T1__BAB IV Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Aktor Pangadangu Mahamu dalam Upaya Adat Kematian di Desa Ramukabupaten Sumba Timur T1 BAB IV

BAB IV
POTRET DESA DAN MASYARAKAT RAMUK
SEBAGAI LOKASI PENELITIAN

4.1

Letak dan Batas Desa Ramuk
Desa Ramuk merupakan desa yang berada di wilayah Kecamatan

Pinupahar, Kabupaten Sumba Timur. Desa Ramuk dimekarkan dari desa Lailunggi pada tahun 1969 yang dipimpin oleh Umbu Leha Kulandima yang
merupakan kepala desa pertama selama periode 30 tahun. Pada tahun 2002
Kecamatan Tabundung mekar menjadi dua kecamatan yaitu kecamatan
Tabundung dan Pinupahar dan sejak itulah Desa Ramuk berada dibawah wilayah
Kecamatan Pinupahar sampai saat ini. Ramuk berarti “kubangan” yang
merupakan tempat ternak besar berkubang. Sejarah desa Ramuk pada zaman
dahulu merupakan wilayah padang pengembalaan ternak besar dan tempat
perkubangan ternak baik itu kerbau, kuda, sapi, babi,dll. Ramuk itu sendiri
memiliki arti yaitu kubangan yang tak pernah kering sehingga selanjutnya diberi
julukan “Ramuk nda mihi, ndeha nda malai” yang artinya desa yang tidak pernah
kering dan desa yang tak pernah layu”. Desa Ramuk juga diberi julukan “lengu
hara hindi kadu” yang artinya tempat berlindung. Pada zaman dahulu Ramuk


menjadi tempat berlindung raja-raja pada masa perang raja-raja Kambera dan
Lewa di Sumba Timur karena letaknya yang jauh dari keramaian dan berada di
tengah hutan Laiwanggi wanggameti.
Luas wilayah Kecamatan Pinupahar yaitu 246,6 Km² dengan jumlah enam
desa. Batas wilayah Desa Ramuk sebelah utara berbatasan dengan Desa
Mahaniwini, sebelah timur berbatasan dengan Desa Wanggabewa, sebelah barat
berbatasan dengan Desa wahang dan disebelah selatan berbatasan dengan Desa
Lailunggi, seperti yang diperlihatkan pada gambar dibawah ini.

30

Gambar 4.1

Sumber : Pinupahar Dalam Angka 2015

Desa Ramuk memiliki luas wilayah 41.2 km² (Statistik Daerah Kecamatan
Pinu Pahar 2015). Luas wilayah tersebut terdiri dari tanah tegalan/ladang, tanah
pemukiman dan sisanya adalah digunakan untuk hutan keluarga11 dan hutan
lindung. Desa ini berada di tengah-tengah Taman Nasional Laiwanggi

Wanggameti yang merupakan pusat sumber air di Sumba Timur. Ramuk berada di
pinggiran DAS Kambaniru terbanyak di Sumba Timur karena sungai ini
puncaknya di Ramuk yang nama sumbernya Wai Marinding yang artinya danau
yang tidak pernah kering yang berada dipinggiran Hutan Laiwanggi Wanggameti.
Desa Ramuk merupakan wilayah pegungan yaitu berada di ketinggian 580 m Dpl.
Iklim wilayah desa Ramuk merupakan daerah yang cukup dingin karena berada di
pinggiran hutan taman nasional Laiwanggi Wanggameti. Banyaknya hari hujan
selama tahun 2014 sampai 2015 adalah 65 hari, paling banyak pada bulan
Januari12. Desa ramuk merupakan desa yang cukup jauh dengan Kota Kabupaten.
Jarak antara desa Ramuk dengan ibu kota Kabupaten adalah 97 Km dan jarak desa
dengan ibu kota kecamatan 25 Km (Pinupahar Dalam Angka 2015).
11
12

Hutan keluarga yaitu menghadirkan hutan dipinggir ladang.
Statistik Daerah Kecamatan Pinu Pahar 2015

31

4.2


Keadaan Penduduk
Berdasarkan data statistik Pinupahar dalam angka 2015 tercatat bahwa

penduduk Desa Ramuk berjumlah 912 jiwa Tercatat dalam data desa, jumlah
penduduk laki-laki 469 jiwa dan jumlah penduduk perempuan 443 jiwa seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 4.1
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin dan kelompok usia

Kelompok Usia
(Tahun)
0-12
13-17
18-21
22-25
26-30
31-35
36-40
41-45

46-50
51-55
56-60
60 tahun keatas
Total

Penduduk
Laki-Laki
Perempuan
114
54
47
59
32
26
36
26
15
15
18

27
469

141
52
33
37
33
24
26
16
17
15
19
30
443

Jumlah
255
106

80
96
65
50
62
42
32
30
37
57
912

Sumber: Data Desa Ramuk Tahun 2015, diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 di atas tersebut menunjukkan bahwa distribusi
angkatan kerja usia produktif nampak pada usia 18-64 tahun dan pada rentang
usia tersebut adalah jumlah yang sangat besar yang berdampak pada ketersediaan
lapangan kerja. Hal ini mengindikasikan peluang yang cukup besar Desa Ramuk
dalam meningkatkan pertumbuhan produktifitas masyakaratnya. Usia kerja non
produktif nampak pada rentang usia 60 tahun ke-atas Kemudian yang menarik
adalah pada rentang usia 0-12 besar hal ini menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

penduduk atau tingkat kelahiran cukup tinggi di Desa Ramuk. Selain itu diantara
rentang usia (0-12 dan 13-25) juga menunjukkan penduduk berada di usia
pendidikan. Berkaitan dengan penelitian ini bahwa tingkat pendidikan juga
merupakan ukuran aktor dalam upaya penyederhanaan adat kematian, bahwa usia
tersebutlah yang menjadi perhatian hal ini juga dapat dilihat dari tingkat kelahiran
yang cukup besar.
32

Berikut ini merupakan tabel penduduk berdasarkan mata pencaharian di
Desa Ramuk. Seperti pada tabel 4.2 berikut :
Tabel 4.2
Distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian
NO

JENIS PEKERJAAN

1.
2.
3.
4.


Petani
Peternak
Pedagang
PNS/ABRI
Jumlah

JUMLAH
330
22
10
9
371

PERSENTASE
(%)
88,94
5,92
2,69
2,42

100

Sumber : Data Desa Ramuk tahun 2015, diolah
Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa penduduk berdasarkan mata
pencaharian sebagian besar berprofesi sebagai petani dan diikuti oleh peternak
dan pedagang. Wilayah Desa Ramuk sebagian besar adalah pegunungan,
kemudian pola pemanfaatan lahan adalah dengan membuka lahan baru untuk
berladang yaitu bersifat pindah-pindah. Sebagian besar masyarakat merupakan
petani musiman yaitu petani tidak tetap karena hanya bertani pada musim hujan
untuk menanam padi, jagung, umbi-umbian, dll. Sehingga jika kondisi iklim tidak
mendukung hal ini juga menjadi dilema bagi masyarakat karena mereka sangat
bergantung pada pertanian.
Dilihat dari tingkat pendidikan, kebanyakan penduduk Desa Ramuk adalah
tamatan SD (37,82%) diikuti oleh penduduk yang sedang menempuh
pedidikan/masih Sekolah (SD-S1) yaitu sebesar 24,67% Hal ini menujukkan
bahwa sudah banyak anak-anak yang bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain itu penduduk yang tidak pernah sekolah dan tidak tamat SD cukup besar
yaitu 4.16 % dan 8.55% ini menunjukkan bahwa harapan sekolah di Desa Ramuk
juga cukup rendah. Rata-rata pendidikan penduduk Desa Ramuk hanya sampai
tamatan SD-SLTA, hal tersebut dapat dilihat pendidikan D1-S1 relatif sedikit.

Seperti pada tabel 4.3. berikut ini :

33

Tabel 4.3
Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11

Penduduk

Satuan (Orang)
Belum Sekolah
116
Tidak Sekolah
38
Tidak Tamat SD
78
Masih Sekolah (SD-S1)
225
Tamat SD
345
Tamat SLTP
68
Tamat SLTA
36
Tamat D1
Tamat D2
2
Tamat D3
3
Tamat S1
3
Total
912
Sumber : Data Desa Tahun 2015, diolah
Tingkat Pendidikan

%
12,71
4,16
8,55
24,67
37,82
7,45
3,49
0,21
0,32
0,32
100

Tabel 4.3 diatas juga menggambarkan bahwa dengan rendahnya
pendidikan juga berimplikasi pada kondisi ekonomi masyarakat. Berdasarkan
observasi dan wawancara bahwa di Desa Ramuk juga banyak anak-anak putus
sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yaitu kurang memiliki modal untuk
menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi. Pada umumnya penduduk Desa
Ramuk memeluk agama Kristen yang berjumlah 912 jiwa. Kondisi tersebut
ditunjang dengan sarana dan prasarana peribadatan yakni Gereja Kristen Sumba
yang berjumlah 5 unit yang terdiri dari satu unit Gereja utama (pusat) dan empat
unit gereja cabang.

4.3

Sistem Sosial Ekonomi dan Budaya Desa Ramuk
Berdasarkan observasi dan wawancara bahwa di desa Ramuk terdapat

beberapa persoalan yang terjadi dalam bidang ekonomi, antara lain rendahnya
SDM, rendahnya lapangan pekerjaan, rendahnya modal dan pendapatan
masyarakat, letak geografis yang kurang menguntungkan dan kurang strategis
yaitu jauh dari pusat kota kabupaten, pasar desa yang kurang berfungsi, tidak
adanya peraturan mengenai pedagang pasar, kurangnya modal bagi para pelaku
usaha, rendahnya curah hujan pada musim hujan sehingga sering kali gagal panen
karena pada umumnya masyarakat adalah petani ladang yang hanya bertani pada

34

musim hujan (petani musiman). Potensi unggulan Desa Ramuk adalah pada sektor
pertanian dan sektor peternakan dan rempah-rempah antara lain cengkeh, kemiri,
kopi, sirih pinang dan lain-lain.
Kehidupan sosial kekarabatan masyarakat nampak dari pola permukiman
penduduk yaitu hidup berdampingan satu sama lain. Kekabatan masyarakat juga
tampak pada hubungan perkawinan dan acara panen padi seperti kehidupan
berdasarkan prinsip bergotong royong. Selain itu juga kuatnya kekerabatan
mengikat mereka dalam bertindak, berinteraksi maupun dalam bekerja.
Masyarakat Desa Ramuk tinggal berkelompok di setiap tempat berdasarkan
kabihu13 yaitu satu wilayah tinggal di beberapa “kotaku” dan “paraingu”. Ramuk

memiliki satu paraingu yang terbaagi atas beberapa “kotaku” (kampung). Di
dalam Kotaku satu atau lebih kabihu membangun rumah tetapi umumnya di
dominasi oleh satu kabihu. Sedangkan warga sebuah paraingu terdiri dari kabihukabihu yang mempunyai sangkut paut dalam sejarah mendiami paraingu. Maka

warga sebuah Kotaku lebih khusus lagi ialah terdiri dari kabihu-kabihu yang
mempunyai sangkut paut kekeluargaan. Yang menjadi “mangu kotakungu” (tuan
kampung) ialah kabihu pendiri kampung. Secara sederhana bahwa satu kotaku
dihuni oleh satu suku/kabihu sedangkan paraingu terdiri dari beberapa kabihukabihu yang mendiami satu kampung dan hidup berdampingan. Selain itu
paraingu biasanya bukan hanya sebagai tempat tinggal saja, namun juga

merupakan tempat melakukan upacara-upacara adat dan tempat melakukan
kebaktian maupun musyawarah-musyawarah kampung (Palakahelu, 2010).
Desa Ramuk sendiri terdiri dari 27 kabihu dimana setiap kabihu saling
terkait satu sama lain. Beberapa kabihu yang ada di desa Ramuk antara lain
Mbaradita, Katinah, Anakariung, Uma-Ladjik, Andang, Pahada, Luku Tana,
13

Kabihu adalah pengelompokan sosial kemasyarakatan berdasarkan marga atau keluargakeluarga luas dan terikat oleh tradisi-tradisi ada istiadat maupun ritual-ritual secara khas kabihu.
Kabihu juga bisa dikatakan sosial kekerabatan berdasarkan ikatan geneologis teritorial. Selain itu
juga kabihu di sebut pengelompokkan masyarakat berdasarkan ikatan darah (keluarga batih) hal ini
tidak terlepas dari sejarah masuknya leluhur orang sumba di tanjung sasar. Berdasarkan cerita dan
hasil penelitian sebelumnya mengemukan bahwa penduduk sumba ketika mendarat di pulau
Sumba datang secara berkelompok. Dalam buku Palakahelu, Darma (2010) menemukan bahwa
kabihu merupakan satu persukutan hukum orang-orang seketerunan, karena mereka turunan dari
satu Marapu (leluhur) yang merupakan cikal bakal menurut mitos dan tradisi kabihu itu.

35

Marongga, Lenggit, Kabunnu, Tatimba, Anawaru, Tabundung, dan lain
sebagainya. Masyarakat Ramuk memiliki sistem kekeluargaan dan kekerabatan
yang sangat kuat hingga saat ini karena masih memegang teguh adat istiadat
terutama adat kematian dan perkawinan. Hal ini disebabkan oleh ikatan
perkawinan yang mempererat hubungan kekeluargaan. Tradisi adat kematian dan
perkawinan sudah menjadi satu tradisi budaya yang sudah ada dari jaman leluhur
sampai saat ini dan masih terjaga kelestariannya sebagai nilai-nilai budaya yang
filosofis. Kekarabatan masyarkat juga tampak pada ikatan keluarga melalui
perkawinan yaitu adanya pihak yera dan pihak anakawini. Masyarakat desa
Ramuk masih menganut tradisi perkawinan satu darah atau dikenal dengan
istilah“ana mamu” (anak tante) dan “ana tuya” (anak paman). Bentuk
perkawinan ini yaitu perjodohan kedua keluarga diantaranya anak paman
dijodohkan dengan anak tante (saudara perempuannnya paman). Tradisi
perkawinan satu darah ini makin mempererat hubungan keluarga masyarakat desa
Ramuk, juga gaya hidup gotong royong dalam bekerja maupun dalam upacara
adat seperti dalam adat kematian yaitu adanya pihak yera dan anakawini.

36