Kajian Potensi Produksi Padi Daerah Irigasi Namu Sira-Sira Di Kecamatan Sei Bingai Kabupaten Langkat

5

TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Irigasi
Irigasi

adalah

tanahuntukpertumbuhantanaman
praktisdalampenanamandan

prosesaplikasibuatanairkepermukaan
di

bidang

pertanian.

merancangsistempasokan

Secara


airuntuklahan

pertanianuntuk melindungitanaman dariefekburukdarikekeringanataucurah hujan
yang rendah.Hal tersebut termasukpembangunanbendung, bendungan,dansistem
kanaluntukpasokan regulerdarisumber air kelahan (Basak, 1999).
Menurut Dumairy (1992) berdasarkan sudut pandangan cara pemberian
airnya pada tanaman, irigasi digolong-golongkan menjadi irigasi permukaan,
irigasi curah dan irigasi bawah tanah. Irigasi permukaan (surface irrigation)
adalah metode irigasi yang pemberian airnya pada tanaman dilakukan dengan cara
penggenangan atau pengaliran di permukaan tanah. Metode irigasi semacam ini
merupakan metode yang sangat umum dipraktekkan dalam kegiatan usaha tani,
baik yang disengaja maupun tanpa disengaja, pada pengairan yang bersifat teknis
maupun sederhana. Irigasi permukaan ini dibedakan atas irigasi permukaan
dengan cara penggenangan dan irigasi permukaan dengan cara pengaliran.
Metode irigasi bervariasi dalam berbagai bagian dunia dan pada berbagai
tanah pertanian dalam suatu lingkungan karena perbedaan pada tanah, topografi,
persediaan air, tanaan dan kebiasaan.Metode irigasi penggenangan maupun
metode galengan dan pengolaman cocok untuk tanaman makanan ternak maupun
padi.Tanaman yang berderet diberi air dengan alur.Setiap atau kombinasi

beberapa metode bisa baik sekali diterapkan pada satu tanah pertanian
(Hansen, dkk., 1992).

5
Universitas Sumatera Utara

6

Saluran irigasi di daerah irigasi teknis dibedakan menjadi saluran irigasi
pembawa air dan saluran pembuang.Ditinjau dari jenis dan fungsinya saluran
irigasi pembawa dapat dibedakan menjadi saluran primer, sekunder, tersier serta
kuarter.Ditinjau dari letaknya saluran irigasi pembawa dapat pula dibedakan
menjadi saluran garis tinggi/kontur dan saluran garis punggung.Saluran garis
tinggi yaitu saluran yang ditempatkan sejurusan dengan garis tinggi/kontur.
Saluran garis punggung yaitu saluran yang ditempatkan pada punggung medan.
Pada saluran pembawa, dapat dibuat saluran tanpa pasangan dan saluran dengan
pasangan (Mawardi, 2007).
Tanaman Padi
Di Indonesia dan di negara lain padi ditanam di dua jenis lahan utama
yaitu lahan sawah dan ladang (lahan kering). Di Indonesia padi ditanam di dua

musim yang berbeda yaitu musim hujan dan musim kemarau.Sedangkan
berdasarkan ketersediaan air, sawah dapat digolongkan menjadi dua golongan
besar,

yaitu

sawah

tadah

hujan

dan

sawah

irigasi

teknis


(Suprayono dan Setyono, 1993).
Siregar (1981) menyatakan bahwa tumbuhan padi adalah tumbuhan yang
tergolong tanaman air (waterplant). Sebagai tanaman air bukanlah berarti bahwa
tanaman padi itu hanya bisa tumbuh di atas tanah yang terus menerus digenangi
air, baik penggenangan itu terjadi secara alamiah sebagai terjadi pada tanah rawarawa, maupun penggenangan itu disengaja sebagai terjadi pada tanah-tanah
sawah. Dengan megahnya juga tanaman padi itu dapat tumbuh di tanah daratan
atau tanah kering, asalkan curah hujan mencukupi kebutuhan tanaman akan air.

Universitas Sumatera Utara

7

Padi termasuk genus Oryza L yang meliputi lebih kurang 25 spesies,
tersebar didaerah tropik dan daerah sub tropik seperti Asia, Afrika, Amerika dan
Australia. Menurut Chevalier dan Neguier padi berasal dari dua benua Oryza
fatua Koenig dan Oryza sativa L berasal dari benua Asia, sedangkan jenis padi
lainya yaitu Oryza stapfii Roschev dan Oryza glaberima Steund berasal dari
Afrika barat. Padi yang ada sekarang ini merupakan persilangan antara Oryza
officinalisdan Oryza sativa f spontania. Di Indonesia pada mulanya tanaman padi
diusahakan didaerah tanah kering dengan sistim ladang, akhirnya orang berusaha

memantapkan hasil usahanya dengan cara mengairi daerah yang curah hujannya
kurang (Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2010).
Alternatif untuk pengembangan lingkungan pertanaman padi adalah
dengan mengubah hidrologi pada tanah di daerah itu. Setelah dibuatkan tanggul,
selanjutnya penggenangan dengan air tawar, baik yang berasal dari sungai pasang,
ataupun air tawar yang disalurkan melalui saluran irigasi-irigasi, memungkinkan
tanaman padi tumbuh dengan baik,dengan hasil yang lebih memuaskan (Sutedjo
dan Kartasapoetra, 1988).
Budidaya Tanaman Padi
Suparyono dan Setyono (1997) menyatakan bahwa padi tumbuh baik di
daerah tropis maupun sub tropis. Untuk padi sawah, ketersediaan air yang mampu
menggenangi lahan tempat penanaman sangat penting.Oleh karena itu
menggenang terus-menerus maka tanah sawah harus memiliki kemampuan
menahan air yang tinggi seperti tanah lempung.Untukkebutuhan air tersebut,
diperlukan sumber mata air yang besar kemudian ditampung dalam bentuk waduk

Universitas Sumatera Utara

8


(danau).Dari waduk inilah sewaktu-waktu air dapat dialirkan selama periode
pertumbuhan padi sawah.
Tumbuhan padi bersifat merumpun, artinya tanaman-tanaman anakberanak. Demikianlah umpamanya: Bibit yang hanya sebatang saja ditanamkan
dalam waktu yang sangat singkat telah dapat membentuk satu dapuran, dimana
terdapat 20-30 atau lebih anakan/tunas-tunas baru. Kecepatan anak-beranak yang
begitu pesat bisa menimbulkan kesulitan untuk mengetahui manakah di antara
sejumlah batang-batangnya dalam satu rumpun itu yang merupakan batang
utamanya, dan mana yang merupakan batang-batang dari anak/tunas baru
(Siregar, 1981).
Dalam

budidaya

padi,

perlu

diperhatikan

faktor-faktor


penentu

keberhasilan, diantaranya syarat tumbuh, pH tanah, bibit tanaman, serta cara
mengendalikan hama dan penyakit tanaman padi. Lokasi budidaya padi dan syarat
tumbuh tanaman perlu diketahui untuk menentukan varietas maupun pengendalian
hama dan penyakit. Tanaman padi sawah memerlukan curah hujan antara 200
mm/bulan atau 1500-2000 mm/tahun, ketinggian tempat optimal 0-1500 mdpl.
Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman 23°C.Intensitas sinar matahari penuh
tanpa naungan.Budidaya padi sawah dapat dilakukan di segala musim.Air sangat
dibutuhkan oleh tanaman padi.Saat musim kemarau, air harus tersedia untuk
meningkatkan produksi.Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
tanah mengandung pasir, debu, maupun lempung (Kurnianti, 2013).
Potensi Produksi Padi Per Satuan Luas Lahan
Di dalam suatu set sistem produksi terdapat suatu nilai batas maksimum
produktifitas yang tidak dapat dilampaui tanpa merubah set sistem produksi itu

Universitas Sumatera Utara

9


sendiri. Sampai dengan satu dasawarsa yang akan datang (sampai dengan tahun
2000) secara pasti dapat ditetapkan bahwa energi surya yang dapat sampai ke
permukaan bumi akan merupakan faktor penentu batas produktifitas lahan akan
budidaya padi sawah. Yoshida(1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan
bahwa secara kasar produksi maksimum padi yang ditentukan oleh faktor
pembatas energi radiasi surya yang sampai di bumi dapat dihitung dengan rumus :
W=

Eu×T×Rs
K

×104 gm/m2 ………………………………………………………......(1)

dengan
W = pertambahan berat kering tumbuhan (kg/ha)
T = lama waktu pertumbuhan (hari)
Rs = rerata radiasi matahari yang sampai dipermukaan bumi (kal/cm2 hari)
K = tetapan (kal/gr)
Eu = koefisien konversi energi surya (untuk kawasan tropis 0,025)

Hansen, et. al(1980) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa Nilai
Rs dapat diperhitungan dengan memakairumus empiris Hargreaves
Rs=0,10 Rso (S)1/2 kal/cm2 hari…………………………………………………..(2)
dengan
Rso = energi surya yang diterima dipuncak atmosfir (kal/cm2hari)
S

= persen lama penyinaran

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Padi
AAK (1992) menyatakan bahwa tanaman padi dapat hidup dengan baik di
daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Dengan kata lain,
padi dapat hidup baik di daerah beriklim panas yang lembab. Pengertian ini

Universitas Sumatera Utara

10

menyangkut curah hujan, temperatur, ketinggian tempat, sinar matahari, angin dan
musim.

1. Curah Hujan
Tanaman padi membutuhkan curah hujan yang baik, rata-rata 200
mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan
yang dikehendaki pertahun sekitar 1500-2000 mm. Curah hujan yang baik akan
membawa dampak positif dalam pengairan, sehingga penggenangan air yang
diperlukan tanaman padi di sawah dapat tercukupi.
2. Suhu
Suhu mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan tanaman.Suhu yang
panas merupakan temperatur yang sesuai bagi tanaman padi, misalnya daerah
tropika yang dilalui garis khatulistiwa seperti negara kita ini.Tanaman padi dapat
tumbuh dengan baik pada suhu 230C ke atas, sedangkan negara di Indonesia
pengaruh suhu tidak terasa, sebab suhunya hampir konstan sepanjang
tahun.Adapun salah satu pengaruh suhu terhadap tanaman padi yaitu kehampaan
pada biji.
3. Tinggi tempat
Menurut Junghun dalam AAK (1992), hubungan antara tinggi tempat
dengan tanaman padi adalah sebagai berikut :
a. Daerah antara 0-650 meter dengan suhu antara 26,50C-22,50C
termasuk 96% dari luas tanah di Jawa, cocok untuk tanaman padi.
b. Daerah antara 650-1500 meter dengan suhu antara 22,50C-18,70C

masih cocok untuk tanaman padi.

Universitas Sumatera Utara

11

4. Sinar matahari
Tanaman padi memerlukan sinar matahari.Hal ini sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman padi yang hanya dapat hidup di daerah berhawa panas. Di
samping itu, sinar matahari diperlukan untuk berlangsungnya proses fotosintesis,
terutama pada saat tanaman berbunga sampai proses pemasakan buah. Proses
pembungaan dan kemasakan buah berkaitan erat dengan intensitas penyinaran
dan keadaan awan.
5. Angin
Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi.
Pengaruh positifnya, terutaman pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi
angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri
atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada
saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini
akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman
tumbuh terlalu tinggi.
6. Musim
Musim berhubungan erat dengan hujan yang berpengaruh di dalam
penyediaan air, dan hujan dapat berpengaruh terhadap pembentukan buah (ingat
penyerbukan dan pembuahan) sehingga sering terjadi bahwa penanaman padi
pada musim kemarau mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada penanaman
padi pada musim hujan, dengan catatan apabila pengairan baik.
Selain dipengaruhi oleh faktor iklim, pertumbuhan tanaman padi juga
dipengaruhi oleh keadaan tanah. Siregar (1981) menyatakan bahwa sejalan
dengan keadaan/ kondisi di mana padi itu dipertanamkan, menanam padi di tanah

Universitas Sumatera Utara

12

yang sengaja digenangi air yaitu tanah sawah, usaha penanaman padi itu disebut
“menyawah”, sementara penanaman padi di tanah kering atau tanah darat disebut
“berladang”. Varietas padi yang dipergunakan untuk lahan yang digenangi air
disebut varietas padi sawah, sementara varietas yang dipergunakan untuk tanah
darat/kering disebut varietas padi ladang. Selanjutnya AAK (1992) menyatakan
bahwa sifat fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan padi yaitu tekstur tanah,
struktur tanah, air serta udara dalam tanah.
Asnawi dalam Varley (1995) menyatakan bahwa salah satu faktor
penghambat utama dari program swasembada adalah faktor tersedianya air irigasi
secara cukup yang dapat dikendalikan pada waktu yang tepat di sawah-sawah
petani.Hasil studi saya di Sumatera Barat menunjukkan dengan nyata bahwa air
irigasi tidak saja meningkatkan hasil perhektar secara langsung tetapi juga untuk
memberikan respon tanaman terhadap pupuk kimia.Varietas padi unggul baru
tinggi hasilnya kalau diberi pupuk kimia dengan dosis yang tepat. Respon
tanaman terhadap pupuk akan muncul jika ada air irigasi.Barker dan Herdt (1984)
dalam Varley (1995) juga menyatakan serupa dimana kontribusi irigasi terhadap
kenaikan produksi padi berbanding terbalik dengan kelas irigasi (rendah, sedang
dan tinggi).Kesimpulannya, disamping penyuluhan langsung, irigasi merupakan
prasarana penentu agar teknologi baru (bibit unggul dan pupuk kimia) dapat
berperan secara efektif.
Debit air yang akan dialirkan pada luas lahan sawah yang dialiri
berhubungan dengan efisiensi irigasi. Dumairy (1992) menyatakan bahwa
kebutuhan air di persawahan dihitung berdasarkan dalamnya kebutuhan air
dikalikan dengan luas daerah irigasi kemudian ditambah besarnya kehilangan air

Universitas Sumatera Utara

13

di perjalanan.Kehilangan air di perjalanan maksudnya air yang hilang selama
dalam perjalanannya dari bangunan induk menuju petak persawahan, yakni air
yang hilang di salurkan baik karena evaporasi ataupun karena perembesan ke
dalam tanah. Hal ini menunjukkan bahwa debit air akan mempengaruhi efisiensi
irigasi dimana debit air yang akan dialirkan akan berkurang dan berpengaruh
terhadap jumlah air yang akan diberikan sebagai salah satu indikator dari efisiensi
irigasi.
Potensi Sistem Irigasi Untuk Mendukung Budidaya Padi Sawah
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa kinerja jaringan irigasi sangat
tergantung pada cara eksploitasi dan pemeliharaan jaringan irigasi serta
pengelolaan air. Dengan demikian kinerja jaringan irigasi akan ditentukan oleh
empat anasir utamanya, yaitu keadaan fisik jaringan, kemampuan pengoperasian
jaringan oleh petugas (personil Dinas Pengairan, PU), petani pemanfaat air, dan
ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengingat pengoperasian dan
pemanfaatan. Ke empat anasir tersebut beserta proses kegiatannya dinamakan
sebagai sistem irigasi. Di dalam analisis tinjau, potensi sistem sebagai sarana
pendukung budidaya padi sawah dapat ditunjukkan dengan memakai tiga bentuk
tolok ukur, yaitu luas dan perkembangan lahan irigasi, nisbah (ratio) antara luas
lahan panen dengan lahan beririgasi, serta keandalan sistem irigasi untuk
stabilisasi produksi.
1. Luas dan perkembangan lahan Irigasi
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan luas
lahan irigasi adalah luas lahan yang dirancang untuk dapat diberi air irigasi dalam
suatu daerah irigasi (DI). Analisis tentang luas dan perkembangan lahan irigasi di

Universitas Sumatera Utara

14

Indonesia selama empat kali Pelita dijumpai tiga hal yang menarik, diantaranya
adalah :
1. Wirosoemarto (1983) dalam Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa biaya
pembangunan jaringan irigasi perkesatuan luas yang cenderung naik.
Kecenderungan akan naiknya biaya pembangunan jaringan irigasi ternyata
tidak hanya semata-mata disebabkan oleh karena faktor perkembangan
moneter, tetapi juga disebabkan oleh faktor kesulitan teknis konstruksi yang
terus meningkat sebagai akibat keterbatasan air dan lahan.
2. Di Jawa pertambahan luas lahan irigasi teknis ternyata diikuti dengan
menurunnya luas lahan irigasi semi teknis dan irigasi sederhana. Bila
perubahan luas lahan klas irigasi dihubungkan dengan nisbah luas lahan antar
klas irigasi maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan jaringan irigasi di
Jawa dimaksudkan untuk lebih bersifat peningkatan mutu kemampuan
pelayanan (pengelolaan air) dibandingkan dengan bertambah luasnya
kemampuan pelayanan. Keadaan perkembangan lahan irigasi seperti di Jawa
berlangsung oleh karena adanya dua kendala utama yaitu keterbatasan lahan
untuk dijadikan lahan sawah baru dan keterbatasan sumberdaya air yang
dapat dikembangkan.
Di luar Jawa yang masih mempunyai potensi untuk perluasan areal dan
sumberdaya air yang dapat dikembangkan relatif masih banyak, pengembangan
irigasi dapat mengarah pada dua sasaran, yaitu perluasan areal pelayanan dan
peningkatan mutu pelayanan irigasi yang diupayakan dengan peningkatan klas
irigasi.Oleh karenanya maka luas lahan dari dua klas irigasi di Indonesia dapat
berkembang bersama-sama.

Universitas Sumatera Utara

15

Nisbah luas lahan irigasi teknis dengan luas lahan irigasi semi teknis dan
sederhana adalah :
Luas Lahan Irigasi Teknis

Nisbah luas lahan irigasi teknis = Luas irigasi semi teknis+luas irigasi sederhana…….......(3)
2.

Nisbah Antara Luas Lahan Panen Dengan Luas Lahan Beririgasi
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa nisbah antara luas panen dengan

luas lahan beririgasi dapat dipakai sebagai petunjuk kemampuan pelayanan
jaringan irigasi sebagai sarana budidaya padi dilahan sawah.Apabila nilai nisbah
selalu dibawah 2, hal ini berarti bahwa sasaran 2 x tanam padi dapat
tercapai.Untuk Indonesia secara keseluruhan ternyata perkembangan luas lahan
irigasi tidak dapat secara proposional diimbangi dengan luas panen.Bahkan ada
kecenderungan kemampuan lahan beririgasi untuk mendukung luas panen
menurun meskipun secara statistik penurunan tersebut tidak nyata.
3.

Keandalan Jaringan Irigasi Untuk Stabilisasi Produksi Padi Sawah
Keandalan fungsional jaringan irigasi terhadap perubahan iklim dapat

dilihat melalui fluktuasi luas panen per satuan luas lahan irigasi.Selain itu,
keandalan jaringan irigasi ini juga dapat dilihat dari angka kerusakan luas areal
panen pada luasan tertentu selama periode tertentu pula.Jika angka kerusakan
semakin tahun cenderung meningkat maka dapat dikatakan bahwa keandalan
jaringan irigasi untuk menunjang stabilisasi produksi padi sawah masih perlu
ditingkatkan (Pusposutardjo, 1991).
Pusposutardjo (1991) mengemukakan bahwa keandalan fungsional
jaringan irigasi dapat pula ditentukan oleh manajemen irigasinya.Varley (1995)
mengemukakan bahwa kemajuan pembangunan fisik jaringan irigasi di Indonesia
tidak diimbangi dengan kemajuan manajemen irigasinya. Kenyataan di lapangan

Universitas Sumatera Utara

16

banyak jaringan irigasi yang tidak berfungsi dengan baik, terjadi kebocoran dalam
penyaluran dan pemberian air, lemahnya perawatan dan pemeliharaan jaringan
irigasi, distribusi air yang tidak merata, serta jadwal giliran pemakaian air yang
yang tidak tertib.
Beberapa kendala dalam meningkatkan keandalan jaringan irigasi dalam
stabilisasi produk padi sawah, antara lain:
1. sumber air irigasi umumnya berasal dari air limpasan yang diambil dengan
bendung ( run offon the river system)
2. sistem irigasi yang ada dirancang untuk dioperasikan atas dasar jadwal
waktu operasi yang tetap sedangkan pasok air hujan berlangsung secara
stokhastik
3. perubahan lingkungan yang mempengaruhi sifat hubungan hujan-limpasan
berlangsung cepat
4. keterbatasan data dan sarana pengumpulan data klimatologi dan hidrologi
yang sangat menentukan berhasilnya pencapaian fungsional jaringan
(Pusposutardjo, 1991).
Aras Pencapaian Produksi Padi
Pusposutardjo (1991) menyatakan bahwa apabila nilai produksi yang
sangat tinggi dan penerapan teknologi yang sangat efisien maka akan sulit kiranya
untuk menaikkan produktifitas lahan per satuan luas, tanpa merubah set teknologi
yang ada guna memperoleh pasok energi surya yang lebih banyak lagi. Angka
pencapaian tersebut dapat dibandingkan dengan angka potensi produksi per satuan
luas. Apabila aras pencapaian produksi padi sudah >90% berarti nilai produksi
sawah sangat tinggi.

Universitas Sumatera Utara