Pengaruh Konsentrasi Optimum tawas terhadap Turbiditas (Kekeruhan) Air Baku dengan Metode Jar Test di Instalasi Pengolahan Air (IPA) PDAM Tirtanadi Sunggal

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air

Air merupakan salah satu dari ketiga komponen yang membentuk bumi (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya 30% berupa daratan (dilihat dari permukaan bumi). Udara mengandung uap air sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001).

Air memegang peranan penting dalam suatu komunitas, karena penyediaan air merupakan suatu persyaratan penting bagi terbentuknya suatu komunitas yang permanen. Air murni adalah berupa zat cair yang tidak mempunyai rasa, warna, dan bau yang terdiri dari unsur hidrogen dan unsur oksigen dengan rumus kimia H2O (Linsley, 1986).

Air sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk berbagai keperluan seperti: untuk minum, keperluan rumah tangga, keperluan industri, pertanian, pembangkit tenaga listrik, untuk sanitasi dan air untuk transportasi baik di sungai maupun laut (Wardhana, 2001).

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin meningkatnya kesadaran akan kesehatan lingkungan, maka kebutuhan akan air bersih meningkat pula. Akan tetapi, meningkatnya kebutuhan ini tidak dapat diimbangi dengan meningkatnya ketersedian air bersih yang cenderung menurun, terutama kualitas air yang memburuk. Oleh karena itu diperlukan suatu proses


(2)

pengolahan untuk memenuhi standar kualitas air yang telah ditetapkan (Amir, 2010).

2.2 Sumber Air 2.2.1 Air Laut

Mempunyai rasa asin, karena mengandung garam. Kadar garam NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air tidak mempunyai syarat untuk air minum (Sutrisno, 2004).

2.2.2 Air Atmosfir

Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih, dengan adanya pengotoran udara yang disebabkan oleh industri, debu dan lain sebagainya. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya korosi (Sutrisno,2004).

2.2.3 Air Permukaan

Menurut Sutrisno (2004), air permukaan adalah air hujan yang mengalir di permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu, daun-daun, pengotoran oleh industri kota dan sebagainya.

Beberapa pencemaran ini, untuk masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran air permukaan ini. Jenis


(3)

pencemarannya adalah merupakan pencemaran fisik, kimia dan bakteriologi. Adapun air permukaan ada 2 macam yaitu:

2.2.3.1 Air Sungai

Dalam penggunaannya sebai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai derajat pencemaran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2004).

2.2.3.2 Air Danau atau Rawa

Air danau atau air rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan permukaan tanah. Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat organis yang membusuk (batang-batang kayu, daun, dan lainnya) (Sutrisno, 2004).

2.2.4 Air Tanah

Air permukaan tanah yang meresap ke dalam tanah yang telah mengalami penyaringan oleh tanah ataupun batu-batuan. Air dalam tanah ini sekali waktu jugak akan menjadi air permukaan, yakni dengan mengalirnya air tersebut menuju ke laut (Azwar, 1996).

2.3 Penyediaan Air Bersih

Air bersih adalah air yang sudah terpenuhi syarat fisik, kimia, namun bakteriologi belum terpenuhi. Air bersih diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air dari sumber mata air. Secara umum penggunaan air bersih untuk akan


(4)

diolah menjadi air siap minum, untuk keperluan rumah tangga, sarana pariwisata, sarana irigasi, peternakan, dan lain-lain (Gabriel, 2001).

Dengan perkembangan peradaban serta semakin bertambahnya jumlah penduduk di dunia ini, dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupannya yang mau tidak mau menambah pengotoran atau pencemaran air yang pada hakekatnya dibutuhkan. Padahal beberapa abad yang lalu, manusia dalam memenuhi kebutuhan akan air khususnya air minum) cukup mengambil dari sumber-sumber air yang ada didekatnya dengan menggunakan peralatan sederhana. Namun sekarang ini, khususnya di kota yang sudah langka akan sumber air minum yang bersih tidak mungkin mempergunakan cara demikian. Sehingga, harus mempergunakan suatu peralatan yang modern untuk mendapatkan air minum yang memenuhi standar (Sutrisno, 2004).

2.4 Unit-Unit Pengolahan Air 1. Bendungan

Sumber air baku adalah air permukaan dari sungai Belawan yang berhulu di Kecamatan Pancur Batu dan melintasi Kecamatan Sunggal (Butir No. 4. 2006:21). Untuk menampung air tersebut dibuatlah bendungan dengan panjang 25 m (sesuai dengan lebar sungai) dan tinggi 4 m. pada sisi kanan bendungan, dibuat sekat (chanel) berupa saluran penyadap lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake (Gani, 2006).


(5)

2. Intake (Pemasukan Air Baku)

Intake berfungsi untuk pengambilan/penyadapan air baku. Bangunan ini merupakan saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) berfungsi untuk mencegah masuknya sampah-sampah berukuran besar dan fine screen (saringan halus), berfungsi untuk mencegah masuknyah kotoran-kotoran maupun sampah berukuran kecil terbawa arus sungai. Masing-masing saluran dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air (sluice gate) dan penggerak elektromotor. Pemerikksaan maupun pembersih saringan dilakukan secara periodic untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk (Gani, 2006).

3. Raw Water Tank (RWT) atau Tangki Air Baku

Raw Water Tank (bak pengendap) merupakan bangunan yang dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unit berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m yang dilengkapi dengan 2 buah inlet gate, dua buah outlate gate, sluice gate dan pintu bilas 2 buah (Gani, 2006).

Raw Water Tank berfungsi sebagai tempat pengendapan pertikel-partikel kasar dan lumpur yang terbawa dari sungai dengan sistem sedimentasi (pengendapan). Di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal volume air baku pada 2 RWT memiliki ± 1.400 m3. Waktu pengendapan untuk air baku yang akan diolah di RWT IPA Sunggal kurang dari 15 menit agar meghasilkan air baku dengan turbidity yang lebih rendah (Gani, 2006).

4. Raw Water Pump (RWP) atau Pompa Air Baku

Raw Water Pump (Pompa Air Baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke cleator. RWT ini terdiri dari 16 unit pompa air baku. Kapasitas setiap


(6)

pompa air baku. Kapasitas setiap pompa 110 1/detik dengan rata-rata 18 m memakai motor AC nominal daya 75 KW. Pada Raw Water Pump (RWP) dilakukan Prechlorination yang berfungsi mengoksidasi zat-zat organik, anorganik, dan mengendalikan pertumbuhan lumut alga juga menghilangkan polutan-polutan lainnya (Gani, 2006).

5. Clearator atau Clarifier (Proses Penjernihan Air)

Bangunan Clearator terdiri dari 5 unit dengan kapasitas masing-masing 350 1/detik. Clearator berfungsi sebagai tempat pemisahan antara flok yang bersifat sedimen dengan air bersih sebagai effluent (hasil olahan). Hasil clearator dilengkapi dengan agitator sebagai pengaduk lambat dan selanjutnya dialirkan ke filter. Endapan flok-flok tersebut kemudian dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis (Gani, 2006).

Clearator ini terbuat dari beton berbentuk bulat dengan lantai kerucut yang dilengkapi sekat-sekat pemisah untuk proses-proses sebagai berikut:

1. Primary Reaction Zone 2. Secondary Reaction Zone 3. Return Reaction Zone 4. Clarification Reaction Zone 5. Concentrator

6. Filter (Penyaringan)

Filter merupakan tempat berlangsungnya proses filtrasi, yaitu proses penyaringan flok-flok sangat kecil dan sangat ringan yang tidak bertahan (lolos) dari clearator. Filter yang dipakai dengan pengolahan air di PDAM Tirtanadi


(7)

Instalasi Sunggal adalah sistem penyaringan permukaan (surface filter). Media filter tersebut berjumlah 32 unit yang prosesnya berlangsung secara paralel, mengunakan jenis saringan cepat (rapid sand filter) berupa pasir silika dengan menggunakan motor AC nominal daya 0,75 KW. Filter ini berfungsi untuk menyaring turbidity melalui pelekatan pada media filter (Gani, 2006).

Dimensi tiap filter yaitu lebar 4,00 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m tinggi permukaan air maksimum 5,05 m serta tebal media filter 114 cm, dengan susunan lapisan sebagai berikut:

1. Pasir kwarsa, diameter 0,50 mm - 1,50 mm dengan ketebalan 61 cm 2. Pasir kwarsa, diameter 1,80 mm – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm 3. Kerikil halus, diameter 4,75 mm – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm 4. Kerikil sedang, diameter 6,30 mm – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 5. Kerikil sedang, diameter 10,00 mm – 20,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm 6. Kerikil kasar, diameter 20,00 mm – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm

Dalam jangka waktu tertentu, permukaan filter akan tersumbat oleh flok yang masih tersisa dari proses. Pertambahan ketinggian permukaan air diatas media filter sebanding dengan berlangsungnya penyumbatan (clogging) media filter oleh flok-flok. Selanjutnya dilakukan proses backwash, yaitu pencucian media filter dengan menggunakan sistem aliran balik dengan menggunakan air yang di supply dari pompa reservoir. Proses ini bertujuan untuk mengoptimalkan kembali fungsi filter. Banyaknya air yang dibutuhkan untuk backwash untuk satu buah filter adalah 200-300 m dan backwash dilakukan 1 x 24 – 72 jam, tergantung pada lancar tidaknya penyaringan (Gani, 2006).


(8)

7. Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih)

Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 7 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3.

Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air (Gani, 2006).

8. Finish Water Pump (FWP) atau Pemompa Air Akhir

Finish Water Pump (FWP) Inslasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa tansmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150 l/detik (Gani, 2006).

9. Sludge Lagoon (Empang Lumpur)

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk di daur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit IPA Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3 (Gani, 2006).


(9)

10. Monitoring System (Sistem Pengawasan)

Metode pengawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku (Gani, 2006).

2.5 Syarat–syarat Air Minum

Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).

Menurut Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum harus memenuhi: 1. Syarat Fisik

- Air tidak boleh berwarna - Air tidak boleh berasa - Air tidak boleh berbau

- Suhu air hendaknya di bawah udara sejuk (± 25°C) - Air harus jernih

2. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.


(10)

3. Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:

-Bakteri Thysum -Vibrio colerae -Bakteri Dysentriae -Entamoeba hytolotica

-Bakteri Enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.

Menurut Gabriel (2001), syarat air minum Standar Internasional ditunjukkan dalam tabel 2.5:


(11)

Tabel 2.5 Syarat Air Minum Standart Internasional

Parameter Diperkenankan Maksimum (kelebihan)

Total solid 500 mg/l 1500 mg/l

Warna 5 unit 50 unit

Kekeruhan 5 unit 25 unit

Rasa Tidak berasa -

Bau Tidak berbau -

Parameter Diperkenankan Maksimum (kelebihan)

Besi (Fe) 0,3 mg/l 1 mg/l

Mangan (Mn) 0,1 mg/l 0,5 mg/l

Tembaga (Cu) 1,0 mg/l 1,5 mg/l

Zink (Zn) 5,0 mg/l 15 mg/l

Calsium (Ca) 75 mg/l 200 mg/l

Magnesium (Mg) 50 mg/l 150 mg/l

Sulfat (SO4) 200 mg/l 400 mg/l

Chlorida (Cl) 200 mg/l 600 mg/l

pH

7-8,5 Kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2

Magnesium dan Sodium 500 mg/l 1000 mg/l

Phenolic substan (sebagai

phenol) 0,001 mg/l 0,002 mg/l

2.6 Turbidity (Kekeruhan)

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut (Sumestri, 1984).

Turbidity (kekeruhan) disebabkan oleh banyak faktor, antara lain debu, tanah liat, bahan organik atau anorganik, dan mikroorganisme air. Disini berakibat air akan menjadi kotor dan tidak jernih. Turbidity mengganggu penetrasi sinar matahari, sehingga mengganggu fotosintesis tanaman air. Selain itu bakteri patogen dapat berlindung di dalam atau di sekitar bahan penyebab turbidity (Sutrisno, 2004).


(12)

Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas (Sumestri, 1984).

2.7 Tawas

Tawas merupakan kristal putih yang tidak larut dan berbentuk gelatin yang mempunyai sifat dapat menarik partikel-partikel lain, sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan mudah mengendap (Haryanti, 2008).

Kekeruhan dapat dihilangkan dengan pembubuhan tawas. Selain pembubuhan tawas diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulakan pertikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Untuk mendapatkan dosis yang optimal tawas dan nilai-nilai parameter lain seperti pH, jenis flokulan yang dilakukan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan Jar test (Sumestri, 1984).

2.8 Jar Test

Jar test merupakan alat yang tepat untuk menetukan dosis optimum bahan kimia untuk koagulasi dan sedimentasi dari berbagai kualitas air baku. Jar test ini digunakan untuk mendesain suatu instalasi pengolahan air untuk menetukan intensitas pencampuran, periode pencampuran cepat dan lambat, periode sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang berguna. Apabila percobaan dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator inslatasi dalam mengoptimasikan proses-proses koagulasi, flokulasi dan penjernihan, memperbaiki instalasi yang ada. Jar test memberikan data mengenai kondisi optimum untuk parameter-parameter proses lain, seperti:


(13)

- Dosis koagulan - pH

- Warna

- Waktu dan intensitas pencampuran cepat dan pengadukan lambat - Waktu pengendapan (Directorate of Water Supply, 1984). 2.9 Pembentukan Flok

Flokulasi dalam bidang pengolahan air merupakan suatu proses dimana zat-zat halus tersuspensi dan koloid-koloid di dalam air menggumpal membentuk flok-flok. Hal ini memungkinkan penghilangannya dengan sedimentasi atau filtrasi. Koloid-koloid harus dihilangkan, karena menyebabkan kekeruhan. Gaya tolak elektrostatik antara partikel-partikel koloid negatif secara efektif mengalahkan gaya tarik massa yang dapat membuat partikel-partikel berikatan. Berdasarkan hal tersebut koagulan tawas dimana ion-ion aluminium bermuatan positif tiga merupakan agen netralisasi perlu dibutuhkan dalam rangka menetralisir muatan permukaan dan memungkinkan partikel-partikel menggumpal. Setelah menggumpal, partikel-partikel akan mengendap (Directorate ofWater Supply, 1984).


(1)

7. Reservoir (Tempat Menampung Air Bersih)

Reservoir merupakan bangunan beton berdimensi 50 m x 40 m x 7 m yang berfungsi untuk menampung air minum (air olahan) setelah melewati media filter. IPA Sunggal memiliki 2 buah reservoir (R1 dan R2) dengan kapasitas total 12.000 m3.

Reservoir berfungsi untuk menampung air bersih yang telah disaring melalui filter dan juga berfungsi tempat penyaluran air ke pelanggan. Air yang mengalir dari filter ke reservoir diinjeksikan klorin cair disebut postchlorination yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen. Sedangkan penambahan larutan kapur jenuh bertujuan untuk menetralisasi pH air (Gani, 2006).

8. Finish Water Pump (FWP) atau Pemompa Air Akhir

Finish Water Pump (FWP) Inslasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal berjumlah 14 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang-cabang melalui pipa-pipa tansmisi yang dibagi menjadi 5 jalur dengan kapasitas masing-masing 150 l/detik (Gani, 2006).

9. Sludge Lagoon (Empang Lumpur)

Air buangan (limbah cair) dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk di daur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di unit IPA Sunggal yaitu dengan membangun unit pengendapan berupa Lagoon dengan kapasitas 10.800 m3 (Gani, 2006).


(2)

10. Monitoring System (Sistem Pengawasan)

Metode pengawasan selama proses pengolahan di masing-masing unit kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didesain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standar dan ketentuan yang berlaku (Gani, 2006).

2.5 Syarat–syarat Air Minum

Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum (PAM) di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya memenuhi syarat-syarat kualitas air minum (Ryadi, 1984).

Menurut Sutrisno (2004), dari segi kualitas air minum harus memenuhi: 1. Syarat Fisik

- Air tidak boleh berwarna - Air tidak boleh berasa - Air tidak boleh berbau

- Suhu air hendaknya di bawah udara sejuk (± 25°C) - Air harus jernih

2. Syarat Kimia

Air minum tidak boleh mengandung racun, zat-zat mineral atau zat-zat kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan.


(3)

3. Syarat Bakteriologik

Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali dan tidak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukannya yaitu 1 Coli/100 ml air. Bakteri golongan Coli ini berasal dari usus besar dan tanah. Bakteri patogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah:

-Bakteri Thysum -Vibrio colerae -Bakteri Dysentriae -Entamoeba hytolotica

-Bakteri Enteritis (penyakit perut)

Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah berkontaminasi (berhubungan) dengan kotoran manusia. Dengan demikian dalam pemeriksaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa apakah air itu mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan Coli.

Menurut Gabriel (2001), syarat air minum Standar Internasional ditunjukkan dalam tabel 2.5:


(4)

Tabel 2.5 Syarat Air Minum Standart Internasional

Parameter Diperkenankan Maksimum (kelebihan)

Total solid 500 mg/l 1500 mg/l

Warna 5 unit 50 unit

Kekeruhan 5 unit 25 unit

Rasa Tidak berasa -

Bau Tidak berbau -

Parameter Diperkenankan Maksimum (kelebihan)

Besi (Fe) 0,3 mg/l 1 mg/l

Mangan (Mn) 0,1 mg/l 0,5 mg/l

Tembaga (Cu) 1,0 mg/l 1,5 mg/l

Zink (Zn) 5,0 mg/l 15 mg/l

Calsium (Ca) 75 mg/l 200 mg/l

Magnesium (Mg) 50 mg/l 150 mg/l

Sulfat (SO4) 200 mg/l 400 mg/l

Chlorida (Cl) 200 mg/l 600 mg/l

pH

7-8,5 Kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2

Magnesium dan Sodium 500 mg/l 1000 mg/l

Phenolic substan (sebagai

phenol) 0,001 mg/l 0,002 mg/l

2.6 Turbidity (Kekeruhan)

Sebagian besar air baku untuk penyediaan air bersih diambil dari air permukaan seperti sungai, danau, dan sebagainya. Salah satu langkah penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air baku tersebut (Sumestri, 1984).

Turbidity (kekeruhan) disebabkan oleh banyak faktor, antara lain debu, tanah liat, bahan organik atau anorganik, dan mikroorganisme air. Disini berakibat air akan menjadi kotor dan tidak jernih. Turbidity mengganggu penetrasi sinar matahari, sehingga mengganggu fotosintesis tanaman air. Selain itu bakteri patogen dapat berlindung di dalam atau di sekitar bahan penyebab turbidity (Sutrisno, 2004).


(5)

Kekeruhan dihilangkan melalui pembubuhan sejenis bahan kimia dengan sifat-sifat tertentu yang disebut flokulan. Umumnya flokulan tersebut adalah tawas (Sumestri, 1984).

2.7 Tawas

Tawas merupakan kristal putih yang tidak larut dan berbentuk gelatin yang mempunyai sifat dapat menarik partikel-partikel lain, sehingga berat, ukuran dan bentuknya menjadi semakin besar dan mudah mengendap (Haryanti, 2008).

Kekeruhan dapat dihilangkan dengan pembubuhan tawas. Selain pembubuhan tawas diperlukan pengadukan sampai flok-flok terbentuk. Flok-flok ini mengumpulakan pertikel-partikel kecil dan koloid tersebut (bertumbukan) dan akhirnya bersama-sama mengendap. Untuk mendapatkan dosis yang optimal tawas dan nilai-nilai parameter lain seperti pH, jenis flokulan yang dilakukan dalam proses flokulasi dan sebagainya, dilakukan Jar test (Sumestri, 1984).

2.8 Jar Test

Jar test merupakan alat yang tepat untuk menetukan dosis optimum bahan kimia untuk koagulasi dan sedimentasi dari berbagai kualitas air baku. Jar test ini digunakan untuk mendesain suatu instalasi pengolahan air untuk menetukan intensitas pencampuran, periode pencampuran cepat dan lambat, periode sedimentasi, jenis dan jumlah bahan kimia yang berguna. Apabila percobaan dilakukan secara tepat, informasi yang berguna akan diperoleh untuk membantu operator inslatasi dalam mengoptimasikan proses-proses koagulasi, flokulasi dan penjernihan, memperbaiki instalasi yang ada. Jar test memberikan data mengenai kondisi optimum untuk parameter-parameter proses lain, seperti:


(6)

- Dosis koagulan - pH

- Warna

- Waktu dan intensitas pencampuran cepat dan pengadukan lambat - Waktu pengendapan (Directorate of Water Supply, 1984). 2.9 Pembentukan Flok

Flokulasi dalam bidang pengolahan air merupakan suatu proses dimana zat-zat halus tersuspensi dan koloid-koloid di dalam air menggumpal membentuk flok-flok. Hal ini memungkinkan penghilangannya dengan sedimentasi atau filtrasi. Koloid-koloid harus dihilangkan, karena menyebabkan kekeruhan. Gaya tolak elektrostatik antara partikel-partikel koloid negatif secara efektif mengalahkan gaya tarik massa yang dapat membuat partikel-partikel berikatan. Berdasarkan hal tersebut koagulan tawas dimana ion-ion aluminium bermuatan positif tiga merupakan agen netralisasi perlu dibutuhkan dalam rangka menetralisir muatan permukaan dan memungkinkan partikel-partikel menggumpal. Setelah menggumpal, partikel-partikel akan mengendap (Directorate ofWater Supply, 1984).