Penerapan Biosekuriti di Industri Akuaku

ALMAMATER

Penerapan Biosekuriti
di Industri Akuakultur
P

enerapan biosekuriti dalam industri akuakultur saat
ini dipandang sangat penting sebagai salah satu faktor
penentu keberlanjutan produksi. Penerapan ini selain
didorong oleh tren tuntutan konsumen global untuk mengkon­
sumsi produk yang berasal dari sistem produksi yang meme­
nuhi unsur­unsur safety dan sustainable, juga didorong oleh
tingginya tingkat kematian dan rendahnya laju pertumbuhan
akibat infeksi mikroorganisme patogen.
Selain hal tersebut, penerapan biosekuriti juga dilakukan
karena adanya kekhawatiran terhadap introduksi patogen
eksotis melalui kegiatan impor organisme akuatik yang bertin­
dak sebagai pembawa infeksi (carrier) penyakit. Oleh karena
itu, dalam hal penerapan biosekuriti, prinsip­prinsip yang
harus diaplikasikan sangat luas dan hal ini mencakup berbagai
komponen yang meliputi tindakan pencegahan, pengendalian

dan pemusnahan berbagai penyakit infeksius serta berbagai
tindakan untuk menjaga kesehatan manusia sebagai pengelola
produksi, hewan dan lingkungan. Dalam konteks lingkungan,
penerapan biosekuriti juga dilakukan untuk mencegah lolosnya
ikan budidaya ke lingkungan sekitar produksi.
Berbeda dengan industri peternakan lainnya, akuakultur
merupakan industri yang cukup unik karena memiliki beberapa
jenis sistem produksi yang disesuaikan dengan tujuan dan jenis
ikan yang dibudidayakan. Sistem produksi ini meliputi: (1)
sistem produksi indoor, termasuk produksi benih di hatchery
dan aplikasi Recirculation Aquaculture System (RAS), serta (2)
sistem produksi outdoor.

Sumber infeksi
Penyebaran penyakit umumnya terjadi ketika spora atau
bibit penyakit berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain
melalui berbagai perantara, seperti melalui teknisi pengelola,
peralatan, kendaraan, hewan liar, transfer benih dan sumber
air yang digunakan. Beberapa penelitian bahkan menyebutkan
penyebaran Viral Nervous Necrosis (VNN) dapat terjadi dari

satu bak ke bak yang lain melalui penggunaan alat siphon yang
sama untuk beberapa unit produksi.
Sumber penyebaran infeksi lainnya juga dapat berasal
dari pakan khususnya pada siklus produksi benih. Penggunaan
rotifer atau artemia yang terinfeksi dapat menjadi salah satu
penyebab utama penyebaran penyakit infeksius serta kon­
taminasi alatoksi pada pakan dapat mempengaruhi tingkat
kelulushidupan ikan.

Tindakan Pengendalian
Penyebaran penyakit dapat terjadi secara vertikal dari
induk ke benih yang dihasilkan ataupun secara horizontal
selama proses produksi. Pencegahan terhadap introduksi ikan
budidaya ke lingkungan bebas juga menjadi tugas penting

70

TROBOSAqua

EDISI 59 l Tahun V l 15 April - 14 Mei 2017


Romi Novriadi*

dalam aplikasi biosekuriti . Oleh karena itu, tindakan pengen­
dalian berikut dapat dilakukan untuk penerapan biosekuriti:
Penggunaan media air pemeliharaan yang bebas patogen
dan bahan kontaminan. Seleksi induk bebas penyakit serta
penggunaan induk dengan variasi genetik yang beragam.
Kedua faktor ini sangat mempengaruhi status kesehatan
dan sistem imun benih yang dihasilkan yang pada akhirnya
mempengaruhi tingkat laju pertumbuhan ikan. Penggunaan
benih yang memiliki sertiikat bebas penyakit dan berasal dari
hatchery (panti benih) yang tersertiikasi.
Tindakan desinfeksi terhadap telur, peralatan kerja,
bak inkubasi, bak pemeliharaan, kultur itoplankton, pakan
dan personil yang terlibat dalam proses produksi. Prosedur
dan pembuatan bahan desinfeksi termasuk gambaran umum
tentang penempatan bak desinfeksi kaki untuk personel
terangkum dalam SNI 8230:2016. Tindakan karantina terha­
dap induk dan benih yang berasal dari sumber eksternal. Satu

hal yang perlu diperhatikan pada tindakan karantina ini adalah
penggunaan peralatan dan air pemeliharaan yang harus dibeda­
kan dengan unit produksi lainnya.
Penerapan berbagai standar produksi yang dapat
bersinergi positif dengan penerapan biosekuriti, seperti Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Cara Pembenihan Ikan
yang Baik (CPIB). Bila merujuk pada ketentuan internasional,
para pelaku usaha dapat menyesuaikan penerapan dimaksud
sesuai dengan prinsip­prinsip Good Management practices
(GMPs) hingga kepada persyaratan yang lebih spesiik untuk
sertiikasi produk, seperti yang tercantum pada dokumen
standar Aquaculture Stewardship Council (ASC).

Biaya Biosekuriti
Kerugian ekonomi yang diderita akibat merebaknya
wabah penyakit cukup besar. Estimasi dari World Bank me­
nyatakan kerugian ekonomi global akibat infeksi penyakit di
industri akuakultur melebihi USD 6 miliar/tahun. Keuntungan
dari penerapan biosekuriti bersifat universal dan mungkin
dapat diinterpretasikan secara berbeda tergantung dari sudut

pandang para pelaku usaha dan pengambil kebijakan.
Namun, yang terpenting adalah investasi kesehatan
lingkungan yang dilakukan saat ini dapat menjamin keberlan­
jutan produksi dan mengurangi kerugain ekonomi per setiap
kematian ikan akibat infeksi penyakit. There is no one size its
all solution, tidak ada satu solusi yang dapat mengatasi semua
permasalahan, namun setidaknya penerapan biosekuriti dapat
mengurangi kerugian ekonomi akibat infeksi penyakit dan
meningkatkan reputasi perusahaan dan produk yang dihasilkan
melalui sistem produksi budidaya.lTROBOS
*Mahasiswa S-3 Akuakultur
School of Fisheries, Aquaculture, and Sciences, Auburn Univesity USA