ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA JAJANAN MAKANANYANG DIJUAL DI AREA PASAR BAMBARU KOTA PALU DANPEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI | Putri | EJIP BIOL 9367 30581 1 SM
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA JAJANAN MAKANAN
YANG DIJUAL DI AREA PASAR BAMBARU KOTA PALU DAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI
Aticha Anata Putri1, Fatmah Dhafir2, Abd. Hakim Laenggeng2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
Email: Tichaputri@yahoo.com
1
ABSTRAK
Artikel ini dikembangkan dari penelitian skripsi yang bertujuan untuk bertujuan untuk
menganalisis kandungan rhodamin B pada jajanan makanan yang dijual di area pasar Bambaru
kota Palu, sampel penelitian diambil secara acak dari 3 penjual jajanan makanan (kue) dengan
jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 13 sampel, jenis penelitian berupa deskriptif
kualitatif diuji menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang dideteksi secara
visual maupun menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm menunjukkan
hasil penelitian bahwa tidak terdapat kandungan rhodamin B karena tidak terdapat sampel
yang menyamai ataupun mendekati dengan memiliki perbedaan 0,01-0,02 dengan nilai Rf
larutan standar sedangkan untuk hasil analisis media dinyatakan layak untuk disajikan dalam
bentuk informasi media pembelajaran berupa poster.
Kata Kunci: Makanan Jajanan; Bahan Pewarna Makanan; Rhodamin B; Media Pembelajaran.
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 1
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
ANALYSIS RHODAMI B CONTENT OF THE SNACKS FOODS IN BAMBARU
MARKET AREA PALU CITY AND ITS UTILIZATION AS A MEDIUM OF
LEARNING BIOLOGY
Aticha Anata Putri1, Fatmah Dhafir2, Abd. Hakim Laenggeng2
Student Biology Study Program Major Education MIPA FKIP
Lecture Biology Study Program Major Education MIPA FKIP
E-mail: tichaputri@yahoo.com
1
2
ABSTRACT
Rhodamin B including synthetic dyes are banned its use in food, because it can cause
damage to organs, but often abused uses such as in cosmetics and foods on the market. This
study aimed to analysis rhodamin B content of the snacks foods in Bambaru market area Palu
City. Type of research in qualitative descriptive, the sampling is done randomly from 3 seller
snacks with sample number 13, testing using the thin layer chromatography methods which
detect visually and using UV light with a wavelength of 254 nm. The result of research showed
that there is no rodamin B content in the samples, because it is not found to the same samples
or approaching the 0,01 – 0,02 range with standard solutions Rf value, whereas media
analysis results are feasible for the information presented in the form of instructional media
such as posters.
Keywords: Snack foods, Food coloring agent, Rhodamin B, Medium of learning.
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 2
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
PENDAHULUAN
Penggunaan
Pangan
(BTP)
satunya adalah rhodamin B, biasa digunakan
Bahan
pewarna
tekstil,
tetapi
banyak
pedagang yang menyalahgunakannya untuk
masyarakat.
mewarnai makanan. Rhodamin B sangat larut
Penyimpangan dalam penggunaannya akan
dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam
membahayakan kesehatan (Cahyadi, 2008).
asam hidroklorida dan natrium hidroksida.
Penentuan mutu bahan pangan umumnya
Rhodamin B adalah zat warna sintetik
sangat bergantung pada beberapa faktor
berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan,
seperti cita rasa, tekstur dan nilai gizinya juga
berwarna merah keunguan dalam bentuk
sifat mikrobiologis. Sebelum faktor-faktor
terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna
lain dipertimbangkan, secara visual faktor
merah terang pada konsentrasi rendah.
warna tampil lebih dulu dan kadang-kadang
Rhodamin B dapat digunakan untuk pewarna
sangat menentukan. Warna juga dapat
kulit, kapas, woll, serat kulit kayu, nilon,
digunakan sebagai indikator kesegaran atau
serat asetat, kertas, tinta, vernis, sabun dan
kematangan.
bulu (Wirasto, 2008).
negatif
berakibat
sebagai
positif
maupun
dapat
Tambahan
bagi
Baik
tidaknya
cara
pencampuran atau cara pengolahan dapat
Produk makanan yang paling sering
ditandai dengan adanya warna yang seragam
ditambahkan dengan zat warna adalah
dan merata (Cahyadi, 2005).
makanan jajanan seperti kue ku, bolu kukus,
Warna merupakan daya tarik terbesar
bolu gulung dan berbagai macam kue lainnya
untuk menikmati makanan setelah aroma.
yang dikreasikan dengan bentuk unik dan
Aroma yang wangi, rasa yang lezat dan
menarik dan juga sangat digemari dikalangan
tekstur yang lembut bisa jadi akan diabaikan
masyarakat. Sama halnya dengan makanan
jika warna dari makanan itu tidak menarik
jajanan yang dijual di pasar-pasar, salah
atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
satunya pasar Bambaru kota Palu yang
dari makanan tersebut (Gardjito, 2006). Saat
dulunya pasar Tua merupakan pasar pertama
ini marak ditemukan makanan khususnya
di kota Palu Sul-Teng. Pasar tua (bambaru )
yang dikonsumsi anak-anak tidak memenuhi
selalu ramai pembeli karena di pasar ini
persyaratan
menjual berbagai aneka jajanan makanan dari
dan
mengandung
bahan
berbahaya bagi kesehatan.
makanan tradisional hingga makanan modern
Zat pewarna sintetik yang dilarang
penggunaannya
dalam
makanan
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 3
salah
hasil olahan masyarakat seperti nasi kuning,
burasa, kue-kue basah dan berbagai jajanan
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
makanan dengan paduan warna cantik dan
Hasil
penelitian
dimanfaatkan
bentuk yang menarik serta cita rasa yang
sebagai media pembelajaran berupa poster
dapat mengguga selera, dengan melihat
yang sebelumnya telah divalidasi oleh tim
perpaduan warna yang menarik tersebutlah
ahli dan 29 orang. Hal ini bertujuan untuk
sehingga menimbulkan pemikiran penulis
mengetahui media tersebut layak digunakan
untuk mengambil suatu penelitian yang
atau tidak dengan menggunakan rumus
berjudul analisis kandungan rhodamain B
persentasi hasil penilaian dan kategori
pada jajanan yang dijual di area pasar
persentase kelayakan media pembelajaran
Bambaru kota Palu dan memanfaatkannnya
adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002)
sebagai
sumber
informasi
dengan
Rumus Presentase Hasil Penilaian =
menampilkannya dalam media pembelajaran
Kategori presentase kelayakan media
berupa poster.
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
penelitian
deskriptif
ini
merupakan
kualitatif
dengan
menggunakan metode KLT (Kromatografi
76% - 100%
Layak
56% - 75%
Cukup layak
40% - 55%
Kurang layak
0% - 39%
Tidak layak
Lapis Tipis), teknik pengambilan sampel
HASIL PENELITIAN
dilakukan secara acak (Random Sampling).
1) Hasil Penelitian Rhodamin B pada
Jajanan Makanan secara Kualitatif
Perhitungan nilai Rf merupakan suatu
Sampel
penelitian
yang
diambil
merupakanan sampel kue yang memiliki
warnan merah mencolok yang dijual di area
pasar Bambaru kota Palu.
Data yang telah terkumpul dianalisis
menggunakan analisi kualitatif. Analisis
kualitatif dengan KLT dapat dilakukan
untuk
uji
identifikasi
senyawa
baku.
Parameter pada KLT yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf.
Dengan perhitungan nilai Rf didasarkan atas
rumus (Gritter et al, 1991):
parameter yang dapat dijadikan bukti untuk
menentukan kandungan rhodamin B pada
sampel makanan jajanan yang diperoleh dari
3 tempat penjualan kue yang ada di area
pasar
Bambaru
kota
Palu,
dengan
menghitung jarak pergerakan noda pada plat
yang dapat dilihat secara visual maupun
dengan sinar UV sehingga diperoleh larutan
pembanding rhodamin B
dengan kode
sampel (Lp) memperlihatkan warna secara
visual berwarna merah muda sedangkan
pada lampu UV memperlihatkan warna
Keterangan: Rf (range frekuensi) = Faktor retensi
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 4
orange atau kuning dan untuk nilai Rf yang
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
diperoleh yaitu 0,92, selanjutnya untuk data
sampel P3S1 0,88 dan P3S2 0,68 yang dapat
identifikasi ke-13 sampel di sajikan dalam
dilihat pada Tabel 6. Sampel kue dapat
tabel-tabel berikut:
dikatakan
Tabel 1. Perhitungan Harga Rf dengan
Menggunakan KLT Sampel
Makanan (kue) Penjual 1
menyamai ataupun mendekati harga Rf
positif
apabila
nilai
Rf-nya
larutan standar atau nilai Rf sampel hanya
berbeda 0,01/0,02 dari nilai Rf larutan
standar sedangkan pada ke-13 sampel yang
telah dihitung nilai Rf-nya, tidak ditemukan
sampel yang menyamai ataupun mendekati
nilai dengan perbedaan 0,01/0,02 dari nilai
Tabel 2. Perhitungan Harga Rf dengan
Menggunakan KLT Sampel
Makanan (kue) Penjual 2
Rf standar, hal ini menandakan bahwa
dalam parameter perhitungan harga Rf
untuk ke-13 sampel yang diuji dikatakan
negatif mengandung bahan pewarna sintetik
rhodamin B.
Tabel 3. Perhitungan Harga Rf dengan
Menggunakan KLT Sampel
Makanan (kue) Penjual 3
Tabel 4. Pemeriksaan Warna untuk
Sampel
Makanan
(kue)
Penjual 1
Pemeriksaan
warna
secara
visual
Perhitungan nilai Rf =larutan standar
maupun dengan menggunakan lampu UV,
dan ke-13 sampel yang diuji diperoleh nilai
ditunjukkan pada Tabel 1, sampel makanan
Rf
0,92
penjual 1 menunjukkan hasil yang negatif
sedangkan nilai Rf ke 13 sampel yaitu pada
mengandung rhodamin B, dengan tidak
penjual pertama untuk kode sampel P1S1
terbentuknya warna merah muda secara
0,87, P1S2 0,79, P1S3 0,83, P1S4 0,75, P1S5
visual dan orange atau kuning pada lampu
0,81 dapat dilihat pada tabel 4, untuk
UV sehingga sampel dikatakan negatif.
pada
larutan
standar
yaitu
penjual kedua dengan kode sampel P2S1
0,80, P2S2 0,76, P2S3 0,78, P2S4 0,76, P2S5
0,82, P2S6 0,89 dapat dilihat pada Tabel 5
dan untuk penjual ketiga dengan kode
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 5
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
Tabel 5. Pemeriksaan Warna untuk
Sampel
Makanan
(kue)
Penjual 2
memperlihatkan warna merah muda secara
visual dan orange atau kuning dengan lampu
UV dengan kode sampel P3S1 (Bolu kukus a)
yang menyatakan sampel tersebut positif
mengandung rhodamin B.
2) Hasil Analisis Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini berupa poster. Analisis
Pemeriksaan warna secara visual
media
pembelajaran
dilakukan
dengan
poster
dengan
maupun dengan menggunakan lampu UV,
menguji
yang ditunjukkan pada Tabel 2, sampel
melakukan validasi poster oleh tim dosen
makanan untuk penjual 2 menunjukkan hasil
ahli isi, media dan desain pada, serta 29
berbeda pada penjual pertama yaitu pada
orang mahasiswa yang berperan sebagai
penjual kedua dari 6 sampel yang ada,
validator sehingga dapat diperoleh hasil
terdapat 4 sampel yang memperlihatkan
yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
warna merah muda secara visual dan orange
Tabel 7. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran oleh Ahli Isi
atau kuning dengan lampu UV dengan kode
kelayakan
sampel P2S1 (Bolu kukus a), P2S2 (Bolu
kukus b), P2S4 (Bolu kukus d) dan P2S5
(Bolu kukus e)
sampel
tersebut
yang menyatakan ke-4
positif
mengandung
rhodamin B.
Tabel 6. Pemeriksaan Warna untuk
Sampel
Makanan
(kue)
Penjual 3
Tabel 7 presentase kelayakan yang
dilakukan oleh ahli isi (dosen) menyatakan
Pemeriksaan warna secara visual
bahwa
media
poster
tersebut
layak
maupun dengan menggunakan lampu UV,
digunakan sebagai sumber belajar dan dapat
yang ditunjukkan pada Tabel 3, sampel
menunjang proses pembelajaran dengan
makanan untuk penjual 3 diperoleh hasil
jumlah persentase yang diperoleh sebesar
bahwa
84%.
terdapat
1
sampel
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 6
yang
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
Tabel 8. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran
oleh
Ahli
Desain
menyatakan bahwa media poster tersebut
layak digunakan sebagai sumber belajar dan
dapat
menunjang
proses
pembelajaran
dengan jumlah persentase yang diperoleh
sebesar 80%.
Tabel 10. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran oleh Mahasiswa
Tabel 8 presentase kelayakan diatas
yang dilakukan oleh ahli desain (dosen)
menyatakan bahwa media poster tersebut
cukup layak digunakan sebagai sumber
belajar
dan
dapat
menunjang
proses
pembelajaran dengan jumlah persentase
yang diperoleh sebesar 70,66%.
Tabel 9. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran oleh Ahli Media
Setelah dilakukan validasi media
terhadap poster oleh tim ahli dengan melihat
kriteria bagian isi, desain dan media pada
poster,
selanjutnya
dilakukan
validasi
kembali oleh 29 orang mahasiswa sehingga
diperoleh nilai persentase sebesar 82,8%
dapat dilihat pada Tabel 4.10 atau dapat
dikatakan layak digunakan sebagai sumber
belajar
dan
mampu
dijadikan
sebagai
penunjang proses pembelajaran.
PEMBAHASAN
1. Analisis Kandungan Rhodamin B
Makanan jajanan adalah makanan
yang
diolah
ditempat
oleh
pengrajin
makanan
penjualan
kemudian
disajikan
Tabel 9 presentase kelayakan diatas
sebagai makanan siap santap untuk dijual di
yang dilakukan oleh ahli media (dosen)
tempat umum selain yang disajikan oleh jasa
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 7
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
boga, rumah makan/restoran dan hotel
B seringkali disalahgunakan penggunaanya
(Kemenkes RI, 2003). Pedagang jajanan kue
pada makanan.
yang ada di area pasar Bambaru yang
Hasil penelitian diperoleh bahwa
merupakan tempat pengumpulan sampel,
tidak terdapat sampel yang mengandung
menjual berbagai macam jenis dan bentuk
rhodamin B seperti yang telah dicurigai, hal
kue yang unik serta warna yang beragam
ini dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai
yang dapat menarik mata siapa saja yang
Rf ke-13 sampel yang menyatakan tidak
melihatnya, hampir semua jenis dan bentuk
terdapat sampel yang menyamai ataupun
maupun warna kue yang mereka jual
berbeda 0,01-0,02 dengan nilai Rf larutan
cenderung sama, tetapi warna dan bentuk
standar. Menurut Lipsy (2010), nilai Rf dapat
yang unik itu tidak menjamin kualitas
dijadikan bukti dalam menidentifikasi suatu
maupun keamanan kue yang mereka jual.
senyawa, yang mana jika hasil identifikasi
Pedagang jajanan kue di area pasar Bambaru
nilai Rf memiliki nilai yang sama maka
ini mulai berjualan pagi hari hingga sore
senyawa tersebut dapat dikatakan memilki
hari.
karakteristik
yang
sama
atau
mirip,
Rhodamin B merupakan zat pewarna
sedangkan jika nilai Rf-nya berbeda maka
yang tersedia di pasar yang digunakan
senyawa tersebut dapat dikatakan bukan
dalam industri tekstil dan kertas, akan tetapi
senyawa yang sama.
zat ini sering disalahgunakan sebagai zat
Identifikasi parameter warna secara
pewarna makanan dan kosmetik diberbagai
visual dan sinar UV terdapat 5 sampel yang
Negara. Rhodamin B merupakan zat kimia
memperlihatkan warna merah muda secara
berbahaya yang
visual dan orange atau kuning pada lampu
dengan
tidak boleh dicampur
makanan
dinyatakan
UV dengan panjang gelombang 254. Hal ini
bagi manusia serta bersifat
sejalan dengan pendapat Ditjen POM (2001)
karsinogenik. (Depkes, 1985). Rhodamin B
menyatakan bahwa sampel makanan yang
merupakan salah satu zat warna sintetik
mengandung rhodamin B akan mudah
yang
diamati,
berbahaya
dilarang
karena
penggunaannya
dalam
jika
secara
visual
akan
makanan dan dinyatakan sebagai bahan
memperlihatkan warna merah muda dan jika
yang berbahaya menurut Peraturan Menteri
dilihat dengan sinar UV 254 nm akan
Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
berfluorensi orange atau kuning, tetapi kedua
karena dapat menyebabkan kerusakan hati,
parameter ini tidak dapat dijadikan bukti
ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi
dalam pengidentifikasian suatu senyawa, hal
berupa pembesaran organ, tetapi rhodamin
ini disebabkan banyak faktor yang dapat
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 8
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017
ISSN 2338-1795
mempengaruhi hasil warna yang terbentuk,
menggunakan metode kromatografi lapis
diantaranya
tipis (KLT).
kemungkinan
warna
yang
terbentuk pada plat merupakan kandungan
Warna merah muda hingga warna
lemak dalam sampel karena sifat dari plat
merah mencolok pada makanan yang dijual
KLT itu sendiri dapat memisahkan senyawa
oleh pedagang jajanan, khususnya di area
lipid serta dapat juga disebabkan afinitas dari
pasar Bambaru kota Palu dapat diartikan
pewarna makanan alami ataupun sintetik
bahwa
yang lain dan bukan dari afinitas dari
mengandung zat pewarna berbahaya yang
pewarna rhodamin B karena banyak pewarna
dilarang oleh pemerintah seperti rhodamin B,
alami ataupun sintetik yang memiliki warna
namun ada beberapa sampel yang hanya
merah menyerupai rhodamin B.
dapat
Penelitian yang sama juga dilakukan
tidak
semua
dikatakan
makanan
jajanan
mengarah
positif
mengandung rhodamin B sekalipun belum
oleh Sitanggang dkk (2013), bertujuan untuk
terbukti
mengidentifikasi serta mengetahui kadar
dinyatakan
rhodamin B pada jajanan pasar yang beredar
masyarakat harus lebih memilih-milih dalam
di kota Pekanbaru dengan menggunakan
membeli jajanan, dengan memperhatikan
metode yang sama dengan hasil yang
kebersihan maupun keamanan makanan yang
ditunjukkan
yang
akan di beli. Rhodamin B merupakan salah
diperoleh dari 4 lokasi di kota Pekanbaru
satu zat warna sintetik yang dilarang
tidak mengandungan rhodamin B dan
penggunaannya
wanteks, dengan membandingkan waktu
dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya
retensi
baku
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
pembanding rhodamin B dan wanteks,
No.722/Menkes/Per/IX/1988 karena dapat
namun dari sampel yang dianalisis dengan
menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan
HPLC diduga menggunakan pewarnalain
limfa diikuti perubahan anatomi berupa
yang merupakan senyawa baru dan bukan
pembesaran
merupakan pewarna rhodamin B. Kemudian
seringkali
dilakukan lagi oleh Karimah dkk (2014),
pada makanan.
dengan
2. Analisis Media Pembelajaran
bahwa
antara
11
sampel
sampel
dengan
tujuan untuk menganalisis zat
pewarna sintetik pada pangan jajanan di SD
kompleks
Lariangbangi
Makassar
dengan
informasi
diuji
bahan
mengandung
zat
sintetik
rhodamin B, pemeriksaan rhodamin B
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 9
Rf
organ,
tetapi
dapat
pangan
tetap
saja
B
penggunaanya
salah
berupa
dan
rhodamin
berfungsi
yang
masih
makanan
disalahgunakan
dapat
dan
tetapi
dalam
informasi,
menunjukkan bahwa semua sampel yang
tidak
negatif
Media
sumber
nilai
satu
sebagai
bentuk
penyalahgunaan
tidak
seharusnya
terkandung dalam makanan. Hal inilah yang
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
sering terjadi dalam kehidupan masyarakat
dan perlu adanya media yang digunakan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
untuk menyampaikan pesan kewaspadaan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
dalam memilih maupun membeli makanan
1. Hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
jajanan. Sehingga dalam penelitian ini
bahwa tidak terdapat kandungan zat
peneliti memilih media berupa poster untuk
pewarna sintetik rhodamin B pada
menyampaikan hasil penelitian.
jajanan yang dijual di area pasar
Prinsip dari sebuah poster merupakan
Bambaru kota Palu yang ditunjukkan
gagasan yang dicetuskan dalam bentuk
oleh nilai Rf ke 13 sampel yang
ilustrasi gambar yang disederhanakan dan
menyatakan tidak terdapat sampel yang
dibuat dalam ukuran besar dengan panjang
menyamai ataupun memiliki perbedaan
100 dan lebar 50 cm, bertujuan untuk
0,01/0,02 dengan nilai Rf larutan standar.
menarik perhatian, membujuk, memotifasi
2. Media pembelajaran tentang analisis
atau memperingatkan pada gagasan pokok,
kandungan
fakta atau peristiwa tertentu (Sudjana dan
rhodamin B pada jajanan yang dijual di
Rivai, 2013). Sehingga, penulis membuat
area pasar Bambaru kota Palu layak
sebuah poster untuk menyajikan data hasil
dimanfaatkan
penelitian, yang sebelumnya telah diuji
pembelajaran.
zat
pewarna
sebagai
sintetik
media
kelayakan oleh 3 orang dosen ahli dan 29
orang mahasiswa yang terdiri dari kelompok
besar dan kecil. Hasil uji kelayakan poster
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyatakan bahwa poster layak digunakan
dikemukakan saran sebagai brikut:
sebagai
dengan
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
persentase keseluruhan adalah 79,3%. Poster
mengetahui berbagai jenis pewarna yang
yang baik harus dinamis dan menonjolkan
ditambahkan ke dalam makanan jajanan
kualitas.
yang beredar di pasaran maupun di
media
Poster
pembelajaran
harus
sederhana
tidak
memerlukan pemikiran bagi pengamat secara
terinci, harus cukup kuat menarik perhatian,
bila tidak, akan hilang kegunaannya.
tokoh-tokoh kue lainnya.
2. Disarakan
agar
peneliti
selanjutnya
melakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan berbagai metode yang
lebih akurat untuk mendapatkan hasil
penelitian yang signifikan.
DAFTAR RUJUKAN
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 10
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktek. Edisi
revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tipis. Skripsi pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Tidak diterbitkan.
Cahyadi, W. (2005). Analisis dan Aspek
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Cetakan I, Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno. (1995). Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Kesehatan. (1985). Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1168/Menkes/PER/X/88.
Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan.
Ditjen POM RI. (2001). Metode Analisis
PPOMN. Ditjen POM Jakarta.
Gardjito, M., Murdiati, A., dan Aini, N.
(2006). “Mikroenkapsulasi -karoten
Buah Labu Kuning dengan Enkapsulan
Whey dan Karbohidrat”. Jurnal
Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
2, (1), 1-10.
Gritter, R. J., J. M. Bobbit, and A. E.
Schwarting.
(1991).
Pengantar
Kromatografi. Ed. 2, Terjemahan
Kokasih Padmawinata. Bandung: ITB.
Lipsy,
P.
(2010).
Thin
Layer
Chromatography Characterization of
the Active Ingredients In Excerdrin
And Anacin. USA. Department of
Chemistry and Chemical Biology,
Steven Intitute of Technology.
Sudjana, N., dan Rivai, A. (2013). Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Wirasto. (2008). Analisis Rhodamin B dan
Methanil Yellow dalam Minuman
Jajanan Anak SD di Kecamatan
Laweyan
Kotamadya
Surakarta
dengan Metode Kromatografi Lapis
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 11
Sitanggang J., S. Anita, Chainulfiffah
(2013). Analisis Rhodamin B dalam
Makanan Jajanan Pasar di Kota
Pekanbaru. Skiripsi Sarjana pada
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Riau Pekanbaru : Tidak diterbitkan
ISSN 2338-1795
2017
ANALISIS KANDUNGAN RHODAMIN B PADA JAJANAN MAKANAN
YANG DIJUAL DI AREA PASAR BAMBARU KOTA PALU DAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN BIOLOGI
Aticha Anata Putri1, Fatmah Dhafir2, Abd. Hakim Laenggeng2
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
2
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNTAD
Email: Tichaputri@yahoo.com
1
ABSTRAK
Artikel ini dikembangkan dari penelitian skripsi yang bertujuan untuk bertujuan untuk
menganalisis kandungan rhodamin B pada jajanan makanan yang dijual di area pasar Bambaru
kota Palu, sampel penelitian diambil secara acak dari 3 penjual jajanan makanan (kue) dengan
jumlah sampel yang terkumpul sebanyak 13 sampel, jenis penelitian berupa deskriptif
kualitatif diuji menggunakan metode KLT (Kromatografi Lapis Tipis) yang dideteksi secara
visual maupun menggunakan lampu UV dengan panjang gelombang 254 nm menunjukkan
hasil penelitian bahwa tidak terdapat kandungan rhodamin B karena tidak terdapat sampel
yang menyamai ataupun mendekati dengan memiliki perbedaan 0,01-0,02 dengan nilai Rf
larutan standar sedangkan untuk hasil analisis media dinyatakan layak untuk disajikan dalam
bentuk informasi media pembelajaran berupa poster.
Kata Kunci: Makanan Jajanan; Bahan Pewarna Makanan; Rhodamin B; Media Pembelajaran.
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 1
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
ANALYSIS RHODAMI B CONTENT OF THE SNACKS FOODS IN BAMBARU
MARKET AREA PALU CITY AND ITS UTILIZATION AS A MEDIUM OF
LEARNING BIOLOGY
Aticha Anata Putri1, Fatmah Dhafir2, Abd. Hakim Laenggeng2
Student Biology Study Program Major Education MIPA FKIP
Lecture Biology Study Program Major Education MIPA FKIP
E-mail: tichaputri@yahoo.com
1
2
ABSTRACT
Rhodamin B including synthetic dyes are banned its use in food, because it can cause
damage to organs, but often abused uses such as in cosmetics and foods on the market. This
study aimed to analysis rhodamin B content of the snacks foods in Bambaru market area Palu
City. Type of research in qualitative descriptive, the sampling is done randomly from 3 seller
snacks with sample number 13, testing using the thin layer chromatography methods which
detect visually and using UV light with a wavelength of 254 nm. The result of research showed
that there is no rodamin B content in the samples, because it is not found to the same samples
or approaching the 0,01 – 0,02 range with standard solutions Rf value, whereas media
analysis results are feasible for the information presented in the form of instructional media
such as posters.
Keywords: Snack foods, Food coloring agent, Rhodamin B, Medium of learning.
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 2
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
PENDAHULUAN
Penggunaan
Pangan
(BTP)
satunya adalah rhodamin B, biasa digunakan
Bahan
pewarna
tekstil,
tetapi
banyak
pedagang yang menyalahgunakannya untuk
masyarakat.
mewarnai makanan. Rhodamin B sangat larut
Penyimpangan dalam penggunaannya akan
dalam air dan alkohol, sedikit larut dalam
membahayakan kesehatan (Cahyadi, 2008).
asam hidroklorida dan natrium hidroksida.
Penentuan mutu bahan pangan umumnya
Rhodamin B adalah zat warna sintetik
sangat bergantung pada beberapa faktor
berbentuk serbuk kristal berwarna kehijauan,
seperti cita rasa, tekstur dan nilai gizinya juga
berwarna merah keunguan dalam bentuk
sifat mikrobiologis. Sebelum faktor-faktor
terlarut pada konsentrasi tinggi dan berwarna
lain dipertimbangkan, secara visual faktor
merah terang pada konsentrasi rendah.
warna tampil lebih dulu dan kadang-kadang
Rhodamin B dapat digunakan untuk pewarna
sangat menentukan. Warna juga dapat
kulit, kapas, woll, serat kulit kayu, nilon,
digunakan sebagai indikator kesegaran atau
serat asetat, kertas, tinta, vernis, sabun dan
kematangan.
bulu (Wirasto, 2008).
negatif
berakibat
sebagai
positif
maupun
dapat
Tambahan
bagi
Baik
tidaknya
cara
pencampuran atau cara pengolahan dapat
Produk makanan yang paling sering
ditandai dengan adanya warna yang seragam
ditambahkan dengan zat warna adalah
dan merata (Cahyadi, 2005).
makanan jajanan seperti kue ku, bolu kukus,
Warna merupakan daya tarik terbesar
bolu gulung dan berbagai macam kue lainnya
untuk menikmati makanan setelah aroma.
yang dikreasikan dengan bentuk unik dan
Aroma yang wangi, rasa yang lezat dan
menarik dan juga sangat digemari dikalangan
tekstur yang lembut bisa jadi akan diabaikan
masyarakat. Sama halnya dengan makanan
jika warna dari makanan itu tidak menarik
jajanan yang dijual di pasar-pasar, salah
atau tidak sesuai dengan apa yang diharapkan
satunya pasar Bambaru kota Palu yang
dari makanan tersebut (Gardjito, 2006). Saat
dulunya pasar Tua merupakan pasar pertama
ini marak ditemukan makanan khususnya
di kota Palu Sul-Teng. Pasar tua (bambaru )
yang dikonsumsi anak-anak tidak memenuhi
selalu ramai pembeli karena di pasar ini
persyaratan
menjual berbagai aneka jajanan makanan dari
dan
mengandung
bahan
berbahaya bagi kesehatan.
makanan tradisional hingga makanan modern
Zat pewarna sintetik yang dilarang
penggunaannya
dalam
makanan
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 3
salah
hasil olahan masyarakat seperti nasi kuning,
burasa, kue-kue basah dan berbagai jajanan
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
makanan dengan paduan warna cantik dan
Hasil
penelitian
dimanfaatkan
bentuk yang menarik serta cita rasa yang
sebagai media pembelajaran berupa poster
dapat mengguga selera, dengan melihat
yang sebelumnya telah divalidasi oleh tim
perpaduan warna yang menarik tersebutlah
ahli dan 29 orang. Hal ini bertujuan untuk
sehingga menimbulkan pemikiran penulis
mengetahui media tersebut layak digunakan
untuk mengambil suatu penelitian yang
atau tidak dengan menggunakan rumus
berjudul analisis kandungan rhodamain B
persentasi hasil penilaian dan kategori
pada jajanan yang dijual di area pasar
persentase kelayakan media pembelajaran
Bambaru kota Palu dan memanfaatkannnya
adalah sebagai berikut (Arikunto, 2002)
sebagai
sumber
informasi
dengan
Rumus Presentase Hasil Penilaian =
menampilkannya dalam media pembelajaran
Kategori presentase kelayakan media
berupa poster.
pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Jenis
penelitian
penelitian
deskriptif
ini
merupakan
kualitatif
dengan
menggunakan metode KLT (Kromatografi
76% - 100%
Layak
56% - 75%
Cukup layak
40% - 55%
Kurang layak
0% - 39%
Tidak layak
Lapis Tipis), teknik pengambilan sampel
HASIL PENELITIAN
dilakukan secara acak (Random Sampling).
1) Hasil Penelitian Rhodamin B pada
Jajanan Makanan secara Kualitatif
Perhitungan nilai Rf merupakan suatu
Sampel
penelitian
yang
diambil
merupakanan sampel kue yang memiliki
warnan merah mencolok yang dijual di area
pasar Bambaru kota Palu.
Data yang telah terkumpul dianalisis
menggunakan analisi kualitatif. Analisis
kualitatif dengan KLT dapat dilakukan
untuk
uji
identifikasi
senyawa
baku.
Parameter pada KLT yang digunakan untuk
identifikasi adalah nilai Rf.
Dengan perhitungan nilai Rf didasarkan atas
rumus (Gritter et al, 1991):
parameter yang dapat dijadikan bukti untuk
menentukan kandungan rhodamin B pada
sampel makanan jajanan yang diperoleh dari
3 tempat penjualan kue yang ada di area
pasar
Bambaru
kota
Palu,
dengan
menghitung jarak pergerakan noda pada plat
yang dapat dilihat secara visual maupun
dengan sinar UV sehingga diperoleh larutan
pembanding rhodamin B
dengan kode
sampel (Lp) memperlihatkan warna secara
visual berwarna merah muda sedangkan
pada lampu UV memperlihatkan warna
Keterangan: Rf (range frekuensi) = Faktor retensi
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 4
orange atau kuning dan untuk nilai Rf yang
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
diperoleh yaitu 0,92, selanjutnya untuk data
sampel P3S1 0,88 dan P3S2 0,68 yang dapat
identifikasi ke-13 sampel di sajikan dalam
dilihat pada Tabel 6. Sampel kue dapat
tabel-tabel berikut:
dikatakan
Tabel 1. Perhitungan Harga Rf dengan
Menggunakan KLT Sampel
Makanan (kue) Penjual 1
menyamai ataupun mendekati harga Rf
positif
apabila
nilai
Rf-nya
larutan standar atau nilai Rf sampel hanya
berbeda 0,01/0,02 dari nilai Rf larutan
standar sedangkan pada ke-13 sampel yang
telah dihitung nilai Rf-nya, tidak ditemukan
sampel yang menyamai ataupun mendekati
nilai dengan perbedaan 0,01/0,02 dari nilai
Tabel 2. Perhitungan Harga Rf dengan
Menggunakan KLT Sampel
Makanan (kue) Penjual 2
Rf standar, hal ini menandakan bahwa
dalam parameter perhitungan harga Rf
untuk ke-13 sampel yang diuji dikatakan
negatif mengandung bahan pewarna sintetik
rhodamin B.
Tabel 3. Perhitungan Harga Rf dengan
Menggunakan KLT Sampel
Makanan (kue) Penjual 3
Tabel 4. Pemeriksaan Warna untuk
Sampel
Makanan
(kue)
Penjual 1
Pemeriksaan
warna
secara
visual
Perhitungan nilai Rf =larutan standar
maupun dengan menggunakan lampu UV,
dan ke-13 sampel yang diuji diperoleh nilai
ditunjukkan pada Tabel 1, sampel makanan
Rf
0,92
penjual 1 menunjukkan hasil yang negatif
sedangkan nilai Rf ke 13 sampel yaitu pada
mengandung rhodamin B, dengan tidak
penjual pertama untuk kode sampel P1S1
terbentuknya warna merah muda secara
0,87, P1S2 0,79, P1S3 0,83, P1S4 0,75, P1S5
visual dan orange atau kuning pada lampu
0,81 dapat dilihat pada tabel 4, untuk
UV sehingga sampel dikatakan negatif.
pada
larutan
standar
yaitu
penjual kedua dengan kode sampel P2S1
0,80, P2S2 0,76, P2S3 0,78, P2S4 0,76, P2S5
0,82, P2S6 0,89 dapat dilihat pada Tabel 5
dan untuk penjual ketiga dengan kode
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 5
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
Tabel 5. Pemeriksaan Warna untuk
Sampel
Makanan
(kue)
Penjual 2
memperlihatkan warna merah muda secara
visual dan orange atau kuning dengan lampu
UV dengan kode sampel P3S1 (Bolu kukus a)
yang menyatakan sampel tersebut positif
mengandung rhodamin B.
2) Hasil Analisis Media Pembelajaran
Media pembelajaran yang digunakan
dalam penelitian ini berupa poster. Analisis
Pemeriksaan warna secara visual
media
pembelajaran
dilakukan
dengan
poster
dengan
maupun dengan menggunakan lampu UV,
menguji
yang ditunjukkan pada Tabel 2, sampel
melakukan validasi poster oleh tim dosen
makanan untuk penjual 2 menunjukkan hasil
ahli isi, media dan desain pada, serta 29
berbeda pada penjual pertama yaitu pada
orang mahasiswa yang berperan sebagai
penjual kedua dari 6 sampel yang ada,
validator sehingga dapat diperoleh hasil
terdapat 4 sampel yang memperlihatkan
yang disajikan dalam tabel sebagai berikut:
warna merah muda secara visual dan orange
Tabel 7. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran oleh Ahli Isi
atau kuning dengan lampu UV dengan kode
kelayakan
sampel P2S1 (Bolu kukus a), P2S2 (Bolu
kukus b), P2S4 (Bolu kukus d) dan P2S5
(Bolu kukus e)
sampel
tersebut
yang menyatakan ke-4
positif
mengandung
rhodamin B.
Tabel 6. Pemeriksaan Warna untuk
Sampel
Makanan
(kue)
Penjual 3
Tabel 7 presentase kelayakan yang
dilakukan oleh ahli isi (dosen) menyatakan
Pemeriksaan warna secara visual
bahwa
media
poster
tersebut
layak
maupun dengan menggunakan lampu UV,
digunakan sebagai sumber belajar dan dapat
yang ditunjukkan pada Tabel 3, sampel
menunjang proses pembelajaran dengan
makanan untuk penjual 3 diperoleh hasil
jumlah persentase yang diperoleh sebesar
bahwa
84%.
terdapat
1
sampel
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 6
yang
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
Tabel 8. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran
oleh
Ahli
Desain
menyatakan bahwa media poster tersebut
layak digunakan sebagai sumber belajar dan
dapat
menunjang
proses
pembelajaran
dengan jumlah persentase yang diperoleh
sebesar 80%.
Tabel 10. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran oleh Mahasiswa
Tabel 8 presentase kelayakan diatas
yang dilakukan oleh ahli desain (dosen)
menyatakan bahwa media poster tersebut
cukup layak digunakan sebagai sumber
belajar
dan
dapat
menunjang
proses
pembelajaran dengan jumlah persentase
yang diperoleh sebesar 70,66%.
Tabel 9. Persentase Kelayakan Media
Pembelajaran oleh Ahli Media
Setelah dilakukan validasi media
terhadap poster oleh tim ahli dengan melihat
kriteria bagian isi, desain dan media pada
poster,
selanjutnya
dilakukan
validasi
kembali oleh 29 orang mahasiswa sehingga
diperoleh nilai persentase sebesar 82,8%
dapat dilihat pada Tabel 4.10 atau dapat
dikatakan layak digunakan sebagai sumber
belajar
dan
mampu
dijadikan
sebagai
penunjang proses pembelajaran.
PEMBAHASAN
1. Analisis Kandungan Rhodamin B
Makanan jajanan adalah makanan
yang
diolah
ditempat
oleh
pengrajin
makanan
penjualan
kemudian
disajikan
Tabel 9 presentase kelayakan diatas
sebagai makanan siap santap untuk dijual di
yang dilakukan oleh ahli media (dosen)
tempat umum selain yang disajikan oleh jasa
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 7
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
boga, rumah makan/restoran dan hotel
B seringkali disalahgunakan penggunaanya
(Kemenkes RI, 2003). Pedagang jajanan kue
pada makanan.
yang ada di area pasar Bambaru yang
Hasil penelitian diperoleh bahwa
merupakan tempat pengumpulan sampel,
tidak terdapat sampel yang mengandung
menjual berbagai macam jenis dan bentuk
rhodamin B seperti yang telah dicurigai, hal
kue yang unik serta warna yang beragam
ini dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai
yang dapat menarik mata siapa saja yang
Rf ke-13 sampel yang menyatakan tidak
melihatnya, hampir semua jenis dan bentuk
terdapat sampel yang menyamai ataupun
maupun warna kue yang mereka jual
berbeda 0,01-0,02 dengan nilai Rf larutan
cenderung sama, tetapi warna dan bentuk
standar. Menurut Lipsy (2010), nilai Rf dapat
yang unik itu tidak menjamin kualitas
dijadikan bukti dalam menidentifikasi suatu
maupun keamanan kue yang mereka jual.
senyawa, yang mana jika hasil identifikasi
Pedagang jajanan kue di area pasar Bambaru
nilai Rf memiliki nilai yang sama maka
ini mulai berjualan pagi hari hingga sore
senyawa tersebut dapat dikatakan memilki
hari.
karakteristik
yang
sama
atau
mirip,
Rhodamin B merupakan zat pewarna
sedangkan jika nilai Rf-nya berbeda maka
yang tersedia di pasar yang digunakan
senyawa tersebut dapat dikatakan bukan
dalam industri tekstil dan kertas, akan tetapi
senyawa yang sama.
zat ini sering disalahgunakan sebagai zat
Identifikasi parameter warna secara
pewarna makanan dan kosmetik diberbagai
visual dan sinar UV terdapat 5 sampel yang
Negara. Rhodamin B merupakan zat kimia
memperlihatkan warna merah muda secara
berbahaya yang
visual dan orange atau kuning pada lampu
dengan
tidak boleh dicampur
makanan
dinyatakan
UV dengan panjang gelombang 254. Hal ini
bagi manusia serta bersifat
sejalan dengan pendapat Ditjen POM (2001)
karsinogenik. (Depkes, 1985). Rhodamin B
menyatakan bahwa sampel makanan yang
merupakan salah satu zat warna sintetik
mengandung rhodamin B akan mudah
yang
diamati,
berbahaya
dilarang
karena
penggunaannya
dalam
jika
secara
visual
akan
makanan dan dinyatakan sebagai bahan
memperlihatkan warna merah muda dan jika
yang berbahaya menurut Peraturan Menteri
dilihat dengan sinar UV 254 nm akan
Kesehatan RI No.722/Menkes/Per/IX/1988
berfluorensi orange atau kuning, tetapi kedua
karena dapat menyebabkan kerusakan hati,
parameter ini tidak dapat dijadikan bukti
ginjal dan limfa diikuti perubahan anatomi
dalam pengidentifikasian suatu senyawa, hal
berupa pembesaran organ, tetapi rhodamin
ini disebabkan banyak faktor yang dapat
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 8
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017
ISSN 2338-1795
mempengaruhi hasil warna yang terbentuk,
menggunakan metode kromatografi lapis
diantaranya
tipis (KLT).
kemungkinan
warna
yang
terbentuk pada plat merupakan kandungan
Warna merah muda hingga warna
lemak dalam sampel karena sifat dari plat
merah mencolok pada makanan yang dijual
KLT itu sendiri dapat memisahkan senyawa
oleh pedagang jajanan, khususnya di area
lipid serta dapat juga disebabkan afinitas dari
pasar Bambaru kota Palu dapat diartikan
pewarna makanan alami ataupun sintetik
bahwa
yang lain dan bukan dari afinitas dari
mengandung zat pewarna berbahaya yang
pewarna rhodamin B karena banyak pewarna
dilarang oleh pemerintah seperti rhodamin B,
alami ataupun sintetik yang memiliki warna
namun ada beberapa sampel yang hanya
merah menyerupai rhodamin B.
dapat
Penelitian yang sama juga dilakukan
tidak
semua
dikatakan
makanan
jajanan
mengarah
positif
mengandung rhodamin B sekalipun belum
oleh Sitanggang dkk (2013), bertujuan untuk
terbukti
mengidentifikasi serta mengetahui kadar
dinyatakan
rhodamin B pada jajanan pasar yang beredar
masyarakat harus lebih memilih-milih dalam
di kota Pekanbaru dengan menggunakan
membeli jajanan, dengan memperhatikan
metode yang sama dengan hasil yang
kebersihan maupun keamanan makanan yang
ditunjukkan
yang
akan di beli. Rhodamin B merupakan salah
diperoleh dari 4 lokasi di kota Pekanbaru
satu zat warna sintetik yang dilarang
tidak mengandungan rhodamin B dan
penggunaannya
wanteks, dengan membandingkan waktu
dinyatakan sebagai bahan yang berbahaya
retensi
baku
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI
pembanding rhodamin B dan wanteks,
No.722/Menkes/Per/IX/1988 karena dapat
namun dari sampel yang dianalisis dengan
menyebabkan kerusakan hati, ginjal dan
HPLC diduga menggunakan pewarnalain
limfa diikuti perubahan anatomi berupa
yang merupakan senyawa baru dan bukan
pembesaran
merupakan pewarna rhodamin B. Kemudian
seringkali
dilakukan lagi oleh Karimah dkk (2014),
pada makanan.
dengan
2. Analisis Media Pembelajaran
bahwa
antara
11
sampel
sampel
dengan
tujuan untuk menganalisis zat
pewarna sintetik pada pangan jajanan di SD
kompleks
Lariangbangi
Makassar
dengan
informasi
diuji
bahan
mengandung
zat
sintetik
rhodamin B, pemeriksaan rhodamin B
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 9
Rf
organ,
tetapi
dapat
pangan
tetap
saja
B
penggunaanya
salah
berupa
dan
rhodamin
berfungsi
yang
masih
makanan
disalahgunakan
dapat
dan
tetapi
dalam
informasi,
menunjukkan bahwa semua sampel yang
tidak
negatif
Media
sumber
nilai
satu
sebagai
bentuk
penyalahgunaan
tidak
seharusnya
terkandung dalam makanan. Hal inilah yang
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
sering terjadi dalam kehidupan masyarakat
dan perlu adanya media yang digunakan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
untuk menyampaikan pesan kewaspadaan
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
dalam memilih maupun membeli makanan
1. Hasil
penelitian
dapat
disimpulkan
jajanan. Sehingga dalam penelitian ini
bahwa tidak terdapat kandungan zat
peneliti memilih media berupa poster untuk
pewarna sintetik rhodamin B pada
menyampaikan hasil penelitian.
jajanan yang dijual di area pasar
Prinsip dari sebuah poster merupakan
Bambaru kota Palu yang ditunjukkan
gagasan yang dicetuskan dalam bentuk
oleh nilai Rf ke 13 sampel yang
ilustrasi gambar yang disederhanakan dan
menyatakan tidak terdapat sampel yang
dibuat dalam ukuran besar dengan panjang
menyamai ataupun memiliki perbedaan
100 dan lebar 50 cm, bertujuan untuk
0,01/0,02 dengan nilai Rf larutan standar.
menarik perhatian, membujuk, memotifasi
2. Media pembelajaran tentang analisis
atau memperingatkan pada gagasan pokok,
kandungan
fakta atau peristiwa tertentu (Sudjana dan
rhodamin B pada jajanan yang dijual di
Rivai, 2013). Sehingga, penulis membuat
area pasar Bambaru kota Palu layak
sebuah poster untuk menyajikan data hasil
dimanfaatkan
penelitian, yang sebelumnya telah diuji
pembelajaran.
zat
pewarna
sebagai
sintetik
media
kelayakan oleh 3 orang dosen ahli dan 29
orang mahasiswa yang terdiri dari kelompok
besar dan kecil. Hasil uji kelayakan poster
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat
menyatakan bahwa poster layak digunakan
dikemukakan saran sebagai brikut:
sebagai
dengan
1. Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
persentase keseluruhan adalah 79,3%. Poster
mengetahui berbagai jenis pewarna yang
yang baik harus dinamis dan menonjolkan
ditambahkan ke dalam makanan jajanan
kualitas.
yang beredar di pasaran maupun di
media
Poster
pembelajaran
harus
sederhana
tidak
memerlukan pemikiran bagi pengamat secara
terinci, harus cukup kuat menarik perhatian,
bila tidak, akan hilang kegunaannya.
tokoh-tokoh kue lainnya.
2. Disarakan
agar
peneliti
selanjutnya
melakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan berbagai metode yang
lebih akurat untuk mendapatkan hasil
penelitian yang signifikan.
DAFTAR RUJUKAN
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 10
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
ISSN 2338-1795
2017
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Praktek. Edisi
revisi V. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Tipis. Skripsi pada Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta:
Tidak diterbitkan.
Cahyadi, W. (2005). Analisis dan Aspek
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Cetakan I, Jakarta: Bumi Aksara.
Winarno. (1995). Kimia Pangan dan Gizi.
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.
Cahyadi, W. (2008). Analisis dan Aspek
Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Kesehatan. (1985). Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
No.
1168/Menkes/PER/X/88.
Jakarta:
Direktorat Jendral Pengawasan Obat
dan Makanan.
Ditjen POM RI. (2001). Metode Analisis
PPOMN. Ditjen POM Jakarta.
Gardjito, M., Murdiati, A., dan Aini, N.
(2006). “Mikroenkapsulasi -karoten
Buah Labu Kuning dengan Enkapsulan
Whey dan Karbohidrat”. Jurnal
Teknologi Pertanian UGM. Yogyakarta.
2, (1), 1-10.
Gritter, R. J., J. M. Bobbit, and A. E.
Schwarting.
(1991).
Pengantar
Kromatografi. Ed. 2, Terjemahan
Kokasih Padmawinata. Bandung: ITB.
Lipsy,
P.
(2010).
Thin
Layer
Chromatography Characterization of
the Active Ingredients In Excerdrin
And Anacin. USA. Department of
Chemistry and Chemical Biology,
Steven Intitute of Technology.
Sudjana, N., dan Rivai, A. (2013). Media
Pengajaran. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Wirasto. (2008). Analisis Rhodamin B dan
Methanil Yellow dalam Minuman
Jajanan Anak SD di Kecamatan
Laweyan
Kotamadya
Surakarta
dengan Metode Kromatografi Lapis
e-JIP BIOL Vol.5 (2): 9-19, Desember
2017 11
Sitanggang J., S. Anita, Chainulfiffah
(2013). Analisis Rhodamin B dalam
Makanan Jajanan Pasar di Kota
Pekanbaru. Skiripsi Sarjana pada
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas
Riau Pekanbaru : Tidak diterbitkan