Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Alat Genitalia di SMP Negeri 30 Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
1.

Latar belakang
Remaja (adolescence) adalah masa transisi atau peralihan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik,
psikis, dan psikososial. Secara kronologis usia remaja berkisar antara 12-21 tahun.
Remaja akan mengalami perubahan fisik yaitu terjadinya perubahan secara
biologis yang ditandai dengan kematangan organ reproduksi primer maupun
organ reproduksi sekunder yang dipengaruhi oleh kematangan hormon seksual
(Dariyo, 2004).
Organ reproduksi pada remaja putri lebih sensitif terserang mikroorganisme
daripada remaja putra. Hal tersebut disebabkan anatomi genetalia eksterna pada
wanita yaitu, orifisium uretra, orifisium vagina, dan anus saling berdekatan.
Panjang uretra pada wanita juga lebih pendek dari uretra pria (Potter dan Perry,
2005). Area genitalia yang dibersihan dengan cara tidak benar dapat menyebabkan
bibit penyakit yang ada di anus masuk ke vagina dan dapat menyebabkan Infeksi
Saluran Kemih (ISK) dan infeksi pada mulut vagina (vulvitis).
Vagina mempunyai bau yang khas dalam keadaan normal. Jika kurang

terjaga kebersihannya, maka akan terjadi infeksi yang dapat menimbulkan bau
yang mengganggu, seperti bau tidak sedap, menyengat, dan amis. Wanita merasa
terganggu dengan bau yang tidak sedap tersebut sehingga banyak wanita yang
membilas vagina menggunakan bahan kimia atau ramuan tradisional dan
membersihkannya terlalu sering. Hal tersebut dapat membuat pH (tingkat

1

Universitas Sumatera Utara

2

keasaman) vagina tidak seimbang sehingga menyebabkan bakteri yang
melindungi vagina menjadi mati dan membuka jalan untuk terjadinya serangan
bibit penyakit (Pribakti, 2010).
Penelitian Sunay, Kaya, dan Ergun (2011) menyatakan bahwa wanita yang
melakukan bilas vagina akan mempunyai resiko 3,9 kali lebih tinggi mengalami
keputihan daripada wanita yang tidak melakukan bilas vagina. Bilas vagina
tersebut dapat menjadi faktor yang meningkatkan resiko untuk terjadinya
infertilitas, kehamilan ektopik, penyakit menular seksual, kanker serviks dan

peradangan panggul.
Perubahan fisik yang terjadi pada remaja putri yaitu mulai terjadi
menstruasi. Menstruasi terjadi pada usia 8 tahun sampai 16 tahun (Potter dan
Perry, 2005). Saat menstruasi remaja putri harus memakai pembalut, tetapi tidak
semua pembalut aman bagi kesehatan organ intim. Pembalut yang tidak memiliki
daya serap tinggi bisa menyebabkan alergi muncul karena tertumpuknya darah
pada pembalut tersebut. Jika kebersihan kurang terjaga, maka pembalut bisa jadi
pemicu munculnya infeksi, iritasi, dan vaginistis. Oleh karena itu, penggantian
pembalut dianjurkan dilakukan sesering mungkin dan tidak menunggu sampai
benar-benar terasa lembab dan basah (Pribakti, 2010).
Handayani (2010) menemukan bahwa di SMK Negeri 8 Medan yang
melakukan tindakan kebersihan pada saat menstruasi dari 90 responden hanya 20
orang (22,2%) yang memiliki kategori baik, sedangkan kategori cukup 24 orang
(26,7%), dan 46 orang (51,1%) dalam kategori kurang. Penelitian tersebut juga
menemukan bahwa dari 90 responden terdapat 68 orang (75,6%) yang mengganti

Universitas Sumatera Utara

3


pembalut hanya 2 kali sehari yaitu sehabis mandi saja. Penelitian tersebut
menyatakan bahwa remaja putri kurang menjaga kebersihan pada saat menstruasi.
Alat reproduksi kurang mendapatkan perhatian dalam kehidupan seharihari, hal ini disebabkan oleh budaya kita yang terkadang merasa kurang nyaman
untuk membicarakan masalah seksual. Penelitian Safira (2012) di SMA Negeri 1
Bogor terdapat 68% remaja putri memiliki tingkat pengetahuan yang buruk
mengenai perawatan organ reproduksi wanita, terutama mengenai cara merawat
organ reproduksi wanita. Hal tersebut disebabkan ketidakmerataan penyebaran
pendidikan kesehatan reproduksi wanita pada kelompok remaja putri di sekolah.
Perilaku

buruk

dalam

menjaga

kebersihan

alat


genitalia,

seperti

menggunakan pakaian yang tidak tepat, tidak membersihkan kelamin dengan cara
yang tepat, jenis pembalut yang digunakan saat menstruasi, frekuensi mengganti
celana dan bahan yang digunakan untuk membersihkan kelamin menjadi faktor
penting yang menyebabkan terjadinya infeksi alat genitalia. Sekitar 100
perempuan diseluruh dunia terkena infeksi genitalia setiap tahun, termasuk infeksi
saluran kemih dan bakteri vaginosis bahkan penyakit keganasan pada genitalia
(Sevil, Kevser, Aleattin, Dilek, dan Tijen, 2013).
Perilaku kesehatan remaja ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi, dan sebagainya. Di samping itu ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku
para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku (Notoatmodjo, 2007). Oleh karena itu, untuk
meningkatkan perilaku sehat bagi remaja perlu dilakukan Pendidikan Kesehatan
Reproduksi Remaja (PKRR) oleh petugas kesehatan atau pihak sekolah.

Universitas Sumatera Utara


4

Berdasarkan studi pendahuluan Di SMP Negeri 30 Medan belum pernah
diadakan program kerjasama dengan Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) tentang penyuluhan kesehatan reproduksi remaja
dan tidak ada bimbingan konseling yang khusus membahas kesehatan reproduksi.
Peneliti juga telah melakukan wawancara pada beberapa remaja putri di
SMP Negeri 30 Medan terkait kebersihan alat genitalia. Didapatkan hasil
wawancara bahwa remaja putri mengatakan mereka membasuh alat genitalia dari
arah belakang (anus) ke arah depan (vagina), membersihkan alat genitalia
menggunakan sabun mandi atau sabun sirih, air yang digunakan untuk membasuh
vagina berasal dari ember atau bak bukan langsung dari air mengalir,
menggunakan celana yang ketat dan tidak pernah memotong rambut kemaluan
ketika sudah panjang. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui bagaimana
perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia untuk mencegah
terjadinya masalah reproduksi akibat tidak menjaga kebersihan alat genitalia.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
meneliti “Perilaku Remaja Putri dalam Menjaga Kebersihan Alat Genitalia di
SMP Negeri 30 Medan”.
2. Perumusan masalah

Bagaimana perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat genitalia di
SMP Negeri 30 Medan?
3.

Tujuan penelitian
3.1. Tujuan Umum
Mengidentifikasi perilaku remaja putri dalam menjaga kebersihan alat
genitalia di SMP Negeri 30 Medan.

Universitas Sumatera Utara

5

3.2. Tujuan Khusus:
1. Mengidentifikasi pengetahuan remaja putri dalam menjaga
kebersihan alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan.
2. Mengidentifikasi sikap remaja putri dalam menjaga kebersihan alat
genitalia di SMP Negeri 30 Medan.
3. Mengidentifikasi tindakan remaja putri dalam menjaga kebersihan
alat genitalia di SMP Negeri 30 Medan.

4.

Manfaat penelitian
4.1.

Pendidikan keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memperluas wawasan dibidang kesehatan
reproduksi wanita danmenambah pengetahuan mengenai pentingnya
menjaga kebersihan alat genitalia agar tidak terjadi masalah pada
organ reproduksi.

4.2. Pelayanan keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat
untuk

menambah

pengetahuan

dan


perkembangan

tentang

pentingnya menjaga kebersihan alat genitalia pada remaja putri.
Sehingga dapat menjadi referensi bagi pihak pelayanan kesehatan
untuk meningkatkan penyuluhan kepada remaja putri di sekolahsekolah.
4.3.

Penelitian keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber penelitian
selanjutnya khususnya tentang masalah dalam perawatan kebersihan
alat genitalia.

Universitas Sumatera Utara