Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya

Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang
dan Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2005-2011
EKA DELI FITRIANI TJIOE
ABSTRACT
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kualitas akrual
terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Kualitas akrual dibagi menjadi dua
komponen yaitu kualitas akrual bawaan dan kualitas akrual diskresioner.
Penelitian ini juga membedakan pengaruh kedua komponen kualitas akrual
terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Dalam penelitian ini terdapat beberapa
perusahaan keuangan yang datanya di ambil mulai dari tahun 2005-2011.
Kualitas akrual diukur dengan menggunakan model kualitas akrual dari Francis
et al. (2005). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas akrual yang tidak
hanya kualitas akrual bawaan, namun juga kualitas akrual diskresioner, hanya
berdampak pada biaya ekuitas. Hasil lainnya adalah pengaruh kualitas akrual
bawaan lebih tinggi daripada kualitas akrual diskresioner hanya pada biaya
ekuitas. Temuan ini mungkin karena perusahaan memiliki proporsi utang swasta
yang lebih tinggi daripada utang publik.

Keyword: Kualitas akrual, biaya utang, biaya ekuitas


Pendahuluan
Dalam PSAK No. 1 laporan keuangan adalah suatu penyajian
terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan entitas. Laporan
keuangan menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada manajemen.
Laporan keuangan yang dibuat haruslah relevan agar tidak
menyesatkan pengguna laporan keuangan dalam membuat suatu
keputusan, salah satunya yaitu keputusan investasi. Keputusan investor
mengenai investasi ke suatu perusahaan berdasarkan berbagai
pertimbangan, salah satunya yaitu laba. Investor cenderung lebih
memilih untuk berinvestasi ke perusahaan yang memperoleh laba
positif. Namun belum tentu laba yang terdapat di laporan keuangan
sepenuhnya mencerminkan keadaan yang sebenarnya, misalnya karena
ada insentif manajemen untuk memanipulasi laba agar kinerja dan nilai
perusahaan tetap baik. Berdasarkan hal itulah, diperlukan hal lain yang
dapat digunakan untuk melihat dan menilai kinerja perusahaan, salah
satunya yaitu kualitas laba.
Dechow dan Schrand (2004) mendefinisikan kualitas laba sebagai
suatu ukuran untuk melihat apakah laba yang dilaporkan di laporan

keuangan dapat merefleksikan kinerja perusahaan yang sebenarnya.
Kualitas laba perusahaan yang lebih baik, dapat menyediakan informasi
yang lebih baik pula mengenai kinerja keuangan perusahaan yang akan
relevan untuk digunakan dalam membuat keputusan terkait perusahaan.
Francis et al. (2005) menggunakan kualitas akrual sebagai ukuran dari
risiko informasi yang berkaitan dengan laba. Alasannya yaitu dengan
menggunakan kualitas akrual dapat dilihat seberapa besar ketepatan
working capital accruals menjadi realisasi arus kas operasi sehingga
dapat dilihat kualitas laba yang dilaporkan perusahaan.
Penggunaan model kualitas akrual tersebut berdasarkan dari prinsip
akuntansi yaitu basis akrual. Pendapatan dan beban merupakan
komponen akrual yang pengakuannya berdasarkan kriteris tertentu.
Salah satu kriteria pengakuan pendapatan yaitu pendapatan diakui bila
kemungkinan besar manfaat ekonomi masa depan akan mengalir ke
entitas dan manfaat ini dapat diukur dengan andal (PSAK No. 23).
Pengakuan pendapatan dan beban tersebut melibatkan estimasi, pilihan
kebijakan akuntansi, dan justifikasi manajemen. Berkaitan dengan
estimasi tersebut, kualitas akrual dipengaruhi oleh perhitungan
kesalahan (error) dalam nilai estimasi akrual, terlepas dari faktor intensi
manajemen. Francis et al. (2005) memberikan bukti empiris bahwa


kualitas akrual yang buruk akan meningkatkan risiko informasi dan akan
meningkatkan biaya modal.

Hasil penelitian lainnya dari Francis et al. (2005) yaitu mengenai
komponen kualitas akrual yang terdiri dari dua yaitu faktor diskresioner
dan faktor innate. Faktor diskresioner merupakan komponen kualitas
akrual yang merefleksikan pilihan kebijakan manajemen, misalnya
berupa praktik manajemen laba untuk memanipulasi laba perusahaan
dalam pelaporan laporan keuangan. Sedangkan faktor innate
merupakan komponen kualitas akrual yang merefleksikan faktor
lingkungan, fundamental ekonomi, atau model bisnis perusahaan. Salah
satu contoh faktor innate yaitu ketika ada peningkatan pendapatan
perusahaan debitur, maka perusahaan bisa saja mengubah dan
melakukan penyesuaian estimasi pengakuan piutang tak tertagih
terhadap piutang debitur tersebut. Hasil penelitian Francis et al. (2005)
mengenai perbedaan kedua komponen kualitas akrual tersebut terhadap
biaya modal yaitu kualitas akrual innate lebih besar pengaruhnya
dibandingkan kualitas akrual diskresioner terhadap biaya modal, baik
biaya utang maupun biaya ekuitas.

Selanjutnya, Gray, Koh, dan Tong (2009) mereplikasi penelitian yang
telah dilakukan oleh Francis et al. (2005) dengan data yang berbeda
yaitu menggunakan perusahaan di Australia, sedangkan Francis et al.
(2005) menggunakan perusahaan di Amerika Serikat. Kedua penelitian
tersebut secara umum menghasilkan hasil yang sama yaitu kualitas
akrual memiliki pengaruh signifikan terhadap biaya utang dan ekuitas.
Namun ada satu hal yang berbeda di antara kedua penelitian tersebut.
Berdasarkan penelitian Gray, Koh, dan Tong (2009) biaya utang hanya
dipengaruhi oleh kualitas akrual innate. Perbedaan tersebut diduga
dikarenakan sebagian besar sumber modal perusahaan-perusahaan di
Australia berasal dari private debt dibandingkan public debt. Private
lenders lebih memiliki keistimewaan dalam akses terhadap informasi
bisnis dan finansial perusahaan dibandingkan public lenders, sehingga
tingkat asimetri informasi di Australia lebih rendah dibandingkan di
Amerika Serikat. Selain itu private lenders juga cenderung memiliki hak
lebih untuk melakukan pengawasan kepada borrowing firm sehingga
mengurangi kemungkinan adanya oportunisme manajemen dalam
pelaporan laporan keuangan. Hal-hal tersebut menyebabkan risiko
informasi berkurang sehingga mengurangi efek kualitas akrual
diskresioner pada biaya utang.

Selain itu, masih berkaitan dengan risiko informasi dan manajemen
laba, Leuz et al. (2003) melakukan studi komparatif internasional tentang
manajemen laba dan proteksi investor dengan sampel 31 negara,
termasuk Indonesia. Berdasarkan nilai rata-rata skor manajemen laba,
Indonesia berada pada urutan 15 dari 31 negara. Jika dibandingkan
dengan negara ASEAN yang juga menjadi sampel penelitian ini yaitu
Malaysia, Filipina,

dan Thailand, maka Indonesia adalah negara yang paling besar tingkat
manajemen labanya. Untuk skor legal enforcement Indonesia mendapat
skor 2,9 yang merupakan skor terendah dan dapat diartikan bahwa
perlindungan hukum di Indonesia paling lemah dalam tingkat
proteksinya terhadap investor diantara 31 negara tersebut.
Utami (2005) melakukan penelitian tentang pengaruh manajemen
laba terhadap biaya modal pada perusahaan manufaktur Indonesia. Jika
investor menyadari bahwa praktik manajemen laba dilakukan oleh
perusahaan, akan ada kecenderungan investor untuk melakukan
antisipasi risiko dengan cara menaikkan required rate of return yang
menjadi biaya modal bagi perusahaan. Hasil penelitiannya yaitu
manajemen laba berpengaruh positif dan signifikan terhadap biaya

modal.
Berdasarkan penelitian tersebut, maka menarik untuk dilakukan
penelitian lebih lanjut. Utami (2005) meneliti mengenai hubungan
manajemen laba dengan biaya modal, sedangkan penelitian ini meneliti
hubungan kualitas akrual dengan biaya modal. Perilaku oportunis dan
insentif manajemen untuk membuat laporan keuangan, terutama laba,
yang tidak sesuai dengan kinerja aktual perusahaan, akan
meningkatkan risiko informasi dan akan menurunkan kualitas akrual.
Jadi manajemen laba merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kualitas akrual, khususnya kualitas akrual diskresioner.
Pada penelitian ini digunakan model yang mereplikasi penelitian
Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009). Hal yang
membedakannya yaitu pada penelitian ini digunakan perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai sampel penelitian, kecuali
perusahaan dari industri jasa keuangan dan investasi. Perbedaan
lainnya yaitu data yang digunakan pada beberapa variabel dalam model
penelitian Francis et al (2005) menggunakan data t-10, sedangkan pada
penelitian ini menggunakan data t-5 sesuai penelitian Gray, Koh, dan
Tong (2009).
Fokus permasalahan pada penelitian ini yaitu melihat pengaruh kualitas

akrual terhadap biaya utang dan biaya ekuitas. Selain itu akan dilihat
pula perbedaan pengaruh kualitas akrual innate dengan kualitas akrual
diskresioner terhadap biaya utang dan biaya ekuitas.

Tinjauan Teoritis
Penelitian Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009)
memberikan bukti empiris bahwa perusahaan dengan kualitas akrual
yang buruk akan memiliki biaya modal yang lebih tinggi. Dengan
demikian hipotesis penelitian ini dibentuk berdasarkan pada kedua
penelitian tersebut:
H1A: Kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap biaya utang.
H1B: Kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas.
Pada hipotesis pertama tersebut tidak membedakan sumber dari risiko
informasi. Pada model penelitian pertama tidak membedakan pengaruh
dari faktor innate, yaitu faktor yang berasal dari model bisnis dan
lingkungan operasional perusahaan, dengan faktor diskresioner, yaitu
faktor yang berasal dari subjektifitas manajemen dalam pilihan atau
estimasi implementasi kebijakan akuntansi.
Oleh karena itu Francis et al. (2005) dan Gray, Koh, dan Tong (2009)
mengembangkan penelitian dengan membedakan kualitas akrual

menjadi dua yaitu kualitas akrual diskresioner dan innate.
Penelitian ini akan menguji apakah ada perbedaan pengaruh antara
kualitas akrual innate dengan kualitas akrual diskresioner, terhadap
biaya modal perusahaan:
H2A: Kualitas akrual innate berpengaruh lebih besar dibandingkan
kualitas
akrual
diskresioner
terhadap
biaya
utang
perusahaan.
H2B: Kualitas akrual innate berpengaruh lebih besar dibandingkan
kualitas akrual diskresioner terhadap biaya ekuitas
perusahaan.

Metode Penelitian
1. Model Penelitian: Kualitas Akrual, Kualitas Akrual Innate, dan
Kualitas Akrual Diskresioner
Tujuan penelitian ini berdasarkan hipotesis 1A dan 1B yaitu untuk

menguji adanya hubungan antara kualitas akrual dengan biaya utang
dan biaya ekuitas. Kualitas akrual dalam penelitian ini dihitung dari
model penelitian Francis et al. (2005). Kualitas akrual dihitung dengan
regresi tahunan dari total current accruals periode 2005-2011. Nilai
kualitas akrual dihitung dari standar deviasi nilai error yang dicari selama
tahun t-4 sampai tahun t. Pada penelitian ini digunakan nilai decile rank
accruals quality dibanding dengan nilai raw accruals quality untuk
mengurangi adanya kemungkinan outlier. Perhitungan decile rank
digunakan dengan melakukan pemeringkatan nilai raw accruals quality
per tahun dari nilai tertinggi hingga terendah, setelah itu dibagi menjadi
sepuluh kelompok dan diberi nilai yang sama (satu hingga sepuluh)
untuk di setiap kelompoknya. Kelompok dengan nilai raw accruals
quality tertinggi diberi nilai decile rank 1 dan kelompok dengan nilai
accruals quality terendah diberi nilai decile rank 10. Dengan demikian
nilai variabel kualitas akrual yang semakin tinggi akan mencerminkan
kualitas akrual yang semakin baik. Francis et al. (2005) menyatakan
bahwa biaya utang dan biaya ekuitas akan lebih tinggi pada kualitas
akrual perusahaan yang lebih buruk. Dengan demikian diekspektasikan
bahwa kualitas akrual berpengaruh negatif terhadap biaya utang dan
biaya ekuitas, sesuai dengan hipotesis 1A dan 1B.

Berikut ini merupakan model kualitas akrual yang digunakan dalam
penelitian berdasarkan Francis et al. (2005). Seluruh variabel dibagi
dengan rata-rata aset.
TCA j,t = β0 + β1 CFO j,t-1 + β2 CFO j,t + β3 CFO j,t+1 + β4 Δ REV j,t + β5 PPE j,t + μ
j,t …… .(1)
TCA j,t = Δ CA j,t-Δ CL j,t-Δ Cash j,t + Δ STDebt j,t ………………………………………
(2)
TCA : Total current accruals.
Δ CA : Perubahan aset lancar tahun t-1 dengan t.
Δ CL : Perubahan liabilitas lancar tahun t-1 dengan t.
Δ Cash : Perubahan kas tahun t-1 dengan t.
Δ STDEBT : Perubahan utang tahun t-1 dengan t.
CFO : Arus kas operasi.
Δ REV : Perubahan pendapatan tahun t-1 dengan t.

PPE : Aset tetap kotor.

Selanjutnya pada hipotesis 2A dan 2B, yaitu untuk menguji
hubungan antara kualitas akrual innate dan kualitas akrual diskresioner
dengan biaya utang dan biaya ekuitas, juga digunakan model kualitas

akrual dari Francis et al. (2005). Predicted value model tersebut
merupakan pendekatan untuk nilai kualitas akrual innate, sedangkan
nilai residual dari model tersebut merupakan pendekatan untuk nilai
kualitas akrual diskresioner. Pada variabel kualitas akrual innate dan
kualitas akrual diskresioner juga digunakan nilai decile rank.
AQ j,t = β0 + β1Size j,t + β2 σCFO j,t + β3 σSales j,t + β4OpCycle j,t +
β5NegEarn j,t +μ j,t (3)
Size : Ukuran perusahaan yang dihitung dari natural log total aset.
σ CFO : Standar deviasi dari arus kas operasi yang dihitung dari data lima tahun terakhir.
σ Sales : Standar deviasi dari penjualan yang dihitung dari data lima tahun terakhir.
OpCycle : Siklus operasi yang dihitung dari log penjumlahan days of account receivables dan
days of inventory.
NegEarn : Jumlah tahun dengan pendapatan yang negatif (NIBE < 0) pada data lima tahun
terakhir.

2. Model Penelitian: Pengujian Hipotesis
Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
penelitian yang mereplikasi penelitian Francis et al. (2005) dan Gray,
Koh, dan Tong (2009). Untuk menguji hipotesis 1A yaitu pengaruh
kualitas akrual terhadap biaya utang digunakan persamaan regresi 4.
Pengujian hipotesis 1A dilakukan dengan melihat p-value pada variabel
TAQ Rank dan koefisien variabel TAQ Rank. Jika nilai p-value lebih kecil
dari alpha, maka ada pengaruh signifikan kualitas akrual terhadap biaya
utang. Selain itu dilihat koefisien variabel TAQ Rank. Jika koefisien
bernilai negatif, maka ada pengaruh negatif antara kualitas akrual
dengan biaya utang.
COD j,t+1 = β0 + β1 TAQrank j,t + β2 Size j,t + β3 ROA j,t + β4 IntCov
j,t + β5 σ(NIBE) j,t + β6 Leverage j,t + μ j,t (4)
Ekspektasi tanda: β1 < 0 (H1A), β2 3 4 5 6 < 0, β< 0, β< 0, β> 0, β> 0

Untuk pengujian hipotesis 2A yaitu perbedaan pengaruh kualitas
akrual diskresioner dan kualitas akrual innate terhadap biaya utang,
digunakan persamaan regresi 5. Untuk menguji hipotesis 2A dilakukan
uji beda koefisien. Jika nilai p-value lebih kecil dari alpha 0,05, maka
kualitas akrual innate lebih besar pengaruhnya dibanding kualitas akrual
diskresioner terhadap biaya utang.
COD j,t+1 = β0 + β1 InnAQrank j,t + β2 DisAQrank + β3 ROA j,t + β4
IntCov j,t + β5 σ(NIBE) j,t + β6 Leverage j,t + β7 Size j,t + μ
j,t (5)
Ekspektasi tanda: β1 < 0, β2 < 0, β1 < β2 (H2A), β3 < 0, β4 < 0, β5 >
0, β6 > 0, β7 < 0
COD : Cost of debt atau biaya utang, yang dihitung dari rasio beban bunga pada
periode t+1 dengan rata-rata total utang periode t dan t+1.
TAQrank : Nilai decile rank dari kualitas akrual.
InnAQrank : Nilai decile rank kualitas akrual innate.
DisAQrank : Nilai decile rank kualitas akrual diskresioner.
ROA : Return on asset yang dihitung dari rasio laba bersih dengan total aset.
IntCov : Interest coverage yang dihitung dari rasio laba operasi dengan beban
bunga.
σ NIBE : Standar deviasi dari data 5 tahun terakhir dari laba bersih sebelum pos luar
biasa dibagi dengan rata-rata aset.
Leverage : Rasio total utang terhadap total aset.

Size : Ukuran perusahan yang dihitung dengan natural logaritma dari
total aset.

Untuk menguji hipotesis 1B yaitu pengaruh kualitas akrual terhadap
biaya ekuitas digunakan persamaan regresi 6. Pengujian hipotesis 1B
dilakukan dengan melihat p-value pada variabel TAQ Rank dan koefisien
variabel TAQ Rank. Jika nilai p-value lebih kecil dari alpha, maka ada
pengaruh signifikan kualitas akrual terhadap biaya ekuitas. Selain itu
dilihat koefisien variabel TAQ Rank. Jika koefisien bernilai negatif, maka
ada pengaruh negatif antara kualitas akrual dengan biaya ekuitas.
COE j,t= β0 + β1TAQrank j,t + β2Leverage j,t + β3Beta j,t + β4Size j,t
+ β5Growth j,t + μ j,t …(6)
Ekspektasi tanda: β1 < 0 (H1B), β2 3 4 5 > 0, β> 0, β< 0, β< 0
Untuk pengujian hipotesis 2B yaitu perbedaan pengaruh kualitas
akrual diskresioner dan kualitas akrual innate terhadap biaya ekuitas,
digunakan persamaan regresi 7. Untuk menguji hipotesis 2B dilakukan
uji beda koefisien. Jika nilai p-value lebih kecil dari alpha 0,05, maka
kualitas akrual innate lebih besar pengaruhnya dibanding kualitas akrual
diskresioner terhadap biaya utang.
Pada penelitian ini menggunakan industry-adjusted earnings-toprice ratio (IndEP ratio) untuk menghitung biaya ekuitas seperti pada
penelitian Francis et al. (2005). IndEP dihitung dengan earnings-to-price
ratio perusahaan dikurangi median dari earnings-to-price industri. Untuk
menghitung earnings-to-price industri dihitung dengan median earningsto-price ratio seluruh perusahaan di setiap industrinya yang memiliki nilai
laba positif (minimal 5 perusahaan dengan laba positif setiap tahun di
setiap industri), kecuali nilai earnings-to-price perusahaan tersebut.
COE j,t = β0 + β1 InnAQrank j,t + β2DisAQrank j,t + β3Leverage j,t +
β4Beta j,t + β5Size j,t + β6 Growth j,t + μ j,t (7)
Ekspektasi tanda: β1 < 0, β2 < 0, β1 < β2 (H2B), β3 > 0, β4 > 0, β5 < 0, β6 < 0
COE : Biaya ekuitas yang dihitung dengan pendekatan industry-adjusted earningsto-price ratio.
InnAQrank : Nilai decile rank kualitas akrual innate.
DisAQrank : Nilai decile rank kualitas akrual diskresioner.
Leverage : Rasio total utang terhadap total aset.
Beta : Nilai beta dihitung dengan menggunakan regresi dari return saham mingguan
perusahaan terhadap return saham mingguan pasar (IHSG).
Size : Ukuran perusahan yang dihitung dengan natural log total aset.

Growth : Log dari satu ditambah nilai pertumbuhan perusahaan dari nilai buku
ekuitas periode t dengan periode t-1

3. Data dan Sampel
Dalam penelitian ini digunakan sampel perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dari periode 2005-2011. Namun karena ada
beberapa variabel yang dihitung dengan menggunakan periode t-4
hingga t, maka data perusahaan yang digunakan yaitu dari tahun 20002012. Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian adalah perusahaan
dengan kelengkapan data keuangan minimal selama 7 tahun karena
untuk menghitung kualitas akrual dibutuhkan 5 periode (periode t-4
hingga t) dan juga 2 tahun untuk perhitungan model regresi kualitas
akrual untuk arus kas operasi (t-1, t, t+1).
Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan metode purposive
sampling, yang artinya sampel dipilih secara sengaja berdasarkan
kriteria tertentu. Adapun kriteria untuk pemilihan sampel yang digunakan
adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan publik tercatat di BEI pada tahun 2005 hingga 2011
dengan data keuangan yang lengkap selama 7 tahun.
2. Tidak termasuk perusahaan dalam jasa keuangan dan investasi
karena industri tersebut memiliki regulasi yang cukup ketat.
Perusahaan yang memiliki regulasi yang cukup ketat tidak
dimasukan sebagai sampel dalam penelitian ini karena perusahaan
tersebut memiliki karakteristik yang khas sehingga tidak dapat
dibandingkan dengan jenis perusahaan lainnya.
3. Nilai ekuitas perusahaan tidak negatif.
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diperoleh dari
thomson reuters knowledge (data stream dan eikon). Selain itu
pengambilan data pada penelitian ini juga bersumber dari website Bursa
Efek Indonesia (BEI) yaitu www.idx.co.id dan website perusahaan yang
dijadikan sampel penelitian.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Jumlah sampel perusahaan yang digunakan pada model penelitian ini
yaitu 237 perusahaan dan jumlah observasi yang digunakan yaitu 1.110
firm-years observations. Jumlah observasi pada peneltian ini jauh
berbeda dengan penelitian Francis et al. (2005) yaitu 76.196 firm-years
untuk model biaya utang dan 55.092 firm-year observations untuk model
biaya ekuitas. Perbedaan tersebut karena periode pada penelitian
Francis et al. (2005) lebih panjang yaitu 32 tahun (1970-2001) dan
jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Amerika yang jauh lebih
banyak.
Pada penelitian ini tidak dapat menggunakan periode waktu yang
sepanjang pada penelitian Francis et al. (2005) karena keterbatasan
data.

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah kualitas akrual
memiliki pengaruh terhadap biaya utang dan biaya ekuitas perusahaan
dan untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengaruh antara kualitas
akrual innate dengan kualitas akrual diskresioner terhadap biaya utang
dan biaya ekuitas. Model kualitas akrual yang digunakan dalam
penelitian mereplikasi model penelitian Francis et al. (2005). Dari hasil
pengujian pada sampel sebanyak 237 perusahaan dengan total
observasi 1.110 pada periode 2005-2011 dapat diperoleh kesimpulan
yaitu:
• Kualitas akrual, kualitas akrual innate, dan kualitas akrual diskresioner
tidak berpengaruh terhadap biaya utang. Juga ditemukan bahwa tidak
ada perbedaan pengaruh antara kualitas akrual innate dan kualitas
akrual diskresioner terhadap biaya utang. Hasil penelitian ini berbeda
dengan Francis et al. (2005) namun konsisten dengan Gray, Koh, dan
Tong (2009). Perbedaan hasil penelitian tersebut menurut Gray, Koh,
dan Tong (2009) dapat dikarenakan sebagian besar sumber modal
perusahaan yang berasal dari private debt dibandingkan public debt.
Private lenders cenderung memiliki hak lebih untuk melakukan
pengawasan kepada borrowing firm sehingga menyebabkan risiko
informasi yang terkait dengan kebijakan pelaporan manajerial
berkurang dan mengurangi efek kualitas akrual terhadap biaya utang.
Selain itu kemungkinan penyebab lainnya yaitu pasar utang di
Indonesia tidak sebesar pasar modal. Persentase jumlah perusahaan
publik yang mengeluarkan obligasi hanya sebesar 24,74% dari total
seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Oleh
karena itu pasar utang di Indonesia kurang merespon akan adanya
informasi, termasuk informasi akrual, dibandingkan pasar modal.
• Kualitas akrual memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap biaya
ekuitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Francis et al. (2005)
dan Gray, Koh, dan Tong (2009). Semakin buruk kualitas akrual
mencerminkan adanya risiko informasi yang semakin tinggi pada
pelaporan laporan keuangan sehingga required return investor dan
biaya ekuitas meningkat. Dengan demikian kualitas akrual
berpengaruh negatif terhadap biaya ekuitas.
• Pengaruh kualitas akrual innate lebih besar dibanding kualitas akrual
terhadap biaya ekuitas. Francis et al. (2005) menyatakan hal ini terjadi
karena adanya offset effect yaitu ketika manajemen suatu perusahaan
akan berusaha untuk membuat laporan keuangan sesuai dengan
keadaan aktual perusahaan (performance component), namun ada
manajemen perusahaan lainnya yang berusaha untuk memanipulasi
laporan keuangan karena ada motivasi dan kepentingan tertentu

(opportunistic component), sehingga ketika diobservasi kedua
komponen akrual diskresioner tersebut saling menyeimbangkan
(offset) pengaruh terhadap risiko informasi. Oleh karena offset effect
tersebut, Francis et al. (2005) mengatakan bahwa kualitas akrual
diskresioner akan memiliki pengaruh yang lebih kecil dibandingkan
kualitas akrual innate terhadap risiko informasi dan selanjutnya akan
berpengaruh terhadap biaya ekuitas.

Saran
Pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, oleh karena itu
ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk pengembangan
penelitian selanjutnya yaitu:
• Pada penelitian ini hanya menggunakan satu model kualitas akrual
yaitu Francis et al. (2005). Diharapkan pada penelitian selanjutnya
dalam meneliti tentang kualitas akrual dapat membandingkannya
dengan model kualitas akrual lainnya, misalnya model Dechow dan
Dichev (2002)
• Dalam perhitungan biaya utang, digunakan cara beban bunga dibagi
dengan rata-rata utang dengan periode t+1 karena diekspektasikan
terdapat time lag dalam pengaruh variabel-variabel terhadap biaya
utang. Pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan cara lain
untuk perhitungan biaya utang misalnya menggunakan bond yieldspread yang dihitung dari yield of bond dikurang dengan yield treasury
security yang durasi maturitas terdekat (Elyas, Jia, dan Mao, 2007).
• Pada penelitian ini dalam menghitung biaya ekuitas menggunakan
pendekatan industry-adjusted earnings-to-price ratio. Diharapkan
pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan pendekatan biaya
ekuitas lainnya, misalnya dengan menggunakan pendekatan Capital
Asset Pricing Model (CAPM).

Daftar Referensi

Dechow, P., & Schrand, C. (2004). Earnings Quality. The Research Foundation of CFA Institute.
Easley, D. & M. O'Hara. (2004). Information and Cost of Capital. Journal of Finance, 59 (4),
1553-83.
Francis, J., Lafond, R., Olsson, P., & Schipper, K. (2005). The Market Pricing of Accruals
Quality. Journal of Accounting and Economics, 39, 295-327.
Gray, P., Koh Ping-Sheng, & Tong Yen H. (2009). The Accruals Quality, Information Risk, and
Cost of Capital : Evidence from Australia. Journal of Business Finance and Accounting, 36
(1) & (2), 51-72.
Guay, W., Kothari, S.P., & R. Watts. (1996). A Market-Based Evaluation of Discretionary
Accruals Models. Journal of Accounting Research, 34 (supplement), 83–105.
Healy, P., (1996). Discussion of a market-based evaluation of discretionary accrual models.
Journal of Accounting Research, 34 (supplement), 107–115.
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta :
Salemba Empat.
Lambert, R.A., Leuz, C., & Verrecia, R. (2007). Information Asymmetry, Information Precision,
and The Cost of Capital. Working Paper, University of Pennsylvania dan University of
Chicago.
Leuz, C., Nanda, D., & Wysocki, P.D. (2003). Earnings Management and Investor Protection: an
International Comparation. Journal of Financial Economics, 69, 505-527.
Susanto, Siswardika. (2012). Corporate Governance, Kualitas Laba, dan Biaya Ekuitas : Studi
Empiris Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Indonesia Tahun 2009. Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Tampubolon, Maria S.H. (2012). Pengaruh Kualitas Akrual terhadap Premi Risiko. Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Utami, Wiwik. (2005). Pengaruh Manajemen Laba terhadap Biaya Modal Ekuitas. Simposium
Nasional Akuntansi 8, Solo.
Yunior, William S. (2010). Pengaruh Kualitas Informasi sebagai Risiko Informasi terhadap
Biaya Modal. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Triningtyas, Irene A., & Sylvia V. S (2014). Pengaruh Kualitas Akrual Terhadap Biaya Utang dan
Biaya Ekuitas: Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20052011. Universitas Indonesia
Asri, Marselinus (2017). Pengaruh Konservatisma Akuntansi terhadap Kualitas Laba dimoderasi
Good Corporate Governace