akan terjadi inflamasi lokal yang dapat memicu erosi dari mukosa ataupun muskular sehingga menyebabkan


(48)

5.3.7 Profi Penderita Benda asing Berdasarkan Prognosis a. Esofagus

Berdasarkan Tabel 5.8 didapati bahwa sehat tanpa komplikasi adalah prognosis yang paling sering dialami oleh penderita benda asing pada esofagus di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 dengan jumlah 24 orang (50%). Pada esofagus, terdapat 21 orang (43,7%) yang terdapat komplikasinya dan tidak ada yang meninggal. Pada esofagus, terdapat juga 3 orang (6,3%) yang tidak diketahui prognosisnya karena tidak tertulis dalam rekam medis.

Tingkat mortalitas dalam kasus tertelannya benda asing adalah rendah jika dilakukan diagnosis secara cepat dan tepat. Terdapat penelitian yang menyatakan bahwa tidak terdapat kematian pada kasus tertelannya benda asing yang dilakukan pada 852 pasien dewasa, namun terdapat 1 komplikasi pada penelitian yang dilakukan terhadap 2206 anak – anak (ASGE, 2011).

b. Traktus Trakeobronkial

Berdasarkan Tabel 5.8 juga didapati bahwa pada penderita benda asing pada trakea hanya terdapat 1 kasus (100%) dan sehat tanpa komplikasi. Sedangkan pada penderita benda asing pada bronkus, didapati 5 orang (55,6%) yang terdapat komplikasi, 3 orang (33,3%) sehat tanpa komplikasi, 1 orang (11,1%) tidak diketahui prognosisnya karena tidak tertulis dalam rekam medis, dan tidak ada yang meninggal.

Benda asing dapat diatasi dengan pengangkatan segera secara endoskopi dalam kondisi yang paling aman, dengan trauma yang minimum, sehingga akan menimbulkan risiko komplikasi yang minimal (Yunizaf, 2011). Menurut Orji dan Akpeh (2010), komplikasi dapat terjadi sebanyak 64% apabila terlambat mendiagnosis selama 4 – 7 hari dan 95% apabila terlambat mendiagnosis selama lebih dari 30 hari.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disampaikan bahwa:

1. Jumlah penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial di RSUP Haji Adam Malik Medan Januari 2011 – Oktober 2014 adalah sebanyak 58 orang dengan rincian sebagai berikut: esofagus berjumlah 48 orang (82,8%), trakea berjumlah 1 orang (1,7%), dan bronkus berjumlah 9 orang (15,5%).

2. Kelompok usia terbanyak pada penderita benda asing pada esofagus adalah kelompok balita (0-5 tahun) dengan jumlah 15 orang (31,3%). Pada trakea, hanya ditemukan 1 orang (100%) dengan kelompok usia adalah kelompok kanak-kanak (5-11 tahun). Sedangkan pada bronkus, kelompok usia terbanyak adalah kelompok balita dengan jumlah 5 orang (55,6%).

3. Jenis kelamin terbanyak pada penderita benda asing pada esofagus adalah laki-laki dengan jumlah 31 orang (64,6%). Pada trakea, hanya ditemukan 1 orang (100%) dengan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan pada bronkus, penderita terbanyak adalah jenis kelamin perempuan dengan jumlah 6 orang (66,7%).

4. Lokasi benda asing terbanyak pada penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial adalah esofagus dengan jumlah 48 orang (82,8%) , bronkus dengan jumlah 9 orang (15,5%), dan trakea dengan jumlah 1 orang (1,7%).

5. Jenis benda asing yang paling banyak ditemukan pada esofagus, trakea, dan bronkus adalah benda anorganik dengan masing-masing berjumlah 44 orang (91,7%), 1 orang (100%), dan 8 orang (88,9%). 6. Benda asing yang paling banyak ditemukan pada esofagus adalah uang


(50)

1 kasus (100%) dengan benda asing adalah jarum pentul, dan benda yang paling banyak ditemukan pada bronkus adalah peniup terompet mainan dengan jumlah 3 orang (33,3%).

7. Gejala klinis yang paling banyak ditemukan pada penderita benda asing pada esofagus adalah sulit menelan dengan jumlah 26 orang (54,2%). Pada trakea, gejala klinis yang ditemukan adalah sulit menelan dan sakit di tenggorokkan dengan jumlah 1 orang (100%). Sedangkan pada bronkus, batuk adalah gejala klinis yang paling banyak ditemukan dengan jumlah 7 orang (77,8%).

8. Pada penderita benda asing pada esofagus dan traktus trakeobronkial, penderita dengan tidak terdapat komplikasi merupakan hal yang paling banyak ditemukan dengan rincian sebagai berikut: pada esofagus dijumpai pada 24 orang (50%), trakea dijumpai pada 1 orang (100%), dan bronkus dijumpai pada 3 orang (33,3%).

9. Prognosis yang paling banyak ditemukan pada kasus benda asing pada esofagus dan trakea adalah sehat tanpa komplikasi dengan masing-masing berjumlah 24 orang (50%) dan 1 orang (100%). Sedangkan pada bronkus, penderita yang disertai komplikasi berjumlah 5 orang (55,6%).

6.2 Saran

Dari seluruh proses penelitian yang dijalani oleh peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin bermanfaat bagi semua pihak. Adapun saran tersebut sebagai berikut:

1. Diharapkan bagi tenaga kesehatan di RSUP Haji Adam Malik Medan untuk melengkapi data pada rekam medis, sehingga untuk penelitian selanjutnya tidak ditemukan data yang tidak tertulis pada rekam medis. 2. Diharapkan tenaga-tenaga medis seperti dokter dan paramedis untuk

memberikan penyuluhan tentang bahaya benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Khususnya pada ibu-ibu yang memiliki anak kecil,


(51)

sehingga dapat lebih mengawasi anaknya ketika bermain, makan, dan lain-lain.

3. Diharapkan untuk penelitian lebih lanjut tentang benda asing pada tenggorokkan seperti hubungan jenis, lokasi, dan lamanya benda asing tertelan atau teraspirasi dengan komplikasi atau prognosis yang akan terjadi.


(52)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Benda Asing pada Esofagus 2.1.1 Definisi

Benda asing didalam suatu organ ialah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari dalam tubuh, yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing pada esofagus adalah benda tajam maupun tumpul atau makanan yang tersangkut dan terjepit di esofagus karena tertelan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja (Yunizaf, 2011).

2.1.2 Epidemiologi

Kasus benda asing pada esofagus lebih banyak terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Umumnya, anak-anak sekitar 6 bulan sampai 5 tahun lebih sering menelan benda asing. Pada orang dewasa sekitar 50 – 70 tahun juga ditemukan kasus benda asing pada esofagus walaupun tidak sebanyak pada anak-anak (Ekim, 2010).

Tertelannya benda asing dapat menjadi kondisi yang serius dikaitkan dengan morbiditas dan mortalitasnya (Erbil et al., 2013). Pada tahun 1999, American Association of Poison Control mendokumentasikan sebanyak 182.105 kejadian tertelannya benda asing pada pasien dibawah 20 tahun (Abdurehim et al., 2014). Terdapat 1500-1600 insidensi kematian per tahun akibat komplikasi yang terjadi karena benda asing pada esofagus di Amerika (Erbil et al., 2013).

2.1.3 Etiologi

Benda asing pada esofagus dapat dibagi menjadi golongan anak dan dewasa. Pada anak-anak dapat disebabkan oleh anomali kongenital termasuk stenosis kongenital, web, fistel trakeoesofagus, dan pelebaran pembuluh darah. Belum tumbuhnya gigi molar untuk dapat menelan dengan baik, koordinasi proses menelan dan sfingter laring yang belum sempurna pada usia 6 bulan sampai 1 tahun, retardasi mental, gangguan pertumbuhan, dan penyakit neurologik juga


(53)

dapat menjadi faktor predisposisi pada anak-anak. Pada orang dewasa, tertelannya benda asing sering dialami oleh pemakai gigi palsu, pemabuk, dan pada pasien gangguan mental (Yunizaf, 2011). Pemakaian gigi palsu merupakan hal yang paling sering terjadi pada orang dewasa karena menurunnya sensasi pada rongga mulut (Rathore et al., 2009).

Pada orang dewasa, penyakit-penyakit medis juga sering menjadi penyebab tertelannya benda asing. Striktur esofagus merupakan penyebab tersering dikarenakan oleh penyakit medis. Keganasan pada esofagus dan akalasia juga dapat menyebabkan impaksi benda asing pada esofagus (Ambe et al., 2012).

2.1.4 Lokasi Benda Asing

Benda asing pada esofagus lebih sering ditemukan pada segmen servikalis atau pada sfingter krikofaringeal, dimana ini adalah lokasi pertama penyempitan pada esofagus. Dapat juga ditemukan benda asing pada daerah penyempitan esofagus kedua dan ketiga, yaitu pada rongga dada bagian tengah akibat tertekan lengkung aorta dan pada hiatus esofagus (Rybojad et al., 2012).

2.1.5 Jenis Benda Asing

Jenis benda asing dapat dikategorikan sesuai dengan usia (Erbil et al., 2013). Menurut penelitian yang dilakukan, benda asing yang banyak ditemukan pada anak-anak adalah benda-benda organik seperti kacang-kacangan dan biji-bijian. Sedangkan pada orang dewasa, sisa-sisa makanan dan tulang (tulang ayam, tulang ikan, dll) juga menjadi benda yang paling sering menjadi penyebab kasus benda asing (Saki et al., 2009).

Benda asing anorganik juga dapat ditemukan dalam kasus benda asing pada esofagus. Benda-benda berbahan logam seperti baterai dan koin paling banyak ditemukan pada kasus ini. Selain itu, benda-benda seperti mainan-mainan kecil, kancing baju, dan cincin juga dapat ditemukan (Chinski et al., 2010).

Jenis benda asing juga dapat dibedakan berdasarkan negara. Umumnya, pada negara dimana penduduk wanita nya banyak yang menggunakan jilbab,


(54)

2.1.6 Gejala Klinis

Berdasarkan lokasinya, gejala yang ditimbulkan oleh benda asing pada esofagus berbeda-beda. Batuk adalah gejala utama yang ditimbulkan setelah tertelan benda asing. Gejala lain yang ditimbulkan adalah disfagia, muntah, hipersalivasi, dan rasa sakit. Muntah dan hipersalivasi merupakan gejala yang signifikan terjadi pada lokasi penyempitan pertama esofagus atau sfingter krikofaringeal. Pada kasus benda asing pada esofagus, muntah dapat menjadi gejala yang berbahaya karena tekanan yang dihasilkan dapat menyebabkan ruptur dinding esofagus yang tipis. Gejala disfagia dapat terjadi pada semua lokasi di esofagus, namun paling banyak terjadi pada lokasi penyempitan pertama dan kedua esofagus (Rybojad et al., 2012).

2.1.7 Diagnosis

Data yang didapatkan dari hasil anamnesis dapat menjadi hal yang sangat penting dalam menentukan diagnosis benda asing. Pemeriksaan tambahan dan intervensi segera terhadap benda asing diputuskan sesuai dengan informasi yang diberikan pasien mengenai jenis benda asing yang tertelan, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik (Erbil et al., 2013).

Foto rontgen polos esofagus servikal dan torakal anteroposterior dan lateral dapat dilakukan pada pasien yang diduga tertelan benda asing. Benda asing radioopak seperti uang logam, mudah diketahui lokasinya dan harus dilakukan foto ulang sesaat sebelum tindakan esofagoskopi. Hal ini dilakukan untuk memastikan benda asing belum berpindah ke bagian distal (Yunizaf, 2011). Untuk benda asing radiolusen, pemeriksaan foto rontgen tidak terlalu menunjukkan hasil yang berarti. Oleh karena itu, pemeriksaan CT-Scan dapat dilakukan untuk mendiagnosis benda asing dengan sensitifitas 100% dan spesifisitas 91% (Ambe et al., 2012). Pemeriksaan CT-scan esofagus juga dapat menunjukkan gambaran inflamasi jaringan lunak dan abses (Yunizaf, 2011).


(55)

2.1.8 Penatalaksanaan

Tertelannya benda asing dapat melewati saluran perncernaan tanpa kesulitan. Sehingga, terapi konservatif dapat dilakukan pada beberapa kasus benda asing dengan melalukan observasi. Terapi ini dilakukan pada kasus benda asing tumpul, pendek (panjang < 6cm), dan kecil (diameter < 2,5cm). Benda asing akan berlalu dengan spontan dalam waktu 4-6 hari. Pada beberapa kasus, dapat bertahan hingga 4 minggu. Pasien harus selalu mengobservasi feses nya sampai benda asing tersebut keluar. Tidak perlu ada perubahan pola makan dalam hal ini (Ambe et al., 2012).

Benda asing di esofagus dapat dikeluarkan dengan tindakan endoskopi yaitu esofagoskopi dengan menggunakan cunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Benda asing tajam yang tidak berhasil dikeluarkan dengan esofagoskopi harus segera dikeluarkan dengan pembedahan, yaitu servikotomi, torakotomi, atau esofagotomi, tergantung lokasi benda asing tersebut (Yunizaf, 2011).

Esofagoskopi memiliki dua tipe dasar. Tipe satu adalah tuba logam kaku dengan suatu lumen berbentuk oval dimana dapat digunakan untuk melihat langsung gambaran esofagus dan berbagai alat untuk biopsi dan pengeluaran benda asing (Siegel, 2012). Esofagoskopi kaku juga dapat melindungi esofagus dari bagian yang tajam pada benda asing (Rathore et al., 2009). Tipe kedua adalah esofagoskopi fleksibel yang memiliki saluran kecil untuk melihat gambaran mukosa, aspirasi sekresi dan memasukkan forsep kecil untuk biopsi dan pengeluaran benda asing (Siegel, 2012).

Tabel 2.1 Jadwal Endoskopi untuk Tertelannya Benda Asing (ASGE, 2011) Emergent Endoscopy

Pasien dengan obstruksi esofagus Baterai pada esofagus

Benda tajam dan runcing pada esofagus Urgent Endoscopy


(56)

Nonurgent Endoscopy

Koin pada esofagus dapat diobservasi dahulu dalam 24 jam pertama

Benda asing berupa baterai jika sudah sampai di lambung tanpa adanya gejala sistem gastrointestinal

Pembedahan dilakukan hanya <1% kasus benda asing pada esofagus. Sejak tindakan endoskopi memberikan hasil yang cukup memuaskan, pembedahan hanya dilakukan untuk indikasi-indikasi tertentu. Tindakan pembedahan dilakukan jika terdapat perforasi dan komplikasi lainnya yang tidak dapat diatasi dengan tindakan endoskopi (Ambe et al., 2012).

Tabel 2.2 Ukuran Tuba Esofagoskopi pada Bayi dan Anak (Siegel, 2012)

USIA ESOFAGOSKOPI

Prematur 3,5 mm x 25 cm

Bayi baru lahir 4,0 mm x 35 cm

3 hingga 6 bulan 4,0 mm x 35 cm

1 tahun 5,0 mm x 35 cm

2 tahun 5,0 mm x 35 cm

4 tahun 6,0 mm x 35 cm

5 hingga 7 tahun 6,0 mm x 35 cm 8 hingga 12 tahun 6,0 mm x 35 cm

2.1.9 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi akibat benda asing yang tersangkut di esofagus menimbulkan perasaan tidak nyaman dan batuk (Siegel, 2012). Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah edema, laserasi esofagus, erosi atau perforasi, hematoma, jaringan granulasi, abses paraesofageal, mediastinitis, sampai pada kematian (Fitri et al., 2012).


(57)

Terlalu lama nya benda asing di dalam esofagus dapat menyebabkan terjadinya perforasi oleh karena edema pada dinding sekitar esofagus. Sehingga, di dalam pelaksanaan bronkoskopi diperlukan kehati-hatian yang cukup (Rathore et al., 2009).

2.2 Benda Asing pada Traktus Trakeobronkial 2.2.1 Definisi

Aspirasi benda asing adalah masuknya benda asing berupa benda padat maupun cair ke dalam saluran pernafasan (Kam et al., 2013). Benda asing pada traktus trakeobronkial adalah benda yang dalam keadaan normal tidak ada yang terdapat pada trakea, bronkus, maupun keduanya.

2.2.2 Epidemiologi

Aspirasi benda asing terus menjadi masalah kesehatan yang penting walaupun telah banyak metode yang canggih untuk mengeluarkan benda asing (Ṣentṻrk and Ṣen, 2011). Melalui sebuah studi dengan melakukan pemeriksaan bronkoskopi rutin, ditemukan benda asing dengan prevalensi <0,2% per tahun (Wu et al., 2012).

Kejadian aspirasi benda asing lebih sering terjadi pada anak-anak. Pada anak-anak, mayoritas pasien benda asing pada traktus trakeobronkial adalah anak dengan usia sekitar 1-3 tahun, diikuti dengan anak dibawah 1 tahun, dan terjadi penurunan pada anak lebih dari 3 tahun (Saki et al., 2009). Hal ini disebabkan oleh karena gigi anak-anak tidak dapat mengunyah secara efektif sehingga makanan tersimpan lebih lama didalam mulut dan mengakibatkan aspirasi benda-benda padat (Yetim et al., 2012). Anak laki-laki biasanya lebih banyak ditemukan dalam kasus aspirasi benda asing karena memiliki kepribadian dan sifat ingin tahu yang lebih tajam daripada anak perempuan (Sahadan et al., 2011).

Status sosial-ekonomi, kebudayaan, dan tradisi juga memengaruhi kejadian aspirasi benda asing. Kasus ini lebih banyak ditemukan pada negara berkembang karena edukasi yang kurang dan dan kelalaian (Yetim et al., 2012).


(58)

2.2.3 Etiologi

Benda asing pada traktus trakeobronkial sering ditemukan pada anak-anak, meskipun dapat terjadi juga pada segala usia. Penyebab yang paling sering adalah kecerobohan pasien atau orang tuanya. Anak-anak sering mengulum makanan di dalam mulut, demikian pula mainan, peniti, dan benda lain (Siegel, 2012). Hal ini dilakukan sebagai usaha anak-anak untuk mengenali lingkungan sekitarnya. Bahkan anak-anak sering menangis, berteriak, lari-lari atau bermain sementara ada benda dalam mulutnya (Fitri et al., 2012).

Pada bayi, faktor yang lebih berperan adalah belum tumbuhnya gigi geligi bagian posterior dan kemampuan proteksi jalan nafas dan mekanisme yang belum matang. (Fitri et al., 2012).

Refleks batuk adalah mekanisme pertahanan yang sangat penting untuk memproteksi pasien dari aspirasi. Ketika mekanisme refleks batuk tersupresi, ini dapat memicu terjadinya aspirasi pada pasien. Faktor-faktor risiko yang dapat memicu menurunnya refleks batuk adalah intoksikasi alkohol, anestesia umum, kehilangan kesadaran, intubasi, penyakit neuromuskular, dan struktur yang abnormal dari faring (Kam et al., 2013).

2.2.4 Lokasi Benda Asing

Lokasi benda asing tidak hanya tergantung berdasarkan bentuk dan ukuran, tetapi juga berdasarkan posisi saat terjadinya aspirasi (Korlacki et al., 2011). Benda asing pada saluran nafas dapat tersangkut di tiga tempat, yaitu laring, trakea, dan bronkus, dimana 80-90% akan tersangkut pada bronkus (Novialdi and Rahman, 2012). Benda asing pada saluran nafas lebih banyak ditemukan pada bronkus kanan daripada bronkus kiri. Hal ini disebabkan oleh bronkus kanan yang memiliki aliran udara lebih besar dan posisi nya yang lebih landai (Yunizaf, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan Orji dan Akpeh (2010), dari 85 kasus aspirasi benda asing, 68 kasus berada pada bronkus dan 17 kasus pada trakea bagian bawah. Pada kasus benda asing pada bronkus, ditemukan 76% terdapat pada bronkus kanan dan 24% pada bronkus kiri.


(59)

2.2.5 Jenis Benda Asing

Jenis benda asing organik yang sering ditemukan pada aspirasi benda asing adalah jenis makanan seperti kacang, buncis, dan jagung. Benda-benda asing organik ini dapat mengabsorbsi air dan membesar dalam beberapa waktu sehingga menjadi lebih mudah pecah. Karena karakteristik tersebut, benda asing dapat lebih mudah menuju saluran nafas yang lebih jauh pada saat dilakukan endoskopi dan bisa mengakibatkan benda asing susah untuk diakses (Yetim et al., 2012).

Benda-benda anorganik seperti koin, peniti, mainan-mainan kecil, plastik juga dapat ditemukan pada kasus aspirasi benda asing (Saki et al., 2009). Pada negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, benda asing berupa peniti cukup sering dijumpai khusunya pada perempuan yang menggunakan jilbab. Insidensi benda asing berupa plastik juga masih cukup tinggi pada negara industri (Eroglu et al., 2003). Plastik dapat sukar didiagnosis secara radiologik karena bersifat non-iritatif serta radiolusen, sehingga dapat menetap di traktus trakeobronkial dalam waktu yang lama (Yunizaf, 2011).

Selain benda-benda yang berasal dari luar tubuh manusia atau yang biasa disebut dengan benda eksogen, benda asing pada saluran nafas juga dapat berasal dari dalam tubuh manusia atau yang biasa disebut dengan benda endogen. Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, dan nanah. Cairan amnion dan mekonium dapat masuk ke saluran nafas bayi pada saat proses persalinan (Yunizaf, 2011).

2.2.6 Gejala Klinis

Gejala yang timbul akibat aspirasi benda asing tergantung pada jenis, ukuran, lokasi, dan sifat iritasi benda asing terhadap mukosa (Novialdi and Rahman, 2012). Aspirasi benda asing dapat muncul tanpa gejala dan tidak terdeteksi dalam hitungan jam, bahkan sampai tahunan (Fitri et al., 2012). Gejala utama yang ditimbulkan oleh aspirasi benda asing pada anak-anak maupun orang dewasa adalah batuk. Selain batuk, gejala lain yang dapat ditimbulkan adalah


(60)

menimbulkan gejala. Sianosis dan dispnea sering ditemukan pada pasien yang didiagnosis secara terlambat (Saki et al., 2009). Selain itu, dapat juga terjadi suara pernafasan yang melemah unilateral dan adanya ronkhi (Orji and Akpeh, 2010).

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis aspirasi benda asing yang tepat waktu sangatlah penting untuk menghindari komplikasi awal dan lambat yang berat. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologi, dan bronkoskopi sebagai standar baku emas (Fitri et al., 2012).

Anamnesis merupakan diagnosis yang cukup penting dalam kasus benda asing pada traktus trakeobronkial. Anamnesis dapat membuktikan 70-80% kasus (Petrovic et al., 2012). Riwayat mengenai tersedak perlu ditanya untuk menegakkan adanya aspirasi benda asing. Kemudian gejala seperti batuk, mengi, dan bahkan stridor juga perlu ditanya ketika melakukan anamnesis (Novialdi and Rahman, 2012).

Pada setiap pasien yang diduga mengalami aspirasi benda asing, dapat dilakukan pemeriksaan radiologik untuk membantu menegakkan diagnosis. Benda asing yang berupa radioopak dapat dibuat foto rontgen segera setelah kejadian, sedangkan pada benda yang berupa radiolusen hanya terlihat komplikasi yang terjadi seperti emfisema atau atelektasis setelah 24 jam pertama. Pemeriksaan rontgen pada benda asing radiolusen dalam waktu kurang dari 24 jam setelah kejadian sering menunjukkan gambaran radiologis yang belum berarti (Yunizaf, 2011).

Pemeriksaan radiologik tidak hanya menunjukkan lokasi benda asing, namun dapat juga menunjukkan jumlah dan ukuran benda asing. Selain itu, komplikasi yang terjadi juga dapat terlihat (Ambe et al., 2012).

Bronkoskopi harus dilakukan pada pasien aspirasi benda asing pada saluran nafas jika benda asing tidak dapat didiagnosis melalui pemeriksaan radiologik. Pemeriksaan bronkoskopi perlu dilakukan dengan cepat, karena semakin cepat pemeriksaan dilakukan semakin sedikit komplikasi yang akan terjadi. Selain sebagai sarana diagnosis, pemeriksaan bronkoskopi juga dilakukan


(61)

sebagai terapi pada pasien dengan kasus benda asing pada saluran nafas (Saki et al., 2009).

2.2.8 Penatalaksanaan

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat dan tepat perlu diketahu gejala-gejala yang ditimbulkan oleh benda asing. Secara prinsip, benda asing pada saluran nafas dapat diatasi dengan pengangkatan segera secara endoskopi dalam kondisi yang paling aman, dengan trauma yang minimum. Pengangkatan secara endoskopi harus dipersiapkan secara optimal, baik dari segi alat maupun personal yang telah terlatih (Yunizaf, 2011).

Pada kasus aspirasi benda asing, bronkoskopi menjadi standar baku emas dengan tingkat keberhasilan diatas 98%. Bronkoskopi kaku memiliki berbagai keunggulan dibandingkan dengan bronkoskopi fleksibel. Bronkoskopi kaku juga dapat digunakan untuk aspirasi darah, sekret kental, dan untuk ventilasi pasien. Dalam kasus yang jarang terjadi, jika tindakan bronkoskopi gagal maka dapat dilakukan tindakan reseksi segmental (Rodrigues et al., 2012).

Cara lain yang dapat dilakukan untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat laring adalah dengan cara perasat dari Heimlich (Heimlich maneuver) yang dapat dilakukan pada anak-anak dan orang dewasa. Cara melakukannya adalah dengan meletakkan tangan pada prosesus xifoid, kemudian dilakukan penekanan ke arah paru pasien beberapa kali, sehingga benda asing akan terlempar keluar mulut. Pada tindakan ini, posisi wajah pasien harus lurus, leher jangan ditekuk ke samping agar jalan nafas merupakan garis lurus. Pada anak dibawah satu tahun, sebaiknya cara menolongnya tidak dengan menggunakan kepalan tangan, tetapi cukup dengan dua buah jari kiri dan kanan karena dapat menimbulkan komplikasi berupa fraktur iga (Yunizaf, 2011).


(62)

Tabel 2.3 Ukuran Tuba Bronkoskopi pada Bayi dan Anak (Siegel, 2012)

USIA BRONKOSKOPI

Prematur 3,0 mm x 20 cm

Bayi baru lahir 3,5 mm x 25 cm

3 hingga 6 bulan 3,5 mm x 30 cm

1 tahun 4,0 mm x 30 cm

2 tahun 4,0 mm x 30 cm

4 tahun 5,0 mm x 35 cm

5 hingga 7 tahun 5,0 mm x 35 cm 8 hingga 12 tahun 6,0 mm x 35 cm

2.2.9 Komplikasi

Keterlambatan diagnosis merupakan faktor utama terjadinya komplikasi pada aspirasi benda asing. Terlalu lama nya benda asing didalam saluran nafas dapat memicu terbentuknya jaringan granulasi dan infeksi paru yang rekuren. Penyebab lain terjadinya komplikasi adalah keterlambatan dilakukannya bronkoskopi. Pasien yang menjalani bronkoskopi lebih dari 24 jam setelah aspirasi benda asing memiliki komplikasi dua kali lipat dibandingkan dengan pasien yang menjalani bronkoskopi pada 24 jam pertama (Shlizerman et al., 2010).

Komplikasi dapat terjadi baik dari benda asing nya sendiri maupun dari prosedur pengangkatan benda asing. Komplikasi yang dapat terjadi berupa pneumonia, edema jalan nafas, sesak nafas, bronkiektasis, bronkitis, jaringan granuloma, trakeitis, dan pneumothorax (Sahadan et al., 2011). Beberapa peneliti menganjurkan penggunaan kortikosteroid sebelum dan sesudah bronkoskopi untuk mengurangi kejadian edema jalan nafas pasca intervensi (Yetim et al., 2012).


(1)

vii

2.2.3 Etiologi 11

2.2.4 Lokasi Benda Asing 11

2.2.5 Jenis Benda Asing 12

2.2.6 Gejala Klinis 12

2.2.7 Diagnosis 13

2.2.8 Penatalaksanaan 14

2.2.9 Komplikasi 15

2.3Anatomi Esofagus dan Traktus Trakeobronkial 16

2.3.1 Anatomi Esofagus 16

2.3.2 Anatomi Traktus Trakeobronkial 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 19

3.1 Kerangka Konsep 19

3.2 Definisi Operasional 19

3.2.1 Benda Asing 19

3.2.2 Usia 20

3.2.3 Jenis Kelamin 20

3.2.4 Lokasi Benda Asing 21

3.2.5 Jenis Benda Asing 21

3.2.6 Gejala Klinis 21

3.2.7 Komplikasi 22

3.2.8 Prognosis 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 23

4.1 Jenis Penelitian 23

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 23

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 23

4.3.1 Populasi Penelitian 23

4.3.2 Sampel Penelitian 23


(2)

4.6 Ethical Clearance 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 25

5.1 Hasil Penelitian 25

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 25

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel 25

5.2 Pembahasan 35

5.2.1 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Usia 35

a. Esofagus 35

b. Traktus Trakeobronkial 35

5.2.2 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Jenis Kelamin 36

a. Esofagus 36

b. Traktus Trakeobronkial 36

5.2.3 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Lokasi Benda Asing 37

a. Esofagus 37

b. Traktus Trakeobronkial 37

5.2.4 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Jenis Benda Asing 38

a. Esofagus 38

b. Traktus Trakeobronkial 39

5.2.5 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Gejala Klinis 39

a. Esofagus 39

b. Traktus Trakeobronkial 40

5.2.6 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Komplikasi 41

a. Esofagus 41

b. Traktus Trakeobronkial 41

5.2.6 Profil Penderita Benda Asing Berdasarkan Prognosis 42

a. Esofagus 42

b. Traktus Trakeobronkial 42


(3)

ix

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 43

6.1 Kesimpulan 43

6.2 Saran 44

DAFTAR PUSTAKA 46


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Jadwal Endoskopi untuk Tertelannya Benda 8

Asing

Tabel 2.2 Ukuran Tuba Esofagoskopi pada Bayi dan Anak 9 Tabel 2.3 Ukuran Tuba Bronkoskopi pada Bayi dan Anak 15 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Usia 26 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Jenis 27 Kelamin

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Lokasi 28 Benda Asing

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Jenis 28 Benda Asing

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Benda 29

Asing

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Gejala 31 Klinis

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan 32 Komplikasi

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan 34 Prognosis


(5)

xi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Esofagus 17

Gambar 2.2 Trakea dan Bronkus 18


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Izin Survei Awal Penelitian

LAMPIRAN 3 Izin Studi Pendahuluan di RSUP Haji Adam Malik

LAMPIRAN 4 Persetujuan Komisi Etik

LAMPIRAN 5 Izin Penelitian di RSUP Haji Adam Malik

LAMPIRAN 6 Data Induk

LAMPIRAN 7 Hasil Output SPSS