T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Kekerasan Simbolik dalam Iklan Televisi: Studi Semiotika Pesan Iklan Politik Partai Golkar dan Partai Nasdem dalam Pemilu DPR 2014 T1 BAB V

BAB V
PEMBAHASAN

Dari kesembilan iklan politik Partai Golkar dalam Pemilu DPR 2014
terdapat empat iklan yang terindikasi kekerasan simbolik menurut Pierre
Bourdieu. Dalam iklan politik Partai Nasdem di Pemilu DPR 2014 terdapat dua
iklan yang terindikasi kekerasan simbolik menurut Pierre Bourdieu. Iklan-iklan
yang sudah terindikasi sebagai kekerasan simbolik ini akan dibedah secara
semiotika Roland Barthes.
5.1. Konsep Kekerasan Simbolik Pierre Bourdieu
Kekerasan simbolik adalah pemaksaan sistem simbolik dan makna
kepada golongan atau kelompok atau kelas tertentu, namun hal itu tidak
disadari oleh golongan atau kelompok tersebut sebagai pemaksaan makna,
bahkan hal ini dianggap sah. Karena adanya penerimaan itu maka
meneguhkan kekuasaan yang menyebabkan pemaksaan makna terhadap suatu
kelompok,golongan, atau kelas tertentu itu berhasil. Kaum penguasa ini
memaksakan makna tersendiri kepada suatu golongan, kelompok, atau kelas
sosial tertentu dengan cara “mendidik”. Kaum penguasa melakukan
pemaksaan makna didasari dengan kepentingan yang lebih dominan.
(Bourdieu dalam Jenkins, 2004;157)
Pemaksaan makna yang tersirat didalam iklan-iklan politik Partai

Golkar dan Partai Nasdem mencakup aspek peran sosial, aktivitas sosial,
golongan pekerjaan, strata sosial, dan gender.
Sebuah iklan pada dasarnya dibuat untuk menawarkan sebuah produk
agar produk tersebut laku terjual ataupun agar produk tersebut dikenal oleh
masyarakat. Akan tetapi pesan yang terkandung dalam iklan seringkali
memiliki makna kekerasan simbolik. Seperti yang ditemukan dalam jurnal
penelitian Representasi Kekerasan Simbolik Pada Iklan Anak-anak, dalam
Jurnal Komunikator, Vol.5 No.1 Mei 2013, karya Suraya. Dalam penelitian
ini ditemukan adanya kekerasan simbolik dalam iklan anak-anak. Dalam
iklan tersebut terdapat tokoh pria dan wanita yang memerankan karakter ibu
dan ayah. Disini terjadi sebuah penanaman makna secara halus kepada
92

pemirsanya, hal ini dilakukan secara halus tanpa disadari. Peran sosial pada
tokoh wanita ditempatkan sebagai istri atau ibu rumah tangga yang
melakukan pekerjaan domestik, posisi sosial terkait dengan sekertaris, guru
TK, penyanyi, model. Sifat personal tokoh perempuan adalah lemah lembut,
penolong, kasih sayang, pemalu, sensitif, pintar, pemarah, pencemburu,
peduli kecantikan dan penampilan, penuh perhatian, kreatif, kompetitif.
Sedangkan tokoh pria dalam iklan anak-anak digambarkan mempunyai peran

social sebagai ayah dan kepala keluarga, dengan posisi social pencari nafkah
keluarga. Maka penulis dalam jurnal tersebut menyimpulkan bahwa masih
terjadi kekerasan simbolik dalam iklan.
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=353916&val=8101&titl
e=Representasi%20Kekerasan%20Simbolik%20dalam%20Iklan%20Anakanak) diunduh pada hari Sabtu, 22 April 2017,pukul 22.22 wib.
5.2. Aspek – Aspek Kekerasan Simbolik
Kekerasan simbolik yang tersirat dalam iklan-iklan politik Partai Golkar
dan Partai Nasdem mencakup aspek-aspek peran sosial, aktivitas sosial,
golongan pekerjaan, dan strata sosial.
Hasil temuan dalam video iklan politik Partai Golkar dalam Pemilu
DPR 2014 yang mengandung unsur-unsur ke-empat aspek tersebut adalah
iklan versi “Ayo Pilih Golkar”, “Suara Ibu Rumah Tangga”, “Suara
Nelayan”, “Suara Petani”.
Hasil temuan dalam video iklan politik Partai Nasdem dalam Pemilu
DPR 2014 yang mengandung unsur-unsur ke-empat aspek tersebut adalah
iklan versi “Nasdem 1”, dan iklan versi “Wanita Indonesia”.
Dari hasil temuan tersebut maka penulis akan membedah makna setiap
scene iklan yang mengandung kekerasan simbolik tersebut dengan teori
semiotika Rolland Barthes, sehingga ditemukan bentuk – bentuk dari
kekerasan simbolik tersebut.

5.3. Iklan Partai Golkar versi “Ayo Pilih Golkar”
Iklan partai golkar yang berjudul “Ayo Pilih Golkar” didalamnya terdapat
scene yang terindikasi sebagai kekerasan simbolik, yaitu pada sequence 1
scene 2-6 pada detik 00.00.01-00.00.09, sequence 4 scene 1 pada detik
93

00.00.17-00.00.19, sequence 6 scene 1-3 pada detik 00.00.24-00.00.27,
sequence 8 scene 1 pada detik 00.00.34.

Sequence 1 scene 2 (gambar 5.3.1)

sequence 1 scene 3 (gambar 5.3.2)

Gambar scene diatas adalah penanda dan petanda yang akan
dideskripsikan secara denotatif oleh penulis sebagai berikut. Anak laki-laki
usia SD, berwarna kulit sawo matang, berambut hitam menggunakan kaos
yang sudah lusuh, terbaring dan beranjak dari tidur, tempat tidurnya
dilantai beralaskan kain, menggunakan selimut dari kain tipis seperti
sarung, penyekat ruangan dari kayu atau triplek yang sudah usang
kondisinya, rumahnya nampak kotor dan gelap, ada tas warna hitam yang

menggantung, anak laki laki tersebut menggunakan kompres pada
dahinya, pencahayaan redup atau remang–remang. Penanda tersebut
memberikan tanda kondisi kehidupan rakyat kecil. Tokoh yang diambil
adalah seorang anak laki laki dengan warna kulit sawo matang
memberikan petanda sebagai anak Indonesia asli khususnya suku jawa.
Warna kulit orang suku jawa sendiri berwarna kuning hingga sawo matang
karena termasuk ras deutro melayu. (https://materiips.com/macam-macamras-di-indonesia/amp) diunduh pada Sabtu 22 Appril 2017, pada pukul
22.15 wib
94

Jadi dapat dikatakan bahwa scene tersebut menggambarkan kondisi
kemiskinan anak di Indonesia. Dasar bagi penulis mengatakan bahwa
keadaan yang tergambar dalam scene iklan tersebut dikonotasikan sebagai
kemiskinan adalah merujuk pada pengertian kemiskinan menurut Ritonga
(2003:1) kondisi kehidupan seseorang atau dalam rumah tangga yang
serba kekurangan, tidak mampu memenuhi kebutuhan primer yang layak
bagi kehidupannya. Kebutuhan dasar itu berkaitan dengan pangan,
sandang, perumahan dan kebutuhan social penunjang kehidupan yang
layak.


Sequence 1 scene 4(gambar 5.3.3)

Penanda dan petanda dalam gambar tersebut dideskripsikan secara
denotative yaitu wanita berusia sekitar 40’an, duduk di kursi kayu, baju
dan rok yang digunakan berwarna putih lusuh, berambut hitam, memegang
kain berwarna kuning dengan tersenyum dan ada gerakan sedang menjahit,
duduk di area dapur, nampak meja kayu sederhana tidak terlalu besar,
diatas meja terdapat bakul dari bambu, perlengkapan dapur seperti panci
atau wajan tergantung di dinding, perlengkapan dapur terlihat menghitam,
dibelakang wanita itu juga terdapat meja yang diatasnya ada bakul nasi
yang terbuat dari almunium juga panci aluminium, selain itu juga terdapat
cerek yang sedang mendidihkan air diatas kompor. Ruang tempat wanita
itu duduk nampak sangat usang dan tua, kayu-kayu nya nampak rusak,
pencahayaan redup atau remang remang. Penanda tersebut memberikan
petanda kondisi ibu rumah tangga sederhana dan tradisional.
Deskripsi secara denotatif diatas dimaknai lebih dalam sehingga dapat
menemukan makna konotasinya. Tokoh dalam scene ini perempuan atau
95

wanita, dan kata perempuan memiliki makna dibaliknya. Perempuan

berasal dari kata Per, Empu, dan an. Per artinya makhluk/orang, Empu
berasal dari bahasa sansekerta artinya mulia dan imbuhan “an” sama
dengan imbuhan “kan”. Jadi perempuan memiliki arti Orang atau makhluk
yang dimuliakan. Sedangkan kata wanita berasal dari kata dasar betina,
atau jika dalam budaya jawa kata wanita kepanjangannya adalah “wani di
tata”, atau berani di tata. Dalam sudut pandang jawa wanita adalah orang
yang berani ditata, berbeda dari makna perempuan yang adalah
dimuliakan, maka wanita mengandung karakter yang tunduk, patuh, sabar,
lembut, mendukung, mengabdi, mendampingi, menyenangkan pria.
Karakter

ini

sangat

jauh

dari

nuansa


memprotes,

memimpin,

memberontak, menuntut, menentang, melawan, menyaingi. (https://
www.kompasiana.com/amp/rinakwartiana/perempuan-wanita-dancewek_551a0803a33311381eb65936)
Kondisi setting tempat di dapur dan adanya bakul bambu
menunjukkan budaya jawa, sehingga bisa dikatakan bahwa makna tokoh
itu adalah “wanita”, bukan “perempuan” karena tokoh tersebut berasal dari
jawa. Hal ini diperkuat dari atribut yang menyertainya seperti bakul bambu
adalah perkakas tradisional dari jawa, warna kulit sawo matang
menunjukan warna kulit orang Indonesia.
(https://id.scribd.com/mobile/doc/225786701/macam-ras-dan-ciri-fisik)
Setting area dapur memperkuat pandangan bahwa tokoh wanita tersebut
membawa budaya jawa yang kental, karena wanita itu melakukan
pekerjaan domestik biasanya lebih banyak didapur. Masyarakat jawa
menganut sistem budaya patriaki yang artinya pria sebagai sentral dalam
organisasi sosial dan tugas wanita lebih berperan dalam pekerjaan
domestik rumah tangga. (https://unjkita.com/perempuan-budaya-patriakidan-kesetaraann-gender/) Arti wanita, berani ditata, keberadaannya untuk

bersikap tunduk, patuh, sabar, mendukung, mengabdi, mendampingi,
menyenangkan pria.
Kondisi ruangan yang usang dengan kusen kusen yang rapuh dan
sekat ruangan dari kayu atau tripleks rapuh dimaknai sebagai kondisi
96

kemiskinan. Ditunjang dengan cahaya yang redup, fungsi tata cahaya
sangat penting untuk menghadirkan suasana yang mempengaruhi
penonton, suasana yang ingin dihadirkan adalah suasana yang muram.
(https://www.academia.edu/8030840/TATA_CAHAYA_Lighting_?auto=
download) diunduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.20 wib. Merujuk
pada pengertian kemiskinan menurut Ritonga (2003:1) kondisi kehidupan
seseorang atau dalam rumah tangga yang serba kekurangan, tidak mampu
memenuhi kebutuhan primer yang layak bagi kehidupannya. Kebutuhan
dasar itu berkaitan dengan pangan, sandang, perumahan dan kebutuhan
social

penunjang

kehidupan


yang

layak.

(www.materibelajar.id/2016/04/teori-kemiskinan-pengertiandefinisi.html?m=1) diunduh pada Sabtu, 22 April 2017, pukul 22.35 wib.
Selain itu dalam scene tersebut nampak sebuah kain berwarna kuning
yang sedang dipegang oleh tokoh wanita. Makna warna kuning
mengingatkan dengan sinar matahari yang memberikan energi yang baik
dan

semangat.

menggambarkan

Sering

disamakan
kemakmuran


dengan

warna

dan

emas

yang

kemewahan.

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Nirwana+Warna.
pdf) di unduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.45 wib.
Seperti yang diketahui bahwa iklan ini adalah iklan partai Golkar dan
partai ini memiliki warna dominan kuning. Tokoh wanita juga
mengekspresikan rasa bahagia, kebanggan dalam senyuman di wajahnya.
Maka penulis mendapatkan tanda yang lebih dalam maknanya yaitu,
wanita jawa sudah menjadi patokan sosok istri dan ibu rumah tangga yang
berkarakter tunduk, patuh, lembut. Dan orang jawa lekat dengan unsur

tradisional serta kesederhanaan.

97

Sequence 1 scene 6 (gambar 5.3.4)

Penanda dan petanda yang didapatkan dari gambar diatas dapat
dideskripsikan sebagai berikut; seorang pria, usia 40’an, berwarna kulit
sawo matang, berambut hitam, mengenakan kaos yang warnanya
kecoklatan, celana pendek, mengecat becak dengan warna kuning, nampak
tersenyum saat mengecat becak, kondisi ruangan tempat becak tersebut
terdapat tumpukan barang berupa kayu, kardus, dan bakul bambu. Kondisi
ruangan kurang cahaya atau redup. Penanda tersebut memberikan petanda
kehidupan seorang tukang becak.
Deskripsi tersebut adalah hasil pengamatan secara denotatif, untuk
mengetahui makna dibaliknya maka akan dicari konotasi dari deskripsi
tersebut. Pada gambar tersebut terdapat becak yang artinya pria yang
sedang mengecat becak tersebut mempunyai mata pencaharian sebagai
tukang becak. Menurut ahli sosiologi Pitirim A. Sorokin mata pencaharian
sebagai tukang becak di Indonesia tergolong kedalam golongan sosial
kelas rendah atau lower class. (Dhohiri, Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan
Masyarakat; hal 15)
Pria yang bermata pencaharian sebagai tukang becak ini berkulit sawo
matang dan rambut hitam menunjukan orang Indonesia asli khususnya
suku jawa. Becak sedang di cat oleh pemiliknya dengan warna kuning,
warna kuning sendiri adalah warna dominan milik partai Golkar. Warna
kuning sendiri memiliki arti mengingatkan dengan sinar matahari yang
memberikan energi yang baik dan semangat. Sering disamakan dengan
warna emas yang menggambarkan kemakmuran dan kemewahan.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Nirwana+Warna.
pdf) di unduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.45 wib.
98

Tokoh pria tersenyum

saat

sedang mengecat

becaknya itu

menandakan rasa bahagia, bangga, tanpa paksaan. Maka penulis
mendapatkan tanda yang lebih dalam maknanya yaitu, orang jawa dilabeli
sebagai rakyat kecil dengan mata pencaharian rendah.

Sequence 4 scene 1 (gambar 5.3.5)

Petanda dan penanda dari gambar diatas dideskripsikan secara
denotatif

sebagai berikut. Seorang wanita, mengenakan setelan kulot

batik, berkulit sawo matang, berwarna rambut hitam, menjemur
pakaian/kain/handuk di luar jendela rumah dengan menggunakan tali
berwarna kuning yang di ikatkan pada kusen, jemuran merupakan kain
berwarna

kuning,

menggunakan

kaos

melakukan
berkerah

percakapan
berwarna

dengan
coklat,

seorang
bertopi

pria
cream,

menggunakan handuk kecil berwarna putih pada bahu, berkulit sawo
matang, pria tersebut mengkayuh becaknya yang berwarna dominan
kuning, mimik muka tokoh pria dan wanita terlihat bahagia, semangat,
dalam percakapan di video pria ini mengucapkan “bu, ayo bu” dan ibu
menjawab “oh iya hari ini nyoblos ya” sambil mengespresikan senyuman.
Dari

penanda

tersebut

memberikan

petanda

aktivitas

sosial

di

perkampungan.
Deskripsi secara denotatif diatas akan dimaknai lebih mendalam
seperti berikut.
Kulot batik adalah baju yang berasal dari jawa, bukan hanya jawa
tengah tetapi seluruh jawa memiliki ciri khas batiknya sendiri, dan model
setelan kulot batik wajar ditemui dikenakan oleh ibu-ibu suku jawa. Warna
kulit tokoh wanita juga sawo matang semakin membuktikan warna kulit
suku jawa. (https://id.scribd.com/mobile/doc/225786701/macam-ras-dan99

ciri-fisik) Aktivitas menjemur pakaian adalah aktivitas domestik yang
biasa dilakukan oleh wanita. Menjemur di luar jendela menunjukan bahwa
orang tersebut tidak memiliki halaman atau ruang yang memadai untuk
menjemur pakaian, sehingga menggunakan area samping rumah untuk
menggantung

jemuran.

Pakaian

tokoh

pria

yaitu

tukang becak

menggunakan kaos ber-krah warna coklat dan topi berwarna krem juga
handuk kecil warna putih yang melingkar di bahu, menandakan kostum
yang digunakan oleh seseorang yang melakukan aktivitas fisik sehingga
mengeluarkan keringat. Selain itu dimaknai sesuai dengan warnanya.
Warna coklat memberi kesan hangat, nyaman, alami, akrab, dan
ketenangan. Dan warna putih adalah warna yang netral, menggambarkan
kemurnian

dan

kepolosan.

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Nirwana+Warna.
pdf) di unduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.45 wib.
Atribut yang digunakan oleh tukang becak menginterpretasikan
karakternya dalam video iklan politik ini, tukang becak memiliki karakter
yang ramah terhadap semua tetangganya, pribadi yang hangat dan akrab
dengan tetangga sekitarnya, kebaikannya alami, hal ini dinyatakan dari
kepeduliannya mengingatkan dan mengajak si ibu rumah tangga untuk
mencoblos, seperti pada percakapan yang tertulis diatas.
Tali tempat menjemur pakaian dan objek jemuran berwarna kuning,
dimana warna kuning adalah warna dominan partai Golkar yang bermakna
mengingatkan dengan sinar matahari yang memberikan energi yang baik
dan

semangat.

menggambarkan

Sering

disamakan
kemakmuran

dengan
dan

warna

emas

yang

kemewahan.

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Nirwana+Warna.
pdf) di unduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.45 wib. Maka dari
petanda tersebut penulis menemukan makna yang lebih dalam sebagai
berikut. masyarakat suku jawa selain prianya dilabeli bermata pencaharian
rendah, para wanitanya juga dilabeli sebagai orang yang hanya
mengerjakan pekerjaan domestic rumah tangga. Masyarakat suku jawa
juga sangat lekat kaitannya dengan kesederhanaan, dan kesan tradisional.
100

Sequence 6 scene 1 (gambar 5.3.6)

Petanda

dan

penanda

yang

terdapat

dalam

gambar

diatas

dideskripsikan secara denotatif sebagai berikut. Dua orang pria berambut
hitam, berwarna kulit sawo matang, saling mengobrol dari jendela,
didepan jendela tergantung tiga kurungan burung dengan burung warna
kuning didalamnya. Cat tembok berwarna putih yang telah memudar dan
kotor. Penanda tersebut memberikan petanda aktivitas sosial di
perkampungan.
Deskripsi secara denotatif yang telah tercantum akan dimaknai secara
konotatif sebagai berikut; pria berambut hitam, warna kulit sawo matang
adalah ciri ciri fisik ras deutro melayu, dan suku jawa termasuk kedalam
ras deutro melayu. (https://id.scribd.com/mobile/doc/225786701/macamras-dan-ciri-fisik) Kegiatan yang dilakukan mengobrol sambil memelihara
burung padahal hari masih siang dimana seharusnya seseorang sedang
aktif bekerja, menunjukan bahwa kondisi kedua pria tersebut tidak
produktif.
Kondisi lingkungan tempat tinggal kedua pria tersebut sangat
sederhana dibuktikan dengan warna cat tembok yang putih namun sudah
memudar, kondisi bangunan tidak layak huni, tata letak tidak rapi, kondisi
bangunan terlihat tua, jarak antar bangunan sangat rapat, minim ruang
terbuka sehingga kegiatan menjemur pakaian dan menggantung burung
dilakukan di area yang tumpang tindih, dapat di identifikasi sebagai
permukiman kumuh menurut Budiharjo. Karakteristik permukiman kumuh
menurut Budiharjo dilihat dari beberapa faktor, yang pertama faktor rumah
yang semi dan non permanen, meliputi tata letak tidak teratur, status
101

bangunan tidak memiliki izin, kepadatan bangunan yang tinggi, kondisi
bangunan yang tidak layak huni dan jarak bangunan yang rapat, kurangnya
kesehatan lingkungan permukiman. Faktor kedua adalah prasarana, yang
meliputi aksesibilatas, drainase, air bersih, air limbah, persampahan.
(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/jbptunikompp-gdl-diralazuar27111-5-unikom_d-i.pdf)
Burung yang dipelihara berwarna kuning. Arti dari warna kuning
adalah warna dominan partai Golkar yang bermakna

mengingatkan

dengan sinar matahari yang memberikan energi yang baik dan semangat.
Sering disamakan dengan warna emas yang menggambarkan kemakmuran
dan

kemewahan.

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132243650/pendidikan/Nirwana+Warna.
pdf. di unduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.45 wib.
Maka dari tanda tersebut penulis mendapatkan makna yang lebih
dalam yaitu pria jawa bermata pencaharian rendah dan pengangguran atau
tergolong orang yang kurang produktif.

Sequence 6 scene 2 (gambar 5.3.7)

Penanda

dan

petanda

yang

terdapat

dalam

gambar

diatas

dideskripsikan secara denotatif sebagai berikut; pria, berkulit sawo
matang, berambut hitam, berkumis, menggunakan topi, kaos berkerah
warna kecoklatan dengan kancing terbuka, dengan handuk kecil
menggantung bahu. Mengayuh becak berwarna dominan kuning. Ekspresi
wajah tukang becak nampak sangat ceria terlihat dari senyumnya dan
gesture tanganya sambil mengangkat tangan.
Dibelakangnya di ikuti massa, namun yang nampak jelas pada gambar
hanya 3 wanita, yang usianya masih muda. ada wanita menggunakan
atasan kuning dan hijab kuning, postur tubuhnya gemuk, disamping
102

kirinya seorang perempuan muda dengan menggunakan dress putih,
rambut hitam terurai panjang. Dan disamping kananya ada wanita dengan
hijab putih, tidak terlihat bagaimana ekspresi wajahnya dan pakaiannya.
Para warga yang mengikuti bapak tukang becak juga turut
menampilkan ekspresi antusias dan gembira, dilihat dari senyum yang
mengembang di wajah tukang becak dan warga yang berteriak dan
mengajak untuk nyoblos no.5. Penanda tersebut memberikan petanda
suasana iring-iringan massa yang sedang berkampanye. Deskripsi secara
denotatif yang telah tercantum akan dimaknai secara lebih mendalam
dengan makna konotatif, sebagai berikut.
Dua wanita menggunakan atribut islami, dan satu wanita beratribut
non islami. Wanita yang ditengah menggunakan baju kuning dan hijab
kuning. Warna kuning menandakan identitas partai golkar, namun warna
kuning sendiri yaitu bermakna mengingatkan dengan sinar matahari yang
memberikan energi yang baik dan semangat. Sering disamakan dengan
warna emas yang menggambarkan kemakmuran dan kemewahan.
(http://staffnew.uny.ac.id/upload/13224365/pendidikan/Nirwana+Warna.p
df. di unduh pada sabtu, 22 April 2017, pukul 22.45 wib
Wanita berhijab putih dimaknai sesuai warna hijabnya, putih
melambangkan warna yang netral, menggambarkan kemurnian dan
kepolosan. Kemudian wanita dengan atribut non islami, menggunakan
dress putih, juga menggambarkan warna netral, kemurnian, dan kepolosan.
Dari kedua wanita yang berhijab, satu diantaranya menggunakan
atribut islami yang berwarna kuning, dari posisi pengambilan gambar
tersebut nampak sosok wanita berhijab kuning sangat jelas. Seperti yang
telah dituliskan bahwa warna kuning merupakan warna dominan identitas
partai Golkar, sehingga wanita berhijab kuning menunjukan bahwa partai
Golkar berwarna islami.
Ekspresi

wajah tukang becak nampak tersenyum dan gesture

tanganya sambil mengangkat tangan, yang digambarkan dalam iklan ini
merupakan bentuk penyampaian pesan secara non verbal. Pesan non
verbal memiliki fungsi metakomunikatif yang artinya memberikan
103

informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Ekspresi
yang dimunculkan dalam iklan ini memperjelas bahwa masyarakat merasa
antusias

dan

bahagia

dalam

mendukung

Partai

Golkar.

(https://m.liputan6.com/amp/2030800/temuan-baru-wajah-manusiaternyata-punya-21-ekspresi)
Maka penulis mendapatkan makna yang lebih dalam sebagai berikut.
Masyarakat Indonesia terdiri atas keberagaman agama, dan orang
orangnya berkarakter polos, suci, netral. partai Golkar merupakan partai
yang bernuasa islami, namun partai tersebut juga merangkul anggota non
muslim. Semua pendukung Partai Golkar sangat bahagia dan antusias.

Sequence 6 scene 3 (gambar 5.3.8)

Penanda dan petanda dari gambar diatas dideskripsikan sebagai
berikut; kerumunan orang yang berjalan menyusuri permukiman kumuh.
Orang orang tersebut berlarian sambil mengangkat tangan dan berseru seru
mengikuti bapak tukang becak yang berjalan di depan mereka. Orang
orang nampak dari bagian belakang nya saja, ada pria dan wanita,
beraneka ragam warna baju, dan yang terlihat warna putih, coklat. Rambut
berwarna hitam. Di sebelah kanan terdapat rumah warga yang kondisinya
kumuh, dan di depannya tergantung jemuran dan burung peliharaan.
Penanda tersebut memberikan petanda massa yang berkampanye melewati
permukiman kumuh.
Deskripsi secara denotatif yang telah tercantum akan diberi makna
konotatif sebagai berikut; kondisi lingkungan pada gambar diatas sesuai
dengan deskripsi yang tercantum memperlihatkan kondisi masyarakat
menengah ke bawah. Karakteristik permukiman kumuh menurut Budiharjo
dilihat dari beberapa faktor, yang pertama faktor rumah yang semi dan non
permanen, meliputi tata letak tidak teratur, status bangunan tidak memiliki
104

izin, kepadatan bangunan yang tinggi, kondisi bangunan yang tidak layak
huni dan jarak bangunan yang rapat, kurangnya kesehatan lingkungan
permukiman. Faktor kedua adalah prasarana, yang meliputi aksesibilatas,
drainase,

air

bersih,

air

limbah,

persampahan.

(http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/jbptunikompp-gdl-diralazuar27111-5-unikom_d-i.pdf)
Dari deskripsi pada gambar scene iklan tersebut menunjukan antusias
dan kegembiraan warga dalam mengikuti kampanye. Maka penulis
menemukan makna yang lebih mendalam, bahwa masyarakat kecil lebih
mudah terprovokasi mengikuti kampanye.

Sequence 8 scene 1 (gambar 5.3.9)

Petanda dan penanda yang terdapat dalam gambar diatas akan di
deskripsikan secara denotatif sebagai berikut. pria menggunakan kaos
berkerah warna coklat, dengan kancing terbuka, menggunakan handuk
kecil berwarna putih pada leher, dikepalanya bertopi cream, warna
kulitnya sawo matang, tangannya terangkat menunjukan lima jari, senyum
mengembang pada wajahnya. Sembari mengayuh becak berwarna
dominan kuning, dan jok becak juga berlapis kain kuning. Dibelakang
tukang becak tersebut di ikuti oleh banyak massa, namun yang paling
nampak jelas pada gambar hanya dua orang wanita dan dua orang pria.
Wanita paling pojok kiri mengenakan setelan baju dan jilbab kuning,
membawa tas berwarna hitam, tangan terangkat keatas menunjukan lima
jari, dan ekspresi wajah bahagia, antusias, semangat, ceria. Disampingnya
seorang wanita berjilbab putih dan baju coklat, tangan terangkat keatas
menunjukan lima jari, dan ekspresi wajahnya nampak ceria, kegembiraan,
semangat, antusias. Dibelakang wanita tersebut ada pria menggunakan
105

kaos berkerah warna kuning dan celana panjang jeans. Dibelakang pria
tersebut juga nampak seorang pria dengan kaos berkerah warna kuning
dengan motif garis horizontal dan celana panjang kain warna khaki. Gang
yang dilalui berukuran sekitar 2 meter, disamping gang yang dilewati oleh
massa terdapat jemuran pakaian warga yang

adalah baju baju kaos

berwarna kuning. Pada barisan massa juga nampak orang yang membawa
kain kuning sambil dibentangkan. Penanda tersebut memberikan petanda
massa yang berkampanye melewati perkampungan.
Dari petanda diatas diberi makna konotatif sehingga bermakna lebih
mendalam. Pria menggunakan kaos berkerah warna coklat, dengan
kancing terbuka, menggunakan handuk kecil berwarna putih pada leher,
dikepalanya bertopi cream, adalah seorang tukang becak. Kostum yang
dikenakan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukanya, yaitu menandakan
seseorang

dengan

aktivitas

yang

mengeluarkan

keringat,

maka

aktivitasnya tersebut lebih mengedepankan penggunaan tenaga. Orang
orang yang mengikuti kampanye mengenakan baju dominan warna
kuning, kostum yang digunakan oleh warga yang mengikuti kampanye
memiliki unsur unsur warna identik Partai Golkar, yaitu kuning, coklat,
putih. Selain menggunakan warna identitas Partai Golkar mereka juga
membawa simbol Partai Golkar dalam bentuk bendera dan kain. Simbol
Partai Golkar adalah sebagai berikut, pohon beringin yang dikelilingi
untaian padi dan kapas dalam perisai segi lima, dengan pita bertuliskan
GOLONGAN KARYA di bawahnya, latar belakang simbol tersebut
berwarna kuning. Makna dari setiap simbol tersebut adalah pohon beringin
bermakna melindungi, yang artinya partai Golkar memberi perlindungan
bagi rakyat Indonesia. Padi dan kapas meruakan lambang kesejahteraan
sosial untuk rakyat Indonesia. Perisai segi lima melambangkan ideologi
partai, yakni pancasila. Warna putih pada perisai bermakna kesucian.
Warna dasar kuning bermakna kejayaan. 17 bunga kapas, 8 akar beringin,
dan 45 butir padi melambangkan hari kemerdekaan Indonesia 17-8-45.
(www.m.forum.detik.com/mengenal-arti-makna-lambang-partai-pesertapemilu-2014-t620465.html).
106

Maka penulis menemukan makna yang lebih mendalam, bahwa
masyarakat kecil lebih mudah terprovokasi mengikuti kampanye karena
memiliki harapan terhadap parpol, sesuai dengan makna pada simbol
partai Golkar yang adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat
Indonesia.

Sequence 8 scene 2 (gambar 5.3.10)

Sequence 8 scene 3 (gambar 5.3.11)

Penanda dan petanda yang didapatkan dari gambar gambar diatas
dideskripsikan

sebagai

berikut,

pria

mengayuh

becak

melewati

perkampungan yang padat, seorang ibu menjemur pakaian diluar jendela
rumah. Dua bapak-bapak menggantung burung di depan jendela rumah
sambil

bercakap-cakap

dari

jendela.

Kondisi

rumah

rumah

di

perkampungan itu sangat tidak rapi, kotor, cat nya usang, rumahnya dari
kayu dan sudah usang.
Pria tukang becak menyerukan “ayo bu, ayo”, dan “nyoblos pak,
nyoblos”, di ikuti oleh banyak warga yang juga berpakaian warna kuning,
becak pun juga berwarna kuning, melewati pedagang mie ayam&bakso
yang gerobaknya berwarna kuning, dan kemudian menggunakan kain
kuning berlogo Partai Golkar pada gerobaknya.
Penanda tersebut memberikan petanda adanya harapan yang tinggi
kepada partai politik ditularkan oleh rakyat kecil ke sesama rakyat kecil.
107

Konotasinya, pedagang mie ayam & bakso keliling merupakan jenis
golongan pekerjaan berstatus sedang, hal ini diungkakan menurut
pedoman ISCO (International Standart Clasification of Oecuption). Untuk
menentukan status sosial ekonomi yang dilihat dari pekerjaan, maka jenis
pekerjaan diberi batasan sebagai berikut; pekerjaan yang berstatus tinggi,
yaitu tenaga ahli teknik, pekerjaan berstatus sedang adalah dibidang
penjualan dan jasa, pekerjaan berstatus rendah adalah petani dan operator
alat

angkut.

(http://etheses.uin-

malang.ac.id/600/6/10410177%20Bab%202.pdf )
Gerobak berwarna dominan kuning, merupakan warna identitas Partai
Golkar yang bermakna kejayaan. (www.m.forum.detik.com/mengenal-artimakna-lambang-partai-peserta-pemilu-2014-t620465.html).
Kain kuning berlogo partai golkar dibentangkan menutupi gerobak
mie ayam dan bakso menggambarkan bahwa partai Golkar mengayomi
mata pencaharian rakyat kecil.
Demikian konotasi yang didapatkan dari iklan partai Golkar dengan judul
Ayo pilih Golkar.
Mitos yang ditemukan adalah keadaan, situasi, kondisi yang dialami
rakyat kecil dapat dijadikan sebagai alat maupun senjata politik. Di sini
kemiskinan adalah alat atau senjata politik tersebut. Sesuai dengan potret
dalam iklan politik tersebut menunjukan realita kehidupan masyarakat
Indonesia saat ini yang masih belum keluar dari kemiskinan, khususnya
masyarakat jawa. Hal ini dapat diartikan sebagai kritik terhadap
pemerintahan pada masa itu yang dianggap belum mampu mengentaskan
kemiskinan di masyarakat luas. Selain kemiskinan, agama juga dijadikan
tameng oleh partai politik untuk mendapatkan simpatik masyarakat
sehingga masyarakat mendukung dan tujuan dari golongan tersebut dapat
terwujud.

108

5.4. Iklan Partai Golkar Suara Ibu Rumah Tangga
Pada iklan Partai Golkar versi Suara Ibu Rumah Tangga Yang
mengandung unsur kekerasan simbolik ada pada sequence 1 scene 1 pada
detik 00:00:08 dan scene 2 pada detik ke 00:00:11.

Sequence 1 scene 1 (gambar 5.4.1)

Sequence 1 scene 2 (gambar 5.4.2)

Dari petanda dan penanda yang didapat dari gambar diatas dapat
dideskripsikan secara denotatif sebagai berikut. setting tempat suasana
pasar tradisional, dengan aneka barang dagangan kebutuhan dapur dan
pangan sehari hari. Seperti telur, bumbu dapur, sayur, beras, minyak, dan
lainnya. Tokoh utama terdiri dari tiga orang, yaitu seorang pria pedagang
mengenakan kaos, handuk kecil dikalungkan pada leher, dan mengenakan
topi. Seorang wanita, ibu rumah tangga mengenakan baju putih, rambut
hitam di ikat ekor kuda, tanpa riasan wajah, ekspresi wajah tersenyum.
Bersama dengan anak perempuannya yang berusia remaja, mengenakan
baju kaos lengan panjang berwarna ungu muda, rambut hitam dan panjang,
di ikat ekor kuda, tanpa menggunakan riasan wajah, anak perempuan juga
109

menunjukan ekspresi senyuman dan wajah yang tenang. Mereka
melakukan interaksi bersama si pedagang, membahas mengenai zaman
Golkar beras lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah,
kemudian

petani

dapat

menghasilkan

kedelai

sendiri,

ibu

itu

memberitaukan kepada anak perempuannya bahwa pada zaman Golkar
kerja keras rakyat terasa hasilnya. Penanda tersebut memberikan petanda
aktivitas sosial di pasar.
Dari deskripsi secara denotatif yang telah tercantum diatas, kemudian
dimaknai secara konotatif untuk menemukan makna yang lebih mendalam,
sebagai berikut; pasar tradisional umumnya dikelola oleh pemerintahan
dengan aktivitas belanja orang orang dengan status social menengah
kebawah, pasar tradisional juga sangat identik dengan budaya Indonesia.
(peraturan presiden no. 112 tahun 2007)
Pria yang mengenakan kaos dan mengalungkan handuk pada bahu
serta menggunakan topi menandakan aktivitas yang dia lakukan pasti
mengeluarkan keringat, maka aktivitasnya tersebut lebih mengedepankan
penggunaan tenaga. Ibu dan anak perempuannya mencirikan wanita
Indonesia pada umunya dengan rambut yang hitam. Kedua wanita ini
mencirikan kepolosan dan kesederhanaan, dilihat dari penampilannya yang
tanpa riasan wajah maupun perhiasan. Riasan wajah dapat mencerminkan
karakter seseorang dan juga sangat berkaitan dengan kepercayaan diri
seseorang. Wanita dengan riasan wajah alami memiliki nilai tinggi dalam
hal kepercayaan. Penelitian ini dilakukan oleh ilmuwan di Harvard dan
Boston

University.

(https://www.google.co.id/amp/m.bisnis.com/amp/read/20161219/220/613
189/cek-di-sini-makna-riasan-wajah-anda) Jadi wanita dengan tampilan
riasan wajah yang polos menampilkan karakter seseorang yang dapat
dipercaya.
Interaksi bersama pedagang yang membahas mengenai zaman Golkar
beras lebih mudah didapatkan dan harganya lebih murah, kemudian petani
dapat menghasilkan kedelai sendiri, menunjukan makna membandingkan
kondisi ketika zaman Golkar memegang pemerintahan di Indonesia. Pesan
110

tersirat dari kalimat tersebut adalah bahwa kondisi perekonomian rakyat
Indonesia pada masa sekarang tidak semakmur pada masa pemerintahan
Golkar.
Mitos yang terdapat dari iklan ini adalah rakyat kalangan menengah
kebawah sebagai subjek yang terpercaya untuk menampilkan perasaan
orang yang hidup dalam kesederhanaan dan dapat merasakan keuntungan
yang lebih baik ketika pemerintahan Indonesia dikuasai oleh partai golkar.
Melihat isi pesan dalam iklan ini disampaikan untuk keluarga menengah
ke bawah. Di mana masyarakat menengah kebawah terlihat mengagungagungkan pemerintahan jaman partai golkar berkuasa.

5.5. Iklan Partai Golkar Suara Nelayan
Dalam iklan ini yang terindikasi kekerasan simbolik ada pada sequence 2
scene 1 pada detik 00.01-00.03, sequence 2 scene 1 pada detik 00.03-00.08,
sequence 2 scene 3 pada detik 00.08-00.12.

Sequence 2 scene 1(gambar 5.5.1)

Sequence 2 scene 2 (gambar 5.5.2)

111

Sequence 2 scene 3 (gambar 5.5.3)

Setting tempat dipinggir pantai, warga nelayan sedang beraktivitas.
Sangat nampak mencolok jerigen bahan bakar minyak berwarna kuning
dijinjing oleh seorang pria mengenakan kaos putih dan berkalung handuk
warna kuning, selain menjinjing jerigen warna kuning pria tersebut juga
menjinjing jerigen berwarna putih pada tangan kanannya. Pria
disampingnya mengenakan kaos berwarna biru serta menggunakan topi
dengan warna senada dengan kaosnya.pria berkaos biru sambil memegang
ikan hasil tangkapan. Ada juga seorang wanita mengenakan daster batik
serta penutup kepala, sedang menjemur ikan. Pada setting tempat nampak
gubug, bendera merah putih, jaring, kapal, pohon kelapa. Kata kata yang
terdapat dalam percakapan mereka adalah “zaman Golkar mencari ikan
gampang dan tenang, karena harga solar tidak turun naik”. Penanda
tersebut memberikan petanda kehidupan warga kampung nelayan.
Dari deskripsi secara denotatif yang telah dipaparkan diatas maka
dimaknai lebih mendalam secara konotasi sebagai berikut;
Jerigen berwarna kuning menyiratkan warna dominan partai golkar.
Dan

warna

kuning

memiliki

makna

kejayaan

(www.m.forum.detik.com/mengenal-arti-makna-lambang-partai-pesertapemilu-2014-t620465.html)
Pria yang mengenakan kaos dan mengalungkan handuk pada leher
serta menggunakan topi menandakan aktivitas yang dia lakukan pasti
mengeluarkan keringat, maka aktiviasnya tersebut lebih mengedepankan
penggunaan tenaga. Wanita mengenakan daster mencirikan ibu rumah
tangga yang melakukan kegiatan domestik.

Atribut jaring, kapal,

menjemur hasil tangkapan ikan mencirikan kehidupan warga kampung
nelayan.
112

Percakapan mereka adalah “zaman Golkar mencari ikan gampang dan
tenang, karena harga solar tidak turun naik”, hal ini menunjukan pesan
tersirat membandingkan kondisi ketika zaman Golkar memegang
pemerintahan di Indonesia. Pesan tersirat dari kalimat tersebut adalah
bahwa kondisi perekonomian rakyat Indonesia pada masa sekarang tidak
semakmur pada masa pemerintahan Golkar.
Mitos yang terdapat dalam iklan ini adalah rakyat kalangan menengah
kebawah yang hidup dalam kesederhanaan dapat merasakan keuntungan
yang lebih baik ketika pemerintahan Indonesia dikuasai oleh partai golkar.
Melihat dari isi iklan ini, pesan yang terkandung ditujukan kepada warga
yang bermata pencaharian sebagai nelayan atau warga pesisir. Dimana
terlihat antusis terhadap partai golkar.

5.6. Iklan Partai Golkar Suara Petani
Dalam scene iklan ini yang terindikasi kekerasan simbolik ada pada
sequence 2 scene 1 pada detik 00:01-00:04, sequence 2 scene 2 pada detik
00:04-00:05, sequence 2 scene 3 pada detik 00:05-00:07, sequence 2 scene 4
pada detik 00:07-00:12

sequence 2 scene 1(gambar 5.6.1)

113

sequence 2 scene 2 (gambar 5.6.2)

sequence 2 scene 3 (gambar 5.6.3)

sequence 2 scene 4( gambar 5.6.4)

Penanda dan petanda yang di dapat dari gambar scene iklan diatas
dideskripsikan secara denotatif sebagai berikut; suasana sawah, gubug,
seorang pria paruh baya dan wanita paruh baya duduk didalam gubug,
nampak rantang makanan dan caping. Pakaian yang dikenakan oleh tokoh
pria adalah kaos coklat, sedangkan tokoh wanita menggunakan baju
kebaya sederhana berwarna ungu muda, bawahan kain lilit batik berwarna
coklat muda bercorak hitam, dan penutup kepala rajut berwarna putih.
Selain rantang makanan juga nampak cerek teh dan dua buah gelas, dan
sebuah kendi. Kedua orang tersebut bercakap cakap sambil mengeluarkan
ekspresi wajah yang tenang dan terlihat senyum mengembang di wajah
mereka. Kalimat yang diucapkan “Alhamdulilah, jaman Golkar mah masih
bisa nabung” , “karna bibit murah”, “harga beras bagus”, “jujur aja, jaman
Golkar mah lebih enak”. Penanda tersebut memberikan petanda kehidupan
keluarga petani.
Dari deskripsi diatas maka dimaknai secara konotatif sehingga
menemukan makna yang lebih dalam, sebagai berikut: sawah, gubug,
114

caping sangat lekat dengan kehidupan petani dipedesaan. Pakaian yang
digunakan menampilkan kesederhanaan. Makan siang dengan rantang
bercorak hijau putih yang digunakan menampilkan kesan kuno, kendi
menampilkan kesan tradisional. Kebaya yang digunakan wanita, selain
menampilkan kesan sederhana juga menampilkan kesan tradisional.
Bahasa dan logat yang digunakan saat bercakap-cakap mencirikan bahwa
pria dan wanita tersebut adalah orang sunda. Dari kata kata yang
diucapkan menandakan bahwa mereka menyanjung masa pemerintahan
Golkar, yang berarti mereka merasa kecewa dan kurang puas dengan
pemerintahan yang berjalan pada masa kini.
Mitos yang terdapat dalam iklan ini adalah rakyat kalangan menengah
kebawah yang hidup dalam kesederhanaan dan masih tradisional dapat
merasakan keuntungan yang lebih baik ketika pemerintahan Indonesia
dikuasai oleh partai golkar. Pesan yang terkandung dalam iklan tersebut
ditujukan untuk warga Indonesia yang bekerja sebagai petani.

5.7. Iklan Partai Nasdem (1)
Dalam iklan ini yang terindikasi kekerasan simbolik ada pada
sequence 2 scene 1 pada detik 00:01-00:02, sequence 2 scene 2 pada detik
00:02-00.06

sequence 2 scene 1(gambar 5.7.1)

115

sequence 2 scene 2(gambar 5.7.2)

Penanda

dan

petanda

yang

didapatkan

dari

gambar

diatas

dideskripsikan secara denotatif sebagai berikut; kondisi sungai yang keruh
dan kotor, di sisi sungai terdapat banyak sampah yang menumpuk, di
dekat sampah sampah itu terdapat bantaran sungai yang digunakan untuk
mendirikan rumah. Kondisi rumah dibangun seadanya, lingkungan
nampak tidak rapi dan kotor. Terdapat teks yang menuliskan “hari ini
Bangsa ini, belum berdiri diatas kaki sendiri”. Penanda tersebut
memberikan petanda gambaran lingkungan kumuh di Indonesia.
Dari deskripsi secara denotatif diatas kemudian dimaknai secara
konotatif sebagai berikut; segala kondisi sungai dan rumah di bantaran
sungai menunjukan kondisi area permukiman kumuh. Menurut UndangUndang No. 1 pasal 1 ayat 13 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, dijelaskan bahwa permukiman kumuh adalah permukiman
yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan
bangunan tinggi, dan kualitas bangunan kualitas bangunan serta sarana
prasarana yang tidak memenuhi syarat. Perumahan kumuh adalah
perumahan yang mengalami penurunan kualitas dan fungsi sebagai tempat
hunian.
Mitos dari iklan ini adalah menunjukan kegagalan pemerintah yang
terdahulu dalam memerangi kemiskinan. Dengan cara mengeksploitasi
kemiskinan masyarakat Indonesia dan mempertontonkannya ke publik
agar parpol yang sedang berkampanye tersebut nampak seperti seorang
pahlawan.

116

5.8. Iklan Partai Nasdem versi wanita Indonesia
Dalam iklan ini yang terindikasi kekerasan simbolik ada pada sequence 6
scene 2 pada detik 00:25-00:30

sequence 6 scene 2 (gambar 5.8.1)

Penanda

dan

petanda

yang

didapatkan

dari

gambar

diatas

dideskripsikan secara denotatif sebagai berikut; tiga orang wanita dengan
berbagai profesi, paling kiri berprofesi sebagai satpam wanita, di bagian
tengah seorang politikus, dan di sisi paling kanan adalah seorang dokter.
Posisi tangan wanita yang berprofesi sebagai satpam menunjukan ekspresi
semangat. Riasan wajah yang digunakan oleh wanita politikus terlihat
mewah, riasan dokter wanita juga nampak mewah, dan riasan wanita
berprofesi satpam lebih sederhana dibandingkan dengan kedua wanita di
sampingnya. Posisi berdiri wanita yang berprofesi sebagai politikus berada
di tengah, dan disamping kirinya ada seorang satpam dan samping
kanannya berdiri seorang dokter. Penanda tersebut memberikan petanda
macam macam tingkatan profesi diantara wanita Indonesia, dan wanita
yang berprofesi rendah masih perlu berjuang.
Dari deskripsi secara denotatif diatas kemudian diberi makna
konotatif sebagai berikut; profesi seorang politikus dan dokter termasuk
profesi golongan ke atas, sedangkan profesi sebagai satpam menunjukan
golongan pekerjaan menengah kebawah. Ditinjau dari segi penghasilan
dari ketiga golongan tersebut maka penghasilan seorang satpam adalah
yang paling kecil. (Dhohiri, Sosiologi Suatu Kajian Kehidupan
Masyarakat; hal 15)
Riasan wajah seseorang menunjukan citra diri orang tersebut. Riasan
wajah

politikus

menampilkan
117

kesan

glamour

yang

bermakna

berkepribadian kurang bisa dipercaya. Riasan wajah wanita berprofesi
dokter menampilkan kesan professional yang bermakna berkompeten.
Riasan wajah wanita berprofesi satpam menampilkan kesan natural yang
bermakna

dapat

dipercaya.

(https://www.google.co.id/amp/m.bisnis.com/amp/read/20161219/220/613
189/cek-di-sini-makna-riasan-wajah-anda)
Dari ketiga wanita di dalam gambar tersebut yang menunjukan tangan
tanda semangat dan berjuang hanyalah wanita yang berprofesi sebagai
satpam, mengartikan bahwa orang dengan profesi rendah masih sangat
harus bekerja keras, sedangkan wanita disampingnya yang berprofesi
sebagai politikus dan dokter nampak hidup dalam kemapanan. Maka
ketika ketiga golongan profesi diatas dijajarkan dalam satu frame maka
terjadi sebuah kesenjangan sosial.
Mitos dari iklan ini adalah menunjukan kegagalan pemerintah yang
terdahulu dalam memerangi kesenjangan sosial di Indonesia. Terlebih
dilihat dari segi profesi pekerjaan.

118

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25