Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan Chapter III VI

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan studi deskriptif
melalui pengamatan secara prospektif terhadap kejadian infeksi luka AV fistula
pada pasien gagal ginjal untuk tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Umum
Pusat H.Adam Malik Medan.

3.2 Populasi dan Sampel
3.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien gagal ginjal di Rumah Sakit
Umum Pusat H.Adam Malik Medan
3.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien gagal ginjal yang menjalani operasi AV
fistula untuk tindakan hemodialisa di Rumah Sakit Umum Pusat H.Adam Malik
Medan.

3.3 Kriteria inklusi dan Eksklusi
3.3.1 Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah pasien gagal ginjal yang menjalani operasi AV Fistula

untuk tindakan hemodialisa yang bersedia menjadi responden, Divisi Bedah
Thorax dan cardiaovascular di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan.
3.3.2

Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi dalam penelitian ini adalah :
1.

Pasien dengan Phlebitis sebelum operasi

2.

Pasien di sekitar kulit lokasi untuk rencana AV fistula dijumpai tandatanda infeksi .

3.

Pasien yang operasinya lebih dari 3 (tiga) jam.

18


19

3.4 Besar Sampel
Pada penelitian ini besar sampel dihitung dengan mengunakan simple random
Sampling, yang dimama seluruh sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi dihitung dengan rumus :
n= ZαPQ
d2
n=1.96 x 0.2 x 0.8
0.12
n=31,36 dibulatkan menjadi 32 pasien
Keterangan:
n: Jumlah sampel
Zα: Tingkat kepercayaan, yaitu sebesar 95% maka nilai Zα = 1.96
P: Prevalensi kejadian infeksi pasien dengan AV shunt yaitu 20%
Q: 1-P
d: tingkat ketepatan absolut yang di kehendaki

3.5 Metode Pengumpulan Data

3.5.1 Alat pengumpul data
Alat pengumpul data dalam penelitian ini lembar pengamatan luka operasi.
3.5.2 Pelaksanaan pengumpulan data
Prosedur kegiatan penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahapan yaitu :
1.

Tahap Persiapan

a.

Pada tahap ini peneliti melakukan pengurusan perizinan ke lokasi penelitian.

b.

Melakukan pengumpulan data awal. Data sekunder penelitian ini diperoleh
data Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan, serta dari jurnal
penelitian.

c.


Peneliti berkoordinasi dengan pihak Rumah Sakit untuk mengetahui identitas
pasien

2.

Tahap Pelaksanaan

a.

Peneliti melakukan pemberian antibiotik profilaksis ( Cefazolin 1g IV ) pada
saat 30 menit sebelum melakukan operasi AV Fistula.

20

b.

Melakukan operasi AV Fistulam, pasca operasi pasien tidak mendapat
antibiotik apapun.

c.


Melakukan pengamatan kejadian infeksi luka operasi pasca operasi AV fistula
hari ke-3 dan hari ke-7.

d.

Pengamatan dilakukan dengan cara membuat apusan ( swab ) pada luka,
selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan, dan dilihat
apakah terdapat pertumbuhan bakteri pada luka operasi tersebut.

ALUR PENELITIAN
Sampel memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi

Pemberian antibiotik profilaksis
(30 - 60 menit sebelum operasi)

Tindakan AV fistula

Pengamatan lokal

hari ke-3
Pencatatan hasil dan
pelaporan
Pengamatan lokal dan
swab hari ke-7

3.6 Definisi Operasional
Adapun definisi operasional variabel – variabel penelitian adalah sebagai berikut :
1.

Tindakan AV fistula adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk membuat
hubungan arteri dengan vena (radial-cephalic fistula, brachial-cephalic fistula,
brachial-basilic fistula).

21

2.

Pemberian antibiotik profilaksis adalah antibiotika yang diberikan 30-60
menit sebelum penderita yang menjalani pembedahan , tujuannya ialah untuk

mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka
operasi. Antibiotik yang digunakan adalah Sefalosforin (generasi I yaitu
cefazolin 1 gram injeksi secara intra musculus )

3

Pemantauan untuk infeksi pada luka pasca operasi AV Fistula dengan tanda –
tanda lokal:
• Keluarnya cairan serosanguinolen,
• Keluarnya pus, disertai rasa nyeri
• Edema,
• Pertumbuhan bakteri dari sedian apusan luka operasi, yang dievaluasi
dengan jangka waktu pengamatan hari ke-7

4

Jenis Kuman adalah yang semua tubuh dipiring pembiakan kuman.

3.7 Rencana Pengolahan dan Penyajian Data
Data yang terkumpul akan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi.

Penjelasan tabel dalam bentuk narasi.

22

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah adalah kasus kejadian infeksi operasi
pasca AV Fistula dengan pemberian antibiotik profilaksis sebanyak 32 orang dari
Desember 2014 sampai dengan Maret 2015 yang telah memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Gambaran penelitian ditunjukan pada tabel berikut ini :
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frekuensi
Laki-laki
20
Perempuan
12
Total

32

%
62,5
37,5
100

Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah pasien laki-laki lebih banyak
dibandingkan pasien perempuan yaitu berjumlah 21 orang (63,6%).
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Ruang Operasi AV Fistrula
Ruang Operasi
Frekuensi
%
I
2
6,3
III
1
3,1

V
27
84,4
VIII
1
3,1
X
1
3,1
Total
32
100
Berdasarkan tabel diatas, menjelaskan bahwa ruang operasi V digunakan paling
banyak yaitu sebanyak 27 orang (84,4%) sedangkan ruang operasi I hanya 2 kali
(6,3%) dan sisanya dipakai ruang operasi III, VIII dan X masing-masing 1 kali

22

23


Tabel 4.3

Statistik Deskriptif Usia Responden

Rerata
Simpangan Baku
Minimum
Maximum
95% IK

Usia (tahun)
53,75
11,4
29
72
49,64 – 57,86

Berdasarkan tabel di atas bahwa rerata usia pasien yang dilibatkan dalam
penelitian ini adalah 53,75 tahun dengan simpangan baku 11,4 tahun. Usia
termuda 29 tahun dan tertua 72 tahun.
Tabel 4.4

Statistik Deskriptif Lama Operasi
Lama Operasi (menit)
Rerata
71,4
Simpangan Baku
20,08
Minimum
45
Maximum
117
95% IK
64,17 – 78,65
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan rerata lama operasi adalah 71,4 menit
dengan simpangan baku 20,08 menit. Lama operasi tercepat adalah 45 menit dan
terlama adalah 117 menit.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Tanda Infeksi Pada Hari Ke 3 Pasca
Operasi AV Fistula
Tanda Infeksi
Frekuensi
%
Ada infeksi
0
0
Tidak ada infeksi
32
100
Total
32
100
Dari hasil pemeriksaan terhadap ada tidaknya infeksi pada luka pasca operasi AV
fistula diperoleh tidak satupun pasien yang mengalami infeksi pada luka pasca
operasi AV Fistula RSUP.H. Adam Malik Medan, seperti rasa panas (calor),

kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluar nanah (pus).

24

Tabel 4.6

Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Bakteri Hari Ke-3 Pasca
Operasi
Petumbuhan Bakteri
Frekuensi
%
Negatif Bakteri
31
96,9
Staphylococcus
epidermidis/resisten
1
3,1
Cefazolin
Total
32
100
Berdasarkan pemantauan hari ke 3 pada bekas luka pasca operasi AV Fistula, dari
hasil swab di dapati 1 responden (3,1%) terpapar kuman Staphylococcus
epidermidis sementara bekas luka operasi pasca AV Fistula tidak menunjukkan
tanda-tanda infeksi sedangkan hasil swab pada 31 pasien (96,9) yang lain tidak
dijiumpai kontaminasi kuman.
Tabel 4.7

Distribusi Frekuensi Tanda Infeksi Pada Hari Ke 7 Pasca
Operasi AV Fistula
Tanda Infeksi
Frekuensi
%
Ada infeksi
0
0
Tidak ada infeksi
32
100
Total
32
100
Berdasarkan tabel diatas dari hasil pemeriksaan terhadap ada tidaknya infeksi

pada luka pasca operasi AV fistula, tidak didapati satupun pasien yang mengalami
infeksi pasca operasi AV fistula di RSUP.H. Adam Malik Medan, seperti rasa
panas (calor), kemerahan (color), pengerasan (tumor) dan keluar nanah (pus).

Tabel 4.8

Distribusi Frekuensi Pertumbuhan Bakteri Hari Ke-7 Pasca
Operasi
Pertumbuhan Bakteri
Frekuensi
%
Negatif Bakteri
31
96,9
Proteus sp
1
3,1
Total
32
100

25

Berdasarkan pemantauan hari ke 7 pada bekas luka pasca operasi AV Fistula, dari
hasil swab di dapati 1 responden (3,1%) terpapar kuman Proteus sp sementara
bekas luka operasi pasca AV Fistula tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
sedangkan hasil swab pada 31 pasien (96,9) yang lain tidak dijumpai kontaminasi
kuman.

26

BAB 5
PEMBAHASAN

Infeksi Luka Operasi (ILO) merupakan salah satu komplikasi pasca bedah yang
ditakuti oleh dokter spesialis bedah dan merupakan masalah yang serius, karena
dapat meningkatkan morbiditas dan lama perawatan yang tentunya akan
menambah biaya, dan dapat pula mengakibatkan cacat bahkan kematian. Pasien
yang menjalani tindakan pembedahan mempunyai risiko tinggi mengalami infeksi
luka operasi. Pemilihan antibiotika profilaksis yang sesuai pada tindakan
pembedahan sangat menentukan keberhasilan dalam mencegah terjadinya infeksi
luka operasi.
Penelitian ini diikuti oleh 32 orang yang memenuhi kriteria inklusi.
Jumlah pasien laki –laki lebih banyak dibandingkan pasien perempuan yaitu
berjumlah 21 orang (62,5%) dan perempuan berjumlah 12 orang (37,5%).
Penelitian yang dilakukan oleh Chiou dkk pada tahun 2006 menyatakan bahwa
lebih banyak pasien wanita dengan ILO, dengan perbandingan pria dan wanita
7:10.25
Rerata usia pasien yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah 53,75 tahun
dengan simpangan baku 11,4 tahun. Usia termuda 29 tahun dan tertua 72 tahun.
Pada penelitian rerata usia pasien dengan ILO pada laryngektomi adalah 61 tahun.
Dengan 10 orang pasien > 60 tahun dan 5 orang pasien < 60 tahun dari total 26
pasien mengalami ILO.26
Rerata lama operasi adalah 71,4 menit dengan simpangan baku 20,08
menit. Lama operasi tercepat adalah 45 menit dan terlama adalah 117 menit.
Semakin lama proses operasi maka semakin besar risiko terjadinya ILO. Seperti
penelitian yang dilakukan oleh Leong tahun 2006 menyatakan bahwa operasi
THR (Total Hip Replacement) yang lebih dari 4 jam mempunyai resiko lebih
besar terjadinya ILO.27
Dari hasil pemeriksaan terhadap ada tidaknya infeksi, diperoleh tidak
satupun pasien yang mengalami infeksi pasca operasi AV Fistula pada hari ke-3.
Sedangkan berdasarkan pemantauan hari ke-7, dijumpai hanya 1 responden
26

27

(3,1%) yang menunjukkan infeksi Proteus sp secara pertumbuhan bakteri ( Swab )
sedangkan 31 pasien (96,9%) yang lain tidak mengalami infeksi.
Staphylococcus adalah sel sferis gram-positif, biasanya tersusun dalam
kelompok ireguler seperti anggur. Organisme ini mudah tumbuh pada banyak
jenis medium dan aktif metabolis, memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan
pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Beberapa anggotanya adalah
flora normal kulit dan membran mukosa manusia lainnya menyebabkan supurasi,
pembentukan abses, berbagai infeksi piogenik dan bahkan septikemia yang fatal.
Staphylococcus patogen sering kali menghemolisis darah, menyebabkan koagulasi
plasma dan menghasilkan berbagai toksin serta enzim ektraseluler. Keracunan
makanan yang paling umum oleh enterotoksin Staphylococcus yang stabil panas.
Staphylococcus dengan cepat menjadi resisten terhadap banyak agen antimikroba
dan menimbulkan persoalan terapu yang sulit.28
Genus Staphylococcus mempunyai paling sedikit 40 spesies. Tiga spesies
yang paling sering dijumpai yang mempunyai kepentingan klinis adalah
Staphylococcus

aureus,

Staphylococcus

epidermidis

dan

Staphylococcus

saprophyticus. S. aureus bersifat koagulase positif, yang membedakannya dari
spesies yang lain. S. aureus merupakan patogen utama untuk manusia. Hampir
setiap orang akan mengalami beberapa jenis infeksi S. aureus sepanjang hidup,
dengan kisaran keparahan dari keracunan makanan atau infeksi kulit minor hingga
infeksi berat yang mengancam jiwa. Staphylococcus koagulase negatif merupakan
flora normal manusia dan kadang-kadang menyebabkan infeksi, sering berkaitan
dengan alat implan, seperti protesis sendi, shunt, dan kateter intravaskular,
terutama pada pasien-pasien yang berusia sangat muda, tua.. Sekitar 75% infeksiinfeksi

ini

disebabkan

oleh

Staphylococcus

koagulase

negatif,

yaitu

Staphylococcus epidermidis; infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus
lugdunensis, Staphylococcus warneri, Staphylococcus hominis, dan spesies lain
yang lebih jarang. Staphylococcus saprophyticus relatif sering menyebabkan
infeksi saluran kemih pada wanita muda, meskipun jarang menyebabkan infeksi
pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Spesies lainnya adalah penting pada

28

kedokteran hewan (Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA.
Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2002).
Bahwasanya Proteus sp hanya menyebabkan infeksi pada manusia jika
bakteri tersebut berada diluar saluran cerna. Organisme ini ditemukan pada infeksi
saluran kemih dan menyebabkan bakteremia, pnemonia dan lesi fokal pada pasien
dengan kelemahan umum atau pasien yang diinfus. P. mirabilis menyebabkan
infeksi saluran kemih. Proteus vulgaris dan Morganella morganii merupakan
patogen nosokomial yang penting (Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA,
Mietzner TA. Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2002).
Spesies Proteus menghasilkan urease, yang menyebabkan hidrolisis urea
dengan cepat disertai pelepasan amonia. Oleh karena itu pada infeksi saluran
kemih oleh Proteus, urine menjadi basa, yang memacu pembentukan batu dan
menyebabkan pengasaman nyaris mustahil dilakukan. Pergerakan Proteus yang
cepat mungkin berperan dalam invasi bakteri tersebut ke saluran kemih,
sedangkan antibiotik yang paling aktif terhadap anggota grup Proteus lainnya
adalah aminoglikosida dan sefalosporin (Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse
SA, Mietzner TA. Jawetz, Melnick, & Adelberg, 2002).
Di Amerika Serikat 2 – 6 % pasien yang dirawat terkena infeksi tahun
1986 – 1996 data yang dikumpulkan oleh National Nosokomial Infectious
Surveillance System ( NNIS ) mencakup kurang lebih 120 rumah sakit dari semua
tipe (Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, 2012).
Pada penelitian Herniraphi yang dilakukan oleh Ahmad di RSUP Kariadi
Semarang pada tahun 2009, pada hari pertama sampai dengan hari ke-4
pascaoperasi semua pasien mengalami infeksi derajat satu . Pada hari ke-7
terdapat 16 kasus infeksi terjadi pada kelompok kontrol. Pada hari ke-10 pasca
operasi terdapat 13 kasus infeksi derajat satu; 8 pada kelompok perlakuan dan 5
pada kelompok kontrol. Pada pengamatan luka operasi hari ke-14 dan hari ke-28
pasca operasi tidak ditemukan satupun kasus pasien dengan tanda - tanda klinis
infeksi (Zumaro A., 2009.

29

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Dari evaluasi kejadian infeksi pada luka operasi pasca AV Fistula pada 32
pasien dengan pemberian antibiotik profilaksis Cefazolin tidak ditemukan pasien
yang mengalami tanda klinis infeksi luka operasi. Hasil swab pada luka bekas
operasi 1 pasien hari ke 3 pasca operasi AV Fistula di jumpai pertumbuhan kuman
Staphylococcus epidermidis yang resisten Cefazolin, 1 pasien lainnya di jumpai
pertumbuhan kuman Proteus sp. dan pada hari ke 7, tanpa tanda klinis infeksi dan
merupakan kontaminasi. Oleh karena itu tidak dijumpai infeksi nosokomial pada
operasi pasca AV fistula dikamar operasi RSUP. H. Adam Malik Medan.

6.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Haji Adam
Malik Medan tentang evaluasi kejadian infeksi pada luka operasi Pasca AV
Fistula tidak diperlukan pemberian antibiotik pasca operasi / antibiotik terapetik
di RSUP.H. Adam Malik Medan.

29

Dokumen yang terkait

Angka Prevalensi Infeksi Nosokomial Pada Pasien Luka Operasi Pasca Bedah Di Bagian Bedah Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Dari Bulan April Sampai September 2010

17 95 46

Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan

0 0 13

Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan

0 0 2

Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan

0 0 3

Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan

0 0 14

Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan

0 0 3

Evaluasi Kejadian Infeksi Pada Luka Operasi Pasca AV Fistula Dengan Pemberian Antibiotik Profilaksis di RSUPH Adam Malik Medan

0 0 10

Hubungan Faktor Resiko Diabetes Mellitus dan Operasi dengan Kejadian Infeksi Luka Operasi Orthopaedi Kriteria Bersih di RSUP H Adam Malik

0 0 13

Hubungan Paritas dengan Kejadian Mioma Uteri di RSUP H. Adam Malik Medan Chapter III VI

0 1 15

PENGARUH PEMBERIAN ANTIBIOTIK PROFILAKSIS TERHADAP KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI BERSIH PASIEN BEDAH DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL NASKAH PUBLIKASI - Pengaruh Pemberian Antibiotik Profilaksis terhadap Kejadian Infeksi Luka Operasi Bersih Pasien Bedah di

0 0 21