Sistem Politik Indonesia BAB 1

UNIVERSITAR PROF. DR. MOESTOPO (BERAGAMA)

Hubungan Lembaga Kepresidenan
dan Lembaga DPR Dalam Konteks
Demokrasi
Sistem Politik Indonesia
Ardito Kurniawan

BAB 1
Pendahuluan

1.1

Latar Belakang
Dalam setiap hubungan kerjasama pasti akan selalu terjadi gesekan-gesekan, begitu juga

dengan hubungan antara eksekutif dan legislatif. Legislatif yang merupakan wakil dari partai
tentunya dalam menjalankan tugasnya tidak jauh dari kepentingan partai, begitu juga dengan
eksekutif yang meskipun dipilih langsung oleh rakyat tetapi secara historis presiden memiliki
hubungan dengan partai, presiden sedikit banyak juga pasti mementingkan kepentingan
partainya. Akibatnya konflik yang terjadi dari hubungan eksekutif dan legislatif adalah konflik

kepentingan antar partai yang ada.
·

Lembaga Legislatif & Eksekutif Orde Lama
Semangat perjuangan masih mewarnai penyelenggaraan pemerintahan kita. Para pelakunya
masih kuat iman untuk berjuang demi negara dan persatuan bangsa. Bahkan tidak jarang
diperlihatkan oleh kekuatan mayoritas menekan kepentingannya sendiri untuk menghargai
kepentingan minoritas demi kesatuan dan persatuan bangsa dan negara proklamasi. Sebagai
contoh, penyimpangan pertama dari Bung Karno terhadap UUD 1945 ialah diterimanya usulan
Sjahrir untuk tidak menggunakan kabinet presidensial dan diganti dengan kabinet parlementer.
Sjahrir sendiri saat itu merupakan tokoh vokal dan amat disegani. Demi persatuan dan kesatuan,
maka Bung Karno menerima usulan itu. Selain itu Bung Kamo juga menyadari bahwa KNIP
belum mencerminkan kekuatan politik riil yang anggotanya (tidak dipilih akan tetapi ditunjuk)
tidak mewakili kekuatan sosial politik nyata saat itu.
Gejala semakin derasnya kekuatan politik mengincar terhadap lembaga birokrasi pemerintah
semakin hari semakin dirasakan. Pada tahun ini UUD Sementara 1950 diperlakukan. Dalam
UUD ini dianut sistem demokrasi parlementer, bahwa Pemerintah bertanggung jawab kepada
Dewan Perwakilan Rakyat. Akibat dari Maklumat Wakil Presiden 3 November 1945, kita
menganut sistem banyak partai yang memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk
mendirikan partai politik sesuai dengan aspirasinya. Pada periode ini terselenggara Pemilihan

Umum pertama yang dikenal sangat demokratis. Ketika itu semua partai politik yang
memenangkan suara berkeinginan untuk menguasai beberapa kementerian. Bahkan tidak jarang

terjadi kabinet pemerintah dibubarkan hanya karena pembagian kementerian yang tidak sesuai
dengan tuntutan partai-partai politik.
Mosi tidak percaya merupakan awal dari runtuhnya kabinet yang memimpin lembaga
pemerintah. Pemerintah di bawah kepemimpinan partai politik yang anggotanya mendominasi
DPR. Kedudukan DPR kuat. Sebaliknya lembaga pemerintah dapat dikatakan lemah posisinya.
Sementara itu aparat pemerintah yang diharapkan netral juga sudah pandai bermain mata dengan
kekuatan- kekuatan politik yang ada. Pada periode ini di sana-sini militer sudah mulai ikut
memainkan peran dalam percaturan politik. Partisipasi politik militer mulai nampak ketika
tentara menolak perjanjian KMB yang merupakan hasil perjuangan untuk menegakkan
kemerdekaan oleh politisi sipil melalui jalan diplomasi. Peran tentara ini kelak akan diwujudkan
dalam konsep dwifungsi yang menekankan bahwa militer tidak hanya berperan di bidang
keamanan dan pertahanan saja, melainkan juga di bidang sosial dan politik.
Ø Demokrasi Parlementer
Kedudukan lembaga eksekutif sangat dipengaruhi oleh lembaga legislatif. Hal ini terjadi
karena lembaga eksekutif bertanggung jawab kepada lembaga legislatif. Dengan demikian,
lembaga legislatif memiliki kedudukan yang kuat dalam mengontrol dan mengawasi fungsi
dan peranan lembaga eksekutif. Dalam pertanggungjawaban yang diberikan lembaga eksekutif

maka para anggota parlemen dapat mengajukan mositidak percaya kepada eksekutif jika tidak
melaksanakan kebijakan dengan baik. Apabila mosi tidak percaya diterima parlemen maka
lembaga eksekutif harus menyerahkan mandat kepada Presiden.
Ø Demokrasi Terpimpin
Peranan lembaga eksekutif jauh lebih kuat bila dibandingkandengan peranannya di masa
sebelumnya. Peranan dominan lembagaeksekutif tersentralisasi di tangan Presiden Soekarno.
Lembaga eksekutif mendominasi sistem politik, dalam arti mendominasi lembaga-lembagatinggi
negara lainnya maupun melakukan pembatasan atas kehidupan politik. Eksekutif bisa membuat
undang-undang dan seolah-olah semua terpusat pada lembaga ini. Dalam eksekutif terjadi
kesenjangan dimana antara presiden dan jajarannya yang seharusnya memiliki kedudukan yang
sejajar, tetapi seolah presiden yang paling memegang kendali. contohnya: pengangkatan presiden
seumur hidup. Eksekutif juga mengontrol lembaga peradilan, yang dibuktikan dengan peraturan
yang intinya berbunyi bahwa ketika hakim sudah tidak mampu lagi untuk memutuskan suatu
perkara maka kewenangan itu diambil alih oleh presiden.
·

Lembaga Legislatif & Eksekutif Orde Baru

Hubungan dan kedudukan antara eksekutif (Presiden) dan legislatif (DPR) dalam sistem
UUD 1945 sebenarnya telah diatur. Dimana kedudukan dua lembaga ini (Presiden dan DPR)

adalah sama karena kedua lembaga ini adalah merupakan lembaga tinggi negara (Tap MPR
No.III/MPR/1978). Namun dalam praktik ketatanegaraan dan proses jalannya pemerintahan pada
masa rezim Orde Baru, kekuasaan eksekutif begitu dominan terhadap semua aspek kehidupan
kepemerintahan dalam negara kita, terhadap kekuasaan legislatif maupun terhadap kekuasaan
judikatif.
·

Lembaga Legislatif & Eksekutif Orde Reformasi
Di masa Reformasi yang dimulai dari tumbangnya rezim authoritarian yang dipimpin
oleh Soeharto, kedudukan lembaga eksekutif setara dengan lembaga pemerintahan yang lain,
yaitu lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Dalam perkembangannya, lembaga eksekutif
yang dipimpin oleh presiden tidak menjadi lembaga paling kuat dalam pemerintahan, karena
lembaga eksekutif diawasi oleh lembaga legislatif, masyarakat (terutamamahasiswa, ormas,
LSM, dan media massa) dalam menjalankan pemerintahan, serta akan ditindaklanjuti oleh
lembaga yudikatif jika terjadi pelanggaran, sesuai dengan Undang-Undang. Justru pada masa
Reformasi hingga detik ini, lembaga eksekutif selalu bertindak hati-hati dalam menjalankan
pemerintahan, jika tidak hati-hati dalam mengambil dan melaksanakan kebijakan, maka lembaga
eksekutif akan mendapatkan tekanandari segala kalangan, baik itu dari lembaga pemerintahan
lain maupun kelompok-kelompok kepentingan (NGO), dan terutama dari mahasiswa yang
semakin menyadari perannya sebagai agent of control. Rekruitmen anggota lembaga eksekutif

ditetapkan berdasarkan hasil pemilu, perjanjian dengan partai koalisi maupun dengan ditunjuk
oleh Presiden
1.2

Perumusan Masalah
- Apa saja tugas dan wewenang Presiden dan DPR?
- Apakah ada contoh kasus ketidak harmonisan Presiden dengan DPR?
BAB 2
Pembahasan

2.1

Dewan Perwakilan Rakyat

DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) adalah dewan negara dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia yang merupakan dewan perwakilan rakyat, sebagaimana yang ternyata dari
namanya. Dewan ini memegang kekuasaan untuk merancang hukum, dan memainkan peran
legislatif, anggaran, dan pengawasan. DPR terdiri atas anggota-anggota partai politik yang
menang dalam pemilihan umum. Anggota DPR berjumlah 550 orang dan bertugas selama lima
tahun, dengan akhir periode mereka berbetulan dengan waktu anggota-anggota DPR yang baru

mengangkat sumpah.
Dalam melaksanakan Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran dan Fungsi Pengawasan, DPR
mempunyai tugas dan wewenang antara lain:
1. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat persetujuan
bersama
2. Membahas dan memberikan atau tidak memberikan persetujuan terhadap Peraturan
Pernerintah Pengganti Undang-Undang
3. Menerima dan membahas usulan Rancangan UndangUndang yang diajukan oleh DPD
yang berkaitan dengan bidang otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah,
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan
sumber daya ekonomi Iainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat
dan daerah dan mengikut sertakan dalam pembahasannya dalam awal pembicaraan
tingkat I
4. Mengundang DPD pntuk melakukan pembahasan rancangan undang-undang yang
diajukan oleh DPR maupun oleh pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf c, pada
awal pembicaraan tingkat I
5. Memperhatikan pertimbangan DPD atas Rancangan Undang-Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Rancangan Undang-Undang yang berkaitan dengan
pajak, pendidikan, dan agama dalam awal pembicaraan tingkat I
6. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara bersama Presiden dengan

memperhatikan pertimbangan DPD
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh DPD terhadap
pelaksanaan undang-undang mengenai otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan
penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya

ekonomi lainnya, pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pajak,
pendidikan, dan agama
8. Memilih anggota Badan Pemeriksa Keuangan dengan memperhatikan pertimbangan DPD
9. Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan atas pertanggungjawaban keuangan
negara yang disampaikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan
10. Mengajukan, memberikan persetujuan, pertimbangan/konsultasi, dan pendapat
11. Menyerap, menghimpun, menampung dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat
12. Melaksanakan tugas dan wewenang lainnya yang ditentukan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan undang-undang
2.2

Presiden Republik Indonesia
Presiden Indonesia (nama jabatan resmi: Presiden Republik Indonesia) adalah kepala

negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden adalah simbol

resmi negara Indonesia di dunia. Sebagai kepala pemerintahan, Presiden dibantu oleh wakil
presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, memegang kekuasaan eksekutif untuk
melaksanakan tugas-tugas pemerintah sehari-hari. Presiden (dan Wakil Presiden) menjabat
selama 5 tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali
masajabatan.
Wewenang, kewajiban, dan hak Presiden antara lain:


Memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD



Memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan
Udara



Mengajukan Rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Presiden melakukan pembahasan dan pemberian persetujuan atas RUU bersama DPR
serta mengesahkan RUU menjadi UU.




Menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (dalam kegentingan yang
memaksa)



Menetapkan Peraturan Pemerintah



Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri



Menyatakan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain dengan
persetujuan DPR




Membuat perjanjian internasional lainnya dengan persetujuan DPR



Menyatakan keadaan bahaya.



Mengangkat duta dan konsul. Dalam mengangkat duta, Presiden memperhatikan
pertimbangan DPR



Menerima penempatan duta negara lain dengan memperhatikan pertimbangan DPR.



Memberi grasi, rehabilitasi dengan memperhatikan pertimbangan Mahkamah Agung




Memberi amnesti dan abolisi dengan memperhatikan pertimbangan DPR



Memberi gelar, tanda jasa, dan tanda kehormatan lainnya yang diatur dengan UU



Meresmikan anggota Badan Pemeriksa Keuangan yang dipilih oleh DPR dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah



Menetapkan hakim agung dari calon yang diusulkan oleh Komisi Yudisial dan disetujui
DPR



Menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah
Agung



2.3

Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujuan DPR.

Contoh Kasus Ketidakharmonisan Presiden dan DPR

Pada pertemuan dengan rektor-rektor universitas pada 27 Januari 2001, Gus Dur
menyatakan kemungkinan Indonesia masuk kedalam anarkisme. Ia lalu mengusulkan
pembubaran DPR jika hal tersebut terjadi. Pertemuan tersebut menambah gerakan anti-Wahid.
Pada 1 Februari, DPR bertemu untuk mengeluarkan nota terhadap Gus Dur. Nota tersebut berisi
diadakannya Sidang Khusus MPR dimana pemakzulan Presiden dapat dilakukan. Anggota PKB
hanya bisa walk out dalam menanggapi hal ini. Nota ini juga menimbulkan protes di antara NU.
Di Jawa Timur, anggota NU melakukan protes di sekitar kantor regional Golkar. Di Jakarta,
oposisi Gus Dur turun menuduhnya mendorong protes tersebut. Gus Dur membantah dan pergi
untuk berbicara dengan demonstran di Pasuruan. Namun, demonstran NU terus menunjukkan
dukungan mereka kepada Gus Dur dan pada bulan April mengumumkan bahwa mereka siap
untuk mempertahankan Gus Dur sebagai presiden hingga mati.
Pada bulan Maret, Gus Dur mencoba membalas oposisi dengan melawan disiden pada
kabinetnya. Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Yusril Ihza Mahendra dicopot dari
kabinet karena ia mengumumkan permintaan agar Gus Dur mundur. Menteri Kehutanan
Nurmahmudi Ismail juga dicopot dengan alasan berbeda visi dengan Presiden, berlawanan dalam
pengambilan kebijakan, dan diangap tidak dapat mengendalikan Partai Keadilan, yang pada saat
itu massanya ikut dalam aksi menuntut Gus Dur mundur. Dalam menanggapi hal ini, Megawati
mulai menjaga jarak dan tidak hadir dalam inaugurasi penggantian menteri. Pada 30 April, DPR
mengeluarkan nota kedua dan meminta diadakannya Sidang Istimewa MPR pada 1 Agustus.
Gus Dur mulai putus asa dan meminta Menteri Koordinator Politik, Sosial, dan Keamanan
(Menko Polsoskam) Susilo Bambang Yudhoyono untuk menyatakan keadaan darurat.
Yudhoyono menolak dan Gus Dur memberhentikannya dari jabatannya beserta empat menteri
lainnya dalam reshuffle kabinet pada tanggal 1 Juli 2001. Akhirnya pada 20 Juli, Amien Rais
menyatakan bahwa Sidang Istimewa MPR akan dimajukan pada 23 Juli. TNI menurunkan
40.000 tentara di Jakarta dan juga menurunkan tank yang menunjuk ke arah Istana Negara
sebagai bentuk penunjukan kekuatan. Gus Dur kemudian mengumumkan pemberlakuan dekret
yang berisi (1) pembubaran MPR/DPR, (2) mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat dengan
mempercepat pemilu dalam waktu satu tahun, dan (3) membekukan Partai Golkar sebagai bentuk
perlawanan terhadap Sidang Istimewa MPR. Namun dekret tersebut tidak memperoleh dukungan
dan pada 23 Juli, MPR secara resmi memakzulkan Gus Dur dan menggantikannya dengan

Megawati Sukarnoputri. Abdurrahman Wahid terus bersikeras bahwa ia adalah presiden dan tetap
tinggal di Istana Negara selama beberapa hari, namun akhirnya pada tanggal 25 Juli ia pergi ke
Amerika Serikat karena masalah kesehatan.

BAB 3
Kesimpulan
DPR dan Presiden adalah lembaga Negara yang masing-masing memiliki hak, kewajiban,
serta wewenang yang saling terkait dan telah diatur dalam UUD 1945. Dalam menjalankan
tugasnya, kadang di antaranya banyak terjadi kesalah-pahaman dan juga benturan-benturan
pendapat. Sehingga membuat hubungan di antara mereka tidak harmonis dan sering pula dapat
mempengaruhi kinerja mereka. Namun, seharusnya semua itu tidak akan terjadi jika setiap
individu di dalam lembaga DPR maupun kepresidenan mau menjalankan tugasnya sesuai dengan
apa yang tertera dalam UU dan peraturan apapun yang tertulis dan diakui secara yuridis. Dan
kinerja mereka semata-mata adalah untuk seluruh rakyat, bukan untuk segolongan rakyat saja
atau bahkan untuk keuntungan pribadi.

Daftar Pustaka
-

http://djunedglow.blogspot.com/2011/12/eksekutif-dan-legislatif-orde-lama-baru.html
http://hukum.kompasiana.com/2012/07/05/hubungan-antar-lembaga-negara-dalam-

-

sistem-ketatanegaraan-republik-indonesia-469333.html
http://jurnalnyagatot.blogspot.com/2013/08/sistem-komunikasi-indonesia-dprversus.html

-

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111